Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

MY NEW LIFE IS AMAZING

ada tetangga baru nh, ikutan jaga komplek dah :Peace:
 
- PART 2 -
Rumput Tetangga
Semilir angin sepoy sepoy begitu sempurna menambah nikmatnya udara sore hari di hari minggu ini, seakan kita yang merasakan tidak ingin hari ini cepat berakhir dan berganti hari esok. Hilir mudik kendaran mobil hingga motor lalu lalang melintas menggambarkan keadaan dan suasana komplek yang damai. Adrian dengan santai menikmati sore minggunya di depan rumah sembari mengenali suasana lingkungan barunya. Terlihat Mas Daus dan putrinya Nisa sedang bermain bersama didepan rumah mereka. Begitu damai pemandangan itu hingga membawa Adrian termenung membayangkan jika ia juga menjadi ayah dan bermain dengan anaknya. Benar-benar kebahagiaan yang haqiqi gumamnya dalam hati.

" Mas... ngelamun aja.. " sapa Mas Daus membuyarkan lamunan Adrian.

Adrian tersadar dari lamunannya, dan menjawab sapaan Mas Daus dengan senyuman.

" Om Adrian melamun yaa..?" tanya Nisa dengan nada kekanak kanakannya.

Adrian hanya bisa tertawa gemas melihat senyum Nisa yang khas kekanak-kanakan.

" yaah.. menikmati sore aja Mas.. soalnya kan besok udah gawe lagi.." jawab Adrian

" iyaa sih.. lagian lingkungan kita nyaman kok.. buat santai emang enak.." ujar Mas Daus.

" om.. om.. Nisa belajar membaca loh.." ujar Nisa

" oh.. gitu.. udah hafal huruf belom ?" tanya Adrian

" belom om... papah ga mau ajarin aku.." jawab Nisa dengan polos.

Adrian hanya tersenyum, namun hatinya tertegun mendengar kepolosan Nisa.

" yaah.. gitu lah Mas.. bukannya aku ga bisa.. tapi ga pinter ngajarin.." ujar Mas Daus

" oh gitu.. hhmm.. iya sih.. emang sulit ngajarin klo ga tau caranya.." jawab Adrian.

Mereka berdua diam sejenak. Mas Daus menatap Adrian mencoba menilainya dari tampak luar. Kesan orang yang pintar memang terlihat dari Adrian.

" eh.. Mas bisa ngajarin gak..?" tanya Mas Daus.

" kalo cuma belajar baca mah, bisa aja sih Mas.. " jawab Adrian

Mas Daus tidak mengira jawaban Adrian tepat seperti pikirannya.

" Serius Mas.. ?" tanya Mas Daus memastikan

" iya. santai aja Mas. asalkan malem ya... soalnya saya cuma punya waktunya malem. kalo pagi kan kerja.." jawab Adrian

" Oke deh kalo gitu.. nanti saya bicarakan sama istri dulu. " ujar Mas Daus

" hore.. Nisa belajar baca sama om Adrian.." Nisa kegirangan.

Adrian hanya tersenyum gemas melihat tingkah Nisa kecil.

" Oke deh mas.. udah mulai maghrib. kami balik dulu. nanti saya kabari.." Mas Daus permisi.

" okee sip Mas.. kabarin aja nanti.. " jawab Adrian.

" oh iya.. minta nomer WA sampeyan deh. biar enak kabar-kabarnya.." pinta Mas Daus.

Mereka pun beranjak pulang setelah meminta WA Adrian. Dalam benak Mas Daus iya merasa beruntung punya tetangga yang masih sendiri tapi bisa dimintai tolong, terasa sempurna lingkungan mereka sepertinya. Adrian pun merasa nyaman dengan tetangga yang ramah dan lingkungan yang enak untuk di tinggali.
. . . . . . . . .. . . . . . . . .



" Papah yakin nih ? " Tanya Elia kepada Mas Daus

" Yakin.. terus kenapa gak ? " tanya Mas Daus balik

" yaaa gimana yaa.. Mas Adrian kan orang baru disini.." jawab Elia

" terus emang kenapa ? kamu takut dia nyulik Nisa ? atau dia pedofil gitu ?.. belum apa-apa udah su'udzon sama orang.." ujar Mas Daus.

" emang sih dia orang baru Mah.. tapi kalo dia mau, yaa udah. lagian aku udah ngobrol kok.. dan menurutku orangnya baik, pendiem, ga ada tuh tanda tanda kya gimana.." sambung Mas Daus.

Elia hanya terdiam mendengar perkataan Mas Daus. Ia berpikir ada benarnya, karena selain tetangga, mereka juga harus memikirkan Nisa yang harus bisa membaca karena syarat masuk SDnya beberapa bulan kedepan.

" ya udah.. mending gini aja.. besok coba kamu tanya, ngobrol dikit perihal teknisnya sama mas Adrian, mau tiap hari, atau 2 hari sekali atau gimana.. sama masalah bayarannya juga.. " ujar Mas Daus ngasih solusi karena dia besok harus berangkat lagi karena dinas diluar kota.

Elia mendengarkan sembari berpikir. Masih ada keraguan sedikit dalam hatinya. Tapi perkataan suaminya ada benarnya.

" iya deh.. besok aku coba ngomong sekalian mau tau mas Adrian orangnya kya gimana " jawab Elia.

Ia juga harus menilai sekilas sosok tetangga barunya. Apalagi melihat Nisa yang sepertinya menyukai Adrian, hal itu sedikit membuatnya mulai percaya.

. . . . . . . . . . . .



Jam menunjukkan pukul 18.15, hari tentunya sudah mulai gelap, Suara motor Adrian terdengar memasuki halaman rumahnya. Agak penat dirasa Adrian hari itu, selepas masuk rumah ia langsung mandi untuk mengembalikan kesegaran tubuh dan memulihkan rasa capek setelah seharian bekerja

"Tok... tok... tok...."
Suara pintu rumah Adrian terdengar ada yang mengetuk.

" yaa.. bentar.." jawab Adrian kemudian bergegas mengenakan baju dan celana pendeknya kemudian membukakan pintu.

" eh.. Mba.. ada apa ?" tanya Adrian kepada Elia yang datang kerumahnya.

" emm.. permisi mas.. ada yang mau saya omongin perihal Nisa yang kata mas Daus kemarin mau les baca sama Mas Adrian.." jawab Elia.

" oh.. boleh.. silahkan masuk dulu Mba.." ujar Adrian mempersilahkan.

Elia pun masuk namun Adrian sengaja tidak mengunci pintu rumahnya, ia paham istri mas Daus pasti masih kagok karena berhadapan dengan orang baru.

" Silahkan duduk Mba.. " Adrian mempersilahkan duduk di sofanya.
Elia pun duduk.

" mau minum apa.. dingin atau anget " Adrian menawarkan.

" ah ga usah repot mas.. saya juga ga lama kok.." jawab Elia.

" gak papa Mba.. " ujar Adrian sembari membuatkan teh hangat di dapur.

Mata Elia menjelajah rumah Adrian. Untuk pemuda yang belum menikah, ia bisa dibilang mandiri dan mapan. Terlihat dari semua perabota hingga sofa yang ada di ruang tamu, semua sangat terawat.. terlalu terawat untuk seorang lelaki yang tinggal sendiri.

" Jadi mau ngomongin apa nih ? " Tanya Adrian sembari membawakan kemudian duduk

" Gini Mas.. Masnya kapan aja bisa ngajarin Nisa ? " tanya Elia.

" Tiap hari bisa kok.." jawab Adrian

" Yang bener Mas..?? takutnya Mas Adrian capek atau lembur gitu.." ujar Elia menjelaskan.

" kalo itu mah gampang Mba.. saya tinggal kabarin nanti kalo gak bisa.. eh.. btw nanti saya kalo kabar kabar ke Mas Daus atau............." Adrian mencoba bertanya.

" ke saya aja Mas.. " jawab Elia

" oh gitu.. " ujar Adrian.

" iya.. lagian kan suami saya cuma ada di akhir pekan.." ujar Elia lagi.

" oke deh klo gitu.. dari Mba sendiri ga papa nih..?" tanya Adiran memastikan.

" eemm.. sejauh ini saya percaya aja kok.." ujar Elia

Senyumnya begitu cantik menggoda mata Adrian. Membuatnya terdiam sejenak kehilangan fokus.

" Mas.. ?" tanya Elia.

" ehh.. iyaa Mba.. oke deh klo gitu.. maaf Mba.. saya jadi salah fokus tadi," jawab Adrian.

Ia sedikit malu ketahuan salah fokus didepan Elia.

" kok bisa..? tanya Elia.

" habis Mba cantik .." jawab Adrian.

Deggg... Elia tidak menyangka jawaban Adrian.
Matanya menatap dalam mata Elia, menikmati wajah cantiknya.

" emmm.. bisa aja sih Mas Adrian.." ujar Elia salah tingkah.

" emang bener kok.. beruntung banget ya Mas Daus.." ujar Adrian

Elia hanya diam.

" eee... jadi kapan mau mulai belajarnya si Nisa..?" tanya Adrian memecah suasana.

" mulai besok aja bisa ?" tanya Elia.

" bisa kok Mba.. aman aja.." jawab Adrian

" okee deh.. siapp.." ujar Adrian

" nanti jam 07 an malem kami kesini. Saya juga pasti nemenin Nisa kok.. ga papa kan Mas..? " tanya Elia.

" Ga papa Mba..tiap hari juga ga papa mau kesini.." jawab Adrian.

" beneran..?" tanya Elia.

" bener Mba.. " jawab Adrian.
Tatapan matanya seakan memberikan kode.

Mereka saling tatap sesaat, Dalam hati Elia menyadari Adrian memiliki wajah tampan. Matanya seakan ingin tetap menatapnya.

" iya deh klo gitu eemm... saya balik dulu Mas.. " ujar Elia permisi.

Ia tidak enak jika terlalu lama dirumah tetangga.

" owh.. iya iya... " ujar Adrian sembari berdiri mengantarkan Elia kedepan pintu.

" besok datang aja jam 07 Mba.. " ujar Adrian mengingatkan.

" iyaa Mas makasih ya.." Jawab Elia

" Sama-sama.." balas Adrian.

" ngomong-ngomong kalo saya mau ngabari, saya WA ke mana Mba. ?" tanya Adrian sedikit memberi kode.

" Nanti saya WA.. " jawab Elia singkat dengan tatapan ke Adrian.

" oh.. oke.." jawab Adrian lagi.

Elia pun beranjak menuju rumahnya.
Entah kenapa wajah Adrian terngiang-ngiang dipikirannya. Wajah tampan dan maskulin itu seakan menggodanya disaat suaminya tidak ada.. apalagi tadi mereka hanya berdua di rumah Adrian, senyum dan tatapan Adrian seakan menampakkan ketertarikan Adrian padanya. Elia sepintas sadar ini adalah godaan disaat suaminya jauh, namun disisi lain godaan ini begitu sayang jika dilewatkan begitu saja. Apalagi Adrian jauh lebih tampan dari suaminya. Yaa.. mungkin sekedar cuci mata saja boleh lah.. pikir Elia yang merasakan dag dig dug didadanya saat membayangkan Adrian.

Malam semakin larut, Elia masih terjaga di ranjangnya.. Ia memang sering bosan dan kesepian saat suaminya tidak ada.. ranjang mereka terasa terlalu besar untuk ia tiduri sendiri. Nisa pun sudah terlelap di kamarnya. Jam di Handphone nya menunjukkan pukul 22.30 malam. Saat terjaga malam itu tiba-tiba ia teringat Adrian. Ia pun mencoba mengirimkan pesan WhatsApp sekedar iseng.

"Malem Mas.. ini nomer saya.. nanti kalo kabar kabar bisa hubungi kesini ya Mas."
Elia mengirimkan chat singkat ke Adrian berharap ia membalasnya, namun jika Adrian sudah tidurpun tak masalah karena ia hanya iseng saja karena tidak bisa tidur pikirnya.

Adrian yang sedang scrolling sosmed menerima chat masih via WhatsApp. Tidak ada nama tertulis disitu.. nomer baru.
Ia pun tersenyum saat membuka chat itu. Ia tau persis itu adalah tetangga cantiknya.
Dengan iseng pun ia membalas.

Adrian :
"Kalo selain kabar-kabar boleh gak..? "

Elia senang Adrian membalas chatnya. ia kemudian me Reply

Elia :
" apatuh selain kabar-kabar ?"

Adrian :
" Emm.. kalo pengen chat aja.. lagian sepi euy.. sendiri.."

Elia :
"boleh.. lagian aku juga sendiri kok.."

Adrian :
" Kalo tiap hari..?"

Elia :
" Boleh... nanti kan kita juga tiap hari ketemu kan.."

Adrian :
" Waduh.. jadi tambah semangat nih disamperin Mba cantik tiap hari "

Elia :
" harus donk.. aku aja semangat tiap hari ketemu.. masa kamu gak.."
" eh.. btw jgn panggil Mba donk.. Eli atau Lia aja.."

Adrian :
" Okee deh Eli.. "

Bagai gayung disambut.. niat hanya iseng menjadi keterusan.. Semakin malam Adrian dan Elia semakin tenggelam dalam chat mereka, dari masalah Nisa belajar membaca hingga hal-hal pribadi mereka saling sharing. Bagi Adrian Elia memang sosok yang menarik namun tidak untuk hal cinta. Sosoknya seakan memancing naluri kelaki-lakiannya. Begitu juga Adrian, ia sosok yang seakan membuat penasaran Elia yang juga seakan mengisi kekosongan disaat suaminya tidak ada dirumah, sulit bagi mereka berdua untuk menolak godaan satu sama lain, yang jelas ketertarikan mereka menjadi hal yang membuat mereka semakin dekat.

Tentu tidak sulit bagi mereka untuk saling bertemu, jarak rumah yang bersebelahan tentu menjadi akses yang mudah. Tak jarang Adrian memperhatikan Elia sangat seksi dengan dasternya saat menjemur pakaian, Wajah cantik, kulit putih mulus, dada bulat dan kencang hingga bokong seksinya bisa terlihat walau tidak dengan pakaian ketat. Namun daster membuatnya sudah cukup untuk terlihat menggoda. Elia pun kadang memperhatikan Adrian saat berangkat kerja dari balik jendela rumahnya, Lelaki single itu terlihat begitu maskulin dan gagah saat berpakaian rapih kemeja. Dan beberapa kali juga mereka saling sapa saat Adrian berangkat kerja. Hal hal kecil itulah yang menambah rasa penasaran hingga menumbuhkan benih-benih ketertarikan diantara mereka berdua.
. . . . . . . . .



Dering telpon berbunyi di meja kerja Adrian.

" Halo... " Adrian menyapa

" Adrian, bisa ke ruangan saya sekarang..?" suara Bu Silvy terdengar ditelpon itu.

" Baik Bu.." jawab Adrian.

Ia pun bergegas menuju ruangan bu Silvy.
Bu Selvy adalah istri Sang Owner perusahaan tempat Adrian bekerja, beliau juga menjabat sebagai CEO diperusahaan tersebut. Bu Silvy bisa dibilang orang yang sedikit galak, teliti dan tegas. Tidak ada yang tau sifat Bu Silvy diluar pekerjaan, yang jelas dibalik sifat beliau yang galak, teliti dan tegas, beliau juga primadona. Tidak ada mata yang tidak tertarik dengan Bu Silvy terutama lelaki, Wajah yang cantik menggoda, tubuh putih layaknya cewek chinese, tubuhnya sangat aduhai dengan dada dan bokong yang sangat menggoda. Yah.. bisa dibilang kekuatan uang bos lah yang membuatnya beruntung bisa mendapatkan wanita seperti Bu Silvy. Konon kabarnya, beliau baru 2 tahun menikah dengan Bos, dan hanya lebih tua 3 tahun dari Adrian.

tok..tok.tok.. " Suara Adrian mengetuk pintu.

"Yaa.. silahkan masuk.." Jawab Bu Silvy.
Adrian pun membuka pintu dan masuk ke ruangan Bu Silvy.

" Yaa Bu.. Ada yang mau ibu bicarakan.. ?" tanya Adrian sopan.

" Iyaa.. ini ada beberapa proposal yang nilainya menarik buat kita dalami.. Saya pengen kamu pelajari karena calon mitra kita sepertinya tertarik dengan lokasi apartemen kita dan setuju dengan nilainya,.." Bu Selvy menjelaskan.

" owh gitu.. oke deh Bu. Saya pelajari dulu, nanti saya arahkan tim saya untuk menemui mitra kita.. " jawab Adrian.

" Gak... saya maunya kamu yang terjun langsung, usahakan ada negosiasi supaya kita bisa mendapatkan keuntungan lebih.." ujar Bu Selvy

Adrian hanya diam. Pikirannya langsung mencerna dan mempelajari apa yang menjadi perintah pimpinannya.

" Baik Bu. I'll do my best.." jawab Adrian

" yes.. i know you can do it.." ujar Bu Selvy.

Senyum di wajahnya begitu yakin dengan kemampuan Adrian. Karena memang bisa dibilang Adrian lah yang selalu ia andalkan dalam menghadapi klien klien besar. Dan Berkat Adrian lah perusahaan mengalami peningkatan omset begitu pesat hingga Bu Selvy dipercayakan sebagai CEO diperusahaan tersebut.

" ingat ya.. saya ga mau dengar ini tidak berhasil.." ujar Bu Selvy mengingatkan secara tegas.

" Baik Bu. Saya pastikan.." jawab Adrian.

" oke.. silahkan pelajari dulu.. " ujar Bu Selvy.

" Baik Bu.. saya permisi dulu.." Adrian permisi kemudian keluar dari ruangan Bu Selvy.

Ketegasan Bu Selvy hanyalah untuk formalitas, dalam hatinya iya sangat yakin dengan kemampuan Adrian, karena itulah iya mempercayakannya. Bu Selvy sangat mengandalkannya, hingga tak jarang Adrian mendapatkan reward karena keberhasilannya. Karena sering diandalkan Bu Selvy, bisa dibilang Adrian lah tangan kanan beliau dan juga orang yang dekat dengan Bu Selvy dibanding karyawan lain. Namun Adrian tak pernah sedikitpun berpikir macam-macam kepada Bu Selvy, ia sangat menghormatinya secara profesional karena beliaulah atasannya. Karir adalah taruhannya jika berani macam-macam dengan Bu Selvy pikir Adrian.

" Kak.. ada apa ?, dapet misi lagi dari ibu ?" tanya Rara.

" yaa biasa lah.. " jawab Adrian singkat.

" klo goal, jangan lupa traktiran yaaa kak.." ujar Rara bercanda.

" yoi kak.. jangan lupakan kami.." ujar Dika menimpali

" pasti lah.. lagian tiap kali dapet reward kalian pasti ku traktir kan.." jawab Adrian.

Dika dan Rara adalah bagian dari marketing Adrian. Mereka adalah orang-orang yang paham dengan Adrian, dan bagi mereka Adrian adalah atasan yang sangat mereka hormati bahkan mereka jadikan panutan.
. . . . .. .

" Maah.. mah... Nisaa ngantuk... " ujar Nisa merengek.

" loh.. udah ngantuk ? baru juga 20 menit belajarnya.." jawab Elia.

" yaa udah, hari ini udahan dulu aja belajarnya.. besok kita lannjut ya Nisa.." ujar Adrian.

" gak papa Mba.. besok masih bisa lanjut kok.. lagian kalo dipaksa gak bakal bisa nanti.." ujar Adrian menjelaskan pada Elia.

" ya udah.. kamu pulang duluan yaa nak. mamah mau ngomong bentar sama om Adrian.." ujar Elia sembari memberikan kunci rumah pada Nisa.

" dadah om.. Nisa pulang dulu yaa.." ujar Nisa pamit.

" bye.." jawab Adrian.

Nisa pun beranjak pulang. Namun tidak dengan Elia, ia masih berada dirumah Adrian. Sekedar ingin ngobrol berdua dengannya.

Pintu rumah Adrian yang tertutup membuat mereka bebas ngobrol beberapa menit tanpa terlihat tetangga lain.
" jadi gimana perkembangan Nisa..?" tanya Elia.

" hhmmm.. untuk beberapa kali pertemuan ini sih, lumayan.. dia cepet nangkep kok.." jawab Adrian

" syukur deh klo gitu.. soalnya dia dirumah susah banget klo mau diajarin, maunya maen aja.." ujar Elia

" yaa namanya juga anak-anak.. dunia mereka emang masih main, jadi ga bisa kita paksa buat belajar juga.." jawab Adrian.

" iyaa sih.. yaa syukurlah sama kamu dia mau belajar.. " ujar Elia sembari menatap Adrian.

" aku cuma bantu sebisaku kok.. " jawab Adrian singkat.

Matanya menatap balik Elia, senyum Adrian membuat Elia betah menatapnya, ia merasa ingin lebih lama ngobrol dengan Adrian.

" oh iya.. by the way.. thanks yaa.. udah mau meluangkan waktunya sejauh ini cuma buat Nisa.." ujar Elia memecah lamunan mereka.

" udah.. santai aja.. ga repot kok.. lagian.................." Adrian seketika menghentikan omongannya.

" lagian apa ? " tanya Elia. Senyum cantiknya seakan memancing Adrian untuk melanjutkan.

" Ga.. seneng aja bisa ketemu kamu juga.." Jawab Adrian.
Elia tersenyum mendengarnya.

" Aku juga seneng kok ..." Jawab Elia.

" wah.. bisa samaan yaa.." ujar Adrian.

" yaaaa lumayan lah.. ga kesepian.. ada temen ngobrol.." jawab Elia.

Adrian hanya diam mendengarkan curhatan Elia. Ia paham betul tetangga cantiknya seringkali kesepian karena ditinggal suaminya.

" Oh iyaa.. untuk bayaran les Nisa gimana ?, kita belum deal nih. " tanya Elia.

" hhmmm.. terserah kamu sih.. lagian aku kan cuma niat bantu, untuk bayarannya terserah aja.." jawab Adrian.

" loh kok gitu ?? ayolah.. gak usah sungkan.." ujar Elia.

" Serius.. terserah kamu aja.. lagian tiap hari disamperin tetangga cantik aja aku udah seneng.." ujar Adrian sedikit merayu.
Elia kembali tersipu dengan pancingan Adrian.

" kalo aku minta sesuatu selain ini ?" tanya Elia menatap dalam mata Adrian.

" kamu tinggal bilang kok.." jawab Adrian sembari mendekatkan diri ke Elia.

Mereka saling tatap begitu dalam, seakan memberikan kode masing masing. Elia yang sudah tak tahan dengan gairahnya, bergerak meraih wajah Adrian, kemudian langsung mencipoknya.

Mereka kemudian saling pagut dan saling kulum memanfaatkan kesempatan yang ada. Keduanya seakan melampiaskan rasa penasaran masing-masing. Suara cipokan dan kecupan memenuhi ruang tamu Adrian malam itu.

" krriinggg... kringgg... kringg...." tiba-tiba handphone Elia berbunyi.
Terlihat Nisa memanggil dari layar handphonenya.

Elia langsung melepaskan cipokannya dan mengangkat telpon dari putrinya

" Yaa sayang..?" jawab Elia.

" mama dimana..? kok belum pulang..?" tanya Nisa.

" mama masih di rumah om Adrian, ini mama mau pulang.. hh..hhh..hhh..hhh.." jawab Elia sembari mengatur nafasnya.

" pulang ya ma.. Nisa ga bisa tidur.." ujar Nisa.

" iya sayang.. mama pulang.. " jawab Elia kemudian menutup telpon.

Wajah nya sedikit kesal menahan momen yang kepalang tanggung.

" aku pulang dulu yaa.." ujar Elia.

" iyaa.. ga papa.. lagian kasian nisa sendirian " jawab Adrian menenangkan.

Elia pun beranjak disusul Adrian mengantarkannya keluar rumah.
Mereka terlihat canggung karena momen yang seakan belum terselesaikan.

" bye... " ujar Elia singkat pamit.

" bye.." jawab Adrian.

Elia segera beranjak menuju rumahnya untuk menidurkan putrinya.

Semakin malam, Elia semakin terjaga mengingat apa yang terjadi dirumah Adrian. Ia sadar telah selingkuh, namun dilain sisi, Adrian terlalu menggoda jika di sia siakan, apalagi ia sangat jarang mendapatkan nafkah bathin karena LDR dengan suaminya. Ingin rasanya ia membuka chat dan meminta Adrian tidur dan menghabiiskan malam dengannya, namun ia ingat dirumahnya ada Nisa yang membuatnya tidak bisa sebebas itu dengan Adrian.


...End of Part 2.​
 
Terakhir diubah:
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd