Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Namaku Marsha (Pacar Yang Perlahan Berubah)

Siapa cowo kedua yang merasakan tubuh Marscha?

  • Johan

    Votes: 66 17,0%
  • Ringgo

    Votes: 46 11,9%
  • Gilang

    Votes: 5 1,3%
  • Pacar Sherry

    Votes: 33 8,5%
  • Kang Ojol

    Votes: 131 33,8%
  • Penjaga warung depan kost

    Votes: 99 25,5%
  • (lainnya)

    Votes: 5 1,3%
  • Apakah perlu mulustrasi Marsha

    Votes: 1 0,3%
  • Perlu

    Votes: 2 0,5%

  • Total voters
    388
  • Poll closed .
Bimabet
Part 4 : Namaku Marscha.



Weekend ini aku di rumah aja, sebenarnya ingin banget jalan-jalan keluar rumah tapi sedang tidak ada yang bisa diajak pergi. Billy sedang ada acara keluarganya di luar kota dan baru pulang mungkin nanti malam. Sedangkan sahabatku Sherry sedang dikunjungi sama cowoknya. Tidak mungkin aku ngajak jalan Sherry, mungkin dia sih mau aja cuma masa ganggu orang yang mau enak-enak. Di rumah, aku juga sendirian karena disuruh Papa Mama untuk jaga rumah, katanya sih mereka ada kondangan di Jakarta dan baru pulang malam nanti.

Huft, padahal aku lagi kangen Billy. Dua hari deh lubangku nggak ada yang ngisi. Entah kenapa aku kangen ML seperti tempo hari dimana dia horni ngelihat aku yang godain Johan.

Nasib deh, tapi seenggaknya ini cuma dua hari dan besok sudah bisa ketemu karena dia harus ngampus. Selama dua hari ini aku namatin satu session drakor yang sudah lama ingin kutonton. Sudah lama ingin kutonton tapi berhubung aku keseringan main di kosan Billy jadi baru kutonton sekarang.

Tok-tok "Pakeeett..."

Tiba-tiba pintu rumahku diketok, entah paket untuk siapa. Minggu ini aku nggak beli barang online deh, ayah ibuku juga nggak nitip apa-apa.

“Paket untuk Marsha kak.” Kata kurir setelah aku membukakan pintu.

“Iya saya sendiri.”

Sejenak kurir itu terpelongo melihatku yang hanya pakai hotpans putih ketat dan tanktop tanpa lengan. Tangannya (ntah sengaja atau tidak) mengelus tanganku saat kasih pulpen untuk tandatangani tanda terima.

Setelah mamang kurir pergi, aku memerhatikan pengirimnya, salah satu penjual online yang kukenal. Aku kembali ke depan TV dan membuka bungkusannya. Ada dua dress - model bodycon dan summer dress, lalu ada dua rok span warna hitam dan biru dongker, kemeja, blouse dan tiga set pakaian dalam yang seksi. Ini sih sudah bisa kutebak, pasti Billy yang membelikannya.

Beberapa hari lalu, aku juga dapat kejutan dari Billy. Dia membelikan aku pakaian dalam yang seksi juga lingerie. Katanya dia ingin melihat aku berpakaian seksi di depan dia. Aku sih senang-senang aja, siapa coba yang nggak suka dibeliin baju sama cowoknya sendiri.

M : Sayang, kamu beliin baju lagi buat aku?

Tidak sampai 5 menit dia membalas chat.

B : Iya sayang, kamu suka ngga?

M : Sukaa bangeet, makasih sayaang :*

M : Bajunya lucu-lucu, apalagi dalemannya. Hihi

B : Cobain sayang, pas nggak di kamu.

Sebenarnya bukan cuma lucu, tapi seksi. Hampir semua bajunya berpotongan pendek di bawah, mungkin hanya setengah paha yang tertutup. Sedangkan potongan atasnya pun berpotongan rendah. Sedangkan daleman bra model mini dan tidak ada busanya, celana dalam pun model thong.

Aku masuk ke kamar mandi untuk mencoba semua baju kemudian berpose di depan kaca besar yang ada di kamar mandi. Entah berapa lama aku di kamar mandi, tapi aku bolak-balik foto dari berbagai sisi dan semuanya sangat bagus.

B : Kamu seksi banget sayang.

M : Hihi, maaci bajunya. Aku suka bangeett.

B : Apalagi yang ini, pentil kamu keliatan samar *sambil mereply foto aku pakai kemeja

M : Iyaa, hihi. Kemejanya transparan sih. Emang kamu gamasalah aku pake baju kayak gini?

B : Justru aku makin seneng kamu seksi gini.

B : Kamu nggak coba dalemannya juga?

Aku terlupa sama braset yang tertinggal di ruang keluarga. Asalnya aku mau pakai baju rumahku lagi, tapi kan aku sekarang di rumah sendirian. Kayaknya ga akan masalah kalau aku telanjang di rumah. Hihi.

Akupun memberanikan diri keluar kamar mandi tanpa berpakaian alias naked. Kemudian aku mencoba memakai pakaian dalam baru itu di ruang keluarga. Sebenarnya ruang keluarga ini tersambung dengan ruang tamu, jadi kalau ada orang di teras depan bisa mengintip ke dalam. Untungnya ada tirai transparan, jadi tidak akan terlihat jelas dari luar.

Aku kembali berpose lagi, ada rasa deg-degan karena nyaris telanjang di tempat yang biasanya selalu berpakaian. Adrenalinku terasa semakin tinggi, kuberanikan berfoto di ruang tamu juga dapur. Kemudian aku juga teringat balkon di lantai 2 yang pinggirannya dipagari oleh tembok.

Dengan hati berdebar, aku naik ke lantai dua dan keluar ke balkon. Aku agak menunduk agar tidak terlihat dari tetangga depan maupun samping. Kemudian aku duduk sejenak di kursi santai, berfoto dan kemudian mengirimkannya ke Billy.

B : Kamu cuma pake bra sm celana dalam aja di rumah?

M : Iya, papa mama kan lagi ke kondangan di Jakarta.

B : Terus itu kamu di balkon?

M : Iya, komplek juga lagi sepi sih. Paling juga cuma tukang bakso yang lewat.

B : Aku horni deh yang liat kamu seksi gitu.

M : Sabar, kamu pulang Bandung hari ini kan?

B : Iya, ini lagi di jalan.

Iseng, aku juga bikin video di balkon. Mumpung cahaya juga lagi bagus nih.

"Sayang hati-hati ya di jalan. Aku juga kangen kamu. Lihat deh pentil aku sampe ngacung kangen diemut kamu." ucapku di video sambil memfokuskan kamera ke dadaku yang masih tertutup bra tipis. Lalu aku pindah mengarahkan kamera ke bagian bawah memperlihatkan lembahan idaman para pria, sambil mengelus pelan dari luar celana dalam. "Aku juga kangen nih dijilatin kamu disini, udah dua hari loh lubang aku nggak disinggahi. Hihihi. Awas loh ya kalo kamu coli duluan. Bye sayaang sampai ketemu, muaah."

Aku memutar video itu sekali lagi dan kemudian mengirimkan ke Billy. Baru kali ini loh aku membuat video menggoda gitu, meskipun kamu sudah beberapa bulan jadian. Aku jadi penasaran ekspresinya Billy ketika dapat video itu. Kuharap dia nggak mutar pas lagi nyetir. Mampus lah kau Billy, lagi jauh aku bikin sange. Hihi

Well, aku juga udah basah banget sih ini. Hehe.

Rasanya bukan cuma deg-degan aja deh, ini sih aku juga horni. Hahaha, sial aku malah pengen juga.

Aku kembali masuk ke rumah dan duduk di ruang keluarga. Asalnya aku mau mengabaikan something yang basah dibawah sana dan melanjutkan nonton drakor. Tapi malah bikin aku nggak fokus.

Rasanya gatal ingin membelai liangku yang sudah basah, bahkan gesekan celana dalam membuatku semakin horni. Tanpa bisa aku hindari, aku membelai selangkanganku yang masih tertutup celana dalam. Tanganku menyingkap celana dalam ke pinggir dan langsung mengelus tepat pada sasarannya. Aku merasakan klitorisku sudah mengeras, hanya beberapa detik aku mengelus rasanya orgasmeku langsung datang dengan tiba-tiba.

"Mmmmhhh, aaaahh.."

Aku agak terengah-engah walaupun mendapatkan orgasme dengan cukup cepat. Rasanya sudah basah lepek banget dibawah sana, aku membuka celana dalam juga bra yang kupakai. Sungguh nekat aku malah telanjang bulat di ruang keluarga. Padahal bisa saja ada orang yang mengintip lewat jendela ruang tamu, orang yang belum pernah melihatku telanjang sebelumnya seperti mamang kurir tadi.

Atau mungkin Johan.

"Mmmmhhh, Aaah.." Aku kembali mendesah saat tanganku kembali ke liangku yang basah ini. Disaat yang sama, terbayang wajah Johan yang sedang memodusin aku saat itu. Aku penasaran bagaimana ekspresi Johan kalau aku telanjang bulat didepan dia?

Eh, bukan! Gimana kalau misalnya aku masturbasi dengan Johan sedang mengintip di jendela ruang tamu.

"Fuck, Aaaaahhh..." Tidak kusangka aku kembali orgasme yang kedua kalinya dalam waktu singkat. Tubuhku bergetar tidak terkontorl sambil ssekali mulutku mengeluarkan desahan seksi yang mungkin terdengar dari seluruh penjuru rumah.

Rasanya tubuhku lemas, kakiku juga terasa lemas. Di selangkangan terasa basah sekali dengan lendir cinta yang mengalir dari dalam lubang indah milikku.

Aku kembali tersadar ketika melihat TV yang masih memutarkan drakor, aku lupa mempause film yang kuputar. Tapi entah mengapa, aku terasa malas sekali menggapai remote. Mataku berat dan tidak lama aku tertidur.

---

Tok tok "Pakeeeettt..."

Aku terbangun dan kaget, hari sudah gelap dan bodohnya aku tertidur di sofa. Sekilas aku melihat seseorang mengintip ke dalam rumah. Aku langsung mengambil baju yang paling mudah diambil lalu memakainya dan langsung membukakan pintu.

“Paket buat mbak Marsha..”

Aku tersenyum melihat orang yang ada di depanku ini.

“Mana paketnya mas?”

“Paketnya aku.”

Kutarik tangan Billy dan langsung mencium bibirnya ketika pintu sudah kukunci.

“Papa mama masih lama pulangnya?”

Aku mengangguk. “Pasti malam.”

Billy menggenggam pantatku dengan kuat lalu menggendong sambil mencium bibirku dengan ganas. Bukannya berjalan ke kamar, dia malah menggendong ke meja makan dan menaruh pantatku di meja makan.

“Aku lapar, mau makan dulu.” Ucap Billy sambil mengerling jahil.

Aku hanya tersenyum jahil seraya menggigit bibirku. Tanpa basa-basi aku menarik rambutnya dan mengarahkan ke selangkanganku.

---

Pengaruh Sherry

Seiring dengan perjalan waktu, pacarku semakin sibuk dengan kuliahnya. Selain jadi asdos juga penelitian dengan dosen nyambi kerjaan proyek2 juga. Bahkan sering sekali dia pas weekend pulang ke rumahnya untuk urusan keluarga. Kalaupun ada waktu luang dia berkutat depan laptopnya untuk menyelesaikan skripsi. Hal itu membuat pacarku harus sering begadang sampai tengah malam. Waktunya benar-benar habis dan hanya menyisihkan waktu sedikit untuk kami pacaran. Berhubung aku bukan anak kost, jadi ga bisa nginap-nginap di kostnya.

Hal itu membuat hubungan seks kamipun berkurang drastis dan terasa begitu hampa. Apabila dulu setelah aku pecah perawan kami ML bisa tiap hari, bahkan bisa sampai 2x sehari. Sekarang paling banyak satu kali dalam seminggu pas weekend, itu juga kalau dia tidak keluar kota untuk penelitian atau pulang kampung atau acara keluarga yang sering banget disaat weekend. Para pembaca mungkin bisa membayangkan bagaimana tertekannya gairah birahi mudaku saat ini.

"Makanya cari selingkuhan dong ah" Nasehat dari Sherry. Untuk yang kesekian kalinya.

Setan emang tuh anak. Kasih saran aneh-aneh.

"Ringgo tuh layak dijadikan selingkuhan. Sudah ganteng, tajir dan kontolnya lumayan gede"

"Lho kok tahu?"

Sherry hanya tertawa cengengesan.

Tapi rasukan Sherry lama-lama tertanam juga diotakkku. Apalagi saat aku kesepian seperti ini saat pacarku sibuk dengan aktivitasnya.

Aku pribadi memaklumi kondisi pacarku dan mencoba untuk bersabar, toh ini demi kebaikanku juga, karena dia mau fokus selesaikan skripsi, sambil nambung dikit-dikit dari proyek dosen. Tapi dampaknya aku suka uring-uringan. Nafsu sexku kadang meledak-ledak, apalagi kalau sudah bareng Sherry yang selalu cerita DETAIL aktivitas sexnya dengan para cowo-cowo. Kan jadi pengen juga. hiks.

Sherry malah saat ini sering banget (ntah sengaja atau bukan) mengajakkku untuk eksibisionist. Awalnya aku hanya memantau saja bagaimana Sherry exhib didepan cowok asing. Dan jujur aku kagum sama Sherry karena bisa bikin cowok salting. Hebat.

Cara berpakaianku juga perlahan mulai berubah dan mengikuti gaya Sherry. Sering tampil sexy, terutama sering pakai pakaian ketat yang menonjolkan dada dan bokong, dan kadang-kadang dengan 1 bahkan 2 kancing terbuka. Gaya berpakaian kami ini, apalagi pas di cafe, mengundang banyak tatatapn liar para hidung belang, bahkan pernah pas ngopi berdua di mall bareng Sherry, kami digodain om2 gendut nan tajir begitu. Bahkan sampai ditawar untuk short term. Dikira kali kami berdua ini perek.

Gaya Sherry yang santai juga sedikiti berpengaruh ke perkualiahanku. Kadang aku ikut sherry cabut hanya untuk nonton bioskop. Dan yang lebih parah kena skors dosen karena ga masukin tugas. Sudah ga ngumpulin tugas, datang telat dan ribut pula dikelas pula.

Tapi bukan Sherry namanya yang tidak bisa diandalkan. Sherry dengan sendiri bisa meyakinkan dosen killer Pak Hambali itu dengan menyerahkan tugas susulan. Bahkan ajaibnya kami berdua akhirnya bisa dapat A. Ajaib. Aku jadi curiga kalau Sherry nyogok si dosen bandot itu dengan memeknya. Apalagi rata-rata mata kuliah dosen cowo nilai Sherry bagus-bagus.

Dan Sherry ini ga pernah kerjakan tugas kuliah. Ada cowo bernama rendy yang cukup pintar dan naksir sama Sherry sejak awal kuliah. Rendy inilah yang dimanfaatkannya untuk mengerjakan tugas2 kuliah. Bahkan terkadang kalau malihat aku sibuk ngerjakan tugas diperpus padahal Sherry mau ajak jalan, sherry selalu bilang biar dibantuin Rendy saja.

Aku sih masih menolak pakai jasa Rendy, karena pengakuan Shery makin hari Rendy makin jual mahal dimintain tolong. Hingga akhirnya Shrerry memberikan apa yang cowo mau dan ga mungkin Rendy tolak. ckckckck.

"Hari ini kita godain Pak Jukir yuk"

Rasuk Sherry sehabis pulang kuliah kemarin sore. Jukir ini satpam merangkap penjaga parkir kampus. Tujuan Sherry adalah memberi bonus pamer bodynya, biar Pak Jukir senang. Jadi bisa diamankan parkiran mobil kalau bawa mobil kekampus. Aku sih ikutin aja, walau belum seberani Sherry.

Dan begitulah aksi-aksi eksib yang diprovokasi Sherry ke aku membuatku makin lama makin penasaran pengen coba pamerin tubuhku ke "orang-orang seperti mereka" ini.

Tapi untuk sementara biarlah Billy yang menikmati Eksibisinisku. Biar dia kangen dan ketemua aku.

"Penasaran deh sama kontol Pak Jukir atau satpam-satapam kampus kita. Pasti gede dan bikin puas ya" Kata Sherry pas pulang kuliah.

"Hahhaa...gila lu"

"Cobain yuk. Theresome kita.."

"Emang sudah gila lu ini ya" Kataku melengos pergi.

"Kata Verna, kontol satpamnya bisa buat dia puas. Rahasia ya" Bisiknya.

"HAH???" Aku berhenti, tak menyangka salsahtu sahabat kami Si Verna, mahasiswi cantik nan tajir tapi tergolong pendiam suka ML sama satpamnya.

"Iya beneran. Dia cerita. Bahkan ada video di HP nya pas lagi nyepoingin gitu. Gede hitam berurat gitu kontol satpamnya"
"Hah, gimana ceritanya?"

"Sekitar sebulan lalu. Awalnya sih katanya diperkosa gitu pas dia lagi habis nge gym dirumahnya pas rumah lagi sepi. Tapi lama-lama ketagihan dan mau dikentot sama satpamnya itu. Aduhhh..."

"Pantes dia jarang gaul sama kita ya. ML tiap hari kali sepulang kuliah"

"Nah itu...Jadi pengen...Penasaran" Kata Sherry.

Aku juga penasaran sih. Tapi cukup dalam hati saja.

----

Di Suatu Pagi


Cekreeek..

Aku sudah memakai tas di pundak dan bersiap pergi. Foto yang barusan kuambil sudah dikirim ke pacarku Billy dan memberitahukan kalau aku siap jalan. Nggak sampai semenit dia langsung membalas chat.

B : Wuih sayangku seksi banget.

M : Pacarnya siapa dulu.. hihihi

M : Aku lagi nunggu ojol nih. Ngga sampe-sampe.

B : Hoki banget itu mamang ojol, awas punggungnya bolong

M : Hihi ngga lah sayang, masa toket aku ditempelin ke punggung mamang ojol

B : Kalau aku yang anter pasti udah ngerem bolak-balik

B : Sayang, pap tete dulu boleh kali

B : Hari ini belum dapet jatah susu

M : Ih dasar punya pacar mesum banget

Di rumahku memang sekarang sedang sepi, karena ibu dan ayahku sudah berangkat kerja. dan adikku sudah dari pagi keluar. Jadi nggak masalah aku foto di ruang tamu ini.

Kuturunkan blouse yang sedang kupakai dan juga branya hingga memperlihatkan toketku sebelah. Kufoto 4x dengan pose yang berbeda. Hihi, pasti pacarku suka banget. Dia paling suka liat toketku, ngegemesin katanya.

B : Sayang, aku ngaceng loh yang. Tanggung jawab loh.

M : Ih kamu yang minta sendiri

B : Itu bra pink yang satu set sama celana dalemnya?

M : iya yang kamu beliin

Aku agak berbaring di sofa dan agak nungging, lalu menyingkapkan legging untuk foto bagian pantatku dan langsung kirim ke pacarku. Celana dalam yang kupakai ini satu set sama bra yang kupakai. Tipenya thong, jadi membuat pantatku terlihat lebih bulat. Sedangkan bra yang aku pakai tipenya yang tipis, jadi kalau pentilku nongol agak menjiplak di dressku.

Aku memang sengaja sedikit bersolek hari ini. Rencananya setelah beres kuliah, aku akan ke kosan Billy. Dia bilang kalau akan di kosan seharian mengerjakan tugas akhirnya dia. Jadi aku akan menggoda dia biar dia bisa melepaskan stressnya bareng aku. Aku bakalan pasrah diapain sama Billy.

Hihihi. Memang libidoku sedang naik juga, sudah seminggu nggak dapet jatah daging karena kesibukan pacarku.

Akhir-akhir ini memang Billy suka banget minta aku pakai pakaian seksi. Dari dulu memang aku sukanya pakai kaos atau kemeja flanel dengan celana jeans. Sekarang pacarku Billy, suka minta aku pakai tanktop atau dress. Juga sering banget ngebeliin lingerie ataupun daleman seksi. Sebagian lingerie aku taruh di kosan Billy buat menggoda dia. Tapi akhir-akhir ini Billy suka minta aku buat nggak pake daleman semenjak aku ngobrol sama Johan di depan kamarnya. Tentu saja aku keberatan, apalagi kalau ke kampus. Pasti bisa diomongin sama teman-temanku.

B : Gemes aku yang

B : Coba deh kamu nggak usah pake bra sama celana dalem.

M : Nggak usah aneh-aneh deh sayang, aku kan mau kuliah.

B : hehe, iya sayaang

Kemudian ada motor yang datang dan dichat sama abang ojolnya kalau dia sudah sampai depan. Aku lalu pergi menuju kampus. Aku nggak sabar hingga siang nanti.

---

Sepulang kuliah.

Akhirnya perkuliahan untuk hari ini beres. Memang aku hanya kuliah 2 kali hari ini, jadi jam 12 ini aku sudah free. Didalam kelas udaranya panas banget gara-gara ac rusak. Asli deh dua jam terakhir itu rasanya nyiksa banget, ac kelas rusak dan gerah banget. Blouse warna peach yang aku pakai sudah basah lepek kena keringat. Rasanya udah pengen langsung mandi aja. Paling cocok ya langsung balik ke kosan Billy.

“Sha, kantin yuk , lapeer..” ajak Sherry yang sekelas denganku.

“Gue udah pengen balik ni Sher.. Gerah gila, pengen mandi..” aku menolak dengan halus.

“Hihihi, bilang aja pengen dimandiin si bebeb..” goda Sherry dengan menyunggingkan senyum mesumnya.

“Apaan sih Sherr..” kadang aku malu sama Sherry yang suka mesum blak-blakan.

“Yaudah aku ke kantin aja deh sama anak-anak, bye Shaa. Tiati kebablasan di dalem.. Hihihi.”

Sherry pergi sambil dadah-dadah. Memang kelakuan tu anak mulut nggak bisa dijaga. Untung sobat deket, kalo ga udah aku lakban mulutnya.

Kosan Billy sebenarnya agak jauh, masuk ke dalem komplek perumahan. Kurang lebih 10 menitan kalau jalan kaki. Tapi sebelum ke kosan, aku beli nasi padang di belokan komplek. Di dalam lagi rame karena lagi jam makan siang, juga ojol banyak dapat pesanan via aplikasi. Ketika aku masuk, rasanya jadi tatapan para mamang ojol yang lagi nunggu. Untung saja mas-mas penjaga warung nasi padang langsung menanyakan pesan apa. Pesananku langsung dibuat tanpa harus menunggu antrian ojol yang banyak banget.

Entah kenapa si mamang-mamang ojol liar banget matanya sama aku. Padahal aku masih pakai baju sopan, blouse longgar dan legging hitam. Apa mungkin efek dari keringatku yang bikin baju agak menerawang kali ya. Kayaknya aku bisa liat samar-samar bra pink dibalik blouse yang kupakai. Gimana ceritanya kalau aku nggak pakai bra kayak permintaan Billy tadi pagi? Atau mungkin tanpa bra dan daleman kayak ketika aku ngobrol sama Johan tempo hari.

Hihi, sebenarnya kemarin itu nggak sengaja aja. Kirain yang jaga kos atau pemilik kos datang, jadi buru-buru nggak pake daleman. Nggak taunya Johan mau minjem mobil. Dia kikuk gitu pas aku buka pintu, nggak taunya aku lupa ngancingin bagian atas dan keliatan sebagian dadaku. Eh abis ngasih kunci dia ngajak ngobrol, modus amat deh mau liat toket aja. Gemes juga deh godain cowok sambil exhib dikit-dikit. Kayaknya Billy ngira aku ngga sadar jadi incaran matanya si Johan, padahal aku tau kalau dia ngobrol matanya ngarah ke toket aku, kadang berusaha ngintip ke balik rok yang emang agak pendek.

Hihi, dasar Marsha kok suka godain cowok lain.

Tapi Billy kayaknya demen juga, dia ngintip dan abis itu ngegarap aku sampe lemes.

Sekarang gantian, Billy yang bakalan aku godain. Tadi pagi udah mancing-mancing dikit, siang ini eksekusinya. Aku udah ada rencana pakai baju seksi yang dibeliin Billy, dia akhir-akhir ini suka beliin baju seksi juga lingerie. Cuma belum semua aku pakai, masih nunggu momen yang pas. Nah, sekarang kan doi lagi di kosan seharian katanya, kebayang deh doi ngegarap badan aku sampe malem. Hihihi.

Sampe kosan, kayaknya kondisinya mendukung banget. Kosong melompong, ngga ada orang sama sekali. Mang Jajang si penjaga kosan juga lagi nongkrong-nongkrong di warungnya Mang Kosim.

Perfect!

“Hai sayaang..” sapa aku ke Billy yang sedang sibuk di depan laptopnya. Aku peluk dia dari belakang. dan mencium bibirnya.

Dia emang lagi sibuk buat ngelarin skripsinya yang udah bolak-balik ditolak sama Pak Zakar, pembimbingnya juga menjabat wakil dekan. Kasian juga sebenarnya si Billy agak tertekan sama skripsinya, padahal pekan sidang tinggal menunggu hitungan minggu. Kadang dia juga harus bolak-balik kampus perpus kosan buat ngerjain skripsi. Akibatnya akhir-akhir ini aku agak ‘ditelantarkan’ sama Billy. Kadang dia pulang sore atau agak lewat magrib. Sebagai hiburan, aku suka mengobrol sama penghuni kosan lain.

Melihat dia seperti ini, rasanya agak kasihan karena pasti dia stress, menguras tenaga dan pikiran.

Tapi tenang sayang, hari ini aku bakalan melepaskan stress kamu. Juga bakalan menguras isi kantong dragon ball kamu. Hihihi.

Tapi sebelum mulai, aku ingin mandi dulu. Gerah parah.

“Aku mandi dulu ya sayang.. Gerah banget nih..” kataku sambil mulai membuka bajuku.

“Iya sok sayang.” Kata Billy tanpa melepaskan matanya dari laptop.

“Kamu nggak mau ikut mandi?” rasanya agak sebal lagi berdua di kamar dan aku sudah half naked tapi nggak di waro. Aku melempar bajuku dan akhirnya dia menengok.

Billy menatap badanku cukup lama yang hanya terbungkus bra pink dan celana dalam senada. Entah dia lupa ngambil napas apa ngga, yang pasti dia nggak gerak sama sekali. Beberapa detik kemudian Billy tampak tersadar dan memasang ekspresi muka sok marah karena diganggu.

“Hihihihi. Takut, awas ada Billy galak.” Ucapku sambil memeletkan lidah.

Aku langsung kabur masuk ke kamar mandi. Segar sekali rasanya begitu kena air dingin. Kubersihkan seluruh sela-sela tubuhku dengan sabun. Aku nggak mau ada bau nggak enak di tubuhku. Juga dadaku yang tadi berkeringat kubasuh dengan sabun. Tidak lupa aku membersihkan selangkanganku dengan sabun sirih. Billy memang bukan tipe orang yang suka jilmek, tapi aku tetap rutin menyabuni agar kalau dia mencium bibir bawahku, dia nggak turn off karena aromanya.

Selesai mandi dan mengeringkan badan, aku memakai baju yang sudah kuambil dari lemari Billy. Sebuah dress terusan berwarna peach, aku baru sekali ini memakainya. Bagian atasnya seperti tanktop dengan tali lebar, potongannya agak lebar sehingga belahan dadaku agak terlihat. Sedangkan bawahnya cukup pendek, hanya menutupi setengah paha. Dress terusan ini cukup nyaman untuk dipakai di kosan. Tapi tetap bagus kalau dipakai keluar rumah.

Keluar kamar mandi, aku langsung menjemur pakaian di jemuran depan kamar Billy. Ada Mang Jajang yang sudah balik dari warung mang Kosim, dia lagi jalan ke arah dapur tapi berhenti sejenak melihat aku yang lagi menjemur handuk.

“Hihi, baru ngeliat paha putih aja udah bengong, gimana liat dalemnya.” Ucapku dalam hati.

Ternyata bukan hanya Mang Jajang yang terpesona, Billy juga melihat aku dari dalam kamar tanpa berkedip.

“Tenang kok Billy sayang, hari ini aku milikmu kok.” Lagi ucapku dalam hati.

“Masih belum beres sayang?” tanyaku setelah masuk kamar dan menutup pintu. Aku memeluk Billy yang sedang duduk di kursi sambil mengetik. Sekarang matanya sudah kembali ke monitor.

“Belum sayang, tanggung. Sedikit lagi.”

“Semangat sayang.” Kucium pipi Billy untuk menyemangatinya.

Aku duduk di kasur sambil memakan nasi padang yang sudah dibeli. Billy sudah makan duluan ketika aku mandi tadi. Aku tidak keberatan karena mungkin dia belum makan dari pagi. Beres makan, aku duduk selonjoran di kasur untuk menurunkan makan. Perhatian Billy sudah fokus ke laptopnya, aku tidak tega untuk mengganggunya. Sambil menunggu beres, aku main hp membalas pesan di grup kelas juga membuka sosmed. Tidak lama ada pesan masuk di whatsappku.

S : Udah beres say ngewenya?

Aku menghembuskan napas dengan berat. Siapa lagi yang berani ngechat seperti itu selain Sherry?

M : Ngewa ngewe aja otak lu Sher.

M : Gue baru mandi sama makan. Keringetan parah tadi di kelas.

S : Yaelah say, nanti juga dibikin keringetan lagi sama si bebeb.

M : Tinggal minta dimandiin sama si bebeb. Week. * Emot melet.

Aku melanjutkan chat sama Sherry, dia agak uring-uringan karena udah 3 minggu nggak dapet jatah daging dari cowoknya. Emang super blak-blakan si Sherry ini. Tapi obrolan semakin absurd sampai aku menyudahi chat sama Sherry. Dia malah memberikan semangat untuk olahraga ranjangnya sama Billy.

S: Gue iri sama lu. FWB-an gw pada ga bisa semua nih diajak "keringatan"

M: Hahahaa

S: Gw ajak penjaga kost gw aaja apa ya. kangen ngerasain kontol gede. xixi
M" Dasar pecun lu

S: Eitsss...belum pernah ngerasain sih lu..bisa ketagihan. cobain gih sama penjaga kost cowo lu, atau siapa itu yang penjaga warung depan yang mesum itu. hahhaa.

Sedeng emang Sherry.

Selepas chat dari Sherry, aku ingat menyimpan coca cola di kulkas yang ada didapur kost Billy. Jadi para penghuni kamar yang tidak punya kulkas, maka boleh nitip minuman atau apapun di kulkas kost yang ada di dapur. Dan biasanya dinamain.

Aku keluar kamar untuk mengambilnya, masih ada Mang Jajang lagi duduk di meja makan menghadap dapur. Aku mencari kaleng coca cola milikku namun nggak ada. Cukup lama aku mengorek kulkas berharap coca colaku dipindahkan orang. Tapi hasilnya nihil. Aku menyerah dan mau kembali ke kamar, tapi aku melihat Mang Jajang sedang melihat aku.

Aku baru sadar kalau aku dari tadi banyak nungging di depan kulkas. Terusan yang agak pendek ini pasti agak tersingkap keatas. Aku berharap tadi tidak terlihat selangkanganku karena saat ini aku tidak pakai daleman sama sekali. Aku kembali balik ke kamar dengan perasaan malu sudah diintip Mang Jajang. Tiba-tiba Mang Jajang berdiri dari duduknya dan turun kebawah.

Membawa sekaleng coca cola.

“Jangan-jangan si Mang Jajang ngambil coca cola punya aku. Ugh sial banget, padahal aku udah ngebayangin coca cola dingin masuk ke tenggorokan aku.” Rutukku di dalam hati. “Mana kayaknya Mang Jajang ngintip lagi. Ugh sebel.”

Sesampainya di kamar, aku ngide buat beli coca cola di warung Mang Kosim. Aku pakai celana dalam biar nggak diintip mamang-mamang lagi. Tapi setelah kupikir, aku nggak bakal pakai bra karena cuaca memang lagi panas banget. “Lagipula cuma ke warung depan.” Pikirku.

“Sayang, aku mau ke warung depan ya, mau beli coca cola sama cemilan.”

Billy hanya mengangguk, aku memakluminya karena sedang fokus. Ketika aku keluar, rasanya aku jadi pusat perhatian. Ojol-ojol yang lewat sampai memalingkan wajahnya dari jalan, beberapa orang yang lewat juga melihat ke arah aku. Bahkan ada sepasang mahasiswa yang keliatannya lagi pacaran, ceweknya langsung ngambek.

“Liatin teruuss..” kata si cewek sambil mencibut perut cowoknya hingga kesakitan.

“Cuma ngga pake bra aja cowok-cowok langsung melongo. Hihihi.” Kataku dalam hati.

Aku menyebrang ke warung yang ada tepat di depan kosan Billy. Warung itu memang biasa sepi karena terkenal dengan harganya yang mahal, kadang menaikan harganya tanpa mikir dulu. Tapi kali ini itu warung benar-benar kosong, aku mengintip ke balik etalase kaca dan melihat si Mang Kosim sedang tertidur nyenyak sampai ngorok di sofa reyotnya.

Kagak niat jualan deh si Mang Kosim. Siang bolong gini udah molor.

Aku membuka kulkas etalase berharap menemukan coca cola dingin, tapi nihil. Bahkan sampai aku nunduk ngodok—ngodok sampai ke dalam kulkas, tidak ada coca cola sama sekali. Akupun sebal, kenapa nih warung nggak lengkap amat ya. Padahal nggak laku-laku banget.

Lalu aku merasa sepi, kok suara ngoroknya Mang Kosim berhenti?

Aku sedikit menengok ke belakang dan kaget setengah modar.

Mang Kosim sudah kebangun dan melihat ke arah aku yang sedang bungkuk-bungkuk depan kulkas. Kepala dia pas berada di belakangku dan lebih rendah dari lututku.

Sial, pasti dia bisa ngelihat paha aku, mungkin selangkanganku. Untung tadi aku pakai celana dalam.

“Mang, coca cola dingin kosong ya mang?” tanyaku ke mang Kosim. Dia pura-pura baru terbangun dan duduk.

“Di kulkas ngga ada neng? Paling kalau nggak ada, ada yang nggak dingin.” Tawar Mang Kosim sambil memberikan sekaleng coca cola yang baru saja diambil dari kardus.

“Yah, nggak mau Mang. Pengennya yang dingin, panas nih.” Kataku sambil mengibas-ngibaskan bajuku.

Hahaha, mampus kau mang, panas dingin loh liat yang sekel-sekel.

Disaat yang bersamaan, ada seorang ojol yang baru datang.

“Mang Kosim, garpit 3 batang ya.”

“Dua puluh ribu sep.”

“Mahal amat mang, cuma 3 batang juga.”

“Situ kan belom bayar rokok dari seminggu yang lalu.” Kata Mang Kosim sambil tangannya meminta uang. Tapi dari sudut mataku, mata mang Kosim tidak melihat ke ojol yang bernama Asep itu, tapi mengarah ke aku.

Si mamang ojol berbadan kurus ceking dengan badan gelap itu menerima rokok yang dia beli, namun terjatuh di lantai dan mengambilnya.

“Ini berapaan mang?” tanganku memegang sebungkus keripik singkong. Matanya terpergok sedang menatap dadaku.

“Se-seribuan neng.”

“Laaah, ke cewek cantik aja jualnya seribuan. Ke saya jualnya seribu lima ratus.” Seloroh si Asep ini agak sebal.

“Nah, iya kemarin situ belum bayar beli keripik 5 bungkus.” Mang Kosim mengadahkan tangannya lagi minta dibayar. “tujuh setengah ya sep.”

“Lah si neng cuma seribuan satunya.”

“Lu kan ngutang udah berapa hari, jadi ada bunganya.” Kata Mang Kosim.

“Kebiasaan nih neng si mang Kosim kalo ngasih harga ke cewek cantik pasti dikasih murah. Ke Asep mah dimahalin.”

“Hihihi, emang Marsha cantik Mang?” Tanyaku dengan ramah.

“Cantik banget neng, jarang-jarang disini ada yang bening kayak neng Marsha.”

“Hihi Mang Asep bisa aja deh.” Jawabku sambil meninju pelan bahu Asep.

Aku melanjutkan bayar ke Mang Kosim, dia menanyakan jadi beli coca colanya, tapi aku menolak. Aku bilang kalau aku ingin yang dingin.

“Neng Marsha ngekost didaerah sini?” Tanya Asep yang lagi duduk di bangku depan warung.

“Nggak Mang, Marsha asli Bandung.” Entah kenapa aku ikutan duduk di warung Mang Kosim. Mang Kosim tidak ikutan duduk, tapi ikutan ngobrol dari balik meja etalase.

“Terus disini sama temen neng?” tanya mang Kosim.

“Nggak mang, Marsha cuma dateng ke kosan pacarnya Marsha.”

“Yang disebrang neng?” tanya Mang Asep.

Aku menjawab dengan menangguk.

“Pasti seneng banget jadi pacarnya Neng Marsha deh.”

“Emang kenapa gitu Mang?”

“Ya abis Neng Marsha udah cantik seksi lagi.”

“Ah Mang Asep mah bisaan".

“Bener deh neng. Pengen banget deh jadiin Marsha pacarnya Asep.” Wah. Agresif juga tukang ojek ini.

“Modus amat lu sep, situ kan udah punya pacar.” Mang Kosim ikutan nimbrung, dia nggak terima kalau aku jadi pacarnya Asep. Tapi kayaknya daritadi Mang Kosim ngeliatin dada aku terus deh, atau mungkin paha aku ya? Baju aku memang pendek sih.

“Iya nih Mang Asep modus banget deh, padahal Marsha kan udah punya pacar. Mang Asep juga punya pacar.” Kataku, mulai tertantang meladeninya.

“Bisa lah neng jadi pacar keduanya Asep. Tapi dijamin deh, pasti Neng Marsha nggak nyesel deh kalo pacaran sama Asep.”

“Emang Mang Asep mau ngapain gitu kalau jadi pacarnya Marsha?”

“Wih neng, pasti sama Asep tiap hari dipeluk-peluk deh. Apalagi neng seksi banget deh, pasti ngemutin susunya Neng Marsha enak banget.”

“Itu sih Mang Asep yang keenakan.” Ucapku sambil meninju bahunya lagi.

“Belum selesai neng, buat Neng Marsha Asep kasih spesial service deh. Jilatin anunya neng sampe banjir.” Ujar Asep yang udah cengar-cengir nggak jelas.

“Anu apa Mang Asep?”

“Ya anu neng. Memeknya Neng Marsha.”

“Ih, dasar Mesum ih Mang Asep mah. Itu sih pacarnya Marsha juga bisa.” Ujarku sambil ketawa kecil. Anehnya aku ga marah. Sikap ceplas ceplos orang kampung seperti Asep ini dimaklumi aja. memang ga ada tata kramanya.

Tapi kayaknya aku udah harus pergi nih. Omongannya Mang Asep udah menjurus-jurus.

“Udah ah Mang, Marsha mau jalan dulu.”

“Jalan kemana neng?” tanya Asep.

“Mau ke minimarket Mang, warungnya mang Kosim ngga sedia coca cola dingin.”

“Sini atuh Asep anterin. Kasian Neng Marsha jalannya jauh, nanti muka cantiknya Neng Marsha keringetan. Tenang kok, buat Neng Marsha, Asep kasih gratis kok.”

Asep dengan cekatan langsung menuju motornya, sekilas aku melihat Asep mengacungkan jempolnya ke Mang Kosim yang terbengong dari belakang meja etalase.

Aku sendiri agak bingung, ikut Mang asep atau nggak. Soalnya daritadi dia udah mesum sama Marsha. Tapi Mang Asep udah siap diatas motornya. Mungkin tak kenapa-kenapa kali ya, toh minimarket nggak jauh didepan.

“Boleh deh Mang.”

Aku naik ke atas motor supra Mang Asep. Ditengah jalan menuju minimarket aku terpikir sesuatu.

“Mang, minimarketnya boleh yang diatas aja ngga? Jangan yang didepan kampus mang.”

“Boleh Neng, selama sama Neng Marsha, Asep siap anterin.”

Aku baru ingat kalau kemungkinan besar, teman-teman kelasku masih berada di area kampus. Sebenarnya tidak apa sih ketemu mereka, tapi kalau pakaianku kayak begini pasti jadi bahan gosip temen-temen. Terkecuali Sherry, si ratu bokep itu mungkin malah ngegodain aku.

Minimarket yang diatas memang agak jauh dari kosan Billy, apalagi kalau jalan kaki. Tapi karena diantar Mang Asep jadi cepat, nggak sampai 5 menit sudah sampai. Aku membeli beberapa makanan ringan, dua botol coca cola dan sebotol sprite. Pas bayar, dua petugas kasir cowok tampak salah tingkat. Bahkan mereka sengaja berlama-lama sambil melihat ke arah dadaku.

Keluar dari minimarket yang berAC, hawa panas kembali menerjang. Aku tidak tahan untuk membuka botol sprite dan meminumnya di jalan menuju kosan. Aku meminta Mang Asep untuk lewat jalan lain yang agak memutar. Kalau lewat jalan ini pasti akan melewati depan kosan Sherry. Daerah ini juga masih masuk wilayah kost-kostan tapi punya kelas yang lebih mewah. Juga adem karena banyak pepohonan yang rimbun.

Tapi belum jauh dari jalan raya, aku melihat Sherry bersama orang yang juga aku kenal. Mereka baru saja keluar dari mobil Honda Jazz biru yang diparkir tepat di depan kosan Sherry.

"Mang-mang, berhenti di depan mang, di pos satpam." pintaku ke Mang Asep yang manut saja.

Beruntung ada pos satpam yang sedang kosong. Memang sudah lama tidak terpakai dan kadang dipakai mamang-mamang ojol untuk istirahat. Akupun masuk ke dalam pos satpam dan mendapatkan spot yang perfect. Tidak hanya aku, Mang Asep ikutan masuk dan mengintip.

Terlihat jika mereka akan masuk ke kosan Sherry. Awalnya aku berpikir positif kalau mereka hanya teman yang sedang berkunjung, tapi gesture tubuh mereka cukup dekat bahkan Sherry menggandeng tangannya dan didekapkan di dada Sherry.

"Siapa itu neng?" tanya Mang Asep yang mulai kepo.

"Temen Marsha mang, temen kuliah." jawabku singkat.

"Geulis kitu ey neng." ujar Mang Asep "tapi Neng Marsha juga geulis da."

Aku tersipu sama Mang Asep yang masih sempat-sempatnya ngegombal. Memang Sherry ini cantik sekali, bahkan aku yang sesama cewek pun mengakui.

"Mesra gitu ey neng. Itu teh cowoknya neng?"

"Nggak tau ey mang." jawabku yang juga tidak yakin "Makanya Marsha juga ngumpet."

Tapi yang pasti cowoknya Sherry bukan dia. Sedangkan yang berdiri di sebelah Sherry itu adalah Ringgo.

Sherry tampak sedang membuka gembok pintu gerbang. Gerakan selanjutnya benar-benar tidak kusangka dan membuat aku dan Mang Asep kaget. Bukannya membantu Sherry, tapi tangan Ringgo meremas pantat Sherry cukup kencang, bahkan rok Sherry yang pendek sampai tersingkap.

"Wih Neng, beneran itu nggak pacaran? Sampe ngeremes pantat gitu neng." tanya Mang Asep yang tidak kujawab.

Sherry tampak tidak fokus, tapi dia hanya tertawa manja sambil melepas remasan tangan Ringgo. Tidak ada ekspresi marah atau keberatan, malah dia mencubit pinggang Ringgo dengan manja.

Cukup lama mereka bergelut di depan gerbang sampai akhirnya mereka masuk kosan. Sherry sempat melihat sekitar memastikan tidak ada yang melihat mereka.

Aku terdiam sejenak dan tetap mengumpet di pos satpam berusaha mencari tahu. Sayang pagar kosan Sherry yang tinggi membuat aku tidak bisa mendapatkan apapun lagi sampai mereka masuk kosan.

Aku hendak mengajak Mang Asep melanjutkan jalan, tapi aku merasakan sesuatu di bawah badanku. Sebuah hp dengan layar menyala menampilkan kamera depan yang sedang merekam.

"Mang Asepp!!" aku memekik cukup keras karena kaget selangkanganku direkam pakai HP mang Asep.

Dia tampak gugup aksinya ketahuan, tapi Mang Asep cukup berani karena masih cengengesan.

"Jangan aneh-aneh deh mang, berani-beraninya ngerekam Marsha." ujar aku berusaha tegar. Namun akupun deg-degan takut dilecehkan lebih lanjut.

"Maaf Neng, abis Mang penasaran. Neng Marsha seksi banget sih." ujar Mang Asep yang masih cengengesan.

"Sini Mang, hapus videonya." kataku berusaha tegas. Tapi Mang Asep tampak tidak mau.

"Siniin mang HPnya. Kalau nggak Marsha teriak loh." ancamku. Kebetulan ada sekelompok mahasiswa yang sedang berjalan, walau masih jauh tapi jika aku teriak pasti terdengar.

Melihat tidak ada pilihan lain, Mang Asep menyerahkan HPnya.

Hanya ada satu video yang merekam badanku ini, meskipun ada beberapa video panas lain. Tampaknya itu pacarnya atau istrinya Mang Asep. Aku sempatkan memutar video, melihat apa yang sudah dia rekam.

Isinya cukup panjang, bahkan saat Mang Asep memuji aku tadi terekam disana. Tapi yang terekam disana hanya bagian punggung, pantat dan selangkanganku saja. Bagian mukaku tidak terlihat, hanya bagian rambutku saja.

"Mang apa-apaan sih ngerekam segala."

"Maaf neng, Mang Asep khilaf."

Setelah video aku beres, langsung memutar video selanjutnya. Ternyata itu video yang memperlihatkan aku di warung mang Kosim. Entah kapan Mang Asep memvideokan itu. Tampaknya saat dia menunduk mengambil rokok yang terjatuh. Di video itu mukaku tidak terlihat, tapi ada foto yang diambil candid saat mengobrol di depan warung mang Kosim.

"Tuh kan Mang Asep videoin Marsha juga di warung."

"Maaf neng."

Video selanjutnya bukan menampilkan aku, tapi ada seorang cewek yang sedang dieksekusi dengan posisi Man on top. Terlihat jelas badan telanjang cewek itu, sedangkan si perekam tidak terlihat badannya sama sekali hanya terekam batangnya yang sedang menggenjot nikmat.

"Ih banyak lagi video bokepnya."

"Itu pacar Mang Asep neng."

"Udah punya pacar masih modusin Marsha aja."

"Abis Neng Marsha seksi, putih lagi kulitnya. Pacar Mang Asep mah dekil."

"Ye masih syukur dapet jatah mang."

"Tapi ya gimana nggak penasaran sama badannya Neng Marsha. Mana toketnya Neng Marsha gede lagi."

Aku tidak menggubris Mang Asep dan masih mencari di folder lain. Tampaknya tidak ada dan belum diback up juga.

"Neng Marsha sendiri berani keluar nggak pake beha." ucap Mang Asep membuat mukaku panas dan memerah.

"Emang kenapa mang? Kan asalnya cuma ke warung aja, pengap tau pake bra." sergah aku sambil memalingkan muka. Tapi sekilas kulihat kalau celana Mang Asep sudah sesak karena batangnya tegang.

Kayaknya gede juga sih batangnya.

"Ya nggak apa-apa sih Neng, Mang Asep malah seneng dapet pemandangan."

Euh dasar cowok mesum, lihat pemandangan gunung aja demen banget deh.

Eh tapi aku ngerasa jantungku berdebar lagi. Sama seperti saat ngobrol dengan Johan tempo hari. Tampaknya aku harus cepat sampai kosan nih.

"Dah ah, Mang Asep mah mesuman orangnya. Ayo anter Marsha balik ke kosan." kataku sambil mengembalikan HP Mang Asep. Aku juga merapikan kantong belanjaan yang ditaruh di lantai pos satpam.

"Neng. Videonya mang simpen ya, mang janji nggak akan nyebarin kok."

Disimpan? Astaga! Dasar Marsha bodoh, kok tadi cuma dilihat doang nggak dihapus. HUft. Yasudahlah, toh juga nggak kelihatan muka.

"Yaudah mang, nggak kelihatan juga muka Marsha."

Wajah mang Asep tampak langsung sumringah. Seperti anak kecil baru dapat hadiah.

"Kalo gitu boleh dong kalo Mang Asep liat langsung." pinta Mang Asep yang cengengesan.

"Yee malah ngelunjak." protes aku.

"Ya siapa tau beruntung Neng."

"Dikira ini undian apa mang." ujarku pura-pura kesal.

"Kan sama aja neng, mang bisa liat dari HP juga. Hehe."

Emang benar sih, secara tidak langsung aku mengizinkan Mang Asep melihat selangkanganku. Sesaat aku ragu, tapi jantungku berdebar seakan menyetujui permintaan Mang Asep. Tiba-tiba aku teringat aksi Sherry di kantin kampus. Ada rasa ingin melakukannya, tapi kalau kulakukan pasti lebih frontal. Tapi entah apa yang merasukiku, aku melakukan tindakan lacur ini.

"Jangan direkam ya Mang. Gaboleh megang juga." Akhirnya itu yang keluar dari mulutku. Aku kalah pada rasa penasaran akan kenakalan ini.

Perlahan aku menaikan rok sampai batas pusar, memperlihatkan celana dalam pink yang kupakai. MARSCHA APA YANG KAMU LAKUKAN??? Jeritan batinku

Mang Asep tampak terkesima, beberapa detik dia terdiam menikmati pemandangan yang jarang-jarang dia dapatkan.

"Mulus banget neng, putih lagi. Neng Marsha suka ngecukur bulu jembutnya ya?"

"Iya. Pacarku suka mang." .

“Sekarang Neng Marsha lagi nggak pakai BH ya?”

“Keliatan banget ya Mang?" tanyaku sambil menutup dada. Dibalik baju memang terasa pentilku yang sedang menonjol

“Iya neng, pentilnya aja keliatan.” Ucap Asep sambil membenarkan celananya. Berani taruhan dia sudah mulai tegang dibawah sana. Hihihi.

“Tadi juga di warungnya Mang Kosim, dia ngeliatin toketnya Neng Marsha terus loh.” tambah Mang Asep yg kini mengelus batangnya dari luar celana.

“Masa sih Mang.”

“Beneran, bahkan kayaknya dia coli deh di warung. Abis tangannya gerak-gerak gitu di di belakang meja etalase.”

Kulihat Mang Asep juga udah siap buat coli tuh, celananya sudah menggembung besar.

“Terus sekarang Mang Asep mau coli juga?”

“Pengennya sih Neng, kontol Asep udah tegang nih ngebayangin toketnya sama memeknya Neng Marsha.” ujar Mang Asep sambil mengelus batangnya dari luar celana.

"Neng, Mang coli sambil liatin Neng Marsha ya." pinta Mang Asep sambil membuka celana jeans kumalnya itu.

Aku belum sempat menolak, tapi dia sudah mengeluarkan batangnya yang sudah tegang maksimal. Well, aku cukup mengesankan karena panjangnya itu juga batang yang kehitaman itu agak membengkok ke atas.

“Hihi udah nggak tahan amat Mang.”

“Nggak tahan Neng, ada bidadari cantik seksi di depan Asep.”

Aku melihatnya coli, lucu juga liat cowok coli sambil liat badan aku.

“Nggak tahan sama apa Mang?”

“Sama toketnya Neng Marsha. Uh Seksi banget Neng.”

Aku ketawa kecil. Nampaknya kalau aku jailin Mang Asep dikit bisa nih. Aku melihat sekeliling, jalan sangat sepi dan posisiku tidak akan mudah dilihat orang lain.

Aku flashing didepan Mang Asep. Kedua tali yang menopang bajuku kuturunkan hingga kedua toketku menyembul sempurna didepan Mang Asep. MARSCHA APA YANG KAMU LAKUKAN??? Jeritan batinku. Tapi tetap tak kunaikkan bajuku untuk menutu dadaku yang mengcung dengan tegaknya dihadapan tukang ojek ini.

Dia awalnya terbengong sejenak, tapi kemudian maju selangkah dan mencoba meremas susuku.

“Ih Mang Asep nggak boleh megang.” Aku memukul tangannya, menghindari remasan di toketku. “Mang Asep coli aja, kapan lagi dapet live show kayak gini kan?”

Mang Asep tampak mengurungkan niatnya, tapi aku masih berada di jangkauan tangannya.

“Mang munduran lagi kayak tadi. Nikmatin aja live shownya Marsha. Kalau mang maju lagi, Marsha bakalan teriak minta tolong loh. Nanti mang Asep digebukan warga gimana.”

Mang Asep nurut dan mundur lagi sambil coli. Wajahnya menringis keenakan saat batangnya dikocok naik turun. Aku tersenyum bangga bisa membuat cowok di depanku ini mematuhiku. Ada perasaan bangga tersendiri mengetahui cowok di depanku ini coli sambil melihat tubuhku. Aku menggodanya lagi sambil mengeluarkan toketku dan sambil meremasnya. MARSHA APA YANG KAU LAKUKAN?!!! Lagi-lagi suara hatiku berbunyi.

Aku nekad melakukan ini karena memang selama ini berkat pacarku aku sering tidak pakai BRA kalau ke kamouas atau pas kami jalan berdua. Jadi aku yakin pasti sudah ada beberapa orang juga yang melihat tokedku. Menyuguhkannya ke Asep saat ini tidak masalahlah, tambah 1 orang ini. Apalagi memang aku mulai horny juga karena menggoda.

"Neng Marscha masih perawan ga?" Tanya Asep sambil tetap mengocok-ocok sendiri batangnya.

"Sudah dijebol pacar Masrcha mang"

"Wah beruntung banget pacarnya. Ngentot tiap hari neng?"

"Iya mang hampir tiap hari. Pacarku nakal, susuku suka dikenyot-kenyot" Kataku menggodanya, sambil meremas remas dadaku.

"Ayuk ngentot neng. Rasakan sesekali kontol orang kampung. Pasti puas. " Bujuknya.

"Ga ah mang. Itu namanya selingkuh. Marscha ga mau khianati pacar"

"Kan dia ga tahu neng. Ayuklah..pasti neng akan keenakan. Dijamin puas".

"Ga mang. Takut memek Marsha jebol sama batang Mang Asep yang gede itu" Aku memang beneran khawatir kalau sampai batang segede itu masuk ke vaginaku. Pasti terasa sakit sekali. Apalagi memekku selama ini hanya dimasuki kontol pacarku yang kurangnya setengah dari batang tukang ojol itu.

Rasa deg-degan namun horny menyelimutiku. Sesekali aku lihat keluar takut ada orang masuk. Mang Asep makin semangat mengocok batangnya, saat kedua putingku remas sendiri dan aku mengelaurkan desahanku. Aku sudah sangat basah dbawah sana. Jangan sampai Asep ini memperkosaku disini, karena aku pasti ga akan kuta melawan.

Tapi untungnya per-coli-an ini segera berakhir. Tak menunggu lama, Mang Asep sepertinya akan memuntahkan lahar panasnya. Dia mendekatiku, dan langsung mendorong tubuhku berlutut dihadapan batangnya. Aku yang kaget tidak bisa apa-apa dengan serangan mendadaknya. Pundakku ditekan kencang sekali dengan tangan kanannya, sehingga aku susah bergerak, tangan kirinya masih asik mengocok-ngocok kontolnya. Aku hanya tutup mata dengan dada terbuka lebar, karena aku pikir dia akan menyemprotkan spermanya di wajahku.

“Ahh, Neng Marsha. Mang Asep keluar..” Mang Asep mengejang dan mengeluarkan pejunya yang cukup banyak ke dadaku. crottttt...crotttttt..crotttt......Ada 5x tembakan ke dadaku, sampai sekitaran dadaku penuh dan lengket.

"Ih mang, kok keluarin di dada Marscha"

"Maaf neng, habis gede banget susunya. Nafsuin"

“Hihi, banyak amat keluarnya Mang. Enak yah.” Aku melihat kedua tokedku penuh dengan ceceran maninya.

Mang Asep hanya mengangguk, nampaknya dia sedang mengambil napas.

Aku sendiri sebeanrnya sudah mulai horny. Sudah lembab di vaginaku. Andai Mang Asep punya keberanian lebih untuk memperkosaku, aku pasti tak menolak.

Tapi aku suka banget melihat cowok lain coli di hadapanku. Ada rasa bangga mengetahui badanku dikagumi orang.

Mang Asep lalu membantu membersihkan dadaku yang belepotan maninya dengan baju partai tadi. Kesempatan. Tapi aku biarkan. Dia sambil melap juga sambil meremas-remas dadaku yang kiri dan kanan. Biarlah dia melampiaskan rasa penasarannya.

Aku juga tak bisa menolak saat disuruh membersihakn batangnya. Dengan baju yang sama akhirnya aku melap batang itu. Gede sekali walau sudah tidak tegang. Hanya sebentar aku bersihkan, tapi aku lihat perlahan mulai naik lagi batang hitam itu. Bisa bahaya ini. Maka segera aku berdiri, membereskan bajuku dan memintanya mengantarku pulang.

"Yuk pulang"

"Yuk mang. Pulanggggg...." desakku.

Kami kemudian pergi dari situ.

"Makasih yang neng. Lain kali kita ulangi" Kata tukang ojek itu berbisik ditelingaku saat aku diturunkan dihalam kost pacarku.

"Tadi kan baru lihat tokednya, lain kali lihat memeknya ya. Pasti tembem" Bisiknya lagi.

Aku hanya tertawa sambil memukul pundak tukang ojek itu. Lalu setengah berlari naik kekamar pacarku. Aku khawatir dia menungguku kelamaan. Aku sudah benar-benar gila ini.

Sambil naik ke lantai dua, aku memikirkan kenapa membiarkan Mang Asep menikmati badanku, meskipun hanya melihat saja. Kalau kupikir yang aku lakukan tadi sudah sama ekshibisinya dengan yang dilakukan SHerry di kantin tempo hari itu. Memang benar, sensasinya sangat dahsyat merasakan badan dilihat orang lain yang tidak dikenal.

Aku jadi kepikiran ada hubungan apa Sherry dengan Ringgo. Tampaknya aku harus bertanya langsung ke Sherry. Selama di kampus, aku tidak pernah melihat gelagat aneh dari mereka.

Didepan kamar, aku berdiam diri sejenak, memperhatikan penampilanku agar tidak ada yang mencurigakan selain basah di bajuku. Kemudian aku masuk dan menyapanya seperti biasa.

“Maaf ya sayang lama.... Tadi cola habis diwarung depan, jadi aku ke supermarket yang diujung jalan sana” Kataku setelah masuk kamar.

“Iya gpp....” Katanya. Dia masih didepan laptop sibuk sendiri

“Ini colanya minum dulu” Aku memberikan 1 kaleng coca cola.

Mata kami saling beradu, aku deg-degan, apalagi saat matanya menatap kearah dadaku saat aku menunduk. Aduh jangan sampai masih ada sisa-sisa sperma. Maka aku langsung buru-buru masuk kekamar mandi. Kulepaskan bajuku sampai telanjang, aku perhatikan dicermin, memang kalau diperhatikan secara dekat ada sisa cairan putih disana, walau hanya sedikit. Aduh bahaya nih Mang Asep. Aku langsung nyalakan shower dan mandi. Aku bersihkan seluruh tubuhku dengan sabun, khususnya bagian dadaku.

Aku horny. Masih kerasa kentang karena kejadian gila tadi.

Tak berapa lama kudengar pintu kamar mandi terbuka. Pacarku sudah berdiri telanjang dengan batangnya yang sudah tegang maksimal.

Oh man, itu batang yang selalu aku kangenin.

Tanpa tedeng aling-aling, Billy mencium bibirku dengan ganas. Nafasnya memburu, tangannya meremas dadaku agak kasar dan tangan satunya lagi langsung meraih ke selangkanganku yang sudah basah daritadi.

Aku kangen Bily.

Aku kangen batangnya yang besar itu.

Aku ingin batangnya itu memenuhi rongga di selangkanganku.

“Sayang, aku mau kamu sayang. Badanku milikmu. Masukin kontol kamu ke memek aku yang. Aku nggak tahan.”

Billy hanya menggeram pelan dan menuntaskan nafsu birahinya menggunakan tubuhku.

Sebagai pacar yang pengertian, aku lalu memposisikan diriku menungging dengan berpengaan pada wastafel.

Billy mendekat lalu menjilat vaginaku.

"Aaahhh... aahhh.... Billy sayangg... emmm"

slrruupppp.... mmmmhhh.... sslrup..

"ouuhhh... udahh... ahh.. sayang... jangan dijilat... emmm... terusss... memek ku... uuhhh... masukin... masukinnn kontol.... mu... ahhh"

"udah gak tahan ya sayang? hehehe pengen ngrasain ini?" sambil menggesek2 kan penis nya di bibir vagina ku.

"iyaa... ahhhh... ayo sayanggg.... masukin...." Aku sudah sange sekali. KUrenggangkan kakiku, dan makin kununggingkan pantatku.

"hehehe.. binal juga kamu ya kalo lagi sange" Pacarku mulai mendorong perlahan kepala penis nya di vagian ku.

"ooohhh.... terrrr.... russss... mmmmmh"

"terima kontolku... sayang... aaagh..." blesssssss.... masuk keseluruhan.

"aaaaahhhh......sepppppp......."

Dan beberapa menit kemudian hanya desahan yang keluar dari kamar mandi ini.

BERSAMBUNG
 
Terakhir diubah:
WAH INI NIH , ngejawab semua pertanyaan di POV billy, buildupnya bagus banget huu ditunggu yang kehujanannnn ahahaha!! pokoknya keren banget hu, kelasss
 
Makasih updatenya hu...
Terjawab sudah pertanyaan kenapa marcha lama sama ojol...
 
Jav Toys
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd