Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

[MISTERI]DEVIL'S CUT by Arczre

arczre

Pendekar Semprot
Daftar
18 Jan 2014
Post
1.870
Like diterima
2.016
Lokasi
Sekarang di Indonesia
Bimabet
DEVIL'S CUT

"Kamu tahu, pisau ini telah dikutuk selama ribuan tahun. Untuk itulah tiap hari dia harus dilap dengan darah," kata seorang penjual barang antik yang sedang menimang-nimang diriku.

"Aku tak percaya dengan yang seperti itu, sinih! Berapa sih?" tanya sang pembeli.

"250.000 aja deh."

"Sounds good."

"Aku menjualnya murah karena aku tak mau kena kutukannya. Dan sekarang pisau ini milikmu!"

Sang pembeli segera membayar sang penjual. Aku pun diambilnya dan dimasukkan ke dalam sebuah kotak.

"Ingat, kalau kamu tidak mengelapnya dengan darah, ia akan meminta darah dengan sendirinya. Kamu tak tahu berapa banyak korban yang tewas karena pisau itu."

"Kalau memang berbahaya seperti ini kenapa kamu jual?"

"Aku butuh uang."

Jawaban yang naif. Selama ini aku dipelihara oleh orang ini. Aku cukup senang dipelihara olehnya. Ya, dipelihara karena bagi dia aku sangat berbahaya. Orang-orang biasa tak akan sanggup memelihara aku. Kalian tahu kenapa? Karena aku adalah pisau milik Count Dracula. Ya, yang dalam mitos adalah seorang vampir penghisap darah. Sebenarnya. Yang menghisap darah itu bukan dia, tapi aku. Dan aku dari tahun ke tahun haus darah. Apabila aku tidak dipuaskan dengan darah, maka aku akan menghipnotis siapa saja untuk mendapatkan darah. Kalian tak akan mengerti bagaimana rasa dahagaku bisa terobati dengan darah segar.

Banyak mitos beredar tentang vampir yang menguras habis darah manusia. Apa kalian percaya dengan cerita-cerita picisan seperti itu. Cerita-cerita itu kebanyakan omong kosong. Akulah yang menghisap darah mereka semua, akulah yang menguras darah manusia-manusia yang menjadi korbanku itu.

Dalam perang Salib aku sangat haus darah. Dan aku dijadikan senjata oleh para prajurit. Mungkin dari 10 pisau terkutuk di dunia ini hanya aku yang masih ada. Perjalanannya panjang hingga aku sampai di tangan penjual benda antik ini. Dan kehidupannya memang buruk.

Baiklah aku cerita dari awal. Orang-orang menyebutku Vamp. Memang namaku singkat. Semua berawal ketika anak dari Count Dracula mengkhianati ayahnya sendiri.

Pada malam hari yang mencekam saat Count Dracula di kepung oleh pasukan Al Fatih. Anaknya berkhianat. Ia ingin tahta sang Count. Dia mengambilku lalu menyembelih ayahnya sendiri. Dari situlah akhirnya aku pun terlepas dari Count Dracula. Namun menjelang kematiannya sang Count mengutuk anaknya.

"Pisau itu aku kutuk akan haus darah. Dan akan menjadi penghisap darah sampai engkau dan keturunanmu mati oleh pisau itu," itulah kutukan dari Count Dracula.

Dan benar saja. Mulai saat itu aku menjadi haus darah.


* * *​


Aku masih ingat sebuah peristiwa yang tidak akan pernah aku lupa. Dan ini juga adalah sejarah yang tak terlupakan.

Seseorang dengan kumis selebar hidungnya sedang menimang-nimangku. Ketahuilah, aku sendiri tak tahu dia siapa. Pagi hari ini aku tiba-tiba diberikan kepada orang ini. Dia tampak memakai kacamata, sesekali tangannya gemetar. Dia kemudian meletakkan aku, beberapa saat kemudian dia mengambil pena dan menulis ke sebuah buku bersampul coklat.

Seorang wanita masuk ke dalam ruangannya.

"Sudah siap," katanya.

"Eva, kamu tahu ini mungkin akan jadi perjalanan kita terakhir," katanya. "Sekutu sudah mulai mendesak, bungker ini sudah tidak aman lagi."

"Kemana kita pergi?" tanya Eva.

"Kemana pun. Kamu sudah siapkan barang-barangmu?"

"Apa yang bisa aku bawa dalam keadaan seperti ini?"

Lelaki itu pun selesai menulis. Dia lalu menutup buku catatannya dan menyimpan pena yang ia pakai tadi. Ia lalu berdiri mengambil sebuah kopor yang sudah disiapkan di bawah mejanya. Ia sejenak menyapu pandangannya ke seluruh ruangan. Tampak gambar simbol manji miring dengan lingkaran putih dan background merah terpampang di dinding ruangan berukuran 4 x 4 itu. Itu adalah bungker persembunyian terakhirnya. Lelaki ini pun mengambil diriku dan memasukkannya ke dalam sarung pisau yang ada di pinggangnya.

Dia kemudian menggandenga wanita yang bernama Eva tadi. Sesaat kemudian mereka keluar dari bungker ini dan berpapasan kepada seseorang.

"Misch!" panggil Eva.

Misch seorang pemuda dengan baju militer mendekat. Eva kemudian menoleh ke arah suaminya.

"Kamu tahu apa yang harus kamu lakukan?" tanya sang lelaki yang membawaku.

"Ya, Fuhrer," jawab Misch. "Agen KGB sudah kami tangkap. Kami sudah cari orang yang mirip dengan Anda. Mereka semuanya ada di sini."

"Sebar ke banyak titik, aku akan mengubah penampilanku setelah ini. Ayo Eva," kata sang lelaki.

Mereka kemudian berjalan meninggalkan tempat bungker ini. Sang lelaki dengan istrinya kemudian menaiki sebuah mobil kuno berwarna hitam. Ia menyetir sendiri. Tak berapa lama kemudian mobil pun melaju.

Suasanya berkabut saat itu. Aku tak tahu berada di mana, yang jelas banyak pepohonan. Kalau dari perkiraanku ini ada di hutan. Lelaki ini mengendarai kendaraan cukup lama hingga bahan bakarnya habis. Setelah itu dia keluar bersama sang istri berjalan terus. Mereka terus berjalan hingga sampai ke sebuah rumah.

"Ada sebuah rumah, kita bisa minta tolong," kata Eva.

Tapi sang lelaki menggeleng. "Tidak, kita di sini dalam pelarian. Kita tak bisa. Mereka akan mengetahui siapa kita. Ayo, segera ke pelabuhan. Mereka menunggu kita."

"Sayang, aku capek. Semalaman kita terus berjalan," kata Eva.

"Aku juga, tapi kita harus berjalan terus. Waktu kita tak banyak," kata sang lelaki.

Akhirnya mereka berjalan lagi. Kali ini, mereka mulai memasuki perkotaan. Tampak oleh mereka sebuah papan nama bertuliskan HAMBURG.

"Akhirnya kita sampai juga di sini," kata Eva dengan mata yang menyiratkan kelelahan.

Ah, aku lupa kalau aku punya rasa haus darah. Dan sayangnya sang lelaki ini akan merasakannya sebentar lagi. Aku tak bisa menahannya sudah menjadi kutukanku. San lelaki dan istrinya akhirnya tiba di pelabuhan. Mereka kemudian buru-buru ke sebuah dermaga dengan sebuah kapal selam yang bertengger di sana.

Lelaki ini kemudian menghampiri seorang tentara dan menyerahkan sebuah kartu identitas. Seorang prajurit militer mengenali mereka. Dia memberikan salut lalu segera mengantar mereka berdua ke atas kapal selam.

"Kami sudah menunggu Anda, Der Fuhrer," kata prajurit itu.

Akhirnya lelaki ini dan istrinya masuk ke dalam kapal selam tersebut. Tak berapa lama kemudian, kapal selam itu pun mulai melaju.

Beberapa saat kemudian aku merasakan sensasi ini. Sensasi ketagihan darah yang menjalar di seluruh tubuhku. Kalau saja ada yang memegangku, pasti orang itu akan terhipnotis untuk menusukkan diriku ke orang yang ada di dekatnya. Dan aku berharap lelaki inilah yang akan melakukannya.

Dugaanku tak meleset. Beberapa jam setelah kapal selam ini bergerak, aku berada di sebuah ruangan di mana lelaki ini beristirahat bersama istrinya.

"Aku tak menyangka Jerman bisa kalah," katanya.

"Sudahlah sayang, kadang sesuatu itu berjalan tidak sesuai dengan apa yang kita harapkan," kata Eva.

Lelaki ini pun memeluk Eva. Eva dengan sabar mengusap-usap rambut suaminya. Sebenarnya aku sangat kasihan kepadanya. Dia punya istri yang baik. Punya istri yang bisa menenangkan dia. Tapi sayang sekali, rasa dahagaku mengubah segalanya. Dia secara tak sengaja menyentuh gagangku. Dan ya, dia terhipnotis. Aku ingin darah Adolf! Aku ingin darah! Darah merah yang segar. Darah siapa yang akan kamu berikan kepadaku selain wanita ini?

JLEB!

Eva tentu saja terkejut. Aku hisap darahnya. Aku hisap. Ahhh....nikmatnya, sensasinya sungguh luar biasa. Kutukan ini benar-benar telah membuat diriku menjadi pisau yang sangat jahat, boleh dibilang pisau iblis. Untuk sesaat sang lelaki ini gemetar tak percaya terhadap apa yang telah ia perbuat.

"Tidak, Eva. Maaf, aku tak sengaja," katanya.

"Fuh....rer..!"

"Eva, jangan. Tidak, tidak, tidak!"

Ya, malam itu, dia membunuh istrinya sendiri. Tak berapa lama kemudian, keesokan harinya ia harus melepaskan kepergian sang istri. Mayatnya ditenggelamkan di lautan. Ia menangis, sang lelaki ini merasa sangat bersalah. Ia tak pernah menyangka membunuh istrinya sendiri.

Kapal selam pun akhirnya merapat di sebuah pelabuhan St Valery-Sur Some. Sang lelaki ini kemudian dengan didampingi para ajudannya berpakaian sipil turun ke dermaga. Mereka mengucapkan selamat tinggal kepada kapal selam dan kru yang telah membawa mereka sampai di pelabuhan di Perancis.

Hari itu kabar mengejutkan tampak tercetak di surat kabar. Orang-orang bersorak ketika mereka meneriakkan kabarnya, "Hitler tewas! Hitler tewas! Hitler tewas!"

Sang lelaki ini tak menghiraukannya. Ia pun terus berjalan untuk menuju ke sebuah tempat.

"Fuhrer, sampai sini?" tanyanya.

"Iya, sampai sini. Dan...ini, buang jauh-jauh pisau ini!" lelaki tadi memberikanku kepada ajudannya.

"Apa ini?"

"Pisau ini yang membunuh Eva, aku tak mau memegangnya. Sekarang saja aku jijik kepada diriku sendiri. Kita sudah kehilangan segalanya. Kehilangan segala-galanya. Aku juga kehilangan orang yang aku cintai."

Tanpa banyak bertanya lagi lelaki ini pun pergi. Ya, dia adalah seorang Adolf Hitler yang kehilangan segala-galanya. Entah ia akan kemana lagi setelah itu. Sang ajudan hanya melihat punggung atasannya itu untuk yang terakhir kali. Dia menimang-nimang aku. Ia bingung apa yang harus dia lakukan kepadaku setelahnya. Jujur setelah itu aku pun haus darah lagi dan membuat ia dibunuh oleh beberapa orang yang melihat aksinya.

Setelah itu lama sekali aku tidak lagi merasakan darah hingga akhirnya seorang ahli seni memungutku. Dan akhirnya menjualnya kepada seseorang. Ya, sekarang aku di tangan orang yang baru saja membeliku.

Ia orang yang tidak percaya kepada takhayul. Oleh karenanya ia tak percaya bahwa aku dikutuk. Dia berjalan menuju apartemennya. Sayang sekali, saat itulah rasa dahagaku kembali menyeruak. Pemuda yang membeliku ini pun terhipnotis lagi. Ayo, siapa mangsamu sekarang?

TOK! TOK! TOK!

Dia mengetuk pintu apartemennya. Tak berapa lama kemudian terbukalah pintu kamar apartemen. Seorang wanita tampak menyambutnya.

"Eh, sudah pulang?" sapanya.

JLEB!

Hahahahaha, akhirnya aku bisa memuaskan dahagaku. Darahnya....tunggu dulu. Kenapa darahnya nggak enak?? Sebentar, apa yang aku rasakan ini? Kenapa? Kenapa? Kenapa tubuhku gemetar? Kenapa?

Tunggu dulu siapa wanita ini? Kenapa tiba-tiba aku merasa jijik dengan darah? Kenapa? Kenapa?

"Mama, mama, apa yang aku lakukan??" jerit pemuda itu tiba-tiba. "Tidaaak, mamaaaa!"

Entahlah apa yang terjadi denganku. Setelah itu sang pemuda ditangkap polisi karena melakukan pembunuhan. Aku pun dijadikan barang bukti. Di pengadilan akhirnya aku tahu siapa korban terakhirku. Namanya adalah Alice keturunan dari Count Dracula. Inilah akhir dari rasa haus darahku. Aku sekarang tak bisa lagi merasakan rasa dahaga itu, sekali pun aku ingin sekali merasakannya lagi.



Ooooo The End ooooO​
 
Terakhir diubah:
Wah, cerita tentang sebuah pisau terkutuk...

Ane kagum dengan imajinasinya, cermis yang patut dijempoli.

Entah kenapa ane merasa ada sesuatu yang kurang sreg dihati ane. Betulkan jika perasaan ane salah ya, Bang.

Ane merasa bahwa cerita ini meskipun si Pisau tokoh utamanya, namun yang mendominasi cerita bukanlah si pisau, tapi para pemegangnya. Itu hanya perasaan ane, mohon diluruskan jika salah :ampun:
Untuk cerita ini ane kasih nilai 8,5.
:beer:
 
Ane dapat ide ini setelah lihat video klipnya L'arc-en-Ciel.
Tebak lagunya apa. :)
 
Tokoh utamanya memang pisau, tapi emang belum kerasa kalau pisau itu yang bercerita. yang ane tangkep malah tentang pemengang pisau itu dari masa ke masa. Mungkin terlalu banyak history apa ya untuk sebuah cerita pendek..

Untuk itu aku kasih nilai : 8,5

:semangat::jempol:
 
Mohon ijin om acre, mw ksh review dikit...

Sama mungkin kaya yg lain...
Walaupun tokoh utama pisau, tp fokus crita lebih ke arah manusianya...
Tempo cerita pun terlalu cepat...
Mungkin krn nulisny ngebut kali ya, membuat crita jd lompat trlalu cepat...

Terus om acre masih krng variatif dalam menulis diksi dAlam hal percakapan antar tokoh...
Klo ane liat ini ciri khas om acre sih...

Segitu dl aja reviewnya...

Ane kasih nilai 7,5 buat crita ini...
 
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
DEVIL'S CUT

"Kamu tahu, pisau ini telah dikutuk selama ribuan tahun. Untuk itulah tiap hari dia harus dilap dengan darah," kata seorang penjual barang antik yang sedang menimang-nimang diriku.

"Aku tak percaya dengan yang seperti itu, sinih! Berapa sih?" tanya sang pembeli.

"250.000 aja deh."

"Sounds good."

"Aku menjualnya murah karena aku tak mau kena kutukannya. Dan sekarang pisau ini milikmu!"

Sang pembeli segera membayar sang penjual. Aku pun diambilnya dan dimasukkan ke dalam sebuah kotak.

"Ingat, kalau kamu tidak mengelapnya dengan darah, ia akan meminta darah dengan sendirinya. Kamu tak tahu berapa banyak korban yang tewas karena pisau itu."

"Kalau memang berbahaya seperti ini kenapa kamu jual?"

"Aku butuh uang."

Jawaban yang naif. Selama ini aku dipelihara oleh orang ini. Aku cukup senang dipelihara olehnya. Ya, dipelihara karena bagi dia aku sangat berbahaya. Orang-orang biasa tak akan sanggup memelihara aku. Kalian tahu kenapa? Karena aku adalah pisau milik Count Dracula. Ya, yang dalam mitos adalah seorang vampir penghisap darah. Sebenarnya. Yang menghisap darah itu bukan dia, tapi aku. Dan aku dari tahun ke tahun haus darah. Apabila aku tidak dipuaskan dengan darah, maka aku akan menghipnotis siapa saja untuk mendapatkan darah. Kalian tak akan mengerti bagaimana rasa dahagaku bisa terobati dengan darah segar.

Banyak mitos beredar tentang vampir yang menguras habis darah manusia. Apa kalian percaya dengan cerita-cerita picisan seperti itu. Cerita-cerita itu kebanyakan omong kosong. Akulah yang menghisap darah mereka semua, akulah yang menguras darah manusia-manusia yang menjadi korbanku itu.

Dalam perang Salib aku sangat haus darah. Dan aku dijadikan senjata oleh para prajurit. Mungkin dari 10 pisau terkutuk di dunia ini hanya aku yang masih ada. Perjalanannya panjang hingga aku sampai di tangan penjual benda antik ini. Dan kehidupannya memang buruk.

Baiklah aku cerita dari awal. Orang-orang menyebutku Vamp. Memang namaku singkat. Semua berawal ketika anak dari Count Dracula mengkhianati ayahnya sendiri.

Pada malam hari yang mencekam saat Count Dracula di kepung oleh pasukan Al Fatih. Anaknya berkhianat. Ia ingin tahta sang Count. Dia mengambilku lalu menyembelih ayahnya sendiri. Dari situlah akhirnya aku pun terlepas dari Count Dracula. Namun menjelang kematiannya sang Count mengutuk anaknya.

"Pisau itu aku kutuk akan haus darah. Dan akan menjadi penghisap darah sampai engkau dan keturunanmu mati oleh pisau itu," itulah kutukan dari Count Dracula.

Dan benar saja. Mulai saat itu aku menjadi haus darah.


* * *​


Aku masih ingat sebuah peristiwa yang tidak akan pernah aku lupa. Dan ini juga adalah sejarah yang tak terlupakan.

Seseorang dengan kumis selebar hidungnya sedang menimang-nimangku. Ketahuilah, aku sendiri tak tahu dia siapa. Pagi hari ini aku tiba-tiba diberikan kepada orang ini. Dia tampak memakai kacamata, sesekali tangannya gemetar. Dia kemudian meletakkan aku, beberapa saat kemudian dia mengambil pena dan menulis ke sebuah buku bersampul coklat.

Seorang wanita masuk ke dalam ruangannya.

"Sudah siap," katanya.

"Eva, kamu tahu ini mungkin akan jadi perjalanan kita terakhir," katanya. "Sekutu sudah mulai mendesak, bungker ini sudah tidak aman lagi."

"Kemana kita pergi?" tanya Eva.

"Kemana pun. Kamu sudah siapkan barang-barangmu?"

"Apa yang bisa aku bawa dalam keadaan seperti ini?"

Lelaki itu pun selesai menulis. Dia lalu menutup buku catatannya dan menyimpan pena yang ia pakai tadi. Ia lalu berdiri mengambil sebuah kopor yang sudah disiapkan di bawah mejanya. Ia sejenak menyapu pandangannya ke seluruh ruangan. Tampak gambar simbol manji miring dengan lingkaran putih dan background merah terpampang di dinding ruangan berukuran 4 x 4 itu. Itu adalah bungker persembunyian terakhirnya. Lelaki ini pun mengambil diriku dan memasukkannya ke dalam sarung pisau yang ada di pinggangnya.

Dia kemudian menggandenga wanita yang bernama Eva tadi. Sesaat kemudian mereka keluar dari bungker ini dan berpapasan kepada seseorang.

"Misch!" panggil Eva.

Misch seorang pemuda dengan baju militer mendekat. Eva kemudian menoleh ke arah suaminya.

"Kamu tahu apa yang harus kamu lakukan?" tanya sang lelaki yang membawaku.

"Ya, Fuhrer," jawab Misch. "Agen KGB sudah kami tangkap. Kami sudah cari orang yang mirip dengan Anda. Mereka semuanya ada di sini."

"Sebar ke banyak titik, aku akan mengubah penampilanku setelah ini. Ayo Eva," kata sang lelaki.

Mereka kemudian berjalan meninggalkan tempat bungker ini. Sang lelaki dengan istrinya kemudian menaiki sebuah mobil kuno berwarna hitam. Ia menyetir sendiri. Tak berapa lama kemudian mobil pun melaju.

Suasanya berkabut saat itu. Aku tak tahu berada di mana, yang jelas banyak pepohonan. Kalau dari perkiraanku ini ada di hutan. Lelaki ini mengendarai kendaraan cukup lama hingga bahan bakarnya habis. Setelah itu dia keluar bersama sang istri berjalan terus. Mereka terus berjalan hingga sampai ke sebuah rumah.

"Ada sebuah rumah, kita bisa minta tolong," kata Eva.

Tapi sang lelaki menggeleng. "Tidak, kita di sini dalam pelarian. Kita tak bisa. Mereka akan mengetahui siapa kita. Ayo, segera ke pelabuhan. Mereka menunggu kita."

"Sayang, aku capek. Semalaman kita terus berjalan," kata Eva.

"Aku juga, tapi kita harus berjalan terus. Waktu kita tak banyak," kata sang lelaki.

Akhirnya mereka berjalan lagi. Kali ini, mereka mulai memasuki perkotaan. Tampak oleh mereka sebuah papan nama bertuliskan HAMBURG.

"Akhirnya kita sampai juga di sini," kata Eva dengan mata yang menyiratkan kelelahan.

Ah, aku lupa kalau aku punya rasa haus darah. Dan sayangnya sang lelaki ini akan merasakannya sebentar lagi. Aku tak bisa menahannya sudah menjadi kutukanku. San lelaki dan istrinya akhirnya tiba di pelabuhan. Mereka kemudian buru-buru ke sebuah dermaga dengan sebuah kapal selam yang bertengger di sana.

Lelaki ini kemudian menghampiri seorang tentara dan menyerahkan sebuah kartu identitas. Seorang prajurit militer mengenali mereka. Dia memberikan salut lalu segera mengantar mereka berdua ke atas kapal selam.

"Kami sudah menunggu Anda, Der Fuhrer," kata prajurit itu.

Akhirnya lelaki ini dan istrinya masuk ke dalam kapal selam tersebut. Tak berapa lama kemudian, kapal selam itu pun mulai melaju.

Beberapa saat kemudian aku merasakan sensasi ini. Sensasi ketagihan darah yang menjalar di seluruh tubuhku. Kalau saja ada yang memegangku, pasti orang itu akan terhipnotis untuk menusukkan diriku ke orang yang ada di dekatnya. Dan aku berharap lelaki inilah yang akan melakukannya.

Dugaanku tak meleset. Beberapa jam setelah kapal selam ini bergerak, aku berada di sebuah ruangan di mana lelaki ini beristirahat bersama istrinya.

"Aku tak menyangka Jerman bisa kalah," katanya.

"Sudahlah sayang, kadang sesuatu itu berjalan tidak sesuai dengan apa yang kita harapkan," kata Eva.

Lelaki ini pun memeluk Eva. Eva dengan sabar mengusap-usap rambut suaminya. Sebenarnya aku sangat kasihan kepadanya. Dia punya istri yang baik. Punya istri yang bisa menenangkan dia. Tapi sayang sekali, rasa dahagaku mengubah segalanya. Dia secara tak sengaja menyentuh gagangku. Dan ya, dia terhipnotis. Aku ingin darah Adolf! Aku ingin darah! Darah merah yang segar. Darah siapa yang akan kamu berikan kepadaku selain wanita ini?

JLEB!

Eva tentu saja terkejut. Aku hisap darahnya. Aku hisap. Ahhh....nikmatnya, sensasinya sungguh luar biasa. Kutukan ini benar-benar telah membuat diriku menjadi pisau yang sangat jahat, boleh dibilang pisau iblis. Untuk sesaat sang lelaki ini gemetar tak percaya terhadap apa yang telah ia perbuat.

"Tidak, Eva. Maaf, aku tak sengaja," katanya.

"Fuh....rer..!"

"Eva, jangan. Tidak, tidak, tidak!"

Ya, malam itu, dia membunuh istrinya sendiri. Tak berapa lama kemudian, keesokan harinya ia harus melepaskan kepergian sang istri. Mayatnya ditenggelamkan di lautan. Ia menangis, sang lelaki ini merasa sangat bersalah. Ia tak pernah menyangka membunuh istrinya sendiri.

Kapal selam pun akhirnya merapat di sebuah pelabuhan St Valery-Sur Some. Sang lelaki ini kemudian dengan didampingi para ajudannya berpakaian sipil turun ke dermaga. Mereka mengucapkan selamat tinggal kepada kapal selam dan kru yang telah membawa mereka sampai di pelabuhan di Perancis.

Hari itu kabar mengejutkan tampak tercetak di surat kabar. Orang-orang bersorak ketika mereka meneriakkan kabarnya, "Hitler tewas! Hitler tewas! Hitler tewas!"

Sang lelaki ini tak menghiraukannya. Ia pun terus berjalan untuk menuju ke sebuah tempat.

"Fuhrer, sampai sini?" tanyanya.

"Iya, sampai sini. Dan...ini, buang jauh-jauh pisau ini!" lelaki tadi memberikanku kepada ajudannya.

"Apa ini?"

"Pisau ini yang membunuh Eva, aku tak mau memegangnya. Sekarang saja aku jijik kepada diriku sendiri. Kita sudah kehilangan segalanya. Kehilangan segala-galanya. Aku juga kehilangan orang yang aku cintai."

Tanpa banyak bertanya lagi lelaki ini pun pergi. Ya, dia adalah seorang Adolf Hitler yang kehilangan segala-galanya. Entah ia akan kemana lagi setelah itu. Sang ajudan hanya melihat punggung atasannya itu untuk yang terakhir kali. Dia menimang-nimang aku. Ia bingung apa yang harus dia lakukan kepadaku setelahnya. Jujur setelah itu aku pun haus darah lagi dan membuat ia dibunuh oleh beberapa orang yang melihat aksinya.

Setelah itu lama sekali aku tidak lagi merasakan darah hingga akhirnya seorang ahli seni memungutku. Dan akhirnya menjualnya kepada seseorang. Ya, sekarang aku di tangan orang yang baru saja membeliku.

Ia orang yang tidak percaya kepada takhayul. Oleh karenanya ia tak percaya bahwa aku dikutuk. Dia berjalan menuju apartemennya. Sayang sekali, saat itulah rasa dahagaku kembali menyeruak. Pemuda yang membeliku ini pun terhipnotis lagi. Ayo, siapa mangsamu sekarang?

TOK! TOK! TOK!

Dia mengetuk pintu apartemennya. Tak berapa lama kemudian terbukalah pintu kamar apartemen. Seorang wanita tampak menyambutnya.

"Eh, sudah pulang?" sapanya.

JLEB!

Hahahahaha, akhirnya aku bisa memuaskan dahagaku. Darahnya....tunggu dulu. Kenapa darahnya nggak enak?? Sebentar, apa yang aku rasakan ini? Kenapa? Kenapa? Kenapa tubuhku gemetar? Kenapa?

Tunggu dulu siapa wanita ini? Kenapa tiba-tiba aku merasa jijik dengan darah? Kenapa? Kenapa?

"Mama, mama, apa yang aku lakukan??" jerit pemuda itu tiba-tiba. "Tidaaak, mamaaaa!"

Entahlah apa yang terjadi denganku. Setelah itu sang pemuda ditangkap polisi karena melakukan pembunuhan. Aku pun dijadikan barang bukti. Di pengadilan akhirnya aku tahu siapa korban terakhirku. Namanya adalah Alice keturunan dari Count Dracula. Inilah akhir dari rasa haus darahku. Aku sekarang tak bisa lagi merasakan rasa dahaga itu, sekali pun aku ingin sekali merasakannya lagi.



Ooooo The End ooooO​
memang mantabbss karya nya suhuu
 
Jav Toys
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd