Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA Nuernberg - Dua Kosong Satu Tujuh. [TAMAT]

Bantu pilih ya...

  • With threesome

    Votes: 46 82,1%
  • Without threesome

    Votes: 10 17,9%

  • Total voters
    56
  • Poll closed .
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
PART 3

ssSo7wy6_o.jpg


"Kamu bilang kamu kangen sama aku tapi nggak begini caranya itu maksudnya apa?" Tanyaku menatapnya.


Dia diam...


"Kakak masalahnya..." Dia menatapku serius.
"Aku?" Aku bingung.

"Aku nggak bisa lepas dari kakak, kamu pake jampi-jampi apa sih?
Selama ini... Aku berusaha ngelupain kak... Tapi nggak bisa...
Kamu gampang banget bikin cewek luluh, tapi kamu gatau apa yang mereka rasain setelah kamu tinggalin..."

Dia gemetar, aku tau dia serius...

"Harus aku bilang berapa kali, gee? Posisi aku sulit. SULIT..."
"Ya kalo sulit jangan bikin semua cewek luluh!" Bentaknya.


DEG...


Aku ngerasa di tampar... Seperti itukah aku?

"Aku... Jahat?" Tanyaku bergetar.

"Aku... Gatau..."


Dia merunduk, aku mendekatinya dan memeluknya...

"Aku emang berusaha lapang dada saat di Indonesia. Tapi disini, aku nggak bisa apa-apa kak..."
"Please... Jangan tinggalin aku..."

Dia sesugukan, lagi... Aku melihat seorang cewek nangis gegara aku... Kenapa aku begini sih? Astaga...

"Aku nggak akan ninggalin kamu... Nggak akan..."
"Aku cinta sama kakak..." Bisiknya.


Aku mencium kepalanya, memeluknya lebih erat...


***


Ini kenapa jadi begini? Disini seolah aku punya cerita sendiri. Aku nggak tau kalo ternyata Gracia segitu beratnya ngelupain aku. Aku pikir setelah dia kesini yaudah itu udah tutup buku. Kenapa waktu itu aku janji kesini buat nyusul dia? Otomatis itu malah membuka buku yang harusnya udah tertutup! BODOH!

Setelah kejadian itu, aku jadi lebih dekat dengan Gracia. Untuk pertama kalinya aku bisa merasakan sedekat ini dengannya. Pertama kali bertemu Gracia aku sudah berpikir mesum karena... ya... Kalian tau lah ya... Aku memegang payudaranya secara tidak sengaja ehehe sampai sekarang dia udah punya anak dariku. Waktu yang singkat...

"Mau nonton konser?" Gracia memelukku dari belakang.
"Konser siapa?" Tanyaku.
"Taylor Swift, kesukaan kamu..." Dia nyengir.
"Kirain JKT48..." Balasku polos.

Dia datar, "Hello... Ini Jerman. Nggak mungkin mereka kesini. Yang nggak-nggak aja!"
"Ya siapa tau... I want you... I need you... I love you..." Aku berjoget.

Gracia datar menatapku lalu meninggalkanku.

"Eh, center! Mau kemana?!" Teriakku.
"Sentar-senter! Mati aja sana!" Balasnya berteriak.

Aku tertawa.

Ya... Akhirnya kami memutuskan menonton konser Taylor Swift, Gracia sudah memesan tiketnya jauh-jauh hari sebelum aku tiba disini ternyata. Aku sempat ingin membawa Gio juga tapi tidak memungkinkan akhirnya Gio tidak ikut dia bersama neneknya. Sepanjang konser kami bersenang-senang, tertawa, berteriak, semuanya...

rv9bw5vV_o.jpeg

"Aku sama Taylor Swift cakepan siapa kak?" Tanyanya tiba-tiba.
"Hmm, Taylor Swift lah." Jawabku mantap.

Dia jadi diam menatapku...

"Tapi kalo body mantepan kamu..." Aku nyengir.
Dia terkekeh, "Yakin? Sampe sekarang aja kamu nggak tau ukuran beha aku..."
"Ya emang penting?" Aku menatapnya.
"Ya penting lah, siapa tau mau gift..." Jawabnya.
"Mana ada gift beha? Di blacklist staff ntar..." Balasku sekenanya.

Dia jadi datar dan kembali memperhatikan konser...

Aku salah ngomong lagi...


Setelah konser kami pulang. Satu hari bersama Gracia cukup seru, setidaknya aku bisa bener-bener ada buat dia, seolah berkata Aku nggak akan kemana-mana, gee... Dalam perjalanan pulang kami singgah dulu di salah satu restoran fast food kesukaannya. Dia terlihat lahap memakan burger miliknya sampai menyisakan sedikit mayonaise di sisi bibir kirinya. Aku terkekeh...

"Heh ibu anak satu. Itu ada mayonaise..." Bisikku.

Zp6dqyY2_o.jpg



Dia bingung menatapku. Astaga...

"Ini ada mayonaise..."

Aku menyeka sudut bibirnya dengan jempolku, dia terlihat cuek lalu kembali makan. Melihat ekspresinya tadi aku sempat berpikir Gracia sebenernya lucu, orang mungkin nggak sadar kalo dia udah punya anak, kelakuannya kadang menyamarkan itu. Aku tersenyum lalu memakan burgerku...

"Kak... Aku ngantuk, pulang yuk..."

Aku diam...

"Kamu usia berapa sih?"
"Ha? Maksudnya?" Dia bingung.

"Iya kamu umur berapa?"
"Emang kenapa sih?"

"Abis kayak anak kecil gitu dari tadi..."
"Biarin! Udah pulang! Ngantuk-ngantuk-ngantuk!"

Aku menghela nafas...


Sesampainya di rumah, Gracia tertidur pulas. Terpaksa aku menggendongnya ke kamarnya. Badannya nambah berat sekarang, makan mulu kali. Sesampainya di kamarnya entah kenapa mencium aroma kamarnya libidoku naik. Tahan... Tahan... Di tambah pakaian Gracia yang ketat membuat payudaranya keliatan jelas. Sabar... Sabar...

DEG...

Dia bergerak sedikit bajunya terbuka memperlihatkan perutnya yang putih...

Damn...

Aku duduk di tepian kasurnya. Wajahku mendekat ke wajah Gracia yang tertidur...

Aku mencium bibirnya...

Androidku bergetar, ada satu pesan masuk.


"Bisa kita ketemu besok?"

Shani...


***

X49faymy_o.jpg


Shani memintaku menemaninya seharian ini dengan kegiatannya, entah kenapa aku mengiyakan permintaannya. Ke berbagai tempat, dia senang memotret. Untuk pertama kalinya aku melihat seorang gadis senang fotografi. Shani memotret apapun yang di lihatnya. Apapun...

Ckrek...

"Eh, apaan sih?"

Aku kaget Shani tiba-tiba memotretku. Dia tertawa...

"Abis kamu lucu lagi bengong gitu..."

Aku tersenyum menatapnya...

"Banyak yang aku baru tau tentang kamu, Shan..."
"Contohnya?" Tanyanya.

"Ya... Ini... Motret..."

Dia tertawa lagi, lalu kembali membidik...

"Dan... Ini bikin aku jadi pengen makin kenal kamu..."

Dia menghentikan kegiatannya mendengar perkataanku. Menatapku sesaat...

"Kamu tau ga kenapa aku ajak kamu temenin aku?" Tanyanya.
"...Karena kamu orang Indonesia..." Lanjutnya.

Aku jadi terdiam menatapnya.

"Selama ini temen-temen aku bule semua. Aku agak susah nyesuain kebiasaan mereka...
...Ada sih temenku yang orang Indonesia juga, tapi dia cewek...
...Tapi untung aku ketemu kamu satu lagi orang Indonesia, aku seneng..."

Dia tersenyum lalu kembali memotret. Lagi... Senyumannya nggak biasa. Aku harus tahan. Aku nggak boleh terbiasa sama senyumnya. Karena ketika aku terbiasa dengan senyumnya aku bakalan suka...

"Makasih udah mau nemenin aku, ayo kenal lebih dekat..." Shani menatapku.


DEG...


Satu lagi hari yang membingungkan. Baru beberapa hari aku disini, aku menemukan seorang gadis yang membuatku ingin saling mengenal...


Apa aku harus cerita sama Gracia soal Shani?


Sekarang aku berdiri di hadapannya. Dia terlihat membaca majalah dengan serius...

"Gee..."
"Hmm..."

Aku duduk di sebelahnya...

"Aku baru kenal gadis..."

Dia terhenti, lalu menatapku...

"Tolong kak. Cukup kenal. Jangan lebih..."

Aku bingung,

"Kak Shania, kak Yuvia... Kakak nggak lupa kan kalo kakak masih punya mereka di Indonesia?"


DEG...


Iya ya, aku masih punya Yuvia adikku dan Shania. Bodoh! Aku lupa sama sekali tentang keberadaan mereka yang masih nungguin aku disana!

"Please kak, cukup aku yang kakak bikin luluh. Jangan ada lagi..." Gracia menatapku serius.
"A-Aku, janji..." Aku sedikit gemetar menatapnya.

Mungkin benar kata Gracia, aku nggak seharusnya mengenal Shani lebih dalam. Itu mungkin bakalan jadi masalah lagi, terlebih aku selalu kalah sama nafsu. Kenal Shani, nyaman, dan... Bodoh!

"Eee... Gee..."
"Apa?"
"Udah lama nih. Kamu masih marah sama aku?"
"Nggak sih... Tapi aku lagi males."

Aku datar, sedikit kecewa. Dia menatap keningku...

"Itu dalemnya isinya cuman begituan doang ya?"

Dia bergegas meninggalkanku yang kesel mendengar pertanyaannya. Enak aja kalo ngomong!


***


Semakin kesini aku semakin berusaha setidaknya bikin Gracia nyaman dengan keberadaanku. Kami lebih sering menghabiskan waktu bersama, seperti nonton konser, sekedar makan bersama, dan sekarang Gracia mengajakku ke Zugspitze melihat salju disana. Ya... Disini kita bisa melihat salju sepuasnya...

qK7CJTOz_o.jpeg

Gracia kedinginan, kami berada di gondola melihat indahnya pemandangan dari sini...

"Emang masih dingin?" Tanyaku.
"Kaki aku dingin banget..." Dia sedikit gemetar.
"Lagian ngeyel, tadi kan dikasih tau pake kaos kaki dua nggak mau..." Aku sedikit protes.

Tiba-tiba Gracia memeluk tanganku, tersadar, aku ganti memeluknya erat...

"Mangkanya kalo dikasih tau nurut!"

Dia hanya membenamkan wajahnya di pelukanku...

"Gimana mau ke puncaknya kalo kamu kedinginan gini..." Celetukku.
"Gapapa. Kita ke puncaknya aja..." Dia melemah.
"Ah nggak deh, nanti kamu kenapa-kenapa lagi..." Aku sedikit khawatir.

Akhirnya kami hanya naik gondola dua kali putaran setelah itu kami kembali ke penginapan. Oiya soal penginapan Gracia juga aneh, dia mengajakku kesini sekaligus menginap. Aku sama sekali nggak tau maksudnya sampai...

Aku tertidur...

Aku merasa sesuatu yang aneh, aku tersadar...

"Astaga..." Bisikku.

Gracia sedang menghisap penisku...

"Kamu ngapain?" Tanyaku setengah sadar.

Dia kaget lalu nyengir menatapku, "Eh bangun... Abis tadi pas kakak tidur dia bangun, jadi...

"Yaudah lanjutin..." Bisikku nyengir.

Dia sempat merajuk sesaat tapi kembali melanjutkan menghisap penisku. rasanya hangat...

"Hmm... Gee... Ssshhh..."

Hisapannya makin lama makin kuat, aku nggak mau kalah. Dia melepas hisapannya dan ganti mengocok kasar penisku. EERRGGHH!

"Ayo kak... Kuarinn..." Dia melotot menatapku.
"Ng-nggak... Belom!" Balasku menahan ikut melotot.
"Gaboleh ditahan-tahan..." Bisiknya terkekeh.

Mataku sayu tapi masih kutahan, kocokannya makin liar...

"Ngeyel ish..."

Dia berganti menghisap dan dengan cepat tanganku menahan kepalanya dan menggerakkan pinggangku. Dia sempat meronta sesaat...

"Aku mau keluar... Di mulut kamu..." Bisikku sedikit terengah.

Dengan cepat aku menggerakkan pinggangku, dia berusaha melepas kepalanya dan memukul-mukul pahaku, matanya berair, dikit lagi!

"Gee! EERRGHHH!!"

Aku mendorong penisku lebih dalam...

Dia nyaris muntah dan terbatuk setelah penisku terlepas, mengeluarkan air mata...

"Nafsu banget ish..." Bisiknya masih terbatuk.
"Aku sampe nangis, gabisa nafas!" Dia ngomel.
"Gausah minta maaf!" Lanjutnya.

"Terus gimana?" Aku menatapnya.

"Ya gantian! Aku juga mau!" Dia duduk lalu membuka pahanya lebar-lebar.
"Awas kalo ditahan pake kaki ya!" Aku memperingatkannya.

Dia hanya tersenyum, aku berlutut di hadapannya. Membuka bibir vaginanya dan menjilatnya perlahan...

"Mmhh... Kaakk... Sssshhh... AAHH..."

Dalam menit selanjutnya aku terus menjilati vaginanya sementara Gracia sudah gelisah beberapa kali tangannya berusaha mencengkram sprei kasur. Sudah berkeringat. Aku ganti kocokan dia melotot...

"Jilat... Aja... Ssshhh..."

Aku menurut, kuganti menjilat seluruh area vaginanya meskipun agak susah karena bulu halusnya...

Tiba-tiba Gracia mengerang, aku nggak perduli terus menjilat. Aroma vaginanya menghipnotisku...

Vaginanya sudah basah jadi agak berisik, ada sedikit rasa asin. Oh shit...

Dia menahan kepalaku dan menjepitnya dengan pahanya. Ini balas dendam. aku hampir gelagepan kekurangan nafas...

"EERRGGGHHH... KAAAKK!!! AAHH!!!"

Perutnya bergetar ada semburan tepat menyemprot wajahku. Kampret...

"Puas?" Tanyaku memerah.
"Sukurin..." Bisiknya lemah.

"Kok nyebelin sih?"

Aku berdiri menariknya ikut berdiri mengangkat kakinya satu keatas kasur dan memasukkan penisku kedalam vaginanya. Dia mengerang tapi kemudian menatapku sayu...

"Kita kuat-kuatan aja sekarang..." Bisikku di telinganya sambil memompa vaginanya.

Dia hanya mendesis sementara aku menciumi lehernya yang jenjang sambil menahan pahanya. Sudah lama aku tidak merasakan jepitan vagina Gracia. Rasanya makin lama makin mengigit. Masa aku kalah duluan? Nggak boleh!

"Kaakk... SSsshh... Mmhhh... AAHH!"


Pegel juga posisi begini...


Kuganti posisi dia menungging memegang bibir kasur sementara aku dari belakang memompa vaginanya. Dalam posisi seperti ini vagina Gracia makin mengigit. Entah kenapa aku jadi makin nafsu...

"OOOHH... KaaKK..."
"Iyah... NNGHH..."
"...Kencengan... Ssshh... AAHH..."

Mendengarnya mengatakan itu pinggangku reflek mempercepat dorongannya. Aku sudah dipuncak nafsuku, mungkin Gracia juga, jadi nggak sadar ngomong gitu. Ini enakk...

"KaaKK... F...FUCK!"


DEG...



"Kamu nafsu banget..." Bisikku.
"Gatau... Enak banget... AAHH!!" Balasnya.

Kami sudah sama-sama berkeringat, Gracia sudah kacau rambut bagian bawahnya lepek karena keringat sementara payudaranya menggantung bergerak seirama dorongan penisku. Kuremas perlahan...

"KAAKK!! AAHH!!"

Dia mengencangkan jepitannya, aku mengerti dan mencengkram pinggangnya...


PLAAK... PLAAKK... PLAAAKKK...


Bunyi pinggangku dan pantatnya saat saling bersentuhan...


"Jangan... Berhenti kak... Aku mau kuarr!" Bisik Gracia.
"Iyaahh... Aku juga..." Balasku.


"Kencengan kak... KENCENGAN!!"


Perutnya bergetar keseimbangannya nyaris hilang, suaranya bergetar. Yap Gracia squirting...

"NNGHHHH..."

Satu...
Dua...
Tiga...
Empat...

PLOOPP...

Setelah empat kali mengeluarkan sperma, penisku terlepas dari vagina Gracia. Sama-sama memerah. Aku jatuh terduduk dan Gracia berlutut di dekat kasur. Kami sama-sama tersengal...

"Makasih Gee..." Bisikku.

Gracia hanya tersenyum...

Setelah itu kami mandi bersama. Gracia sempat menyelipkan penisku di payudaranya sekali lagi saat mandi. Tapi aku penasaran apa tujuannya mengajakku kesini?

"Sebenernya ngapain sih kayak gini?" Tanyaku.
"Maksudnya?" Dia menatapku bingung.
"Iya kamu ada apa? Ngajak jalan jauh gini..." Aku memperjelas pertanyaanku.

"Hmm... Gapapa, cuman pengen berduaan sama kakak aja...
...Baru satu ronde..."


DEG...

Apa maksudnya satu ronde? Astaga. Mungkin aku harus banyak makan tauge...


Gracia selesai handukan dan keluar kamar mandi sementara aku membersihkan tubuh dari sisa sabun. Begitu selesai Gracia terduduk di kasur sambil memegang androidku...

"Ini yang kakak bilang baru kenalan?
...Shani?
...Ada misscall banyak banget..."


Aku terdiam menatapnya yang sekarang berubah judes menatapku...

AgreD6KH_o.jpg


BERSAMBUNG....


Ehehehe maap kalo nunggu, baru apdet nih... Monggo... (Tolong jangan bahas DEG yang kebanyakan yha) WKWKWK KEEP CROOT!

Next Part
 
Terakhir diubah:
PART 3


"Kamu bilang kamu kangen sama aku tapi nggak begini caranya itu maksudnya apa?" Tanyaku menatapnya.


Dia diam...


"Kakak masalahnya..." Dia menatapku serius.
"Aku?" Aku bingung.

"Aku nggak bisa lepas dari kakak, kamu pake jampi-jampi apa sih?
Selama ini... Aku berusaha ngelupain kak... Tapi nggak bisa...
Kamu gampang banget bikin cewek luluh, tapi kamu gatau apa yang mereka rasain setelah kamu tinggalin..."

Dia gemetar, aku tau dia serius...

"Harus aku bilang berapa kali, gee? Posisi aku sulit. SULIT..."
"Ya kalo sulit jangan bikin semua cewek luluh!" Bentaknya.


DEG...


Aku ngerasa di tampar... Seperti itukah aku?

"Aku... Jahat?" Tanyaku bergetar.

"Aku... Gatau..."


Dia merunduk, aku mendekatinya dan memeluknya...

"Aku emang berusaha lapang dada saat di Indonesia. Tapi disini, aku nggak bisa apa-apa kak..."
"Please... Jangan tinggalin aku..."

Dia sesugukan, lagi... Aku melihat seorang cewek nangis gegara aku... Kenapa aku begini sih? Astaga...

"Aku nggak akan ninggalin kamu... Nggak akan..."
"Aku cinta sama kakak..." Bisiknya.


Aku mencium kepalanya, memeluknya lebih erat...


***


Ini kenapa jadi begini? Disini seolah aku punya cerita sendiri. Aku nggak tau kalo ternyata Gracia segitu beratnya ngelupain aku. Aku pikir setelah dia kesini yaudah itu udah tutup buku. Kenapa waktu itu aku janji kesini buat nyusul dia? Otomatis itu malah membuka buku yang harusnya udah tertutup! BODOH!

Setelah kejadian itu, aku jadi lebih dekat dengan Gracia. Untuk pertama kalinya aku bisa merasakan sedekat ini dengannya. Pertama kali bertemu Gracia aku sudah berpikir mesum karena... ya... Kalian tau lah ya... Aku memegang payudaranya secara tidak sengaja ehehe sampai sekarang dia udah punya anak dariku. Waktu yang singkat...

"Mau nonton konser?" Gracia memelukku dari belakang.
"Konser siapa?" Tanyaku.
"Taylor Swift, kesukaan kamu..." Dia nyengir.
"Kirain JKT48..." Balasku polos.

Dia datar, "Hello... Ini Jerman. Nggak mungkin mereka kesini. Yang nggak-nggak aja!"
"Ya siapa tau... I want you... I need you... I love you..." Aku berjoget.

Gracia datar menatapku lalu meninggalkanku.

"Eh, center! Mau kemana?!" Teriakku.
"Sentar-senter! Mati aja sana!" Balasnya berteriak.

Aku tertawa.

Ya... Akhirnya kami memutuskan menonton konser Taylor Swift, Gracia sudah memesan tiketnya jauh-jauh hari sebelum aku tiba disini ternyata. Aku sempat ingin membawa Gio juga tapi tidak memungkinkan akhirnya Gio tidak ikut dia bersama neneknya. Sepanjang konser kami bersenang-senang, tertawa, berteriak, semuanya...

"Aku sama Taylor Swift cakepan siapa kak?" Tanyanya tiba-tiba.
"Hmm, Taylor Swift lah." Jawabku mantap.

Dia jadi diam menatapku...

"Tapi kalo body mantepan kamu..." Aku nyengir.
Dia terkekeh, "Yakin? Sampe sekarang aja kamu nggak tau ukuran beha aku..."
"Ya emang penting?" Aku menatapnya.
"Ya penting lah, siapa tau mau gift..." Jawabnya.
"Mana ada gift beha? Di blacklist staff ntar..." Balasku sekenanya.

Dia jadi datar dan kembali memperhatikan konser...

Aku salah ngomong lagi...


Setelah konser kami pulang. Satu hari bersama Gracia cukup seru, setidaknya aku bisa bener-bener ada buat dia, seolah berkata Aku nggak akan kemana-mana, gee... Dalam perjalanan pulang kami singgah dulu di salah satu restoran fast food kesukaannya. Dia terlihat lahap memakan burger miliknya sampai menyisakan sedikit mayonaise di sisi bibir kirinya. Aku terkekeh...

"Heh ibu anak satu. Itu ada mayonaise..." Bisikku.




Dia bingung menatapku. Astaga...

"Ini ada mayonaise..."

Aku menyeka sudut bibirnya dengan jempolku, dia terlihat cuek lalu kembali makan. Melihat ekspresinya tadi aku sempat berpikir Gracia sebenernya lucu, orang mungkin nggak sadar kalo dia udah punya anak, kelakuannya kadang menyamarkan itu. Aku tersenyum lalu memakan burgerku...

"Kak... Aku ngantuk, pulang yuk..."

Aku diam...

"Kamu usia berapa sih?"
"Ha? Maksudnya?" Dia bingung.

"Iya kamu umur berapa?"
"Emang kenapa sih?"

"Abis kayak anak kecil gitu dari tadi..."
"Biarin! Udah pulang! Ngantuk-ngantuk-ngantuk!"

Aku menghela nafas...


Sesampainya di rumah, Gracia tertidur pulas. Terpaksa aku menggendongnya ke kamarnya. Badannya nambah berat sekarang, makan mulu kali. Sesampainya di kamarnya entah kenapa mencium aroma kamarnya libidoku naik. Tahan... Tahan... Di tambah pakaian Gracia yang ketat membuat payudaranya keliatan jelas. Sabar... Sabar...

DEG...

Dia bergerak sedikit bajunya terbuka memperlihatkan perutnya yang putih...

Damn...

Aku duduk di tepian kasurnya. Wajahku mendekat ke wajah Gracia yang tertidur...

Aku mencium bibirnya...

Androidku bergetar, ada satu pesan masuk.


"Bisa kita ketemu besok?"

Shani...


***

X49faymy_o.jpg


Shani memintaku menemaninya seharian ini dengan kegiatannya, entah kenapa aku mengiyakan permintaannya. Ke berbagai tempat, dia senang memotret. Untuk pertama kalinya aku melihat seorang gadis senang fotografi. Shani memotret apapun yang di lihatnya. Apapun...

Ckrek...

"Eh, apaan sih?"

Aku kaget Shani tiba-tiba memotretku. Dia tertawa...

"Abis kamu lucu lagi bengong gitu..."

Aku tersenyum menatapnya...

"Banyak yang aku baru tau tentang kamu, Shan..."
"Contohnya?" Tanyanya.

"Ya... Ini... Motret..."

Dia tertawa lagi, lalu kembali membidik...

"Dan... Ini bikin aku jadi pengen makin kenal kamu..."

Dia menghentikan kegiatannya mendengar perkataanku. Menatapku sesaat...

"Kamu tau ga kenapa aku ajak kamu temenin aku?" Tanyanya.
"...Karena kamu orang Indonesia..." Lanjutnya.

Aku jadi terdiam menatapnya.

"Selama ini temen-temen aku bule semua. Aku agak susah nyesuain kebiasaan mereka...
...Ada sih temenku yang orang Indonesia juga, tapi dia cewek...
...Tapi untung aku ketemu kamu satu lagi orang Indonesia, aku seneng..."

Dia tersenyum lalu kembali memotret. Lagi... Senyumannya nggak biasa. Aku harus tahan. Aku nggak boleh terbiasa sama senyumnya. Karena ketika aku terbiasa dengan senyumnya aku bakalan suka...

"Makasih udah mau nemenin aku, ayo kenal lebih dekat..." Shani menatapku.


DEG...


Satu lagi hari yang membingungkan. Baru beberapa hari aku disini, aku menemukan seorang gadis yang membuatku ingin saling mengenal...


Apa aku harus cerita sama Gracia soal Shani?


Sekarang aku berdiri di hadapannya. Dia terlihat membaca majalah dengan serius...

"Gee..."
"Hmm..."

Aku duduk di sebelahnya...

"Aku baru kenal gadis..."

Dia terhenti, lalu menatapku...

"Tolong kak. Cukup kenal. Jangan lebih..."

Aku bingung,

"Kak Shania, kak Yuvia... Kakak nggak lupa kan kalo kakak masih punya mereka di Indonesia?"


DEG...


Iya ya, aku masih punya Yuvia adikku dan Shania. Bodoh! Aku lupa sama sekali tentang keberadaan mereka yang masih nungguin aku disana!

"Please kak, cukup aku yang kakak bikin luluh. Jangan ada lagi..." Gracia menatapku serius.
"A-Aku, janji..." Aku sedikit gemetar menatapnya.

Mungkin benar kata Gracia, aku nggak seharusnya mengenal Shani lebih dalam. Itu mungkin bakalan jadi masalah lagi, terlebih aku selalu kalah sama nafsu. Kenal Shani, nyaman, dan... Bodoh!

"Eee... Gee..."
"Apa?"
"Udah lama nih. Kamu masih marah sama aku?"
"Nggak sih... Tapi aku lagi males."

Aku datar, sedikit kecewa. Dia menatap keningku...

"Itu dalemnya isinya cuman begituan doang ya?"

Dia bergegas meninggalkanku yang kesel mendengar pertanyaannya. Enak aja kalo ngomong!


***


Semakin kesini aku semakin berusaha setidaknya bikin Gracia nyaman dengan keberadaanku. Kami lebih sering menghabiskan waktu bersama, seperti nonton konser, sekedar makan bersama, dan sekarang Gracia mengajakku ke Zugspitze melihat salju disana. Ya... Disini kita bisa melihat salju sepuasnya...

qK7CJTOz_o.jpeg

Gracia kedinginan, kami berada di gondola melihat indahnya pemandangan dari sini...

"Emang masih dingin?" Tanyaku.
"Kaki aku dingin banget..." Dia sedikit gemetar.
"Lagian ngeyel, tadi kan dikasih tau pake kaos kaki dua nggak mau..." Aku sedikit protes.

Tiba-tiba Gracia memeluk tanganku, tersadar, aku ganti memeluknya erat...

"Mangkanya kalo dikasih tau nurut!"

Dia hanya membenamkan wajahnya di pelukanku...

"Gimana mau ke puncaknya kalo kamu kedinginan gini..." Celetukku.
"Gapapa. Kita ke puncaknya aja..." Dia melemah.
"Ah nggak deh, nanti kamu kenapa-kenapa lagi..." Aku sedikit khawatir.

Akhirnya kami hanya naik gondola dua kali putaran setelah itu kami kembali ke penginapan. Oiya soal penginapan Gracia juga aneh, dia mengajakku kesini sekaligus menginap. Aku sama sekali nggak tau maksudnya sampai...

Aku tertidur...

Aku merasa sesuatu yang aneh, aku tersadar...

"Astaga..." Bisikku.

Gracia sedang menghisap penisku...

"Kamu ngapain?" Tanyaku setengah sadar.

Dia kaget lalu nyengir menatapku, "Eh bangun... Abis tadi pas kakak tidur dia bangun, jadi...

"Yaudah lanjutin..." Bisikku nyengir.

Dia sempat merajuk sesaat tapi kembali melanjutkan menghisap penisku. rasanya hangat...

"Hmm... Gee... Ssshhh..."

Hisapannya makin lama makin kuat, aku nggak mau kalah. Dia melepas hisapannya dan ganti mengocok kasar penisku. EERRGGHH!

"Ayo kak... Kuarinn..." Dia melotot menatapku.
"Ng-nggak... Belom!" Balasku menahan ikut melotot.
"Gaboleh ditahan-tahan..." Bisiknya terkekeh.

Mataku sayu tapi masih kutahan, kocokannya makin liar...

"Ngeyel ish..."

Dia berganti menghisap dan dengan cepat tanganku menahan kepalanya dan menggerakkan pinggangku. Dia sempat meronta sesaat...

"Aku mau keluar... Di mulut kamu..." Bisikku sedikit terengah.

Dengan cepat aku menggerakkan pinggangku, dia berusaha melepas kepalanya dan memukul-mukul pahaku, matanya berair, dikit lagi!

"Gee! EERRGHHH!!"

Aku mendorong penisku lebih dalam...

Dia nyaris muntah dan terbatuk setelah penisku terlepas, mengeluarkan air mata...

"Nafsu banget ish..." Bisiknya masih terbatuk.
"Aku sampe nangis, gabisa nafas!" Dia ngomel.
"Gausah minta maaf!" Lanjutnya.

"Terus gimana?" Aku menatapnya.

"Ya gantian! Aku juga mau!" Dia duduk lalu membuka pahanya lebar-lebar.
"Awas kalo ditahan pake kaki ya!" Aku memperingatkannya.

Dia hanya tersenyum, aku berlutut di hadapannya. Membuka bibir vaginanya dan menjilatnya perlahan...

"Mmhh... Kaakk... Sssshhh... AAHH..."

Dalam menit selanjutnya aku terus menjilati vaginanya sementara Gracia sudah gelisah beberapa kali tangannya berusaha mencengkram sprei kasur. Sudah berkeringat. Aku ganti kocokan dia melotot...

"Jilat... Aja... Ssshhh..."

Aku menurut, kuganti menjilat seluruh area vaginanya meskipun agak susah karena bulu halusnya...

Tiba-tiba Gracia mengerang, aku nggak perduli terus menjilat. Aroma vaginanya menghipnotisku...

Vaginanya sudah basah jadi agak berisik, ada sedikit rasa asin. Oh shit...

Dia menahan kepalaku dan menjepitnya dengan pahanya. Ini balas dendam. aku hampir gelagepan kekurangan nafas...

"EERRGGGHHH... KAAAKK!!! AAHH!!!"

Perutnya bergetar ada semburan tepat menyemprot wajahku. Kampret...

"Puas?" Tanyaku memerah.
"Sukurin..." Bisiknya lemah.

"Kok nyebelin sih?"

Aku berdiri menariknya ikut berdiri mengangkat kakinya satu keatas kasur dan memasukkan penisku kedalam vaginanya. Dia mengerang tapi kemudian menatapku sayu...

"Kita kuat-kuatan aja sekarang..." Bisikku di telinganya sambil memompa vaginanya.

Dia hanya mendesis sementara aku menciumi lehernya yang jenjang sambil menahan pahanya. Sudah lama aku tidak merasakan jepitan vagina Gracia. Rasanya makin lama makin mengigit. Masa aku kalah duluan? Nggak boleh!

"Kaakk... SSsshh... Mmhhh... AAHH!"


Pegel juga posisi begini...


Kuganti posisi dia menungging memegang bibir kasur sementara aku dari belakang memompa vaginanya. Dalam posisi seperti ini vagina Gracia makin mengigit. Entah kenapa aku jadi makin nafsu...

"OOOHH... KaaKK..."
"Iyah... NNGHH..."
"...Kencengan... Ssshh... AAHH..."

Mendengarnya mengatakan itu pinggangku reflek mempercepat dorongannya. Aku sudah dipuncak nafsuku, mungkin Gracia juga, jadi nggak sadar ngomong gitu. Ini enakk...

"KaaKK... F...FUCK!"


DEG...



"Kamu nafsu banget..." Bisikku.
"Gatau... Enak banget... AAHH!!" Balasnya.

Kami sudah sama-sama berkeringat, Gracia sudah kacau rambut bagian bawahnya lepek karena keringat sementara payudaranya menggantung bergerak seirama dorongan penisku. Kuremas perlahan...

"KAAKK!! AAHH!!"

Dia mengencangkan jepitannya, aku mengerti dan mencengkram pinggangnya...


PLAAK... PLAAKK... PLAAAKKK...


Bunyi pinggangku dan pantatnya saat saling bersentuhan...


"Jangan... Berhenti kak... Aku mau kuarr!" Bisik Gracia.
"Iyaahh... Aku juga..." Balasku.


"Kencengan kak... KENCENGAN!!"


Perutnya bergetar keseimbangannya nyaris hilang, suaranya bergetar. Yap Gracia squirting...

"NNGHHHH..."

Satu...
Dua...
Tiga...
Empat...

PLOOPP...

Setelah empat kali mengeluarkan sperma, penisku terlepas dari vagina Gracia. Sama-sama memerah. Aku jatuh terduduk dan Gracia berlutut di dekat kasur. Kami sama-sama tersengal...

"Makasih Gee..." Bisikku.

Gracia hanya tersenyum...

Setelah itu kami mandi bersama. Gracia sempat menyelipkan penisku di payudaranya sekali lagi saat mandi. Tapi aku penasaran apa tujuannya mengajakku kesini?

"Sebenernya ngapain sih kayak gini?" Tanyaku.
"Maksudnya?" Dia menatapku bingung.
"Iya kamu ada apa? Ngajak jalan jauh gini..." Aku memperjelas pertanyaanku.

"Hmm... Gapapa, cuman pengen berduaan sama kakak aja...
...Baru satu ronde..."


DEG...

Apa maksudnya satu ronde? Astaga. Mungkin aku harus banyak makan tauge...


Gracia selesai handukan dan keluar kamar mandi sementara aku membersihkan tubuh dari sisa sabun. Begitu selesai Gracia terduduk di kasur sambil memegang androidku...

"Ini yang kakak bilang baru kenalan?
...Shani?
...Ada misscall banyak banget..."


Aku terdiam menatapnya yang sekarang berubah judes menatapku...

AgreD6KH_o.jpg


BERSAMBUNG....


Ehehehe maap kalo nunggu, baru apdet nih... Monggo... (Tolong jangan bahas DEG yang kebanyakan yha) WKWKWK KEEP CROOT!
Buat kompesasi updatenya langsung dua part dong hu. Hehehe
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd