Agen Terpercaya   Advertise
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Namaku Marsha (Pacar Yang Perlahan Berubah)

Siapa cowo kedua yang merasakan tubuh Marscha?

  • Johan

    Votes: 66 17,0%
  • Ringgo

    Votes: 46 11,9%
  • Gilang

    Votes: 5 1,3%
  • Pacar Sherry

    Votes: 33 8,5%
  • Kang Ojol

    Votes: 131 33,8%
  • Penjaga warung depan kost

    Votes: 99 25,5%
  • (lainnya)

    Votes: 5 1,3%
  • Apakah perlu mulustrasi Marsha

    Votes: 1 0,3%
  • Perlu

    Votes: 2 0,5%

  • Total voters
    388
  • Poll closed .
PART 11 B : Happy Birthday To Me


Setelah kejadian gila di toilet, aku kembali ke meja dinner, tapi Billy tidak ada di meja. Mungkin dia ke toilet juga. Tapi kuharap dia tidak masuk ke wc cewek tadi. Kalau dia sampai masuk ke toilet cewe tadi dan menyaksikan aku masturbasi memamerkan bagian intim tubuhku ke cowo lain, ntah apa reaksinya. Apakah aku langsung diputuskan, atau justru pacarku senang aku memamerkan tubuhku ke orang lain?!

Uhhh...membayangkan saja membuatku kembali merinding.

“Kamu kemana yang? Toilet cewek tadi kulihat rusak.” Pacarku tiba-tiba mengagetkan lamunanku.

“Enggak kok yang, tadi aku disitu.”

“Masa sih?”

“Iya, tadi aku sakit perut jadi agak lama. Maaf ya.”

Billy mengangguk bingung. Berarti dia tidak masuk ke toilet cewek tadi. Tidak lama muncul pelayan yang membawakan makanan kami. Ketika kami mau mulai makan, si pelayan tadi baru keluar dari kamar mandi. Gundukan celananya sudah mengecil. Apa mungkin dia sudah coli?

Aku hanya tersenyum simpul memikirkan hal itu.

Dia lewat tidak lama kemudian. Sengaja kujatuhkan garpu ke lantai dan aku membungkuk mengambilnya. Kuharap dia melihat pemandangan singkat tadi.

“Mas, boleh minta garpu lagi?.”

“Boleh Mbak, tunggu sebentar ya.”

Pelayan tadi pergi meninggalkan kami dengan muka puas. Tapi di hadapanku Billy hanya melihat aku dengan agak kebingungan.

“Sejak kapan Marsha jadi slutty gini?” tanya pacarku tiba-tiba.

“Aku slutty?”

“Cara kamu ngegodain pelayan tadi.”

Pelayan tadi udah liatin aku lagi colmek loh sayang.

“Iya ya? Maaf sayang.”

“Nggak apa-apa kok. Kamu malah keliatan makin seksi pas godain orang lain.”

“Kamu suka?”

Pacarku mengangguk.

“Kamu suka kalau badan aku diliat orang lain?” tanyaku sekali lagi untuk memastikan Billy tidak bercanda.

“Suka banget. Kalau nggak percaya liat aja nih aku ngaceng.” Ucap pacarku.

Aku berpura-pura melongok ke bawah meja dan memang benar ada gundukan besar yang tidak biasa di celananya.

“Udah nggak sabar ya pengen ngentotin aku?” Kataku tersenyum nakal.

“Iya nih udah nggak sabar nih pengen ngentotin pacar aku yang seksi.”

Disaat yan bersamaan makanan yang dipesan sudah habis. Aku menenggak sisa wine yang ada di gelas. Kuperhatikan pacarku sudah gelisah ingin cepat-cepat pergi ke kamar.

“I’m done. Aku siap dientot kamu.”

Billy pergi untuk membayar ke kasir sementara aku menunggu di meja. Pelayan yang tadi memergoki di toilet tadi mendekat.

“Maaf kak piring kotornya bisa saya ambil?” tanya si pelayan.

“Iya mas silahkan.”

“By the way kak, mungkin kakak mau ambil ‘barang’nya yang ketinggalan?” kata si pelayan sambil menepuk kantung celananya pelan. “Masih ‘bersih’ kok nggak kotor.”

Cukup berani juga ini orang.

Aku mengulurkan tanganku meminta ‘barangku’ yang tadi sengaja ditinggal. Pertukaran barang itu tampaknya tidak diketahui oleh orang lain. Bahkan Billy masih berada di kasir. Tapi aku merasakan ada kertas menyelip disana.

“Terima kasih banyak kak atas tipnya. Semoga malam kakak menyenangkan.”

Pelayan itu kemudian pergi dan aku mengambil kertas itu dan membaca kertas itu.

“Memek kakak wangi banget. Aku penasaran banget ingin menciumnya secara langsung.”

Di bawah kertas tersebut ada nomor yang tertera nomor telepon pelayan tadi. Apa dia berharap dapat lebih dari sekadar live show? Ya nggak ada masalah sih sedikit berharap lebih. Juga aku terkesan karena pelayan tadi cukup sopan.

Bahkan dia bilang kalau memekku wangi.

Hihi bagaimana kalau dia udah merasakan hangatnya jepitan aku ya?

Tapi ketika melihat Billy kembali dari kasir, aku mencoba menghilangkan pikiran kotor itu. Yang boleh merasakan hangatnya badanku cuma Billy seorang. Tidak cowo lain. Titik.



--

Pacarku mengajakku ke lobby hotel dan naik lewat lift. Dia sempat berbisik kalau akan ada kejutan di kamar nanti. Jujur saja aku tersipu dengan usahanya dia untuk menyenangkan hatiku. Juga dia pasti sudah keluar uang cukup banyak untuk beberapa hari ini.

“Terima kasih sayang dinnernya.” Ucapku tulus sambil mencium bibirnya saat pintu lift sudah tertutup.

Tapi tampaknya Billy sudah tidak kuat lagi, dia malah melumat bibirku dengan ganas bahkan dia meremas pantatku dari luar rok. Batang Billy terasa sudah tegang maksimal dibalik celananya. Rasanya birahiku sudah mencapai puncaknya. Ingin sekali aku meminta Billy memasukan jari ke dalam liang surgawiku yang sudah banjir dan gatal ingin digagahi.

Billy sempat menghentikan ciumannya ketika ada bapak-bapak yang masuk ke dalam lift. Tapi rasanya aku nggak peduli, kucium lagi Billy dengan ganas. Malah kayaknya aku ingin sekali digagahi di dalam lift ini meskipun ada yang menonton.

Kami sampai di lantai yang dituju, ciuman sempat dihentikan ketika keluar dari pintu lift dan mulai menyusuri lorong kamar hotel.

“Sayang, gendong aku sampai kamar.”

Tanganku dilingkarkan ke leher Billy dan pahaku disangga oleh tangan Billy. Jari Billy hanya beberapa centi dari liang surgawiku yang meronta-ronta ingin dipuaskan. Rasanya gatal sekali tak sabar ingin dimasukan. Aku menyibukan bibirku dengan mencium Billy agar tidak ada kata-kata konyol yang keluar dari bibirku.

Misalnya seperti minta dientotoin di lorong.

Mendekati kamar kami, ada pelayan yang berpapasan dan dia hanya melihat saja. Aku sudah tidak peduli dan tetap mencium Billy. Sampai akhirnya dia berhasil membuka pintu kamar dan membawaku masuk. Baru ketika kami masuk dan menutup pintu, aku melepaskan bibirku.

Kamar ini sudah didekorasi dengan taburan bunga mawar yang ditata sedemikian rupa hingga amat estetis. Bahkan di atas kasur ada bunga mawar yang bertuliskan “HBD Marsha”. Tidak lupa ada handuk yang dlipat membentuk dua angsa.

“Sayang bagus banget.” Ucapku amat terkesan.

“Happy birthday babe... I love you.”

“Thank you honey. You know how to make me feel happy.” Ucapku dan melanjutkan ciuman kami.

Aku dipojokan ke dinding dan mulai merabai badan kami masing-masing. Bibirnya bahkan mulai menjelajahi leher tengkukku dan membuat aku mulai mengerang nikmat. Dadaku sudah mulai menjadi santapannya, diremas nikmat danmemainkan pentilku yang masih tertutup baju. Rasanya cukup lama sampai akhirnya aku sudah nggak sabar. Kuhentikan ciuman kami dan berjalan menuju kasur yang belum tersentuh itu.

“Sayang banget dekorasinya bakalan jadi acak-acakan.” Ucapku sambil menatap kasur. Aku mulai naik ke kasur sambil agak menungging. “Tapi aku pengen kamu ngacak-ngacakin memek aku.”

Hanya dengan menungging kurasa Billy bisa langsung melihat selangkanganku yang sudah tidak tertutup celana dalam. Beberapa detik dia terdiam, mungkin Billy kaget ketika tahu aku sudah tidak pakai celana dalam lagi. Ditambah memekku sudah basah maksimal bahkan rasanya ada yang menetes ke pahaku. Tapi Billy tidak komentar, dia berlutut dan mulai menjilati selangkanganku dari belakang.

“Ouuh aaah sayaaang. Itilku gelii.” Aku mendesah sesaat setelah lidah Billy mulai menyerang. Tidak hanya klitoris, tapi lidahnya menelusup ke lubang memekku dan mengorek seluruh cairan cintaku. Bahkan lidah Billy sampai menjilati lubang belakangku bersamaan dengan dua jarinya yang masuk ke liang surgawi yang sudah banjir itu.

Birahi yang ditahan semenjak siang tadi akhirnya terlepas bebas. Tanpa kusadari aku mengerang keras saat badanku bergetar hebat. Lubang vaginaku terasa berdenyut hebat meremas jari yang masih mengobel bagian dalam. Serangan jarinya bahkan tidak berhenti sampai aku tidak bisa mengontrol selangkanganku yang memuncratkan cairan cinta yang cukup deras.

Sesaat setelah pipis enak tadi, jari Billy dikeluarkan pelan. Memekku menyemprot lagi dengan intensitas lebih kecil, kemudian aku ambruk di kasur yang penuh dengan taburan bunga mawar. Nafasku terengah-engah. Sesekali aku merasakan tubuhku masih bergetar pelan saat mulai mengumpulkan sisa-sisa kesadaran.

Kulihat baju yang masih menempel di badan Billy tampak basah. “Uppps..”

“Kok cepet amat keluarnya sayang?” tanya Billy yang agak heran. Kayaknya belum sampai 5 menit aku udah meledak.

“Hehe, aku horni sejak di restoran tadi.”

“Kamu nakal ya. Sampai nggak pakai celana dalam.” Ujar Billy sambil membuka baju dan celananya.

“Tadi abis pipis celana aku basah sayang.”

“Masa? Bukan basah karena memek kamu banjir?” ujar Billy sambil meraba memekku yang masih super sensitif. Lagi-lagi aku mengerang keras.

Billy sudah membuka seluruh pakaiannya, batangnya sudah terbebas dalam kondisi tegang maksimal. Entah mengapa aku selalu takjub dengan batang Billy yang besar itu. Kadang membayangkan batang besar itu masuk lubangku yang mungil ini rasanya ngilu. Tapi aku selalu ingin dia memasukan batangnya ke liang vaginaku.

Tapi kayaknya memekku masih sensitif sekali setelah squirting hebat tadi.

Billy tampaknya mengerti kondisiku, dia mengarahkan batang besarnya itu ke mulutku dan minta di blowjob. Tentu aku melakukannya dengan senang hati. Sambil kukocok pelan dengan tanganku, aku melumat kepalanya yang besar. Tak lupa dua buah dragon ball dibawah sana kumainkan pelan. Kadang kujilati juga sambil melihat Billy yang merem melek.

“Sayang, kamu seksi banget sepongin kontolku. Aku rekam ya.” Pinta Billy.

Mmmmhh.. Mmhhhh.. Sluuurpp!!

“Hmmm boleh saja sih sayang. Penasaran juga ingin mencoba ML sambil direkam.”

Seketika aku teringat Sherry yang suka merekam kegiatan panasnya bersama Thomas. Kadang juga dia merekamnya dengan Ringgo. Sebenarnya aku penasaran juga sih, tapi belum mengungkapkannya sampai Billy memintanya tadi.

Setelah mengambil smartphonenya, Billy merekam kegiatan panas kami. Aku mengulum batang besar Billy itu. Sensasi sambil direkam rasanya hebat sekali. Aku rasanya aku menjadi bintang bokep yang kadang kulihat di laptopnya Shery. Beberapa kali aku mencoba memasukan batangnya Billy sedalam mungkin. Tapi tidak bisa ke pangkalnya karena rasanya tersendak. Kayaknya hanya tersisa ¼ batangnya yang belum terjamah oleh bibirku. Itupun batangnya sudahbasah oleh liurku yang menetes.

“Adduuuuhh.. enak banget sayaang..” Billy mengerang keenakan, sambil berusaha fokus merekam.

Sluuuurrrpphh. Ploop.

Batangnya terbebas dari mulutku dan aku mengambil nafas sejenak.

“Enak banget ya sayaang?” ujarku sambil mengocok batangnya dengan tanganku. Liurku sudah merata membasahi batang besar itu. Ternyata banyak juga liurku yang menetes, bahkan terkena toketku dan membasahi sprei kasur.

Melihat Billy yang kewalahan menerima seranganku rasanya memekku gatal ingin dimasukan. Tampaknya dibawah sana sudah recovery dan siap menerima serangan rudalnya. Tapi rasanya aku ingin menggoda Billy lebih jauh.

Batang Billy kumasukan lagi ke dalam mulutku dan mencoba memblownya sedalam mungkin, tidak lupa tangan kiriku memainkan kedua bijinya. Ternyata seranganku cukup brutal untuk Billy. Kepalanya bahkan mengadah menikmati servisku.

“Sudah dulu sayang.. Aku nggak mau cepat keluar..” ujar Billy tiba-tiba

Hihi, ternyata dia udah mau keluar.

Aku melepaskan kulumanku dari batangnya yang sudah penuh air liur. Dengan cekatan Billy membuka pakaianku. Dia sempat tercengan melihat bra merah yang kupakai, meremasnya pelan sampai akhirnya dia tidak kuat untuk membukanya.

Kini badanku sudah telanjang sempurna. Kakiku dilebarkan oleh tangan Billy hingga memek gundul ini terpampang indah di hadapannya.

“Pengen dimasukin yaang.” Kugoda Billy dengan meraba bibir vaginaku yang sudah licin ini.

Billy tersenyum sambil mengarahkan batangnya yang besar itu ke bibir vaginaku.

“Kumasukin ya..”

“I’m yours babe.. fuck me..”

Kulihat batang besar milik Billy masuk dengan perlahan. Bibir vaginaku yang mungil ini terasa dipaksa melebar saat kepala kontolnya berusaha masuk. Aku sedikit terhenyak ketika merasa kepalanya sudah masuk. Rasanya sakit namun disaat yang bersamaan nikmat sekali. Rasanya sudah lama liang vaginaku tidak diisi benda sebesar ini.

Billy melanjutkan memasukan batangnya pelan-pelan hingga akhirnya seluruh batangnya masuk sempurna ke dalam tubuhku. Rasa ngilu, sakit perih dan nikmat menjadi satu. Jariku meremas lengan Billy cukup keras.

“Uuugh sayaang..” erangku menimati rasa yang penuh ini.

“Sakit?”

Aku mengangguk. “Kamu sih kelamaan nggak ngentotin aku.”

Aku terhanyut dari aktivitas panas ini sampai aku meyadari kalau tangan Billy masih memegang smartphonenya sambil merekam. Sambil membiarkan lubangku beradaptasi, dia merekam batangnya yang sudah tenggelam di dalam tubuhku. Pelan-pelan dia mulai menggerakan pinggulnya.

Rasanya nikmat sekali merasakan goyangan ini, ditambah aku tengah disetubuhi sambil direkam. Aku mulai mendesah tak terkontrol mendapatkan serangan bertubi-tubi ini. Dadaku bergoyang bebas tanpa tertahan. Tapi aku membutuhkan atensi lebih di dadaku yang bergoyang indah ini, tapi tangan Billy sibuk memegang smartphonenya. Kuremas pelan sambil memandangi Billy yang tampaknya sudah horni berat.

Beberapa kali aku merasakan batang besar ini mencapai titik sensitifku. Semakin lama aku tidak lagi mendesah melainkan mengerang nikmat. Kadang aku memekik cukup keras kalau goyangan Billy mencapai titik yang pas. Semakin lama titik itu tersentuh setiap kali goyangan Billy dan membuatku bergelonjotan nikmat. Tak lama badanku terasa ingin meledak.

“Aauhh yaaang, mau keluaar..” eragnku sambil meremas tetek juga sprei yang sudah tidak karuan bentuknya.

Tapi bukan orgasme yang kurasa, tapi Billy malah mengeluarkan batang besarnya dari memekku.

Ploopp.

Aku membelalak kaget tidak percaya, padahal sebentar lagi aku akan orgasme.

“Kok dicabut sih?” tanyaku sewot. Rasanya orgasme yang sudah diujung ini gagal meledak.

Billy malah tersenyum, sepertinya dia ingin mengerjaiku. “Tenang saja sayang, aku mau kasih sensasi lain.”

Billy menggendong badanku menuju jendela kaca besar. Dia membuka tirainya dan mempelihatkan pemandangan kota Bandung di malam hari.

Aku sudah berdiri telanjang di pinggir kaca. Dengan lampu kamar yang menyala, pasti kalau ada orang yang melihat ke arah kami bisa melihat badanku yang telanjang. Untungnya kamar kami berada cukup tinggi sehingga cukup aman.

Billy meremas dadaku sebelum meminta aku menungging. Aku sudah siap menerima genjotan hingga orgasme, tapi Billy malah kembali menjilati memekku. Rasanya nikmat sekali tapi aku ingin batangnya memenuhi selangkanganku.

“Geli ah sayaang. Masukin aja.” Pintaku memelas.

Billy tersenyum puas melihatku meminta disetubuhi. Aku merasakan kepala batangnya sudah berada di pintu masuk memekku. Dengan satu gerakan luwes, batangnya itu sudah tenggelam di dalam memekku.

“Oouuuh.” Erangku keras. Rasanya ngilu menerima serangan dadakan itu sampai aku hampir terjatuh. Untung aku masih bisa menumpukan tanganku di kaca.

Tapi rasa ngilu itu langsung hilang ketika Billy menggenjot tubuhku dengan kuat. Aku sudah mendesah mengerang nikmat merasakan liang sempitku ini diaduk-aduk dari dalam. Aku yang masih bertumpu pada kaca bisa melihat lampu-lampu mobil bergerak pelan dibawah sana. Juga ada gedung yang berada tidak jauh dari ini yang beberapa ruangannya masih menyala.

Billy menjambak rambutku agar aku mengadah. Agak sakit tapi malah membuatku menikmatinya.

“Sayang, bayangin kalau sekarang banyak mata memandang kita lagi ML seperti ini.” Billy berbisik ke kupingku sambil menjilati kupingku. Pinggulnya masih menggoyang badanku dengan nikmat.

“Bayangin sekarang ada orang di salah satu ruangan di gedung sana, asyik nontonin toket kamu yang mengayun indah ini.”

Aku mengerang nikmat membayangkan aku ditonton saat ML seperti ini. Rasanya nikmat sekali membayangkannya. Disaat yang bersamaan aku melihat ada orang di gedung seberang berdiri di ruangan yang diterangi lampu.

“Sayang beneran ada orang disana.” Ucapku sambil melihat Billy yang masih menggenjot badanku dengan ritme yang teratur. Aku amat yakin kalau orang itu sedang melihat keluar, mungkin saja melihat ke kamar kami.

“Bayangin aja bagaimana lelaki disana bisa melihat wajah kamu yang horni. Bisa melihat memek kamu lagi aku sodok-sodok sekarang ini.”

Aku mengerang nikmat, membayangi orang diseberang sana melihatku sedang ML. Seketika aku teringat beberapa waktu lalu dimana ada pelayan melihatku masturbasi. Bagaimana kalau pelayan itu melihatku digenjot seperti ini. Atau mungkin ikut serta dalam pergumulan panas.

Hanya membayangkannya saja aku horni berat. Rasanya orgasmeku sudah dekat, tapi Billy tidak menggenjot lebih cepat.

“Ayoo sayaaaang, lebih cepaat.. Aku makin horni bayanginnyaa...” pintaku sambil meremas dadaku yang menggantung bebas untuk menambah nikmat. Tapi Billy malah memelankan genjotannnya dan membuatku pening.

“Ayoo dong, kamu pura-pura ngomong ke orang di gedung sana itu yang lampunya masih nyala.. Anggap aja itu office boy yang sedang beres-beres kantor.” pinta Billy.

Aku agak tidak percaya dengan Billy yang berani memamerkan badan pacarnya ini ke orang lain. Meskipun sudah ada orang lain yang melihat badanku, tapi aku belum pernah ML sambil dilihat oleh orang lain. Bahan pacarku membiarkan orang lain menonton aku ML.

“Baang..” ucapku menuruti permintaan Billy. Aku cuma ingin dia menggenjotku lebih keras agar aku bisa orgasme. “Lihat sinii.. Aaahh.. Bang.. Enak banget tetek Marsha. Yaaang Kenceengiiinn.”

Billy akhirnya mulai mempercepat goyangannya. Goyangan Billy yang semakin keras membuat badanku menempel di kaca. Pasti kalau orang di luar sana bisa melihat dengan jelas akan menjadi pemandangan yang amat menggairahkan. Kalau saja itu pelayan yang tadi, mungkin aku biarkan dia mengisap putingku yang sudah mengeras ini.

“Ayyoo sinii baang.. Isap tetek Marshaaa... Puting aku pelintirin enaak baang.” Ucapku sambil membayangkan si pelayan tadi.

“Kamu senang ya kalau ada orang lihat tubuh telanjangmu?” tanya Billy tiba-tiba.

“Iyaa.. Aku sukaaa.. Apalagi sambil dientot gini.. Teruuus sayaaang.. Terruuuss..” erangku mulai menggila.

“You’re a bitch baby.” Ucap Billy meracau. Dia sendiri mulai menggenjot tubuhku tidak beraturan. Nafasnya pun sudah memburu. Lalu kurasakan ada dua buah jari masuk ke dalam bibirku. Terasa asin dan beraroma memekku yang mungkin habis mengocok memekku tadi.

“Anggap ini kontol, bayangin aja bagaimana kamu ngemut kontol.”

Lagi-lagi aku tidak percaya pacarku ini menyuruhku membayangkan aku mengemut kontol orang lain. Tentu saja kubayangkan ini adalah kontol pelayan tadi, atau Ringgo atau Johan.

Fuuuckk, rasanya aku bakal meledaakk.

Ditengah mulutku yang disumpal jari Billy, aku menahan eranganku yang hendak keluar dari mulutku. Tapi goyangan Billy di memekku semakin cepat dan tidak beraturan mengantarku sampai di gelombang orgasme terhebat.

“FUUUUCCKKKK... SAYAAAANG.. AKU KELUAAARRR...”

Rasanya badanku sudah bergetar hebat mengiringin desahan nikmat keluar dari mulutku. Aku sudah tidak peduli kalau ada orang lain yang mendengar. Aku berusaha menahan badanku tetap tegak dengan tenaga yang tersisa. Kurasakan Billy mengerang di belakang dan menghentakan batangnya ke dalam badanku.

“OOOH MY GOD.. AKKUU KELUAR JUGAAA..”

Detik berikutnya kurasakan semprotan hangat di dalam memekku, memenuhi seluruh rongga surgawiku dengan cairan hangat dan kental. Gelombang orgasme berikutnya muncul karena merasakan semprotan sperma di dalam tubuhku.

Billy sempat mendiamkan batangnya di dalam memekku, merasakan denyutan memekku yang habis dilanda badai orgasme. Batangnya pun masih berkedut di dalam mencoba mengeluarkan semua amunisi spermanya.

Entah sejak kapan tanganku disangga oleh tangan Billy menahanku tetap berdiri. Ketika tangan Billy agak melonggar dan batang yang sudah memuncratkan cairan cintanya itu mulai melemas dan terlepas dari jepitan selangkanganku, badanku yang lemas terjatuh di karpet nan empuk ini. Rasanya perpaduan cairan cinta kami mengalir pelan di paha mulusku.

Kami berdua terengah-engah, Billy tampak memperhatikan badanku dengan puas. Lalu membopong badanku yang lemas ke kasur. Kucium bibirnya dengan mesra dan memeluk badannya yang penuh keringat.

“sayang, barusan nikmat banget. Makasih yaa. Tapi capek juga doggy sambil berdiri.” Ucapku yang masih agak terengah-engah. “Mana gorden jendela kamar dibuka lagi. Malu aku itu.”

“Hehehe, tapi seru kan sensasinya?”

Aku menganguk menyetujui. “Seru bangeet. Ngebayangin ada orang yang ngeliatin kita ngentot.”

“Besok lagi yuk.”

“Kayak tadi?”

“Hmm. Kita cobain di balkon, atau nggak di kolam renang. Atau di taman hotel juga oke juga.”

Aku hanya tertawa mendengar fantasinya Billy. Memang agak kacau fantasinya Billy ini.

“Dasar ih kamu malah suka mamerin badan pacarnya ke orang lain.”

Kemudian aku menyadari kalau HP yang dipakai merekam tadi masih merekam dan ditaruh di meja ke arah jendela yang tadi dipakai untuk ML. Kami menonton video itu dengan antusias, bahkan batangnya agak sedikit membesar.

“Jangan sampai kesebar ya sayang.” Ucapku mengembalikan HP Billy, kujuga meminta dikirimkan video itu ke HPku.

“Aku nggak nyangka kamu mau diajak buat video gitu.”

“Sherry juga suka ngerekam. Jadi aku penasaran.”

“Oya? Sama cowoknya?”

“Iya, emang si Sherry nafsunya gede. Dia suka ngajakin ngebokep di kosannya dia. Kadang malah dia ngirimin bokep ke HP aku.” Ujarku sambil ketawa.

“Kamu kok nggak bilang suka nonton bokep.”

“Kenapa harus bilang ih? Malu tahu.”

“Ya kan aku bisa nyariin bahan buat kamu.” Ujar Billy sambil meremas dadaku pelan. “Terus kamu colmek sambil ngebokep?”

Aku hanya menjawabnya dengan senyuman.

“Coba lihat bokep yang suka kamu tonton.”

Awalnya aku ragu, tapi Billy memaksa dan membuka gallery HPku.

“Cuckold boyfriend watches as girlfriend has anal sex with black guy.” Kata pacarku membaca judul video yang dikirimkan Sherry.

“Itu dikasih Sherry.” Ucapku membela diri.

“Binal banget ya kamu.”

“Hehehehe, namanya juga film yang, di kehidupan nyata sih ogah.”

“Kenapa ogah?”

“Yang pertama aku malu lah masa ML sama cowo lain di depan kamu.”

“Kalau aku setuju gpp kan?” ucap Billy sambil menyengir. Detik kemudian kucubit dadanya.

“Dasar mesum ih, masa ceweknya dipake orang malah seneng.”

Billy nyengir kesakitan. “Terus yang kedua apa?”

“Yang kedua pasti sakitlah, black guy begitu anal pantatku yang masih perawan ini.”

“Kapan-kapan aku perawani ya pantat kamu.” Ucap Billy sambil mengelus pantatku.

“Ga mau ah, Jijik.” Ucapku agak berbohong. Sebenarnya bukan jijik tapi masih belum yakin aja. Takut sakit.

“Ayoolaaah..” pinta Billy memelas.

“NGGAKK!!” ucapku sambil melengos ke kamar mandi. Aku memang belum siap anal sex, mungkin lain kali.

“Bahaya juga Sherry ini buat hidup kamu ya.” Kata Billy saat aku kembali dari kamar mandi.

“Nggak juga kok sayang. Namanya juga sahabat sendiri, terbuka satu sama lain.” Ucapku santai.

Ya memang meskipun otaknya Sherry ada di selangkangan tapi selama ini dia baik aja kok sama aku.

“Iya asal kamu jangan ikut-ikutan dia. Pusing aku lihat gaya hidup dan gaulnya dia.”

“Siap komandan!” kataku sambil menirukan logat aparat. “Kamu takut ya kalau aku jadi nakal?” tanyaku ke Billy. Sebenarnya Billy ini kadang ingin aku nakal, tapi kadang juga tidak ingin aku nakal.

“Kalau nakalnya karena aku ijinin baru boleh.”

“Oh begitu.. Jadi kamu niat pacarmu ini nakal ya..”

Di dalam hati aku agak tenang karena aku sudah beberapa kali nakal. Bahkan sejam lalu aku masih sempat video call sambil masturbasi, bahkan ditonton sama pelayan yang tidak kukenal. Mengingat itu semua, ada perasaan yang mendebarkan kalau aku dilihat orang lain sambil melakukan hal bitchy.

Melihat Billy yang sedang istirahat di kasur sambil memegang HPnya membuatku punya ide.

Aku memegang batang kontolnya yang kini lemas tak berdaya, masih ada bekas-bekas pertempuran kami berdua. Kubersihkan dengan memasukan ke dalam mulut dan mulai mengulumnya. Kurasakan Billy sudah memusatkan perhatian ke aku yang tengah mengulum batangnya, tangannya mengelus kepalaku yang naik turun. Tak butuh waktu lama batang itu sudah tegang kembali. Saat kulepaskan kuluman di batangnya, Billy mencium bibirku dengan mesra.

“Sayaang lanjut ronde dua yuk. Biar aku aja yang puasin kamu.” Ujarku sambil menidurkan dia di kasur. Kuambil HPku yang berada tidak jauh, kumulai merekam aksiku di atas Billy.

“Hai semuanya.. Hari ini tuh hari ulangtahunnya Marsha. Jadi aku mau bikin kenang-kenangan sama cowok aku.” Ucapku sambil mengarahkan kamera HP ke Billly dan aku bergantian.

Aku sengaja merekam mukaku saat mulai penetrasi. Karena aku berada di atas Billy, aku memegang kendali atas permainan ini. Sedikit demi sedikit batang keras itu masuk ke dalam lubang surgawiku.

“Aduuh enak banget ini punya pacar aku..” aku mendesah pelan ketika merasakan batang itu bergerak masuk ke dalam lubangku. “Lihat deh guys, kontol pacar aku gede banget. Rasanya susah masukinnya , padahal memek Marsha udah basah.”

“Oouuhh.. Enak banget sayang.. Memek Marsha rasanya penuh banget...” erangku saat merasakan seluruh batangnya sudah masuk sempurna. Pelan-pelan kumulai mengaduk isi dalam memekku dengan batangnya Billy yang keras ini. Desahan seksi berulang kali keluar dari mulutku, tapi kayaknya akan kurang kalau seluruh video hanya berpusat pada aku saja.

“Sayang gimana rasanya memek Marsha?” tanyaku sambil mengarahkan kamera itu ke Billy.

“Wah juara banget deh. Gue ketagihan ngentotin Marsha.”

“Hihi, cowokku ketagihan sama memek Marsha. Tapi Marsha juga ketagihan kontolnya Billy, paling gede bikin puas.”

Ups. Kayaknya aku salah ngomong. Tapi kayaknya Billy tidak memperhatikan dan fokus menikmati goyangan pinggulku. Daripada salah ngomong lagi, aku kembali fokus mengulek batangnya Billy.

Jujur saja aku merasakan nikmat saat posisi woman on top ini. Sesekali aku melihat Billy yang mendesah menikmati service spesial dariku. Service yang hanya kuberikan ke Billy seorang. Tidak ada orang lain yang bisa menikmatin posisi woman on top dari badanku. Bahkan Johan atau Ringgo pun tidak akan kuberikan.

Mungkin mereka cuma kubiarkan melihat saja. Kubayangkan kalau Johan maupun Ringgo ada di ruangan ini, sambil coli melihat aku menggoyangkan pinggulku diatas badan Billy. Mungkin juga kubiarkan dia memakai mulutku untuk membantu mereka mempercepat orgasmenya. Mungkin juga mereka memuncratkan amunisinya di muka, mulut ataupun toketku.

Shit.

Membayangkan saja malah membuatku horni berat dan mempercepat orgasmeku. Kubaru sadar saat Billy mengambil HP dari tanganku yang sudah tidak bisa merekam dengan benar. Tapi itu hal bagus karena aku bisa fokus menggapai orgasmeku.

“Aaaghhh Sayaang. Uuuggghhh...” aku mulai menjerit tak terkontrol. Aku sudah tidak peduli kalau suaraku terdengar sampai kamar lain.

Yang kuinginkan hanya menuntaskan orgasmeku.

“Aaaaagghhh sayaaang..” aku menjerit lagi dan kemudian ambruk di atas badan Billy. Tubuhku bergetar cukup hebat dan mengerang dileher Billy. Rasanya nikmat sekali badanku sampai gemetaran. Batang billy masih ada di dalam, dia tidak menggerakan sedikitpun untuk membiarkanku menikmati sisa-sisa orgasme dengan badan yang masih sensitif ini.

“Kamu hot banget sayang.” Ujar Billy sambil mengarahkan kamera HP ke mukaku.

“Abis memek Marsha enak banget. Tapi geli banget sekarang.”

Billy tampak sudah tidak sabar. Dia mencopot batangnya dari dalam memekku hingga memekik pelan. Aku tiduran tengkurap tak berdaya di kasur, lalu Billy mengambil dua bantal dan ditaruh dibawah pinggangku. Posisiku kini agak menungging, kuyakin Billy bisa melihat lubang memekku yang merah merekah. Aku menunggu Billy memasukan batangnya ke memekku.

Billy sudah menempelkan batangnya, tapi bukan ke lubang memekku melainkan ke lubang belakang.

Fuck, Billy mau anal.

“Sayang jangan.” Kataku mencegah batang itu masuk lebih jauh. “Aku belum siap anal, ke memek Marsha aja.”

"Cobain aja dulu dikit aku masukin ujungnya ya. Kalau sakit nanti aku cabut" Bujuk pacarku.

"Jangan sayang. aku belum siap. emang memek aku sudah ga enak lagi?"

"Enak kok. enak banget malah." Jawab pacarku.

Untung saja pacarku ini tidak memaksa dan melanjutkan menggenjot lubangku yang seharusnya. Billy langsung menggenjot dengan kecepatan tinggi membuatku mengerang keras. Hanya semenit dari posisi ini aku sudah orgasme kembali. Tanganku sudah mencengkram sprei kasur dan mengerang keras.

Tiba-tiba Billy memberikan HP ke tanganku, lalu menggenjot lubangku dengan lebih bersemangat lagi. Tampaknya dia sudah ingin memuncratkan amunisinya.

“Aaah sayaang. Aku mau muncratin di muka kamu.”

Aku yang sudah lemas hanya bisa menurut. Billy mencabut batangnya dari dalam lubangku dan mengarahkannya ke mukaku. Aku bahkan tidak siap menerima tembakannya, yang pertama hampir mengenai mataku. Aku hanya bisa menutup mataku mencegah cairan cinta itu masuk ke dalam mata karena akan perih sekali.

Billy mengerang nikmat berkali-kali sampai akhirnya kurasakan tidak ada tembakan susulan. Kuberanikan membuka satu mataku yang terbebas dan melihat Billy puas bisa mewarnai mukaki dengan cairan cintanya.

“Kamu seksi banget sayang...”

“Hihi, banyak banget kamu muncratnya.” Ujarku yang menyadari kalau HP yang kupegang masih merekam. Kugoda dengan mengelap sperma di mukaku dan memasukan ke mulutku. Aku sempat berpose sedikit ketika Billy ambruk di kasur. Akhirnya kumatikan rekamannya dan aku berjalan menuju kamar mandi untuk membersihkan mukaku.

Setelah bersih dan aku kembali, Billy sudah nyaris tidur. Keluar dua kali dalam waktu yang berdekatan pasti melelahkan sekali. Aku naik ke kasur dan memeluk badan Billy. Tak butuh waktu lama kami berdua terlelap.


BERSAMBUNG
 
Mantjaap huu, kok makin tau kelakuan Marcha di cerita yang ini ane jadi makin kasian ke Billy ya haha. Tapi buat ane mah marcha lebih nakal lebih ngaceng maksimal.

BTW tengku udah konsisten updatenya di penghubung weekend.
 
Mantap suhu updatenya,ternyata di part marsha banyak cerita yang di lewatkan di part billy
 
Kalo dari pov marscha, billy jadi lebih kelihatan begonya ya?
Abis kebingungan, trus iya2 aja, gitu aja terus.. Hekekek
 
Jav Toys
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd