Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

P R A S A N G K A [LKTCP 2020]

xiahu

Calon Suhu Semprot
Daftar
28 Sep 2016
Post
2.631
Like diterima
9.446
Bimabet
foward,

Sebelumnya saya berterima kasih kepada Tuhan YME, karena masih diberi nafas panjang,
terlebih dapat memperoleh kesempatan untuk turut menyajikan karya saya yang sangat jauh dari kata sempurna,
kali keikut sertaan yang kedua,
karena tekad dan janji pada diri sendiri akan selalu ikut dalam event tiap tahunnya di forum ini.
Sebagai fans berat beberapa penulis hebat dimasanya,
kali ini demi melepas rindu akan karya-karya mereka,
gaya penulisannya akan cenderung baku,
mungkin beberapa diantara kalian paham siapa yang saya maksud itu,
terlebih lagi ada penulis disini yang membangkitkan kenangan lama akan mereka.
Kecintaan menulis jauh dimulai sejak kecil, dan beberapa kali ikut perlombaan mengarang,
tapi jujur saya tidak pernah menang, kecewa?
tentu, tapi akhirnya saya sadar,
bukan hadiah yang saya tuju, tapi hasrat untuk berkarya,
dan walau karya ini masih dirasa mentah.
Begitu pula event kali ini, mencari atau mengejar atau mendapat hadiah itu hanyalah bonus sampingan,
Goal saya adalah karya ini bisa saya share dengan teman-teman disini.
Hanya hasrat dan mungkin sedikit kehebohan dalam event ini...
Apalagi beberapa suhu besar turut ikut serta dan menyajikan karya terbaik mereka,
ah apalah saya. ...Tidak mengapa, walau cacian dan sindiran yang nanti didapat,
yang penting kepuasan saya bisa memberikan karya ini di forum ini.
Tanpa banyak kata, mari kita saling membantu mengembangkan diri kita masing-masing, dan semoga terhibur.

:beer::beer::beer:
 
2e3cc11353942890.jpg



PRASANGKA

.....

....

...

..

.​
Ibukota dimana impian banyak orang mengenai kesuksesan, ketenaran, kemakmuran, karir, dan jaminan hidup lebih baik dari pada di desa. Yah, itulah pendapat kebanyakan orang. Apakah mereka paham, bahwa Ibukota itu kejam, lebih kejam daripada Ibu tiri mungkin. Banyak yang menyangka jika tinggal dan bekerja, mengadu nasib di Ibukota hidupnya akan lebih baik, lebih layak daripada di tempat tinggalnya semula. Itulah jika pemerataan ekonomi tidak berjalan. Kemudian mereka sadar bahwa Ibukota tidak seindah impian mereka semula, dan tanpa disadari ternyata sudah terlambat untuk kembali.

Gedung-gedung pencakar langit membuat takjup bagi yang pertama kali melihatnya, mall-mall besar yang hanya ada di Ibukota, walau sekarang ini kita banyak menjumpai mall-mall besar di berbagai daerah, tapi tidak waktu itu.

Waktu dimana seorang wanita yang mengagung-agungkan kemewahan Ibukota sebagai tempat ia akan berubah, dimana ia berpikir harta mudah didapatkannya. Ternyata, berat. Tidak semudah membalikan telapak tangan, perlu usaha dan kerja keras, berkeringat, bahkan sampai keringat darah diperjuangkan demi impian.

Begitulah pendapat seorang wanita yang menyatakan jatuh cinta pada Ibokota, dan merasa jikalau kota kelahirannya sendiri baginya kini terasa sepi, seperti tidak ada gairah yang melonjak-lonjak seperti yang ia rasakan di Ibukota saat ini. Pikirnya, jika ia saat ini masih tinggal di kota kelahirannya, apa kesuksesan yang bisa ia raih? Jauh berbeda pendapatnya, jika ia berjuang di Ibukota, walau dengan rival-rivalnya yang selalu iri, mencibir, dan mungkin saling menjatuhkan. Ia yakin, bahwa kesuksesan akan ia raih, bagaimanapun caranya, meski dengan mengorbankan tubuhnya, tentu kepada lelaki yang bisa membantu meraih impiannya. Wajarlah hubungan timbal balik dalam sebuah hubungan, apa mungkin berdasar cinta, ah.. pastinya tidak, dan itu semua butuh pengorbanan, dan ia sanggup.



.......................................​


Tampak kesibukan terjadi di gedung empat lantai, beberapa orang terlihat sedang mengantri menunggu giliran mereka dipanggil, rata-rata hampir berjenis kelamin perempuan, penampilan mereka menarik, dengan postur tubuh yang seksi semohai, nampak akan membuat para hidung belang meneteskan liurnya dengan penampilan mereka yang rata-rata menonjolkan bagian anggota tubuh yang menggoda.

Tawaran yang sangat menggiurkan dari apa yang mereka tawarkan kepada calon-calon bintang tanah air ini, bukan menjadi rahasia umum jika puncak karir seorang bintang itu menjadi pemeran utama dalam Layar Lebar. Akan tetapi menuju puncak itu tidaklah semudah membalikan telapak tangan begitu saja, mereka tidak hanya mengandalkan wajah yang cantik dan menarik, tetapi juga harus berbakat dan terakhir ‘keberuntungan’ bagaimana mendapatkan keberuntungan itu, banyak cara yang dapat mereka lakukan, tetapi sekali lagi akankah berhasil? Hanya waktu dan takdir yang akan menjawabnya.

Tampak setiap peserta yang dipanggil diminta untuk menunjukan kemampuan mereka dalam berseni peran, ada yang bergerak menunjukan tubuh mereka yang menggoda, ada yang tiba-tiba berseru keras, dan beberapa kelakuan yang absurd dipertontonkan untuk memikat sang perekrut untuk memilih mereka...

“..........okey, cukup sampai disini, peserta selanjutnya” ujar seseorang.

Setelah menuntaskan gilirannya, Ah...., dirasa cukup melelahkan casting hari ini, selanjutnya pulang dan menunggu hasilnya nanti, pikirnya, toh hanya itu yang bisa dilakukannya saat ini.

......

‘Natalia Sukma Pelangi’ baru saja pulang dari casting saat waktu menunjukkan pukul setengah delapan malam. Ia segera masuk kamar. Matanya tampak sembab menandakan Ia baru saja menangis. Meskipun jauh-jauh hari Natalia sudah bisa menerka hasil castingnya itu dirasa mustahil didapat, tapi ‘Lia’ yakin dengan campur tangan kekasihnya peran itu pasti Ia dapatkan. Tapi Natalia juga bukan gadis yang lemah. Baginya, tidak ada alasan baginya untuk menjadi wanita yang cengeng diusianya yang telah matang.

Terdengar pintu depan dibuka dan suara seseorang memanggil, “sayang, kamu dirumah?”
“Dikamar” teriak Natalia dari dalam kamarnya,
Pintu kamar Natalia tiba-tiba saja terbuka. Kepala Bagas muncul dari balik pintu sambil tersenyum. “Baru sampai, yank?”, tanya Bagas sambil ngeloyor masuk meski kekasihnya sedang berganti pakaian. Bagas berjalan masuk acuh tak acuh. “Iya..”, jawab Natalia singkat.

Pikirannya masih sumpek dengan kejadian tadi siang. Segera saja direbahkan badannya di kasur setelah mengganti baju perginya dengan daster tipis.

“Kok, lesu gitu.., Kenapa?”, Bagas menghampiri Natalia. Ia juga kemudian merebahkan badannya disamping kekasihnya tersebut. Natalia hanya diam saja seolah tidak mendengar pertanyaan kekasihnya. Matanya menerawang melihat langit-langit kamar. Bagas memperhatikan kekasihnya tersebut. Natalia memang benar-benar cantik.

“Sret..”, Sepersekian detik posisi tangan Natalia bergerak memangku kepalanya sendiri dan tanpa ia sadari belahan daster di dadanya menjadi terbuka. Melihat hal demikian Bagas jadi sedikit canggung. Ia kebingungan sekaligus menyukai pemandangan itu. Bagas agak berdebar-debar ketika ia semakin jelas melihat lekuk payudara kekasihnya yang tampak ranum dan indah. Apalagi tampak tonjolan puting di balik daster tipis itu. Batang penisnya terasa sedikit mengeras.

Karena dorongan hasratnya, Bagas memberanikan diri perlahan-lahan mendekati tubuh Natalia. Ia merangkul pinggang kekasihnya tersebut. Merasakan sentuhan di tubuhnya, membuat rasa sedih Natalia semakin mendalam. Air matanya mulai keluar dan ia segera membalikkan badan membelakangi kekasihnya. Ia tidak mau menangis di hadapan Bagas.

Posisi demikian membuat Bagas bisa merangkul Natalia dengan leluasa dari belakang.
“Kamu cantik deh.., malam ini..”, ucap Bagas.

Natalia pun hanya diam saja. Yang Ia butuhkan saat ini hanyalah kepastian bahwa, Ia yang akan mendapatkan peran utama itu, karena dengan peran itu Natalia yakin akan menaikan derajat hidupnya, menjadi sukses dan terkenal seperti yang diinginkannya sejak kecil, menjadi bintang film terkenal.
“Pokoknya kamu harus membantuku mendapatkan peran utama itu!, Aku sungguh menginginkannya” seru Natalia tiba-tiba.
Bagas terdiam, kemudian, “kamu pasti akan mendapatkannya sayang”.
“Kau bisa memastikan aku pasti mendapatkannya?” tanya Natalia kepada Bagas penuh harap.
“Pasti sayang, kamu pasti dapat peran itu” jawab Bagas yakin.
“Bagaimana caranya yang akan kamu lakukan?” tanya Natalia, “Apakah kamu yakin pengaruh dari saudaramu itu bisa menolongku?
“Saudaraku memang bukan pada bidangnya, kalau kau menebaknya bukan” jelas Bagas, “tapi sejauh yang kuketahui, orang penting dibalik pembuatan film itu merupakan teman baik saudaraku, jangan kahwatir besok akan kutemui saudaraku dan memohon padanya agar kau bisa mendapatkan peran utama itu"

Mendengar jawaban Bagas Natalia membalikkan badannya seraya tersenyum, “Aku tahu kamu pasti membantuku sayang”. Natalia menarik tangan Bagas untuk berdiri berhadapan dan secara perlahan Natalia meloloskan dasternya kebawah.

----------

---------------

Bagas Sanjaya kehilangan kata. Bagaimana tidak? Saat ini di depannya ada gadis cantik yang berumur dua puluh lima tahun, bertubuh seksi bak gitar spanyol, badannya setengah telanjang begitu menggoda nafsu seks nya... menjadi liar hasrat tak bisa Bagas tahan lagi... calon bintang terkenal, dan yang baru saja membantunya mengeluarkan sperma dengan mulut yang dibingkai bibir sexy.

"Arrhhhh………! ", Bagas menelan ludah di kerongkongannya yang terasa kering.
"Nanti dulu yank, ‘Lia’ belon puas nih!" katanya dan menarik tubuh mereka rebah ke ranjang.

Dengan kedua tangannya celana Bagas di loloskan ke bawah dan didorongnya Bagas ke atas ranjang. Natalia membuka kaos dan celana dalamnya dengan satu gerakan dan menerkam Bagas di atas ranjang. Bibir Bagas di ganyang buas, badan Lia berkelojotan kencang di atasnya.
"Yesss…!!"katanya merasakan penis Bagas yang mulai mengeras lagi tanpa dapat ditahan.. ‘Lia’ mulai mengecup leher, dada, perut, dan perlahan menjilati pusar Bagas.
Bibir dan lidah ‘Lia’. merangkak ke bawah pusarnya Bagas sambil meninggalkan jejak basah sepanjang perjalanan pelan itu.

Bagas mengira ‘Lia’ akan segera menghisapnya lagi, ternyata ‘Lia’ hanya mengecup cepat ujung penis Bagas dan meneruskan perjalanannya sepanjang pahanya. Sampai akhirnya jari jari kaki Bagas di hisapnya satu persatu, rasanya, Bagas tak tahu cara menjelaskannya. Bulu kuduknya naik karena perasaan geli-geli nikmat yang timbul. Natalia terlihat sudah profesional dalam urusan ranjang pikir Bagas.

Setelah ‘Lia’ puas dengan ke sepuluh jari kaki Bagas, bibirnya mulai merangkak naik kembali sepanjang kakinya Bagas. Sampai ke persimpangan kaki, buah zakarnya Bagas Ia kulum satu persatu, di gigit kecil dan yang tidak Ia masukkan ke mulutnya di remas remas oleh tangannya. Setelah penisnya Bagas di hisap, Ia mulai menjilati daging antara buah zakar dan anus. Bagas sudah tidak tahan lagi, tangannya mulai memegangi penisnya untuk di kocok sendiri olehnya.

"Jangan lakukan itu!"kata Lia, “nikmati saja sayang”.

Kalau begitu Bagas akan menunggu pasrah melihat bagaimana ini akan berakhir, ‘Lia’ mulai turun lagi, sekarang lubang anus Bagas mulai di jilatnya, Geli geli becek tapi rasanya wah.. surga dunia kali tuh. ‘Lia’ mulai memasukkan jarinya ke dalam anus Bagas.

Nikmatnya… Bagas merasa akan orgasme lagi waktu itu juga. Tanpa mengeluarkan jarinya dari lubang dubur Bagas, ‘Lia’ mengangkat mukanya dan tersenyum. "Gimana yank?" katanya.
"Uhh" sahut Bagas.
Tanpa peringatan, ‘Lia’ menelan seluruh penis Bagas sampai bibirnya ‘Lia’ menyentuh buah zakarnya. Bagas dapat merasakan getaran getaran kerongkongannya menghimpit ujung penisnya.
"Oughhh…" desisnya.
Kepala ‘Lia’ mulai naik turun di atas penis Bagas. Bagas merasakan tekanan di pangkal batangnya mulai menguat dan akan meledak lagi. Mungkin karena ‘Lia’ dapat merasakan bahwa Bagas hampir sampai, Lia segera berhenti dan dengan jarinya mengelilingi pangkal batang penis Bagas, Ia mencekik penis Bagas. Secepat datangnya hasrat untuk meledak, Bagas merasakan hasrat puncaknya mulai mereda.

"Yank, jangan ngomongnya uh, uh, ah, ah aja dong! Bunyinya seperti kepedesan aja!!", ejeknya lagi.
"Habis mau bilang apa?" kata Bagas, " nikmat sekali itu"
"Aku mau coba sesuatu yang baru yank, tunggu bentar ya yank!", kata ‘Lia’ sambil lompat turun dari ranjang dan keluar kamar tanpa pakai baju.

Bagas tiduran di atas ranjang dan menunggu. Terdengar suara kulkas dibuka dan bunyi bunyi lainnya dari luar. Lagi ngapain dia? Pikir Bagas. Sebentar kemudian ‘Lia’ masuk lagi sambil tersenyum nakal.
Dia naik ke ranjang dan mendorong Bagas rebah lagi.
Sekali ini dia memutar badannya dan menaruh kedua dengkulnya di kiri kanan kepala. Bagas dapat melihat itilnya Natalia yang terpampang jelas di depan matanya. Itil ‘Lia’ botak polos tanpa bulu jembut.
Tiba tiba ‘Lia’ mencaplok penis Bagas dengan mulutnya yang ternyata penuh es dari kulkas tadi.
"Oh.. arkkhh!!!!!!" seru Bagas terkejut kaget.
"Uum...ehm...hmm..!!" cekik ‘Lia’ dengan mulut penuh es batu dan penis Bagas.
Dan ia mulai dengan bersemangat memompa penis Bagas dengan mulutnya hingga es batunya mencair dalam kuluman ‘Lia’.

Tangan Bagas mulai merayap di pungungnya, mengelus kulitnya yang halus dan perlahan lahan merayap ke arah payudaranya yang bergelantung di atas perut Bagas.
Pentil payudaranya mengeras ketika Bagas sentuh, dipilin lembut di antara jari telunjuk dan jempolnya.
Pelan-pelan Bagas mulai merayap ke arah pingangnya, meremas pantatnya Lia yang merekah di atas mukanya, dan jari Bagas mulai merayap ke selangkangannya Natalia...


“well, i won’t give up on us
Even if the skies get rough
I’m giving you all my love
I’m still looking up”
2x

Bunyi suara ringtone hp ‘Lia’ terdengar berulang-ulang,
“Apaan seh nganggu aja orang lagi enak...” sunggut Lia seraya menggambil hp, mengabaikan ucapan Bagas “biarkan saja”
‘Lia’ melihat siapa yang meleponnya dan terkejut melihat siapa yang sedang menelponnya. Dengan segera Natalia menjawab panggilan itu...


“.... iyaa dek!, ada apa nelpon tumben nih?”
“......apa!!! kapan datangnya kamu dek?”
“.....oh ya sudah, nanti kabarin aja klo dah sampai...... iya, aku koq sehat sayang, gimana bapak ama Ibu? ...... oh iya, ....mana-mana, kangen ma Ibu.....”.

Percakapan yang begitu lama dirasa Bagas yang merasa sangat kentang, untung sudah sempat keluar sekali tadi diawal... tapi, tetep saja berasa kentang tuh tidak nyaman sekali.

........................

Ketika Natalia menyudahi panggilan telponnya, dan langsung Bagas kemudian melingkarkan tangannya ke pinggang Natalia.

Perempuan yang tadinya merasa bersedih tadi sedikit bergerak lebih mendekatkan badannya ke dalam pelukan Bagas. Respon Natalia ini membuat Bagas berani menggerakan tangannya dengan lembut untuk menyentuh bagian bawah payudara kekasihnya. Natalia hanya memejamkan mata saja.
Posisi tubuh yang berhimpitan itu membuat pikiran Bagas semakin tidak menentu. Apalagi batang penisnya yang berhimpitan dengan pantat Natalia. Perlahan Bagas mulai meremas dengan halus payudara kekasihnya tersebut.

Natalia pun merasa sangat senang karena Bagas seperti mengerti keinginannya. Ia juga membiarkan telapak tangan Bagas membelai-belai payudaranya yang memang sudah tidak memakai beha lagi. Belaian Bagas pada bagian tubuhnya yang sensitif tersebut membuat jantung Natalia sedikit berdebar-debar.
Perasaan Natalia menjadi sedikit tidak karuan. Ia mulai menyadari bahwa sentuhan kekasihnya bukan lagi sentuhan kasih sayang, tapi di satu sisi Ia amat menikmati sentuhan itu.
Terutama remasan telapak tangan Bagas terhadap puting payudaranya. Sentuhan-sentuhan halus itu membuat bulu tengkuknya berdiri.

Payudaranya pun menjadi agak mengeras oleh karena sentuhan dan remasan lembut tangan Bagas.
“yank, mmh.., udah ah.., aku kegelian”, akhirnya Natalia berusaha menyudahi aktivitas itu.
“Ahh.., aku kan sayang sama kamu”, sahut Bagas sambil sedikit ngos-ngosan. Ia masih saja merabai tubuh kekasihnya. “aduh, badanku jadi lemas semua nih”, tanpa sadar Natalia berucap sambil setengah merengek. Kemaluannya bagian bawah pun mulai terasa hangat dan lembab.

Bagas tidak menghiraukan perkataan kekasihnya tersebut, ia masih terus meremas-remas payudara Natalia. Malah Ia mulai memasukkan satu tangannya ke dalam kemaluan kekasihnya.

Bulu-bulu halus di kemaluan Natalia pun terasa di telapak tangan Bagas. Iapun menyentuh bibir vagina kekasihnya itu. Natalia menggelinjang. Nafasnya mulai tidak terkontrol. Kesadarannya pun mulai hilang. Kemaluannya sudah mulai berdenyut-denyut. Bagas secara lembut namun penuh nafsu mulai merebahkan tubuh Natalia.

Kemaluannya seperti ingin membutuhkan sesuatu. Ditindihnya tubuh kekasihnya dengan birahi yang mulai tidak terkontrol, dengan putingnya yang telah berdiri tegak. Bagas langsung mengulumi puting payudara kekasihnya tersebut.

“Yankkk!!.., ngmhhnghh.., terusss.., sshh”, ucap Natalia.
Bagas sudak asyik dengan aktivitas birahinya.
Lidahnya mempermainkan puting payudara kekasihnya dengan penuh perasaan.
Mata Natalia terpejam dan tangannya membelai kepala Bagas, merasakan kenikmatan jilatan-jilatannya.
Dikangkangkannya kedua kaki Natalia dengan perlahan. Penisnya segera Ia arahkan ke dalam pangkal paha Natalia. “Sleep!”, Setengah detik kemudian Penisnya Bagas mulai memasuki liang vagina Natalia. Terasa hangat dan empuk.

Napas Bagas semakin ngos-ngosan kala tubuhnya mulai bergerak menindih tubuh kekasihnya yang mulus itu. Payudara Natalia bergoyang-goyang karena gerakan sodokan Bagas terhadap tubuhnya. Semuanya seperti tidak dapat dihentikan begitu saja.

Kesadaran Natalia pun telah musnah berganti kebutuhan untuk dicumbui. Ia akhirnya juga merespon gerakkan yang dilakukan kekasihnya tersebut. Kemaluannya berdenyut-denyut ketika penis kekasihnya terus bergerak dalam liang kemaluannya. Pinggangnya bergerak berputar-putar dan sambil merintih penuh rasa nikmat.

“Yankk!!,......arghh...enghhnak..,enghh....terusshhsshh”, rintih Natalia dalam kenikmatan.
Desahan Natalia membuat nafsu Bagas semakin menjadi-jadi. Konsentrasi Bagas hanyalah pada gerakan tubuhnya yang maju mundur. Batang penisnya seperti dipijit-pijit di dalam lubang kemaluan Natalia. Ia semakin mempercepat gerakannya karena terasa sesuatu yang mendesak batang kemaluannya.

“Ennaaghk., yang.., arrhh lebihhh kerassh..sshh”, Natalia mendesah merasa saat itu dirinya telah membubung tinggi. Bagas semakin mempercepat gerakannya. Bagas merasa kemaluannya seperti akan meledak. “Esshh.., Ahh.., ahh..ampirr.., ashh”, Natalia mendesah-desah. Ia merasa tubuhnya sudah hampir mencapai puncak. Gerakan tubuh keduanya menjadi sangat cepat.

Tiba-tiba Bagas menghentakkan badannya dengan keras dan lama ke dalam tubuh kekasihnya. Kedua tubuh itu tampak bergetar. Tangan Natalia pun memeluk tubuh Bagas tak kalah eratnya. Keduanya telah sampai dipuncak kenikmatan.


...................................................​



[Pekerjaanku memang bukanlah pekerjaan hebat, tapi cukuplah untuk kebutuhanku, meski kedua orangtuaku masih sanggup membiayaiku, tapi selepas lulus kuliah, Aku ingin merasakan bekerja, mendapatkan hasil dari hasil keringatku sendiri, jadi disinilah diriku sekarang. Sebuah kantor sederhana, bukan sebuah perusahaan besar seperti di Ibukota sana, tapi hanyalah perusahaan yang sedang berkembang, dan dengan gaji yang cukup sesuai standar UMR Provinsi, yah namanya juga di daerah, penghasilan Aku memang tidak sebanding dengan penghasilan kakakku yang sedang meniti karir di Ibukota sana, jauh lebih besar kakakku pastinya.
Bapak Boss, baik dengan karyawannya, ya ‘bapak bos’ begitu kami memanggil bos kami, mungkin itu yang membuat aku dan teman-teman betah bekerja disini.
Soal penampilan kalau dibandingkan dengan kakak Aku sih jelas Aku kalah jauh denganya. Tapi itu tidak membuatku menjadi minder, karena toh pacarku memilihku, hehee... iya, Aku sudah memiliki pacar, Anto Kusuma namanya. Ia sudah lumayan mapan, karirnya sudah bagus, bekerja di perusahaan plat merah tuh bagaimana tidak menjamin sih. Dan sepertinya Anto sangat serius berhubungan denganku, tapi hatiku koq masih datar-datar saja ya.
Kali ini kami diminta lembur karena ada ‘dateline’ proyek dikantor kami yang sangat ‘urgent’, terpaksa deh kami lembur, tapi tenang semua ditanggung bapak bos heheee... makanan dan minuman disajikan lengkap supaya kami sedikit terhibur.
Sudah semalam kami dikantor dan kerjaan masih menumpuk, tapi tubuhku sudah gerah sekali, biasa perempuan tidak biasa sama yang namanya bau, dan bodohnya lagi Aku lupa bawa baju ganti, terpaksa deh ijin pulang dulu untuk berganti pakaian, dan setelahnya Aku langsung balik ke kAntor untuk lanjut lembur. Yess!!! “Lope you my diary – Ninda”]

........................
......................
...................


Anto Kusuma kekasih Ninda tampak turun dari mobilnya, saat ini Ia tengah berada didepan rumah Ninda kekasihnya itu, karena sehari sebelumnya Ninda sempat menelponnya untuk menggantikan dirinya membantu Ibunya berbelanja bulanan dikarenakan Ninda tiba-tiba harus lembur. Ibu Ambar namanya, Orangtua Ninda kekasih hatinya. Sesosok wanita dipertengahan umur empat puluhan keatas, dengan tubuh yang masih tampak seperti gadis saja, soal wajah Ibu Ambar tidak kalah dari putri-putrinya. Cantik, begitulah pandangan Anto terhadap Ibu kekasihnya itu, bahkan terkadang Ia tak sanggup berlama-lama memandang wajah Ibu Ambar, karena menurutnya Wanita itu sungguh mempesona.

“Ini tidak merepotkanmu bukan Anto?” tanya Ibu Ambar
“Tentunya tidak Bu” jawab Anto “ngomong-ngomong Bapak kemana bu?” lanjut Anto basa-basi bertanya.
“Aaahhh si Bapak itu, sibuk terus... apalagi kalau diajak belanja, pasti ada aja alasanya, capeklah..., pegel-pegel.... pokoknya banyak sekali alasannya, Ibu jadi males kalau ngajak Bapak, biasanya selalu dengan Ninda” jelas Ibu Ambar panjang lebar.

Kalau boleh jujur Anto merasa menikmati saat-saat ini, Ia tidak pernah bermimpi hanya berduaan saja dengan wanita ini. Perasaan Anto bahagia bisa berduan saja dengan Ibu Ambar, apalagi Ibu Ambar tampak ayu dan seksi dengan pakaiannya yang sopan tapi terkesan anggun.

Selepas belanja, sedikit banyak Anto memahami perasaan si Bapak, karena saat ini Ia merasa cukup lelah.
Didalam mobil menuju pulang kembali kerumah, pembicaraan mereka lepas, seperti kemanjaan Ibu dan anak saja terlihat... Anto yang selalu membuat Ibu Ambar tertawa dengan cerita-cerita lucunya, dan terkadang sedikit vulgar, ditanggapi dengan jawaban nakal dan sedikit menggoda oleh Ibu Ambar.

“Jadi bagaimana jawaban Ninda, nto?” tanya Ibu Ambar.
“Ninda masih meminta waktu bu, karena Ia masih disibukan dengan pekerjaannya” jawab Anto.
“Kamu tuh sudah tidak sabar ya, kepengin cepet-cepet punya istri” kata Ibu Ambar tertawa,
“Biar bisa disalurkan Bu, masak nunggu lama lagi” gurau Anto
“Hahhaaa... iya, harus buru-buru disalurkan tuh, ntar kalau kelamaan bisa jadi batu.” tambah Ibu Ambar, dan mereka tertawa bersama.
“Biar selalu deket sama Ibu Mertua nantinya” kata Anto, “lah memangnya kenapa, koq mau deket sama Ibu sih Nto?” tanya Ibu Ambar.
“Melihat Ibu yang cantik dan seksi bikin gairah makin naik” kata Anto, “ahk kamu bercanda, bukankah Ninda lebih cantik dan seksi dari Ibu”
“Memang Ninda cantik dan seksi bu, tapi Ibu lebih terlihat matang” kata Anto terus terang.
“Lah memang kamu sudah melakukan itu, sama Ninda?” tanya Ibu Ambar, “Ninda belum mau lepas segel Bu, nunggu kami resmi dulu baru lepas segel” jelas Anto.
“Kasihan kamu, pantesan jadi batu tuh yang cair-cair hahaa...” canda Ibu Ambar.
“Kan bisa dibantu Bu” jelas Anto, “Dibantu bagaimana maksudnya?” tanya Ibu Ambar, “ya gitu Bu... anu... rahasialah” elak Anto.
“Mau Ibu bantu Nto?” tanya Ibu Ambar, “maksudnya bagaimana Bu?” tanya Anto kaget, “ya bantu ngeluarin donk” jelas Ibu Ambar.

Dengan wajah terkejut Anto melihat wajah Ibu Ambar menatap tidak percaya, “tapi bohong...” tawa Ibu Ambar terkekeh-kekeh.
“Ah... Ibu bisa saja candanya” jawab Anto tersipu. “Seandainya itu benar akan sangat menyenangkan sekali” batin Anto, aduh sadar Nto, calon mertua kamu itu...

Pembicaraan mereka terhenti dan diam beberapa saat setelah tiba di kediaman Ibu Ambar. Anto memarkirkan mobilnya didepan rumah, dan dengan bergegas Anto turun terus menghampiri sisi pintu kiri mobil untuk membuka pintu bagi Ibu Ambar, ketika pintu dibuka, terlihat Ibu Ambar terlihat kesusahan mengangkat tubuhnya dari jok mobil.

“Bantu Ibu dong Nto…., baru berasa capeknya selepas belanja tadi ” katanya manja. Anto terkesima dengan perkataan Ibu Ambar barusan.
Anto pun langsung merangkul pinggulnya turun dari Mobil dan langsung memapah kedalam rumah. Setibanya didepan pintu masuk pembantu Ibu Ambar, mbok Ijah membukakan pintu dan sambil membopong Ibu Ambar, Anto meminta tolong Mbok Ijah untuk menurunkan barang belanjaan dimobil, sebelum Ijah bertanya, “maaf Mbok Ijah Ibu berasa pusing, tolong turunin belanjaannya ya”. Hanya anggukan dari kepala Mbok Ijah.

“Ibu mau istirahat dimana, di sofa ruang tamu atau dikamar?”
“Dikamar saja Nto” merekapun menuju kamar, dan Anto langsung membaringkan Ibu Ambar terlentang di ranjang.
Ibu Ambar pun berbaring sambil memijat bahunya yang terasa pegal.
“Mau Anto pijit bahu dan kaki Ibu?” kata Anto. “kepala Ibu juga ya, itu pake lotion aja nto, biar tidak seret urutnya nanti” ujar Ibu Ambar.

Anto pun langsung beranjak mengambil lotion yang ada di tempat meja riasnya Ibu Ambar sambil menutup pintu kamar, tidak terdengar penolakan dari Ibu Ambar soal ditutupnya pintu kamar.

Disingkapnya sedikit baju kemeja bagian atas Ibu Ambar sampai pundaknya terlihat, kemudian Anto membalurkan lotion tadi ketelapak tangannya, dan dengan lembut pijatan dilakukannya, saat ini jantung Anto berdegup kencang, Ia tidak tahan dengan mulusnya kulit bahu Ibu Ambar, “sadar nto, ini Ibu kekasihmu” batin Anto....

Selesai Anto membalur bagian pundak dilanjutkan membalur bagian leher belakangnya, saat itu Ibu ambar Anto perhatikan sedang memejamkan matanya sambil kedua tangannya memegangi kepala. Dan Anto duduk diatas ranjang disisi Ibu Ambar.

Sesuai janji Anto, selesai membalur Anto pun mulai memijit kepala Ibu Ambar, perlahan Anto tarik kedua tangannya Ibu Ambar kebawah, dan tanpa Anto sadari tangan kanan Ibu Ambar jatuh diatas pangkal paha Anto hampir mengenai selangkangannya Anto.

Perlahan Anto pijit dengan lembut kepalanya, Ibu Ambar terlihat menikmatinya, “Pijatanmu enakkss….” desis Ibu Ambar. “kamu jangan pulang dulu…, temani Ibu sampai tidur ya” Anto terkejut dengan kalimat tadi dan Anto pun memalingkan muka Anto kearah wajah Ibu Ambar, sambil mengangguk.

Pijitan Anto terus pada kepala Ibu Ambar, dan Ibu Ambar terlihat memejamkan matanya. Terasa capek karena posisi Anto memijit agak membungkuk, Antopun pindah duduk di lantai bawah dan merebahkan Ibu Ambar terlentang di ranjang.

Karena mungkin terlalu capek, Ibu Ambar tertidur pulas, sekitar sepuluh menit Anto melihat Ibu Ambar tertidur pulas
Karena posisi Anto sudah dibawah dan sejajar dengan payudara Ibu Ambar yang naik turun karena tertidur, pandangan Anto kearah payudara Ibu Ambar, perlahan kepalanya mulai mendekat kearah payudara Ibu Ambar, dan menghirup bau badannya Ibu Ambar, tampak bau harum yang menggoda seluruh syaraf Anto .....

Tiba-tiba Ibu Ambar memindahkan tangan kirinya ke bahu Anto tepat dibawah leher, seolah-olah memeluk Anto. Gerakan Ibu Ambar tadi menyebabkan bajunya yang terbuka nyangkut di dagu Anto dan tertarik kebawah, sehingga makin terbuka lebar payudara Ibu Ambar, ternyata Ibu Ambar tidak memakai Beha, dan kepala Anto juga ikut terdorong kebawah dengan posisi tidur Ibu Ambar miring kearah Anto dan yang menyenangkan bagi Anto puting payudara Ibu Ambar yang kanan kecil mungil itu tepat berada satu centimeter diujung bibir Anto.

Anto sungguh tak menyangka dan gemeter sekujur tubuhnya, apakah ini sengaja dilakukan oleh Ibu Ambar, apakah Ia benar-benar tidur sehingga tidak mengetahui keadaan ini. Pikiran Anto bertanya-tanya tanpa Anto sadari lidah Anto sudah mulai menjilati pinggiran puting payudara Ibu Ambar yang kecil mungil dan halus itu, terus Anto hisap pelan dan perlahan Anto mengulumnya.

Ibu Ambar masih memejamkan matanya, entahlah tidur atau tidak tapi Anto sudah tidak perduli lagi dan perlahan Anto buka satu lagi kancing baju atasnya, agar Anto bisa lebih leluasa menjilati payudara Ibu Ambar yang indah ini.

Tiba-tiba ada gerakan pada kaki Ibu Ambar, dan dengan segera Anto lepas kuluman bibir Anto di puting Ibu Ambar, dan Ibu Ambar menggerakkan badannya berpindah posisi miring membelakangi Anto.
Untuk beberapa saat Anto terdiam sambil memperhatikan punggung Ibu Ambar, namun pikiran Anto terus merayap mencari akal agar Anto dapat menikmati payudara yang montok tadi, maklum nafsu Anto sudah mulai tidak bisa dibendung.

Akhirnya Anto putuskan untuk memberanikan diri naik ke ranjang dan berbaring disebelah Ibu ambar dengan posisi miring menghadap punggung Ibu Ambar.
Untuk beberapa saat Anto berpikir memulainya dari mana, Anto bingung, tapi akhirnya Anto putuskan untuk memeluk Ibu Ambar dari belakang dengan melingkarkan tangan kanan Anto ketengah payudaranya.
Perlahan Anto tempelkan telapak tangan Anto bagian atas payudara Ibu Ambar, terasa gundukannya masih terasa keras, sekarang posisi tangan Anto sedang mempermainkan puting payudara Ibu Ambar sambil sebentar-sebentar meremasnya.

Anto merasakan badan Ibu Ambar bergerak dan Anto pun berhenti dalam permainan Anto sejenak dalam posisi masih memeluk Ibu Ambar dan tangan Anto masih berada diatas gundukan payudara Ibu Ambar. Bersamaan akan Anto mulai lagi permainan Anto tadi, karena Anto anggap Ibu Ambar sudah pulas lagi, Anto dengar suara serak dan parau dari sebelah Anto.

“Anto apa yang kamu lakukan, dari tadi Ibu tahu kalau Anto meraba dan meremas payudara Ibu “ suara ini datangnya dari Ibu Ambar.
Anto sangat terkejut dan sekujur tubuh Anto terasa kaku, Antot merasa bersalah.
“Maaf Bu…..” belum selesai Anto berbicara tiba–tiba tangan Anto yang berada diatas payudara Ibu Ambar dipegangnya dan Ia berkata,
“Lanjutkan Nto……., berikan kenikmatan pada Ibu, si Bapak jarang menyentuh Ibu Nto” kata Ibu Ambar terdengar mendesah nikmat. “teruskan atau hentikan” pikir Anto bingung, ia takut jikalau Ibu Ambar hanya berpura-pura saja untuk mengetes Ia.
“Maafkan Anto Bu, tolong jangan kasih tau Ninda” kata Anto memohon.
“Kalau kamu hentikan, Ibu akan kasih tau Ninda loh” terang Ibu Ambar.

Jadi dengan segera Anto mengambil keputusan dengan cepat, tanpa menunggu aba-aba lagi dari Ibu Ambar, Anto segera menarik badan Ibu Ambar sehingga pada posisi telentang, dan karena kancing bajunya sudah terbuka setengah maka terkuak lah payudara yang Anto remas -remas tadi.

“Benar ya Bu, ini rahasia kita” kata Anto tepat ditelinga Ibu Ambar sambil meniup daun telinganya, “Anto akan memberikan kepuasan, sebagai pengganti Bapak yang bodoh telah menyia-nyiakan Ibu” selesai berkata demikian, Anto langsung menerkam dan melumat bibir mungil yang dihadapan Anto.

Permainan bibir berjalan sangat panjang, mereka saling bertukar air liur dilanjutkan menghisap bibir atas dan bawah, mereka saling mempermainkan lidah, bagaikan pasangan yang sudah lama tidak berciuman.
Ciuman mereka dihentikan Anto dan Anto berkata lembut sambil memandangi mata Ibu Ambar yang sudah mulai layu.
“Sekarang Ibu nikmati ya……., Ibu diam dan nikmatilah, Anto akan memberikan kesenangan yang Ibu minta”
Anto ciumi lembut leher kirinya dan perlahan berputar ke leher sebelah kanan, setelah puas dengan ciuman di leher, ciuman Anto pindahkan kebagian atas payudara Ibu ambar.

Perlahan Anto rambatkan juluran lidah Anto keatas puting payudara kiri Ibu ambar dan Anto hisap sedikit-sedikit sambil menggigit halus. Anto merasakan kedua tangan Ibu Ambar mulai mendekap badan Anto, dan Anto merasakan juga Ibu Ambar mulai menggerak-gerakkan pinggulnya yang Anto tahu Ia sedang mencari tonjolan penisnya agar menekan tepat dibibir vaginanya. Anto pindahkan lagi kuluman dan permainan bibir Anto ke puting payudara Ibu Ambar, Ia makin bergerak agak cepat, dan mulai terangsang penuh.

Anto pun meneruskan permainan lidah Anto di kedua payudara yang masih terasa keras itu. Perlahan ciuman dan jilatan Anto turun kebawah sambil Anto melorotkan lagi badan Anto, kini kaki Anto sudah menyentuh lantai. Anto ciumi perlahan perut Ibu ambar terus kebawah sambil membuka resliting celana Ibu ambar.
Sekarang posisi ciuman Anto sudah berada dibagian bawah pusar Ibu Ambar, kira-kira satu centi lagi diatas klitoris Ibu ambar.

Badannya mulai bergerak tidak menentu, pinggulnya naik turun seakan ingin segera ujung lidah Anto menyentuh belahan yang sudah mulai membasah ini, sesekali Anto mendengar suara desis dari bibir mungil Ibu Ambar dan nafas yang sudah mulai tidak menentu.
“Ahhkk…. ahhhss…….ehhhh, ahh…hhhh Anto……” jerit Ibu Ambar tertahan.
Perlahan Anto menarik dan melepaskan celana sekaligus celana dalam Ibu ambar, badan dan kakinya ikut dilenturkan agar mudah Anto melepaskan celana yang menutupi vaginanya.

Sekarang celananya sudah terlepas tidak ada lagi yang menutupi kulit mulus Ibu Ambar dari pusar kebawah, sementara kancing baju yang dipakainya sudah Anto buka semua dan telah terbuka lebar.

Anto terdiam sejenak dan memandangi tubuh mulus Ibu Ambar yang sedang telentang pasrah sambil memejamkan matanya. Anto pandangi dari kedua payudaranya sampai ketengah selangkangannya yang menjepit vagina yang ditumbuhi bulu halus sedikit, Berulang kali Anto pandangi, akhirnya Anto terkejut oleh suara Ibu Ambar “Lanjutkan sayang...” erang Ibu Ambar menahan rangsangan.

Tanpa menjawab apa-apa lagi Anto pun berlutut diujung kedua kakinya. Perlahan Anto elus dengan kedua tangan Anto kedua kaki Ibu Ambar mulai dari bawah betisnya sampai kepangkal pahanya ber-ulang kali naik turun sambil kedua ujung jari Anto menyentuh bibir vaginannya.

Rangsangan mulai dirasakan Ibu Ambar, kaki dan pinggulnya mulai bergerak dan kejang-kejang. Melihat hal itu Anto langsung membungkuk dan menjilati sekeliling bibir Vagina Ibu Ambar.

Tercium aroma khas vagina yang terawat dan basah….., dan Anto yakin kalau vaginan ini sudah lama tidak disentuh benda keras, terlihat rapat dan tidak berkerut.
Permainan lidah Anto berlangsung semakit lincah dan sembari menggigit dan menghisap bagian klitoris yang sensitive itu.
“Enak sekali Nto……., Ibu belum pernah dijilat seperti ini……, ahhhkkk Nto “ sambil bergumam Ibu ambar menarik rambut Anto dengan kedua tangannya agar Anto merapatkan dan menekan bibir Anto kuat ke Vaginannya.
“Jangan berhenti Nto ….. , puasin…. Ibu ahhkk…. Uhhh…..”
Anto tidak perdulikan ocehannya, terus Anto jilati vaginanya yang semakin basah, Anto menahan pinggulnya dengan kedua belah tangan Anto agar tidak menggangu permainan Anto dengan rontaannya.

Tiba-tiba Ibu Ambar sudah duduk dihadapan Anto, dengan cepat kedua tangan Ibu Ambar meraih ikat pinggang dan kancing celana Anto, dan membuka resliting celana Anto. Anto rasakan darahnya mengalir cepat pada saat tangan Ibu Ambar menelusup masuk kedalam celana dalamnya dan mengelus penis Anto.

Anto hanya diam, Ibu ambar terus mengelus sembari meremas penis Anto. Dengan tidak sabar di pelorotinya celana Anto, karena posisi Anto berlutut diatas ranjang, sehingga gerakan tanganya melorotkan celana Anto dan celana dalam Anto berhenti di lutut Anto, tapi itu semua sudah cukup untuk membuat kemaluan Anto tidak tertutup lagi

“Nto ….. besar sekali penismu “ di berkata sambil mengelus-ngelus penis dan buah zakar Anto.
Dan ahhhhhkss….., tersentak napas Anto, Ibu Ambar sudah mengulum ujung penisnya, dihisapnya dan sambil memaju dan memundurkan kepalanya Anto rasakan setengah penis kemaluan Anto sudah masuk kerongga mulut Ibu Ambar. Anto biarkan Ia menikmatinya sambil membuka baju Anto, setelah itu, Anto membuka baju Ibu Ambar yang sudah terlepas kancingnya tadi.

Ciuman Ibu Ambar di penis kemaluan Anto berhenti dan kedua tangan Anto diraihnya, dan ditariknya sambil Ibu Ambar merebahkan kembali Badannya, maka badan Anto pun tertarik merebah menimpa diatas badannya.
”Ibu sudah tidak sabar lagi kepengen meraskan penismu itu Nto ..”
“Iya… Ibu sayang…. “ Sambut Anto sambil menyambar bibir mungil Ibu Ambar.
Sembari mencium, pinggul Anto gerakan untuk mengarahkan penis Anto masuk ke mulut Vagina Ibu Ambar yang sempit itu.

Anto merasakan penisnya sudah menempel di liang vaginanya, dan Anto rasakan Ibu Ambar mengangkat pinggulnya untuk menekan rapat penisnya, dan pelan diarahkan penisnya tepat di vaginanya Ibu Ambar yang sudah basah, Anto mulai menekan pelan-pelan dan kemudian tersentak badan Ibu Ambar.

“Enak bu……??”, Tanya Anto dan Ibu Ambar tidak menjawab dia hanya mendesis…..
Anto terus menekan sedikit demi sedikit, masuk sudah setengah kepala penis Anto….. ditekannya terus perlahan dan pelan dan masuk setengah penis Anto terdengar Ibu Ambar berteriak…..

“Aduhhhhhh sakit… ahhkkk…”Anto segera menghentikan gerakan menekan Anto dan bertanya “Sakit ya bu?, Anto buat pelan-pelan saja ya sayang……”, Ibu Ambar mengangguk tapi kedua tangannya memegang pinggul Anto seakan tidak membolehkan Anto mencabut penis Anto dari vaginanya.

Memang penis Anto cukup besar sementara Ibu Ambar tipikal tubuh yang mungil dan memiliki vagina yang sempit jarang dimasuki, Anto jadi penasaran dan ingin merasakan nikmatnya kalau seluruh penis Anto masuk.
Perlahan Anto mengerakan lagi pinggulnya menekan kedalam, lembut sekali dan sangat perlahan.

“Aahhh…, Nto…. Ahhhhhss…. Iya enak…. sayang…..,” suara yang keluar dari mulut Ibu Ambar seiring gerakan Anto naik turun yang menyebabkan penis Anto keluar masuk.
Sedikit-sedikit gerakan menekan kedalam Anto tambah sehingga penis Anto yang masuk semakin dalam. Anto rasakan diujung penis Anto seperti di hisap-hisap, alangkah nikmatnya, Anto hampir tidak tahan.
Anto perkirakan semua penis Anto sudah masuk seluruhnya kedalam Vagina Ibu Ambar karena terasa hangat dan nikmat.
Dengan lembut Anto rapatkan selangkangan Anto sambil kedua tangan Anto menguak dan mengangkat kedua kaki Ibu Ambar.
Anto tekan rapat-rapat dan Anto gerakkan memutar pinggul Anto dengan pahanya menempel rapat dan semua penis Anto telah masuk.
“Aduh sayang….. nikmat sekali Nto, sudah lama sekali Ibu tidak merasakan seperti ini”Anto terus memutar pinggul Anto dan menciumi lehernya sambil merapatkan badan Anto.

Tiba-tiba, terdengar Hp Anto berbunyi, dan karena lupa dIbuat senyap, suaranya cukup keras terdengar, tapi karena Anto merasakan sudah diujung puncak nikmatnya, maka diabaikanya panggilan telpon tersebut, karena lebih memilih mengejar kenikmatannya.

“Aduhhhhh, Buuu…. Anto mau keluar, keluarin dimana sayang….?”
“Dalam sajalah Sayang …. Keluarkan semuanya sayang…… Ibu tadi sudah keluar….”
“Sekarang Bu…., aku keluar arrgghhhhhh,,,,,,,”.
Semburan sperma Anto banyak sekali dan berulang ulang, tidak tahu berapa kali, dan gerakkan Anto makin pelan dan akhirnya tubuh Anto lemas terjatuh menimpa tubuh kecil Ibu Ambar.

Anto masih terkulai lemas diatas Ibu ambar sementara penis Anto belum dicabut dan Anto masih merasakan denyutan-denyut liang vagina Ibu ambar.
Perlahan Anto jatuh kesamping Ibu Ambar yang sedang terbaring lemas juga, Anto masih memejamkan matanya sambil menikmati permainan yang baru saja selesai. Ibu Ambar memiringkan badannya menghadap Anto dan tangannya melingkari dada Anto, dan menciumi pipi Anto.
“Ibu puas sekali Nto…, Terima kasih sayang……,” Ia terus menciumi pipi Anto dan Anto melirik sambil tersenyum..

Sambil berbaring menikmati percintaan mereka, tiba-tiba Anto tersadar ada panggilan masuk di Hp nya, dengan malas Ia berusaha mencari Hpnya yang ternyata ada di kantong celananya.
“Nyari apa sayang” tanya Ibu Ambar, melihat Anto membuka Hpnya dan terlihat terkejut, kembali Ibu Ambar bertanya “siapa yang tadi menelpon kamu?”

“Ninda Bu, yang nelepon barusan Ninda” jawab Anto dengan raut wajah terkejut, dan mereka saling memandang Ibu Ambar dan Anto.


..............................​


Ibukota Metropolitan yang menjadi jantung perekonomian dan Pemerintahan Negara ini. Deretan Gedung pencakar langit dan ritme kehidupan yang dinamis nampaknya memang melekat pada Kota ini.

Beragam aktivitas seolah tak pernah berhenti sehingga kerap disebut “the city that never sleep” seperti kota-kota besar dibelahan dunia lainnya. Selain sebagai rumah bagi hampir jutaan warganya, Ibukota juga selalu menebar pesonanya lewat ragam pesonanya yang ditawarkannya, mak tak heran kota ini selalu saja ramai dikunjungi warga-warga pendatang yang mencoba peruntungannya di Ibukota ini.

Tiba dimana hari kedatangan Ninda di Ibukota tempat kakak tercintanya berada, Ninda sangat kagum dengan Gedung-gedung tinggi yang Ia lihat sepanjang perjalanan menuju rumah kakaknya.

“Disini mbak, lokasi rumahnya?” tegur abang ojol membuyarkan lamunan Ninda.
“Sesuai GPS sih, memang benar disini” ujar Ninda ragu, Ia belum pernah berkunjung ke rumah kakaknya, walau sudah beberapa kali ke Ibukota, karena waktu itu Natalia belum pindah ke Ibukota, “sebentar, saya coba telpon kakak saya dulu”.
Sebelum Ninda sempat menghubungi Kakaknya, tiba-tiba pintu depan rumah tempat Ia berhenti terbuka, tampak wajah yang Ninda kenal tapi berbeda dengan ingatannya, “Adikkkk... kau sudah sampai” teriak Natalia begitu senangnya ketika melihat adiknya tepat didepan rumahnya, ternyata wanita itu adalah kakaknya terlihat b erbeda sekali dari terakhir kali mereka bertemu.

Segera Ninda turun dan membayar ojol beserta tipsnya, lantas bergegas menemui kakaknya seraya berseru girang “kakakkuuu.... mbakyuuukuu... cintakuuu.....” canda Ninda girang, Natalia tertawa tanpa suara mendengar kalimat dari adiknya itu.

“Maaf ya dik, aku baru sampai rumah tadi pagi subuh dan terlelap sebentar, jadi dengan menyesal tidak bisa menjemputmu tadi di stasiun” jelas Natalia menyesal, “Tak mengapa kakakku yang cantik, aku sudah besar, buktinya sampaikan dirumah kakak” kata Ninda.
“Kakakku sayang, kenapa terlihat berbeda, hampir pangling tadi aku melihat kakak, padahal belum ada setahun kita tidak bertemu” kata Ninda,
“Berbeda bagaimana dik?” tanya Natalia bingung, “Kakak tambah cantik saja, beneran... tambah seksi pula hahaaaa” tawa gembira Ninda, dan Natalia ikut tertawa bangga, “perawatan adikku sayang, kamu juga seharusnya merawat dirimu sendiri, biar terlihat cantik”.
“Aku malas kak, lagi pula uangku takkan pernah cukup kalau mengikuti perawatan seperti kakak” kata Ninda.
“Kita wanita harus pandai merawat diri, biar kelak suami kita tidak melirik yang lain” jelas Natalia, “Pokoknya nanti setelah kita cukup istirahat, kamu ikut kakak, kita perawatan biar kamu tambah cantik”
“Asikk, ditraktir kakakku yang cantik” seru Ninda girang.
“Huhh... ditraktir, iya...iyaa.. sekali-kali... kalau keseringan jebol nanti tabunganku” ujar Natalia sambil tersenyum gembira.

Seharian mereka asik bercerita satu sama lain, menceritakan kampung halaman mereka, tetangga, dan teman-teman mereka. Natalia bercerita jika saat ini ia sedang berhubungan dengan seorang lelaki yang lebih muda usia darinya, Ia merasa bangga karena kekasihnya itu mempunyai sesuatu yang berlebih, sehingga segala keinginan dirinya terpenuhi. Ninda sedikit terkejut dengan perubahan watak kakaknya, Ia merasa kakaknya sudah berubah, tetapi sayangnya Natalia ke Ninda sebagai adik satu-satunya tidak akan pernah berubah.

...................................

Lelaki muda itu semenjak kedatangnya, membuat Natalia seolah-olah mengacuhkan adiknya Ninda, dan Ninda memahami itu, karena Ia melihat Kakaknya tercinta sedang kasmaran, lelaki muda itu diperkenalkan ke Ninda sebagai Bagas Perkasa Bumi, nama yang bagus mungkin Orang Tuanya mengharapkannya kelak menjadi seorang lelaki yang perkasa dan yang akan melindungi keluarganya.

“Adik, maaf yaahh aku harus pergi ada urusan pekerjaan, Bagas kemari untuk menjemputku, kau tak mengapa kan dirumah sendiri?” kata Natalia dengan ekspresi sedih.
“Pergilah kakakku sayang, aku kan bisa jalan-jalan sendiri atau bersantai saja dirumah” kata Ninda, “jadi jangan kahwatirkan diriku”.
“Baiklah, aku sebenarnya menyesal meninggalkanmu sendirian dirumah, tapi ini sungguh penting demi karirku...” kata Natalia, “aku janji nanti kita perawatan lagi yah, seperti hari lalu” kedip Natalia.
“Kau seharusnya menyimpan uangmu buat masa depanmu kelak” kata Ninda.
“Tenanglah, kekasihku yang akan menangganinya bukankah itu salah satu kegunaannya” kata Natalia tersenyum puas.
“Tidak, aku tidak mau jika kau manfaatkan kekasihmu untuk itu” jelas Ninda sedih, “sudahlah, kita lihat besok saja ya, hati-hati dirumah” kata Natalia lagi.

Ninda menyukai kegiatan bersama dengan Kakaknya ketika mereka sedang menikmati waktu mereka di salon dan spa langganan kakaknya itu, tetapi Ninda tidak suka jika kekasih kakaknya yang mengeluarkan dana untuk itu, Ia merasa baginya itu tidak pas, Ninda merasa menjadi jengah tapi hanya diam saja karena sungkan untuk memulai perdebatan dengan kakaknya.

Setelah Bagas berpamitan dengan Ninda, lantas merekapun segera berangkat, Ninda hanya tersenyum melihat kemesraan mereka, Ia hanya berharap semoga Bagas lelaki yang tepat untuk kakaknya tercinta, tidak seperti nasibnya saat ini.

...........................................


Disebuah ruangan kantor yang terlihat sangat mewah, dimana bukan orang sembarangan yang memiliki ruangan kantor dengan kemewahan itu atau mungkin pemilik perusahaan, tampak sesorang sedang merenung, panggilan telpon dari sekretarisnya tidak diindahkannya sehingga dengan berat hati sekretaris tersebut langsung melihat kedalam ruangan pimpinannya karena heran tidak seperti biasanya pimpinannya mengabaikan panggilan telponnya.

“Aku mohon mas, bantu Lia kali ini” ujar Bagas sambil berlutut dihadapan saudaranya itu.
“Kenapa kau begitu peduli dengan Iblis Betina itu, Ia tidak lebih dari penghisap harta...” tungkas Alex sebal kepada saudaranya itu, “apa mungkin kau kena guna-guna, atau pelet gitu?”.
“Sungguh mas, cintaku murni untuk Natalia, dan aku yakin Lia pasti juga mencintaiku apa adanya” ujar Bagas menyangkal kata-kata dari saudaranya, Ia bersikeras bahwa cinta ‘Lia’ untuknya itu tulus.
“Kalau aku bisa membuktikan cintanya padamu hanyalah kebohongan belaka saja, bagaimana menurutmu?” tanya Alex percaya diri.
“Tolong jangan lakukan sesuatu yang bodoh mas” ujar Bagas tegas.
“Kau itu yang sudah bertindak bodoh Gas!!! Tolong kau sadar itu, bagaimana aku bisa mempertanggung jawabkan janjiku pada mediang Ayahmu Gas...” hardik Alex geram, “sudah berapa banyak kau pikir dana yang kuberikan kepadamu, dana yang seharusnya kau gunakan untuk pendidikanmu itu, malah kau gunakan untuk pelacur itu... sadarkah kamu Gas?”.

“Tolonglah aku mas, kali terakhir kumohon padamu untuk membantu Lia.” Pinta Bagas lemah
“Menghubungi kolegaku itu maksudmu Gas” tanya Alex. “Iya mas, tolong bantu agar Lia bisa mendapatkan peran utamanya” ujar Bagas.

“Kau, tahu, jika kupenuhi permintaanmu itu dan menjadikan Iblis Betina itu menjadi terkenal, apakah kamu sadar kau nantinya akan dicampakan olehnya, tidakkah kau memikirkan itu Gas?” tanya Alex,
“Aku yakin Lia bukan wanita seperti itu mas”, jawaban Bagas tidaklah membuat Alex puas, Ia yakin Pelacur itu hanya menggunakan Bagas saudaranya hanya untuk kepentingannya sendiri.

Bagas masih tetap berlutut dan bersikeras tidak akan bangun jikalau saudaranya itu tidak mau membantunya, Bagas sudah kehabisan akal bagaimana membujuk saudaranya agar mau memenuhi permintaannya. Bagas tahu Ia sudah berkorban banyak untuk kekasihnya itu, karena Ia merasa amat mencintai Natalia, dan berharap hubungan mereka sampai pada jenjang pernikahan.

Oleh sebab itu, Bagas rela berkorban kembali sampai berlutut dihadapan Alex saudaranya itu sambil memohon bantuannya.

Sial... aku harus menyelesaikan masalah ini dengan cepat, Bagas bodoh itu tidak akan mempercayai segala perkataanku tentang kekasihnya itu.

“Maaf Pak Alex, Paaakkk....”
Alex terkejut dan kembali kedunia nyata setelah asik dengan lamunannya barusan.
“Iya Bu Tiwi, ada apa Bu?” Tanya Alex kaget
“Bapak sedang ada pikiran berat sepertinya ya Pak” tanya Bu Tiwi sekretarisnya Alex, umumnya seorang pimpinan akan mencari sekretaris dengan penampilan menarik, tetapi beda dengan Alex Bu Tiwi dipilihnya karena beliaulah yang mendukung Alex sejak dari NOL, dari suka duka merintis Perusahaannya, Alex selalu bergantung kepada Bu Tiwi, wanita yang sudah dianggap sebagai pengganti Ibunya sendiri. Perempuan paruh baya, berpenampilan biasa tetapi sangat piawai dalam membantu Alex memanage seluruh unit usaha di Perusahaan Alex, tanpa Beliau mungkin Alex bakalan keteteran dengan banyaknya masalah hampir diseluruh unit usahanya.

“Maaf Bu, saya lagi ada masalah pelik, menyangkut si Bagas” jelas Alex, kepada Bu Tiwi Alex sangatlah terbuka terhadap seluruh masalah yang menimpanya, dan biasanya Bu Tiwi dengan bijaksana bisa memberikan Alex masukan-masukan penting untuk membantu Alex memutuskan arah selanjutnya.

Bu Tiwi hanya terdiam, beliau tahu seluruh kejadian Bagas... karena itu Bu Tiwi hanya bisa menghela nafas panjangnya dan berkata “Selesaikanlah dengan Bijak Pak, Anda tahu Bagas itu masih muda, jiwanya masih labil, apakah mungkin Pak Alex bisa memahami perasaan Bagas dan mendapatkan solusi dari situ, saya yakin Bapak pasti bisa”.

Sudah berulang kali Alex meminta Bu Tiwi untuk jangan memanggil Alex dengan sebutan Bapak, akan tetapi berulang kali pula Bu Tiwi menyanggah, bahwa Ia harus menjaga sikap profesional dalam lingkungan kerja sehingga Ia bersikeras memanggil Alex dengan sebutan ‘Bapak’.

Ucapan Bu Tiwi didengar baik oleh Alex, dan akhirnya Alex memutuskan Ia harus melihat langsung watak sebenarnya Natalia... harus Alex langsung, karena ini menyangkut saudaranya Bagas, saudaranya yang Ia sayangi seperti adiknya sendiri.


........................................​


Suasana dalam rumah itu terasa begitu sepi, dan Ninda menyukainya, karena lantas Ia terbuai dalam lamunannya sendiri. Perasaan yang membingungkan buat Ninda, perihal lamaran Anto pacarnya Ninda sendiri. Apakah Ia dapat menerima lamaran itu? Hanya cukup mengatakan “YA” atau “TIDAK” selesai urusan, tetapi masalahnya pilihan itu tidaklah mudah, untuk Ninda, pernikahan hanya sekali seumur hidup, dan Ninda merasa pilihannya itu harus tepat.

Ya, Ninda jujur menyukai Anto, dan mereka selalu bepergian kemana-mana selalu bersama. Ia pun menikmati momen kebersamaan dan keintiman mereka, yang melegakan Ninda adalah Ia masih menjaga kehormatannya dengan baik, kepuasan yang mereka raih melalui petting dianggap Ninda sudah cukup, dan Anto juga menghormati keputusan Ninda itu. Anto tidak pernah menuntun lebih dari itu dimana mereka tengah asik berduaan.

Hingga suatu malam dimana kemesraan mereka Anto melontarkan kalimat yang membuat Ninda gelagapan, “Ninda sukma putri, maukah kau menikah denganku?” serta merta Ninda menyentakkan diri dari pelukan kekasihnya itu. “kuharap kau bersedia sayangku!” desak Anto penuh harap.

“Kenapa kau melamarku bud?” malah itu jawaban Ninda, jelas Anto melongo lah...
“Karena aku yakin, wanita dihadapanku inilah pilihan yang tepat.” Jawab Anto pasti, “pasti kau pernah memikirkannya bukan, tentang masa depan kita kelak?” tambah Anto.
“Aku.. aku tidak pernah memikirkannya” ujar Ninda, Anto terbelak tidak percaya “jadi selama kebersamaan kita setahun belakang ini hanya kau anggap apa? Apa kau tidak pernah berpikir tentang kelanjutan hubungan kita kedepannya?” cecar Anto ke Ninda.
“Aku belum sampai memikirkan pernikahan, aku menikmati kebersamaan kita selama ini, kamu membuat aku nyaman, pelukanmu, kecupanmu, kemesraan kita, tapi untuk pernikahan terbesit saja tidak.” Ujar Ninda.

Jinak-jinak merpati juga ini perempuan pikir Anto, “tak perlu berbelit-belit begitu, aku sudah memikirkannya masak-masak, hidupku sudah terjamin, rumah, kendaraan pribadi semua hasil kerja kerasku selama ini, dan nanti kau akan melepaskan pekerjaanmu dan kita mulai membangun rumah tangga dengan kau disisiku” lantang Anto dengan pandangan melekat ke mata Ninda.

Namun Ninda merasa panik, Ia merasa semua itu datangnya terlalu cepat, ia baru berumur dua puluh dua tahun ditahun ini. Setiap insan di dunia memang selalu mendapati kejutan dalam hidupnya, namun lamaran Anto kepadanya serasa mengunjangkan dunia nyamannya saat ini.
“Aku... aku.. tidak tahu Anto, ini sungguh sangat mengejutkan buatku!”
“Lalu... (sambil menghela napas) apa yang kau tahu? Kau senang dengan kebersamaan kita bukan? Kita memiliki kegemaran yang sama, pikiran yang sama, dan kita sangatlah sesuai, dan kau pun senang ketika kucium dan itu.. keintiman kita..” ucap Anto.
“Benar sayang, aku tidak akan menyangkal kata-katamu barusan, tapi buatku pernikahan hanya sekali dalam hidupku, karena itu aku harus memikirkannya masak-masak...” jelas Ninda.

Apakah Anto adalah pilihannya yang tepat? Ninda tahu Ia tidak dapat memberikan janji hidup begitu saja, tetapi kenyataannya sejak Ia berpacaran dengan Anto, bisa dikatakan Ia tidak pernah jalan dengan laki-laki lain. Solusinya, Ninda harus menunda jawabannya ke Anto, untuk menetapkan pilihan jawabannya. Dan akhirnya Ninda mengatakan akan memberikan jawabannya dalam pertemuan mereka nantinya.

....................

Hari minggu yang biasanya diisi dengan keceriaan, hari itu Ninda terlihat menjadi pendiam dirumahnya. Ninda merasa panik, karena Anto menunggu jawabannya, untuk menjawab “tidak” pada Anto dirasa kurang nyaman pikir Ninda, begitupun dengan “ya” ia merasa tidak siap... sangat tidak siap dan Ninda sangat yakin hal itu.

Dan kejadian di pagi hari yang cerah itu, perubahan perilaku Ninda mendapat perhatian dari Orang Tua Ninda, “kenapa kamu menjadi pendiam nduk?” tanya Ibu Ninda, “mungkin pertengkaran rumah tangga bu” serobot Bapak Ninda tiba-tiba. “hush..” kata Ibu Ninda “Koq Bapak malah jadi kompor seh!”.
“Ada apa nduk, coba cerita ke Ibu?” Ninda mengangkat muka melihat wajah Ibunya yang menenangkan.
“Tidak ada apa-apa koq Bu” menghela napas “aku kangen mbakyu ku, dan berpikir untuk kesana sementara waktu” kilah Ninda, tiba-tiba terbesit ide dalam benaknya.
“Kebetulan bos ku sedang liburan pula, sehingga kukira tidak merugikan siapapun jika aku menggambil cuti kisaran seminggu atau dua minggu” tambah Ninda.
Mendengar Ninda menyebut nama anak pertamanya, wajah Ibu Ninda menjadi berseri-seri, karena sudah hampir tiga bulan lebih anak gadis pertamanya itu sudah lama tidak pulang kerumah. Mungkin jika Ninda menengoknya tentu mereka akan langsung mengetahui kondisi sebenarnya mengenai kakak Ninda.

Tetapi, Semenjak kejadian itu Ninda bertekad dalam keputusannya.....


‘Tiba-tiba...’ terdengar bunyi bel, Ninda tersentak dari lamunannya, ia tersenyum karena berpikir tamunya adalah kawan dari kakaknya. Walaupun mereka baru saja pergi tadi, tak ada salahnya jika ia menerima pesan dari tamu yang sedang mencari kakaknya.

Lelaki dengan wajah muram tidak bersahabat berdiri tepat dihadapan Ninda. Perawakan yang tinggi dengan rambut kehitam-hitaman dengan berpakaian rapi terkesan gagah dengan kumis tipis mengitari bibirnya yang merah cerah.

“Ya, ada apa?” tanya Ninda ramah.

Tak ada jawaban dari bibir lelaki itu, dan perlahan kecurigaan Ninda muncul, bisa saja lelaki ini hendak berbuat jahat terhadap kakaknya, seperti yang pernah diceritakan Natalia kepada dirinya, betapa banyak kepahitan dalam hidupnya meski tampak cemerlang diluarnya.

Lelaki itu hanya berdiri diam dan menggamati Ninda dari ujung rambut sampai ujung kuku kaki, waduh beraroma jahat tampaknya lelaki ini terlihat, pandangan mata yang melecehkan Ninda, sehingga Ia berniat menutup pintu. Tentu lelaki jahat ini pikir Ninda, tiba-tiba lelaki itu berkata “Natalia Sukma Pelangi, nama anda, saya berbicara?” runut dan terpelajar terlihat dari kalimat yang dilontarkan baru saja.

Pasti Ia belum pernah melihat kakakku pikir Ninda. Natalia dengan rambut yang dicat kemerah-merahan jelas berbeda dengan Ninda yang tampak begitu polos.

Lelaki itu tersenyum sinis tersungging dalam dibibirnya. Apakah orang ini penggangu atau stalker seperti yang di pilem-pilem itu... Nindapun menjadi ragu bertindak, sekejap Ninda berpikir jika Ia menanggapinya dengan bersahabat mungkin dikemudian hari lelaki ini tidak akan kembali menggangu kakaknya.

Jadi dilanjut Ninda, “anda mencari saya ada apa ya Pak?”.
“Apakah tampangku sudah setua itu?” sambernya.
Yah, itu hanya kalimat kesopanan aja kali, koq sensi banget yah ini laki?.
“Oh, maaf, iya mas jad....”, “Alex Wijaya, panggil saya Alex Wijaya” jelasnya. Ninda mulai mendongkol kepada orang ini, “saya Natalia, Natalia panggil saja”.
“Apakah kita bisa berbicara urusan bisnis hanya disini, maksud saya di depan pintu ini?” tanya Alex Wijaya. “Maafkan ketidak sopanan saya, mari silahkan masuk.” Ucap Ninda.

Sambil beranjak masuk, “biasanya manager saya yang menggurusi bisnis saya” ujar Ninda, “tetapi, dia sudah kepecat karena keteledoran yang tak termaafkan, jadi sementara mencari pengganti semua urusan bisnis langsung saya handel” ingatan Ninda ketika kakaknya bercerita saol mangernya yang lemot dan kurang gesit.

“Saya tidak akan menggangu waktu anda lebih dari lima menit, jadi dengarkan kalimat saya baik-baik” ujar Alex Wijaya, “saya hanya ingin menggatakan anda tidak akan mendapat apa-apa dari saudaraku itu, serta biarkan dia menyelesaikan studinya sampai selesai, karena itu amanah dari Bapaknya Bagas.”

Sikapnya yang angkuh lagi-lagi membuat Ninda tertegun dan ternganga, “jadi... kamu Alex Wijaya? Saudaranya Bagas” kata Ninda tak percaya.

“Perlu kamu ketahui, kalau kau masih mengira bisa menjadikan Bagas sebagai sapi perahmu, maka kau SALAH besar. Apa yang dimiliki Bagas itu hanya merupakan bantuan dariku untuk hidupnya, tentu saja bukan untuk disia-siakan, dan juga bukan untuk kamu... dia harus menyelesaikan studinya, karena itu keinginan Orang Tua Bagas. Paham!” jelas Alex Wijaya panjang lebar. “dan mulai detik ini jika kamu masih menjadikan Bagas sebagai sumber keuanganmu, dia akan kubuat miskin tak punya apa-apa.”, lanjut Alex Wijaya. “Kurasa setelah kau paham maka, kau takkan tertarik lagi dengan saudaraku itu bukan?”.

Ninda yakin, kalau kakaknya mencintai Bagas tanpa memandang harta, “apa kau yakin, pendapatmu benar?, bagaimana jikalau ternyata aku sungguh mencintainya.” Mata Alex Wijaya terlihat melotot geram. “dengan gaya hidupmu yang gemar foya-foya sudah sepatutnya kau akan mencari yang lebih kaya dari Bagas, contohnya aku.”

Ninda merasa jijik dengan perkataan Alex Wijaya, dan tak kuasa menahan emosinya, karena Ia merasa Alex Wijaya sudah menghina kakaknya, kemudian Ia berusaha memukul lelaki itu, tetapi lengan Ninda berhasil ditangkap oleh Alex Wijaya.

Alex Wijaya maju dengan cepat, sebelum Ninda sempat mengelak Alex Wijaya segera menarik tubuh Ninda dan memeluknya, tentunya Alex Wijaya tidak akan menyakiti secara fisik, tetapi jika lawan yang dihadapinya sama lelaki, pastinya akan diajak bertarung secara jantan, beda halnya jika yang dihadapinya adalah seorang perempuan, dan Alex Wijaya berpengalaman dalam hal ini, jadi Ia hanya akan membuat Ninda merasakan penghinaan. Alex Wijaya tidak menyerang dengan tinjunya, tetapi Ia menyerang dengan ciumannya ke bibir Ninda.

Ninda terbelak tidak percaya kelakuan Alex Wijaya dan berusaha memberontak dengan memukul-mukul dada Alex Wijaya, tetapi...

Sekejap saja, ciuman liar itu berubah menjadi ciuman lembut, lebih lembut malahan, dan mengundang perasaan Ninda untuk menerima ciuman Alex Wijaya, sesuatu terjadi pada diri Ninda, dari seharusnya Ia melawan karena dilecehkan, tiba-tiba Ia tidak sanggup lagi melawan gejolak birahinya yang muncul meledak-ledak dari dalam dirinya. Tangannya justru memegangi bahu lelaki itu dan bergelayut manja kepadanya. Ninda seakan lupa akan emosinya tadi dan apa yang dirasakan Ninda saaat ini hanyalah lelaki itu benar-benar telah membangkitkan gairah dalam tubuhnya, yang belum pernah Ia rasakan bahkan ketika melakukannya bersama Anto.

Dengan ciuman itu Ninda merasa terbuai, awal yang kasar berlanjut menjadi buaian kelembutan, Ninda merasakan gairahnya benar-benar melonjak tinggi. Entah apa yang merasuki Ninda hingga Ia dengan sengaja membiarkan dirinya terbuai dengan ciuman oleh orang yang baru saja dikenalnya.
Alex Wijaya tidak bermaksud memperkosanya, belum, mungkin akan, tapi hal itu belum terjadi saat ini...

“Hentikan!” tukas Alex Wijaya sambil menatap Ninda setelah Alex Wijaya merasa cukup untuk menyudahi tindakannya barusan.
“Baru saja tadi kau mengatakan mencintai Bagas, tapi belum berganti menit kau sudah menunjukkan ketidak setianmu padanya!” ujar Alex Wijaya. “tentunya kau lebih memilih pada pria yang berkecukupan dan sukses, bukan pada lelaki yang hanya mengandalkan hidup pada saudaranya.”

Dengan lemah Ninda berkata lirih “Anda salah melihat pribadi seseorang”, Alex Wijaya memilih mengacuhkannya dan memberikan pandangan mencemooh sambil mengancam “jangan ganggu lagi saudaraku!” sambil beranjak pergi...

“Cinta sejati itu tidak mengenal harta, apakah anda memahami hal itu?” kalimat Ninda menghentikan langkah Alex, dan dengan segera Ia membalikan badannya kembali menghadap Ninda, “Wanita materialistis sepertimu Natalia, tidak akan pernah tahu cinta sejati, jangan membuatku tertawa!” tukas Alex geram.
Ninda terkejut mendengar kalimat Alex yang sudah menghina kakaknya, “Anda belum mengenal secara dalam tentang saya Bapak Alex” sindir Ninda percaya diri.

“Kau pikir kau siapa?” Geram Ninda, “Kau tahu siapa aku nona, kuakui kau sungguh cantik bahkan dalam tampilan natural seperti ini...”ujar Alex, “Begini saja, sesuai permintaan kekasihmu Bagas, akan kucoba bantu dirimu untuk mendapatkan peran utama itu, bagaimana?”

Peran utama, Ninda dilanda kebingungan, lantas apa yang harus ku perbuat pikir Ninda cepat.
“Apa kau pikir dengan kemampuanku aku tidak mampu mendapatkan peran itu” cemooh Ninda, Ia yakin dengan kemampuan Kakaknya, Natalia akan sanggup mendapatkan peran utama.
“Bukankah kau meminta Bagas untuk memohon kepadaku supaya membantumu, bagaimana mungkin kau sekarang sangat percaya diri sekali” sinis Alex menjawab, “Dengarkan baik-baik, aku sanggup membantumu mendapatkan peran itu, tapi ada harga yang harus kau bayar” ujar Alex tersenyum.
Ninda sungguh sebal dengan kalimat Alex, Ia berusaha tegar untuk tidak membuat nama kakaknya jatuh, “Apa kau yakin bisa mendapatkan peran itu untukku” ujar Ninda pelan, Ninda tidak yakin dengan kalimatnya barusan, Ninda merasa bahwa Ia baru saja memancing serigala memasuki rumahnya.

“Seratus persen yakin Nona Natalia, sepertinya kau meragukan kemampuanku” ujar Alex sinis, “aku yakin dan bisa mewujudkan kemauanmu asal kau setuju dengan harga yang ku mau”.
“Apa yang kau mau Bapak Alex?” tanya Ninda sedikit bergetar suaranya.
“Yang ku mau sederhana, kau ikut denganku sekarang” ujar Alex merasa menang, “Jadi bagaimana kalau kau ikut saya sekarang juga, dan kita lihat bagaimana sikap Bagas mengetahui bahwa kekasihnya pergi denganku” tantang Alex.
“Tidak, saya tidak akan mengkhianati hubungan kami,” jelas Ninda,
“Dan bagaimana jika dengan paksaan Nona Natalia” sergah Alex dengan sinisnya. “Aku sanggup dengan cepat memaksa kau ikut denganku saat ini juga, baik, dengan paksaan atau kerelaan.” Sombong Alex.
“Kau tidak akan bernai melakukan itu” ujar Ninda sedikit takut akan niatan Alex, Ia merasa Alex hanya memberikan gertakan saja dan Ninda menjadi ketakukan dengan apa yang dilakukan Alex selanjutnya.

Tanpa menghiraukan kata-kata Ninda, Alex meraih ponselnya “Kemari kalian..” singkat dan jelas, selang beberapa detik kemudian, dua orang pria berbadan tegap menghampiri mereka dan Alex berkata “bawa dia” sambil menunjuk Ninda dengan gerakan kepalanya, “lakukan tanpa kekerasan, tidurkan saja”.

Ninda terhenyak tidak percaya bahwa Alex sanggup melakukan sejauh ini, dan dengan gemetar Ninda hendak berlari, tapi karena saking takutnya, Ninda malah tersandung kakinya sendiri dan terjatuh, kedua pria tersebut segera meraih lengan Ninda, dengan meronta-ronta Ninda hendak berteriak, tetapi sebuah tangan membekap mulutnya, dan menarik paksa tubuh gadis itu dan membopongnya menuju mobil. Bekapan tangan dimulut Ninda mengandung sesuatu yang membuat Ninda terbius, dengan segera tubuhnya terasa lemas dan sebelum Ninda kehilangan kesadaran Ia merasa dirinya sedang dibopong keluar dari rumah kakaknya.

.......................
...............................

Ninda terbius yang dilakukan pengawalnya Alex, nanti dulu... jika mereka itu pengawalnya Alex, kenapa di mobil hanya ada Ninda dan Alex? sepertinya Alex mempunyai maksud tersembunyi dalam hal ini. Dan tampaknya hanya ada satu mobil yang tampak di jalan yang menuju antah berantah... karena terlihat mereka sudah bukan dijalan raya lagi, jalan yang mereka lalui saat ini masih terlihat lebar dan masih beraspal, walau tampak banyak aspal yang mengelupas sehingga mau tidak mau membuat kenyamanan mobil sedikit terganggu, meski dengan mobil dobel cabin sekalipun milik Alex ini. Karena aspal jalanan yang tidak nyaman, membuat Ninda tersadar perlahan, gadis itu menggeliat seakan baru bangun dari tidur lelapnya.

Ninda tersadar perlahan, sekejap Ia mencoba menggumpulkan ingatannya keberadaannya saat ini?

Setelah ingatannya kembali pulih Ninda tersentak kaget dan mencoba mencari tahu sambil masih berpura-pura pingsan, akhirnya Ninda memutuskan untuk membuka matanya dan menoleh ke pengemudi yang ternyata Alex.

“Kemana kau membawaku?” tanya Ninda lemah, setelah Ia siuman dan menyadari bahwa Ninda tidak lagi berada di Ibukota, kerena melihat kiri dan kanan jalan yang mereka lalui hanyalah hamparan sawah membentang luas sampai garis pandang mata.

Ninda tahu percuma saja Ia bersikap emosi dan berusaha melawan Alex, karena Ia tahu hal tersebut akan menjadi sia-sia saja, mungkin bersikap kooperatif bisa mengukur niatan Alex sebenarnya, pikir Ninda.

“Hei, Kupikir kau akan menggila dan mengamuk ketika bangun nanti, tetapi kenapa sekarang kau lebih kalem?” Heran Alex terhadap perubahan sikap Ninda yang masih disangkanya Natalia.
“Jangan kahwatir Bapak Alex, saya masih tidak mempercayai anda” ujar Ninda
“Alex, panggil Alex jangan pake embel-embel Bapak, terkesan tua sekali diriku” jawab Alex mengkoreksi panggilannya.
“Baiklah Alex, apa rencanamu dengan membawa diriku dengan paksa ke daerah antah berantah ini?, “Aku tidak tahu maksudmu sebenarnya dengan membawaku paksa, apa kau tahu ini kau bisa kena masalah jika kulaporkan pada pihak berwajib” kata Ninda tegas.
“Tidak perlu mengancamku Nona, aku tahu apa yang kulakukan, walau sebenarnya membawamu dengan paksa tidak termasuk dalam rencanaku sebelumnya” kata Alex, “Ternyata kau cukup pintar ya, baiklah karena kau bersikap baik tidak seperti perkiraanku sebelumnya, kita akan pergi ke rumahku yang sudah lama tidak kutengok. Semoga masih tetap utuh dan dalam kondisi baik.” Jelas Alex. “Tenang, kita hanya pergi kisaran dua hari, setelah itu kau akan kembali dengan utuh, dan jelas aku tak akan melukaimu, jika itu membuatmu nyaman”.

Ninda berpikir apa sebenarnya rencana Alex, tetapi sepertinya Alex paham pemikiran Ninda, “Aku terpaksa membawamu, jujur saja dari awal ini bukan rencanaku, hanya terlontar begitu saja tadi, karena kau selalu membicarakan cinta sejati.” kata Alex.

“Apa maksudmu sebenarnya, jangan bertele-tele, Lex” ujar Ninda sengit.
“Ketika Bagas mengetahui bahwa Kekasihnya sedang pergi denganku, aku ingin tahu ketika apa yang kukatakan kepada Bagas itulah kebenarannya, pastinya hal ini akan mempengaruhi pemikiran Bagas mengenai dirimu sebenarnya Natalia” Jelas Alex.

“Kau Jahat Lex, asal kau ketahui rencanamu itu tidak akan berhasil” ujar Ninda tersenyum sinis, Ia yakin percuma saja menjelaskan siapa dirinya saat ini karena Alex merasa dirinya diatas angin, dan Ninda senang pada akhirnya Kakaknya dan Bagas bisa bersama selamanya.

“Sungguh percaya diri sekali anda nona Natalia, ki....” sela Ninda tiba-tiba “Ninda, panggil aku Ninda, tanpa embel-embel nona” sindir Ninda. “kita lihat nanti, siapa yang akan tertawa diakhir nanti” lanjut Ninda tegas.

“Cukup basa basinya, kita sudah hampir sampai...” ujar Alex dingin. “Baiklah Ninda, kita lihat siapa yang akan tertawa nanti di akhir” lanjut Alex dingin, “ dan kita sebentar lagi akan sampai, semoga rumah yang akan kita tuju masih dalam kondisi baik”.

Ninda sebenarnya terkejut akan perkataan Alex bahwa mereka sedang menuju rumah Alex yang entah berada dimana, sejauh ini Ninda jarang sekali melihat rumah penduduk, kali ini hanya pasrah Ninda kepada Yang Kuasa semoga Ia baik-baik saja.


[Alex Wijaya emosi karena Ninda(Natalia) masih bersikeras, dan muncul niat jahat dengan menculik Ninda untuk menunjukan ke Bagas bahwa Ninda(Natalia) bukan wanita baik-baik]

.....
===================================​
 
Terakhir diubah:
(Disebuah tempat pelosok, jauh dari keramaian, tempat dimana Ninda dibawa Alex, terlihat sebuah rumah sedrhana, dengan tampilan modern minimalis dua lantai, lantai pertama hanya berisikan ruang tamu, kamar mandi dan dapur beserta ruang makannya, sedangkan kamar tidur berada dilantai dua rumah itu. Hanya tampaknya rumah itu sudah lama tidak ditingali, sehingga Alex memaksa Ninda untuk membantunya membersihkan rumah supaya layak mereka tempati. Awalanya Ninda menolak paksaan Alex, akan tetapi melihat rumah yang berdebu seperti itu membuat Ia merasa risih, Ninda memang tidak suka dengan sesuatu yang terlihat kotor, sehingga akhirnya dengan sukarela Ia membantu Alex membersihkan rumah itu.

Alex berjanji kepada Ninda, bahwa Ia hanya membawa mereka untuk menginap sekitar sehari sampai dua hari, setelahnya Alex janji akan mengantar Ninda kembali kerumah, mengingat janji Alex, akhirnya Ninda mengalah dan membiarkan dirinya bersama Alex, walaupun Ia merasa dirinya takut akan tindakan Alex terhadapa dirinya nanti.

Sehingga ketika mereka selesai membereskan rumah, dan ketika sudah mandi dan berganti pakaian Alex berpikir untuk mencoba bersantai sambil melihat perkembangan informasi, dengan mencoba relaks mengatasi kelelahannya akibat berkendara jauh dan aktivitasnya membereskan rumah yang ternyata cukup melelahkan. Sehingga tiba-tiba....)



“Kau pikir kau pintar, tidak... kau sungguh licik!” makinya berang dan wajahnya tampak menggerikan. Ninda secara naluri tersurut mundur menjauhinya, tetapi apa daya seorang wanita seperti Ninda, Ia kembali terduduk karena kakinya gemetaran. “dasar pelacur, tidak ada bedanya kau dengan pelacur jalanan diluar sana, kau penipu yang telah melakukan rencana celaka kepada Bagas.”

Alex sungguh terlihat marah sekali, setelah Ia mendapat informasi dari statusnya Bagas, perihal bahagianya Bagas lamarannya diterima kekasihnya. Dipikirnya dengan menculik Natalia (Ninda) akan membuat Bagas berpikir lagi tentang wanitanya yang doyan dengan lelaki kaya.

“Alex, tolong dengar dulu” Ninda mencoba meredakan amarah Alex, namun suara tukasannya itu bukan meredakan amarah Alex, malah justru menambah amarahnya meluap-luap. Ninda sepertinya paham kenapa tiba-tiba Alex menjadi emosi, pikir Ninda bahwa Alex sudah mengetahuinya siapa dirinya sebenarnya.

“Apanya yang harus kudengar dari mulutmu yang berbisa?” Jengkel Alex dengan geram. “kau telah membuatku terkecoh dengan rencanamu itu, dan setelah kau menerima peran itu kau masih tetap bersama Bagas, bahkan menerima lamaran Bagas, kau pikir siapa aku? rupanya ya, betapa kau geli menertawakan aku sejak kita datang kesini, memikirkan bagaimana kau berhasil menipuku, dan bagaimana aku menciummu...”

Ninda terhenyak kaget bingung akan perkataan Alex barusan, awalnya dikira Alex sudah mengetahui siapa dirinya sebenarnya tetapi rupanya Alex melihat statusnya Bagas perihal lamaran Bagas kepada Kakaknya, dengan cepat Ninda berpikir dan kembali memainkan perannya...

“Alex... aku, itu terjadi sebelum kau datang kerumah” Ninda memohon dengan cepat dan melihat Alex makin mendekatinya.
“Tidak perlu bicara lagi” tegas Alex, “tentunya kamu sudah sering tidur dengan banyak pria, yang mungkin tidak bisa dihitung lagi dengan jari, jadi jika malam ini kita melakukannya tentu tak jadi masalah buatmu bukan!”

Alex meraih Ninda sebelum Ninda sempat mengelak, Alex berhasil menangkapnya dan merebahkannya di lantai, kemudian dengan terengah-engah Alex berkata, “Pastinya bukan aku satu-satunya yang melihat engkau telanjang!” katanya dengan gemas.
Dan mulai Alex menanggalkan bajunya sendiri dan memulai membuka paksa kaos Ninda sehingga tampak menyembul dadanya dihadapan Alex.
Ninda sangat ketakutan dan Ia mencoba menutupi apa saja yang bisa Ia tutupi dari pandangan Alex. Tetapi Alex menyingkirkan tangan Ninda yang mencoba menutupi bagian tubuhnya, payudara Ninda yang padat dan gempal itu. Tangannya mulai meraba dan mempermainkannya, Ninda berusaha melawan dengan segala cara, menampar, memukul, menendang, akan tetapi Alex berhasil mengatasi perlawanan Ninda dengan mudah.

Alex rupanya sudah dibawah pengaruh napsu berahinya. Dia menatap Ninda dengan pandangan menelanjangi. Alex pun tidak menyia-nyiakan kesempatan untuk segera meremas payudara Ninda bergantian. “Jujur saja, sejak dari tadi aku sudah ingin meremes payudara kamu”.

Ujung payudara Ninda sudah mulai mengeras dipilin-pilin Alex. “Dilepas ya bajumu”, katanya seraya menarik sisa kaos Ninda keatas. Payudara Ninda sudah terpampang jelas dihadapannya. Ninda diam saja, matanya terpejam kelelahan. Alex mengendus-endus kedua payudaranya yang berbau harum sambil sesekali mengecupkan bibir dan menjilatkan lidahnya. pentil dada kanannya dilahap masuk dalam mulutnya. Badan Ninda sedikit tersentak ketika pentil itu digencet perlahan dengan menggunakan lidah dan gigi atasnya. “Alex…”, rintihnya.

Dibenamkannya wajahnya di antara kedua belah gumpalan dada Ninda. Perlahan-lahan Alex bergerak ke arah bawah. Kecupan-kecupan bibir, jilatan-jilatan lidah, dan endusan-endusan hidungnya pun beralih ke perut dan pinggang. Bibir dan lidahnya menyusuri sekeliling pusar Ninda yang putih mulus.

Wajahnya bergerak lebih ke bawah. Celana panjang Ninda ditariknya kebawah, Ninda pun dipaksa mengangkat pantatnya supaya lebih mudah dilepaskan. Kecupannya pun berpindah ke celana dalam tipis yang membungkus pinggul Ninda. Ditelusurinya pertemuan antara kulit perut dan celana dalam, ke arah pangkal paha.

Mata Ninda meredup sayu, sekali lagi memohon kepadanya, “Jangan Alex, kumohon, jangan perkosa aku...!”

Ninda makin terengah menahan napsunya, sesekali Ninda melenguh menahan nikmat yang diam-diam merasuki tubuhnya, Ia tahu, secara sadar atau tidak sadar Ia sudah masuk ke wilayah birahinya sendiri, kalau dulu Ninda bisa menghentikan Anto yang terlihat akan berlebihan, tapi kali ini Ninda yakin Ia akan kehilangan sesuatu yang berharga miliknya jika Ia tidak berusaha menenangkan nafsu Alex.

Alex melepaskan semua yang nempel dibadan Ninda sehingga membuatnya bertelanjang bulat.

“Apakah aku ini sedang memperkosamu?” selorohmya sambil tertawa sinis, “kalau memperkosa kau itu masih terlalu bagus buatmu,” lanjutnya, “ jika kau pikir aku memuasi nafsu liar-mu, yang tidak ada beda dengan pelacur diluar sana, jangan pernah coba-coba memimpikannya.”

Air mata Ninda berlinang dengan deras, “kamu akan membenci dirimu setelah melakukannya!” dengan sisa tenaga Ninda untuk mengeluarkan kalimat itu.

“Dan aku akan lebih membenci diriku sendiri jika kau lolos dari hukuman ini” ucap Alex dengan pongahnya.

“Alex, aku tahu ini bukan sifatmu, karena ini bukan pribadimu yang sebenarnya”, Alex sedikit terhenyak mendengar kalimat Ninda, sekian detik Alex diam, “Oh, rupanya kau masih mencoba merayuku?” sementara matanya memandangi payudara Ninda.

“Jangannn... aku tidak pernah seperti ini...Alexx...!!!” sanggah Ninda lemas, masih dalam tatapan Alex yang penuh birahi. “apa maksudmu?” tanya Alex, “aku masih perawan Alex”,
“Kebohongan dan kebohongan serta tipu daya lagi, kau pikir aku percaya, persetan dengan pengakuanmu!” kata Alex mencemooh.

“Aku belum pernah melakukannya dan kau akan mendapatkan buktinya jika kau teruskan tindakanmu”. Dan air mata Ninda mengucur deras. Ninda disitu telanjang bulat, polos. Dibawah tindihan seorang laki-laki yang sedikit lagi akan melampiaskan nafsu birahinya............

Tiba-tiba Alex terdiam sebentar hatinya bimbang dan pikirannya seperti bingung melihat Ninda yang menangis dan akhirnya Ia menghentikan tindakannya, kemudian berkata “Baiklah, Ninda”, ujar Alex serasa sukar dipercayai oleh Ninda, karena nadanya terdengar berubah. “Aku tidak akan melanjutkan tindakanku” tambahnya. Ninda sungguh bersyukur ketika melihat laki-laki itu mengenakan pakaiannya kembali.


Kemudian nada suara Alex lebih tegas “Kau istirahatlah, aku akan membuatkan teh hangat untukmu!”

Ninda belum sempat berseru PERSETAN, karena ia tidak sudi menerima apapun dari Alex, tiba tiba Alex membopongnya ke ranjang.
Alex membaringkan Ninda serta menutupi tubuh telanjannya dengan selimut. Ninda masih tersedu seduh karena masih menangis. Hatinya merasa hancur karena ketakutan memikirkan kemungkinan yang akan menimpa dirinya. Dia sama sekali tidak tahu Alex telah meninggalkan kamar.

Alex kembali beberapa saat kemudian membawa cangkir berisi teh panas. Kebencian Ninda yang begitu mendalam... terdengar suara Alex tidak seperti biasanya tetapi bernada penuh penyesalan seperti membenci dirinya sendiri, yang melebihi kebencian Ninda terhadapnya. “Jangan menangis Ninda... hentikan tangismu itu, aku berjanji tidak akan menyakitimu“.

Aneh memang tetapi begitulah perasaan Ninda. Rasa benci nya terhadap laki laki itu seketika sirna. Ia tadi menakuti nya, betapa Alex marah dan melampiaskan dendam dengan memperkosanya, namun mengapa sekarang sikapnya tiba tiba berubah?


“Aku tahu kau pasti tidak ingin melihatku disini,” ujar Alex pelan. “kupikir sama aku sendiri untuk saat ini. Percayalah Ninda, tetapi, jika minuman ini kutinggalkan disini, apakah kau berjanji akan meminumnya?” Pinta Alex dengan nada penyesalan.
Ninda ingin sekali membalikan tubuhnya dan melihat penyesalan Alex dengan memandang wajahnya, tetapi ia tak sanggup melakukannya, hanya berkata lirih “Iya, aku akan meminumnya” sambil berusaha menghentikan tangisannya. Terdengar langkah Alex menuju keluar dan menutup pintu.

Wajah Alex tampak menyeringai sinis, Ia sebetulnya masih bimbang dengan perkataan Ninda, jikalau Ninda masih perawan. “Haruskah aku mempercayainya?” batin Alex galau.

Terbesit keraguan dalam hati Alex, kalau boleh jujur dengan hatinya, entah mengapa, ada yang berbeda dengan gadis ini, tangisan Ninda terlihat jujur tanpa ada unsur pura-pura, dan walau jauh lebih muda dari Alex, tetapi Alex melihat kalau Ninda mempunyai kepribadian yang memikat hatinya. Saat ini Alex bingung dengan keadaan yang baru saja terjadi, Ia masih dilema antara mempercayai kejujuran Ninda atau tidak, oleh sebab itu Alex sudah merencanakan sesuatu...

Teh itu sudah dicampur dengan ‘obat perasa’, yang akan merangsang syaraf-syaraf seseorang dibagian genetikal nama sederhanya perangsang, tapi komposisi obat itu diramu sedemikian rupa sehingga tidak meninggalkan bau, jejak, atau apa saja... dari Korea asal obat itu, dan bukan Korea Selatan, tapi Korea Utara, ah... entah bagaimana Alex mendapatkan obat itu, hanya segelintir pejabat diplomatik yang mengetahuinya.

Alex masih berpikir maju mundur mengenai langkah selanjutnya, apakah akan tetap menyetubuhi Ninda, atau tidak... pikiran Alex berkecamuk.

Walau pertemuan singkat tetap saja perasaan itu tidak bisa dihindari, ada seorang Suhu Besar di forum ini yang mengatakan “cinta itu tidak bisa memilih siapa yang dicintanya!”.

Ya itu benar, Alex sadar akan hal itu, perasaan itu ada untuk Ninda, dan barusan Alex sudah melakukan tindakan yang akan membuat Ninda semakin membenci dirinya... Tapi bagaimana dengan Bagas yang sudah mempersunting Ninda?

Alex tidak bisa menolak kemolekan tubuh Ninda, Alex merasa sangat terangsang tadi melihat tubuh telanjang Ninda. Alex berpikir mungkin akan mencoba merayu Ninda untuk tidur dengannya, tetapi bukan dengan pemaksaan seperti tadi.

Entah bagaimana nanti, Alex akan menentukannya. Dalam benaknya Ia harus mendapatkan gadis itu, suka tidak suka perasaan Ninda kepadanya.
.......


Kepastian dalam penantian, waktu demi waktu, menit-menit yang bergerak maju, detik jam yang terdengar di malam ini, mengelisahkan perasaan Alex. Ditemani dengan teh panas tawar kesukaannya dan rokok yang tengah disesapinya, Alex menunggu langkah selanjutnya.

Haruskan Aku melakukannya, gejolak bahtin Alex mengelora. Ia bangkit dari duduknya, masih diam termangu, kemudian kembali duduk lagi...

Meskipun pengalaman Alex menyangkut wanita sudah sedemikian banyak, ternyata sesosok wanita yang bernama Natalia Sukma Putri itu membuat Ia luluh, dari hatinya yang sudah membatu sekian lama.

Ya ciuman itu yang membuat Alex tergetar, padahal tadinya hanya memainkan perannya sedemikian rupa untuk menggoda dan dengan sengaja merangsang pasangannya Bagas itu, akan tetapi, hatinya, perasaannya, kalbunya, turut tersengat, karena itu ciumannya yang tadinya kasar menjadi sedemikian lembut dan hampir saja melenakannya, dan jika terlambat bakalan gagal sudah rencannya. Sekali lagi, tetapi Alex merasakan pula getaran dalam diri Ninda, Alex bukan lelaki tolol, pengalamannya membuktikan bahwa Ninda turut terlena dalam ciuman mereka itu. “Mungkin aku masih punya kesempatan!” pikir Alex.

Alex merasa dirinya bukan seperti biasanya, biasanya tanpa ragu Alex akan mengauli wanita yang sudah Ia incar, tapi mengapa dengan Ninda Ia merasa berbeda, Alex menyangkal dirinya menyukai Ninda, karena wanita yang belum lama Ia kenal ini bisa membuat dirinya berubah.

Dalam diam Alex melangkah perlahan, sedikit banyak alkohol mempengaruhinya malam ini. Teh panas, tidak cukup menentramkan jiwanya yang bergejolak sehingga diraihnya botol beralkohol yang selalu di bawa dalam tas.

..............................​

Kali itu, Ninda terlihat tertidur, Alex dengan sengaja masuk dan melihat bentuk badannya yang sempurna, pahanya yang kuning langsat, panjang jenjang dan terpelihara. Pinggangnya yang sangat ramping, perutnya yang rata dengan bentuk pusarnya yang dalam.

Payudaranya membusung di balik kaos tipis, yang tersingkap dan menempel ketat karena keringat. Puting payudaranya yang mengacung membuat kaosnya berbentuk kerucut kecil seperti tenda Indian.
Rupanya sebelum jatuh terlelap Ninda sempat mengenakan kembali kaosnya.
Celana dalam Ninda yang terlihat tidak tepat pada posisinya, karena tergencet di bawah pantat, membayangkan jelas bentuk bibir vagina Ninda.

Ninda masih terlentang di atas ranjang, tetapi tangannya sedang mengusap di sela-sela pahanya yang sekarang terbentang lebar. Tangannya yang satu lagi sedang meremas payudaranya. "arhhh.. ohhh.. eghhhh... ehmm....!!" bibirnya mengerang.
Kupikir obatnya berhasil terlihat dari pergerakan badannya yang erotis, pikir Alex.
Agaknya payudaranya tidak puas diremas lewat kaos, Ninda singkapkan kaos itu ke atas payudaranya.
Alex dapat melihat lengkap tonjolan payudara Ninda yang berkulit kuning langsat, putingnya yang merah bagaikan buah strawberry.
.................................

“Perlu aku bantu,” ujar Alex sambil melingkarkan tangannya ke pinggang Ninda. Ninda terkejut dan terbangun tiba-tiba...
Alex kembali merebahkan tubuhnya di ranjang,“Mau air putih?” tanyanya. Ninda menggeleng menolak.

Entah bagaimana awalnya, tiba-tiba Ninda seperti ingin di perlakukan lebih. Entah mengapa kali Ninda tidak menolak disentuh oleh Alex, Ninda malah tersenyum memandang wajahnya. Alex ikut tersenyum, Alex mendekat dan membelai rambut Ninda. Disambut belaiannya dengan mencium tangannya. Tangan Alex menggenggam tangan Ninda dan tanpa Ninda sadari, Ninda menarik tubuhnya mendekati tubuh Alex.

Sebuah kecupan lembut mendarat di bibir Ninda. Tanpa pikir panjang, Ninda sambut kecupannya dan akhirnya mereka berciuman lembut yang kian meningkat menjadi ciuman liar dan sedikit kasar.

Sepertinya pengaruh syaraf perangsang Ninda rasakan semakin memanaskan adegan percintaan mereka.

Tangan Alex mulai meraba sekujur tubuh Ninda, membuat Ninda semakin lepas kendali. Kecupannya juga sudah merambat ke leher. Ninda hanya bisa memeluknya erat dan menarik bajunya keatas. Ninda ciumi pundaknya Alex dengan ganas.
Alex meronta kegelian, dan kini giliran lidah Alex menari-nari diatas payudara gadis itu.
Alex semakin ganas,tanpa meminta persetujuan Ninda, tangannya juga melepas kaos milik Ninda. Alex tersenyum menyaksikan payudara Ninda polos dihadapannya. Dirabanya lembut seluruh permukaan payudara Ninda itu.

Mereka kembali berciuman, kali ini lebih ganas. Aksi pagut-memagut terjadi. Sambil terus berciuman, Alex mulai membuka celana Ninda dan perlahan-lahan menurunkannya. Jemarinya menelusup kesela-sela vahina Ninda. Seketika Ninda mendesah keras saat jari-jari Alex menyentuh organ paling intim ditubuhnya.

Rabaannya halus dan sungguh merangsang nafsu birahi Ninda. Tak sampai sepuluh menit, mereka sudah berpelukan polos tanpa batas. Nikmat sekali rasanya didekap oleh tangan Alex yang kekar. Bulu-bulu tubuhnya seperti menggelitik sekujur tubuh Ninda. Mereka semakin lupa diri. Tanpa perlawanan, Ninda rela menyerahkan tubuhnya pada Alex dalam kondisi seperti itu, Alex pun sepertinya semakin bernafsu. Nafasnya semakin memburu. Penisnya mulai menyentuh bibir vagina Ninda, seperti hendak mencari jalan masuk. Saat itu, bagi Ninda tidak ada pilihan selain menerima penisnya terbenam di liang vaginanya, setahun lebih Ninda merasa menanti saat-saat seperti ini.

Tapi itu dengan Anto pacarnya dulu... tunggu Ninda merasa ada yang tidak beres... tetapi rangsangan demi rangsangan yang dilakukan Alex membuat Ninda makin tak terkendali, bahkan Ninda mulai melupakan Anto, karena Ia menginginkan dengan Alex, yah dengan Alex, entah mengapa hasrat Ninda ada pada diri Alex, Pria yang sudah mencuri hatinya karena ciuman tiba-tiba Alex kepadanya sewaktu di rumah kakaknya Natalia.

“Pelan-pelan Alex... aku belum pernah” rintih Ninda sudah diujung gairahnya.
“Tenang akan kulakukan dengan lembut” ujar Alex lembut.
Ninda pun mengangguk pelan dan sesaat kemudian tubuh Alex mulai menekan tubuhnya. Digenggam penisnya Alex untuk membantunya mengarahkan ke vagina Ninda. Sekali lagi Alex mencium Ninda.

Perlahan tapi pasti penisnya menyeruak lubang suci Ninda, pertahanan Ninda runtuh sudah, Ninda saat ini rela melepaskan kesuciannya untuk Alex... tak lama kemudian penisnya Alex sudah mulai memasuki vagina Ninda tanda sebuah persetubuhan telah terjadi.

Alex sedikit terkejut betapa mencengkramnya vagina Ninda yang saat ini dirasakannya, dan adanya penghalang dalam selaput vaginanya Ninda, tapi Alex tetap meneruskan tindakannya itu karena birahinya sudah sangat tinggi.

Ninda mejerit kecil, pertanda sakit yang dirasakan pada vaginanya, sebersit kesadarannya muncul, Ninda sadar bahwa Ia akhirnya melepas kegadisannya.
Alex mendesah panjang, sementara Ninda sempat berteriak kesakitan, Alex berhenti sebentar, setelah Ninda mulai tenang Alex mulai mencoba lagi.

Nafasnya memburu, sementara goyangan tubuh bagian bawahnya mendesak kedua paha Ninda yang semakin terbuka lebar. Kedua lengannya berdiri tegak menahan badannya di kiri-kanan kepala Ninda. Dadanya menutupi semua pandangan Ninda. Alex melirik perpaduan kelamin mereka dan melihat ada noda merah di penisnya. ‘ternyata benar apa katanya’ pikir Alex terkejut.

Ninda hanya bisa melingkarkan lengan kepunggungnya Alex. Tanpa bisa ditahan, desahan Ninda terdengar keras mengikuti irama gerakan Alex. Derit ranjang tempat mereka bercinta semakin cepat. Ninda melirikan matanya keatas, dilihatnya mata Alex terpejam sambil menggigit bibir bawahnya. Ninda berusaha menyilangkan kaki ke atas pinggulnya, terlihat Alex tersenyum tanda senang akan apa yang Ninda perbuat. Lengannya tertekuk sedikit dan bibirnya mengecup dahi Ninda.

Merasa nikmat, Alex malah semakin buas. Nikmat sekali memang jika gerakannya semakin cepat seperti itu. Pelan-pelan Ninda rasakan puncak kenikmatan semakin dekat.
Mata Ninda mulai terpejam, saat-saat seperti ini yang Ninda tunggu dalam impiannya bercinta dengan laki-laki.
Desah Ninda semakin terdengar tak beraturan. Darah ditubuhnya mengalir dengan cepat. Dan, tak berapa lama, tubuh Ninda terasa bergetar. Ninda menggelinjang, punggung Alex, Ninda dekap erat, sementara kaki Ninda menekan pantatnya Alex sekuat tenaga.

Kenikmatan itu Ninda rasakan semakin dekat, “eerrr.....ahhkk.... Alexxxx...” desahnya panjang dan terdengar keras. Kaki Ninda menghentak-hentakkan pantat Alex, nafas Ninda panjang memburu, dan pinggulnya terlonjak-lonjak.

Alex memperlambat gerakannya dan melihat Ninda sambil tersenyum. Kemudian, nafas Ninda mulai tenang. Mata Ninda masih terpejam saat Alex mencium bibirnya lembut. Ninda membuka mata. Alex mulai lagi bergerak dengan buas. Penisnya menghujam vagina Ninda tanpa ampun. Hanya reda beberapa saat, desahnya mulai kembali memburu, demikian juga dengan Alex.

“uh,... Lexx..., aku sudah capeekkk,” Ninda bergumam berusaha memacunya agar cepat menyelesaikan adegan percintaan ini.
Penisnya terasa makin keras, guratan di sekujur alat kelaminnya terasa sekali dicengkram dinding vagina Ninda.
“Ninda.....!!!” teriak Alex memanggil namanya. Seketika, goyangannya terputus-putus, tubuhnya bergetar, desahnya membahana memenuhi ruangan, diiringi denyut penisnya, dan cairan hangat yang memenuhi lubang kemaluan Ninda, Alex terjerembab menimpa Ninda.
Ninda memeluknya erat dan menciumi dadanya yang menimpa wajahnya. Alex tergolek lemas, kepalanya terkulai di atas dada Ninda, Alex tampak berusaha mengatur nafasnya.

Lantas tubuhnya terguling ke sisi Ninda. Di wajahnya tersungging senyum tanda kepuasan. Alex menghampiri wajahnya Ninda, dan mencium kembali bibir Ninda yang seksi lalu merebahkan kepalanya ke dada Ninda sambil berkata “Enak, sayang,,, kau membuatku panas bergairah”, Ninda hanya diam membisu, Ia tak sanggup berkata-kata atau berbuat sesuatu, Ia merasa tindakannya salah, tapi disisi lain Ninda merasa bahagia dan puas. Entahlah mungkin saat ini Ninda tak bisa menggambarkan perasaannya, tapi yang pasti, ini bukannya akhir, awal dari sebuah masalah untuknya kelak. Perhitungan Ninda saat ini adalah puncak-puncaknya kesuburan, dan Alex sudah melepaskannya di dalam. “Oh Tuhan apa yang akan terjadi nanti???” keluh Ninda dalam hati.

................................................​



“Alex, kau biadap...” teriak Ninda, “apa yang kau lakukan padaku?”

“Bukannya kau turut menikmatinya, bahkan mengundangku memasuki tubuhmu” kata Alex, “tapi satu kejujuranmu, kalau kau masih tersegel tadinya”

“Alex kau pasti akan menyesalinya” jerit Ninda tertahan, “Kau salah besar aku bukan Natalia, aku Ninda adiknya Natalia yang kau sungguh benci...” teriak Ninda mencoba menjelaskan kepada Alex perihal siapa dirinya sesungguhnya, Ninda merasa menyesali kejadian malam sebelumnya, walaupun sedikit perasaan dalam dirinya yang menunjukkan kenikmatan yang teramat sangat Ninda nantikan selama ini.

“Permainan apa lagi yang kau mainkan Ninda?” geram Alex, sungguh tak menyangka perkataan Ninda barusan. Alex merasa bahwa wanita ini penuh dengan tipu daya, dan Alex berusaha untuk tidak mempercayainya sama sekali.

“Akan aku tunjukan siapa aku sebenarnya” kata Ninda sebal. Ia bangkit dari ranjang hendak meraih dompet ditasnya yang berada di sofa kamar ini. “arghhh,” jerit Ninda kesakitan pada vaginanya. Tapi, Ia tetap melangkah walau tertatih, dan mengambil KTP nya serta menunjukannya pada Alex.
“Itu identitasku, dan itu yang sebenarnya menerangkan siapa diriku” kata Ninda.
“Aku tak mempercayaimu, lagi pula indentitas ini bisa di buat atau memang jika ini asli, mungkin kau menggunakan nama panggungmu sebagai Natalia” Sunggut Alex tak percaya.

Bagi Alex, sebenarnya Natalia atau Ninda tak masalah siapapun gadis ini, karena Ninda telah mencuri hatinya, tetapi kenapa Ninda masih terus bersandiwara... itu yang membuat Alex menjadi jengkel.
“Ini aku yang sesungguhnya Alex, ‘Lia’ itu Kakak kandungku, Natalia Sukma Pelangi, namaku Ninda Sukma Putri” Jerit Ninda sambil menangis, Ninda merasakan keras kepala lelaki satu ini, hingga tidak sanggup atau tak sudi berbicara lagi dengannya.

“Aku harus pulang, Kakakku pasti mencariku” ujar Ninda tersedu.
“Baiklah jika itu maumu” jawab Alex, seraya bangkit dari ranjang dan memakai pakaiannya.
“Sebaiknya kau cuci mukamu dulu sebelum kita pergi, nanti kecantikanmu hilang” ujar Alex mencoba menggoda, Ninda tidak menanggapi kata-kata Alex dan memilih diam karena dongkol.

Ninda sungguh membenci dirinya sendiri karena membiarkan dirinya terlena oleh sentuhan Alex, tapi Ninda mengingat malam itu Ia juga menginginkannya. Seandainya Alex mau mendengar kalimatnya, mungkin Ninda akan bersikap lain.

Hanya menangis yang bisa Ninda lakukan saat ini, Ia bingung harus bagaimana, akan kah Ia meminta pertanggung jawaban dari Alex? Sepertinya hal itu tidak akan Ia lakukan, mengingat betapa bebalnya sikap Alex yang masih menyangka dirinya Natalia Kakaknya.

..........................​


Sesudah Alex mengantarkan Ninda pulang, Natalia terkejut melihat penampilan Ninda yang semerawut, Lia menanyakan dari mana perginya Ninda dari kemarin, dan mengapa Hp nya tidak bisa dihubungi.

Ninda hanya diam, dan kembali menangis, Lia merasa sungguh sangat kahwatir melihat kondisi adiknya saat ini.
Lia membuatkan teh manis hangat untuk adiknya, dan menunggu Ninda tenang, Ia yakin adiknya akan bercerita sebenarnya, Lia hanya tersenyum sambil tangannya mengelus lengan Ninda perlahan.
Cukup lama Ninda akhirnya bisa tenang, dan setelah tenang Ninda memulai menceritakan kejadian yang menimpa dirinya.

............. Tiba-tiba Natalia terlihat sangat berang,

...................................

Selepas kepergian Ninda setelah kejadian itu, Alex mengingat wajah Ninda yang pucat, tangisannya usai sudah karena habisnya air matanya. Awalnya Alex merasa sangat geram, dan hampir melontarkan kalimat kasarnya, akan tetapi niatan itu Ia urungkan karena setelah persetubuhan mereka, Alex berhasrat untuk memiliki Ninda seutuhnya.

Alex berusaha mengajak Ninda berbicara, tetapi Ninda hanya mengacuhkannya. Ninda meminta diantarkan ke rumah kakaknya kembali, dan meminta Alex untuk tidak menghubunginya dan juga kakaknya. Alex hanya mendengus gusar, melihat Ninda tetap bersandiwara, dan setelah mengantar Ninda, Alex pulang kerumahnya.

Alex merasa ingin beristirahat lama karena keletihan, baru setelah itu Dia berencana menemui Bagas, untuk mengutarakan maksudnya.

Setelah beristirahat cukup lama, Alex merasa kembali bugar, mandi tindakan yang dilakukan selanjutnya, dan kemudian menemui Bagas.

Alex melihat penampilan dirinya dalam cermin, dengan tampilannya yang terlihat menawan dan maskulin, Dia bersiap hendak pergi, tapi sebelum pergi Alex hendak menghubungi Bagas untuk mengetahui keberadaannya saat ini.
...................................


“Oh Tuhan” seru Alex keras, baru saja Dia melihat profil dan story WA Bagas yang baru saja diperbaharui oleh Bagas sendiri.
“Sungguh bodohnya diriku, Ia berkata sebenarnya” batin Alex.

Akan tetapi nasi sudah menjadi bubur, tidak mungkin Alex bisa mengulang kejadian dimalam itu, Dia sungguh merutuki dirinya sendiri, ‘bodoh.... bodohh.... bodoh..... ada apa denganku?’

Alex sudah sering bersetubuh dengan beberapa wanita, dan itu semua hanya melepas nafsu semata, memang ada beberapa wanita yang akhirnya memiliki rasa dengannya, tapi Alex tetap membatu, Dia punya prinsip untuk selalu ‘fokus’ hidupnya yang penuh perjuangan, derita dan amarah menjadi cambuk guna dirinya menjadi lebih baik, bahkan lebih baik dari saudara-saudara Bapaknya. Hanya Ayahnya Bagas yang mau berbicara padanya, bahkan menyemangati Alex dikala masalah menghadang langkahnya, oleh sebab itu, Alex sangat, teramat sangat menghargai Ayahnya Bagas itu.

Sehingga permintaan sang Ayah supaya Alex menjaga dan membantu Bagas menjadi orang yang sanggup berdikari diatas kakinya sendiri, harus Alex penuhi. Itulah mengapa, ketika Alex mendengar bahwa saudaranya itu terpincut wanita materialistis Alex murka, janjinya kepada Ayahnya Bagas seakan dikebiri Wanita sialan itu, dan Alex berencana untuk memberi pelajaran ke Wanita itu. Tapi tak disangka, karena kepongahan Alex, Dia menjadi teledor, tidak menggali info lebih dalam mengenai rupa, wajah, tubuh, dan lain-lainnya. Alex terlalu menyepelekan, Dia hanya mengangap wanita itu cukup dipenuhi keinginannya lantas akan pergi meninggalkan Bagas, rupanya kali ini Alex salah besar, dan Dia begitu mengkahwatirkan Ninda.

Sesungguhnya Alex tidak pernah punya niatan untuk menculik Natalia (Ninda), tetapi karena Alex merasa kalah dan tertantang untuk menaklukan wanita itu, ide menculik Ninda terlintas begitu saja dalam benaknya, untuk membuktikan ke saudaranya Bagas, rupa sejati wanita ini sebenarnya...

Tapi Alex salah, Ninda hanya berada dalam waktu dan tempat yang salah saja, dan kasih sayangnya pada si kakak membuat Ninda rela berkorban demi kakak tercintanya, terlepas tabiat buruk kakaknya sekarang ini, dan Alex baru menyadarinya sekarang. ‘Keterlaluan’ umpat Alex pada dirinya sendiri.

Kenapa, kenapa Alex tidak mengecek sebelumnya, sehingga kebodohannya selama ini tidak terjadi.

Seandainya yah jika seandainya Alex melakukannya, ah sudahlah... yang suddh terjadi terjadilah, sekarang Alex mempunyai fokus baru, untuk mendapatkan Ninda, dan Alex kembali bersemangat karena amat sangat Dia inginkan Ninda saat ini.

Alex masih sungguh berharap Natalia dan Ninda adalah orang yang sama, kemudian Alex menghubungi Bagas sekedar berbasa-basi sedikit dan menanyakan apakah yang Bagas tampilkan dalam profil WA nya itu adalah Natalia kekasih Bagas, dan yakin sudah untuk Alex bahwa Dia sungguh telah melakukan sebuah kesalahan besar.

..................................

Ya, benar... ternyata perbuatan Alex menimbulkan konsekuensi besar, Ninda segera berencana pulang kerumah Orang Tuanya setelah menceritakan semua kejadian yang menimpa dirinya ke Kakaknya, Natalia berusaha mencegah kepergian Ninda, tapi Ninda meyakinkan Kakaknya, bahwa Ia akan kembali lagi kesini, karena Ia sudah menetapkan dirinya untuk mencari kerja di Ibukota, bersama Kakaknya, Natalia menjadi terharu, Ia merasa memiliki teman karena selama ini tinggal sendirian. Dan mereka bersepakat untuk tidak menceritakan peristiwa tersebut ke Orang Tua mereka, serta berjanji untuk tidak menemui dan memberitahu Alex dan juga Bagas.

Ketika, Ninda mengetahui dirinya hamil, saat itu Ia masih menggurus surat-surat kepindahan dikantornya, sehingga berita itu sungguh membuat dirinya shok berat.

“Oh Tuhan, ternyata terbukti...” rintih Ninda di kamar mandi ketika hasil tes pack menunjukan hasil positif.

Ninda merasa dunianya runtuh sudah, Ia bingung dalam memutuskan langkah selanjutnya, berkali-kali Alex mencoba menelpon dirinya dan berkali-kali pula Ninda selalu menolak panggilan dari Alex, kali ini Ia mencoba mengubungi Alex, tapi perasaan ketakutannya terhadap penolakan Alex untuk mengakui itu adalah anaknya sunggu membuat Ninda ragu menghubunginya.


Bahkan ketika Anto datang menemuinya dan meminta Ninda untuk memberikan jawaban lamarannya, Ninda hanya bisa terdiam... mencoba untuk menghindari bertemu Anto hanya akan membuat keluarga dan Anto sendiri curiga kepadanya, sehingga akhirnya Ninda membuka suara dikala kedatangan Anto kerumahnya,

“Aku tidak berusaha mencari alasan pembenar atas jawabanku ini, tetapi jika aku menerima lamaranmu itu hanya akan menyakiti hubungan kita nantinya”

Anto sungguh terperangah mendengar jawaban Ninda, Dia masih menolak mengakui bahwa Ninda menolak lamaran dirinya, “Apa yang terjadi padamu Ninda?” ujar Anto sedih, “apakah aku tidak pantas untukmu?

“Ini bukan masalah pantas tidaknya, ini masalah hati... percayalah, jika kita menikah kelak hubungan kita tidak akan pernah baik, karena hatiku bukan untukmu” jelas Ninda, selama bertemu Anto Ia hanya memikirkan bayangan wajah Alex, entah mengapa Ninda sulit sekali mengenyahkan bayangan wajah Alex dalam benaknya, Ninda tahu bahwa dirinya sudah Jatuh cinta kepada Alex, jatuh cinta kepada pemerkosanya, tidak Alex tidak memperkosanya, mereka melakukan itu karena Ninda juga menginginkannya terlepas apakah obat itu mempengaruhi Ninda.

Ninda sengaja tidak menjelaskan alasan penolakan lamaran itu yang sebenarnya kepada Anto, karena sungguh Ninda tidak ingin membuat hancurnya hubungan Orang Tuanya, maka Ninda memilih untuk tetap diam dan merahasiakan.

Lamaran Anto akhirnya Ninda tolak, karena Ia tidak mau mengkhianati Bapaknya, karena perselingkuhan Ibunya dengan Anto. Penolakan Ninda dirasa mengejutkan Anto termasuk kedua Orang Tua Ninda, tapi Ninda bersikeras bahwa hatinya bukan ke Anto, dan dengan berat hati akhirnya Anto menerima keputusan Ninda.

..................​


Natalia curiga dengan perubahan dalam diri Ninda, semenjak kepindahan Ninda kerumahnya, tapi Ninda beralasan bahwa Ia hanya merasakan letih dan mungkin masuk angin. Tetapi Lia masih mencurigai Ninda, hingga Ia akhirnya menemukan bukti kehamilan Ninda.
Natalia menjadi sangat murka, Ia menelpon Bagas meminta untuk datang segera tanpa alasan, dan ketika Bagas datang, Lia cepat menarik lengan Bagas kembali menuju mobil dan memaksa Bagas untuk mebawa dirinya menemui Alex Wijaya dimanapun Alex berada, sambil dijalan Bagas diceritakan kejadian yang menimpa Ninda adiknya, dan Bagas pun turut kesal, bahkan berjanji pada Lia untuk membantu menghukum Alex Wijaya saudaranya.

Disinilah kebenaran kembali terkuak, Natalia baru mengetahui bahwa sebenarnya Bagas itu seperti apa tingkat sosialnya. Akhirnya Natalia membatalkan pertunangan mereka, terlebih lagi kesedihan hatinya ketika kembali kerumahnya Lia tidak menemukan Ninda, hanya pesan melalui WA saja yang Ia terima


‘Kakakku sayang, tentunya jika aku masih disini pasti akan sungguh merepotkan dirimu, aku pamit, aku harus pergi, kakakku yang cantik tenang saja ya, aku pasti baik-baik saja’

Natalia pun menangis meraung-raung setelah membaca pesan dari adiknya itu.
Nomor ponsel Ninda sudah tidak aktif lagi sejak saat itu.

Natalia merasa tidak sudi lagi bertemu dengan Bagas apalagi dengan Alex Wijaya, lelaki yang sudah menghancurkan Ninda adiknya, walau Bagas sudah mengiba-iba untuk tetap bersama Natalia, tetapi Natalia tetap bersikukuh bahwa sudah selesai hubungan mereka, Natalia bahkan tidak perduli lagi dengan peran utama layar lebar yang awalnya ingin Ia dapatkan dengan bantuan Bagas dan saudaranya itu.

...........................................​


“Selamat pagi, dengan Natalia sukma Pelangi”
Iya benar saya sendiri, dengan siapa saya bicara
“Oh baik terimakasih, kami dari .......”

Natalia sungguh terkejut mendengar kabar itu, Ia mendapatkan peran itu...

Natalia sungguh tak habis pikir, bagaimana mungkin Ia bisa mendapatkan peran itu ditengah persaingan yang berat, ‘Apakah mungkin karena Alex?’, Pikir Natalia.

Ya hanya Alex yang bisa melakukan itu, aku harus menemuinya... apa alasannya lelaki itu, aku sungguh tidak mempercayainya.

Menemui Alex sebagai orang penting diperusahaannya tidaklah semudah itu, apalagi Natalia sudah dikenal sebagai sosok yang akan menyakiti Pimpinan Perusahaan tersebut, kembali Lia dibuat bingung bahwa kehadirannya sudah ditunggu oleh Alex Wijaya.

“Apakah kau yang membuat semua ini terjadi Bapak Alex terhormat, menggingat pertemuan terakhir kita” kata Lia sinis.
“Cukup Alex, Lia..., aku tahu ini pasti membingungkanmu jadi tanpa panjang lebar IYA aku katakan aku yang membuat ini terjadi...” kata Alex, “Apakah kau merasa puas Lia?” Tanya Alex kemudian.
“Jujur saja aku sudah tidak mengharapkan peran utama itu kudapatkan, apalagi semenjak kejadian adikku itu... jadi katakan maksudmu sebenarnya Alex” tegas Lia.

“Karena janjiku kepada adikmu, dan aku bersumpah untuk itu, tanpa ada maksud lain” Jelas Alex tegas.
“Tetapi aku mohon padamu Natalia, untuk diijinkan menemui Ninda adikmu, Aku sungguh merasa bersalah padanya” ungkap Alex memohon kemudian.

Natalia terhenyak mendengar penjelasan Alex, Ia hampir tidak mempercayainya seandainya itu bukan dari mulut Alex langsung.

................................................

Sudah terlalu lama......

Ini sudah memasuki bulan kedelapan, tapi hasilnya masih nihil sama sekali.

Ninda tidak diketahui keberadaannya sampai sekarang, bahkan Alex sudah menemui kedua Orang Tua Ninda untuk menanyakan keberadaan Ninda, tentu saja caci maki dan nyaris terjadi kekerasan jika tidak dilerai oleh Natalia dan Ibunya.

Dan itu semua nihil.... Ninda seakan ditelan dunia.... bahkan saat ini Alex sudah bersekutu dengan ‘Lia’ untuk mencari Ninda, dan akhirnya Lia setuju untuk membantu Alex, karena Ia merasa turut bersalah karena Ia lah Ninda terkena akibat.

Tapi itu semua masih belum mendapatkan hasil, Alex sungguh geram mendengar berita kalau Ninda akan dipaksakan menikah dengan Anto yang pernah melamarnya, padahal jejak Ninda saat itu sudah diketahui, sayangnya itu semua terlambat, bahkan tantenya adik dari Bapak Ninda yang selama ini membantu menyembunyikan Ninda tidak mengetahui dimana Ninda pergi,

“Padahal anak itu usia kehamilannya menginjak lima bulan”, kata beliau, dan Alex menjadi depresi akan hal itu. Alex sungguh kahwatir akan Ninda, Dia berdoa semoga Ninda dan anak yang dikandungnya baik-baik saja.

Natalia turut merasa geram kepada kedua Orang Tuanya, kenapa begitu teganya memaksakan kehendak mereka untuk menikahkan Ninda, bukankah Ninda yang harus menentukan nasibnya kelak. Hanya ungkapan keprihatinan dan menurut mereka itu jalan terbaik buat Ninda, toh Anto juga mau menerima Ninda meski Ninda sedang hamil, begitu penuturan mereka.

.......................


Saat ini Alex hanya termenung dalam kesedihan, gelas demi gelas beralkohol Dia teguk habis... entah dimana kesadarannya saat ini?

‘Sungguh bodohnya diriku ini,’ maki Alex dalam hati. Alex secara sengaja menyetubuhi tubuh sucinya Ninda, hingga membuatnya hamil. Pasti Ninda sangat membenci dirinya setengah mati.


............


‘Hamil, ya Ninda hamil’ karena ulahnya, Alex sendiri hampir terserang jantung mendengar kabar itu, begitu murkanya Natalia hingga hampir mencakar mukanya, untung sekretarisnya Bu Tiwi dengan sigap mencegah sebelum terjadi. Bahkan Bagas turut menghadiahkan kepalan tangannya ke Alex, sehingga membuat Alex tersungkur.

Alex masih berharap menemukan Ninda, segala upaya Dia kerahkan untuk menemukan Ninda, Alex tahu Ninda pasti membenci dirinya setengah mati karena perbuatannya itu, oleh karena itu Alex berjanji bahkan sampai berlutut dihadapan Natalia, bahwa Ia bersumpah akan menemukan Ninda.



...............................................................​


Kehidupan Sundari berubah, setelah meinggalnya suami tercinta akibat kecelakaan lima tahun lalu membuat dirinya dirundung kesedihan, tiada anak hanya seorang diri, Ia selalu menyibukan dirinya dengan pekerjaannya di instansi pemerintah daerah, dan akhirnya kesunyian yang selama ini dirasakan sirna sudah, semenjak kedatangan Ninda keponakan kesayangannya yang meminta perlindungan darinya.

Sundari awanya tidak paham dengan kedatangan Ninda yang tiba-tiba sambil menangis, dan dalam pelukan Sundari, Ninda menceritakan kejadian mengenai dirinya, Sundari sangat terkejut mendengar Ninda sedang hamil seorang diri karena ke-enganannya meminta pertanggung-jawaban dari Lelaki yang menghamili dirinya.

Akhirnya Sundari memenuhi permintaan Ninda untuk menyembunyikan dirinya dari siapapun termasuk keluarganya sendiri, awalnya Sundari berupaya untuk memberitahu Bapaknya Ninda Kakak kandung Sundari. Akan tetapi Ninda bersikeras untuk tidak memberitahu Bapaknya, karena kemungkinan Ia akan dikawinkan paksa dengan Anto dan Ninda menolak keras keinginan Bapaknya itu.

Mereka mengatur sandiwara ketika Alex dan Natalia kerumah Sundari hendak mencari Ninda, karena sebelumnya Sundari memberitahu Natalia perihal keberadaan Ninda dirumahnya. Ketika mengetahui tindakan tantenya, Ninda mengancam akan meninggalkan rumah tantenya dan pergi tanpa memberitahu keberadaannya kelak.

Sundari terkejut akan kenekatan niat dari Ninda, dan akhirnya memilih mengikuti keinginan Ninda.

Ketika Alex dan Natalia tiba, Sundari bersandiwara menceritakan bahwa Ninda sudah pergi dari subuh tanpa Ia sadari. Tampak raut kesedihan dari wajah Alex, Alex hanya bisa terdiam dan merenung dan tampak bulir air mata diwajahnya. Alex sungguh sangat terpukul karena harapannya untuk dapat menemukan Ninda punah sudah mendengar berita itu, bahkan Natalia hanya bisa menangis memikirkan keadaan adiknya itu.

......

Hari demi hari, bulan demi bulan berjalan, tampak kehamilan Ninda terlihat membesar, Ninda rutin memeriksakan kehamilannya dan berbohong pada dokter bahwa suaminya seorang pelaut yang jarang pulang.

Keseharian Ninda diisi dengan merawat tanaman tantenya, Ia merasa terhibur melihat tumbuhan yang Ia rawat begitu subur, sambil berbicara pada jabang bayinya, “Bunda ingin kau tumbuh besar seperti tanaman yang Bunda rawat ini sayang”, Sundari yang mendengar perkataan Ninda merasa bahagia sekaligus sedih akan nasib Ninda, Ia tahu bahwa Ninda menunjukan pesan bahwa Ia wanita yang kuat, tapi sundari yakin Ninda membutuhkan perhatian dan kasih sayang dari suaminya, suami yang tidak pernah dipunyai Ninda hingga saat ini.
............


“Kenapa mencari seorang wanita saja kalian tidak sanggup” hardik Alex di telpon, saat ini Alex sungguh gusar dikarenakan orang-orang suruhannya mencari tanpa hasil. Alex sudah menggunakan semua cara untuk menemukan Ninda, tetapi hasilnya masih tetap saja, tak seorangpun tahu dimana Ninda berada saat ini.

Berbeda dengan Ninda, karir Natalia semakin naik dan wajahnya selalu menghiasi televisi baik sebagai bintang layar lebar dan iklan, ditengah kesibukannya itu Natalia masih berusaha juga mencari adiknya dan tetap berkomunikasi dengan Alex, tetapi semuanya nihil.

Semenjak dicampakan Natalia Bagas berjanji kepada Alex untuk fokus dalam studinya, Dia berusaha melupakan Natalia dan berjanji akan menjadi sukses kelak, dan perubahan itu membuat Alex bahagia ditengah kesedihan hilangnya Ninda. Alex pun berjanji untuk terus mendukung Bagas supaya Dia bisa berhasil atas hidupnya kelak.

“Lia, apakah kau ada informasi terbaru mengenai Ninda” cakap Alex ketika menghubungi Natalia lewat telepon pada suatu hari dikala Alex makin merasa frustasi pencariannya selama ini.
“Yang bisa kulakukan saat ini hanya menunggu kabar dari keluargaku, dan sampai sekarang kabar itu masih belum ku dapat” jawab Natalia sedih, “Mungkin, kau bisa memulai kembali pencarian dari awal Alex”.
“Dari awal, bagaimana maksudmu?” Tanya Alex

“Yah, mengulangi dari yang sudah kita cari diawal, ada kemungkinan Ninda bisa ditemukan” Jelas Natalia.
Alex hanya mendengus gusar, “Aku tidak ada masalah mengulang pencarianku, tapi tidak dengan Orang Tuamu ‘Lia’, kau tahu betapa murkanya Bapakmu kepadaku”

“Itu urusanmu, bersikap sebagai dirimu sendiri ketika bertemu mereka, bukankah untuk mendapatkan adikku kau harus dapat menaklukan hati Orang Tuaku” terang Natalia.

“Tapi...” kata Alex dengan cepat disela Natalia, “Bukankah kau sudah berjanji padaku, bahkan sampai berlutut dihadapanku kalau kau bersumpah akan menemukan adik kesayanganku” sindir Natalia.

Alex terdiam sebentar, “Iya benar, aku berjanji akan menemukan Ninda” kata Alex.
“Temukan Ninda ‘Lex’, atau murkaku kepadamu tidak akan pernah hilang” kata Natalia tegas dan diputus seketika setelah kalimat itu selesai diucapkan Natalia.


Alex termenung, Dia sungguh merasa gusar, dan akhirnya diraihnya pesawat telepon diruang kerjanya dan menghubungi Bu Tiwi sekretarisnya, “Batalkan semua janjiku untuk tiga hari kedepan, dan pesankan aku tiket pesawat untuk nanti sore”

“Baik Pak, saya siapkan semua” jawaban singkat dari sekretarisnya yang sudah paham tabiat Pimpinannya.



....................​



Kembali kerumah ini, membuat Alex sedikit ciut nyalinya, karena Dia memang penyebab semua masalah, akan tetapi sebagai seorang lelaki sejati tentunya tidak ada rasa pengecut buatnya, Alex sanggup dan siap apapun resiko yang diterimanya dari Orang Tua Ninda.



“Mau apalagi kamu datang kemari, belum puas kamu mencelakai anak saya” hardik Bapaknya Ninda ketika melihat kedatangan Alex dirumahnya.
“Maafkan saya pak, saya sungguh menyesal, saya siap dihukum apa saja oleh Bapak, tapi tolong kasih kesempatan saya untuk bertemu dengan Ninda” sesal Alex sungguh-sungguh.

Penyesalan Alex tidak digubris oleh bapaknya Ninda, bahkan kembali caci dan makian ditujukan kepada Alex, sang Ibu yang hanya menyaksikan kejadian itu sambil diam, akhirnya menengahi suaminya yang masih murka, “Sudah-sudah pak, malu terdengar tetangga pak” kata Ibu Ambar.

“Bukankah kita sudah menanggung malu Bu, anakku hamil diluar nikah, mau dinikahkan dengan tunangannya malah minggat” Ujar Bapak berapi-api.
“Tapi Pak, saya sungguh menyesali dan memohon ampunan dari Ninda langsung, tolong ijinkan saya menemuinya” kata Alex memohon.
“Kalaupun anak saya disinipun tidak akan saya ijinkan lelaki brengsek macam kau untuk menemuinya” kata Bapak masih emosi.
“Atau tolong beritahu saya dimana Ninda sekarang Pak, Bu?” ungkap Alex masih memohon.
“Asal kau tahu, kamu sungguh tidak layak bersanding dengan Ninda, tunangannya dulu itu jauh lebih layak daripada dirimu” ujar Bapak dengan nada tinggi.

“Bapak, saya sanggup memberikan lebih dari mantan tunangan Ninda, bahkan nyawa saya sekalipun taruhannya” Tegas Alex, “Saya kembali kemari, karena Natalia meminta saya untuk memperoleh restu dari Orang Tua dari wanita yang saya cintai”, tambah Alex dengan sorot mata keyakinan.

Ibu Ambar terkejut mendengar perkataan Alex baru saja, beda halnya dengan si Bapak, beliau tetap saja marah-marah kepada Alex dan berusah mengusir Alex dari rumahnya.

Akhirnya Alex diusir oleh Bapaknya Ninda, dan dengan lemas Alex melangkah pergi keluar.


Tiba-tiba, Ibu Ambar menyusul Alex keluar sambil merengkuh telapak tangan Alex dan berkata pelan “Temui Ibu disini besok jam sepuluh”, Alex hanya terbengong bingung dan terdengar bentakan sekali lagi dari Bapaknya Ninda “Nunggu apalagi kamu, mau saya panggilkan polisi, Ibu jangan halangi laki-laki itu pergi”. Dan akhirnya Alex pun mengalah dan bergegas pergi.
...........................


“Ini semua salah Ibu nak”
Alex terkejut, “Apa maksud Ibu?”

“Ibu mempunyai firasat bahwa kepergian Ninda ke Ibukota itu sebagai bentuk pelarian dirinya karena Ibu merasa Ninda mengetahui perselingkuhan Ibu dengan kekasih Ninda, Anto”

Alex kembali terkejut, kembali Dia merasa tambah sangat bersalah, Ninda yang awalnya membutuhkan tempat pelarian dari kejadian peristiwa perselingkuhan Ibunya dengan Anto kekasihnya, malah Dia tambah penderitaan Ninda.


Alex hanya terdiam tidak bersuara, Dia sudah tidak sanggup lagi berbicara apa-apa.

“Apa benar kamu sungguh-sungguh mencintai Ninda anak Ibu ‘Lex’?” tanya Ibu Ambar.
“Tuhan sebagai saksi Nya Bu, kalau saya sungguh mencintai anak Ibu” jelas Alex tegas.

Ibu Ambar memandangi wajah Alex, Ia hendak mencari kesungguhan akan cintanya Alex untuk anaknya tercinta, “ketika kamu datang kembali kerumah dan mengatakan penyesalanmu itu, Ibu tahu kamu mencintai anak Ibu” senyum Ibu Ambar, “Kamu harus tahu, sedari kecil Ninda sangat dekat dengan tantenya di Bogor, carilah Ia disana ‘nak’” ujar Ibu Ambar.

“Maksud Ibu, Ibu Sundari tantenya Ninda itu?” tanya Alex.
“Benar, tante Sundari tantenya Natalia dan Ninda” jawab Ibu Ambar.

“Tetapi kami sudah mencarinya kesana Bu, bersama ‘Lia’.” sanggah Alex,
“Perasaan seorang Ibu itu kuat ‘nak’, Ninda itu sudah dianggap anak oleh tantenya, bahkan lebih disayang daripada Lia, karena mereka tidak bisa punya anak, dan Ibu sangat yakin kalau Ninda disana” tambah Ibu Ambar “Kemana lagi Ninda akan pergi kalau tidak kesana, Ia tidak punya kedekatan dengan yang lain”

“Maafkan Ibu, tolong kasih tau Ninda jika kau berhasil menemuinya, katakan Ibu sungguh sangat menyesal sudah menghancurkan hubungan mereka, seandainya kejadian itu tidak pernah terjadi, mungkin Ninda sudah bahagia dengan kehidupan pernikahannya dengan Anto”

Jika kejadian itu tidak terjadi mungkin Alex tidak pernah menemukan cinta sejatinya pikir Alex.

“Jikalau Ibu sungguh yakin Ninda ada disana, saya berjanji untuk tidak pernah melepaskannya lagi Bu” janji Alex.
“Pergilah ‘nak’, temukan anak Ibu, Ibu sungguh teramat merindukannya”
Terlihat Alex tersenyum bahagia dan menjawab dengan mengagukan kepalanya.

................................


Tanpa membuang waktu hari itu juga Alex segera memesan tiket pesawat kembali ke Ibukota, setibanya dibandara, sebelumnya Alex meminta Bu Tiwi untuk mempersiapkan mobilnya dibandara, dan dengan segera pergi seorang diri kerumah Ibu Sundari.

Alex hampir menanggis karena bahagia, memang perasaan seorang Ibu kepada anaknya tidak pernah salah... perut itu sudah terlihat membuncit, Alex hampir menyerbu dirinya jika Dia tidak sanggup menguasai dirinya.

Kedatangan Alex sengaja dengan diam-diam, bahkan tanpa memberitahu Natalia kakaknya Ninda, mobilnya pun diparkirkan agak jauh dari rumah Ibu Sundari, Alex hanya berjaga-jaga jika Dia terang-terangan langsung menunjukan dirinya Ninda akan menghindarinya lagi, jadi Alex sebelumnya melakukan pengawasan dan ketika Alex melihat wanita yang membuat Dia hampir menjadi gila, sungguh giranglah hatinya... Alex sungguh bersyukur kepada Tuhan ketika Dia menemukan Ninda, ketika Ninda terlihat keluar dari samping rumah hendak menyiram tanaman sambil memegang pinggangnya karena perut yang sudah membesar.

“Kamu itu perut sudah besar kayak gitu, masih aja beraktivitas berat, kasihan bayimu ‘nduk’” tegur seorang wanita dari dalam rumah, tante sundari sangka Alex mendengar suara dari dalam rumah.

“Justru kalau diam saja, aku merasa sakit pinggangku” sunggut Ninda, sambil memijat kecil pinggangnya. Ibu Sundari merangkul Ninda dan membawanya masuk rumah, sesampainya didalam rumah ia mendudukan Ninda di sofa.
“Sudah biar tante saja yang siram tanamannya, kamu istirahat saja disini, jangan kemana-mana” kata Ibu Sundari.
“Memangnya aku bisa kemana? Jalan saja bikin sakit seluruh badanku” ujar Ninda kesal karena tidak bisa beraktivitas seperti biasanya.

Alex melangkah dengan pasti, dan mengetuk pintu depan rumah, “Iya sebentar, tante ada tamu tuh” seru Ninda.

“Tolong bukakan sayang, mungkin pesananmu tadi yang datang, lagi nanggung nih” suara Ibu Sundari agak berteriak.
“Baiklah” ujar Ninda sambil bersusah payah bangkit berdiri dan menuju pintu untuk membukakan pintunya.



“HAH!!!...ALEX” seru Ninda tertahan.

“Apa yang kau lakukan disini? Mengapa kau kemari?” Berbagai pertanyaan dilontarkan Ninda begitu melihat Alex didepan pintu, Ninda hampir saja terjatuh jika saja Alex tidak sigap menangkap tubuh Ninda.

“Siapa nduk, siapa yang datang?” tanya Ibu sundari mendengar Ninda terkejut tadi, karena tidak mendapatkan jawaban Ibu Sundari bergegas masuk kedalam rumah dengan serta merta meninggalkan kerjaannya begitu saja, karena merasa kahwatir.

Alex masih memeluk bahu Ninda, tanpa berkata-kata hanya tatapan mata Alex yang terlihat bahagia.

Didudukannya kembali Ninda ke sofa, dan sambil berlutut memegang tangan Ninda, “Akhirnya, setelah sekian lama, kamu tidak tahu betapa kahwatirnya aku akan keselamatan dirimu”, “Terima kasih Tuhan kau dan bayi kita baik-baik saja” kata Alex hampir meneteskan air mata.

“Jangan bertindak bodoh lagi sayang... aku tidak bisa hidup tanpamu” lanjut Alex

Ninda hanya menatap Alex, keterkejutannya masih dirasakan, Ia melihat Alex tampak kuyu, mungkin berat badannya berkurang, tapi terlihat Alex masih tetap mempesona.

“Ninda siapa yang dat..... loh ada Alex” sahut Ibu Sundari terkejut.
“Koq, Kamu tahu Ninda disini, siapa yang memberi tahumu Alex?” tanya Ibu Sundari kepada Alex,
“Ibu Ambar yang memberitahukan keberadaan Ninda disini Bu, Perasaannya sangat kuat perasaan seorang Ibu kepada Anaknya” jawab Alex terus terang.

“Apa... Ibu tahu aku ada disini? Apakah tante sundari yang memberi tahu?” Cecar Ninda cepat.

“Tante tidak pernah memberi tahu kepada siapapun sayang, termasuk kepada Ibumu, mungkin Alex benar, perasaan seorang Ibu kepada anaknya sangatlah kuat, buktinya Alex ada disini menemukanmu...” jawab Ibu Sundari tersenyum.

Ninda masih tidak dapat mempercayainya, ditambah bentuk tubuhnya yang membesar Ninda merasa malu dilihat Alex, NInda menggagap dirinya jelek karena tubuhnya membesar.

“Jangan lihatin aku terus Alex, aku sangat malu” erang Ninda
“Tidak, mulai saat ini aku tidak akan melepaskan pandanganku kepadamu” tegas Alex.
“Kenapa kau mencariku, bukankah kebencianmu kepadaku sudah terlalu besar?” Tanya Ninda masih tak mempercayainya.
“Kau sungguh jahat ‘Lex’, kamu menghina kakakku bahkan menghinaku, dan kau keras kepala, bagaimana aku bisa mempercayaimu? Ujar Ninda menahan tangis.
“Ya, dan aku mengakui sungguh ketololanku waktu itu, dan aku disini meminta maaf padamu, sungguh meminta maaf, dan aku berjanji akan menjaga kalian seumur hidupku”.
“Aku sudah meminta maaf ke kakakmu, dan bersumpah kepadanya dan juga kepada Ibumu untuk membawamu kembali” kata Alex.

Posisi Alex masih berlutut dihadapan Ninda ketika Ninda berusaha menjauhkan dirinya dari Alex, Ia tidak mau terjerumus dengan kata-kata Alex, walaupun ada kebahagian yang tak terkira dalam diri Ninda, dan Alex menahan tangan Ninda tidak mau Alex lepaskan. “Aku sudah bersumpah dan berjanji kepada keluargamu, terutama kepada Ibumu dan Kakakmu, dan aku tidak mau menjadi manusia hina karena melanggar janjiku itu... Ninda, kau selamanya dihatiku dan ini janjiku”.

Ibu Sundari terlihat meneteskan air mata bahagia melihat kesungguhan dari kata-kata Alex, “Entah mengapa, tante melihat kesungguhan hati Alex ‘nduk’, itu kalimat yang sama diucapkan suami tante dulu ketika melamar tante, dan Dia membuktikan cintanya ketika kami divonis tidak bisa mempunyai anak” terang Ibu Sundari.

“Tapi Ninda tidak bisa percaya sama lelaki ini tante, Dia membuat Ninda menderita” raung Ninda
“Dan sekarang aku akan membuatmu bahagia Ninda” kata Alex menatap mata Ninda dalam-dalam.

Ninda masih tidak mempercayai kata-kata Alex barusan, Ia masih merasa Alex memiliki suatu rencana. Ninda masih berusaha melepaskan tangannya yang terus digengam Alex dengan eratnya, tapi usaha Ninda tampak tidak berhasil, Alex tetap memegang erat tangan Ninda seakan tidak mau melepaskannya lagi.


“Aku tidak percaya kata-katamu, pasti kau mempunyai rencana, katakan saja rencanamu itu padaku” kata Ninda, “Aku sudah lelah ‘Lex’, jangan kau tambah lagi deritaku”, nampak bulir-bulir airmata Ninda dipelupuk matanya.

“Benar katamu, aku memang mempunyai rencana” ujar Alex sambil tersenyum menyeringai, “Bahkan sebenarnya itu rencana jangka panjangku kelak, dan ku pastikan kau Ninda sukma Putri ada dalam rencanaku itu”

Ninda terkejut mendengan perkataan Alex, Ia seakan menyangka Alex tidak akan pernah berubah. Perasaan Ninda bercampur aduk, Alex disini menemukannya, tetapi Ninda tidak yakin sepenuhnya dengan perkataan Alex, Ninda sudah lelah dengan pelariannya selama ini, dan sudah tidak berharap lagi pada Alex. Sehingga dengan berat hati, Ninda mencoba bertanya kembali kepada Alex.

“Katakan ‘Lex’, katakan rencana-mu itu?” ujar Ninda berusaha menahan tangisnya.



“ini rencanaku.......



‘I wanna make you smile
Where ever you’re sad
Carry you around when your arthritis is bad...
All I wanna do is
Grow old with you...

I’ll get your medicine
When your tummy aches
Build you a fire if the furnace breaks.
Oh, it could be so nice
Growing old with you.....

I’ll miss you, kiss you
Give you my coat when you are cold.
Need you, feed you
Even let you hold the remote control.

So, let me do the dishes in our kitchen sink,
Put you bed when you’ve had too much to drink.

Oh, I could be the man
Who Grow’s old with you


I wanna growing old with you forever...........’

(Aku Ingin Menjadi Tua Bersamamu selamanya...........)





-------------- THE END ---------------
 
Terakhir diubah:
Epilog,



“Kau harus tahu kalau suaramu itu tidak bagus”

Alex hanya tersenyum kemudian mengecup bibir Ninda dengan lembut, “Memang suaraku tidak bagus, asal kau tahu suara hatiku jauh lebih bagus ketika memutuskan kau harus ada disisiku selalu” ujar Alex

“Ya... dan kau melamarku dengan lagu itu terdengar romantis tapiii...” Ninda kembali terdiam, Alex tidak sabar mendengan ucapan Ninda selanjutnya, “tetapi kenapa sayang?”

Ninda hanya tersenyum dan membalas mencium bibir Alex dengan mesranya, “Lamaranmu mengejutkan hatiku, bahkan anak kita terlonjak gembira mendengar Ayahnya bernyanyi seperti itu, kamu tahu kamu membuat aku seakan terbang melayang tinggi sekali, dan aku takut jatuh itu pasti akan sangat menyakitkan buatku”



“Ninda, aku berjanji dan itu sumpahku padamu, Tuhan sebagai saksinya”, ujar Alex tulus...

Ninda tersenyum bahagia yang Ia rasakan saat ini, kembali Ninda mengecup bibir Alex kali ini agak sedikit kasar dan Alex membalasnya dengan bergairah, dipeluknya tubuh Ninda untuk melepaskan rasa cintanya kepada istri tercintanya itu, tangannya Alex mulai menjelajahi payudara Ninda yang tampak membesar karena kehamilannya, Ninda membalas dengan mengelus penis Alex perlahan yang masih terbungkus boxer, Alex mengerang nikmat atas elusan tangan Ninda dipenisnya, penis Alex mulai mengeras dengan perkasanya, kemudian tangan Alex masuk dalam belahan daster Ninda dan meremas pelan payudara Ninda dan memainkan puting payudaranya, dan ditengah kemesraan itu tiba-tiba Ninda mengaduh kesakitan...



“Aaarrghhh...duh..duhh...”erang Ninda ditengah cumbuan mereka.

Alex terkejut dan menghentikan cumbuannya, “Ada apa sayang?” tanya Alex.

“Aduuhh Lex, sepertinya sudah saaatnya” jelas Ninda

Alex kembali terkejut, “Apa sudah saatnya...” kemudian bangkit dan dengan bergegas Alex seperti kelimpungan dengan tingkahnya sendiri, Dia hanya berteriak-teriak “Ayo cepetan kita ke rumah sakit, ‘my baby Boy’ mau lahir... ayooo sayang cepetannn... kita rumah sakit”.



Alex terlihat panik sambil mengambil barang-barang yang sudah dipersiapkan untuk proses bersalinnya Ninda, dan langsung bergegas dengan sedikit berlari menuju mobil dan menyalakannya kemudian Alex segera berangkat dengan cepat....



“Loh... koq aku ditinggal” ucap Ninda bingung...

“Alexxxxxx..... koq malah pergiiiii??????”







===================​
 
Terakhir diubah:
Akhirnya ada perselingkuhan yang happy ending juga. Plong bacanya. Nggak nyesek. Hehe...
 
all i wanna do is grow old with you
memori tahun 1998 atau 1999 ya ...
 
izin ngopay n nongki di pojokan om :ngeteh:

bagi rokok sebatang yakkk :bata:

Akhirnya ada perselingkuhan yang happy ending juga. Plong bacanya. Nggak nyesek. Hehe...

tadinya mo dibuat mengambang, tapi katanya bau, yah sudah dibuat enak aja wkwkwkkkkkk

mantap suhu semoga sukses di perlombaan LKTCP 2020..masihkah ada kelanjutan?..lucu part terakhirnya hehehe

makasih suhu, udah jangan diteruskan ga boleh diteruskan kata Natalia :cup:


Diawali dg erotis diakhiri dg komedi :jempol:
Nais setori semoga menang suhu:beer:

yah namanya juga selingkuh, masa selingkuh ga enak sih suhu hehee.... makasih dukungannya yak :semangat:

super om.. 1 vote 4 u

alamak, emank pake vote yak... makasih deh
ciamikkkk :Peace:

all i wanna do is grow old with you
memori tahun 1998 atau 1999 ya ...

yup, adam sandler ma mbak drew, ketawan nih kayaknya suhu satu ini nonggol diera berapa hahaaaa...
makasih da mampir

Cukup lah...

akhirnya

akhirnya happy ending...

yesss harus donk, ntar sad ending kena caci maki
wkwkwkkkk.........
pisss....

Semakin seru lomba kali ini
ASIKKKKKKK

Selamat berlomba ya hu
Bagus ceritanya :Peace:
makasih suhu, makasih dah mampir

Ceritanya ok juga nih.

Akhir-akhirnya ada komedi. haha. :D

mosok serius mulu, bikin senyum dikit dunk

to all, makasih ya sudah mampir, jika masih ada yang kurang mohon dimaafkan...

semangat juga buat para peserta yang hebat-hebat disini.
ciaooooo :cool::cool::cool:
 
Jav Toys
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd