Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA TAMAT [No SARA] Panah Asmara (True Story)

Update

Part 2
Ijinkan Aku Menyayangimu


Di dalam kantor seperti biasa aku mengerjakan beberapa pekerjaan yang sudah menjadi rutinitas. Sore selepas ashar beberapa berkas berdatangan dan membuatku cukup kewalahan. Sisi gilaku berontak ingin lepas tak terkendali. Kulepas sepatu, jongkok di kursi lalu memutar MP3 di PC sambil mengerjakan berkas-berkas tersebut.

Sore itu bang Iwan menemaniku dengan lantunan lagu cintanya, Ijinkan Aku Menyayangimu.

…andai kau ijinkan walau sejenak memandang.
Kubuktikan kepadamu aku memiliki rasa…


Aih…lirik itu sungguh nakal, menggodaku untuk tersenyum. Dan benar saja, aku sedang jatuh cinta. Tapi pada wanita yang tak seharusnya. Sejujurnya tak terlintas sedikitpun di hatiku untuk menggodanya. Bahkan untuk membayangkan lekuk tubuhnya dibalik gamis panjang itupun aku menolak. Tapi apa daya, waktu mengubah segalanya. Ketika dua pasang anak manusia berlainan jenis bersama, maka yang ketiga adalah setan. Dan aku telah membuat setan itu menang. Semakin banyak waktu yang kami lalui, semakin banyak kami saling mngenal, semakin dalam kami saling memahami, semakin banyak pula kecocokan yang kami temukan.

“maaf, saya juga nyaman dekat dengan Mas” tulis Nira di salah satu chatnya sore itu. Aku tersenyum seperti cabe-cabean yang baru akhil baligh, tapi usiaku yang sudah 34 terlalu tua untuk menjadi cabe-cabean. Ah, mungkin lebih cocok jika disebut cabe keriting.
Sore itu, 31 Agustus 2020 kami resmi saling terbuka akan perasaan masing-masing. Aku mengatakan bahwa aku nyaman bersamanya dan Nira pun mengatakan hal serupa. Kami jadian, tanpa ada deklarasi. Tanpa ada ajakan dariku untuk berpacaran, ehem..selingkuh maksudku.

Kami meneruskan chat sampai aku lembur malam itu. Akhir bulan selalu menyita waktu. Lembur sampai larut malam adalah hal lumrah bagi dunia perbankan.
“kamu tidur yah, dah larut malam. Besok harus ke sekolah pagi-pagi” kataku sambil chat di wikipedia. Kami memutuskan untuk chat melalui wikipedia karena lebih aman.
“enggak. Mau nemenin mas lembur” jawabnya sambil disertai emoticon cium. Aku meleleh, diiringi lantunan khas dari Once…

…aku jatuh cinta Tuk kesekian kali.
Baru kali ini kurasakan cinta sesungguhnya
Tak seperti dulu…


Tapi sesuatu memancing rasa penasaranku. Iya, sebuah emoticon cium. Aku bertanya-tanya apakah mungkin dia mau jika diajak berciuman??
“emoticonnya nakal” godaku
“lha kenapa? Kan Cuma emoticon” jawabnya
“iya, tapi saya kepikiran. Cuma emoticon atau memang beneran ciuman”
“emoticonlah”
“syukurlah. Kiraen ciuman online” jawabku. Kami melanjutkan chat, membahas hal-hal gak penting yang gak perlu aku tuliskan disini. Gak penting, karena hanya menyangkut hal-hal tentang diri kami pribadi.
“Mas, aku mau nanya. Emang kalo selingkuh tu harus ciuman dan ML?” tiba-tiba Nira kembali membutaku kaget.
“Maksudnya?” aku bertanya balik, bukan tidak tau maksudnya tetapi mencoba mengulur waktu untuk mencari jawaban yang lebih logis.
“Ya itu. Apakah kita harus ciuman dan juga ML?” Nira kembali mempertegas pertanyaannya.
“Ya enggaklah. Malahan aku gak kepikiran kesana. Jujur, niatku tidak pernah sampai sejauh ini. Hanya ingin mengenalmu lebih dekat saja. Tetapi aku kepleset dan jatuh cinta dengan semua hal-hal yang kamu miliki. Terutama dengan mata coklat itu” kampret memang, entah dari mana aku menemukan kalimat ini.
“Saya kira Mas bakalan ngajak untuk ML”
“Ngetes nih. Laki-laki normal mana yang menolak ML? tapi untuk mengajakmu melakukan itu, sepertinya aku udah terlalu jauh melebihi harapanku. Aku laki-laki normal, tapi entah kenapa aku tak berani membayangkan untuk ML bersamamu” lagi-lagi kalimat yang aku sendiri tak mengerti maksudnya keluar dari mulutku. Aku memang menghargai sosoknya yang berhijab. Meskipun fantasi bercinta dengan wanita berhijab kadang aku miliki, tapi aku belum bisa untuk membayangkan melakukannya dengan Nira.
“sebentar, ini maksudnya ngajak atau nanya? Aku balik bertanya. Berharap juga jika sebenarnya dia ingin ML denganku tapi masih malu untuk mengatakannya.
“saya bertanya sama Mas” balasnya.
“oh, kiraen ngajak” balasku dengan ditambahi emoticon ketawa.
“saya wanita normal mas. Udah pernah rasain nikmatnya ML juga, munafik jika saya bilang tidak kepingin. Tapi saya masih takut” seperti biasa, sifat terbuka Nira membuatku naik turun.
“Kamu gak perlu khawatir. Aku tidak meminta dan berharap itu darimu. Tapi aku juga tidak menolak kalo diajak, wkwkwkwkw” aku membalas dengan bercanda namun meberikan penekanan pada kalimat terakhir.
Malam itu, Nira menemaniku lembur sambil chat tentang masalah ranjang. Aku bercerita tentang kehidupan sexualku bersama istriku, Nira juga bercerita tentang kehidupan sexualnya bersama suaminya. Malam itu, aku lembur bersama Nira. Malam itu aku lembur dengan horny. Dengan titid memanjang di antara kedua pahaku.

Keesokan harinya aku menyapa Nira seperti biasa melalui pesan singkat di wikipedia. Menanyakan kegiatannya, udah makan atau belum? semalam tidurnya nyenyak atau tidak? adakah nyamuk nakal yang menggigitnya? Dan serentetan pertanyaan-pertanyaan tidak berkualitas layaknya cabe-cabean, ah cabe keriting maksudku. Nira hanya membalas singkat
“Mas Cabe ih”
“Gara-gara kamu” ucapku.
Lalu kami kembali bercengkarama online via wikipedia. Saling hingga pada salah satu percakapan itu kami sepakat untuk ketemuan nanti sore. Tepat jam 5 setelah dia selesai kursus bikin kue. Selama masa pandemic covid ini, aktivitas Nira di sekolah lumayan berkurang dan dia memilih untuk mengisi waktu dengan Kursus membuat kue. Nira benar-benar sosok wanita mandiri dan itu yang membuatku semakin menyukainya.
“mas, aku jalan nih. Ketemuan di Indomaret deket kantormu yah” sebuah pesan singkat masuk ke hpku.
“iya sayang. Ntar aku jemput disitu, motormu tinggalin aja diparkiran”
“emang kita mau kamana?”
“gak ada. Muter-muter aja keliling kota kayak lagu Naif. Tapi bukan naik vespa, kita naik mobil”
“dasar saepul jamil. Gak bisa jauh dari lagu”
“biarin. Tau kenapa?”
“kenapa?”
“karena kamu Ratu Hatikuuuu…
“malah nyanyi. Dasar saepul” balasnya kembali dengan disusupi emoticon cium.
Nira kemudian sudah berada di dalam mobil. Awalnya dia sedikit khawatir jika terlihat orang yang kami kenal, tapi aku meyakinkannya bahwa kaca mobil cukup gelap dan gak bias terlihat dari luar. Dia pun tenang. Di dalam mobil kami ngobrol kesana kemari, sambil sesekali kulirik wajahnya. Sungguh cantik ustazah ini. Diam-diam aku ingin membahagiakannya, diam-diam aku mulai menyayangkan suaminya yang kurang memperhatikannya. Jam sudah menunjukkan pukul 7 malam. Aku parkir mobil di samping indomaret tempat Nira meninggalkan motornya. Cukup gelap, bahkan sangat gelap. Aku matikan mobil, tapi tetap membiarkan AC menyala. Nira kemudian melirikku sambil tersenyum.
“ntar mobilnya goyang” ucapnya sambil tertawa.
“kan gak ngapa-ngapaen” aku mencoba untuk bersikap seolah-olah aku ini tidak merencanakan apa-apa. Aku tidak ingin terlihat seperti maniak pecinta jilbaber di luar sana.
“saya pulang yah” ucapnya
“iya, hati-hati dijalan” lalu Nira meraih tanganku untuk bersalaman dan kemudian diciumnya tanganku persis seperti seoang istri yang mencium tangan suaminya. Kuraih kepalanya, sedikit kutarik untuk kukecup keningnya ditengah gelap. Cup…sebuah kecupan mendarat dikeningnya. Nira mendongak menatapku. Tatapan kami bertemu, kami terdiam beberapa detik sampai Nira berkata
“udah yah, gak usah ciuman. Say takut gak bisa berhenti”
“gak bisa berhenti? Kok bisa?” aku penasaran.
“saya paling suka kalo ciuman mas” ucapnya.
“aku juga”
“makanya jangan. Ntar makin lama jadinya. Saya kalo ciuman bisa sampe sejam bahkan lebih” Nira menjelaskan. Dia selalu terbuka, tak pernah sungkan untuk menjadi dirinya sendiri saat bersamaku. Bahkan dia tak ragu untuk sumpah serapah di depanku. Bebar-benar bertolak belakang dengan penampilannya yang berhijab dan dipanggil ustazah.
“kamu sekuat apa?” aku menatapnya tajam. Nira terdiam, nafasnya semakin berat. Aku beranikan diri untuk menantangnya. Bismillahirrahmanirrahim….aku pun mencium bibirnya pelan. Nira kaget, namun tak berusaha melepaskan diri.
“Hmmpphh….ahh..”ucapnya seraya menarik nafas “mas tanggung jawab yah” ucapnya lagi. Aku tersenyum, lalu kami kembali berciuman. Kali ini lebih dalam, lebih basah, lidah kami saling menyapu, bahkan Nira semakin kuat menyedot bibirku.
“hhmmpphh…”
“ah…” kuturunkan tangaku mencoba meraih dadanya yang selama ini terbalut gamis lebar. Kupegang gunung kembar itu, dengan sedikit meremas pelan. Nira menaikkan tubuhnya. Pertanda bahwa dia meminta lebih.
“I love you” ucapku sambil kembali melumat bibirnya. Kali ini kami tak bersuara, hanya berpagutan dengan ganas. Badan Nira meliuk-liuk seakan memintaku untuk menyentuh lebih banyak lagi titik-titik di tubuhnya. Kucoba singkapkan jilbabnya, Nira membantuku dengan melepas jilbabnya. Untuk pertama kalinya aku melihatnya tanpa jilbab. Sungguh cantik wanita ini.

Kuciumi lagi dia, bibirnya kulumat habis lalu berpindah ke leher. Aroma khas wanita membuat penisku berdenyut. Kucoba menyelipkan tanganku kedalam gamisnya tapi tak kutemukan celah hingga Nira membuka resleting depannya menuntun tanganku masuk untuk menggapai dadanya yang sangat montok. Sedikit bergelantung tapi tidak kendor, lebih terlihat natural karena dia masih menyusui anaknya yang berumur 1,5 tahun.
Nira mendesah seperti ular saat tanganku meremas dadanya. Tangannya mengacak-acak rambutku, dan bibirnya semakin liar menciumku. Kupelintir putingnya.
“mas…ahh”
“Enak?” aku semakin mencoba mencari-cari titik sensitifnya.
“he eh..terusin mas. Enak…ahh…” Nira sudah berubah menjadi wanita haus sex. Bukan lagi sosok ustazah berjilbab yang selam ini kukenal.
“pindah ke kursi belakang yuk” ajakku. Lalu kami pindah ke kursi belakang yang lebih luar dan kami semakin lebih leluasa untuk berpagutan.
“ahh…terusin mas. Iyah…disitu…ahhh” Nira memintaku untuk memainkan putingnya.

Tak puas, aku mencoba menaikkan gamisnya agar aku bisa menyusu. Ingin sekali kuhisap dada itu. Nira pun mengangkat gamisnya hingga ke dadanya.

Mulustrasi:


Lalu dia pindah posisi dengan mengangkangiku. Aku duduk menghadap depan sementara nira duduk dipangkuanku menghadap belakang mobil. Tangan kananku meremas dada kirinya, dan bibirku mulai menciumi puting kanannya.
“aaaaaaahhhh…..” Nira merintih keenakan saat lidahku bermain mengitari areolanya. Menjilati pinggiran putingnya membuatnya kentang. Aku tahu Nira sudah tidak tahan. Beberapa kali dia mencoba menekan kepalaku agar menyedot putingnya.
“mas…terusin…aah mas…” rintihnya. Akhirnya aku sedot putingnya, terasa asinya keluar sedikit. Manis, berbeda dengan asi istriku yang agak asin. “aih,,,ah,,mas terusin mas…aah…”
Kucoba meraih vaginanya tapi Nira melarangku. Semakin ku mencoba untuk menyentuhnya, semakin kuat penolakan dari Nira.
“mas, jangan. Plis jangan yang itu” dia merengek.
“aku gak akan masukin kok” aku meyakinkannya.
“bukan masalah itu. Tapi vaginaku udah basah banget” Nira terlihat malu dengan kondisi vaginanya yang sudah basah. Sedangkan aku semakin penasaran dan bernafsu setelah mengetahui itu.
“gak apa-apa. Aku menyukainya” ucapku sambil meraih pahanya, perlahan kuelus pahanya sambil meraih selangkangannya, menyentuk CDnya yang ternyata memang telah basah oleh cairan vaginanya, lalu kusingkap CD itu dan menyentuk vaginanya yang berbulu tipis dan sangat basah.
“sayang. Kamu udah becek banget” ucapku
“iya..maaf mas. Aku gak kuat” Nira membenamkan wajahnya di pundakku “suamiku bilang aku seperti pemeran film bokep karena aku selalu cepat basah” lanjutnya lagi.
“hah?? Enggak sayang. Justru itulah seksinya wanita. Kamu benar-benar cantik, dan sexy. Aku menyukai semuanya. Ciumanmu, desahanmu, bahkan ini” kataku memujinya sambil memainkan jariku di klitorisnya. Nira menggelinjang keenakan.
“masss….aih…ah..”
Kumainkan jariku, vaginanya benar-benar basah. Andai saja mobil ini cukup luas, sudah kujilati habis cairan vaginanya. Tapi disini aku hanya bisa memasukkan jari tengahku kedalam vaginanya sambil tangan kiriku meremas bokongnya yang sintal, dan mulutku menyedot dadanya tanpa henti. Malam itu Nira benar-benar lemas. Dia orgasme di kursi belakang. Cukup lama Nira menutupi wajahnya lalu menciumi pipiku, memelukku dengan erat.
“enak?” aku bertanya
“he em. Lemas aku mas” ucapnya sambil berusaha mengatur nafasnya.
“mau lagi? Tapi jangan sekarang. Ini udah malam. Kamu harus pulang”
“iya, gara-gara mas anakku telat nyusu nih” ucapnya tersenyum sambil memsang BHnya dan merapikan rambutnya. Selesai berkemas dan merapikan pakaiannya, Nira kemudian pamit. Tak lupa kami berciuman lagi sampai-sampai hampir gak mau berhenti. Nira menghampiri motornya, menengok ke arahku sambil tersenyum, lalu berlalu. Sedangkan aku masih mencoba mengumpulkan kesadaran dan mencoba merekamnya dalam otakku yang terbatas ini. Kejadian barusan terlalu indah untuk kulupakan. Kunyalakan mobil dan kembali ke kantor untuk menyelesaikan beberapa pekerjaan yang masih tertunda. Tiba-tiba ada pesan masuk, dari Nira.
“gara-gara mas aku mandi malam ini”
“gara-gara kamu aku coli di toilet kantor” balasku
“eh??? Janganlah”
“dari pada pusing gak keluar” jawabku
“yaudah, lain kali mas juga harus keluar yah. Aku gak mau Cuma aku yang lemes. Mas juga harus sampe lemas” jawab Nira lagi-lagi dengan emoticon cium.
“mas lanjutdah, aku mau istirahat. Kakiku masih lemas. Assalamualaikum” Nira menyudahi chatnya dengan meninggalkan pertanyaan di benakku. Aku ingin dibuatnya lemas?? Wow….kulirik selangkanganku lagu ku berbisik “sabar…bentar lagi giliranmu”

…bersambung
 
Terakhir diubah:
pertanyaannya ente menyesal gak om dan ente mencintai istri ente gak
Menyesal dengan apa ni Om? Ane gak menyesal dengan apa yang ane jalani dengan Nira saat ini. Bahkan dengan semua peluh yang berceran. Dan ane juga mencintai istri ane. Begitu juga dengan Nira, ane mencintai keduanya dengan cara yang berbeda. Ibaratnya ane punya mobil dan motor. Keduanya punya kelebihan masing-masing dan ane punya cara tersendiri untuk menikmati sensasi mengendarainya.
 
Bimabet
Suka dengan ceritanya, aku pun punya pengalaman dg beberapa wanita jilbab besar, selalu berkaus kaki. Pengin ku ceritakan tapi aku tidak ingin wanita berjilbab besar dicap buruk oleh kalian, Hehe silent aja lah
Diceritakan aja Suhu. Tapi harus dengan hati-hati jangan sampai mereka yang kita puja justru terlihat murahan. Birahi bukan aib, dan semua manusia memilikinya. Seorang wanita bercadarpun berhak untuk menyalurkan birahi dan fantasi mereka sesuai keinginan mereka selama itu tidak merugikan orang lain. Kita harus respek dengan itu. Bukan begitu suhu??
 
Jav Toys
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd