Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

[MISTERI] Infinite

arczre

Pendekar Semprot
Daftar
18 Jan 2014
Post
1.870
Like diterima
2.013
Lokasi
Sekarang di Indonesia
Bimabet
INFINITE

2eb0b3400937214.jpg


SCENE 1

"Doooniii! Banguuunnn!" terdengar suara teriakan mama di luar kamar.

Dengan menggeliat aku pun terbangun sambil mengucek-ucek mata. Kulihat jam sudah menunjukkan pukul 6 pagi. Buset, udah jam segini? Arrgghhh sial, gara-gara nonton liga Inggris tadi malem jadi kesiangan deh.

"Iya maaaa!" jawabku.

"Ini sudah jam enam lho. Kamu mau berangkat jam berapa?"

"Iya iya, ini udah bangun!" kataku segera bangun mengambil handuk kemudian pergi ke kamar mandi.

Setelah mandi aku segera ganti baju dan mempersiapkan ranselku. Kulihat kalender hari ini masih tanggal 31 Maret. Aku pun merobeknya hingga muncul tanggal 1 April. Oh 1 April? Berarti hari ini April Fools. Aku segera keluar dari kamarku dan menuju meja makan. Di sana sudah menunggu adikku Rama. Bukan menunggu sih, tapi dia sudah mau selesai.

"Ngapain buru-buru berangkat?" tanyaku.

"Bill Gates mau datang ke sekolah kak," jawabnya.

Aku langsung ketawa. Karena sadar, nggak mungkin sekolah adikku bakal kedatangan Bill Gates.

"Kenapa ketawa?" tanyanya.

"Ealah Ram, ini itu April Mop. Emang ada urusan apa Bill Gates datang ke sekolahmu? Dodol banget sih?"

Dia menepok jidatnya, "Ah iya, aku dikerjai. Brengsek! Awas mereka nanti. Ya udah deh, yang penting aku berangkat. Mamaa!?"

Tampak Mama muncul dari dapur sambil membawakan kotak bekal untuk Rama. Rama ini masih SMP kelas dua. Tapi dia manjanya minta ampun.

"Nih, gara-gara kamu mama bangun pagi cuma nyiapin bekal," kata mama.

"Asyiiikk, isinya apa ma?"

"Bom"

"Waduh?"

"Ya jelas bekalmu, makanmu. Kamu katanya sekolah bakal kedatangan Bill Gates?"

"Itu hoax ma, biasa April Mop. Ini kan tanggal 1 April," kataku.

"Ealaaahh.... bocah semprul. Ya udah pokoknya ini sudah mama siapkan. Berangkat sanah!"

"Maaf ma, aku dikerjai temen-temen," kata Rama.

"Ya udah, sana berangkat. Daripada terlambat," kata mama.

Rama mencium tangan mama kemudian segera pergi keluar rumah. Aku tetap tenang di meja makan sambil makan nasi goreng buatan mamaku. Aku dengan lahap menghabiskannya beserta telor mata sapi yang beliau buat. Duh rasa nasi goreng ini benar-benar lezat, tak kalah ama yang ada di restoran. Setelah selesai aku pun meneguk air putih, glek, glek, glek.

"Aaaaahhhh!" seruku.

"Kenapa Don?" tanya mama.

"Nggak ada apa-apa mah, cuma lega aja. Kenyang setelah menikmati masakan koki yang paling jago masak sedunia," jawabku.

"Dasar, ya udah sana, berangkat!" kata mama sambil tersenyum.

Aku cium tangan mamaku kemudian berangkat. Aku lalu berdiri di depan pigura yang ada foto papaku yang telah meninggal tiga tahun yang lalu. Aku menghormat kepadanya.

"Doni berangkat pah!" kataku. Setelah itu aku pun pergi berangkat.

Papaku sudah meninggal tiga tahun lalu karena kecelakaan. Beliau adalah seorang pilot TNI AU. Pesawat yang beliau tumpangi meledak di langit karena ada malfungsi setelah tersambar petir. Sekalipun begitu aku tetap bangga kepada ayahku. Banyak penghargaan yang diterima ayahku sebagai Wingman. Itu makin membuatku bangga. Semenjak papa meninggal, mama merawatku.

Seorang lelaki berpakaian warna biru sedang mengambil peralatan yag ada di sebuah mobil yang tertulis PDAM. Oh, mereka petugas PDAM.

"Ada apa pak?" tanyaku.

"Itu ada saluran yang bocor di daerah sini mas," jawab sang petugas.

Kulihat di pinggir jalan memang ada air yang meluber. Milik salah seorang tetanggaku.

"Sepertinya pak, kemarin itu ada tank lewat sini. Makanya itu bisa rusak, mungkin karena pipanya ketiban tank itu," ujarku.

"Beneran mas?" tanya sang petugas.

"April Mop pak," jawabku. "Gitu aja percaya"

Aku ketawa. Sang petugas PDAM terbengong-bengong aku tinggalkan. Di tengah jalan aku melihat teman sekelasku sedang naik motor. Aku pun menghentikannya.

"Rief, bareng!" kataku.

Dia mengerem sepeda motornya, untung aja nggak terlalu kenceng. Segera aku naik di sadel belakang.

"Tumben kamu bawa motor," kataku.

"Ini motor curian, aku tadi buru-buru soalnya sedang dikejar ama yang punya," kata Arief.

"Hah? Beneran?"

Arief menoleh ke belakang, "Celaka! Mereka mengejar!"

"Anjrit! Rief beneran ini?"

Arief nggak menjawab langsung menarik gasnya. Aku segera berpegangan kepadanya. Motornya tiba-tiba ngebut gitu. Mana aku nggak pake helm lagi. Aku menoleh ke belakang mencari-cari orang yang mengejarnya. Waduh, bisa jadi kriminal ini aku karena satu sepeda motor ama Arief. Sejak kapan dia jadi pencuri motor?? Kalau aku ketangkap bisa-bisa jadi kriminal dong.

"Rief, Rief! Hentikan! Berhenti deh, aku jalan kaki aja," kataku.

"Yakin?" tanyanya mengejek.

"Eanjrit, daripada aku nanti digebuki orang sekampung," jawabku.

Arief ketawa. Eh?

"April Mop! Hahahaha, kena deh"

"Hah? Anjriiitt! Kena aku," ternyata aku dikerjai. Kurang ajar nih anak.

Motornya pun akhirnya masuk ke sekolah. Setelah berhenti di tempat parkir aku segera turun. Arief masih tertawa melihatku. Rasanya dia puas banget ngerjain aku.

"Masa' aku jadi pecuri motor sih bro? Nggaklah. Ini motor sodara aku pinjem. Hahahaha," katanya sambil tertawa lepas.

"Terserah deh," aku agak cemberut lalu masuk kelas.

Di kelas ini aku melihat Fitri, dia adalah temanku. Boleh dibilang dia cewek yang paling cakep di sekolah ini. Wajahnya mungkin bagaikan rembulan. Dan entah kenapa aku hari itu ingin banget buat ngusilin dia. Tapi mungkin agak keterlaluan kali ini. Baru beberapa menit dan pantatku belum panas duduk di kursi bel berbunyi dan guru wali kelas sudah masuk untuk mengajar.


================ INFINITE by Arczre ==============


Fitri, nama lengkapnya Fitri Kusuma Dewi. Terus terang sebenarnya aku ini suka juga ama dia. Selain dia cakep, juara kelas, dan jadi rebutan tiga orang di sekolah ini. Aku di antaranya. Yang menyukai dia seperti Dwi, Erik dan aku. Kami berempat adalah sahabat sejak SD. Jadi sekalipun aku, Dwi dan Erik beda kelas, tapi kami semua sangatlah dekat. Mungkin yang beruntung hanya aku yang bisa sekelas dengan Fitri jadi kami lebih sering bersama. Dan kami bertiga berlomba untuk merebut perhatiannya. Yang aku suka dari dia juga adalah rambutnya yang dikelabang mirip Lara Croft. Apalagi ketika dia dengan sedikit malu-malu menciumi rambutnya yang dikelabang itu. Duh rasanya, gemeeesssszzz!

Oke deh, jam istirahat sudah tiba. Aku teringat kalau kemarin aku meminjam buku catatan Fitri. Aku pun menghampiri mejanya. Dia tampak sedang menulis sesuatu. Melihatku datang ia buru-buru menutupnya.

"Hei Don," katanya.

Inilah saatnya, aku mau ngerjai dia. Lagipula ini April Mop bukan? Dia pasti maafin aku. Rasanya gatel kalau hari ini nggak ngerjain orang. Aku ubah raut wajahku menjadi jutek. Kubanting buku catatannya.

BRAAKK!

Tentu saja Fitri terkejut, juga teman-teman yang lain.

"Apaan sih?" tanyanya.

"Tulisanmu jelek. Aku saja nggak bisa baca," jawabku.

"Maksud lo?"

"Kamu tahu aku dari dulu nggak suka ama kamu. Muka kamu jelek. Sok periang, sok centil, sok cantik. Mendingan kamu jual diri saja sanah. Aku benci ama kamu," kataku.

"Kamu apaan sih Don? Datang-datang nggak terima kasih tapi malah langsung ngehina?"

"Udahlah Fit, aku benci ama kamu. Mending kamu pergi aja sana. Muak aku melihat kamu."

BRAAKK!

Fitri langsung berdiri sambil menggebrak meja. Dia mendorongku, "Apaan sih? Punya masalah apa kamu ama aku?"

"Masalahnya itu ya kamu! Gara-gara kamu persahabatanku ama Erik dan Dwi hancur ngerebutin kamu. Dasar jalang. Pergi saja sana! Kalau perlu mati sekalian!"

"Benarkah itu? Gara-gara aku persahabatan kalian hancur?"

"Iya, puas kamu sekarang?"

Tiba-tiba Fitri berlari keluar kelas. Dalam hati aku tertawa puas melihat raut wajahnya yang sedih itu. Aku bisa mengerjainya. Setelah Fitri pergi keluar kelas aku tertawa.

"Don, kamu apaan si tadi?" tanya Eka, salah satu teman sekelasku.

"Iya, apaan itu tadi?" tanya Arief.

"April Mop guys, April Mop. Tentunya nggak begitu dong perasaanku ke Fitri," kataku sambil masih ketawa.

"Eh, gilak. Aku kira beneran. Kejar Fitri tuh! Ntar beneran bunuh diri lagi," kata Eka.

"Nggak mungkin. Fitri koq bisa seperti itu," kataku santai.

Aku pun keluar kelas berusaha mencari-cari dia. Tiba-tiba aku melihat banyak murid-murid menunjuk-nunjuk ke atas. Aku penasaran dan kulihat Fitri. Ngapain dia ada di gedung lantai tiga? Cepet banget larinya sudah sampai di sana dan sekarang ia what??? Mau lompat??

Aku segera berlari menuju ke arahnya. Tapi....terlambat. Aku baru saja mau manggil namanya tiba-tiba dia sudah terjun bebas. BRUK! Kepalanya bersimbah darah.

"Tidak, tidak! FITRIII!" aku segera menghampirinya. Aku hanya melihat matanya yang terbelalak. Tubuhku langsung gemetar. Di hadapanku dia menjatuhkan dirinya. Apa yang sedang dipikirkan olehnya?


================ INFINITE by Arczre ==============


Aku bodoh. Ya, aku bodoh.

Aku tak tahu kalau Fitri akan melakukan itu. Aku sekarang hanya bisa menyesal di dalam ruang kelas. Mayat Fitri tadi sudah dibawa ke rumah sakit. Mungkin dari semua orang akulah yang paling terpukul. Aku tidak sungguh-sungguh tadi mengucapkan hal itu. Tapi kenapa Fitri berpikir lain?

"Doni, kamu bawa barang-barang Fitri ke rumahnya! Sekalian minta maaf kepada keluarganya!" kata Arief.

"Iya, ini salah kamu. Sekarang nyesel kan? Makanya jadi anak jangan usil!" kata Eka.

Tak terasa air mataku mengalir. Aku pun mengambil ransel milik Fitri dan buku yang tadi sempat ia tulis aku ambil. Eh, ini bukan buku biasa. Ini buku Agenda. Aku pun segera keluar dari kelas untuk pergi ke rumahnya. Tapi rasa penasaranku terhadap buku itu pun membuatku membukanya.



20 Januari

Dear Diary,

Tahu nggak? Aku hari ini lihat Doni, anak konyol yang suka iseng itu. Dia temenku sejak SD. Kami sahabatan lama. Tahu nggak kalau gosipnya sih aku jadi rebutan dia, Erik ama Dwi. Hihihihi..


14 Februari

Dear Diary,

Doni ngasih aku coklat. Oh tidaak....apa ini pertanda dia nembak aku? Eh nggak juga. Dia nggak ngomong koq. Tapi aku suka bentuk kadonya. Diikat pita warna pink. Erik ama Dwi malah nggak ngasih aku apa-apa. Apakah jangan-jangan....jangan-jangan....???

Ah auk ah gelap.



Aku lewati hingga ke halaman terakhir kali dia nulis


1 April

Dear Diary,

Aku hari ini ingin ngucapin sesuatu yang terpendam selama ini kepada Doni. Kalau aku suka ama dia. Aku akan terima kalau dia nggak suka ama aku. Tapi aku tak mampu lagi membendung perasaanku. Aku suka ama.....


Tulisannya terputus. Berarti itu tadi dia mau menulis sesuatu. Dia suka kepadaku. Hatiku makin hancur. Tangisanku makin keras. Dengan langkah gontai aku pun menahan diri untuk tidak sedih, tapi tak bisa. Kukirim tas ransel Fitri ke rumahnya sekaligus turut berbela sungkawa. Sedangkan buku diarynya aku simpan sendiri. Aku menyesal, sangat menyesal.

Setelah aku sampai di rumah aku segera mengurung diri di kamarku. Aku peluk diary milik Fitri. Aku menangis lagi. Mamaku saja sampai heran dengan sikapku.

"Kalau aku punya kesempatan. Aku ingin kembali memperbaiki semuanya Fit. Aku ingin bisa memperbaiki semuanya," kataku. "Maafkan aku, maafkan aku.....maafkan aku...."

Hari itu aku menyesal, sangat menyesal. Ulah usilku malah membuat orang yang aku sukai pergi. Ya, aku jujur menyukai Fitri.



SCENE 2


"Doooniii! Banguuunnn!" terdengar suara teriakan mama di luar kamar.

Dengan menggeliat aku pun terbangun sambil mengucek-ucek mata. Kulihat jam sudah menunjukkan pukul 6 pagi. Buset, udah jam segini? Arrgghhh sial, gara-gara nonton liga Inggris tadi malem jadi kesiangan deh.

"Iya maaaa!" jawabku.

"Ini sudah jam enam lho. Kamu mau berangkat jam berapa?"

"Iya iya, ini udah bangun!" kataku segera bangun mengambil handuk kemudian pergi ke kamar mandi.

Setelah mandi aku melihat kalender sobek. Kalender itu menunjukkan angka 31 bulan Maret, berarti sekarang harusnya tanggal 1. Aku pun merobeknya. Eh, tunggu dulu. Koq tanggal 1 April lagi??

"Buku Harian, buku hariannya Fitri mana? Buku hariannya!" seruku. Aku segera mencari-cari di tempat tidurku. Padahal aku yakin tadi malam aku peluk. Aku makin penasaran, apakah mama masuk kamarku?

"Maaa, apakah mama masuk kamarku?" tanyaku.

"Nggak. Ngapain mama masuk kamarmu?" sahut mama dari bawah.

"Apa Si Rama masuk kamarku?" tanyaku lagi.

"Orang kamarmu di kunci gitu gimana Rama bisa masuk?" sahut mama lagi.

Oh iya, benar juga. Trus?? Koq sekarang tanggal 1 April??

"Ini tanggal berapa ma?" tanyaku lagi.

"Tanggal 1 April. Apaan sih? Cepetan turuun!" teriak mamaku.

Aneh, aneh, aneh!

Aku langsung memakai baju seragamku. Kemudian turun ke meja makan. Di sana sudah ada Rama. Dia tampak buru-buru sekali. Nggak mungkin. Ini kejadian persis seperti kemarin.

"Kamu berangkat lebih awal. Jangan bilang kalau Bill Gates mau datang ke sekolahmu," kataku.

"Lho, koq kakak tahu?" kata Rama.

"Bullshit!" aku terkejut.

"Udah ah kak, aku mau berangkat. Ma bekalnya mana?" tanya Rama.

Mama memberikan Rama kotak bekal. Memang tak biasanya dia membawa bekal ke sekolah.

"Kamu nggak tahu kalau ini tanggal 1 April dan nggak curiga kalau dikerjai?" tanyaku ke Rama.

"Heh? Oh iya, jangan-jangan aku dikerjai. Waduh," Rama lemes yang tadinya barusan bersemangat.

Mama ketawa. "Hahahaha, makanya jadi bocah jangan mau ditipu"

Aku hanya nyengir saja. Menu yang ada di meja juga sama seperti kemarin. Apa yang sebenarnya terjadi??

"Ini beneran tanggal 1 April Ma?" tanyaku lagi.

"Kamu ini kenapa sih? Iya, ini tanggal 1 April," jawab mama.

Setelah sarapan aku pun segera berangkat. Dan di luar aku lihat ada petugas pegawai PDAM seperti kemarin. Ya, seperti kemarin. Apa-apaan ini?

Aku pun bertanya kepadanya, "Ada yang bocor pak?"

"Iya mas," jawabnya.

"Ini tanggal 1 April ya?" tanyaku lagi.

"Iya, mas. Kenapa? Ada sesuatu?" tanyanya.

"Ah nggak. Nggak apa-apa," jawabku.

Kalau memang kejadian hari ini sama seperti kemarin berarti sebentar lagi pasti ada Arief yang naik sepeda motor. Beneran. Aku lihat dia naik sepeda motor. Aku pun melambai kepadanya. Dia berhenti dan kemudian aku langsung naik sadelnya.

Dan sebentar lagi Arief akan mengatakan bahwa ini motor curian. Aku entah kenapa secara reflek langsung bicara seperti kemarin.

"Tumben kamu bawa motor," kataku.

"Ini motor curian, aku tadi buru-buru soalnya sedang dikejar ama yang punya," kata Arief. Nah, bener kan?

Ini adalah hari teraneh dalam hidupku. Aku mengulang apa yang terjadi kemarin. Ini benar-benar mimpi buruk. Semuanya sama persis seperti kemarin. Aku menganggap ini cuma mimpi. Atau aku barusan terbangun dari mimpi. Akhirnya kemarin itu aku anggap adalah mimpi dan ini kenyataan. Tapi sekali lagi aku harus yakin bahwa ini adalah kenyataan. Ya, kemarin itu mimpi, ini adalah kenyataan buktinya aku terbangun.

Kalau aku hari ini melakukan apa yang seperti aku lakukan di dalam mimpiku, maka Fitri bakal bunuh diri. Aku sekarang melihat dia. Tersenyum manis kepadaku. Aku melihat sebuah buku di mejanya. Itu...itu buku diarynya. Nggak mungkin. Apakah itu asli? Berarti benar kemarin yang aku lihat dia bunuh diri itu hanya mimpi. Ahhh....syukurlah.

Baiklah kalau begitu. Aku tak akan melakukannya.


================ INFINITE by Arczre ==============


Hari ini sampai pulang sekolah aku tak melakukan apa-apa. Jadi tak ada yang terjadi dengan Fitri, syukurlah. Aku masih melihat dia ceria hari ini. Hari itu aku sedikit gembira karena mimpi buruk kemarin tidak terjadi hari ini. Namun ada yang aneh. Aku melihat Fitri berlari menuju ke arahku. Ada apa?

"Doon!?" panggilnya. Ia agak ngos-ngosan.

"Apaan?"

"Kamu bisa nolong aku?" tanyanya.

"Apa?"

"Pura-pura jadi pacarku"

"Hah?"

"Ayolaaah!"

"Inikan April Mop. Plis plis pliiiiisss!"

"Kenapa?"

Dari kejauhan aku lihat Dwi. Dia ini cowok yang boleh dibilang sangat terkenal di kalangan cewek-cewek. Yup, dia adalah anak klub basket. Nggak hanya itu, sebagai kapten ia mampu memimpin timnya meraih kejuaraan berkali-kali dalam berbagai kompetisi. Maka tak heran kalau dengan body atletisnya itu banyak cewek-cewek ngantri dan iya. Dwi ini beda kelas denganku meskipun begitu kami tetep sahabat baik.

Dwi tampak menghampiri kami berdua. Fitri langsung memegang lenganku.

"Fit, kamu gimana sih? Koq malah menghindar?" tanya Dwi.

"Eh, Dwi. Sebenarnya aku sudah jadian ama Doni," jawab Fitri.

"Hah?" aku dan Dwi sama-sama terkejut.

"Kamu nggak bercanda kan?" tanya Dwi.

"Nggak, beneran. Ya kan Don?" tanya Fitri sambil mencubit perutku.

"Itu...," melihat mata Fitri menatap tajam kepadaku aku pun menghela nafas. Terpaksa aku bilang, "Iya". Tentunya aku tak mau terjadi hal yang aneh-aneh kepada Fitri.

"Oh, begitu," kata Dwi singkat. "Lalu kenapa kalian nggak jujur kalau memang udah jadian"

"Jadiannya... yaa...kan nggak mesti harus bilang 'kan?" kata Fitri sambil nyengir.

Dwi menyunggingkan senyum.

"Selamat deh kalau gitu. Ya sudah, aku pergi dulu," kata Dwi. Dia pun pergi meninggalkan kami.

Kami berdua hanya terpaku dan tangan Fitri masih menggandeng tanganku. Kami berdua sekarang mematung. Aku jadi teringat dengan buku harian yang ditulis oleh Fitri itu. Apa aku harus mengatakan isi dari buku harian dia? Aku menghela nafas lagi. Fitri pun melepaskan pegangannya.

"Kamu kenapa bilang begitu ke Dwi? Kita kan emang belum jadian," kataku.

"Makasih yah," katanya.

"Makasih buat apa? Fit, aku pernah melihat yang namanya dusta dan aku tidak mau lagi melihat akibat dari dusta itu," kataku.

"Sudahlah, nggak apa-apa koq. Lagian nanti aku akan bilang kalau ini semua cuma April Mop ke dia," katanya.

"Fit, kenapa kamu nggak bilang saja kalau kamu emang menolak cintanya Dwi?"

"Kamu sendiri? Berani nggak pacaran ama aku?"

"Maksudnya?"

"Yah, biar ini bukan bohongan lagi, pacaran yuk?!"

"Yaelah, langsung to the point. Fit, ....," aku tak meneruskan kata-kataku.

"Kenapa? Kamu udah punya cewek?"

"Belum, bukan itu."

"Trus? Jangan katakan kalau kamu ama Dwi"

"Hei, aku cowok normal. Emangnya apaan?"

"Hehehehe, trus? Kenapa? Sejujurnya aku suka ama kamu Don, udah lamaaaaa. Sejak kita masih SD dulu," katanya.

"Aku tahu koq," jawabku.

"Hah? Serius? Tahu dari mana?"

"Ee...itu...yah,.. orang yang suka ama yang tidak itu kan perbedaannya jelas," tukasku.

"Hehehe, kamu sendiri?? Suka ama aku? Nggak apa-apa kan sekali-kali cewek yang bilang duluan," katanya. Tatapan matanya itu seperti seorang bidadari bermata jeli. Kenapa aku jadi berdebar-debar gini yah? Ya, aku akui aku suka ama dia. Tapi tidak dengan menyakiti hati Dwi juga kan? Aku bisa melihat bagaimana Dwi tadi dibohongi seperti itu.

"Aku ... aku akui aku suka sama kamu, tapi membohongi Dwi seperti tadi rasanya....," belum sempat aku lanjutkan omonganku sudah dipotong ama Fitri.

"Yeeeeyyy! Syukurlah. Berarti selama ini kita punya perasaan yang sama yah? Mmmmuuuaaacchh!" pipiku langsung diciumnya. "Aku mau cabut dulu ambil ransel, sampai ketemu di gerbang!"

Dia langsung pergi begitu saja.

"Fit! Fitri!?" aku panggil-panggil dia tapi tak membalas.

Aku kemudian hanya berdiri mematung. Bingung. Koq cepet banget jadiannya?? Tapi ada sesuatu yang menurutku sangat kurang. Kenapa harus dengan berbohong ke Dwi segala? Kenapa coba?

Sesaat kemudian aku melihat murid-murid berlarian. Aku hardik salah satunya, "Ada apa?"

"Ada kejadian di ruang ganti!" katanya.

"Hah?"

Karena penasaran aku pun mengikuti mereka yang berlari. Ruang ganti ini terletak di gedung belakang sekolah. Di sana dekat dengan tempat parkir dan lapangan sepak bola, juga lapangan basket. Di sebelahnya ada sebuah ruangan yang biasa digunakan untuk tenis meja dan lapangan badminton. Begitu kami sampai tampak murid-murid mengerumun di sana.

"Ada apa?" tanyaku.

"Dwi! Dwi gantung diri," jawab salah satu murid.

"Apa?" aku segera berdesak-desakan untuk melihat ke dalam ruang ganti. Dan iya, aku lihat Dwi di sana. Dia memakai sebuah tali tampar warna biru yang dililitkan ke lehernya menggantung ke sebuah kayu jati besar yang ada di langit-langit. Matanya melotot ke atas, lidahnya terjulur. Tubuhnya menggantung.

Oh tidak, apa yang sebenarnya terjadi?

Fitri baru sampai mungkin karena penasaran. Dia kemudian melihat tubuh Dwi yang sudah terbujur kaku menggantung di ruang ganti, langsung saja dia berteriak histeris. Karena kaget aku menoleh ke arahnya. Tak berapa lama kemudian ia pingsan.

Sore itu aku mengantar Fitri pulang. Dia shock. Selama perjalanan pulang ke rumah aku terus menggadeng erat tangannya. Dan selama perjalanan itu dia terus berkata, "Aku menyesal tadi berbohong kepada Dwi, aku menyesal."

Dan selama itu pula aku hanya bisa bilang, "Sudahlah, itu sudah terjadi"

Aku juga merasa kehilangan Dwi. Dia adalah sahabatku juga. Kenapa harus seperti ini? Kenapa sampai bisa terjadi seperti ini? Tapi memang benar ini hari teraneh dalam hidupku. Kenapa aku harus kembali mengalami hari yang menyedihkan ini.

Setelah aku antarkan Fitri pulang. Aku nasehati dia agar jangan merasa bersalah. Kuberikan pelukan dan kecupan di keningnya untuk menenangkan dirinya. Akhirnya ia pun bisa tersenyum.

"Makasih ya Don atas hari ini," katanya.

"Iya, kamu bisa aku tinggal kan? Aku takut kalau kamu nanti gimana-gimana," kataku.

"Nggak apa-apa, makasih," katanya.

Aku masih berdiri sambil menggenggam tangannya. Melihat sorot matanya aku bisa rasakan penyesalan yang sangat mendalam. Kami berdua kehilangan seorang sahabat. Fitri menciumi kelabangnya lagi. Duh, ini salah satu pose terimut yang selalu aku nantikan.

"Udah pegangan tangannya, aku mau masuk ke rumah," katanya.

"Oh, iya," aku segera melepaskan pegangannya.

Dia melambai kepadaku, lalu berbalik. Sesaat sebelum masuk rumah ia menoleh lagi kepadaku. Ia berbalik lagi menghampiriku. Dengan cepat pipiku diciumnya lagi, lalu ia segera berbalik dan meninggalkan aku sendiri di luar rumahnya. Sungguh hari yang aneh. Entah aku harus bahagia ataukah aku harus bersedih.

Lagi-lagi aku pulang dengan langkah gontai. Hari itu aku tak bersemangat untuk apapun. Aku kehilangan sahabat lagi. Tidak, aku sudah bermimpi tentang hari ini. Tapi hasilnya beda. Mungkin mimpiku kemarin adalah pertanda. Baiklah, moga besok aku bisa melewati hari.

Malamnya aku dan Fitri saling chat lewat BBM.

BBM said:
Me: Belum tidur?

Fitri: Belum.

Me: Entah mengapa hari ini aku bisa bahagia dan sedih sekaligus.

Fitri: Sama.

Me: kamu masih shock?

Fitri: Iya. Tapi lega juga kamu menghiburku. Makasih ya.

Me: Udah, terlalu banyak terima kasih kamu. Ini udah jam 11 malam lho. Koq belum tidur?

Fitri: Blom ngantuk.

Me: Mau aku temeni?

Fitri: Mauuuuu...

Me: Oya, kamu emang suka bawa buku agenda ke sekolah yah?

Fitri: Koq kamu tau?

Me: Nggak, aku cuma liat kamu nulis aja koq.

Fitri: Nggak juga sih, entah kenapa hari ini aku bawa ke sekolah.

Me: Oh begitu.

Fitri: kamu suka ama aku, kenapa nggak bilang dari dulu?

Me: Aku juga inginnya seperti itu. Entahlah, aku juga bingung.

Fitri: Aku tahu koq, kamu Dwi dan Erik saling curi perhatian ke aku. Sejak kita masih SD.

Me: Hehehehe...tahu aja.

Fitri: Tahu dong, kamu jangan meremehkan intuisi seorang cewek yah!?

Me: Nggak, nggak meremehkan koq. Ya udah deh, nggak bobo?

Fitri: Ini mau bobo.

Me: Udah ya, sweet dreams cantik.

Fitri: You too ganteng.....

Kami setelah itu tak saling berbalas chat lagi. Aku sudah pergi ke pulau kapuk. Bermimpi.......


SCENE 3

"Doooniii! Banguuunnn!" terdengar suara teriakan mama di luar kamar.

Dengan menggeliat aku pun terbangun sambil mengucek-ucek mata. Kulihat jam sudah menunjukkan pukul 6 pagi. Buset, udah jam segini? Arrgghhh sial, gara-gara nonton liga Inggris tadi malem jadi kesiangan deh.

Wait!....

Scene ini...., nggak mungkin. Aku buru-buru bangun dan melihat kalender sobek. Kulihat tanggal 31 Maret. Oh shit! Tidaaaaakkk! Apa yang terjadi sebenarnya?

"DONIIII! BANGGUUUN!" teriakan mama makin keras.

"Iya maaaa!" sahutku.

Badanku langsung lemas dan gemetar. Nggak mungkin. Ini nggak mungkin kenapa aku harus mengalami hari ini lagi? Apa yang sebenarnya terjadi?

Lagi-lagi hari ini sama seperti kemarin. Kenapa aku mengalami hari yang berulang-ulang? Kenapa? Apa yang sebenarnya terjadi??

Ada yang berbeda hari ini. Tak ada yang beda. Adikku tetap mengira Bill Gates akan datang ke sekolah. Dan petugas PDAM akan membenahi saluran air. Arief yang tumben naik sepeda motor. Tapi kali ini aku tidak ikut nebeng. Aku sampai di sekolah lagi. Aku lihat Fitri. Segera aku hampiri dia.

"Fit, Fit!" sapaku.

"Apa?" tanyanya.

"Kamu ngerasa hari ini aneh nggak?"

"Nggak, kenapa?"

"Kamu percaya nggak kalau aku pernah mengalami hari yang teraneh dalam hidupku?"

"Apa?"

"Aku sudah pernah mengalami ini. Ini tanggal 1 April, di mana orang-orang berbohong. Aku pernah ngerjain kamu, kamunya bunuh diri, esoknya terulang lagi tapi kini Dwi yang bunuh diri. Aneh kan??"

"Kamu yang aneh. Kemarin itu tanggal 31, nggak mungkin kamu udah melewati hari ini. Kamu mau ngerjain aku ya? Mentang-mentang ini Aprli Mop."

"Nggak, beneran. Aku bahkan tahu kalau kamu sekarang bawa buku harian"

"Maksudnya? Kamu ngintip buku harianku?"

"Hmmm...bukan itu, maksudnya...."

Fitri langsung berdiri. Dia mendorongku.

"Kamu baca diaryku?"

"Aku saat itu baca karena memang kamu ....kamu saat itu sudah nggak ada, jadi aku balikin barang-barangmu ke rumahmu dan.."

PLAAAKK!

"Jangan sembarangan buka buku diary orang! Jadi kamu tahu isinya?"

"Iya, aku tahu."

Fitri menghela nafas. "Trus?"

"Apanya?"

"Trus, kalau sudah tahu gimana tanggapan kamu?"

"Itu....aku... ya...gitu deh"

"Ya gitu deh gimana? Jawab dong Don!"

"Iya, aku juga suka ama kamu, tapi jujur ini hari yang aneh. Aku sudah pernah melewati hari ini sebelumnya," kataku.

Tiba-tiba Fitri langsung memelukku. Waduh, entahlah. Apa yang akan terjadi hari ini.

"Syukurlah, kukira kamu nggak bakal suka ama aku," kata Fitri.

Ternyata percuma saja ngomong kalau aku sekarang mengalami looping. Saat itulah Erik melintas kelasku dan melihat kami berpelukan.

"Doni? Fitri?" sapa Erik.

"Erik...?!" aku kaget. Segera Fitri dan aku melepas pelukan kami.

"Ada apa?" tanya Erik.

"Oh, nggak ada apa-apa koq," kataku.

"Kalau nggak ada apa-apa ngapain pelukan?" tanyanya.

"Ada deh," kata Fitri.

"Jangan bilang kalau kalian berdua jadian?!"

"Nggak koq," kataku.

"Iya, kami berdua udah jadian," kata Fitri.

Erik melihatku, lalu ke Fitri. Ia bertanya, "Siapa yang benar?"

"Sejujurnya aku suka ama Fitri," jawabku.

"Aku juga sama perasaanku ama Doni," jawab Fitri.

"Oh,...begitu"

"Rik, Rik, tunggu!" kataku sebelum ia pergi.

"Ada apa?" tanyanya.

"Kamu nggak bakal melakukan hal yang aneh-aneh kan?" tanyaku.

"Hal-hal yang aneh apa?"

"Misalnya seperti bunuh diri gitu?"

"Ah, ngaco kamu. Kalau kalian berdua jadian selamat deh. Biar aku beritahu Dwi. Katanya dia mau nembak Fitri hari ini," jelas Erik.

"Kamu tahu dia mau nembak Fitri?" tanyaku.

"Heh? Masa'?" Fitri terkejut.

"Iya, beneran," kata Erik.

Hari itu pun berlalu tanpa ada sesuatu yang mengejutkan. Aku sudah mulai bosan karena selalu melalui mata pelajaran yang sama dan penjelasan guru-guru dengan cara yang sama. Dan total hari itu aku tak mendapati siapapun bunuh diri. Bukan Fitri, bukan pula Dwi. Hingga jam pelajaran hari ini selesai.

Aku duduk termangu di sebuah bangku di luar kelas. Mengamati teman-teman yang pulang. Fitri kemudian menghampiriku.

"Kamu kenapa?" tanyanya.

Aku tak menjawab.

"Pulang yuk?!" ajak Fitri.

Aku beranjak, "Yuk"

Kami berdua berjalan bersama. Hingga ketika di jalan ketemu ama Erik dan Dwi.

"Hei!" sapa Dwi.

"Hai Wi!" sahutku.

"Selamat yah, kalian," katanya.

"Makasih," jawabku.

"Jagain dia lho, awas kalau nggak," kata Erik.

"Beres bro," kataku.

Kami pun berpisah setelah itu. Aku dan Fitri saling berpandangan. Entahlah ada rasa yang aneh di antara kami. Tapi yang jelas aku pun merasa aneh. Karena lagi-lagi aku bisa dekat dengan Fitri sekali pun hari ini berulang. Awalnya adalah sebuah penyesalan di mana aku mengerjai dia sampai bunuh diri hari itu. Tapi kini....aku sendiri tak yakin apakah ini adalah terakhir kalinya aku keluar dari hari yang berulang.

Saat berjalan bersama kami banyak ngobrol di jalan. Bercerita banyak hal, kadang juga bercanda. Wajar, karena kami sering melakukannya dulu. Saat itulah aku melihat di jalan ada anak kucing yang menyebrang.

"Eh, lihat ada kucing nyebrang!" kata Fitri sambil nunjuk.

"Kamu di sini deh, aku coba tolong," kataku. Segera aku menengok kiri kanan. Sepi jalan rayanya. "Puuusss, sini...sini..."

Tapi kucing itu nggak menyahut. Dia hanya menoleh ke arahku. Ah, bodo. Aku segera berjalan ke tengah jalan raya. Aku pun menangkap kucing mungil itu. Fitri melambai ke arahku agar segera ke tempatnya. Aku pun berjalan menuju ke arahnya. Namun sekali lagi ini adalah peristiwa yang teraneh dalam hidupku.

BRRRAAAAAAKKKKK!

Sebuah papan reklame roboh menimpa Fitri. Aku terbengong. Mataku berkaca-kaca, bahkan anak kucing yang tadi aku pegang sudah lari entah ke mana. Orang-orang langsung berdatangan mencoba menolong Fitri yang tentu saja sama sekali aku tak bisa bayangkan dia bakal selamat tertimpa papan reklame yang sangat besar itu. Aku saja melihat darah mengalir dari tempat dia tertimpa. Tubuhku lemas. Kuhampiri Fitri.

Aku pun menangis. Sambil berusaha mengangkat papan reklame itu bersama orang-orang. Akhirnya bergeser juga itu papan reklame. Aku bisa melihat tubuh Fitri yang remuk. Kepalanya remuk sampai ke separuh badannya. Aku pun tak tega melihatnya.

"Fiit! Fitriiii!" teriakku.

Aku tak ingat lagi apa yang terjadi. Mungkin aku pingsan.


================ INFINITE by Arczre ==============


"Doooniii! Banguuunnn!" terdengar suara mama.

Aku langsung bangun seperti terbangun dari mimpi buruk. Aku melihat sekeliling. Aku mencoba menerka ini di mana. Ini...di kamarku. Kulihat kalender. Tanggal 31 Maret. Oh tidak. Tidak, tidak, tidak. Aku bakal mengulangi lagi hari ini. Aku mau bunuh diri saja. Aku tak kuat. Melihat Fitri mati dua kali itu aku nggak kuat. Nggak tega.

Aku segera buka jendela kamarku. Entah apa yang ada di pikiranku saat itu. Mungkin karena aku stress. Mungkin juga depresi. Melihat orang yang aku cintai mati dua kali itu membuat pikiranku terganggu. Dan aku pun lompat.

JLLEEEBB!

Tubuhku dengan sempurna menancap di pagar rumahku. Aku tewas hari itu. Sayup-sayup aku bisa mendengar jeritan mama. Setelah itu semuanya gelap. Gelap.......


================ INFINITE by Arczre ==============


"Doooniii! Banguuunnn!" terdengar suara mama lagi.

Aku terbangun lagi. Di kamarku. Ini aneh. Kenapa aku mengulang lagi hari ini? Dengan rasa tidak percaya aku pun berjalan menuju kamar mandi untuk mandi. Dengan lesu aku sarapan.

"Kamu tak perlu buru-buru, Bill Gates nggak akan datang ke sekolahmu. Itu cuma April Mop," kataku ke Rama.

Ia yang baru keluar kamar kaget mendengarku bisa tahu.

"Koq kakak tahu?" tanyanya.

Aku hanya sedikit sarapan nasi goreng pagi itu. Segera aku pergi setelah pamit kepada mama dan foto papaku. Aku pagi ini masih melihat petugas PDAM itu. Aku tak menyapanya. Aku juga melihat Arief yang naik sepeda motor itu tapi aku tak ingin nebeng dia. Apa yang sebenarnya aku harus lakukan?? Aku pun mengingat-ingat awal pertama kenapa aku sampai terjebak di hari yang sama. Semua itu karena....aku ingin memperbaiki semuanya. Ya, aku ingin memperbaiki semuanya. Aku sangat menyesal ketika aku melihat Fitri yang bunuh diri. Melihatnya mati membuatku sangat bersedih.

Aku pun segera berlari ke sekolah. Ya, aku akan melakukannya hari ini. Aku akan memperbaikinya.

Setelah aku sampai di kelas, aku segera menarik tangannya. Fitri tentu saja kaget dengan sikapku ini.

"Apaan sih Don?" katanya.

Aku pun terus menggandeng dia sampai keluar dari sekolah. Ya, keluar dari sekolah.

"Don, mau kemana kita?" tanyanya.

"Udah, jangan banyak tanya, ikut aja," kataku.

Aku terus mengajaknya berjalan hingga sampai di sebuah tempat. Sebuah taman. Ya, sebuah taman. Di sini ada taman bermain anak-anak yang dulu kami sering bermain di sini.

"Ngapain ke sini?" tanya Fitri.

"Ini adalah tempat pertama kali kita bertemu bukan? Duluuuuu sekali, pas waktu kita kecil. Dan kita ketemu di SD habis itu," kataku.

"Hehehehe, kamu masih inget aja," kata Fitri.

"Fit, aku ingin mengatakan sesuatu kepadamu"

"Apa?"

"Aku suka kamu, sejak dulu. Mungkin sejak cinta monyet. Aku tak peduli apakah kamu suka aku atau tidak, tapi terus terang aku tak ingin kehilangan kamu. Aku tak ingin kehilangan kamu Fit. Dan akuu....," bibirku ditutup oleh jari telunjuk Fitri.

"Aku juga Don, aku juga. Sejak dulu, aku suka ama kamu," katanya.

Aku tak mau menyia-nyiakan waktu ini, karena waktu inilah waktu yang tepat. Aku langsung memajukan wajahku mencium dia. Inilah first kissku di masa SMA. Mencium bibir orang yang aku suka. Aku pun memeluknya, aku tak ingin melepaskan Fitri. Aku mencintainya, aku ingin dunia tahu dan aku tak ingin menyakiti hatinya.


================ INFINITE by Arczre ==============


"Papaaaa!?" terdengar suara.

Aku terbangun ketika sebuah hentakan menindih perutku. Seorang anak kecil berusia 4 tahun-an masuk ke kamarku dan berbaring di atas tubuhku.

"Papaa, bangun. Udah pagi!" katanya.

Siapa anak kecil ini? Namanya Rio. Dia anakku dengan Fitri. Ya, aku sudah menikah dengan Fitri. Aku sendiri tak percaya ini. Ketika hari yang berulang itu tidak lagi terjadi aku seperti bangun dari mimpi. Hubunganku dengan Fitri sangat kuat setelah itu. Kami saling mencintai dan aku benar-benar menjaganya. Setelah lulus kuliah aku langsung menikahinya.

"Sayang, ayo bangun! Udah pagi lho. Ingat janji ngajak Rio renang hari ini!" kata istriku.

"Iya, iya," kataku.

Aku pun bangun.

"Papa, hari ini mau ngajak Rio renang kan? Rio kepengen nyoba kolam dewasa," katanya.

"Nggak boleh, ntar tenggelam," kataku.

"Kan papa pegangin," katanya.

"Jangan Rio, ntar tenggelam papa yang repot. Main di Water Boom aja," kataku.

"Tapi Rio kepengen bisa jadi atlet renang," katanya. Entah sejak kapan dia koq tertarik banget ama renang. Mungkin gara-gara adikku Rama yang barusan menang olimpiade renang. Kebetulan dia memang sangat dekat dengan pamannya itu.

"Ya udah, tapi nanti pake pelampung. Tapi nggak lama yah," kataku.

"Horeee!" tampak dia senang sekali. Rio segera pergi keluar kamarku. Fitri lalu masuk.

Aku langsung menarik tubuhnya. Keningku kutempelkan ke keningnya. "Pagi sayang"

"Mandi sana!" katanya.

"Mandiin dong!"

Perutku dicubit, "Aduh!"

"Dasar, nggak boleh nakal yah! Udah ah, mau lanjut masak," kata istriku lalu pergi meninggalkanku sendiri.

Aku bahagia. Setidaknya, begitu. Ternyata kejujuran itu lebih menyenangkan daripada kedustaan. Dan aku terus menjaga Fitri sampai sekarang. Aku tidak lagi mengalami hari berulang itu. Dan semoga tidak lagi.



===================== END =======================

2eb0b3400937214.jpg


 
Terakhir diubah:
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
Awesome.

Satu kata diatas sangat cocok untuk cerita ini...

Kalo gak salah, ini mirip sama salah satu adegan dalam anime naruto, yaitu saat itachi menggunakan jurus izanami terhadap kabuto dalam perang dunia ninja. Sebelum mengakui kebenaran, maka kau akan berada dalam lingkaran yang tiada akhirnya.

Salut dah...
 
cerita perulangan yg menarik.

kyk adegan di anime suzumiya haruhi yg terus mengulang hari gara gara si haruhi nya gak mau liburan musim panas nya berakhir.
agak mirip ma film butterfly effect yg bisa mengulang kejadian yg gk dia inginkan dengan tulisan tulisan dia di masa kecil.

meski mirip mirip tpi bang arci menampilkan plot yg beda dan menarik..

di tunggu cerita mindfuck lainnya ya bang :)

best regards,
your reader
 
Wah minfak lg..:jempol:
jd keinget ama film boboko jadul,cerita tentang seorang pemuda yg gk pernah bisa ngelewatin malam natal.mgkinkah idenya dari situ ganarc?
 
idenya standar dari tema2 serupa. Cuma ini ane kasih rasa penyesalan karena melakukan kesalahan di April Fool.
 
:haha:ane Ngasih point 9 bwt minfak april foolnya ganarc.mdah2an msuk itungan modred..
 
Wowww cerita minpak (lagii) :hore:

Rada serem juga pake bunuh diri gituu :takut:

Cek Kulkas Bang Archie ,, yg seger :cendol: terkirim ,,,
 
Wowww cerita minpak (lagii) :hore:

Rada serem juga pake bunuh diri gituu :takut:

Cek Kulkas Bang Archie ,, yg seger :cendol: terkirim ,,,

makasih cendolnya. Selamat ye, udah jadi d0natur (jadi d0natur HANYA melalui admin team, BUKAN lewat staff lain) sekarang. baidewei koq ente nggak nulis cerita juga? Ayo dong sumbang-sumbang :)

:papi:
 
Nilai 9 buat Bang Arci :D

Bukan karena Bang Arci penulis pavorit ane, tapi memang menurut ane Bang Arci selalu sanggup mempertahankan gaya ceritanya..., jadi, jika ada cerita minpak, pasti ingat Bang Arci... :D

:jempol:
 
makasih makasih. saya terima dengan hangat semua penilaiannya.
Beda emang karya yang dibuat dengan pesanan tema dulu dibandingkan sekedar nulis. Jauh banget :D
Dapat nilai baik itu udah syukur. :ampun: :ampun:
 
Ah iya, ane emang spesialis Good Ending. Jadi awalnya maunya ending menggantung, tapi nggak seperti kebiasaan ane.
Akhirnya ane bikin good ending. :D :Peace:
 
makasii bang ,,

ane memiliki kecenderungan susah mengunggkapkan buah pikiran kedalam tulisan ;)

lebih mending jadi komentator aja bang,,
:pandapeace:
 
Saya ijin kasih nilai...

Ide cerita sangat menarik...
Namun saya ingin memberi beberapa masukan kalau berkenan.

Saya sedikit terganggu dengan penulisan scene 1, scene 2 dsb...
Seperti membaca sebuah skrip untuk film...

Mungkin lebih bagus jika pembagian scene di buat berlanjut dari cerita sebelumnya...
Misal sang tokoh utama tertidur setelah scene 1, kemudian terbangun keesokan paginya oleh teriakan ibunya dan masuk ke scene 2...
Bisa juga dia pingsan melihat orang yang disukainya mati kemudian terbangun keesokan paginya dan masuk scene slanjutnya tanpa perlu penulisan scene 1, scene 2 dsb...

Sama satu hal lg...
Komposisi antara dialog dan narasi terlalu jauh perbedaannya membuat feel cerita dan karakter sang tokoh agak kurang tereksplorasi dengan maksimal...

Itu aja kali ya, yang lain sangat memuaskan buat saya pribadi, apalagi ide cerita nya unik sekali...

Saya ijin kasih nilai 8 ya...
 
Rasa2 edge of tomorrow
 
Mantaaab, mirip-mirip dengan episode "Cause and effect" dari Star Trek TNG. Bedanya disini tidak diketahui penyebab dari time loopnya, karena kejadiannya selalu berbeda. Itu yang menjadi plus dari cerita ini. Sekali lagi cerita yang mantab
 
Ajibb cerita lama masih enak dibaca
 
Bimabet
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
Jav Toys
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd