Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Namaku Marsha (Pacar Yang Perlahan Berubah)

Siapa cowo kedua yang merasakan tubuh Marscha?

  • Johan

    Votes: 66 17,0%
  • Ringgo

    Votes: 46 11,9%
  • Gilang

    Votes: 5 1,3%
  • Pacar Sherry

    Votes: 33 8,5%
  • Kang Ojol

    Votes: 131 33,8%
  • Penjaga warung depan kost

    Votes: 99 25,5%
  • (lainnya)

    Votes: 5 1,3%
  • Apakah perlu mulustrasi Marsha

    Votes: 1 0,3%
  • Perlu

    Votes: 2 0,5%

  • Total voters
    388
  • Poll closed .

Part 11: Namaku Marsha - Pesta Ulangtahun

Part 11 A : Sebelum Perayaan


Hari ini adalah hari yang berbahagia. Aku ulangtahun yang ke 20, tepat di awal semester 3. Aku cukup banyak dapat ucapan selamat, khususnya dari para cowo-cowo pengagumku. Ada 3 buket bunga sampai dirumahku pagi ini, dan ada 2 bungkus kado yang dikirim yang belum sempat aku buka. Aku tidak memperdulikan itu semua, hanya fokus ke hadiah dari pacarku saja.

“Happy Birthday Marsha sayaaang.”

“Aaaa Sherry kok bisa sampe sini sih?”

“Namanya juga kejutan hihi.”

Ternyata sahabatku itu datang kerumahku saat aku sendirian dirumah. Aku ngajakin Sherry ke kamarku di lantai 2, disana Sherry melihat beberapa buket bunga yang kutaruh saja diatas meja.

“Ciye yang penggemarnya banyak, ternyata gue kalah cepet nih.”

“Hahaha Sherr. Gue kira malah tadi tukang buket bunga loh.”

Sherry memberikan tambahan buket bunga, juga satu kotak hadiah yang masih dibungkus kado.

“Aaaah thank you sherr.”

“Gih buka, gue yakin lu pasti demen deh.”

Tanpa berpikir panjang aku langsung membuka kotak kado itu. Begitu kulihat gambar di kotaknya, aku langsung melirik Sherry yang melirik mesum.

“Sher, seriusan nih.”

“Gue bilang juga lu pasti demen.”

Kubuka kotak itu dan barang yang sama dengan gambar di depannya.

Sebuah dildo getar berwarna kuning, bentuknya mirip seperti pisang hanya saja ukurannya tidak terlalu besar. Di bagian bawahnya ada kaitan yang tampaknya bisa bergetar juga, pastinya ini ke arah klitoris.

“Sher seriusan dah. Ada ya orang yang ngasih sahabatnya vibrator.”

Sherry ketawa lepas. “Ada lah , gue.”

“Lu nggak bakalan kecewa deh Sha, u’ll thanks me later.” Lanjutnya dengan tersenyum genit.

Sherry mengajarkan cara pakainya, ternyata bisa dioperasikan secara wireless. Dia bahkan ngasih ide ngedate pakai vibrator itu, tapi kuputuskan akan menggunakannya lain kali.

Aku masih asik mengutak-atik vibrator itu dan mencoba menggunakannya pakai aplikasi ketika Sherry memainkan buket bunga yang ada di meja riasku. Dia minta izin untuk menaruhnya di vas bunga. Di saat yang sama ada chat dari Billy.

“Sayang....aku jemput jam 7 ya, mau ajak kamu dinner”. Begitulah whatsapp pacarku.

“Asekkk....” Jawabku dengan gembira

“Jangan lupa pakai baju yang sexy. Xixixi”

Sherry tampak puas dengan hasil tata bunga itu, perhatiannya teralih ke dua kado yang belum dibuka. “Johan sama Ringgo ngasih bunga sama kado juga. Nggak lu buka?” tanya Sherry.

“Emm nanti aja Sher.” Kataku tidak fokus. Aku ingin kasih Billy foto seksi kayaknya lucu.

Kuberanikan diri berfoto meskipun ada Sherry disana, toh dia sudah pernah melihat aku telanjang. Dan dia juga berperan akan kebinalanku. hehe.

“Mau PAP ke Billy ya?” ujar Sherrry sambil nyengir. "Mulai nakal nih anak"

Aku hanya memeletkan lidah. Kucoba beberapa pose, tapi rasanya nggak ada yang oke.

“Sini Sha, gue fotoin.” Kata Sherry yang langsung mengambil HPku. Tidak hanya membantu memfotokan, dia juga mengajariku beberapa trik PAP yang menggoda. Kalau urusan terkait sex, memang jagoan sahabatku ini.

“Ah, Sherr keren banget. Thanks ya.”

Hasil foto Sherry bagus banget, terkesan artsy sekaligus seksi. Langsung kukirim 1 ke pacarku.

M : * pict sent

M : mending pakai baju....atau gini saja babe?

B : Kita mau dinner, bukan mau ngentot *emoticon marah

Aku yakin pacarku kaget disana dengan ke-nekad-an ku karena berani pamer payudara yang ranum menggoda dengan puting pink sexy, sambil senyum manis dengan jari memberi simbol peace.

“Sha, mending lu buka ini deh.” Kata Sherry sambil memberikan kotak kado yang kukenali dari Ringgo.

“Kenapa Sher?”

“Buka aja deh.” Perintah Sherry.

Sebenarnya aku ingin membukanya nanti, tapi Sherry memaksa membuka. Mungkin dia penasaran isinya seperti apa.

Setelah kertas kadonya kubuka, ada satu kotak polos yang terasa mewah. Aku malah menjadi penasaran dan membuka kotaknya.

Sebuah bra set, lingerie atau apalah istilahnya. Berwarna merah maroon yang seksi berbahan satin yang amat halus. Bagian branya hanya tipis yang pasti tidak bisa menampung dada besarku juga mungkin pentilku bakalan menjiplak. Bagian bawahnya sebuah gstring yang senada dengan bra. Tali hitamnya membuat kontrasnya semakin bagus.

“Gila bagus banget Sher.”

Sherry pun mengangguk setuju.

“Lu tau si Ringgo bakalan ngasih beginian?”

“Secara nggak langsung sih.”

“Maksudnya?”

“Dia bingung mau beliin apa buat hadiah lu. Dia ngasih beberapa pilihan, salah satunya ini dan aku bilang mending ini. Tapi gue cuma liat dari foto nggak langsung.”

“Tapi ini keren banget sih.” Kataku sambil menikmati bahannya yang halus. Agak terlupa, ada selembar kertas yang ditulis tangan.


Gue yakin lu bakalan seksi banget pakai ini.
-Ringgo-



“Coba Sha.” Kata Sherry yang bersemangat.

Kucoba bagian atasnya dulu yang kukhawatirkan akan sesak. Tapi dengan mudahnya terpasang sempurna. Seperti yang kuduga pasti agak menjiplak bagian putingnya karena bahannya tipis, tapi entah kenapa malah seksi.

Celana dalamnya pun tidak kalah kece. Model gstring dengan kain satin merah di depan, mengerucut hingga lubang mekiku. Lalu tali hitam yang tak kalah lembut hanya bisa menutupi belahan pantatku dan juga lubang anus.

“Anjir Sha, cocok banget di lu.” Puji Sherry.

“Udah cocok jadi model victoria secret ngga?”

“Cocok banget.”

Sherry membantuku membuat beberapa foto, juga video singkat ketika aku pakai daleman ini. Lalu kupilih satu foto yang amat menantang. Foto aku sedang duduk di kursi sambil agak mengangkang. Begitu tipisnya gstring itu membuat gundukan lemak di mekiku terlihat jelas. Foto itu kukirimkan ke Billy melanjut chat yang tadi.

M : *pict sent.

M : Yakin dinner doang.... ga mau ini?

B : Awas ya kamu....aku hajar sampai besok pagi!!!

M : Hahahaha.....sampai ketemu sayang. Gih keluarin di toilet dulu

Kuberani bertaruh kalau Billy pasti tegang didalam kelas asdosnya ini. Nggak kebayang bagaimana dia bisa menyembunyikan batangnya yang tegang padahal miliknya cukup besar. Semoga aja nggak ada cewek yang sange liat cowokku ngaceng.

Puas menggoda Billy dengan daleman baru yang super sexy itu, aku membalas chat Ringgo untuk berterima kasih. Tapi sudah kuduga Ringgo minta ‘bukti’ kalau hadiahnya sudah sampai.

Emang dasar playboy ada aja akalnya.

Tapi kujahilin ngasih foto barangnya saja, kayaknya dia agak kecewa karena berharap aku ngirim foto badanku.

Selanjutnya aku mulai sibuk mempersiapkan acara ngedate. Kumulai dengan mandi dan luluran agar kulitku halus dan lembut. Untung saja beberapa hari yang lalu sempat ngewaxing bulu-bulu di badanku, hasilnya sampai sekarang selangkangan dan ketiakku masih mulus.

Cukup lama aku di kamar mandi dan kembali ke kamarku dengan keadaan telanjang. Memang biasanya aku seperti ini kalau di rumah sedang kosong. Tapi Sherry sedang tiduran di kasurku sambil videocall, tapi bajunya sudah terbuka bagian atasnya. Ternyata dia sedang VCS sama cowoknya Thomas.

“Anjir kamar gue dipake buat vcs.”

“Hehe kirain lu masih lama Sha.”

“Ampir sejam gue di kamar mandi, lebih lama lagi keriput kulit gue.”

“Masih kenceng gitu lah.”ujar Sherry. “Liat deh Tom, body masih kenceng gitu dibilang keriput ya.”

“Anjirr Sherryyy..” aku memekik ketika tahu Sherry sedang mengarahkan HPnya ke badanku yang masih telanjang bulat. Satu-satunya kain hanya handuk di rambutku yang masih basah. Tangan yang menutupi dada dan selangkanganku kayaknya tidak banyak membantu.

“Tenang Sha, cuma si Thomas kok.” Kata Sherry santai. “Kan kemarin udah ditonton sama anak-anak SMA.”

Mukaku rasanya memanas mengingat kejadian beberapa hari lalu. Entah mengapa aku menuruti semua perkataan Sherry, bahkan masturbasi di bioskop ditonton anak SMA. Kali ini malah pacarnya sendiri yang dilihatkan badanku.

Tapi bukannya aku langsung memakaikan baju, tapi aku malah membiarkannya telanjang. Setengah berharap kalau Sherry melanjutkan vcsnya dan kembali memperlihatkan badanku. Jantungku mulai berdebar membayangkan badanku yang telanjang dilihat oleh Thomas, pacarnya Sherry. Hanya hitungan detik bagian bawah badanku ini mulai bereaksi. Lendir licin mulai membasahi lembah sempit dibawah sana.

“Sha gue balik ya. Si Thomas bentar lagi sampe kosan gue.” Kata Sherry tiba-tiba mengagetkan aku. Tidak sadar tanganku sudah berada di surabi lempit nan basah.

Sherry tersenyum memergoki jari tanganku yang terlihat mengkilat. “Anterin bukain pintu ya Sha.”

Aku mengiyakan dan mulai memakai piyamaku. Tiba-tiba aku dipeluk Sherry dari belakang, tangannya langsung mengarah ke selangkanganku. “Dasar Marsha binal, dilihat sama Thomas udah sange gini.”

Entah sejak kapan, tangan Sherry yang satunya lagi sudah memegang dildo vibrator. Aku mendesah saat Sherry menggesekannya pelan. Lendir licin di bibir liang surgawiku memudahkan dildo vibrator itu masuk menancap liang surgawiku.

“Aaah Sherr..” aku mendesah pelan.

“Jangan jatuh lagi ya.” Ujar Sherry sambil memakaikan celana piyama. “Ayo anter gue ke depan.”

Aku mengantar Sherry sampai di mobilnya yang diparkir pas didepan rumah. Untungnya dildo vibrator ini cukup kecil dibandingkan timun kemarin sehingga memudahkan aku berjalan. Tapi tetap saja ada rasa mengganjal di bawah sana. Untungnya aku tetap pakai celana dalam untuk menjaganya tetap berada di dalam.

“Bye Marsha, jangan lupa ngunci rumah ya. Nanti diperkosa mamang ojol loh.” Ujar Sherry sambil melirik beberapa ojol yang lewat di depan rumah. “Gue cabut dulu, have fun sama Billy ya.”

Aku kembali masuk ke dalam rumah, tapi baru saja sampai teras aku memekik kaget. Kulihat Sherry sedang memegang HPnya sambil tertawa. “Bye Marsha, jangan lupa kunci pintu yaa.”

“Anjiiiir Sherryyyyy..” teriakku parau sambil memegangi daerah selangkanganku. Dildo vibrator itu bergetar cukup kencang sampai aku menahan rasa geli nikmat dibawah sana.

Aku segera masuk dan mengunci pintu. Perjalanan menuju kamarku di lantai dua terasa cukup panjang. Sesampainya di kamar aku mencari smartphoneku yang ternyata tertutup bantal. Belum sempat membuka lockscreen tubuhku bergetar hebat. Mulutku tampak tidak bisa dikontrol hingga mengeluarkan erangan desahan seksi.

Tidak kusangka aku akan orgasme secepat itu. Setelah berhasil mematikan vibrator itu aku baru tersadar kalau celanaku basah, bahkan menetes hingga membasahi karpet di kamarku. Setelah membuka celana, aku masih membiarkan dildo itu menancap di selangkanganku. Rasanya terlalu ngilu untuk mengeluarkannya. Sambil menata nafasku yang terengah-engah, aku tiduran di kasur dan tak lama aku tidak sadarkan diri.



--


Fuck Sherry!

Gara-gara dia nih aku jadi telat siap-siap. Setelah tadi ‘dikerjain’ Sherry, aku ketiduran hampir sejam. Alhasil sekarang Billy udah jalan buat jemput aku, tapi yang dijemputnya belum siap.

Aku cuma sempat pakai makeup tipis dan membentuk rambut menjadi sedikit bergelombang, tapi kurasa aku cukup puas dengan hasilnya. Tak lupa aku memakai baju yang sudah kubeli minggu lalu. Tapi sama halnya seperti kebanyakan cewek pada umumnya, aku bingung memadupadankan bajuku.

Aku memakai blouse warna peach dengan rok mini yang press body. Bagian luar sudah cocok tapi aku bingung memilih dalemanku. Kemarin aku beli daleman warna merah tapi modelnya standar jadi akan menjiplak di dress. Kalau aku pakai gstring, aku punyanya yang warna hitam. Kayaknya terlalu biasa, sedangkan aku ingin memanjakan mata Billy pas mengunboxing nanti.

Kemudian aku teringat kado yang baru kubuka tadi pagi. G-string merah yang amat seksi dengan bra yang senada. Ah pasti bakalan cocok sekali dengan blouse peach yang agak menerawang itu.

Ah rasanya aku harus berterima kasih ke Ringgo nanti. Dia penyelamatku hari ini.

Billy sudah datang ketika aku masih pakai baju. Setelah kurasa penampilanku sudah perfect, aku langsung keluar rumah sambil menyeret koper yang berisi baju-bajuku.

“Kamu cantik banget sayang.” Kata Billy sambil memberikan buket bunga mawar merah.

“Aaah makasih banget sayaang, bagus banget buket bunganyaaa.” Kataku kagum dengan surpisenya. Nggak lupa kucium bibirnya untuk berterima kasih.

Aku memfoto beberapa kali buket bunga itu dan mengirimkannya ke Sherry. Tapi tidak ada jawaban dari dia yang selalu fast respons. Nggak lama baru ingat kalau Thomas lagi berkunjung dan pasti mereka lagi enak-enak.

“Jadi kita mau kemana sayang?” tanyaku sambil melihat Billy yang mengemudi di jalanan kota Bandung yang padat.

“Lihat saja nanti sayang, kan kejutan.” Kata Billy sambil tersenyum penuh makna.

Hmm, aku tahu nih maksudnya Billy. Dia pasti bikin kejutan ulangtahun untuk dapat ‘imbalan’. Dasar cowok, pasti ujung-ujungnya kesana. Emang sih kayaknya udah 10 harian lebih belum aku kasih jatah karena dianya sendiri sibuk mulu.

Mobil kami berjalan lambat menuju daerah dago atas, daerah ini memang selalu ramai ketika weekend. Lalu kuingat harus berterimakasih ke Ringgo, aku belum membalas chatnya dari tadi siang.

M : Thanks banget loh Nggo buat hadiahnya.

R : Udah dicoba?

M : Udah dipake malah?

R : Eh dipake ngedate sama cowok lu?

M : Iya, cocok banget sama baju gue nih.

R : Anjiir sial malah keduluaan.

M : Keduluan gimana?

R : Kan gue pengen liat kamu pake hadiahnya.

M : Modus Ringgo mah, bilang aja pengen liat badan aku kan.

R : Iya mau banget Sha, nanti foto dulu dong sebelum digarap cowok kamu.

M : Diih ngarep. Kan udah jadi milik aku.

R : Kan gue juga harus memastikan kalau hadiahnya sesuai sama kamu.

Dasar emang playboy bisa aja ngemodusnya. Tapi dengan dia ngasih daleman pasti dia minta ‘sesuatu’ juga sih. Kayaknya sih aku bisa kasih beberapa foto nanti pas di restoran.

“Kamu chattingan sama siapa sih? Kok kayaknya seru.” Tanya Billy tiba-tiba membuatku kaget.

“Eh, ee, ini aku lagi chattingan sama Sherry kok sayaang.”

Dan untungnya di waktu yang sama chat Sherry masuk dan kuperlihatkan sekilas. Billy hanya tersenyum dan melanjutkan nyetirnya. Untung saja dia tidak curiga, bisa bahaya kalau dia tahu aku chattingan sama cowok lain.

S : Ciye yang mau dinner sampe foto buket bunga. So sweet banget siiih.

M : Hahaha, jarang-jarang nih kayak gini.

S : *video sent

S : Gue sih nggak perlu buket bunga, yang penting ini aja.

Ketika kubuka gambar dari Sherry, ternyata dia sedang video sambil memblowjob cowoknya. Sherry memblowjob batangnya Thomas, menjilati hingga ke pangkal bahkan sampai deepthroath. Video itu pendek tidak sampai satu menit, tapi Thomas sampai memuncratkan amunisinya di mulut dan muka Sherry yang tampak puas.

M : Anjir nggak usah dikirim juga kali.

S : Siapa tau bisa buat referensi nanti malem.

M : Nggak usah pake referensi juga udah jago kok gue.

S : Masa sih? Coba nanti lu videoin sambil ngentot deh.

M : Idih, terus gue kirim ke lu?

S : Iyalah, kan tadi gue juga udah kirim. Selow laah.

Emang sedeng si Sherry. Kalau video tadi sampai kesebar bisa gawat juga urusannya. Tapi kayaknya menarik juga ide bikin video bokep kayak tadi. Gimana kalau aku membuat video yang sama kayak tadi dan kukirim ke Sherry. Tampaknya sih aman karena dia juga mempercayakan video tadi ke aku.

Aku terhanyut dalam pikiranku yang sudah teracuni video bokep. Thanks to Sherry. Sampai akhirnya aku sadar kalau mobil Billy sudah berbelok ke kompleks perhotelan mewah. Aku cukup takjub karena ini pertama kalinya aku menginap di hotel berbintang seperti ini. Aku juga sudah membayangkan kolam renang, tidak mungkin hotel seperti ini tidak punya kolam renang. Untung saja Sherry memaksa aku beli bikini. Untung aku menurutinya.

Turun dari mobil Billy mengajaku masuk ke restoran mewah yang menyatu sama hotel. Pelayan mengarahkan kami ke salah satu meja yang sudah disiapkan khusus untuk kami. Aku cukup terkesan dengan Billy yang sudah prepare sejauh ini hanya untuk ulang tahunku saja. Pastinya aku akan menservis Billy dengan sepenuh hati.

Pelayan datang tidak lama kami duduk, dia memberikan buku menu. Aku dan Billy memesan steak untuk main course. Billy juga memesan wine untuk ‘memperlancar’ hubungan kami malam ini. Tak kuduga ternyata pelayan itu agak lama melayani kami, ternyata dia berulang kali melihat ke daerah dadaku yang agak terbuka karena blouse yang kupakai berbelahan rendah. Dia agak kecewa tidak bisa berlama-lama menikmati pemandangan gratis ini. Setelah pelayan itu pergi, aku juga merasakan pandangan orang-orang disekitarku.

“Yangg... kok daritadi banyak yang mandangi aku ya..” ucapku sambil berbisik. Tampak ada satu pelayan yang sedang membereskan meja, tapi matanya berulang kali mengarah ke aku.

“Ya iya..Kamu cantik banget malam ini.. Sexy..” kata Billy sambil tersenyum penuh makna.

“Makasihhhh sayaang..” ucapku tersipu. Siapa coba yang nggak senang dipuji seperti itu.

“Emangnya kamu nggak apa-apa pacarmu ini dilihatin banyak orang?” tanyaku penasaran.

“Suka banget sayang, bangga banget bisa dapetin pacar seseksi ini.” Ucap pacarku. “Kamu juga suka kan berpakaian kayak gini?”

Aku menangguk pelan. “Kamu janji kan nggak bakal marah sama aku?”

“Marah kenapa sayang? Kan aku suka banget liat kamu kayak gini.”

“Janji dulu.” Ucapku memaksa. Sejujurnya aku agak takut dia marah.

“Janji sayang.” Ucap Billy mengacungkan jari kelingkingnya.

“Sejujurnya aku jadi bergairah dilihat orang kayak gini. Kadang rasanya kayak mau ditelanjangin, tapi entah kenapa aku malah suka.”

Billy menatapku dengan seksama. “Kamu horni sayang?”

Rasanya mukaku memerah saat mengangguk. “Aku udah nggak sabar dientotin kamu malem ini.”

Dengan sedikit menggoda, aku menggigit bibirku sambil menggerakan tangan ke bawah dan mengelus selangkanganku dari luar rok yang kupakai. Dengan sengaja aku merenggangkan kakiku cukup lebar. Entah apakah dia bisa melihat gerakan tanganku karena tertutup meja, tapi pasti dia tahu kemana arah tanganku ini.

Praaaang...

Perhatian kami teralihkan. Pelayan yang sedari tadi membersihkan meja di seberang tempat dudukku menjatuhkan gelas hingga pecah. Disaat yang sama, seorang bapak-bapak yang tengah makan bersama istrinya memutuskan untuk pergi padahal makanannya tampak belum habis. Tapi aku mengerti saat melihat gundukan di celananya yang membesar.

Upps, apa aku kelewatan ya?

Billy agak mendumel karena kaget. Tapi aku agak prihatin sama pelayan yang menjatuhkan gelas tadi. Tak lama setelah mereka memberihkan pecahan gelas, aku melihat pelayan tadi dimarahi oleh manajer restoran tersebut.

Tapi apa dia melihat aku merenggangkan paha ya? Apa jangan-jangan dia bengong karena melihat celana dalamku?

Pikiranku kalut akan kejadian barusan, disaat yang bersamaan aku merasa bergairah hebat. Rasanya aku ingin sekali melakukan lebih dari ini. Bahkan ketika wine datang, aku sengaja membusungkan dadaku dan dilihat pelayan dengan mata melotot.

Rasanya aku mulai nggak fokus saat mengobrol dengan Billy. Liang bawahku yang sudah basah ingin segera dipuaskan. Berkali-kali aku menggigit bibir menahan untuk tidak menariknya ke toilet dan minta disetubuhi disana. Tapi kayaknya aku harus menenangkan diriku sejenak di toilet.

“Sayang, aku ke toilet sebentar ya.” Kumeminta izin yang diiyakan oleh Billy.

“Tapi kalau kamu mau nyusul boleh kok.” Ucapku dalam hati. Entah bagaimana rasanya disetubuhi di dalam toilet. Saat ngeblow Ringgo aja rasanya campur aduk.

Aku membawa tas kecilku karena rasanya harus mengelap bagian bawahku ini. Tapi agak kecewa karena toilet cewek ada sign board bertuliskan ‘Out of Service’. Yah bagaimana ini? Tapi kurasa aku mendengar suara orang didalam.

“Lu sampe bengong bego gitu liat cewek sih. Untung cuma gelas yang pecah.”

“Anjir lah, tadi keliatan loh celana dalemnya. Merah.”

“Asu, hoki lu. Tadi gue cuma dapet pemandangan toketnya aja.”

“Iya tapi gue jadi dapet hukuman bersihin toilet.”

Aku tidak dapat menahan senyum. Ternyata itu pelayan yang tadi menjatuhkan gelas, ternyata dia kena hukuman dari manajernya. Yah kuharap dia tidak kenapa-kenapa.

“Maaf permisi. Toiletnya nggak bisa dipakai ya?” tanyaku sambil memberanikan diri masuk ke toilet.

“Eh mbak. Bisa kok ini cuma sedang dibersihkan saja.” Ucap salah satu pelayan yang tadi menuangkan wine. Dibelakangnya pelayan yang menjatuhkan gelas melongo melihatku. “Pakai dulu aja mbak, nanti saya bersihkan lagi.”

Kedua pelayan itu keluar dari toilet dan aku masuk ke salah satu bilik. Liang surgawiku sudah basah banget bahkan mengecap di celana dalamku. Saat menuntaskan hajat, HP di dalam tasku bergetar.

R : Sha ayo dong, aku pengen liat kamu pakai daleman baru.

R : Buat bahan coli nih.

R : Sherry kan lagi sama cowoknya. Marsha juga lagi sama cowoknya. Nggak ada bahan deh.

M : buka pornhub aja kan gampang.

Aku terkekeh melihat Ringgo yang desperate tapi nggak ada partner.

R : Bosen, lebih suka liat punya kamu lebih seksi.

Aku mulai terpikirkan lagi tentang balas budi ke Ringgo. Kayaknya beberapa foto tidak masalah. Kubuka beberapa kancing blouseku hingga memudahkan memamerkan bra baru yang dikasih Ringgo. Kuambil beberapa foto selfie dengan memamerkan badanku yang memakai daleman itu.

M : *Pict sent.

M : Selamat coli Ringgo. :D

R : Lagi di toilet Sha?

M : Iya lagi pipis nih.

R : Pipis apa colmek? Kok basah gitu.

M : Pipis weee. :p

Setelah membalas Ringgo, kuelap liangku yang basah licin ini. Kutepis rasa ingin masturbasi meskipun rasanya dibawah sana sudah memohon untuk digarap. Penampilanku rasanya sudah rapih kembali dan keluar dari bilik, tapi HPku bergetar lagi.

Kali ini Ringgo video call.

Aku sempat hendak menolaknya, tapi melihat keadaan toilet yang sepi kayaknya bisa kuangkat sebentar.

“Hai Marshaaa..” ucap Ringgo yang muncul di layar HP.

“Kenapa deh video call segala.”

“Wcnya sepi Sha?”

“Sepi nggak ada orang.” Kataku sambil melihat sekeliling. Hanya ada dua bilik dan dua-duanya kosong.

“Pengen liat badan kamu lagi dong Sha.”

“Gila lu Nggo. Di toilet umum gini.”

“Kan kosong Sha.” Ucap Ringgo. “ayo dong Sha, gue sambil coli nih.” Kata Ringgo sambil mengarahkan kamera ke batangnya yang tegang.

“Anjir sambil coli lu.”

“Hehe.”

Tampaknya sih bakalan aman. Dari arah wastafel ini arah keluar masih tertutup tembok, juga ada pintu yang akan terdengar saat ada orang masuk. Aku juga sedikit mengintip keluar melihat sign board masih terpasang di depan pintu.

“Jangan lama-lama ya, bisi ada orang masuk.” Ucapku sambil menaruh hp di wastafel.

Kubuka kancing blouseku sampai memamerkan dadaku yang masih tertutup bra.

“Cocok banget di dada kamu Sha. Jadi keliatan montok banget.” Ucap Ringgo yang terlihat sambil coli. Tampaknya juga dia menaruh HPnya sampai terlihat kalau dia lagi coli.

“Agak sempit sih Nggo. Jadi kayak gini.” Godaku sambil sedikit mengguncangkan dadaku.

“Anjiir Shaa. Buka dong, kasian kalau kesempitan gitu.” Pinta Ringgo.

Entah setan apa yang merasukiku tapi aku tetap menuruti permintaan Ringgo. Aku kasih pemandangan toketku yang tumpah keluar saat BRA itu aku lepas. Aset terbaik tubuhku itupun terpampang dihadapan layar HP Ringgo.

“Anjiir gila toket lu emang juara banget.”

“Suka?” Tanyaku. sudah nilang rasa maluku.

“Banget. Liat toket lu doang udah ngaceng berat ini.” Ucap Ringgo mengarahkan batangnya yang keras.

Hihi, lucu juga bikin cowok coli cuma dikasih liat toket. “Baru toket doang Nggo, belum yang ini.”

Tanganku bergerak kebawah, sedikit menyingkapkan rokku hingga terlihat celana dalam yang senada. Kulihat kocokan Ringgo semakin cepat.

“Anjir Sha, pengen banget ngentotin lu sumpah.”

“Hihi, izin dulu ke cowokku.”

“Yang ada gue dihajar. Mending kita diem-diem aja.”

Aku tersenyum sambil mengangkat rokku hingga ke pinggang, memamerkan selangkanganku yang tertutup celana dalam.

“Kok basah Sha? Lu horni ya?”

Aku mengangguk pelan. “Tau nggak tadi pas di restoran, gue nggak sengaja ngebuka rok gue. Terus diliatin sama pelayan. Si pelayan malah sampe bengong ngejatuhin gelas.”

“Kacau lu Sha, bikin orang kena hukuman.”

“Abis dia juga ngintipin terus.” Ucapku.

Aku mulai tidak sadar menggesek jariku di klitoris juga sebelah tanganku memainkan toketku yang menggantung sempurna.

“Buka aja Sha. Biar enak colmeknya.” Perintah Ringgo yang hanya kuturuti dengan menyampingkan celana dalam agar bisa leluasa meraba surabi lempit nan basah ini. Terpampang sudah vagina mungilku yang sempit itu, walau tidak keseluruhan. Walau ada perasan malu awalnya, tapi sebuah dorongan libido membuatku nekad memamerkan liang yang hanya boleh dinikmati pacarku sendiri itu.

“Wah gila bener kata si Sherry, memek lu abis di wax seksi banget.”

“Hihi, thanks Ringgo.” Aku senang dipuji begitu. Aku kembali mepermainkan jariku mengejar kenikatan yang lar biasa aku rasa, saat video cool sex seperti ini.

Aku mulai merasakan nikmat dari permainan jari ini. Saking beceknya, kocokan jariku terdengar jelas. Bahkan Ringgo bisa mendengarnya.

“Becek banget memek lu Sha.”

“Horni banget gue.”

“Dasar Marsha, cowoknya nunggu di luar lu malah colmek sambil video call.”

“Kan kamu yang nyuruh.” Ucapku sambil tersenyum.

Aku sudah terhanyut dalam kegiatan nikmat ini. Entah mengapa aku gampang sekali naik kalau dilihat orang lain. Hanya sebentar saja rasanya badanku ini mau meledak.

“Aahh Nggo anjiir gue horni bangett.”

Kumelihat Ringgo di layar juga tampak bersemangat ngocok. Entah kenapa aku ingin Ringgo ada disini, pasti dia udah ngentotin memekku sekarang juga. Rasanya ingin banget batang itu ada didepanku dan dimasukan ke liang sempit ini.

“Anjir Nggo, fuuucckk. Aaaaahhh.....”

Tubuhku bergetar keras, Seketika orgasme ini datang bertubi-tubi. Memekku terasa basah sekali mengeluarkan cairan licin. Disaat yang sama Ringgo juga mengeluarkan lahar putihnya yang tampak kental. Cairan yang pernah kutelan itu rasanya ingin sekali ada di tubuhku. Sayang sekali kalau terbuang begitu saja.

Badanku masih gemetar namun hampir tidak bisa menahan badanku tetap berdiri tegak. Tanganku sudah bertumpu ke wastafel agar aku tidak jatuh di lantai.

Tiba-tiba aku melihat sesuatu di ujung mataku.

Si pelayan yang menjatuhkan gelas berada di depan pintu.

Memandangiku sampai melongo lebar.

Tangannya berada di gundukan besar di celananya.

Entah sejak kapan dia berada di sana. Yang pasti dia sudah beberapa waktu melihatku masturbasi sambil video call.

“Ma.. Maaf Mbak.”

Pelayan itu tersadar kalau dia kepergok melihatku. Sebenarnya aku yang kepergok. Tapi aku tidak punya tenaga untuk bicara, hanya memandanginya dengan mata sayu.

“Sha. Sha..” panggil Ringgo yang sambil mengelap cairan pejunya.

“Uuuuhhh Ringgooooo.” Kubenamkan kepala diantara lenganku

“Kenapaa?”

“Pelayannya masuuk, dia ngeliatin gue lagi colmeekk..”

“Serius Sha?”

“Maluu anjiiir.”

“Masih disitu orangnya?”

“Udah keluar.”

Aku mulai membereskan bajuku, antisipasi kalau dia masuk lagi dan membawa temannya. Rasanya malu sekali dilihat orang tidak dikenal, tapi entah kenapa aku ingin mengulanginya lagi.

Masturbasi di depan orang.

“Sha.” Panggil Ringgo. “Buka celananya Sha.”

“Ha?”

“Buka celana dalamnya Sha.”

Aku menurutinya tanpa bertanya lebih jauh.

“Memek kamu basah?”

Aku mengangguk.

“Elap pakai celana dalam kamu.”

Otakku pasti sudah error menuruti perintahnya Ringgo. Bahkan tanpa malu aku membiarkan selangkanganku terekspose dengan jelas. Tapi aku tetap mengelap selangkanganku yang basah sekali. Bahkan menetes hingga ke paha.

“Sekarang taruh celana dalam kamu di wastafel.”

“Seriusan Nggo.”

“Beneran, anggap aja itu permintaan maaf kamu ke pelayan tadi. Siapa tau dia bisa coli pakai celana dalam itu.”

“Tapi ini lucu banget celananyaa.”

“Tenang aja nanti aku beliin lagi yang baru.”

“Beneran?”

Ringgo mengangguk. Kuturuti permintaannya dengan menaruh celana dalamku disana. Rasanya agak lega memekku tidak tertutup kain yang sudah basah ini. Orgasmeku terasa sangat hebat tadi sampai basah nggak keruan.

Aku mengaca di kaca wastafel, sepertinya mukaku agak memerah setelah orgasme tadi.

“Masih rapih nggak?” tanyaku ke Ringgo lewat HP.

“Masih kok, malah tambah seksi.” goda Ringgo.

“Aku keluar dulu ya. Udah kelamaan ninggalin cowokku.”

“Iya Sha, jangan lupa hapus history chatnya ya.” Ucap Ringgo mengingatkan aku. Tampaknya aku agak harus berhati-hati agar tidak ketahuan Billy. Aku tidak tahu sampai mana dia mentoleransi kegiatan slutty ini.

“Oke bye Ringgo.”

Setelah menutup video call, aku segera menghapus history chat ke Ringgo. Kupertimbangkan chat Sherry juga, tapi kayaknya aman karena ke sesama cewek. Setelah siap, aku keluar dari toilet. Tidak jauh dari pintu si pelayan berdiri disana. Celananya menggembung karena batangnya tegang. Tapi aku tidak berani menatap matanya. Setelah kulewat, dia langsung masuk ke toilet untuk ‘membersihkan’ sisa-sisa tadi.

Billy tidak ada di meja. Mungkin dia ke toilet juga. Tapi kuharap dia tidak masuk ke wc cewek tadi. Kalau dia tahu entah apa yang bakal aku katakan nanti. Tapi tak lama Billy datang.

“Kamu kemana yang? Toilet cewek tadi kulihat rusak.”

“Enggak kok yang, tadi aku disitu.”

“Masa sih?”

“Iya, tadi aku sakit perut jadi agak lama. Maaf ya.”

Billy mengangguk bingung. Berarti dia tidak masuk ke toilet cewek tadi. Tidak lama muncul pelayan yang membawakan makanan kami. Ketika kami mau mulai makan, si pelayan tadi baru keluar dari kamar mandi. Gundukan celananya sudah mengecil. Apa mungkin dia sudah coli?

Aku hanya tersenyum simpul memikirkan hal itu.

Dia lewat tidak lama kemudian. Sengaja kujatuhkan garpu ke lantai dan aku membungkuk mengambilnya. Kuharap dia melihat pemandangan singkat tadi.

“Mas, boleh minta garpu lagi?.”

“Boleh Mbak, tunggu sebentar ya.”

Pelayan tadi pergi meninggalkan kami dengan muka puas. Tapi di hadapanku Billy hanya melihat aku dengan agak kebingungan.


BERSAMBUNG
 
Ngecrot pagi pagi dah gara gara Marschaaaaa :(
Makin binal ya huuuu :D

Untung ga di threesome pelayanan restoran di wc tadi :D
 
Bimabet
Tuntas janji ane ya untuk post paling lama hari minggu, dimana hari minggu itu batasnya sampai 23.59 WIB. Hehe. Tetap sabar & pantau.

Ditunggu komen dan sarannya. Minggu ini sudah lumayan produktif bisa post sampai 4 cerita. atensi para suhu adalah penyemangat, ditengah kesibukan RL dan jenuhnya menulis cerita.

Mantap hu.. udah mulai nakal yaa marcha
Gak sabar nunggu kelanjutan nyaaa
Sama-sama Suhu. Kenakalan Marsha ini memang wajib ditunggu. Sudah deg-deg an dia terpengaruh siapa & apa saja. Terimakasih supportnya.

Ngecrot pagi pagi dah gara gara Marschaaaaa :(
Makin binal ya huuuu :D

Untung ga di threesome pelayanan restoran di wc tadi :D
Kasihan Marsha kalau sampai di threesome disaat ulantahunnya, apalagi pacarnya nungguin diluar. Pacarnya dapat bekas2 dong nanti. xixixi



jadi kebayang gueee....
Siapa ini hu?

Ohh jd nanti fase 3 . Ceritanya sesudah dpt "restu" dr bily ya suhu ?
Sepertinya sih begitu. Tergantung Marsha ajalah nanti itu. xixixi
 
Jav Toys
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd