Agen Terpercaya   Advertise
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

[New thread] Suami yang pengertian. (tragis)

dexter terz

Semprot Kecil
Daftar
19 May 2012
Post
51
Like diterima
200
Lokasi
Bekasi, Pondok Gede
Bimabet
Keadaan di rumah jadi berubah
setelah sebuah pertanyaan terlontar
darinya di malam itu. Aku dan Riri
telah menikah selama 21 tahun, kami
mempunyai seorang anak lelaki,
Angga. Riri adalah seorang ibu rumah tangga dan sejauh yang kutahu dia
selalu setia. Waktu itu kami sedang
membaca di atas tempat tidur untuk
menghabiskan malam, saat dia
menanyakan pertanyaan yang tak
terpikirkan itu. “Apa kamu pernah menyetubuhi ibu
kandungmu?”
“Pernah apa?” aku bereaksi dengan
terkejut.
“Kamu mendengarnya.” lanjutnya.
“Waktu kamu muda dan masih ikut orang tua, pernahkah kamu
bersetubuh dengan ibu
kandungmu?”
“Pertanyaan seperti apa itu?” tanyaku.
“Ini bukan pertanyaan mengada-ada..
Kenyataannya itu hal yang kerap terjadi, cuma orang-orang tak mau
membicarakannya. Saat kamu muda
aku dapat mengerti jika kamu
menyimpan rahasia seperti itu, jadi
ayahmu tak mengetahuinya, tapi itu
sudah berlalu dan kupikir kamu dapat menceritakannya pada isterimu
sekarang, kan?” tanyanya.
“Tidak, aku tak pernah melakukannya
dengan ibuku. Dan aku yakin itu hal
yang tabu dan melanggar hukum.”
aku menegaskan. Isteriku terdiam. “Yah, jadi itu tak layak dan kemarin
aku dengar 90% orang yang menikah
mengakui pernah melakukannya.”
jawabnya.
“Jadi, aku harap perkawinan kita
salah satu dari yang 1% itu.” kataku. Riri memejamkan matanya dan
tersenyum. “Jadi kamu setidaknya mempunyai
fantasi untuk melakukannya kan?”
tanyanya.
“Tidak, aku tak pernah
membayangkannya, demi Tuhan dia
adalah ibu kandungku!” aku berteriak. Isteriku menggelengkan kepalanya. “Pembohong.” katanya.
“Sebagian besar remaja berfantasi
untuk menyetubuhi ibunya, ini
kenyataan yang umum. Kamu
berfantasi untuk menyetubuhi ibumu
seperti halnya Angga yang berfantasi untuk menyetubuhiku.”
“Riri, itu gila, bagaimana kamu dapat
beranggapan seperti itu terhadap
anakmu sendiri?” tanyaku.
“Karena itulah kenyataannya.. Angga
tak berbeda dengan remaja lain seumurannya yang bermimpi tentang
apa yang ada di antara paha ibu
mereka saat ayah mereka pergi kerja.
Itu benar-benar alami.” katanya.
“Kamu tak tahu tentang hal itu.”
kataku. “Sayang, percayalah padaku, aku
adalah ibunya dan seorang ibu tahu
hal-hal seperti itu.” katanya.
“Oh, ayolah Ri, kamu bertingkah
sepertinya kamu tahu apa yang anak-
anak pikirkan.” kataku. “Seorang ibu biasanya tahu lebih dari
apa yang kamu kira.” katanya.
“Oh, benarkah, jadi apa yang kamu
tahu tentang Angga yang tak
kumengerti?” tanyaku jengkel.
“Aku tahu kalau dia bermasturbasi tiga kali sehari, kadang empat kali. Dia
berfantasi sedang menggesekkan
penisnya di antara pahaku. Dia
mengambil keranjang cucianku saat
aku dan kamu sedang pergi dan
senang menghirup dan menghisapi celana dalamku yang kotor. Dia juga
senang dengan wanita yang berdada
besar, terutama yang sedang hamil..
Apa kamu mau tahu lebih banyak
lagi?” tanyanya. Aku terdiam oleh perkataannya. “Bagaimana kamu tahu semua itu?”
tanyaku. Riri tersenyum puas.
“Seorang ibu mempunyai caranya
sendiri.” jawabnya
“Yakin kamu tak membicarakan
dengannya tentang hal ini?” tanyaku. “Sayang, segera setelah kamu pergi
kerja dan melakukan pekerjaan
hingga tak begitu memperhatikan
Angga dan aku, seorang ibu dan anak
mempunyai dunianya sendiri di sini di
rumah, yang tak harus diperhatikan oleh seorang anak.” katanya.
“Riri, kamu dan Angga tidak..” aku tak
dapat menyelesaikan.
“Bersetubuh?” dia berkata dengan
tersenyum.
“Jika aku menyetubuhi anakku sendiri, artinya aku sangat menarik
baginya. Itu bukan topik yang akan
dibicarakan seorang isteri pada
suaminya.” Aku mulai merasakan
darahku bergolak.
“Riri, tolong katakan padaku, ya atau tidak. Apa kamu dan Angga telah
melakukannya?” aku mendesaknya. Seiring wajahku memerah, isteriku
tertawa dan menjulurkan jarinya ke
wajahku dengan lembut. “Sayang, kamu membuat hal ini jadi
rumit. Ini sangat mengganggumu ya?”
dia bertanya sambil menahan
tawanya.
“Aku hanya berpikir kalau aku
berhak untuk tahu!” kataku. “Tidak, kamu tidak perlu
mengetahuinya. Sayang, aku
mencintaimu, sebagai ayah dan suami,
tapi tidak ada tempat di antara
hubungan antara seorang ibu dan
anaknya. Apa yang terjadi di rumah ini saat kamu pergi bukanlah urusanmu
dan tak perlu perhatianmu. Kalau
seorang ibu dan anaknya di rumah ini
bersetubuh, maka kamu tak berbeda
dengan ayah yang lainnya dan tak
akan pernah tahu tentang itu.” katanya. Dia memberiku sebuah
senyuman hangat.
“Kamu sudah capek dan kamu punya
hari yang sibuk besok. Tidurlah
sekarang.” katanya. Malam itu aku tak benar-benar bisa
tertidur. Pagi harinya, aku bangun
seperti biasa dan Riri menyiapkan
sarapan untukku dan mengantarku
sampai pintu depan. Dia memakai baju
terusan yang membuat payudaranya begitu terlihat indah menantang. Aku
lihat Angga turun dari tangga dengan
mengenakan celana pendek. “Dia bangun lebih awal.” kataku.
“Ya, aku bilang padanya dia bisa
bantu ibunya mengecat kuku dan
mencuci baju yang kotor.” dia berkata
sambil meringis. Perutku melilit.
“Jadi apalagi yang kalian kerjakan hari ini?” tanyaku curiga.
“Oh, aku yakin kami akan
menemukan sesuatu yang bisa
mempererat hubungan kami.”
jawabnya sambil tersenyum lebar.
“Lebih baik kamu segera berangkat, sayang. Kamu nanti bisa terlambat
lho.” Aku berjalan keluar dengan
membanting pintu. Waktu aku
berjalan ke mobil, aku dengar isteriku
mengunci pintu di belakangku dan
berpikir dunia macam apa yang telah
dibuat isteriku bersama Angga saat aku tak ada. Tanpa sadar, penisku
terasa mengeras dari balik celanaku.
Sial, seharusnya aku lebih dekat
dengan ibuku! Seharian itu aku tak bisa
berkonsentrasi pada pekerjaan.
Otakku dibakar oleh beribu
pertanyaan. Apakah isteriku dan
anakku yang berumur 18 tahun
berbuat gila? Akhirnya, siangnya aku ambil telepon dan memutar nomor
rumahku agar aku bisa tahu dengan
jelas apa yang mereka kerjakan di
dunianya. Setelah cukup lama tak ada
yang mengangkat, akhirnya
terdengar suara isteriku di sana. “Hh.. Halo..” Dia berkata. Aku dapat
mendengarnya bernafas dengan
susah.
“Halo sayang, ini aku.” jawabku. Terdengar suara ganjil berulang-
ulang di belakang, seperti suara kulit
yang beradu dengan kulit. “Sayang, a.. aku tak bis..” dia mencoba
bernafas dengan susah.
“Aku tak bisa bicara sekarang,
telepon aku lagi saja nanti.” lanjutnya. KLIK!! Dia tutup teeponnya. Perutku
tiba-tiba saja jadi terasa mulas. Aku
tak pernah membayangkan isteriku
akan berselingkuh, apalagi dengan
anak kami yang masih remaja.
Mungkinkah itu? Aku pulang kerja lebih awal hari itu.
Aku ingin mengadakan penyelidikan.
Aku harus yakin. Aku lalui jalan hanya
untuk melihat isteri dan anakku yang
keluar dari jalan dengan minivan
isteriku. Aku ikuti mereka ke mall pada sisi lain kota ini. Dengan
mengendap, aku masuki mall itu dan
mengikuti mereka dari belakang. Aku terkejut saat melihat mereka
berjalan bergandengan tangan
dengan mesra, layaknya sepasang
kekasih yang sedang belanja. Tingkah
laku isteriku seperti seorang gadis
remaja saja. Aku mengikuti isteri dan anakku yang berkeliling di seluruh
mall ini, bergandengan tangan seperti
remaja yang sedang kasmaran. Paling
tidak, dia sudak tak muda lagi,
umurnya sudah 38 tahun dan sudah
menikah dan yang satunya anak muda yang baru berumur 18 tahun.
Walaupun begitu, isteriku dapat
mengimbanginya. Dia tak pernah
semesra itu denganku, tapi benar-
benar lain dengan anakku. Aku jadi lebih terkejut lagi saat
mereka duduk berdua di bangku itu.
Lengan isteriku melingkar di
pundaknya, membelai mesra
rambutnya. Bibirnya mendekat,
membisikkan padanya sesuatu yang dapat kukira hanyalah cumbuan
tentang seks. Aku tak mahir dalam hal
membaca gerak bibir, tapi sungguh
jelas sekali kalau yang keluar
kebanyakan hanyalah ‘bersetubuh,
penis dan vagina’ dari mulut isteriku. Kalau itu belumlah cukup, isteriku
melepaskan sandalnya dan
menggerakkan kakinya pada betis
anakku. Setiap sekali gerakan disertai
dengan tiupan dan ciuman ringan di
leher anakku. Mereka meninggalkan mall dan aku
memastikan kalau aku akan
mengikuti mereka pulang, tapi
mereka tidak pulang. Isteriku
mengendarai mobilnya membawa
mereka keluar kota sampai ke hutan. Dia berhenti di jalanan yang sedikit
berlumpur dan itu membuatku
terperanjat saat mengetahui kemana
dia akan membawanya. Mereka akan
pergi ke bagian rahasia di hutan ini,
tempat dimana aku dan isteriku biasanya berkencan dulu. Tahu tepatnya tempat itu, aku
parkirkan mobilku dan melanjutkan
membuntuti mereka dengan berjalan
kaki. Lima belas menit kemudian aku
menemukan van isteriku terparkir di
bawah semak-semak. Aku juga melihat mereka tak mau menyia-
nyiakan waktu sedikit pun. Jendela
mobil tertutup rapat dan van itu
terlihat bergoncang-goncang. Aku
mendekat dan segera saja telingaku
menangkap erangan-erangan mesum mereka. “Oh, ya.. Lebih keras, sayang, setubuhi
ibumu dengan benar!” isteriku
merajuk.
“Oh Tuhan, tekan!! Kerjai vaginaku,
sayang!!” dia berteriak.
“Hahh, dorong penis besarmu lebih dalam lagi.. Oouuhh!!” lanjutnya. Dan bila kata-kata tak senonoh itu
belumlah cukup, selang beberapa
menit kemudian, “Oh, rasanya sungguh nikmat dikerjai
oleh pria jantan. Ya, begitu, lebih keras
lagi.. Leb.. Bih dallaam!! Oh Tuhan aku
keluar!! Aku keluar!!” Aku tak mampu menerimanya lagi.
Yang dapat kulakukan hanya berbalik
kemudian lari. Aku lari secepat yang
kubisa menuju ke mobilku. Aku masih
dapat mendengar isteriku menjerit
dan mengerang, suaranya bergema dalam kepalaku. Aku nyalakan
mobilku, hatiku mendidih, air mataku
keluar. Aku menyetir dengan gila..
Dalam perjalanan pulangku,
bayangan tentang anakku yang
berada di antara paha isteriku menghantui aku. Apa yang harus
kuperbuat? Malam itu aku dan isteriku berbaring
berdampingan di ranjang perkawinan
kami. Dia memegang sebuah majalah
dan berpura-pura membacanya. Tak
lama kemudian dia meletakkan
majalah itu dan menatapku. “Sayang, ada sesuatu yang harus
kuceritakan padamu.” katanya.
“Apa?” tanyaku, bersiap untuk hal
terburuk, setidaknya dalam hal ini tak
ada yang akan mengejutkanku.
“Aku hamil.” dia berkata dengan senyuman mengembang. Tak sekali pun dalam setahun
belakangan ini aku menggauli istriku
tanpa kondom. Dia tahu itu, aku tahu
itu, dan dia pasti juga tahu bahwa aku
mengetahuinya. “Ini bukan bayiku, kan?” tanyaku.
Senyumnya hampir menyerupai
seringai.
“Tidak.” jawabnya.
“Angga?” kejarku. Istriku menjadi serius. “Sebelum kamu pergi, biarkan aku
mengingatkanmu kalau ayahku
adalah seorang pengacara dan jika
kamu menceraikanku, kamu tahu
bahwa Angga dan aku akan
mendapatkan ini semua, segalanya, dan kamu tak mendapatkan apa
pun.” ancamnya
“Sudah berapa lama kalian berdua
melakukan ini?” aku bertanya.
“Kamu tidak perlu tahu itu. Yang harus
kamu ketahui sekarang adalah bahwa Angga dan aku telah memutuskan
ada hal-hal yang perlu diubah.”
katanya.
“Seperti apa?” tanyaku dengan marah.
“Yah, pertama, kami akan
mempertahankan bayi ini dan ya, ini memang bayiku dengan Angga.”
jelasnya.
“Yang kedua, Angga akan pindah ke
kamar ini dan berbagi tempat tidur
denganku, dan sebaliknya mulai
sekarang kamu tidur di tempat tidurnya Angga.” lanjutnya. Aku hanya bisa menahan amarah. “Dan yang ketiga, kalau kamu
menolak, aku dan Angga akan pindah
dan mengontrak sebuah rumah
bersama dan menuntut uang cerai
darimu.” katanya memojokkanku.
“Ini gila, kamu adalah istriku..” “Ya, dan kamu suamiku, dan akan
tetap seperti itu, tapi suami
sebenarnya dan kekasihku sekarang
adalah Angga. Dan kami memutuskan
bahwa kamu harus tetap bekerja
seperti biasanya sedangkan Angga dan aku akan tinggal di rumah
membuat bayi, kami juga sudah
memutuskan ingin mempunyai tiga
orang anak lagi.” katanya.
“Kamu katakan padaku kalau aku
bahkan tidak boleh tidur denganmu, isteriku sendiri?” tanyaku tak percaya.
“Tidak, maaf. Angga dan aku yang
akan tidur di ranjang ini mulai
sekarang.” Lalu dia memandang ke
arah pintu.
“Angga, cintaku, apa kamu di sana?” panggilnya. Anakku masuk ke kamar dengan tas
ransel berisi barang-barangnya. Dia
memandang pada ibunya dan aku. “Maaf, Ayah.” dia berkata dengan
menyeringai.
“Sayang, kenapa kamu tidak pergi
dan bersihkan dirimu sebelum naik ke
ranjang.” kata isteriku. Perutku jadi mulas. Isteriku
menatapku tajam. “Kalau kamu tidak keberatan, aku
ingin sendirian dengan ayah dari
anakku. Ambil barang-barangmu dan
pergilah ke kamarmu.” perintahnya.
“Sayang, tolonglah.. Kita bicarakan hal
ini.” aku memohon. “Tak ada yang perlu dibicarakan lagi.
Aku minta maaf, Sayang, tapi
sekarang kamu bukan lagi seorang
kepala rumah tangga.” katanya.
“Aku akan berusaha, aku
bersumpah.” ucapku putus asa. “Jangan, Sayang! Kamu boleh
berusaha semampumu tapi kamu
tidak akan bisa menyamai bahkan
hanya separuh dari Angga di atas
ranjang. Kamu tak bisa memohon
padaku, kamu tak memiliki stamina untuk itu. Suka atau tidak, kamu tidak
memiliki barang yang cukup besar
untuk pekerjaan itu.. Dan anakmu
memilikinya.” Serasa sebilah pisau yang merobek
hati. Aku bangkit dari tempat tidur
dan mengemasi barang-barangku.
Angga keluar dari kamar mandi dan
menempatkan dirinya di samping
ibunya di ranjang. Dia berada di bawahnya dengan cepat,
memeluknya erat hingga menekan
payudaranya yang besar. “Inilah suami baruku. Kemari dan
bercintalah dengan isterimu yang
sedang hamil” katanya. Itu semua serasa mimpi buruk. Aku
pandangi mereka berdua di balik
selimut. Bisa kukatakan anakku
sedang menempatkan dirinya di
antara paha ibunya. Aku dapat
mendengar mereka berciuman dengan hebatnya. Isteriku muncul
dari balik selimut, memandangku. “Sayang, dapatkah kamu matikan
lampu dan menutup pintunya saat
kamu keluar?” pintanya. Aku hanya
bisa mematuhinya. Malam itu aku rebah di tempat tidurku
yang baru dengan mendengarkan
teriakan-teriakan yang berasal dari
kamar yang semula kutempati
bersama isteriku. Erangan isteriku
menggema di setiap sudut rumah. Semalaman itu aku dengar rangkaian
rintihan tabu mereka. Isteri dan
anakku sedang membuat bayi mereka
dan akan menamakannya seperti
nama ayahnya. Tahun demi tahun berlalu dan mereka
telah memiliki 3 anak, semuanya laki-
laki. Seiring waktu berlalu, anak-anak
itu tumbuh jadi remaja, Angga tua
telah menemukan seorang wanita
muda yang cantik dan atas seijin ibunya boleh dinikahinya. Kemudian Angga pindah dan
meninggalkan anak-anaknya
bersamaku dan ibunya. Dalam
beberapa tahun kemudian aku
kembali pada kehidupan rumah
tanggaku semula, hingga pada suatu malam saat kami sedang rebahan di
atas tempat tidur seperti biasa,
terdengar ketukan di pintu dan
Angga muda, yang sekarang juga
telah berumur 18 tahun, berdiri di
sana dengan tas ranselnya. Isteriku, yang sekarang berusia lima puluhan
meletakkan majalahnya dan kembali
menoleh padaku dengan tersenyum. “Kemasi barang-barangmu, sayang.”
katanya. Isteriku kembali menatap tajam
padaku.
 
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
pasti nie crita luar
kelihatan cwenya enggak punya hati banget enggak kyk org indonesia
 
santetin aja klo ada cewek seperti anjing ini..
Cm baca aja, q lgsg pengen mukul mulutnya tu cewek sampek hancur.. Gk punya hati bgtz.. Bangs****t..
 
gak jelas ceritanya.. ni istri dibunuh aja enaknya
 
Ceritanya sungguh mengharukan..bisa membuat emosi pembacanya.
Lanjutkan gan.
 
sangat membuat terharu ,...persaaan seorang suami yang di tendang oleh istrinya sendiri serta bagaimana perasaan yang dkhianati oleh orang dicintainya ,.....its very nice gan,....lanjutkan
 
Bimabet
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
Jav Toys
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd