Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Nostalgia Bersama Bu Desi (Part 7)

maninsex

Semprot Kecil
Daftar
11 Apr 2016
Post
77
Like diterima
993
Bimabet
Pikiranku terbayang akan masa lalu saat aku masih sekolah di bangku SMU, saat itu ada seorang guru perempuan namanya Desi. Usianya kala itu belum genap 30 dan memiliki seorang putra yg kala itu belum masuk TK. Bagiku ia cukup menarik apalagi dengan kacamata yang selalu ia kenakan, postur tubuhnya cukup ideal tidak terlalu kurus, jika mengenakan pakaian yg sedikit ketat lekuk tubuhnya akan terlihat, terutama pinggulnya yg kerap menjadi bahan perhatianku.

Bayangan Bu Desi terlintas begitu saja dalam benakku, bagaimana kabarnya sekarang. Satu-satunya ingatan ku tentangnya saat ia membawa laptop ke sekolah dan memutar lagu religi di kala jam belajar, saat itu ia sempat bertanya.

“Apakah kalian bisa mengajar sambil mendengar musik” tanya Bu Desi.

Saat itu semua siswa hanya diam, Bu Des kemudian menyalakan musik di laptopnya. Saat itu di kota ku orang masih jarang memakai laptop. Hanya orang-orang tertentu dengan kepentingan tertentu pula.

Pernah suatu hari ia mengajak kami belajar di luar kelas, di alam bebas katanya. Walau menurutku suasana sama sekali tak membantu, kami belajar di pekarangan sekolah yg penuh bebatuan di pinggir lapangan volley yang tidak terurus.

Pernah juga saat hari perpisahan, kami anak-anak kelas 3 memutar musik keras-keras, Bu Des lewat di depan pengeras suara sambil menutup kedua telinganya, saat itu aku merasa kasihan padanya.

Hanya itu ingatan ku tentang Bu Des yang masih melekat setelah 10 tahun berlalu semenjak lulus pada 2007 silam, setelah itu aku berangkat ke kota untuk kuliah.

Bagaimana kabarmu kini Bu Des, tanyaku dalam hati. Rasa bosan membuatku memutar otak mencari-cari hal apa yang bisa aku lakukan, meski pada akhirnya yang bisa kulakukan hanyalah membuka internet dan browsing.

Iseng-iseng ku buka facebook dan mengetikkan nama Bu Desi di kolom pencarian, ada begitu banyak desi yang muncul. Ku buka satu persatu siapa tahu ada yang cantik.

Karena sudah larut malam aku pun mengantuk, aku tertidur dengan laptop yang masih terkoneksi internet.

Celaka nih bisa-bisa quota internet ku sudah ludes, benar saja quota internet ku pun habis tak bersisa, ini adalah hal yang kerap membuatku kesal, apalagi di akhir bulan seperti sekarang ini.

Singkat cerita esok nya aku kembali menguber-uber sosial media, mencari Bu Desi namun tak ada hasil, terakhir kucoba bergabung di grup fb alumnis SMU dan di sanalah aku secara tidak sengaja menemukannya meski ia tak lagi mengajar di SMU. Ku beranikan diri untuk menyapanya, ia membalasnya tanpa tahu siapa aku, namun pelan-pelan kuceritakan siapa diriku dan cerita-cerita ketika ia masih mengajar dulu.

Setelah pertemuan di sosial media, komunikasi terus berlanjut meski hanya singkat, aku pun tak begitu bersemangat karena Bu Desi pasti sibuk begitu pikirku.

Namun belakangan chattingan dengan Bu Desi lumayan asik, ia pun bercerita banyak hal tentang kehidupannya setelah mengajar di SMU ku dulu, ia kini sudah pindah tugas ditempat lain dengan kurang baik, setelah sebuah kejadian yang enggan ia ceritakan.

Ini membuat ku semakin penasaran, namun aku enggan menanyakan pada dirinya, lama-lama chattingan dengan Bu Desi semakin intim, aku pun akhirnya memberikan nomor hp ku, ia pun tak segan menceritakan kehidupan pribadinya yang kini menjadi single parent setelah bercerai 4 tahun lalu, mendengarnya aku pun jadi iba.

Dua bulan kemudian…

Saat sedang bekerja ada sebuah sms masuk ke HP ku, awalnya aku sempat bingung dengan nama yang tertera tertulis Desi, aku pun harus berpikir lama hingga akhirnya aku mengingat kalau itu dari Bu Desi, aku pun membalas SMS itu sekedar berbasa-basi.

Bu Desi mengatakan kalau ia sedang di kota tempat ku tinggal dan tengah mengikuti seminar, aku cukup senang mendengarnya, aku sempat ingin mengajaknya bertemu namun aku rasa itu kurang sopan, namun setelah mengobrol panjang lebar malamnya, ku beranikan diri untuk mengajaknya makan malam keesokan harinya.

Malamnya kami pun bertemu dihotel tempat ia menginap, setelah bersalaman dan mengobrol sedikit kuajak ia ke restoran langgananku, kuperhatikan dirinya tak banyak berubah meski tak muda lagi, mungkin karena bawaannya yg bukan wanita gemuk ia masih cukup menarik.

Di restoran langganan ku, kami mengobrol meski awalnya agak canggung, namun lama kelamaan suasana mulai mencair, sebenarnya ada banyak yg kutanyakan namun aku hanya bicara seadanya saja. Setelah selesai makan di restoran aku pun kembali mengantarnya ke hotel tempat ia menginap, disana ia minta diturunkan di pinggir jalan saja, aku pun menuruti keinginannya yg mungkin malu.

Malam besoknya aku pun masih mengontak Bu Desi lewat BBM ia pun membalas seperti biasa, sempat ingin mengajaknya keluar lagi tapi aku merasa kalau itu sudah berlebihan. Akhirnya kami hanya mengobrol via BBM saja, sampai aku ketiduran.

Berselang seminggu kemudian kucoba menelpo Bu Desi, meski pada akhirnya kami hanya mengobrol panjang lebar, mulai dari masa sekolah dulu, saat aku menulis puisi dan banyak hal yang kami bicarakan. Sejak saat itu aku pun berani menelponnya tentu saja saat ia punya waktu.

Sebulan kemudian setelah penataran ia kembali ke kota untuk keperluan keluarga, sebelum itu ia sempat memberitahukan keberangkatannya itu. Sesampai di kota aku kembali mengajaknya makan di restoran.

Pulangnya aku mengantarnya ke sebuah hotel yang tak begitu ramai, awalnya aku sempat curiga kenapa ia menginap di hotel jika itu adalah masalah keluarga. Namun rasa penasaran itu kubuang jauh-jauh, sesampai di hotel hujan turun deras aku yang baru saja sampai terpaksa ikut masuk, Bu Desi yang langsung masuk ke kamar kemudian mengirimkan ku sebuah WA, ia mengajak ku mengobrol sambil menunggu hujan reda.

Namun setelah cukup lama mengobrol, hujan sepertinya tak kunjung reda, aku hanya bisa pasrah tak bisa pulang, karena sudah mengantuk Bu Desi mengijinkan aku istirahat di dalam kamarnya. Dalam kamar yang cukup luas itu aku langsung merebahkan diri.

Aku terbangun saat jam sudah menunjukkan pukul 7 pagi, aku sempat gugup karena terjebak dalam situasi yang sulit. Ku lihat Bu Desi rebah tak ada disekitar ku, rupanya membuat ia sudah bangun dan sedang mandi, aku pun merasa tidak enak harus terlelap bersamanya.

Terdengar guyuran air dari dalam kamar Hotel, tak lama kemudian Bu Desi keluar dengan mengenakan handuk, ia sedikit terkejut ketika melihat aku sudah bangun, aku pun jadi salah tingkah dalam situasi ini.

Sambil berjalan dari kamar mandi Bu Desi tersenyum pada ku, membuat rasa gugup ku seakan sirna. Pagi Bu..kataku, seakan aku masih menjadi muridnya seperti dulu. Udah bangun nih katanya, ia Bu maaf ketiduran semalam kataku, Bu Desi hanya senyum biasa.

 
Terakhir diubah:
pasang patok dulu ah barangkali berlanjut
 
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
ikutin dulu ah sapa tau kebagian enaknya :D
 
nitip sendal semoga dipinjem bu desi .. lanjut
 
Part 2

Setelah Bu Desi mengenakan pakaian, aku pun pamit karena harus masuk kerja. Bu Desi mengatakan kalau ia masih disini 2 hari lagi, kata-katanya seakan mengajak ku untuk kembali bertemu, entahlah aku hanya bisa menerka.

Di kantor aku tidak bisa fokus bekerja, aku terus teringat perkataan Bu Desi saat pamitan, namun untungnya pekerjaan juga tidak banyak jadi amanlah. Sorenya sepulang dari kantor iseng-iseng ku sapa Bu Desi lewat WA, ia membalasnya dalam waktu cukup singkat, kami pun kembali terlibat dalam obrolan ringan, meskipun kadang chattingan mulai mengarah ke hal-hal yg sedikit mesum, namun Bu Desi tak menolak tidak pula memakluminya, ini membuatku makin penasaran dengan pertahanannya.

Seperti yg kuduga Bu Desi masih berharap untuk bertemu, ini kubuktikan lewat ajakan ku untuk ngobrol di cafe yg agak jauh di pinggir pantai. Obrolan pun tak jauh dari cerita masa lalu ketika aku masih remaja sesekali diselingi cerita-cerita tentang pribadi masing-masing, hingga Bu Desi menanyakan kehidupan pribadi dengan wanita, rupanya ia menaruh curiga padaku yg mau menghabiskan waktu dgnnya.

Aku pun terpaksa buka-bukaan seputar masalah pribadiku meski malu-malu, namun ia memakluminya, ini membuatku seakan punya tempat berbagi meski pada orang yg pernah menjadi panutan ku, ia mencoba mendukung keterbukaan ku, menganggap persoalan dalam menjalin hubungan itu biasa, karena sudah terlalu nyaman tak sengaja kuceritakan kehidupan sex ku dgn mantan kekasihku, ini membuatnya berkomentar, rupanya kamu udah nakal juga ya Zal, timpalnya, aku hanya bisa menahan malu didepannya.

Hehe,, abis gimana Bu kadang gak kuat juga nahannya, kataku. Makanya kalau sudah seperti itu kamu nikah, supaya tersalurkan hasrat biologismu, balas Bu Desi menceramahiku dgn suara lembut yang justru malah membuatku horny.

Karena asik mengobrol tak terasa sudah lewat pukul 10 malam, aku pun mengingatkannya kalau ini sudah larut, Bu Desi rupanya juga tak menyadarinya. Saat mau bayar tagihan Bu Desi menolak untuk kutraktir, ia mengatakan kalau aku sudah kerepotan selama dia ada disini. Biar Ibu aja yang bayar,,katanya sambil tersenyum.

Saat pulang kupacu motor dlm kecepatan yg agak tinggi agar lebih cepat sampai, rupanya Bu Desi ketakutan, ia memintaku jalan pelan saja. Aku tak menyadari kedua tangannya sudah hinggap di pinggangku sedari tadi. Namun tiba ditengah jalan ban belakang sepeda motorku bocor, membuatku berhenti ditengah jalan, kuperhatikan tak ada tempat tambal ban, aku pun meminta maaf pada Bu Desi, meski sedikit gusar ia pun memakluminya.

Karena lokasi bocor ban yg tak jauh dari tempat tinggalku, aku pun memberitahukan Bu Desi mungkin ia mau menginap, tanpa harus naik angkutan malam-malam ke hotel, Bu Desi sempat diam sejenak, hingga akhirnya ia mengikutiku mendorong motor masuk kesebuah lorong tempat ku mengontrak rumah.

Sampai di rumah kupersilahkan Bu Desi duduk disofa, kubereskan tempat tinggalku yang memang berantakan, maklum bu agak berantakan jarang dirumah soalnya kataku, Bu Desi hanya tersenyum mendengarnya, dalam hatiku meski sering dirumah juga gak dibersihin hehe. Bu Desi memperhatikan tempat tinggalku yg cukup nyaman dengan perabotan hasil keringatku sendiri, kamu tinggal sendirian ya? tanya Bu Desi, iya Bu..balasku.

Kutunjukkan sebuah kamar kosong yg sudah kubereskan pada pada Bu Desi, Ibu udah ngerepotin kamu nih,,kata Bu Desi. Gak apa-apa, ibu kan tamu dirumah saya. Tak ketinggalan kutunjukkan dapur dan kamar mandi pada Bu Desi. Setelah itu kami kembali duduk di sofa dan mengobrol sambil menonton TV, kuceritakan sedikit perjuanganku selama kuliah, melamar pekerjaan hingga bisnis-bisnis sampingan yg membuatku hidup nyaman, Bu Desi mendengarnya dengan bangga karena usahanya mendidikku tak sia-sia.

Tak lama kemudian Bu Desi pun pamit untuk beristirahat, aku pun mempersilahkannya. Setelah mengunci pintu, memadamkan lampu aku pun masuk kamar dan langsung tertidur. Tengah malam aku terbangun, kulihat jam dimeja kamar menunjukkan pukul 2 lewat, rasa ingin buang air kecil sepertinya membangunkanku, setelah buang air aku kembali masuk kamar dan kembali tidur.

Baru saja mataku terpejam suara pintu kamar sebelah terbuka membangunkanku, ternyata Bu Desi juga bangun, pikiranku mengawang entah kemana, tiba-tiba aku bangun dan duduk diranjang. Tak lama kemudian sayup-sayup suara gemericik air dari kamar mandi, Bu Desi sepertinya sedang buang air kecil juga, ku buka pintu kamar dan berjalan keluar, bersamaan dengan Bu Desi yg baru keluar dari kamar mandi.

Mau ke kamar mandi juga ya Zal? tanya Bu Desi dgn raut wajah kusut. Ia Bu kebelet pipis kataku berbohong, Bu Desi kemudian membetulkan rambutnya yg agak kusut sambil mengeringkan kakinya dikeset kaki, ia berdiri diposisi itu agak lama, tanpa mengenakan jilbab, celana kainnya ia singkap hingga betisnya terlihat. Aku berjalan lurus pura-pura ke kamar mandi, hingga langkahku melambat dan kebingungan.

Entah setan apa yg merasuki pikiranku, tiba-tiba aku berdiri di belakang Bu Desi saat ia hendak melangkah, gerak reflek kedua tanganku melingkar di pinggangnya membuat dirinya terkejut dan terjatuh kepeleset, auwww... Bu Desi menjerit kecil, aku pun terpaksa memeluk tubuhnya yg roboh kebelakang, sesaat kami terdiam dalam kondisi itu, ditengah kebingungan dan grogi karena niatku ketahuan aku akhirnya melepas pelukan, Bu Desi berjalan cepat kekamarnya meninggalkan ku diam seribu bahasa.

Aku kembali ke kamar, didalam aku tidak bisa tidur, kucoba memejamkan mata namun kembali memikirkan kejadian yg baru terjadi, Bu Desi pasti tahu itu bukan kecelakaan tapi niatku, ia pasti berpikir aku menjebaknya, ahhh setan apa yg merasukiku, aku sudah memperlakukannya dengan buruk.

Aku keluar kamar hendak meminta maaf, kucoba mengetuk pintu dua kali namun tak ada respon dari dalam, akupun melangkah pergi kembali kekamar, namun tiba-tiba pintu terbuka, ada apa zal? tanya Bu Desi, gak bu saya mau minta maaf, tadi saya khilaf kataku sambil menggaruk kepala, Bu Desi tersenyum melihat tingkah ku, aku pun mendekat menyodorkan tangan hendak minta maaf, namun Bu Desi malah mengangkat kedua tangannya ehh ehh kamu mau apa? dan..tiba-tiba aku malah memeluknya, hmm kamu ngapain Zal, kata Bu Desi mencoba melepas pelukanku.

Maaf Bu... kataku sambil memeluknya, karena sudah kepalang basah aku pun tak menyianyiakan kesempatan ini, kudekap tubuhnya cukup lama dan lumayan erat, tak lupa kukecup pipi kanannya, kucoba mencium bibirnya namun ia mengelak, sadar posisinya yg tidak menguntungkan akhirnya ia pasrah membiarkanku mencium dan melumat bibirnya dgn lembut. Kulepas pelukan, dan kupandangi wajahnya yg seperti orang salah tingkah, aku melangkah keluar dan kututup pintu, diluar aku kembali diliputi perasaan yg berbeda, bukan rasa bersalah tapi seperti rasa penasaran yg terpuaskan, disamping itu aku juga horny, namun ini tak mungkin kulampiaskan padanya, sebelum tidur aku masuk kamar mandi untuk masturbasi.

bersamung part 3...
 
Terakhir diubah:
Bimabet
Wadaw, padahal Bu Desi tinggal dikit lg tuh bisa diekse... Update yg Part 3 jangan lama2 ya, hu
 
Jav Toys
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd