Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

Nani --> Pembantuku yang menggairahkan

BONUS


“ting ting..!” suara notifikasi di HP ku berbunyi, menandakan pesan WA yang masuk. “siapa ini malam-malam gini WA..?” gumamku dengan sebal. Waktu sudah menunjukkan hampir pukul 11 malam. Kegiatanku menonton film box office di TV seakan terganggu.

“apakabar pak?”, itu tulisan di WA yang masuk di HP ku.

Nomornya tidak kukenal dan tidak tersimpan di memori HP ku, aku perhatikan, di profil pic nya hanya gambar pemandangan. Tidak ada identitas pengirim pesan WA itu.

“ini siapa ya?” balasku. ‘pasti orang iseng..’ bathinku. Tak lama aku menunggu, balasan WA nya pun kembali masuk ke HP ku. Merasa malas, aku tidak membuka jendela WA ku, hanya melihat dari bar notifikasi. “ini nani pak, masih ingat?”

Deegg..!! jantungku serasa berhenti.

Memoriku langsung menerawang jauh ke belakang, langsung terbayang jelas gambaran memoriku bersama Nani, disaat Nani masih menjadi pembantu di rumahku dan merangkap menjadi babysitter untuk anakku.

‘nani..’ bathinku.

Tak terasa gejolak birahiku tiba-tiba meninggi akibat mengingat sosok Nani yang hampir setiap hari aku cumbui dan aku gumuli selama dia bekerja dirumahku. Bayangan keindahan tubuhnya dan kedua toket besarnya langsung menyerbu otakku. Kontolku dengan cepat menegang tak karuan hanya dengan mengingat pergumulanku dengan Nani di masa lampau.

Sudah lima tahun lamanya aku tidak mendengar kabar dari Nani, semenjak Nani berhenti kerja dari rumahku, aku tidak pernah mendengar kabarnya lagi, sampai dengan malam ini. Tidak lama setelah Nani berhenti bekerja dari rumahku, istriku mencari penggantinya, dan mendapatkan seorang ibu-ibu tua yang sama sekali tidak menarik untuk aku dekati, meskipun kerjanya rajin, dan semua urusan rumah beres. Sehingga urusan sex ku selama lima tahun ini hanya bisa aku lampiaskan kepada istriku dan sesekali dengan selingkuhanku sari, yang baru-baru ini menikah dengan pemuda dari kampungnya. Hanya terkadang ketika aku pergi ke luar kota, sudah menjadi kebiasaanku mencicipi tempat hiburan malam di kota itu dan berlanjut mencari wanita bookingan untuk sekedar melampiaskan hasrat sex ku yang cukup tinggi ini.

Setelah beberapa saat aku mengingat hubunganku dengan Nani, aku membuka jendela chat WA ku dengan Nani.

“nani..?” begitu jawabku.

Tiba-tiba dia mengirim foto selfie nya, foto Nani sedang duduk di atas kasur di dalam kamar entah dimana.

‘anjrit…’ bathinku saat melihat foto yang dikirimnya, wajahnya bertambah manis saja. Dia menggunakan kaos rumahan biasa dengan rambut lurus se bahu, ciri khas rambut rebonding, wajahnya tidak jauh berubah dengan Nani yang sering aku cumbui dulu.

“apakabar kamu nan..?” jawabku di chat tersebut.

“baik pak, bapak apakabar? sekarang dimana pak?” jawabnya lagi dengan cepat.

Tak mau kalah cepat langsung kusambut chatnya “bapak juga baik2 aja, sekarang bapak ya masih di rumah yang dulu..emang kamu sekarang di mana nan..?” jawabku.

“nani sekarang kerja di pabrik sepatu di kota pak..” (Nani menyebut nama salah satu kota di wilayah Sumatera).

“nani udah merit pak..” jawabnya lagi.

“oo..kamu sudah nikah..? sudah berapa lama nikah..?” selidikku.

“habis nani berhenti kerja dari rumah bapak itu, nani dijodohin sm org dr kampung nani” begitu jawabnya.. ‘berarti sudah lima tahun nani menikah’ bathinku.

“sudah punya anak..?” selidikku lebih dalam.

“belum pak..belum rejeki” jawabnya.

“doain ya pak” jawabnya lagi.

“iya..pasti..” balasku.

Beberapa saat chat kami terhenti, aku melihat status WA nya online akan tetapi tidak menjawab chatku.

“pak, ini nani ganggu ngga wa bapak malam2 gini?” masuk kembali balasan chat Nani setelah beberapa menit.

“engga lah, emang kamu ngga takut ketauan suamimu kamu chat malem2 gini?” selidikku.

“suamiku lagi pulang kampung pak, udah 3 hari, ibunya sakit, aku ngga bisa ikut, harus kerja pak” jawabnya lagi.

“lagi kering dong..hehehe…” godaku.

“ih..bapak..” jawabnya sambil memberikan icon monyet menutup mata.

“tinggal mandi pak, biar basah..” jawabnya lagi diiringi icon smiley yang menjulurkan lidahnya.

‘wah..ini nih..masih bisa dimainkan kayanya..’ bathinku.

“hahaha..” jawabku seadanya.

“pak, nani mau minta tolong pak, nani ngga tau lagi harus minta tolong sm siapa, nani bingung pak” jawabnya lagi. ‘apa ini..?’ bathinku sambil otakku memproses balasannya.

“minta tolong apa nan..?” jawabku.

“gini pak, nani butuh uang pak, kepepet banget pak, bisa tolong nani?” balasnya. ‘sudah pasti..’ bathinku.

Lama aku tidak membalasnya, mencoba berpikir untung dan rugi nya. Disatu sisi Nani adalah seseorang yang pernah hampir selalu dapat memuaskan birahi sex ku pada masa lalu, disisi lain, sekarang sudah jadi binor, yang pasti dia sudah tidak akan gampang untuk ditemui lagi, apalagi dicumbui dan digumuli. Tapi aku kembali berpikir ‘for old time sake.***papa deh, bantu aja kalo bisa bantu..’

“untuk apa nan..?” jawabku kemudian.

“bantu uang pengobatan mertua nani pak” jawabnya dengan cepat begitu chatku aku kirim.

“oo..gitu..berapa nan..?” tanyaku.

“5 juta pak” jawabnya singkat.

‘hmmm..tabungan silumanku masih jauh lebih dari 5 juta’ pikirku, tapi tetap saja rasanya aku tak mau rugi, muncul ideku untuk memberikan uang itu secara langsung kepadanya. ‘siapa tau..bisa rendezvous..sekali, dua kali, tiga kali pukul..hehehe..’ bathinku lagi. Secara cepat otakku berpikir merencanakan perjalanan dinas ke kota tempat Nani berada. ‘bisa..!’ bathinku lagi.

“iya, bapak mau bantu kamu nan, tapi atm bapak lagi bermasalah nan, buku tabungan bapak juga ngga tau kemana, jadi harus serahin uangnya langsung kekamu..” begitu jawabku mencari alasan.

“wah, trus gimana itu pak?” tanya Nani.

“nani ngga bisa datang kesana pak, ngga punya uang” jawabnya lagi.

“gini, kebetulan banget nan, 2 hari lagi bapak mau ke kotamu sana, ada urusan dinas, kamu temuin bapak kalo bapak udah sampe sana mau ga?” balasku.

“beneran pak?”

“iya, nani mau pak” jawabnya beruntun. Girang hatiku mendengar jawabannya.

“ok nan, besok kalo bapak sudah disana bapak kabarin kamu ya” balasku.

“iya pak, beneran ya, nani tunggu pak”

“makasih ya pak” balasnya sambil memberikan icon smiley cium empat kali. Kaget aku melihat icon nya, ‘hahaha..jelas ini..pasti bisa rendezvous..’ bathinku.

“ok nan..” balasku sambil memberikan icon yang sama kepadanya.

Dan chat kami pun berakhir disitu. Nomor nani segera aku simpan di HP ku, dan chat kami segera aku hapus dari WA ku.

Waktu sudah menunjukkan pukul 12 malam, akupun beranjak dari ruang TV, dan menyusul istri dan anakku yang sudah berada di kamar dari pukul 9 tadi.



Aku bangun keesokan harinya, tidurku tidak terlalu nyenyak karena berpikir dan merencanakan bagaimana caranya aku dapat melaksanakan perjalanan dinas ke kota tempat Nani berada. Hari ini adalah senin, hari pertama aku bekerja di minggu ini, jadi aku bergegas menuju ke kantorku. Selama satu hari aku mengatur berbagai alasan dan rencana perjalanan dinas supaya keesokan harinya aku dapat melaksanakan perjalanan ke luar kota, dan usahaku pun berhasil. Aku mendapatkan ijin dari atasanku untuk melakukan perjalanan dinas ke kota tempat Nani berada selama 3 hari.

Singkat cerita, setelah aku berpamitan dengan istri dan anakku, keesokan harinya aku menuju ke bandara untuk melakukan penerbangan ke kota tempat Nani berada. Hatiku sangat girang melakukan hal ini, bayangan mencumbui dan menggumuli Nani menyerangku berkali-kali. Membuat batang kontolku naik turun tak karuan dibalik celana jeans ku.

Akhirnya sampailah aku di kota tempat Nani berada, waktu masih menunjukkan pukul 1 siang. Langsung aku mencari hotel di kota itu melalui aplikasi travelling di HP ku, tidak mau tanggung, aku mencari hotel bintang 4 dan memesan kamar suite pada hotel itu selama 2 malam.

Sesampainya aku di hotel, aku segera check in dan masuk ke dalam kamarku.

‘boleh juga nih kamar..’ bathinku, ciri khas kamar suite pada hotel bintang 4, ruang tamu dengan sofa empuknya dilengkapi dengan TV berukuran lebar, kamar tidur dengan springbed mahal dan TV lebar, serta kamar mandi dengan bath tub yang mewah. ‘mantab..’ pikirku. ‘nani pasti akan mau aku rayu untuk tidur disini..’ bathinku dalam hati. Aku lalu meletakkan koperku, melepas sepatuku dan merebahkan badanku duduk di sofa ruang tamu dan menyalakan TV hanya untuk sekedar menghidupkan suasana ruangan. Bayangan ngentotin Nani membuat kontolku kembali tegang, ‘ku kentot nanti kamu di sofa ini nan..’ gumamku.

Setelah sejenak melepas lelah, aku menuju ke kamar mandi dan membersihkan serta menyegarkan badanku dengan berendam di bath tub. Sekali lagi angan jorokku meyeruak masuk kedalam otakku, membayangkan menyetubuhi Nani di bath tub itu.



Waktu sudah menunjukkan pukul 4 sore, HP ku berdering, pemilik rental mobil di kota itu menelponku mengatakan bahwa mobil yang akan aku rental selama dua hari sudah siap di parkiran hotel dan dia menungguku di lobby hotel. Akupun lalu bergegas ke loby hotel dan bertemu dengan pemilik mobil. Tak lama setelah melaksanakan proses administrasi, kunci mobil Innova keluaran terbaru sudah berada di tanganku. Sampai dengan saat itu aku belum menghubungi Nani untuk mengatur janji pertemuan, aku memang sengaja untuk menahan menghubunginya dulu, mencoba mencari tau seberapa penting arti uang itu bagi Nani. ‘kalo emang butuh kamu pasti hubungi aku duluan nan..’ bathinku. (padahal sama2 butuh ya pembaca..hehehe..)

Benar saja, tak lama setelah aku kembali ke kamar notifikasi WA di HP ku berbunyi. Dan memang itu chat WA dari Nani.

“pak, bapak jadi kesini?” chat nya.

Aku sengaja menunda untuk membuka chat nya, untuk lebih memberikan rasa mengharap pada Nani. Setelah sekitar 15 menit aku tunda, aku membuka jendela chat kami dan membalas chat nya.

“jadi nan..ini bapak sudah sampe disini..” jawabku.

“serius pak?” chatku dijawabnya dengan cepat.

“iya, serius, ini bapak sudah disini..” jawabku lagi.

“trus gimana pak?”

“kita ketemu dimana?” jawabnya bertubi.

“kamu bapak jemput aja, dimana kamu mau bapak jemput?” jawabku.

“beneran pak? Ini nani sebentar lagi selesai kerja pak”

“bapak mau jemput nani di tempat kerja nani?” jawabnya.

“boleh aja, dimana tempat kerjamu? Jam brp kamu selesi kerja?” tanyaku.

“jam 5 nani selesai kerja pak” balasnya.

Dan kemudian Nanipun memberikan alamat tempat kerjanya, lalu untuk selanjutnya aku menyanggupi untuk menjemputnya di tempat kerjanya jam 5 sore.



Aku bergegas bersiap dan memacu mobil rentalku kearah tempat Nani bekerja. Waktu menunjukkan pukul 5.15 sore. Aku terlambat 15 menit.

Setelah menghentikan mobilku, aku mengambil HP ku dan mengirim chat WA ke Nani.

“ini bapak sdh sampe, kamu dimana?” kataku.

“bapak dimana pak?” jawabnya.

Akupun kemudian menunjukkan dimana aku parkir dan memberikan jenis mobilku dan plat nomer mobilku kepadanya.

“iya pak, nani kesitu sekarang, tunggu sebentar ya pak” jawabnya lagi.

“ok” jawabku singkat.

Tak berapa lama aku melihat sosok wanita berpakaian buruh pabrik, berjalan menuju kearah mobilku.

‘nani..’ bathinku ketika melihat Nani menuju kearah mobilku. Dengan ragu Nani mencoba untuk melihat isi mobilku, tanpa menunggu aku membuka pintu depan sebelah kiri untuk memberikan akses masuk baginya. Dengan segera Nani masuk mobilku dan duduk di kursi penumpang disampingku.

Tanpa menunggu lagi aku segera tancap gas mobilku untuk pergi dari tempat itu. Setelah beberapa ratus meter mobilku melaju, aku mulai membuka pembicaraan, “apakabar nan..?” tanyaku sambil melihat ke arahnya.

“baik pak..” jawabnya lembut sambil membalas pandanganku dan tersenyum lembut.

“bapak apakabar..?” tanya nya lagi.

“ya..gini-gini aja..” jawabku singkat.

Kami berdua masih dalam keadaan canggung pada saat itu, sepertinya waktu lima tahun adalah waktu yang cukup lama meghilangkan kenangan kami berdua disaat Nani masih tinggal dirumahku sebagai pembantu dan babysitter anakku, dimana hampir setiap hari kami berdua saling memberikan kenikmatan bercinta, saling menggumuli satu sama lain untuk memberikan kepuasan seksual satu sama lain.

Obrolan basa basi seputaran pertanyaan dan jawaban tentang bagaimana lima tahun kami menjalani hidup kami tanpa komunikasi satu sama lain mengalir dengan terbata-bata. Sesekali aku melihat kearah wajah sexy nya, menatap matanya genit, berusaha memberikan arti bahwa aku sangat ingin mencumbuinya.

Tanpa persetujuannya aku sengaja langsung mengarahkan mobilku ke hotelku.

Waktu di jam tanganku menunjukkan pukul 6 sore, dan akhirnya sampailah kami di hotelku, Nani tidak memberi komentar sama sekali, setelah aku parkir di basement dan mematikan mobilku, aku meminta Nani untuk turun dan mengikutiku. Nani pun menurutiku, kami lalu memasuki lift hotel dan menuju ke lantai tempat kamarku berada.



“bagus banget kamarnya pak..” kata Nani begitu masuk ke dalam kamarku.

“iya..emang bagus kamarnya..duduk dulu nan..” jawabku singkat sambil mempersilahkan Nani untuk duduk di sofa yang ada di ruang tamu.

“kamu laper kan..? mau makan..?” tanyaku lagi sambil membawakan buku ‘dining room menu’.

“pilih aja ya, kamu makan dulu..laper pasti kan..? kataku lagi.

Nani tidak menjawabku, dia menerima buku itu, dan mulai membuka nya.

“bentar ya nan..kamu pilih aja dulu mau makan apa..” kataku sambil berjalan menuju ke ruang tidur untuk berganti kaos dan celana pendek.

Setelah aku berganti baju, aku keluar dari ruang tidur dan menuju ke sofa tempat Nani duduk sambil memilih makanan.

“mau makan apa..?” tanyaku lagi.

“nasi goreng seafood aja ya pak..” katanya.

“minumnya..”? tanyaku lagi.

“jus jeruk aja pak..” jawabnya lagi.

Akupun lalu mengangkat gagang telepon kamar yang berada di meja kecil yang posisinya tepat berada disamping sofa, lalu aku menekan nomor resto, dan memesan nasi goreng seafood, nasi goreng kambing, jus jeruk dan jus sirsak.

“sudah bapak pesen..tinggal tunggu dateng..” kataku lagi sambil menutup gagang telpon.

“iya pak..makasih ya pak..” jawabnya sambil tersenyum kecil.

Nani tampak canggung duduk di sofa itu bersamaku, dengan menggunakan kemeja lengan pendek khas buruh pabrik berwarna biru muda tidak mampu menutupi bentuk toketnya yang begitu besar.

‘ahh..nani..toketmu gede banget..’ pikirku dalam hati. Celana panjang berwarna biru tua yang menjadi pasangannya terlihat kucel dan sudah memudar warna nya. Rambutnya yang lurus ciri khas rambut rebonding menghiasi wajah sexynya.



Sejenak aku bingung bagaimana cara memulai rencana dan angan-angan yang telah aku pikirkan selama perjalananku ke sini. Aku tidak mau bergerak dengan kasar, aku tidak ingin merusak momen ini dengan aku langsung menyerbunya, meskipun aku tau, apabila aku melakukan itu, Nani kemungkinan besar tidak akan menolaknya, karena dia membutuhkan uangku, aku yakin diapun sudah sadar dengan apa yang aku inginkan. Nani tidak keberatan saat aku ajak masuk ke kamar hotelku, tidak ada penolakan dan pertanyaan sama sekali. Kalaupun aku memaksanya, dan memperkosanya di kamar hotelku itu, tidak akan ada yang tau tentang hal itu, tetapi hal itu beresiko, aku tidak mau mengambil resiko itu, atau, mungkin bila aku memaksakan kondisi untuk memaksanya mau menurutiku melampiaskan nafsu birahiku, dia akan menurutiku, akan tetapi besar kemungkinan setelah itu dia akan meminta untuk pulang, gagal rencanaku memintanya untuk menginap disini. Aku ingin membuat suasana menjadi nyaman baginya, sehingga dengan sendirinya Nani akan jatuh ke dalam pelukanku kembali, setidaknya angan-anganku untuk mendapatkan kondisi ‘dua hari dua malam bersama Nani’ dapat tercapai dan dia akan melayani nafsu birahiku dengan senang hati.



“kamu mau mandi nan..?” tiba-tiba terbesit ide dalam pikiranku sehingga aku langsung menanyakan hal itu kepadanya.

“kamu kan pasti cape, gerah, mau mandi dulu..?” tanyaku dengan lembut.

“mandi pak..? tapi nani ngga bawa handuk, alat mandi, ngga baju pak..percuma mandi kalo pake baju ini lagi..” jawabnya.

“pake baju bapak aja, bapak bawa kaos banyak kok, mau pake kaos bapak..? kalo handuk sama alat mandi kan emang ada disini..” jawabku.

“ah..masa pake kaos bapak..? ngga enak saya pak..” jawabnya.

Ternyata dia menyambut pembukaanku.

“ngga apa-apa..bapak ambilin sebentar ya, kamu mandi aja dulu, sambil nunggu makan nya dateng..” kataku lagi sambil beranjak dari sofa dan kembali menuju ke ruang tidur.

Dengan sigap aku mengambil kaosku oblongku yang berwarna putih tipis yang biasa aku gunakan sebagai dalaman ketika aku menggunakan kemeja, dan juga aku mengambil celana pendek hitamku, yang biasa aku gunakan sebagai celana lari, pas sekali, celana pendekku itu berukuran setengah paha dan mempunyai belahan yang lumayan tinggi di samping kanan kiri nya, ‘nani pasti sexy banget nani kalau pake ini’ bathinku.

Kemudian aku kembali keluar, kembali duduk di sofa lalu menyerahkan baju dan celana pendekku itu kepada Nani.

“ini, pake ini aja dulu, mandi, trus dipake aja bajunnya ini, nanti bajunya kamu dilipet aja..” kataku.

Tanpa menjawabku Nani menerima kaos dan celana itu, lalu beranjak dari sofa dan menuju kamar mandi.

“disini ya pak mandinya..?” tanya nya sambil membuka pintu ruang mandi dengan ragu.

Tanpa menjawab aku mendatanginya dan membukakan pintu kamar mandi untuknya.

“ini bath tub nya..isi dulu kalo mau mandi berendam disini, tapi lama..ini showernya kamu mandi sini aja, biar ngga lama..pake air panas juga bisa..” kataku sambil menunjukkan bath tub, shower dan alat mandi serta handuk yang belum aku gunakan’

“bisa kan..?” tanyaku lagi.

Nani tidak menjawab, hanya menganggukkan kepalanya.

“apa mau bapak mandiin..?” pancingku genit.

“iiihh…bapak…” katanya sambil tersenyum genit padaku.

‘ahhh..pasti berhasil ini rencanaku..’ bathinku.

Lalu kemudian aku melangkah keluar dari kamar mandi dan menutup pintunya dan aku kembali menuju ke sofa.

Tak lama setelahnya, bel kamarku berbunyi, pelayan hotel datang untuk mengantarkan makanan pesananku dan Nani. Aku lalu mempersilahkannya masuk untuk meletakkan pesanan tersebut di meja yang terletak di depan sofa. Setelah aku membayar sejumlah uang, pelayan hotel tersebut pun meninggalkan kamar hotelku, lalu aku kembali duduk di sofa sambil menyulut rokok Marlboro merahku sambil menunggu Nani selesai mandi.

15 menit kemudian aku mendengar pintu kamar mandi terbuka.

“pak, ini celana nya kok pendek banget pak, bajunya juga tipis banget..malu ah nani pak..” cerocosnya ketika muncul di pandanganku sambil tangan kirinya menutupi dadanya yang menonjol dan tangan kanan nya memegangi pinggiran celana pendekku yang sudah dipakainya. Aku tersenyum genit melihatnya.

“ngga apa-apa..ngapain malu sama bapak..” pancingku.

“ayok sini..kita makan dulu, kamu sudah laper kan..? ni makanannya udah dateng..” balasku.

Nanipun menurunkan tangan kirinya dan berjalan dengan ragu ke arah sofa.

Shit..bayangan toket besarnya terlihat dengan jelas dibalik kaos tipisku itu, toket besarnya terlihat begitu menantang, samar-samar terlihat BH nya yang berwarna merah terang.

Gejolak birahiku langsung melonjak, ingin rasanya menyeruduk tubuh sexy nya itu, ingin segera aku menggumulinya, menikmati setiap inchi tubuhnya, apalagi wangi semerbak khas sabun kamar hotel berbintang seakan keluar dari tubuhnya, begitu menggoda, ingin sekali rasanya aku segera menciumi dan menjilatinya. Tetapi aku kembali mengingatkan diriku sendiri, aku tidak boleh mengacaukan momen ini.

Nani lalu duduk di sampingku.

“punya nani yang mana pak..?” tanya nya.

“yang itu, seafood, yang ini punya bapak..” jawabku sambil mengambil piring yang berisikan nasi goreng kambing.

“ayok makan..” ajakku.

Dan kami pun menyantap nasi goreng kami masing-masing.



Waktu di jam tanganku sudah menunjukkan pukul 7.30 malam, kami baru saja menyelesaikan makan malam kami. Aku meminta Nani untuk meletakkan piring dan gelas bekas kami makan di luar pintu kamar hotelku. Setelah Nani meletakkan piring kotor diluar, Nani kembali duduk di sofa bersamaku, kemudian aku membuka obrolan basa basi sambil menyulut rokok ku.

“enak ngga nasgornya nan..?” tanyaku.

“enak kok pak..makasih ya pak..” jawabnya.

“iya, sama-sama ya nan..” balasku.

“jadi kamu kerjanya di pabrik ngapain..?” tanyaku lagi, mencoba mencari tau.

“nani di pabrik bagian masangin merk di sepatu pak..” jawabnya.

“oo..gitu.***jinya lumayan..?” tanyaku lagi.

“ngga ada gaji pak, tapi upah per hari pak, kalo nani masuk dari jam 8 sampe jam 5 sore, nanti dapet uang pak..tapi ya ngga gede pak..150 ribu, cuman cukup buat makan sehari, sama bisa nabung 50 ribu sehari..” jawabnya.

“oo..gitu..nah kalo kamu sakit, trus ngga kerja gimana..?” tanyaku lagi.

“ya ngga dapet uang pak..” jawabnya.

“kalo terlambat datang..?” tanyaku lagi.

“kalo terlambat lebih dari 2 jam, dipotong setengah pak..” jawabnya lagi.

Aku tidak konsen dengan obrolan basa basi ini, mataku menelusuri tubuh sexy nya yang berbalut kaos tipisku, toket besarnya yang sangat menonjol kedepan begitu menggodaku, paha putih mulusnya terpapar setengah dengan menggunakan celana pendekku, belum lagi belahan celanaku memberikan sedikit akses bagi mataku menelisik paha mulusnya lebih keatas lagi, sungguh sangat mendongkrak birahiku.

‘emang sexy banget nani ini..’ bathinku.

Pikiranku sudah menggebu untuk segera mencari kesempatan bagaimana memulai sesi mencumbuinya. Sepertinya Nani tidak menyadari mataku menelusuri tubuhnya, karena matanya tertuju pada TV.

Tak sadar, obrolan kami terhenti sejenak gara-gara mataku menikmati lekuk tubuhnya. Sehingga suasana hening mulai timbul, hanya ada suara TV yang menyala.

Aku tidak mau membuat suasana canggung kembali timbul. Aku segera mematikan rokokku di asbak dan menuju ke kamarku untuk mengambil amplop yang sudah aku siapkan dengan isi uang sebanyak 5 juta didalamnya.

“bentar ya nan..” kataku.

Nani tidak menjawabku, dia hanya melihatku saja. Bertepatan dengan aku berjalan ke kamar, HP Nani berdering, aku mendengar Nani mengangkat telponnya. Sepertinya suaminya yang menelponnya. Aku sengaja berlama-lama di ruang tidur, memberikan kesempatan bagi Nani untuk menelpon suaminya. Aku tidak mendengar pembicaraan mereka dengan jelas, samar-samar aku mendengar Nani berbicara pada suaminya

“iya yah..sabar, aku lagi usaha” dengan nada yang agak sedikit meninggi. Lalu tak berapa lama suara Nani tak terdengar lagi.

‘udah selesai berarti..’ bathinku.

Setelah itu, aku lalu mengambil amplop yang aku siapkan, dan menuju ke ruang tamu lalu kembali duduk disamping Nani, tapi kali ini aku langsung merapat dengan tubuhnya, duduk di sebelah kirinya. Tangan kananku lalu mengambil posisi menyandar memanjang dan memegang sandaran sofa bagian tempat Nani duduk, sehingga seperti merangkulnya.

“suami kamu telpon ya..?’ tanyaku.

“iya pak..” jawabnya singkat.

Aku tidak bertanya lagi, aku tidak mau memperpanjang urusannya dengan suaminya.

“ini ya uangnya..” sambil tangan kiriku menyodorkan amplop tersebut.

“bapak..” katanya lirih sambil menoleh ke arahku.

“ayo..ambil aja..” kembali lagi aku menyodorkan amplop itu.

“iya pak..” katanya lirih sambil mengambil amplop itu dengan kedua tangannya.

“itung dulu..” kataku pelan.

“ngga usah pak..” katanya sambil menundukkan dan menggelengkan kepalanya.

“nani ngga tau nanti gantinya gimana pak..” katanya lagi.

“jangan dipikirin..pake aja..nanti aja kapan-kapan kalo udah ada uangnya baru diganti..” kataku lagi sok pahlawan.

Nanipun menengok kearah wajahku dengan pandangan layu “makasih ya pak..” katanya lembut.

Aku tidak mau menyia-nyiakan kesempatan ini, langsung aku raih pipi kirinya dengan tangan kiriku dengan lembut.

“sama-sama sayaang..” jawabku lembut sambil tangan kiriku menarik pelan wajahnya mendekat ke arahku.

Nampak Nani agak sedikit menahan tarikan tanganku, tapi akhirnya pasrah. Dan bibir kamipun bertemu.

“cceeepppppp…..”

Tak mau mengendurkan momen, tangan kananku langsung menangkap kepala Nani, dan tangan kiriku memeluk punggungnya. Lalu mulai aku lumat bibir sexy nya.

“mmmmmhhh….mmmhhh….hhmmmmmhh…” gumam kami berdua.

Lidahku mulai aku masukkan kedalam mulutnya, berusaha menjilati semua rongga mulutnya, dan bibirku berusaha menarik lidahnya untuk aku hisap.

Tak sadar nafsuku naik dengan cepatnya, sampai sepertinya Nani merasa terperanjat dengan perlakuanku, sehingga dengan perlahan kedua tangannya berusaha mendorong dadaku yang sudah menempel ke toket besarnya. Dan akhirnya pun aku melepaskan pagutan bibirku dari bibirnya.

“bapaakhh…” katanya lirih sambil menatapku. “jangan pak..nani takut..” katanya lagi.

“ngga apa apa sayaaang..ngga usah takut..bapak kangen sama kamu nan..kamu ngga kangen sama bapak..?” balasku.

Nani hanya diam menatap mataku layu.

“kangen ngga sama bapak..?” tanyaku lagi. (trik maut rayuan don juan kampung..hehe..)

Nani pun menganggukkan kepalanya.

Akupun tersenyum kepadanya, “ngga usah takut ya..” kataku lagi sambil mendekatkan bibirku ke bibirnya. Kali ini Nani tidak berusaha menolakku, dan bibir kami pun kembali bersatu. “mmmmmhhh….mmmhhh….hhmmmmmhh…”.

Kali ini aku yang melepaskan ciuman kami.

Aku melihat Nani masih memegangi amplop dariku. Aku menariknya lembut “taroh meja aja ya uangnya..ngga akan hilang..” kataku sambil tersenyum padanya.

“bapaakk…” balasnya manja sambll tersenyum malu padaku.

Setelah aku menarik amplop itu dari tangannya dan meletakkannya di meja, kembali lagi aku mengarahkan bibirku ke bibirnya, dan sekali lagi bibir kami bersatu, namun kali ini aku tidak ragu lagi untuk melepaskan seluruh nafsuku yang sudah tertahan sedari tadi.

“mmmmmhhh….mmmhhh….hhmmmmmhh…mmmmmhhh….mmmhhh….hhmhh..”

Bibir kami saling melumat, Nani sudah mulai rileks dan menikmati ciuman kami.

Aku lalu mendorong pelan tubuh Nani untuk merebahkan dirinya di sofa, Nani menurutiku, badannya direbahkan di sofa, kepalanya disandarkan ke bantal sofa dan kakinya diluruskan sehingga Nani terlentang di sofa dengan badanku berada diatasnya. Ciumanku lalu aku arahkan ke leher putihnya, sambil tengan kananku mulai meraih toketnya yang sebelah kiri dan langsung meremasnya lembut, meskipun telapak tanganku yang cukup lebar ini tidak mampu menggapai semua toket besarnya. Kedua tangan Nani mulai merangkul leherku sambil kepalanya menoleh ke kanan berusaha memberikan akses bibirku untuk menyapu seluruh lehernya. Tak mau mengendorkan serangan, aku lalu mulai menarik keatas kaosku yang dipakainya. Nani mengerti maksudku, tanpa instruksi dariku, Nani mengangkat badannya sedikit, memberikan kemudahan bagiku untuk melepaskan kaos itu dari tubuhnya. Setelah kaos itu terlepas, langsung aku campakkan ke lantai. Badanku aku atur menjadi setengah duduk di sofa itu menghadap kearah Nani dengan harapan mataku bisa menikmati keindahan toketnya yang masih tertutup BH merahnya, akan tetapi ternyata kedua tangan Nani sudah menutupi kedua toket besarnya itu. Aku hanya tersenyum melihatnya, aku tidak menarik kedua tangannya, tapi kedua tanganku lalu meraih celana pendekku yang dipakainya, dan berusaha meloloskannya dari pinggulnya. Kembali lagi Nani mengerti maksudku dan mengangkat sedikit pinggulnya untuk memberikan kemudahan bagiku untuk meloloskan celana itu, setalah aku tarik kebawah, kemudian terlihatlah CD merahnya.

‘shhiiitt….’ bathinku ketika melihat tubuh setengah bugil Nani yang terlentang di depanku. Lalu dengan sigap akupun membuka kaosku sendiri dan mencampakkannya dilantai, lalu selanjutnya aku mencodongkan badanku ke tubuh Nani dan bibirku kuarahkan ke bibirnya, sehingga bibir kami kembali terpagut.

“mmmmmhhh….mmmhhh….hhmmmmmhh…mmmmmhhh….”

Bibir kami saling melumat, kami saling bertukar air liur, kedua tangannya dengan otomatis merangkul leherku.

Lalu kemudian tangan kananku aku selipkan ke punggungnya, berusaha meraih kait BH nya. Sekali lagi Nani mengerti maksudku, badannya agak sedikit dinaikkan, memberikan kemudahan bagi tangan kananku untuk meraih kait BH nya. Dengan sekali jentik, terlepaslah kait BH merahnya. Lalu dengan cepat tapi lembut aku menarik tali BH nya kedepan dan melepaskan BH dari kedua tangan dan tubuhnya lalu kucampakkan ke lantai. Aahhh…toket besarnya terpampang jelas didepanku, begitu besar, bulat, putih dan mulus, begitu indah bentuknya, dengan areola yang berwarna coklat muda dan tidak terlalu lebar, pentilnya mencuat kencang sebesar ujung jari kelingking dengan warna yang sama, toket Nani begitu membuatku terpana. Merasa tak sabaran, kedua tanganku langsung menangkap kedua toket besarnya lalu aku remas-remas dengan lembut sambil aku mengarahkan bibirku ke pentilnya, lalu dengan bernafsu aku melumat pentilnya yang sebelah kiri, aku jilati, aku kenyot, dan aku gigit-gigit kecil pentilnya. Puas bermain dengan pentilnya yang sebelah kiri, bibirku pindah ke pentil yang sebelah kanan, sambil jari telunjuk dan jempol tangan kananku memainkan putingnya yang sebelah kiri.

“hhhh…..hhhhmmmhhh…” Nani melenguh pelan. Kedua tangannya membelai kepalaku, sambil sesekali meremas lembut dan menekan kepalaku kearah toketnya.

Sambil tetap mengenyot pentilnya yang sebelah kanan, aku lalu memposisikan badanku agak kesamping kanan Nani, sambil tangan kananku menuju ke memeknya yang masih tertutup CD merahnya. Ketika jari-jariku menyentuh memeknya, terasa sekali CD nya sudah basah di bagian belahan memeknya. Aku lalu menggesek-gesekkan jariku pada bagian itu, aku gesek, aku tekan dan aku putar berkali-kali. Lenguhan Nani semakin panjang saja, sambil badannya menggeliat pelan.

Aku lalu menarik CD nya ke bawah, dengan mudah kulakukan karena sekali lagi Nani mengangkat keatas sedikit pinggulnya. Setelah terlepas dari kaki nya, kucampakkan saja ke lantai, lalu dengan segera aku juga menurunkan celana pendekku bersamaan dengan CD ku, dan mencampakkannya ke lantai. Kini kontolku yang sudah ngaceng maksimal dari tadi terlepas dari sarangnya, sehingga terasa lega dan nikmat sekali.

Aku lalu melepaskan kenyotan bibirku dari pentilnya dan kembali kuarahkan ke bibirnya, lalu kamipun kembali berciuman kembali. Tangan kananku lalu meraih tangan kirinya lalu mengarahkannya ke kontolku. Nani mengerti mauku, telapak dan jari-jari lembutnya dengan otomatis langsung memegang batang kontolku.

‘aaahhh…’ bathinku. Nikmat sekali aku rasakan ketika tangannya menggenggam batang kontolku. Secara otomatis juga tangannya mulai mengocok lembut kontolku.

Tangan kananku juga tak mau kalah, aku arahakan ke memeknya yang sudah sangat basah dan licin itu, kurasakan jembutnya yang tidak begitu lebat menghiasi memeknya. Tanganku lalu memainkan belahan memeknya, aku gesek dan aku putar-putar jari-jariku disitu, memeknya sudah sangat licin, sudah siap untuk dientot. Aku memang sengaja berencana untuk langsung mengentoti nya pada sesi pertama ini, aku tidak mau berlama-lama bermain foreplay, aku ingin segera menuntaskan sesi pertama ini. Sesi kedua dan sesi-sesi setelahnya adalah lain cerita.

Tanpa menunggu lagi aku langsung menaiki tubuh Nani kembali, dengan otomatis kedua kaki Nani mengangkang memberikan akses bagi badanku untuk menaikinya. Ketika kepala kontolku menempel di belahan memeknya, aku memaju mundurkan pinggulku pelan untuk menggesek-gesekkan batang kontolku di belahan memeknya.

‘Aaaahhhh…nikmat sekali’ bathinku.

Aku melakukan itu dengan tetap berciuman dengan Nani.

Setelah beberapa saat melakukan hal tersebut, aku mengarahkan kepala kontolku ke belahan memeknya, mengepaskan posisi dan aku mulai memajukan pinggulku pelan dan mendorong batang kontolku untuk mulai menyeruak masuk ke dalam liang senggama nya.

Aku melepaskan ciumanku dibibirnya, dan melihat wajah Nani, aku ingin melihat bagaimana Nani bereaksi terhadap hujaman kontolku di memeknya.

‘Sleeeeeeeeppp….’ kontolku dengan mudah amblas ke dalam memeknya.

“hhhhggggmmmmmmhhhh…..” gumam Nani pelan sambil memejamkan matanya erat.

“aaaahhhhmmmmhhhh…..” gumamku. Sungguh nikmat sekali.

Aku kembali menekan pinggulku ke depan, berusaha memasukkan batang kontolku lebih dalam lagi ke dalam lubang memeknya.

“sleeeepp..”

“aahh…..” desah Nani pelan. Kedua tangannya mencengkram punggungku.

Aku mendiamkan kondisi ini.

Nikmat sekali aku rasakan, kontolku serasa dicengkram oleh daging padat yang lembut, licin tapi begitu hangat dan terasa agak berkedut pelan.

Lalu dengan perlahan Nani membuka matanya, pandangannya beradu dengan pandanganku. Tatapannya begitu layu dan pasrah. Kemudian senyum kecil tersungging dari bibir sexy nya. Akupun membalas senyumannya.

“sakit ngga..?” tanyaku padanya.

Nani menjawab dengan gelengan pelan kepalanya.

Lalu aku kembali lagi melumat bibirnya dengan lembut sambil mulai menggenjotnya pelan..

“sleeeepp.. sleeeepp.. sleeeepp.. sleeeepp.. sleeeepp…” batang kontolku mulai bergerak keluar masuk liang senggama Nani. Pinggulku bergerak naik turun dengan perlahan tapi pasti diatas selangkangan Nani.

Kedua tangan Nani merangkul leherku, bibir kami saling melumat dengan lembut, saling menyedot lidah.

“hhmmmm..hhhh…hhhmmmhh…hhhh…mmmhhh…” gumam Nani pelan seiring dengan genjotanku.

Semakin lama genjotanku semakin cepat.

“plek..plek..plek.. plek..plek..plek..!” kentotanku mulai mengeluarkan suara yang diakibatkan oleh menabraknya selangkanganku ke selangkangan Nani yang sudah sangat basah.

Aku ingin sesi bercintaku dengan Nani kali ini selesai dengan satu gaya saja, berusaha menimbulkan situasi mesra diantara kami, mencoba menanamkan kondisi psikis bagi Nani bahwa percintaannya denganku ini bukan hanya nafsu belaka, melainkan sudah melibatkan perasaan yang dalam. (trik maut don juan kampung lainnya..hehehe..).

Sehingga menunjang rayuanku berikutnya untuk meminta Nani tinggal di hotelku dan melayaniku selama aku disini.

Tapi aku tidak memungkiri, memek mantan pembantuku ini terasa sangat nikmat, liang senggama nya terasa begitu legit sekali, begitu sempit dan padat mencengkram, akan tetapi begitu licin dan lembut. Bentuk memeknya yang terlihat masih rapat dan agak tembem dihiasi dengan bulu-bulu jembut yang halus dan tidak terlalu lebat membuatnya semakin menggemaskan. Tubuhnya begitu sexy dengan kulitnya yang putih, meskipun terlihat tidak terlalu terawat, akan tetapi tidak mengurangi kesexyan nya. Toketnya yang besar, bulat dan kencang dengan pentil yang tidak terlalu besar membuatnya begitu menggoda untuk aku remas dan aku kulumi pentilnya. Ketiaknya yang bersih tanpa bulu dan tidak berbau membuatku ingin menjilatinya lagi dan lagi. Seluruh bagian tubuh Nani sungguh membuat nafsuku memuncak. Perutnya yang agak sedikit gembil tapi rata membuatnya semakin sexy. Ingin rasanya aku terus-terusan menjilati seluruh tubuhnya, ingin rasanya aku terus menerus menggumulinya, mengeksplor seluruh tubuhnya dan mengentoti nya.

“plek..plek..plek.. plek..plek..plek..plek..plek..!” Suara telorku menebrak-nabrak selangkangan Nani.

“hhggghh..hhgghh..hhgghhh..mmmhhh..mmhhh…aahhh..” desah Nani pelan sambil kedua tangannya memegang kepalaku yang sedang mengarah ke kedua toketnya, bibirku mengulum dan menyedot kedua pentilnya dengan ganas. Kedua tanganku meremas kedua toketnya dari samping dan menekannya ketengah, sungguh menggemaskan toket Nani. Tempo kentotanku tidak mengendur, justru semakin lama semakin cepat dan dalam.

30 menit lamanya aku menggenjot Nani, Nani semakin kelojotan menerima genjotanku, terasa kedua tangannya mulai mencengkram erat kepalaku.

“bapaaaakkhh…aaaaahhh…hhmmmhh…hhhh…paaakkhh…aaahh..” desahnya.

Aku melepaskan kenyotan bibirku dari pentil toketnya lalu mengarahkan wajahku ke depan wajah Nani. Kutatap wajahnya, sambil terus menggenjotnya, matanya menatapku sayu, dan pandangan kamipun beradu.

“keluarin aja naaanhh…” bisikku.

“hhh..hhhhmmhhh…aaahhh…” desah Nani tanpa menjawabku.

Tak lama setelahnya Nani memejamkan matanya erat dan kedua tangannya mencengkram pundakku. Aku tau ini saatnya Nani akan mengeluarkan cairan kenikmatannya, aku tidak mau kalah, semakin kupercepat kentotanku, mencoba mencari puncak kenikmatanku sendiri untuk mengeluarkan maniku yang sudah tertahan cukup lama.

“bapaaaakkhhhhh…aaahhhh….hhggghh…hhggghh…hhgghhhh…mmhhh…” desahnya sambil tubuhnya tersengal-sengal. Nani mencapai klimaksnya. Aku tidak mau mengendurkan tempo genjotanku, dan akhirnya akupun merasakan maniku sudah tidak tertahan lagi untuk keluar dari kontolku.

“aaaaahhhhh……naannnhhhhh….aaahh…” desahku sambil terus menatap wajah sexy nya. Aku tak tahan lagi, kuarahkan bibirku memagut bibir Nani dan badanku kurapatkan ke badannya dan tanganku memeluknya erat. Lalu kemudian kutancapkan kontolku sedalam-dalamnya ke dalam memek Nani.

“sleeeeppph….!!!”

“ hhhgggmmmmhhhh…!” pekik Nani tertahan.

“hhhggghhh…!..hhgghh..!hhgghh..!hhgghh..!” desahku sambil bibirku terus menyedot bibirnya.

“creet…!creeet…!creeett..! creeet…! creeet…!creeeett…!!” keluar semua air maniku didalam liang senggama Nani.

Sungguh nikmat sekali aku rasakan, klimaks yang hampir berbarengan dengan Nani, selang beberapa saat saja aku mendapatkan puncak kenikmatan setelah Nani mendapatkan nya juga. Permainan seks ku dengan nani sore hari ini sungguh membuat diriku melayang. Betul-betul nikmat meskipun hanya sebentar.

Kulepaskan pagutan bibirku dari bibirnya lalu menatap kembali wajahnya..

“aaaahhhh…enak banget naaannhh…” kataku pelan padanya sambil tersenyum kecil.

“iiihhhh…bapaaaakk…nakaaall…kok dikeluarin didalem paaakk…?” jawabnya sambil tangan kanannya mencubit pelan dadaku.

“nanti nani hamil lho pak…” katanya lagi.

“ya ngga apa-apa dong sayang..kan kamu pengen hamil kan...?” jawabku lagi sambil nyengir.

“iiihh..bapaaakk…” jawabnya manja.

Tak tahan dengan kesexyan wajahnya, kembali lagi aku memagut bibirnya.

“hhmmmhhh…mmhhh…mmmm..mmmmm..” gumam kami berdua.

Batang kontolku masih tertancap didalam memeknya, meskipun aku merasakan batang kontolku sudah berangsur-angsur mengecil.

Lalu aku melepaskan ciumanku dan mengangkat badanku pelan dari atas badannya, sambil melepaskan batang kontolku dari memeknya.

“aawwhhh…hhh…” desah Nani pelan ketika batang kontolku terlepas dari memeknya.

“kenapa nan..sakit..?” tanyaku.

“geli pakh..hihi..” jawabnya sambil nyengir manja kepadaku sambil tangan kanannya mengusap-usap memeknya pelan.

“ke kamar yuk..” ajakku.

“iya pak..” jawabnya lembut.

Akupun bangkit dari sofa dan menarik tangan Nani untuk beranjak dari sofa, lalu dengan tubuh bugil kami menuju ke ruang tidur.

“nani pipis bentar ya pak..” katanya padaku saat melewati kamar mandi.

“ya udah..nanti langsung ke tempat tidur ya..” jawabku

“iya pak..” jawabnya sambil memasuki kamar mandi.

Akupun lalu membuka selimut tempat tidur dan merebahkan diriku dan menyelimuti tubuh bugilku.

Tak berapa lama Nani keluar dari kamar mandi dan menuju ke ruang tidur dengan tubuhnya dililit memakai handuk.

“kok pake handuk..” kataku sambil tersenyum kecil padanya.

“malu paak..hihi..” jawabnya.

Akupun membuka selimut yang menutupi tubuhku untuk memberikan akses pada Nani untuk ikut masuk didalamnya.

“sini nan..” kataku sambil tersenyum kecil.

“buka aja handuknya..” kataku lagi.

Nani lalu membuka handuknya, melepaskannya saja ke lantai dan dengan cepat masuk ke dalam selimutku sambil langsung memelukku dan menelusupkan wajahnya ke dadaku dengan centilnya.

“hihihi…” Nani ketawa kecil.

Lalu kemudian aku menutupi tubuh kami dengan selimut dan memeluknya.

“kamu besok ngga usah masuk kerja ya nan..?” pintaku padanya.

“kenapa pak..?” balasnya lembut sambil menatapku layu.

“nemenin bapak aja disini..” jawabku lagi.

“nanti nani ngga dapet uang dong kalo ngga kerja pak..” katanya.

“nanti bapak ganti uangnya kamu sayaaang..tenang aja..bapak dobelin nanti..” jawabku sambil nyengir.

“yang bener pak..?” tanya Nani padaku.

“iya..beneran..” jawabku.

“emang bapak pulang kapan..?” tanya Nani lagi.

“bapak pulang lusa..” jawabku.

“berarti nani nemenin bapak disini sampe bapak pulang..? dua hari dong pak..?” tanya nya lagi.

“iya dong..dua hari..nanti bapak ganti uang gajinya kamu dua hari..bapak dobelin semua..” jawabku meyakin kan Nani.

Nani tidak menjawabku.

“mau ya nani sayang..” kataku sambil jariku meraih dagunya untuk mendongak sedikit keatas dan bibirkupun dengan lembut langsung mengecup dan mengulum bibirnya.

“cccpppmmhh…..mmmmhhhh…mmmmmhhh…” gumam kami berdua.

“mau ya..” pintaku lagi setelah melepaskan kulumanku di bibirnya.

“hhmm mhh…” jawab Nani sambil tersenyum manja, mengangguk kecil dan menatapku sayu.

Sukses rayuanku untuk meminta Nani melayaniku dua hari penuh di hotel ini. Hatiku bersorak kegirangan, namun aku tetap berusaha se tenang mungkin.

Aku tersenyum kecil dengan genit kepada Nani, mengisyaratkan padanya apa yang akan terjadi dua hari kedepan bersamaku. Dua hari yang akan menjadi pagi, siang, sore dan malam yang penuh dengan gairah permainan seks kami berdua.

“bobo dulu bentar yuk nan..” kataku padanya.

“iya paak..” jawabnya pelan sambil mengangguk.

Kemudian kamipun terlelap.





to be continued..
 
Saat Doni dinas diluar Kota, saat itu Pak Atta supir Doni ngewe dengan Novia istri dari Doni, ugh kontol pa Atta yg gede membuat Novia istri Doni ke enakan
 
BONUS


“ting ting..!” suara notifikasi di HP ku berbunyi, menandakan pesan WA yang masuk. “siapa ini malam-malam gini WA..?” gumamku dengan sebal. Waktu sudah menunjukkan hampir pukul 11 malam. Kegiatanku menonton film box office di TV seakan terganggu.

“apakabar pak?”, itu tulisan di WA yang masuk di HP ku.

Nomornya tidak kukenal dan tidak tersimpan di memori HP ku, aku perhatikan, di profil pic nya hanya gambar pemandangan. Tidak ada identitas pengirim pesan WA itu.

“ini siapa ya?” balasku. ‘pasti orang iseng..’ bathinku. Tak lama aku menunggu, balasan WA nya pun kembali masuk ke HP ku. Merasa malas, aku tidak membuka jendela WA ku, hanya melihat dari bar notifikasi. “ini nani pak, masih ingat?”

Deegg..!! jantungku serasa berhenti.

Memoriku langsung menerawang jauh ke belakang, langsung terbayang jelas gambaran memoriku bersama Nani, disaat Nani masih menjadi pembantu di rumahku dan merangkap menjadi babysitter untuk anakku.

‘nani..’ bathinku.

Tak terasa gejolak birahiku tiba-tiba meninggi akibat mengingat sosok Nani yang hampir setiap hari aku cumbui dan aku gumuli selama dia bekerja dirumahku. Bayangan keindahan tubuhnya dan kedua toket besarnya langsung menyerbu otakku. Kontolku dengan cepat menegang tak karuan hanya dengan mengingat pergumulanku dengan Nani di masa lampau.

Sudah lima tahun lamanya aku tidak mendengar kabar dari Nani, semenjak Nani berhenti kerja dari rumahku, aku tidak pernah mendengar kabarnya lagi, sampai dengan malam ini. Tidak lama setelah Nani berhenti bekerja dari rumahku, istriku mencari penggantinya, dan mendapatkan seorang ibu-ibu tua yang sama sekali tidak menarik untuk aku dekati, meskipun kerjanya rajin, dan semua urusan rumah beres. Sehingga urusan sex ku selama lima tahun ini hanya bisa aku lampiaskan kepada istriku dan sesekali dengan selingkuhanku sari, yang baru-baru ini menikah dengan pemuda dari kampungnya. Hanya terkadang ketika aku pergi ke luar kota, sudah menjadi kebiasaanku mencicipi tempat hiburan malam di kota itu dan berlanjut mencari wanita bookingan untuk sekedar melampiaskan hasrat sex ku yang cukup tinggi ini.

Setelah beberapa saat aku mengingat hubunganku dengan Nani, aku membuka jendela chat WA ku dengan Nani.

“nani..?” begitu jawabku.

Tiba-tiba dia mengirim foto selfie nya, foto Nani sedang duduk di atas kasur di dalam kamar entah dimana.

‘anjrit…’ bathinku saat melihat foto yang dikirimnya, wajahnya bertambah manis saja. Dia menggunakan kaos rumahan biasa dengan rambut lurus se bahu, ciri khas rambut rebonding, wajahnya tidak jauh berubah dengan Nani yang sering aku cumbui dulu.

“apakabar kamu nan..?” jawabku di chat tersebut.

“baik pak, bapak apakabar? sekarang dimana pak?” jawabnya lagi dengan cepat.

Tak mau kalah cepat langsung kusambut chatnya “bapak juga baik2 aja, sekarang bapak ya masih di rumah yang dulu..emang kamu sekarang di mana nan..?” jawabku.

“nani sekarang kerja di pabrik sepatu di kota pak..” (Nani menyebut nama salah satu kota di wilayah Sumatera).

“nani udah merit pak..” jawabnya lagi.

“oo..kamu sudah nikah..? sudah berapa lama nikah..?” selidikku.

“habis nani berhenti kerja dari rumah bapak itu, nani dijodohin sm org dr kampung nani” begitu jawabnya.. ‘berarti sudah lima tahun nani menikah’ bathinku.

“sudah punya anak..?” selidikku lebih dalam.

“belum pak..belum rejeki” jawabnya.

“doain ya pak” jawabnya lagi.

“iya..pasti..” balasku.

Beberapa saat chat kami terhenti, aku melihat status WA nya online akan tetapi tidak menjawab chatku.

“pak, ini nani ganggu ngga wa bapak malam2 gini?” masuk kembali balasan chat Nani setelah beberapa menit.

“engga lah, emang kamu ngga takut ketauan suamimu kamu chat malem2 gini?” selidikku.

“suamiku lagi pulang kampung pak, udah 3 hari, ibunya sakit, aku ngga bisa ikut, harus kerja pak” jawabnya lagi.

“lagi kering dong..hehehe…” godaku.

“ih..bapak..” jawabnya sambil memberikan icon monyet menutup mata.

“tinggal mandi pak, biar basah..” jawabnya lagi diiringi icon smiley yang menjulurkan lidahnya.

‘wah..ini nih..masih bisa dimainkan kayanya..’ bathinku.

“hahaha..” jawabku seadanya.

“pak, nani mau minta tolong pak, nani ngga tau lagi harus minta tolong sm siapa, nani bingung pak” jawabnya lagi. ‘apa ini..?’ bathinku sambil otakku memproses balasannya.

“minta tolong apa nan..?” jawabku.

“gini pak, nani butuh uang pak, kepepet banget pak, bisa tolong nani?” balasnya. ‘sudah pasti..’ bathinku.

Lama aku tidak membalasnya, mencoba berpikir untung dan rugi nya. Disatu sisi Nani adalah seseorang yang pernah hampir selalu dapat memuaskan birahi sex ku pada masa lalu, disisi lain, sekarang sudah jadi binor, yang pasti dia sudah tidak akan gampang untuk ditemui lagi, apalagi dicumbui dan digumuli. Tapi aku kembali berpikir ‘for old time sake.***papa deh, bantu aja kalo bisa bantu..’

“untuk apa nan..?” jawabku kemudian.

“bantu uang pengobatan mertua nani pak” jawabnya dengan cepat begitu chatku aku kirim.

“oo..gitu..berapa nan..?” tanyaku.

“5 juta pak” jawabnya singkat.

‘hmmm..tabungan silumanku masih jauh lebih dari 5 juta’ pikirku, tapi tetap saja rasanya aku tak mau rugi, muncul ideku untuk memberikan uang itu secara langsung kepadanya. ‘siapa tau..bisa rendezvous..sekali, dua kali, tiga kali pukul..hehehe..’ bathinku lagi. Secara cepat otakku berpikir merencanakan perjalanan dinas ke kota tempat Nani berada. ‘bisa..!’ bathinku lagi.

“iya, bapak mau bantu kamu nan, tapi atm bapak lagi bermasalah nan, buku tabungan bapak juga ngga tau kemana, jadi harus serahin uangnya langsung kekamu..” begitu jawabku mencari alasan.

“wah, trus gimana itu pak?” tanya Nani.

“nani ngga bisa datang kesana pak, ngga punya uang” jawabnya lagi.

“gini, kebetulan banget nan, 2 hari lagi bapak mau ke kotamu sana, ada urusan dinas, kamu temuin bapak kalo bapak udah sampe sana mau ga?” balasku.

“beneran pak?”

“iya, nani mau pak” jawabnya beruntun. Girang hatiku mendengar jawabannya.

“ok nan, besok kalo bapak sudah disana bapak kabarin kamu ya” balasku.

“iya pak, beneran ya, nani tunggu pak”

“makasih ya pak” balasnya sambil memberikan icon smiley cium empat kali. Kaget aku melihat icon nya, ‘hahaha..jelas ini..pasti bisa rendezvous..’ bathinku.

“ok nan..” balasku sambil memberikan icon yang sama kepadanya.

Dan chat kami pun berakhir disitu. Nomor nani segera aku simpan di HP ku, dan chat kami segera aku hapus dari WA ku.

Waktu sudah menunjukkan pukul 12 malam, akupun beranjak dari ruang TV, dan menyusul istri dan anakku yang sudah berada di kamar dari pukul 9 tadi.



Aku bangun keesokan harinya, tidurku tidak terlalu nyenyak karena berpikir dan merencanakan bagaimana caranya aku dapat melaksanakan perjalanan dinas ke kota tempat Nani berada. Hari ini adalah senin, hari pertama aku bekerja di minggu ini, jadi aku bergegas menuju ke kantorku. Selama satu hari aku mengatur berbagai alasan dan rencana perjalanan dinas supaya keesokan harinya aku dapat melaksanakan perjalanan ke luar kota, dan usahaku pun berhasil. Aku mendapatkan ijin dari atasanku untuk melakukan perjalanan dinas ke kota tempat Nani berada selama 3 hari.

Singkat cerita, setelah aku berpamitan dengan istri dan anakku, keesokan harinya aku menuju ke bandara untuk melakukan penerbangan ke kota tempat Nani berada. Hatiku sangat girang melakukan hal ini, bayangan mencumbui dan menggumuli Nani menyerangku berkali-kali. Membuat batang kontolku naik turun tak karuan dibalik celana jeans ku.

Akhirnya sampailah aku di kota tempat Nani berada, waktu masih menunjukkan pukul 1 siang. Langsung aku mencari hotel di kota itu melalui aplikasi travelling di HP ku, tidak mau tanggung, aku mencari hotel bintang 4 dan memesan kamar suite pada hotel itu selama 2 malam.

Sesampainya aku di hotel, aku segera check in dan masuk ke dalam kamarku.

‘boleh juga nih kamar..’ bathinku, ciri khas kamar suite pada hotel bintang 4, ruang tamu dengan sofa empuknya dilengkapi dengan TV berukuran lebar, kamar tidur dengan springbed mahal dan TV lebar, serta kamar mandi dengan bath tub yang mewah. ‘mantab..’ pikirku. ‘nani pasti akan mau aku rayu untuk tidur disini..’ bathinku dalam hati. Aku lalu meletakkan koperku, melepas sepatuku dan merebahkan badanku duduk di sofa ruang tamu dan menyalakan TV hanya untuk sekedar menghidupkan suasana ruangan. Bayangan ngentotin Nani membuat kontolku kembali tegang, ‘ku kentot nanti kamu di sofa ini nan..’ gumamku.

Setelah sejenak melepas lelah, aku menuju ke kamar mandi dan membersihkan serta menyegarkan badanku dengan berendam di bath tub. Sekali lagi angan jorokku meyeruak masuk kedalam otakku, membayangkan menyetubuhi Nani di bath tub itu.



Waktu sudah menunjukkan pukul 4 sore, HP ku berdering, pemilik rental mobil di kota itu menelponku mengatakan bahwa mobil yang akan aku rental selama dua hari sudah siap di parkiran hotel dan dia menungguku di lobby hotel. Akupun lalu bergegas ke loby hotel dan bertemu dengan pemilik mobil. Tak lama setelah melaksanakan proses administrasi, kunci mobil Innova keluaran terbaru sudah berada di tanganku. Sampai dengan saat itu aku belum menghubungi Nani untuk mengatur janji pertemuan, aku memang sengaja untuk menahan menghubunginya dulu, mencoba mencari tau seberapa penting arti uang itu bagi Nani. ‘kalo emang butuh kamu pasti hubungi aku duluan nan..’ bathinku. (padahal sama2 butuh ya pembaca..hehehe..)

Benar saja, tak lama setelah aku kembali ke kamar notifikasi WA di HP ku berbunyi. Dan memang itu chat WA dari Nani.

“pak, bapak jadi kesini?” chat nya.

Aku sengaja menunda untuk membuka chat nya, untuk lebih memberikan rasa mengharap pada Nani. Setelah sekitar 15 menit aku tunda, aku membuka jendela chat kami dan membalas chat nya.

“jadi nan..ini bapak sudah sampe disini..” jawabku.

“serius pak?” chatku dijawabnya dengan cepat.

“iya, serius, ini bapak sudah disini..” jawabku lagi.

“trus gimana pak?”

“kita ketemu dimana?” jawabnya bertubi.

“kamu bapak jemput aja, dimana kamu mau bapak jemput?” jawabku.

“beneran pak? Ini nani sebentar lagi selesai kerja pak”

“bapak mau jemput nani di tempat kerja nani?” jawabnya.

“boleh aja, dimana tempat kerjamu? Jam brp kamu selesi kerja?” tanyaku.

“jam 5 nani selesai kerja pak” balasnya.

Dan kemudian Nanipun memberikan alamat tempat kerjanya, lalu untuk selanjutnya aku menyanggupi untuk menjemputnya di tempat kerjanya jam 5 sore.



Aku bergegas bersiap dan memacu mobil rentalku kearah tempat Nani bekerja. Waktu menunjukkan pukul 5.15 sore. Aku terlambat 15 menit.

Setelah menghentikan mobilku, aku mengambil HP ku dan mengirim chat WA ke Nani.

“ini bapak sdh sampe, kamu dimana?” kataku.

“bapak dimana pak?” jawabnya.

Akupun kemudian menunjukkan dimana aku parkir dan memberikan jenis mobilku dan plat nomer mobilku kepadanya.

“iya pak, nani kesitu sekarang, tunggu sebentar ya pak” jawabnya lagi.

“ok” jawabku singkat.

Tak berapa lama aku melihat sosok wanita berpakaian buruh pabrik, berjalan menuju kearah mobilku.

‘nani..’ bathinku ketika melihat Nani menuju kearah mobilku. Dengan ragu Nani mencoba untuk melihat isi mobilku, tanpa menunggu aku membuka pintu depan sebelah kiri untuk memberikan akses masuk baginya. Dengan segera Nani masuk mobilku dan duduk di kursi penumpang disampingku.

Tanpa menunggu lagi aku segera tancap gas mobilku untuk pergi dari tempat itu. Setelah beberapa ratus meter mobilku melaju, aku mulai membuka pembicaraan, “apakabar nan..?” tanyaku sambil melihat ke arahnya.

“baik pak..” jawabnya lembut sambil membalas pandanganku dan tersenyum lembut.

“bapak apakabar..?” tanya nya lagi.

“ya..gini-gini aja..” jawabku singkat.

Kami berdua masih dalam keadaan canggung pada saat itu, sepertinya waktu lima tahun adalah waktu yang cukup lama meghilangkan kenangan kami berdua disaat Nani masih tinggal dirumahku sebagai pembantu dan babysitter anakku, dimana hampir setiap hari kami berdua saling memberikan kenikmatan bercinta, saling menggumuli satu sama lain untuk memberikan kepuasan seksual satu sama lain.

Obrolan basa basi seputaran pertanyaan dan jawaban tentang bagaimana lima tahun kami menjalani hidup kami tanpa komunikasi satu sama lain mengalir dengan terbata-bata. Sesekali aku melihat kearah wajah sexy nya, menatap matanya genit, berusaha memberikan arti bahwa aku sangat ingin mencumbuinya.

Tanpa persetujuannya aku sengaja langsung mengarahkan mobilku ke hotelku.

Waktu di jam tanganku menunjukkan pukul 6 sore, dan akhirnya sampailah kami di hotelku, Nani tidak memberi komentar sama sekali, setelah aku parkir di basement dan mematikan mobilku, aku meminta Nani untuk turun dan mengikutiku. Nani pun menurutiku, kami lalu memasuki lift hotel dan menuju ke lantai tempat kamarku berada.



“bagus banget kamarnya pak..” kata Nani begitu masuk ke dalam kamarku.

“iya..emang bagus kamarnya..duduk dulu nan..” jawabku singkat sambil mempersilahkan Nani untuk duduk di sofa yang ada di ruang tamu.

“kamu laper kan..? mau makan..?” tanyaku lagi sambil membawakan buku ‘dining room menu’.

“pilih aja ya, kamu makan dulu..laper pasti kan..? kataku lagi.

Nani tidak menjawabku, dia menerima buku itu, dan mulai membuka nya.

“bentar ya nan..kamu pilih aja dulu mau makan apa..” kataku sambil berjalan menuju ke ruang tidur untuk berganti kaos dan celana pendek.

Setelah aku berganti baju, aku keluar dari ruang tidur dan menuju ke sofa tempat Nani duduk sambil memilih makanan.

“mau makan apa..?” tanyaku lagi.

“nasi goreng seafood aja ya pak..” katanya.

“minumnya..”? tanyaku lagi.

“jus jeruk aja pak..” jawabnya lagi.

Akupun lalu mengangkat gagang telepon kamar yang berada di meja kecil yang posisinya tepat berada disamping sofa, lalu aku menekan nomor resto, dan memesan nasi goreng seafood, nasi goreng kambing, jus jeruk dan jus sirsak.

“sudah bapak pesen..tinggal tunggu dateng..” kataku lagi sambil menutup gagang telpon.

“iya pak..makasih ya pak..” jawabnya sambil tersenyum kecil.

Nani tampak canggung duduk di sofa itu bersamaku, dengan menggunakan kemeja lengan pendek khas buruh pabrik berwarna biru muda tidak mampu menutupi bentuk toketnya yang begitu besar.

‘ahh..nani..toketmu gede banget..’ pikirku dalam hati. Celana panjang berwarna biru tua yang menjadi pasangannya terlihat kucel dan sudah memudar warna nya. Rambutnya yang lurus ciri khas rambut rebonding menghiasi wajah sexynya.



Sejenak aku bingung bagaimana cara memulai rencana dan angan-angan yang telah aku pikirkan selama perjalananku ke sini. Aku tidak mau bergerak dengan kasar, aku tidak ingin merusak momen ini dengan aku langsung menyerbunya, meskipun aku tau, apabila aku melakukan itu, Nani kemungkinan besar tidak akan menolaknya, karena dia membutuhkan uangku, aku yakin diapun sudah sadar dengan apa yang aku inginkan. Nani tidak keberatan saat aku ajak masuk ke kamar hotelku, tidak ada penolakan dan pertanyaan sama sekali. Kalaupun aku memaksanya, dan memperkosanya di kamar hotelku itu, tidak akan ada yang tau tentang hal itu, tetapi hal itu beresiko, aku tidak mau mengambil resiko itu, atau, mungkin bila aku memaksakan kondisi untuk memaksanya mau menurutiku melampiaskan nafsu birahiku, dia akan menurutiku, akan tetapi besar kemungkinan setelah itu dia akan meminta untuk pulang, gagal rencanaku memintanya untuk menginap disini. Aku ingin membuat suasana menjadi nyaman baginya, sehingga dengan sendirinya Nani akan jatuh ke dalam pelukanku kembali, setidaknya angan-anganku untuk mendapatkan kondisi ‘dua hari dua malam bersama Nani’ dapat tercapai dan dia akan melayani nafsu birahiku dengan senang hati.



“kamu mau mandi nan..?” tiba-tiba terbesit ide dalam pikiranku sehingga aku langsung menanyakan hal itu kepadanya.

“kamu kan pasti cape, gerah, mau mandi dulu..?” tanyaku dengan lembut.

“mandi pak..? tapi nani ngga bawa handuk, alat mandi, ngga baju pak..percuma mandi kalo pake baju ini lagi..” jawabnya.

“pake baju bapak aja, bapak bawa kaos banyak kok, mau pake kaos bapak..? kalo handuk sama alat mandi kan emang ada disini..” jawabku.

“ah..masa pake kaos bapak..? ngga enak saya pak..” jawabnya.

Ternyata dia menyambut pembukaanku.

“ngga apa-apa..bapak ambilin sebentar ya, kamu mandi aja dulu, sambil nunggu makan nya dateng..” kataku lagi sambil beranjak dari sofa dan kembali menuju ke ruang tidur.

Dengan sigap aku mengambil kaosku oblongku yang berwarna putih tipis yang biasa aku gunakan sebagai dalaman ketika aku menggunakan kemeja, dan juga aku mengambil celana pendek hitamku, yang biasa aku gunakan sebagai celana lari, pas sekali, celana pendekku itu berukuran setengah paha dan mempunyai belahan yang lumayan tinggi di samping kanan kiri nya, ‘nani pasti sexy banget nani kalau pake ini’ bathinku.

Kemudian aku kembali keluar, kembali duduk di sofa lalu menyerahkan baju dan celana pendekku itu kepada Nani.

“ini, pake ini aja dulu, mandi, trus dipake aja bajunnya ini, nanti bajunya kamu dilipet aja..” kataku.

Tanpa menjawabku Nani menerima kaos dan celana itu, lalu beranjak dari sofa dan menuju kamar mandi.

“disini ya pak mandinya..?” tanya nya sambil membuka pintu ruang mandi dengan ragu.

Tanpa menjawab aku mendatanginya dan membukakan pintu kamar mandi untuknya.

“ini bath tub nya..isi dulu kalo mau mandi berendam disini, tapi lama..ini showernya kamu mandi sini aja, biar ngga lama..pake air panas juga bisa..” kataku sambil menunjukkan bath tub, shower dan alat mandi serta handuk yang belum aku gunakan’

“bisa kan..?” tanyaku lagi.

Nani tidak menjawab, hanya menganggukkan kepalanya.

“apa mau bapak mandiin..?” pancingku genit.

“iiihh…bapak…” katanya sambil tersenyum genit padaku.

‘ahhh..pasti berhasil ini rencanaku..’ bathinku.

Lalu kemudian aku melangkah keluar dari kamar mandi dan menutup pintunya dan aku kembali menuju ke sofa.

Tak lama setelahnya, bel kamarku berbunyi, pelayan hotel datang untuk mengantarkan makanan pesananku dan Nani. Aku lalu mempersilahkannya masuk untuk meletakkan pesanan tersebut di meja yang terletak di depan sofa. Setelah aku membayar sejumlah uang, pelayan hotel tersebut pun meninggalkan kamar hotelku, lalu aku kembali duduk di sofa sambil menyulut rokok Marlboro merahku sambil menunggu Nani selesai mandi.

15 menit kemudian aku mendengar pintu kamar mandi terbuka.

“pak, ini celana nya kok pendek banget pak, bajunya juga tipis banget..malu ah nani pak..” cerocosnya ketika muncul di pandanganku sambil tangan kirinya menutupi dadanya yang menonjol dan tangan kanan nya memegangi pinggiran celana pendekku yang sudah dipakainya. Aku tersenyum genit melihatnya.

“ngga apa-apa..ngapain malu sama bapak..” pancingku.

“ayok sini..kita makan dulu, kamu sudah laper kan..? ni makanannya udah dateng..” balasku.

Nanipun menurunkan tangan kirinya dan berjalan dengan ragu ke arah sofa.

Shit..bayangan toket besarnya terlihat dengan jelas dibalik kaos tipisku itu, toket besarnya terlihat begitu menantang, samar-samar terlihat BH nya yang berwarna merah terang.

Gejolak birahiku langsung melonjak, ingin rasanya menyeruduk tubuh sexy nya itu, ingin segera aku menggumulinya, menikmati setiap inchi tubuhnya, apalagi wangi semerbak khas sabun kamar hotel berbintang seakan keluar dari tubuhnya, begitu menggoda, ingin sekali rasanya aku segera menciumi dan menjilatinya. Tetapi aku kembali mengingatkan diriku sendiri, aku tidak boleh mengacaukan momen ini.

Nani lalu duduk di sampingku.

“punya nani yang mana pak..?” tanya nya.

“yang itu, seafood, yang ini punya bapak..” jawabku sambil mengambil piring yang berisikan nasi goreng kambing.

“ayok makan..” ajakku.

Dan kami pun menyantap nasi goreng kami masing-masing.



Waktu di jam tanganku sudah menunjukkan pukul 7.30 malam, kami baru saja menyelesaikan makan malam kami. Aku meminta Nani untuk meletakkan piring dan gelas bekas kami makan di luar pintu kamar hotelku. Setelah Nani meletakkan piring kotor diluar, Nani kembali duduk di sofa bersamaku, kemudian aku membuka obrolan basa basi sambil menyulut rokok ku.

“enak ngga nasgornya nan..?” tanyaku.

“enak kok pak..makasih ya pak..” jawabnya.

“iya, sama-sama ya nan..” balasku.

“jadi kamu kerjanya di pabrik ngapain..?” tanyaku lagi, mencoba mencari tau.

“nani di pabrik bagian masangin merk di sepatu pak..” jawabnya.

“oo..gitu.***jinya lumayan..?” tanyaku lagi.

“ngga ada gaji pak, tapi upah per hari pak, kalo nani masuk dari jam 8 sampe jam 5 sore, nanti dapet uang pak..tapi ya ngga gede pak..150 ribu, cuman cukup buat makan sehari, sama bisa nabung 50 ribu sehari..” jawabnya.

“oo..gitu..nah kalo kamu sakit, trus ngga kerja gimana..?” tanyaku lagi.

“ya ngga dapet uang pak..” jawabnya.

“kalo terlambat datang..?” tanyaku lagi.

“kalo terlambat lebih dari 2 jam, dipotong setengah pak..” jawabnya lagi.

Aku tidak konsen dengan obrolan basa basi ini, mataku menelusuri tubuh sexy nya yang berbalut kaos tipisku, toket besarnya yang sangat menonjol kedepan begitu menggodaku, paha putih mulusnya terpapar setengah dengan menggunakan celana pendekku, belum lagi belahan celanaku memberikan sedikit akses bagi mataku menelisik paha mulusnya lebih keatas lagi, sungguh sangat mendongkrak birahiku.

‘emang sexy banget nani ini..’ bathinku.

Pikiranku sudah menggebu untuk segera mencari kesempatan bagaimana memulai sesi mencumbuinya. Sepertinya Nani tidak menyadari mataku menelusuri tubuhnya, karena matanya tertuju pada TV.

Tak sadar, obrolan kami terhenti sejenak gara-gara mataku menikmati lekuk tubuhnya. Sehingga suasana hening mulai timbul, hanya ada suara TV yang menyala.

Aku tidak mau membuat suasana canggung kembali timbul. Aku segera mematikan rokokku di asbak dan menuju ke kamarku untuk mengambil amplop yang sudah aku siapkan dengan isi uang sebanyak 5 juta didalamnya.

“bentar ya nan..” kataku.

Nani tidak menjawabku, dia hanya melihatku saja. Bertepatan dengan aku berjalan ke kamar, HP Nani berdering, aku mendengar Nani mengangkat telponnya. Sepertinya suaminya yang menelponnya. Aku sengaja berlama-lama di ruang tidur, memberikan kesempatan bagi Nani untuk menelpon suaminya. Aku tidak mendengar pembicaraan mereka dengan jelas, samar-samar aku mendengar Nani berbicara pada suaminya

“iya yah..sabar, aku lagi usaha” dengan nada yang agak sedikit meninggi. Lalu tak berapa lama suara Nani tak terdengar lagi.

‘udah selesai berarti..’ bathinku.

Setelah itu, aku lalu mengambil amplop yang aku siapkan, dan menuju ke ruang tamu lalu kembali duduk disamping Nani, tapi kali ini aku langsung merapat dengan tubuhnya, duduk di sebelah kirinya. Tangan kananku lalu mengambil posisi menyandar memanjang dan memegang sandaran sofa bagian tempat Nani duduk, sehingga seperti merangkulnya.

“suami kamu telpon ya..?’ tanyaku.

“iya pak..” jawabnya singkat.

Aku tidak bertanya lagi, aku tidak mau memperpanjang urusannya dengan suaminya.

“ini ya uangnya..” sambil tangan kiriku menyodorkan amplop tersebut.

“bapak..” katanya lirih sambil menoleh ke arahku.

“ayo..ambil aja..” kembali lagi aku menyodorkan amplop itu.

“iya pak..” katanya lirih sambil mengambil amplop itu dengan kedua tangannya.

“itung dulu..” kataku pelan.

“ngga usah pak..” katanya sambil menundukkan dan menggelengkan kepalanya.

“nani ngga tau nanti gantinya gimana pak..” katanya lagi.

“jangan dipikirin..pake aja..nanti aja kapan-kapan kalo udah ada uangnya baru diganti..” kataku lagi sok pahlawan.

Nanipun menengok kearah wajahku dengan pandangan layu “makasih ya pak..” katanya lembut.

Aku tidak mau menyia-nyiakan kesempatan ini, langsung aku raih pipi kirinya dengan tangan kiriku dengan lembut.

“sama-sama sayaang..” jawabku lembut sambil tangan kiriku menarik pelan wajahnya mendekat ke arahku.

Nampak Nani agak sedikit menahan tarikan tanganku, tapi akhirnya pasrah. Dan bibir kamipun bertemu.

“cceeepppppp…..”

Tak mau mengendurkan momen, tangan kananku langsung menangkap kepala Nani, dan tangan kiriku memeluk punggungnya. Lalu mulai aku lumat bibir sexy nya.

“mmmmmhhh….mmmhhh….hhmmmmmhh…” gumam kami berdua.

Lidahku mulai aku masukkan kedalam mulutnya, berusaha menjilati semua rongga mulutnya, dan bibirku berusaha menarik lidahnya untuk aku hisap.

Tak sadar nafsuku naik dengan cepatnya, sampai sepertinya Nani merasa terperanjat dengan perlakuanku, sehingga dengan perlahan kedua tangannya berusaha mendorong dadaku yang sudah menempel ke toket besarnya. Dan akhirnya pun aku melepaskan pagutan bibirku dari bibirnya.

“bapaakhh…” katanya lirih sambil menatapku. “jangan pak..nani takut..” katanya lagi.

“ngga apa apa sayaaang..ngga usah takut..bapak kangen sama kamu nan..kamu ngga kangen sama bapak..?” balasku.

Nani hanya diam menatap mataku layu.

“kangen ngga sama bapak..?” tanyaku lagi. (trik maut rayuan don juan kampung..hehe..)

Nani pun menganggukkan kepalanya.

Akupun tersenyum kepadanya, “ngga usah takut ya..” kataku lagi sambil mendekatkan bibirku ke bibirnya. Kali ini Nani tidak berusaha menolakku, dan bibir kami pun kembali bersatu. “mmmmmhhh….mmmhhh….hhmmmmmhh…”.

Kali ini aku yang melepaskan ciuman kami.

Aku melihat Nani masih memegangi amplop dariku. Aku menariknya lembut “taroh meja aja ya uangnya..ngga akan hilang..” kataku sambil tersenyum padanya.

“bapaakk…” balasnya manja sambll tersenyum malu padaku.

Setelah aku menarik amplop itu dari tangannya dan meletakkannya di meja, kembali lagi aku mengarahkan bibirku ke bibirnya, dan sekali lagi bibir kami bersatu, namun kali ini aku tidak ragu lagi untuk melepaskan seluruh nafsuku yang sudah tertahan sedari tadi.

“mmmmmhhh….mmmhhh….hhmmmmmhh…mmmmmhhh….mmmhhh….hhmhh..”

Bibir kami saling melumat, Nani sudah mulai rileks dan menikmati ciuman kami.

Aku lalu mendorong pelan tubuh Nani untuk merebahkan dirinya di sofa, Nani menurutiku, badannya direbahkan di sofa, kepalanya disandarkan ke bantal sofa dan kakinya diluruskan sehingga Nani terlentang di sofa dengan badanku berada diatasnya. Ciumanku lalu aku arahkan ke leher putihnya, sambil tengan kananku mulai meraih toketnya yang sebelah kiri dan langsung meremasnya lembut, meskipun telapak tanganku yang cukup lebar ini tidak mampu menggapai semua toket besarnya. Kedua tangan Nani mulai merangkul leherku sambil kepalanya menoleh ke kanan berusaha memberikan akses bibirku untuk menyapu seluruh lehernya. Tak mau mengendorkan serangan, aku lalu mulai menarik keatas kaosku yang dipakainya. Nani mengerti maksudku, tanpa instruksi dariku, Nani mengangkat badannya sedikit, memberikan kemudahan bagiku untuk melepaskan kaos itu dari tubuhnya. Setelah kaos itu terlepas, langsung aku campakkan ke lantai. Badanku aku atur menjadi setengah duduk di sofa itu menghadap kearah Nani dengan harapan mataku bisa menikmati keindahan toketnya yang masih tertutup BH merahnya, akan tetapi ternyata kedua tangan Nani sudah menutupi kedua toket besarnya itu. Aku hanya tersenyum melihatnya, aku tidak menarik kedua tangannya, tapi kedua tanganku lalu meraih celana pendekku yang dipakainya, dan berusaha meloloskannya dari pinggulnya. Kembali lagi Nani mengerti maksudku dan mengangkat sedikit pinggulnya untuk memberikan kemudahan bagiku untuk meloloskan celana itu, setalah aku tarik kebawah, kemudian terlihatlah CD merahnya.

‘shhiiitt….’ bathinku ketika melihat tubuh setengah bugil Nani yang terlentang di depanku. Lalu dengan sigap akupun membuka kaosku sendiri dan mencampakkannya dilantai, lalu selanjutnya aku mencodongkan badanku ke tubuh Nani dan bibirku kuarahkan ke bibirnya, sehingga bibir kami kembali terpagut.

“mmmmmhhh….mmmhhh….hhmmmmmhh…mmmmmhhh….”

Bibir kami saling melumat, kami saling bertukar air liur, kedua tangannya dengan otomatis merangkul leherku.

Lalu kemudian tangan kananku aku selipkan ke punggungnya, berusaha meraih kait BH nya. Sekali lagi Nani mengerti maksudku, badannya agak sedikit dinaikkan, memberikan kemudahan bagi tangan kananku untuk meraih kait BH nya. Dengan sekali jentik, terlepaslah kait BH merahnya. Lalu dengan cepat tapi lembut aku menarik tali BH nya kedepan dan melepaskan BH dari kedua tangan dan tubuhnya lalu kucampakkan ke lantai. Aahhh…toket besarnya terpampang jelas didepanku, begitu besar, bulat, putih dan mulus, begitu indah bentuknya, dengan areola yang berwarna coklat muda dan tidak terlalu lebar, pentilnya mencuat kencang sebesar ujung jari kelingking dengan warna yang sama, toket Nani begitu membuatku terpana. Merasa tak sabaran, kedua tanganku langsung menangkap kedua toket besarnya lalu aku remas-remas dengan lembut sambil aku mengarahkan bibirku ke pentilnya, lalu dengan bernafsu aku melumat pentilnya yang sebelah kiri, aku jilati, aku kenyot, dan aku gigit-gigit kecil pentilnya. Puas bermain dengan pentilnya yang sebelah kiri, bibirku pindah ke pentil yang sebelah kanan, sambil jari telunjuk dan jempol tangan kananku memainkan putingnya yang sebelah kiri.

“hhhh…..hhhhmmmhhh…” Nani melenguh pelan. Kedua tangannya membelai kepalaku, sambil sesekali meremas lembut dan menekan kepalaku kearah toketnya.

Sambil tetap mengenyot pentilnya yang sebelah kanan, aku lalu memposisikan badanku agak kesamping kanan Nani, sambil tangan kananku menuju ke memeknya yang masih tertutup CD merahnya. Ketika jari-jariku menyentuh memeknya, terasa sekali CD nya sudah basah di bagian belahan memeknya. Aku lalu menggesek-gesekkan jariku pada bagian itu, aku gesek, aku tekan dan aku putar berkali-kali. Lenguhan Nani semakin panjang saja, sambil badannya menggeliat pelan.

Aku lalu menarik CD nya ke bawah, dengan mudah kulakukan karena sekali lagi Nani mengangkat keatas sedikit pinggulnya. Setelah terlepas dari kaki nya, kucampakkan saja ke lantai, lalu dengan segera aku juga menurunkan celana pendekku bersamaan dengan CD ku, dan mencampakkannya ke lantai. Kini kontolku yang sudah ngaceng maksimal dari tadi terlepas dari sarangnya, sehingga terasa lega dan nikmat sekali.

Aku lalu melepaskan kenyotan bibirku dari pentilnya dan kembali kuarahkan ke bibirnya, lalu kamipun kembali berciuman kembali. Tangan kananku lalu meraih tangan kirinya lalu mengarahkannya ke kontolku. Nani mengerti mauku, telapak dan jari-jari lembutnya dengan otomatis langsung memegang batang kontolku.

‘aaahhh…’ bathinku. Nikmat sekali aku rasakan ketika tangannya menggenggam batang kontolku. Secara otomatis juga tangannya mulai mengocok lembut kontolku.

Tangan kananku juga tak mau kalah, aku arahakan ke memeknya yang sudah sangat basah dan licin itu, kurasakan jembutnya yang tidak begitu lebat menghiasi memeknya. Tanganku lalu memainkan belahan memeknya, aku gesek dan aku putar-putar jari-jariku disitu, memeknya sudah sangat licin, sudah siap untuk dientot. Aku memang sengaja berencana untuk langsung mengentoti nya pada sesi pertama ini, aku tidak mau berlama-lama bermain foreplay, aku ingin segera menuntaskan sesi pertama ini. Sesi kedua dan sesi-sesi setelahnya adalah lain cerita.

Tanpa menunggu lagi aku langsung menaiki tubuh Nani kembali, dengan otomatis kedua kaki Nani mengangkang memberikan akses bagi badanku untuk menaikinya. Ketika kepala kontolku menempel di belahan memeknya, aku memaju mundurkan pinggulku pelan untuk menggesek-gesekkan batang kontolku di belahan memeknya.

‘Aaaahhhh…nikmat sekali’ bathinku.

Aku melakukan itu dengan tetap berciuman dengan Nani.

Setelah beberapa saat melakukan hal tersebut, aku mengarahkan kepala kontolku ke belahan memeknya, mengepaskan posisi dan aku mulai memajukan pinggulku pelan dan mendorong batang kontolku untuk mulai menyeruak masuk ke dalam liang senggama nya.

Aku melepaskan ciumanku dibibirnya, dan melihat wajah Nani, aku ingin melihat bagaimana Nani bereaksi terhadap hujaman kontolku di memeknya.

‘Sleeeeeeeeppp….’ kontolku dengan mudah amblas ke dalam memeknya.

“hhhhggggmmmmmmhhhh…..” gumam Nani pelan sambil memejamkan matanya erat.

“aaaahhhhmmmmhhhh…..” gumamku. Sungguh nikmat sekali.

Aku kembali menekan pinggulku ke depan, berusaha memasukkan batang kontolku lebih dalam lagi ke dalam lubang memeknya.

“sleeeepp..”

“aahh…..” desah Nani pelan. Kedua tangannya mencengkram punggungku.

Aku mendiamkan kondisi ini.

Nikmat sekali aku rasakan, kontolku serasa dicengkram oleh daging padat yang lembut, licin tapi begitu hangat dan terasa agak berkedut pelan.

Lalu dengan perlahan Nani membuka matanya, pandangannya beradu dengan pandanganku. Tatapannya begitu layu dan pasrah. Kemudian senyum kecil tersungging dari bibir sexy nya. Akupun membalas senyumannya.

“sakit ngga..?” tanyaku padanya.

Nani menjawab dengan gelengan pelan kepalanya.

Lalu aku kembali lagi melumat bibirnya dengan lembut sambil mulai menggenjotnya pelan..

“sleeeepp.. sleeeepp.. sleeeepp.. sleeeepp.. sleeeepp…” batang kontolku mulai bergerak keluar masuk liang senggama Nani. Pinggulku bergerak naik turun dengan perlahan tapi pasti diatas selangkangan Nani.

Kedua tangan Nani merangkul leherku, bibir kami saling melumat dengan lembut, saling menyedot lidah.

“hhmmmm..hhhh…hhhmmmhh…hhhh…mmmhhh…” gumam Nani pelan seiring dengan genjotanku.

Semakin lama genjotanku semakin cepat.

“plek..plek..plek.. plek..plek..plek..!” kentotanku mulai mengeluarkan suara yang diakibatkan oleh menabraknya selangkanganku ke selangkangan Nani yang sudah sangat basah.

Aku ingin sesi bercintaku dengan Nani kali ini selesai dengan satu gaya saja, berusaha menimbulkan situasi mesra diantara kami, mencoba menanamkan kondisi psikis bagi Nani bahwa percintaannya denganku ini bukan hanya nafsu belaka, melainkan sudah melibatkan perasaan yang dalam. (trik maut don juan kampung lainnya..hehehe..).

Sehingga menunjang rayuanku berikutnya untuk meminta Nani tinggal di hotelku dan melayaniku selama aku disini.

Tapi aku tidak memungkiri, memek mantan pembantuku ini terasa sangat nikmat, liang senggama nya terasa begitu legit sekali, begitu sempit dan padat mencengkram, akan tetapi begitu licin dan lembut. Bentuk memeknya yang terlihat masih rapat dan agak tembem dihiasi dengan bulu-bulu jembut yang halus dan tidak terlalu lebat membuatnya semakin menggemaskan. Tubuhnya begitu sexy dengan kulitnya yang putih, meskipun terlihat tidak terlalu terawat, akan tetapi tidak mengurangi kesexyan nya. Toketnya yang besar, bulat dan kencang dengan pentil yang tidak terlalu besar membuatnya begitu menggoda untuk aku remas dan aku kulumi pentilnya. Ketiaknya yang bersih tanpa bulu dan tidak berbau membuatku ingin menjilatinya lagi dan lagi. Seluruh bagian tubuh Nani sungguh membuat nafsuku memuncak. Perutnya yang agak sedikit gembil tapi rata membuatnya semakin sexy. Ingin rasanya aku terus-terusan menjilati seluruh tubuhnya, ingin rasanya aku terus menerus menggumulinya, mengeksplor seluruh tubuhnya dan mengentoti nya.

“plek..plek..plek.. plek..plek..plek..plek..plek..!” Suara telorku menebrak-nabrak selangkangan Nani.

“hhggghh..hhgghh..hhgghhh..mmmhhh..mmhhh…aahhh..” desah Nani pelan sambil kedua tangannya memegang kepalaku yang sedang mengarah ke kedua toketnya, bibirku mengulum dan menyedot kedua pentilnya dengan ganas. Kedua tanganku meremas kedua toketnya dari samping dan menekannya ketengah, sungguh menggemaskan toket Nani. Tempo kentotanku tidak mengendur, justru semakin lama semakin cepat dan dalam.

30 menit lamanya aku menggenjot Nani, Nani semakin kelojotan menerima genjotanku, terasa kedua tangannya mulai mencengkram erat kepalaku.

“bapaaaakkhh…aaaaahhh…hhmmmhh…hhhh…paaakkhh…aaahh..” desahnya.

Aku melepaskan kenyotan bibirku dari pentil toketnya lalu mengarahkan wajahku ke depan wajah Nani. Kutatap wajahnya, sambil terus menggenjotnya, matanya menatapku sayu, dan pandangan kamipun beradu.

“keluarin aja naaanhh…” bisikku.

“hhh..hhhhmmhhh…aaahhh…” desah Nani tanpa menjawabku.

Tak lama setelahnya Nani memejamkan matanya erat dan kedua tangannya mencengkram pundakku. Aku tau ini saatnya Nani akan mengeluarkan cairan kenikmatannya, aku tidak mau kalah, semakin kupercepat kentotanku, mencoba mencari puncak kenikmatanku sendiri untuk mengeluarkan maniku yang sudah tertahan cukup lama.

“bapaaaakkhhhhh…aaahhhh….hhggghh…hhggghh…hhgghhhh…mmhhh…” desahnya sambil tubuhnya tersengal-sengal. Nani mencapai klimaksnya. Aku tidak mau mengendurkan tempo genjotanku, dan akhirnya akupun merasakan maniku sudah tidak tertahan lagi untuk keluar dari kontolku.

“aaaaahhhhh……naannnhhhhh….aaahh…” desahku sambil terus menatap wajah sexy nya. Aku tak tahan lagi, kuarahkan bibirku memagut bibir Nani dan badanku kurapatkan ke badannya dan tanganku memeluknya erat. Lalu kemudian kutancapkan kontolku sedalam-dalamnya ke dalam memek Nani.

“sleeeeppph….!!!”

“ hhhgggmmmmhhhh…!” pekik Nani tertahan.

“hhhggghhh…!..hhgghh..!hhgghh..!hhgghh..!” desahku sambil bibirku terus menyedot bibirnya.

“creet…!creeet…!creeett..! creeet…! creeet…!creeeett…!!” keluar semua air maniku didalam liang senggama Nani.

Sungguh nikmat sekali aku rasakan, klimaks yang hampir berbarengan dengan Nani, selang beberapa saat saja aku mendapatkan puncak kenikmatan setelah Nani mendapatkan nya juga. Permainan seks ku dengan nani sore hari ini sungguh membuat diriku melayang. Betul-betul nikmat meskipun hanya sebentar.

Kulepaskan pagutan bibirku dari bibirnya lalu menatap kembali wajahnya..

“aaaahhhh…enak banget naaannhh…” kataku pelan padanya sambil tersenyum kecil.

“iiihhhh…bapaaaakk…nakaaall…kok dikeluarin didalem paaakk…?” jawabnya sambil tangan kanannya mencubit pelan dadaku.

“nanti nani hamil lho pak…” katanya lagi.

“ya ngga apa-apa dong sayang..kan kamu pengen hamil kan...?” jawabku lagi sambil nyengir.

“iiihh..bapaaakk…” jawabnya manja.

Tak tahan dengan kesexyan wajahnya, kembali lagi aku memagut bibirnya.

“hhmmmhhh…mmhhh…mmmm..mmmmm..” gumam kami berdua.

Batang kontolku masih tertancap didalam memeknya, meskipun aku merasakan batang kontolku sudah berangsur-angsur mengecil.

Lalu aku melepaskan ciumanku dan mengangkat badanku pelan dari atas badannya, sambil melepaskan batang kontolku dari memeknya.

“aawwhhh…hhh…” desah Nani pelan ketika batang kontolku terlepas dari memeknya.

“kenapa nan..sakit..?” tanyaku.

“geli pakh..hihi..” jawabnya sambil nyengir manja kepadaku sambil tangan kanannya mengusap-usap memeknya pelan.

“ke kamar yuk..” ajakku.

“iya pak..” jawabnya lembut.

Akupun bangkit dari sofa dan menarik tangan Nani untuk beranjak dari sofa, lalu dengan tubuh bugil kami menuju ke ruang tidur.

“nani pipis bentar ya pak..” katanya padaku saat melewati kamar mandi.

“ya udah..nanti langsung ke tempat tidur ya..” jawabku

“iya pak..” jawabnya sambil memasuki kamar mandi.

Akupun lalu membuka selimut tempat tidur dan merebahkan diriku dan menyelimuti tubuh bugilku.

Tak berapa lama Nani keluar dari kamar mandi dan menuju ke ruang tidur dengan tubuhnya dililit memakai handuk.

“kok pake handuk..” kataku sambil tersenyum kecil padanya.

“malu paak..hihi..” jawabnya.

Akupun membuka selimut yang menutupi tubuhku untuk memberikan akses pada Nani untuk ikut masuk didalamnya.

“sini nan..” kataku sambil tersenyum kecil.

“buka aja handuknya..” kataku lagi.

Nani lalu membuka handuknya, melepaskannya saja ke lantai dan dengan cepat masuk ke dalam selimutku sambil langsung memelukku dan menelusupkan wajahnya ke dadaku dengan centilnya.

“hihihi…” Nani ketawa kecil.

Lalu kemudian aku menutupi tubuh kami dengan selimut dan memeluknya.

“kamu besok ngga usah masuk kerja ya nan..?” pintaku padanya.

“kenapa pak..?” balasnya lembut sambil menatapku layu.

“nemenin bapak aja disini..” jawabku lagi.

“nanti nani ngga dapet uang dong kalo ngga kerja pak..” katanya.

“nanti bapak ganti uangnya kamu sayaaang..tenang aja..bapak dobelin nanti..” jawabku sambil nyengir.

“yang bener pak..?” tanya Nani padaku.

“iya..beneran..” jawabku.

“emang bapak pulang kapan..?” tanya Nani lagi.

“bapak pulang lusa..” jawabku.

“berarti nani nemenin bapak disini sampe bapak pulang..? dua hari dong pak..?” tanya nya lagi.

“iya dong..dua hari..nanti bapak ganti uang gajinya kamu dua hari..bapak dobelin semua..” jawabku meyakin kan Nani.

Nani tidak menjawabku.

“mau ya nani sayang..” kataku sambil jariku meraih dagunya untuk mendongak sedikit keatas dan bibirkupun dengan lembut langsung mengecup dan mengulum bibirnya.

“cccpppmmhh…..mmmmhhhh…mmmmmhhh…” gumam kami berdua.

“mau ya..” pintaku lagi setelah melepaskan kulumanku di bibirnya.

“hhmm mhh…” jawab Nani sambil tersenyum manja, mengangguk kecil dan menatapku sayu.

Sukses rayuanku untuk meminta Nani melayaniku dua hari penuh di hotel ini. Hatiku bersorak kegirangan, namun aku tetap berusaha se tenang mungkin.

Aku tersenyum kecil dengan genit kepada Nani, mengisyaratkan padanya apa yang akan terjadi dua hari kedepan bersamaku. Dua hari yang akan menjadi pagi, siang, sore dan malam yang penuh dengan gairah permainan seks kami berdua.

“bobo dulu bentar yuk nan..” kataku padanya.

“iya paak..” jawabnya pelan sambil mengangguk.

Kemudian kamipun terlelap.





to be continued..
kerrenn,,,,
 
Jav Toys
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd