Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

FANTASY - TAMAT Penjelajah Samudra S4

Episode 6

“ tertawamu lucu “



Indahpura malam itu. Malam pertama kali aku bertemu dan langsung berdansa dengan Dewi. Kami sengaja menyingkir dari lantai dansa. Lebih tepatnya , aku menyingkir. Aku menyingkir menjauh karena aku payah dalam berdansa , dan aku malu dengannya. Ia mengejarku. Ia membentakku dan bertanya kenapa aku menyingkir. Aku hanya diam.



“ sudah kuduga , musisinya jelekkan? Aku juga tidak suka “



Ia mungkin tidak berniat melawak, tapi aku tertawa. Aku tertawa kecil dan ia ikut tertawa. Ia pun bilang tertawaku lucu. Sambil masih tersenyum aku menoleh dan bertanya



“ lucunya di mana?”



“ Ya , lucu “



Aku tidak tertawa sejak sekian lama dan malam itu aku tertawa di depannya. Sama seperti sore itu ketika aku berdua saja dengan Melati. Rasanya aku sudah lupa caranya tertawa , tapi sore itu aku tertawa bersamanya. Aku tersenyum ketika mengingatnya.



Githa tidak menggangguku malam itu. Semua orang mengurung diri di dalam kapsul dan bersenggama semalaman. Termasuk Rama dan Saras. Aku berbaring sendiri di luar kapal. Melamun di bawah sabuk galaksi Bima sakti. Andai aku bisa seperti , berkelonan bersenggama di malam hari bersama istri atau pacar.

Tapi sendiri seperti ini juga tidak buruk



“ Tooolong! Toooolong “



Pagi hari itu , aku tak sadar aku tertidur. Aku seketika bangun mendengar teriakan seorang wanita muda. Wanita itu terus berteriak meminta tolong dan aku pun berlari. Teriakannya cukup kuat karena ia berada tidak jauh dari kapalku. Namun matahari baru saja terbit sehingga temanku mungkin masih tertidur dan tidak mendengar teriakannya



“ Bintang ....”



Gadis itu , Gadis yang sangat mirip dengan Dewi. Ia tergeletak dengan luka gigitan di kakinya. Aku tahu gigitan itu. Gigitan dari predator ular cobra. Kami punya ular cobra di dunia kami karena sengaja dipelihara banyak orang meskipun seekor predator. Aku tahu apa yang harus kulakukan. Kuhisap luka gigitannya dan segera membuang bisa ular dari mulutku. Berbahaya namun aku tahu apa yang kulakukan.



“ terima kasih. Bagaimana kau melakukannya?”



Ia bingung aku dapat menangani luka gigitan ular. Aku segera merawat lukanya dengan obat-obatan di seragamku.



“ tentu saja , aku ini dokter “



Aku memang seharusnya seorang dokter. Ceritanya panjang.



“ dok..tir? Dok... trin? Apa itu ?”



Sepertinya planet ini tidak tahu apa itu dokter



“ sebut saja aku ini tabib”



Jawabku.



“ Tabib? Apa lagi itu?”



Astaga. Bahkan istilah tabib juga tidak dikenal di Planet ini.



“ baiklah aku ini Dukun. Tapi khusus untuk berobat saja “



Dan ia pun menangkapnya



“ Ah begitu. Kau ini dukun . Terima kasih banyak. Jika kau tidak datang. Aku mungkin sudah mati”



Sahutnya.



“ sudah. Jangan bilang begitu. “



Aku pun selesai mengobati lukanya. Alam belantara planet ini memang sangat berbahaya jika salah sedikit kau bisa membahayakan nyawamu. Aku seharusnya memperingatkan yang lain , terutama Githa , untuk selalu mengenakan seragam. Karena seragam yang kami kenakan, dapat mengurangi efek gigitan dari predator. Contohnya menyaring bisa atau racun agar tidak masuk ke dalam tubuh. Namun kau tetap dapat merasakan nyerinya di gigit ular.



“ sudah selesai. Kau mau aku antar pulang?”



Ia mengangguk. Aku membantunya berdiri lalu merangkulnya. Aku menuntunnya berjalan menuju rumahnya sambil membawakan barang bawaannya.



“ Tuan. Boleh istirahat dahulu? Aku tidak kuat berjalan “



“ kau keberatan jika aku gendong saja?”



Ia kembali mengangguk



“ Tidak apa-apa Tuan. “



Aku menggendongnya. Sambil membawakan barang bawaannya di pundakku. Kami melanjutkan perjalanan pulang ke rumahnya. Aku bingung kenapa ia bisa sejauh ini dari rumahnya.



“ kau sebenarnya dari mana? Kenapa bisa sampai sejauh ini dari rumahmu “



“ aku sebenarnya sehabis mandi di kali di dekat sini. Sambil mencari bunga-bunga untuk aku tanam di rumah. “



Sahutnya. Jadi dia biasa mandi sejauh ini dari rumahnya.



“ biasanya aku mandi di dekat rumahku. Tapi pagi ini aku sengaja ingin mencari bunga itu. “



Itu lucu. Ia sejauh itu mencari bunga untuk tanaman di rumahnya, namun akibatnya ia digigit ular mematikan dan hampir mati jika aku tidak mendengarnya.



Kami sampai di rumahnya. Aku menurunkannya. Ia sudah bisa berdiri lagi. Ia membungkukkan badannya mengucapkan



“ Terima kasih Tuan Sakti. Aku berhutang nyawa padamu “



Berbeda dengan Melati, Bintang sepertinya lebih tenang dan lebih serius. Nada bicaranya pun lebih lembut. Berbeda juga dengan Dewi yang sangat riang dan sangat labil. Kadang dia lembut kadang dia ceria bahkan lincah mendekati tingkah laku orang gila.



“ sudah, tidak apa-apa. Itu gunanya tetangga. “



Jawabku



“ apakah Tuan ingin sarapan di rumahku?”



“ Tentu , kenapa tidak “



Aku menerima tawarannya karena aku pikir aku belum pernah menyantap kuliner asli planet ini. Ia menyuruhku duduk di teras rumahnya. Aku duduk di batang pohon besar yang ia jadikan sebagai kursi , sedangkan ia menyiapkan makanan di dalam rumahnya. Aku melihat berbagai macam keramik yang masih primitif di planet ini , namun aku tidak melihat satu pun alat yang terbuat dari logam. Sepertinya peradaban planet ini masih berada di zaman batu , lebih tepatnya zaman batu muda. Di mana mereka mulai mengenal tembikar, pertanian menetap , peternakan , dan peralatan batu yang diasah.



Makanan pun siap . Bintang membuatkanku sup makanan laut yang sangat lezat. Sambil tersenyum ia sajikan itu kepadaku dengan sopan , dan aku pun mulai menyantapnya. Lezat sekali. Penuh cita rasa yang sangat lezat. Sudah lama sekali sejak aku memakan makanan selezat ini dan bukan makanan kalengan atau olahan. Makanan yang segar dari alamnya



“ lezat sekali. Maaf , apa nama makanan ini? “



“ ah , itu namanya sup remis “



Remis , sejenis kerang yang hidup di perairan air tawar. Bintang yang memberitahuku. Mulanya aku tidak tahu apa itu kerang namun setelah mendengarnya kurasa aku tahu hewan sejenis yang sudah punah di dunia kami. Aku menyantap makanan itu dengan lahap hingga habis. Kami makan berdua dengan sebuah mangkuk keramik yang terbuat dari tanah liat. Bintang melihatku tersenyum makan dengan lahap.



“ Tuan mau lagi ? “



“ kurasa cukup. Terima kasih atas sarapan paginya “



“ Sama-sama Tuan. “



Akhirnya setelah sekian lama , aku seperti sarapan kembali dengan istriku Dewi. Aku melihat lagi senyumnya aku merasakan kembali masakannya walaupun rasanya seperti membodohi diriku sendiri. Aku tahu dia bukan Dewi dan aku bertingkah seolah aku bertemu lagi dengannya. Tapi aku harus bagaimana. Melihat wajahnya saja , senyumnya saja sudah cukup bagiku.



Ia menanam bunga itu di halamannya. Ada banyak bunga di sana. Semuanya indah dan berwarna. Ia menoleh ke arahku dan ia pun tersenyum menyapaku. Rasanya ingin kuhampiri dia lalu memeluknya. Aku bangkit dari tempat dudukku dan berjalan mendekat. Ia ikut berdiri.



“ sudah siang. Aku harus kembali ke kapalku “



Dia kembali tersenyum lembut.



“ Aku tidak melihat kapal di pantai ini. Di mana kau berlabuh ? “



Lagi-lagi pertanyaan itu. Namun itu wajar karena kapal di planet ini sepertinya masih mengapung di atas air.



“ Aku berlabuh di sebuah bukit tidak jauh dari sini. Berbeda dengan kapal kalian , kapal kami dapat mengabung dan terbang mengarungi antariksa “



Ia terdiam bingung.



“ aku ... aku tidak mengerti. Maksud Tuan , kapal tuan dapat terbang di angkasa “



Aku mengangguk



“ bahkan dapat menjelajah Bintang “



Ia tertawa dengan manisnya. Aku tak sanggup menahan air mataku. Aku melihat Dewi di dalam dirinya dan aku mulai merasa sedih



“ jikalau boleh , Sudikah Tuan mengajakku terbang bersama Tuan “



Sambil menghapus air mata aku menjawab



“ Tentu saja “



Dan ia pun seketika bingung. Aku tidak sanggup menahan emosiku saat itu. Air mataku tetap turun meski sekuat apapun aku menahannya.



“ kenapa Tuan menangis? “



Tanyanya lugu. Aku tidak menjawab. Aku membalikkan badanku lalu mengucapkan salam sebelum aku pergi



“ Saya permisi dulu “



Aku melangkah pergi. Aku tidak sanggup menoleh kepadanya lagi. Aku berhenti ketika aku cukup jauh lalu aku pejamkan mataku dan menangis sekilas. Aku kenalan helmku , menggelapkan cerminnya agar seseorang tidak melihatku ketika aku menangis. Aku kembali melangkah kembali ke kapalku.



Namun aku melangkah menjauh dari kapal karena aku merasa aku hanya ingin sendiri. Aku kembali ke pantai. Namun kali ini aku berjalan menyusurinya , mencari ujung dari pantai ini. Sesekali ombak mengguyur membasahi sepatuku. Aku lalu diam di salah satu sisi pantai , berdiri melamun memandanginya.



Aku mulai menyukai Planet ini. Suasananya sepi , sunyi , sangat cocok untuk menenangkan diri dan menyendiri. Tidak ada terompet Kereta listrik yang akan menggangguku, tidak ada pelacur yang sibuk menawarkan diri untuk kencan , tidak ada ibu-ibu yang mau belok ke kanan tapi menghidupkan sen ke kiri. Hanya aku dan alam. Dan aku sangat menyukainya.



“ aku bingung , bagaimana jadinya kamu jika aku tidak ada?”





“ Kurasa aku akan mencarimu . Meski ke Surga sekali pun “



Entah berapa lama aku berdiri. Aku pikir aku sangat ingin bertemu Dewi lagi. Sampai-sampai , Sampai-sampai aku pernah mengatakan aku akan terus mencarinya hingga ke Surga sekalipun. Tapi ketika aku melihatnya lagi , ketika kami bertemu lagi , menatap matanya saja , aku tidak sanggup. Aku seakan belum siap , untuk menahan emosiku yang meluap , ketika aku melihatnya.



“ Hei, aku bawakan kau Kelapa muda “



Dan saat itulah Melati muncul. Aku beruntung aku mengenakan helm jadi ia tidak melihat aku bersedih sendirian seperti seorang pecundang



“ Apa yang kenakan di kepalamu? Biasanya kau menggantungnya di pinggangmu?”



“ Ah ini helmku. Sebentar biar aku membukanya



Aku membuka helmku sambil membelakanginya. Aku usap wajahku sekilas lalu menatapnya dengan wajah normalku. Namun aku seketika terdiam begitu aku menoleh melihatnya. Ia hanya mengenakan pakaian dalam yang mungkin hanya sebuah kain tipis berwarna putih. Jika basah maka aku mungkin dapat melihat kemaluan dan buah dadanya



“ kau kenapa ? “



Dan aku langsung sadar dari lamunanku



“ ah tidak , hanya saja , aku tidak biasa melihat kau seperti ini “



Melati tertawa kecil



“ ah pakaian ini. Aku biasa kenakan ini kalau ingin bersantai lama di pantai. Lagipula kenapa kau malu? Kita kan sudah menikah “



Hah? Menikah? Sejak kapan?



“ aku sudah bilang kau harus tanggung jawab waktu kau bersifat ‘seperti itu’ beberapa hari yang lalu”



Hanya karena aku melihat belahan dadanya aku jadi langsung Menikahinya tanpa upacara atau ritual? Planet ini aneh.



“ aku cuma bercanda tahu. Sudah santai saja denganku. Kau mau kelapa muda atau tidak ? “



Ah ternyata dia Cuma bercanda tapi



“ apa itu kelapa muda “



“ minum dulu dan rasakan sendiri “



Aku ambil buah yang bulat dan besar itu lalu meminumnya. Rasanya segar sekali. Aku ingat buah ini namun di dunia kami namanya bukan Kelapa muda



“ bagaimana? “



“ Segar sekali. Aku menyukainya “



Kami duduk berdua seperti sore kemarin. Aku merasa tenang kembali. Gadis ini , kurasa cukup menyenangkan. Ia penuh kejutan dan aku menyukai kejutan. Entah kenapa ia selalu muncul entah darimana saat aku sendiri melamun. Terutama di pantai. Tapi aku selalu suka ketika ia muncul.



Ia memakan kulit kelapa muda itu dan aku menirunya. Kami meminum , memakan kelapa muda itu sampai habis hingga kulit luarnya saja. Ia mengambil kelapa muda itu kembali seraya mengatakan



“ ini bisa aku gunakan lagi. Sayang kalau dibuang begitu saja “



Ia letakkan kelapa muda itu di bakulnya. Ia pun kembali duduk santai di sampingku



“ Orang-orang aneh yang bersenang-senang di sebelah sana itu. Apa dia temanmu?”



Aku melihat Dewa , Indra serta pasangan mereka masing-masing keluar dari hutan dan langsung melepaskan seragam mereka. Indra melepas hingga pakaian dalamnya , membuatnya bugil di tengah-tengah pantai. Ia mengejar Githa , namun Githa menggeleng kepala dan langsung melarikan diri. Indra lalu berlarian mengejar Githa di tepi pantai tanpa busana dengan penis besarnya berkibar di depan semua orang termasuk Melati yang melihatnya dari kejauhan



“ Memalukan sekali. “ gumamku dalam hati



“ mereka Aneh “ Celetuk Melati



“ Ya tapi mereka temanku “ sahutku



“ yang bugil itu sepertinya paling Aneh “



Aku mengangguk. Indra akhirnya mendapatkan Githa dan mereka mulai melakukannya di tepi pantai



“ Kurasa aku tidak mau melihatnya “



“ Aku juga “



Kami berdua berdiri lalu menyingkir. Kami hanya ingin melihat pemandangan sore di tepi pantai dan mereka merusaknya. Ia meraih kain dari bakulnya , lalu ia lilitkan menutupi tubuhnya. Aku mengantarnya pulang ke rumahnya. Masih terlalu cepat untuk pulang tapi ia bilang ia ingin pulang dan istirahat lebih awal.



“ Nona Melati . Terima Kasih “



Ia menatapku serius dan seketika itu kedua mata kami bertemu , ia terdiam seribu bahasa. Kami bertatapan lama dan waktu serasa menghilang untuk sekejap ,



sulit bagiku

Menghadapi kamu

Tapi ku takkan menyerah

Kau layak kuperjuangkan “




Ia mulai gugup



“ tata... tete..... maksudku... kenapa terima kasih ?”



Jawabnya panik. Pipinya seketika memerah dan ia tiba-tiba melangkah membuang wajahnya.



“ terima kasih atas Kelapa mudanya. Rasanya segar sekali. “



Ia mulai berlari-lari kecil. Aku berjalan mengejarnya



“ jangan katakan itu lagi! Aku tak suka “



Aku tersenyum geli dan ia terus berlari melarikan diri.
 
Episode 7

“ Melati?”



“ ssssst “



Aku melihatnya berdiri di telaga itu , telanjang tanpa kain sehelai pun menutupi tubuhnya. Tubuh mungilnya berdiri di tengah telaga dengan rambut panjangnya yang hitam , dan buah dadanya yang mungil namun padat menggairahkan. Aku melihat diriku dan aku pun telah polos tanpa busana di depannya. Ia berjalan menghampiriku , lalu ia raih tanganku mengajakku ke tengah telaga itu.



“ kau menyukaiku kan? “



Aku hendak menjawab namun ia menaruh jemarinya di bibirku.



“ ssst. Aku tahu “



Ia kalungkan kedua tangannya di leherku lalu ia angkat kepalanya dan ia cumbu bibirku. Aku dekap dia lalu kulahap bibirnya dengan gemas. Kami bercumbu mesra di tengah telaga itu , berdekapan mesra sambil memejamkan mata. Lidah kami saling melilit-lilit , beradu satu sama lain. Cumbuan itu perlahan semakin liar. Dan aku menyukainya.



Ia meremas buah zakarku dan bibirnya pun turun melahap leherku. Sesekali lidahnya menyapu menjilat-jilat lehernya sementara bibirnya terus melahap dengan liarnya. Jemarinya naik ke batang penisku dan mulai memompanya. Ia lepaskan bibirnya dari leherku dan aku seketika melahap liar buah dadanya.



“ ahhhhh ohhh “



Jemarinya memompa semakin kencang. Ia dongakkan kepalanya dan mulai mendesah kencang menikmati isapan bibirku di buah dadanya. Penisku menegang setegang-tegangnya dan pinggulku mulai bergoyang menikmati sentuhan jemarinya. Kulahap buah dadanya secara bergantian sambil mengerang pelan menikmati pompaan jemarinya yang semakin ganas.



Ia lepaskan jemarinya dari batang kemaluanku. Aku angkat kepalaku dan kami pun kembali bercumbu seliar-liarnya. Ia melepaskan bibirnya , lalu ia pun berlutut , memposisikan wajah manisnya tepat di depan kemaluanku. Ia remas buah zakarku dan dengan nafsunya ia gosok-gosokkan penisku dengan gemas ke seluruh wajahnya. Ia remas batang penisku dengan jemari yang lain , dan ia pun mulai menjilat kepala penisku , meratakannya dengan air liurnya.



Ia meremas-remas ganas buah zakarku , mengocok, memompa-mompa batang kemaluan dengan jemarinya yang lain. Lidahnya menjelajah kepala penisku hingga mulai memerah dan mulai berkedut. Sambil terus memainkan jemarinya , ia kecup kepala penisku, lalu ia kecup dengan perlahan dan penuh perasaan. Mataku menjelit dan aku nyaris ejakulasi deras di dalam mulutnya.



Ia mulai memompa penisku dengan bibir mungilnya. Aku usap rambutnya , lalu kudekup dengan kedua tanganku. Kulumannya perlahan teratur agar penisku tidak terburu-buru meledak di dalam bibirnya. Perlahan ia mempecepat kuluman bibirnya sambil terus mengurut-urut penisku dengan jemari lentiknya. Kuluman semakin menyepat dan akhirnya aku pun menyerah. Di luar kendaliku , batang kemaluanku akhirnya memuncrat di dalam mulutnya , dan air maniku pun menyemprot sebanyak-banyaknya.



Ia kecup kepala penisku , memerah-merah batang penisku dengan kedua jemarinya. Aku berdiri pasrah , menikmati ejakulasi selama hampir semenit di dalam kecupan bibirnya. Ia perah batang kemaluan yang berkedut-kedut hebat memuntahkan air mani di dalam bibirnya. Ketika ia selesai , ia buka mulutnya , dan menelan sisa-sisa air mani di dalam mulutnya. Ia menerkamku sehingga aku tenggelam di dalam telaga itu. Penglihatanku menjadi gelap dan saat itu juga aku terbangun



Tentu saja aku bermimpi. Aku tidak menyangka aku mulai berpikiran kotor sampai-sampai aku memimpikannya. Lucunya seragamku bersih tanpa noda ‘mimpi basah’. Aku segera mandi , mencuci wajah dan kepala agar tidak berpikiran jorok , dan tentu saja mengganti seragamku.



“ Oi ‘komandan Sakti’ kau kenapa? “



Sapa Indra heran.



“ tidak apa-apa. Hanya salah posisi tidur “



Jawabku



“ Ah yang benar “



Sahutnya tak percaya



Aku melangkah keluar sedangkan Indra masuk ke kamar mandi. Maya dan Githa berdiri di luar mengenakan piyama. Dewa kembali tidur di luar hanya Rama dan Saras yang masih tertidur di kapsul.



“ kami ingin mandi di sungai pagi ini , Komandan ikut?”



Tanya Githa.



“ nah , kurasa aku mau tidur lagi saja “



Sahutku sambil menggeleng kepala



“ Ya, komandan tidak seru. “



Mereka berdua menyingkir berjalan kaki ke sungai. Aku kembali berbaring di tanah , mencoba kembali tidur. Tapi aku terbangun ketika Saras membawakan kami sarapan.



“ Hei Sakti , kau tidak tidur?”



Saras ikut heran melihat tingkahku yang berbeda



“ tidak , aku cuma salah posisi tidur “



“ kau terlalu sering tidur di luar. Itu tidak baik “



Sahut Saras



Aku tidak kemana-mana. Aku kembali berguling dengan tubuh yang terasa remuk. Saras membawakan sarapan namun aku tidak langsung menyantapnya. Kurasa aku hendak memejamkan mata meski hanya beberapa menit saja. Aku benar-benar tertidur.



“ oh Komandan .... lihat siapa yang kami bawa “



Aku mendengar suara Githa. Aku segera bangkit dan perlahan bangkit dengan tubuh yang masih terasa remuk.



“ Bintang ? “



Entah bagaimana pagi itu mereka membawa Bintang ke kapal kami.



“ Hah?!!!!!”



Indra memekik terkejut. Ia tak percaya dengan apa yang ia lihat. Kami sudah berteman lama jadi ia tahu persis seperti apa Dewi dan ia juga sadar Bintang sangat mirip dengannya.



“ Ya Tuhan “



Dewa pun begitu.



“ mustahil... “



Begitu juga dengan Rama dan Saras. Mereka semua terkejut. Seolah tak percaya dengan apa yang mereka lihat. Bintang menatap mereka dengan heran, namun teman-temanku masih seperti melihat Hantu.



“ hei semuanya. Aku , aku bawakan kalian buah-buahan. Kalau kalian mau “



Ucapnya polos. Aku berdiri dan langsung menghampirinya. Githa menatap heran yang lain seraya bertanya



“ kalian kenapa ? “



Namun mereka tak menjawabnya. Aku terima sebakul buah-buahan itu dari Bintang.



“ terima kasih Bintang . Mari mampir dahulu “



“ Terima kasih Tuan “



Ia tidak terkejut melihat kapal kami , yang artinya ia pernah melihatnya sebelumnya. Entah pada saat ia membuntutiku atau jangan-jangan ia benar-benar pernah melihat kapal antariksa sebelumnya.



“ Selamat Bergabung Nona Bintang , saya Dewa “



Dewa yang pertama kali menyambutnya.



“ Selamat pagi Nona “



Lalu Rama dan Saras ikut menyapanya



“ hai”



Dan yang terakhir Indra yang masih bingung sekaligus terkejut





“ salam kenal semuanya “



Sahut Bintang



Dia berhasil. Dia berhasil membuat Dewi seolah hidup kembali. Kami duduk bersama di luar kapal , menyantap buah yang ia bawa. Ia ingin datang ke kapal dengan sendirinya , namun Maya dan Githa menemukannya



“ bagaimana Nona tahu di mana kapal kami?”



Tanya Dewa



“ sebenarnya , bukannya Tuan Sakti yang memberitahuku?“



Sahutnya polos



“ wuuuuu ternyata kalian sudah dekat ini ye “



Celetuk Indra



“ diam Indra “



Jawab Dewa



“ baiklah maaf “



Bintang tertawa kecil dan kami semua tertawa. Mereka semua tidak mengatakan jika dia sangat mirip dengan Dewi. Mereka hanya tercengang. Melihat Dewi seperti hidup kembali diantara mereka. Dewi jarang sekali berkumpul dengan temanku, namun mereka sangat mengenal penampilan Dewi lewat sosial media.



“ apa engkau ingin melihat ke dalam Nona?”



Tanya Dewa



“ boleh-boleh “



Sahutnya Antusias



Aku hanya diam sepanjang percakapan. Aku hanya melihatnya berkumpul dengan teman-temanku. Saat Dewa mengajaknya melihat-lihat kapal, aku ikut berdiri , mendampingi Bintang melihat-lihat isi kapal kami.





“ apa itu “



Ia langsung terkejut sewaktu melihat kereta balap yang terparkir di muatan kapal.



“ itu kereta darat. Kereta ini tidak ditarik kuda atau hewan ternak , karena memiliki mesin penggerak yang digerakkan dengan tenaga listrik “



Bintang makin bingung. Ia terdiam membatu dengan wajah lugu



“ kereta itu apa ya?”



Bahkan ia tidak tahu apa itu kereta. Aku rasa peradaban ini mungkin tidak tahu apa itu roda.



“ sudahlah , ayo lihat yang lain “



Sahutku. Dewa menutup mulutnya menahan tertawa



“ nah kalau yang ini aku mungkin tahu , ini tempat kalian tidur kan?”



Kali ini tebakannya benar , ia menunjuk kapsul tempat teman-temanku tidur.



“ benar sekali , ini tempat kami tidur tapi belakangan aku tidur di luar “



Jelasku



“ kenapa Tuan tidur di luar? Tuan tidak takut digigit serangga?”



Sahutnya heran



“ ceritanya panjang , yang pasti serangga tidak akan berani menggigitku “



Dan dia seketika tersenyum kagum



“ benarkah? Wah tuan benar-benar sakti “



Yang benar saja. Aku menggeleng-geleng kepala dan kembali menuntunnya melihat-lihat kapal.



“ wah ini ruangan apa? Dan apa itu? “



“ Ini ruang Navigasi Nona Bintang , dan itu navigator , cermin yang berperan sebagai navigasi kapal seperti menampakkan Radar , kondisi fisik pesawat , kondisi perisai , persediaan amunisi dan masih banyak lagi . “



Dan Bintang seketika memikir keras. Ia lihat satu persatu cermin-cermin itu , lalu ia menatap kemudi kapal selama beberapa menit . Ia kembali menoleh dan dengan lucunya bertanya



“ cermin itu apa sih?”



Ya Tuhan apa jangan-jangan cermin biasa saja belum ditemukan di planet ini? Aku lagi-lagi hampir tertawa. Aku pegang tangannya dan menjawab



“ mari kita ke melihat yang lain lagi. “



Kami kembali berjalan keluar kapal namun ia tiba-tiba berhenti melihat tumpukan peti kemas yang kami simpan di muatan kapal.



“ Peti kemas ini kokoh dan kuat sekali. Apa isinya? “



“ isinya berlian merah. Berlian paling mahal di dunia kami. “



Aku berbalik ke ruang kemudi dan mengambil sebuah kalung berlian merah yang Kusimpan di laciku.



“ ini, ambillah. Kenang-kenangan dariku “



Aku memberinya kalung itu. Jelas saja lebih mahal dari berlian merah bongkahan karena sudah diolah. Satu kalung ini bahkan dapat membeli sebuah kereta listrik. Bintang seketika terpesona.



“ Tuan , ini indah sekali . Terima kasih banyak. Kemarin kau menyelamatkanku dan hari ini , kau memberiku ini. Aku tak tahu bagaimana membalasnya. “



Kehadirannya saja sudah cukup membalas semua itu. Bahkan sebenarnya tidak ternilai. Tapi aku tidak tahu apakah aku akan mendekat lebih dekat lagi karena aku tahu dia bukan Dewi. Aku tidak ingin kami bersama hanya karena dia mirip dengan Dewi. Itu mungkin akan menyakitkan baginya karena seperti hidup dibayangan orang lain.



“ Tuan. Sudah siang, kurasa aku permisi dahulu. Pekerjaan rumahku masih banyak “



Tidak terasa dia sudah beberapa jam di kapal kami dan hari mulai siang. Aku menawarkan diri mengantarnya pulang , namun ia menolak dan menjawab jika ia bisa pulang sendiri. Aku menyuruh Githa dan Maya untuk mengantarnya. Dan mereka akhirnya kembali kurang lebih setengah jam kemudian.



Akhirnya mereka semua bertemu dengan Bintang. Githa dan Maya tidak pernah bertemu Dewi jadi mereka tidak tahu. Rama , Saras dan Indra memang terkejut tapi mereka sudah bersikap biasa saja. Dewa berjalan mendekatiku lalu ia pun langsung meminta maaf



“ Komandan. Maaf , waktu itu aku sempat meragukanmu. Sekarang aku sudah melihat sendiri “



“ Sudahlah , tenang saja. Semua ini memang terlihat mustahil . Kurasa itulah keajaiban. Aku pun sempat tak percaya waktu pertama kali aku melihatnya. Tapi itu tidak mengubah fakta , kalau kau sebenarnya benar. Dewi sudah tiada. Dan dia yang baru saja muncul di hadapan semua itu , bukanlah Dewi. Namun seseorang yang mirip dengannya. Kurasa aku harus beranjak dari masa laluku “



Dewa terdiam. Ia hanya menjawab



“ Kurasa kau benar Sakti. Tapi dia dan Dewi , kurasa mereka tidak terlalu berbeda “



“ mungkin begitu “



Dan aku pun menyingkir. Sudah tengah hari dan kurasa itu waktu aku sendiri menenangkan diri. Aku masih malu bertemu Melati karena mimpi semalam jadi aku menyingkir sejenak dari pantai. Lucunya mimpi itu terasa sangat nyata bahkan aku sangat ingat setiap detiknya. Itu unik karena biasanya aku tidak begitu ingat bagaimana mimpiku. Tapi desahannya , ciumannya , kurasa aku ingat semua itu dan semuanya terlihat nyata.



Aku tiba di sebuah Padang rumput kecil. Aku berguling di sana dan mulai tidur siang. Semoga saja tidak ada predator yang akan menyantapku. Aku pejamkan mataku dan seketika tertidur. Sunyi dan tenang. Cara terbaik untuk menenangkan diri. Kurasa aku menemukan tempat menyendiriku yang baru. Kutarik nafasku , menghirup udara segar , lalu sambil kubuka mataku



“ Hai Ganteng “



Aku melihat Melati berbaring di sampingku dan rasanya aku tidak bisa bernafas lagi.
 
Episode 8

“ hai “



Saat itu juga naluriku menyerangku. Birahiku terbakar hingga ke Ubun-Ubun meski aku melarangnya. Jantungku seolah berjoget-joget melihat wajah dan senyum manisnya. Bibirku seolah ingin mengulang hangatnya cumbuannya malam kemarin. Dan aku perlahan merasakan kemaluanku mengeras mengacung di balik seragamku.



“ kau kenapa?”



Otakku mulai berpikiran jorok. Otakku kembali menggambarkan tubuh polosnya yang menggairahkan. Rasanya ingin kuterkam dia , Kutahan kedua tangannya, kucumbu bibirnya dengan ganas , sambil kuseruduk , ku genjot kemaluanku sekencang-kencangnya di dalam lubang sempitnya itu



“ ohhh ahhh Sakti ahhh ahhh”



Aku bahkan dapat merasakan desahannya. Namun saat itu juga aku kembali menguasai otakku dan kembali menjaga wibawaku. Aku duduk , lalu berdiri , dan mengatakan



“ tidak apa-apa , aku hanya. Aku hanya masih lelah setelah bangun dari tidurku “



Melati ikut berdiri. Sambil tertawa genit ia arahkan bibirnya ke telingaku seraya berbisik



“ yang benar ?”



Aku memejamkan mata menahan nafsuku. Ia masih tersenyum genit. Aku buka mataku dan menjawab



“ Tentu saja Nona Melati “



“ Kenapa serius sekali ? Hah? Hah? “



Aku perlahan berjalan menjauhinya.



“ hei, kamu mau kemana? “



Tapi aku diam saja justru mempercepat langkahku.



“ hei tunggu kamu mau kemana?”



Dan dia terus mengejarku. Kesal ia lalu berhenti dan berteriak



“ hei! Kau menghindar dariku ya?! “



Aku lalu berhenti. Aku segera berbalik dan menjawab



“ aku mau mandi , kau mau ikut? “



Ia terdiam.



“ ....oh.... “



Ia tertawa malu lalu menjawab.



“ Aku kira kau tidak pernah mandi “



Apa maksudnya itu. Aku tertawa kecil lalu berjalan ke arah kali. Aku duduk dipinggir kali itu. Seharusnya ia tahu kalau ini terlalu siang untuk mandi. Atau , adat mereka berbeda di planet ini. Aku jarang terpikir melepas seragam apalagi mandi di luar. Terakhir aku melepas seragam adalah saat aku dan Githa akan bersenggama. Itu hanya alasan agar aku dapat menjauh dari Melati untuk sementara. Aku mulai merasakan hal yang berbeda setelah beberapa kali terlalu dekat dengannya. Lagipula aku heran mengapa dia bisa imut sekaligus sexy dalam waktu bersamaan.



Aku merasa sesuatu yang tidak biasa. Aku segera berbalik dan ternyata benar , seseorang di belakangku. Bukan teman-temanku , bukan Melati atau bintang , tapi seorang penduduk asli planet ini. Sepertinya pemburu. Dengan sebuah tameng kayu dan tombak batu yang ia todongkan ke arahku. Ia sedikit lebih tinggi dari Bintang , yang membuatnya jauh lebih pendek dariku. Mungkin sekitar 175 cm di dunia kalian.



“ kau berada di tanah kami. Siapa kau ?”



Aku juga mengerti bahasanya. Namun belum sempat aku menjawab , dia menyerangku. Serangannya sangat cepat sehingga jika aku tidak siap , maka tombak itu dapat membunuhku. Aku menghindar dan langsung melayangkan tendangan memutar tepat di kepalanya. Pemburu itu tersungkur tak sadarkan diri.



Beberapa panah ditembakkan dari arah dedaunan. Aku berlindung di sebuah batu mengeluarkan pistolku. Anak-anak panah itu meleset dan beberapa mengenai batu. Dan ketika aku hendak menembak membalas , beberapa pemburu sudah di depanku.



Pemburu itu menyabetkan kapaknya ke leherku namun aku menghindar. Aku segera mencekiknya lalu menghantamkannya ke temannya yang hendak menyerangku. Mereka berdua tersungkur tak sadarkan diri. Seseorang menyerangku dari belakang , namun aku mengelak dan menyerang kepalanya dengan sikuku. Dia kehilangan keseimbangannya . Kuterjang dia tepat di dadanya sehingga ia terhempas ke kali



Pemanah di seberang sungai melepas anak panah ke arahku. Aku melompat menghindari anak-anak panah itu lalu melepas tembakan peringatan tepat di dekat kaki pemanah-pemanah itu. Mereka mundur dan segera melarikan diri. Aku melihat seorang pemburu yang masih sangat muda bersembunyi di balik batu . Tubuhnya gemetar dan ia tidak berani keluar.



“ hei!”



Kutahan lehernya dengan tangan kananku. Ia berteriak dan langsung memohon-mohon ampun. Aku mengerti bahasa mereka sama seperti saat aku bertemu dengan Melati.



“ katakan pada teman-temanmu jangan ganggu aku dan teman-temanku . Kami datang dengan damai , bukan untuk cari keributan “



Aku melepaskan Pemburu muda itu. Dia langsung lari terbirit-birit. Dewa dan Indra lalu muncul dengan menenteng pistol kecut di tangan mereka.



“ Komandan , kita di serang “



Ucap Dewa



“ aku tahu. Mereka menyerangku. Kalian lihat sendiri . Apa kalian membunuh mereka? “



Indra menggeleng kepala



“ Tentu saja tidak. Kami menembak mereka dengan pistol kejut. Rama dan Saras masih berjaga di kapal. “



Jawab Indra



“ kita harus kembali ke kapal. “



Kami berlari kembali ke kapal. Namun di tengah jalan , Melati melihat kami bertiga dan ia pun segera memekik Memanggilku



“ Sakti! Tunggu !”



Ia berlari mengejarku . Aku memberi isyarat agar ia pulang namun ia tetap mengejar. Kami bertiga tiba di kapal dan Melati akhirnya melihat sendiri seperti apa kapal yang pernah aku ceritakan padanya



“ Ya ampun. Apa itu ?”



“ Pribumi!!”



Rama nyaris menembaknya namun aku segera menghalanginya.



“ jangan tembak Rama. Ia temanku. “



Rama mengangkat kembali pistolnya lalu berlari menghampiriku.



“ Komandan , kita harus pergi. Mereka akan datang lagi dengan jumlah yang lebih banyak. “



“ kurasa kita tidak punya pilihan lain. Bersiap untuk lepas landas. “



“ siap komandan “



Dewa , Indra serta yang lainnya segera berlari ke posisi mereka masing-masing. Mesin dihidupkan. Aku ingin berlari ke dalam kapal namun Melati menangkapku. Aku lupa jika ia di sana.



“ Tunggu! Kau mau kemana?!”



Pekiknya di tengah suara mesin kapal yang memekikkan telinga.



“ Di sini tidak aman lagi bagi kami Nona. Kami harus pergi. “



Melati menggeleng kepala



“ Jangan! Aku mau!”



Aku melihat mereka berlari hanya beberapa ratus langkah dari kapal dengan jumlah mungkin ratusan. Aku menggendong Melati dan membawanya ke dalam kapal. Rama segera mengambil alih kapal dan kami segera lepas landas.



Aku menaruh Melati bersama Maya dan Githa lalu duduk di kursi kemudi. Aku melihat kobaran api dari kejauhan. Rumah Bintang tidak jauh dari tempat kami mendarat jadi aku takut kobaran api itu dari rumah dan kebunnya. Aku belokkan kapal ke arah kobaran api itu dan ternyata benar. Aku melihat puluhan pemburu membakar kebun dan rumah Bintang. Sementara Bintang berlutut di tanah seperti siap untuk di hukum mati. Seorang pemburu hampir memenggal kepalanya dengan kapak. Aku tidak punya pilihan lain



“ DUM! DUM !”



Aku memberi tembakan peringatan , menembakkan senjata utama kapal kami , empat buah meriam 88mm ke arah mereka. Bayangkan empat peluru 88mm menghantam dan meledak di tanah. Ledakan itu cukup membuat mereka ketar Ketir. Semua pemburu melarikan diri kecuali pimpinan mereka yang mungkin seorang kepala suku , dukun atau semacamnya karena dia yang paling.



“ Rama , ambil alih “



Rama mengambil alih dan mendaratkan kapal. Aku berlari ke luar dan menghampiri Bintang yang masih berlutut ketakutan. Si tua Bangka misterius itu bangkit setelah tersungkur karena terkejut , lalu mencabut sebuah pisau . Ia menyerangku. Kuterbab tangan lalu Kubanting tubuh gemuknya kembali ke atas tanah. Lalu kupukul kepalanya dan dia pun pingsan.



Bintang melihat ke arahku dengan tatapan ketakutan. Aku perlahan mendekatinya namun dia takut padaku. Aku menunduk lalu membantunya berdiri seraya berbisik



“ tidak apa-apa. Aku tidak berniat menyakitimu. “



Ia melihatku dengan wajah lugunya. Tatapan itu seolah memberitahuku jika ia percaya padaku. Indra menodongkan pistol kejutnya ke segala arah , berjaga jika saja ada pribumi yang menyelinap menyerang kami. Aku menuntunnya ke dalam kapal dan dengan gerbang yang masih terbuka , aku memberi isyarat kepada Rama untuk lepas landas meninggalkan planet ini.



Atmosfer planet ini cukup tebal sehingga butuh waktu hampir semenit hingga keluar dari atmosfer. Kapal kami memiliki gravitasi dan tekanan tersendiri sehingga aku dan Bintang tidak terhisap keluar saat kami meninggalkan atmosfer bumi. Kemajuan teknologi juga membuat gerbang muat kapal tidak harus ditutup saat kami keluar meninggalkan atmosfer.



Bintang melihat kagum kepada planet , rumah tempat tinggalnya sendiri. Melati pun mendekat melihat keluar dan ikut terpesona. Sebuah planet biru yang indah , dengan daratan hijau , berselimut awan yang putih bersih.



“ Indah sekali “



Bisik Melati



“ Kapal ini benar-benar dapat berlayar di angkasa. “



Ucap Bintang



Mereka berdua terpesona. Aku menyuruh Githa dan Maya untuk menjaga mereka , jangan sampai mereka melangkah keluar. Aku kembali ke kursi kemudi dan mengambil alih kapal. Kami melompat dari orbit rendah , menuju bulan dari planet asing ini. Aku melihat dari permukaan planet , Bulan ini mengorbit planet namun tidak tampak berotasi sedikit pun. Sehingga ada sisi terang dan ada sisi gelap. Kami mendarat di sisi terang namun segera menutup gerbang agar Melati dan Bintang tidak keluar.



Aku mematikan mesin pesawat , namun tenaga utama masih dihidupkan. Aku menghampiri Melati dan Bintang , yang duduk di muatan kapal bersama Githa dan Maya. Mereka lalu berdiri , namun Bintang menghampiriku lebih dulu.



“ di mana kita ?”



“ Kita di Bulan Nona. Malam ini kita bermalam di dalam kapal “



Bintang pun menunduk



“ maaf , aku lah yang membuat mereka tahu kalian di sana. Mereka mengikutiku dan menunggu waktu yang tepat . Lalu mereka menculikku , dan membakar rumahku “



Bintang berusaha menceritakan bagaimana suku pribumi itu tahu keberadaan kami di sana. Mereka sepertinya mengikuti Bintang , Maya dan Githa , lalu menunggu , mengawasi kami hingga waktu yang tepat. Atau mereka bisa saja menunggu bantuan datang dari desa mereka. Lalu mereka menyerang sesaat setelah aku pergi menenangkan diri. Beberapa dari mereka menemukanku di kali itu dan langsung menyerangku



“ aku turut berduka atas rumahmu. Maaf kami terlambat “



Bintang menggeleng-geleng kepalanya dan menjawab



“ itu bukan rumahku. Aku dibuang ke sana , oleh sukuku. “



Dan di tengah percakapan itu, Melati menghampiri kami.



“ Jadi, sekarang bagaimana ? “



Aku menoleh dan menjawab



“ seperti yang aku bilang , kita bermalam di kapal. Githa dan Maya yang akan menjelaskan kalian adab dan peraturan di kapal ini. Mereka akan mengambilkan seragam kalian “



Githa dan Maya lalu menuntun mereka menunjukkan bagaimana caranya tinggal di dalam kapal kami. Untungnya kami menyimpan banyak seragam dan helm. Kami selalu menyimpan cadangan masing-masing empat di setiap ukuran. Mereka harus menggunakannya saat hendak keluar. Mereka berdua juga harus terbiasa mandi dan mengganti baju di dalam kamar mandi kapal yang sempit. Itu sudah tugas Githa dan Maya untuk memperkenalkannya.



Kami nyaris terbunuh oleh suku pribumi planet itu. Mereka tidak punya senjata api apalagi senjata berbasis sinar. Bahkan senjata mereka tidak terbuat dari logam. Melainkan batu yang diasah menjadi kapak , tombak dan palu. Sedangkan anak panah terbuat dari kayu yang diasah. Sederhana tapi mematikan. Itu sangat kreatif dan di planet kami , pernah terjadi perang kecil antara rakyat sipil dan Angkatan bersenjata di mana rakyat menggunakan panah sejenis karena keterbatasan senjata. Aku membaca di planet kami sekitar puluhan Prajurit tewas terbunuh anak panah itu.



Kami sepertinya melanggar wilayah mereka dengan mendarat di hutan itu. Seperti kurang lebih melanggar sebuah negara atau peraturan perusahaan dengan mendarat atau melintasi wilayah antariksa tanpa izin. Artinya kami harus lebih hati-hati saat mendarat di planet itu . Dan lebih siaga karena bisa saja kami terbunuh di planet asing karena ceroboh. Untungnya tidak ada korban jiwa dalam insiden ini. Kurasa mereka tidak sepenuhnya salah. Namun Melati dan Bintang , kehilangan tempat tinggal mereka.



Aku membuka Ramp Door , dan melangkah keluar lengkap dengan helm. Tidak ada atmosfer dan gravitasi di Bulan ini. Tidak ada tanda-tanda kehidupan. Namun aku dapat melihat indahnya Planet biru itu dari bulan ini. Lautan yang luas dan nyaris tak terbatas. Di mataku , aku melihat keindahan. Namun di mata perusahaan besar , mereka melihat uang yang menumpuk membentuk sebuah planet.



Semua berlalu begitu cepat. Beberapa saat yang lalu aku bersantai di pinggir kali , dan sekarang aku berada di bulan hampa udara , menatap planet asing ini dari kejauhan. Sayang sekali aku tidak bisa istirahat di tanah yang subur , di bawah sinar bintang. Aku baru beberapa di planet itu dan aku kecewa aku akan meninggalkannya . Bagaimana dengan kedua gadis itu . Mereka pasti sangat terganggu. Aku tidak punya pilihan selain membawa mereka. Karena gara-gara kami , mereka bisa saja di bunuh.



“ Komandan , kau mendengarku? “



Saras menghubungiku dari kapal lewat jaringan komunikasi kapal.



“ Apa jaringan ini aman ? “



Jawabku



“ aman komandan. Aku menghubungimu lewat jalur pribadi . Ngomong-ngomong, bagaimana sekarang? Kau akan mengajak mereka?”



Tanya Saras. Itu pertanyaan bagus. Aku harus memutuskan bagaimana nasib Kedua gadis itu



“ kita semua mungkin masih menjadi buronan angkatan laut Saras. Paling tidak kita carikan mereka tempat tinggal yang aman di planet itu. “



Jawabku



“ Jadi, kau akan meninggalkan mereka? “



Pilihan apa yang kami punya. Mereka tidak akan siap dengan kehidupan di angkasa luar yang serba susah.



“ kurasa itu yang terbaik Saras.”



Jawabku.



“ Siap Komandan “



Saras lalu memutuskan Jaringan dan aku kembali termenung menatap planet asing yang aku sendiri tidak tahu namanya.
 
Episode 9


Bintang keluar dari kapal , berjalan menghampiriku. Ia mengenakan seragam lengkap dengan helmnya. Bahkan dengan seragam itu , ia sangat menawan. Ia berdiri di sampingku , menatap planet biru rumah asalnya. Ia menoleh kepadaku sepertinya berusaha berbicara padaku. Aku raih panel kontrol di tangannya lalu aku bantu dia menghubungkan jaringan komunikasi pribadi dari helmnya ke helmku.



“ nah sekarang kamu bisa bicara “



Aku melepaskan tangannya. Bintang masih kebingungan dengan apa yang terjadi



“ aneh , kenapa tadi tidak bisa?”



Tanyanya bingung



“ Tidak ada udara di bulan ini. Jadi kalau kita ingin berbicara satu sama lain , kita perlu komunikator. “



Jelasku



“ ah begitu. Tuan pintar sekali. Sebenarnya aku masih bingung “



Aku pun tersenyum.



“ planet yang indah bukan. Itulah tempat asalmu “



Bintang pun mengangguk.



“ Aku belum pernah melihat pemandangan semenakjubkan ini. “



Celetuknya. Ia menoleh ke sekitarnya , melihat angkasa yang gelap , dan bulan yang tandus



“ seperti inilah duniaku Bintang , hampa , gelap dan tanpa warna. Tak seperti duniamu yang indah. “



Bintang menatap wajahku serius. Lagi-lagi aku seperti melihat Dewi dari tatapan matanya



“ Tuan. Dunia tempat tuan berasal itu , seperti apa?”



Sebenarnya aku bingung menjelaskannya. Karena bagi orang dari planet ini , kehidupan di dunia kami mungkin akan terdengar mustahil dan tidak masuk akal



“ kau janji tidak akan tertawa ?”



“ Tuan. Aku berlayar di angkasa hari ini , dan sekarang aku berjalan di bulan. Kurasa tak ada hal yang omong kosong di dunia ini “



Aku mulai menceritakan seperti apa Dunia asalku , Planet Indahpura



Aku berasal dari planet yang hampir sama dengan planet tempat asal Bintang. Hanya saja langit di planet ini berwarna kuning kemerahan , dengan awan yang gelap. Planet kami hanya memiliki satu benua dengan iklim dan kondisi lingkungan seperti Africa. Aku menjelaskannya pada Bintang jika dahulu Planet kami juga memiliki berbagai macam hewan , Padang rumput yang indah , dan pantai yang mempesona. Namun perusahaan-perusahaan pertambangan di dunia kami , merusaknya hanya dalam puluhan tahun.



“ perusahaan itu apa? “



Tanyanya dengan wajah polos. Sudah kuduga ia akan bertanya itu. Kurasa aku punya penjelasan yang tepat untuk yang satu ini.



“ mereka sekumpulan orang rakus , yang hanya peduli dengan uang. Atau katakan saja emas Intan permata. Apapun mereka raup, mereka rampas , demi kekayaan “



Perusahaan hanya peduli tentang bagaimana meraup keuntungan besar untuk membangun sebuah planet penuh dengan berlian , daripada kesehatan ekosistem ataupun Jagad Raya.



“ aku tidak mengerti, apa mereka tidak malu dengan arwah leluhur mereka? “



“ Mereka tidak peduli Nona “



Bahkan aku ragu mereka punya agama. Orang seperti itu biasanya tidak takut apapun kecuali kehilangan hartanya.



Orang-orang miskin di dunia kami tinggal di Bulan-bulan , planet-planet dan stasiun luar angkasa yang tidak layak huni. Di Indahpura , orang miskin tinggal di semacam rumah susun di dekat lokasi pertambangan yang seribu kali lebih kumuh dari rumah susun paling kumuh di dunia kalian. Bahkan dijalanan. Tempatnya tidak aman , dan penculikan , pemerkosaan , pembunuhan sudah menjadi hal biasa.



Di sisi lain orang kaya tinggal di perkotaan dengan menara-menara tinggi berdinding kaca yang indah , taman dalam ruangan yang indah , dengan sepeda-sepeda , kereta-kereta yang melayang di udara. Indahpura salah satu dari sedikit kota besar di dunia kami. Hampir seluruh kota besar di dunia kami terdapat di planet Brahmaloka, Ibu Kota Dinasti Raja. Planet Brahmaloka sama seperti Bumi dan masih memiliki pantai Indah. Namun hutan dan Padang rumput hampir semua telah diubah menjadi perumahan mewah dan kondomonium mewah. Kurang lebih seperti Dubai , New York , Moscow di dunia kalian. Namun bayangkan sebuah kota yang terbentang dari semenanjung Iberia (Spanyol) hingga ke benua Australia. Seperti itulah Brahmaloka. Kota para Dewa dengan menara tinggi menjulang menembus awan.



Kesenjangan sosial di dunia kami begitu terasa. Kaya semakin kaya , miskin semakin miskin. Yang kaya hanya tinggal dan berkumpul dengan orang kaya, yang miskin hanya tinggal sesama orang miskin. Yang kaya sibuk mengunggah video ke media sosial , memamerkan kekayaan mereka. Mereka senang , mereka bangga dengan harta yang mereka kuras , mereka curi dari orang tak berdosa. Akibatnya tidak ada keakuran diantara keduanya. Iri dengki seperti hal biasa , begitunya dengan stigma negatif dari kaum kaya terhadap orang miskin. Itu adalah satu dari sedikit realita pahit di dunia kami.



“ kaya miskin itu apasih?”



Tanya Bintang bingung



Maya tinggal di sebuah stasiun bekas penjara yang disulap menjadi rumah bordir. Ia sudah terbiasa dan paham sekali cara memuaskan pria. Sepertinya Dewa berniat menyimpannya setelah perjalanan ini. Githa tinggal di sebuah kota kecil di planet Himaraja , satu dari sekian banyak planet beku di dunia kami , sebagai tukang pijat panggilan kelas menengah. Ia sudah sering keluar masuk tempat tinggal orang lain , mulai dari kabin murahan milik buruh , sampai kondomonium orang kaya di Himaraja



Ia dijual oleh orang tuanya saat berusia 19 tahun hanya untuk ditelanjangi dan diperkosa berbulan-bulan oleh seorang pengusaha kecil di sana. Kemajuan teknologi tidak menghapus pemikiran radikal di dunia kami. Keengganan memiliki anak perempuan contohnya. Ia lalu dijual lagi dan akhirnya bekerja sebagai tukang pijat panggilan. Ia sangat ceria dan baik mengingat masa lalunya yang cukup sulit . Benar-benar wanita yang kuat.



Indra mantan taruna angkatan laut yang diberhentikan karena meninju komandannya sampai cacat. Dewa dulu sainganku tapi akhirnya kami berteman. Rama adalah anak buruh di sebuah stasiun penambang asteroid namun entah bagaimana dapat masuk ke sekolah pelayaran. Ia sebelumnya bekerja di pelayaran sipil. Sedangkan Saras , tidak pernah sekolah , tidak pernah masuk sekolah pelayaran , namun sudah bekerja di kapal antariksa sejak berusia 12 tahun. Meskipun manis tak terhitung berapa bajingan dan aparat yang ia bunuh



“ aku mendengar banyak tentang dunia Tuan malam ini , atau sore ini. Sebenarnya aku tidak tahu ini malam atau sore karena tidak ada matahari “



Kami berdua tertawa. Ia kini tahu tentang duniaku namun ia tidak tahu mau berkomentar apa. Dunia kami membingungkan bagi orang seperti Bintang. Namun sepertinya ia menangkap beberapa yang aku ceritakan. Melati lalu muncul lalu menunjukkan sebuah papan logam yang ia lukis gambar-gambar binatang.



“ gambar yang bagus Nona melati “



Namun ia menggeleng kepalanya. Ia berbicara namun tentu saja aku tidak bisa mendengarnya



“ Oh! Maksudnya , ia bertanya kalian sedang apa?”



Bintang menerjemahkan arti gambaran Nona Melati



“ ah , begitu. Maaf aku tidak tahu. Kami sedang bicara tentang duniaku. Sini mari aku atur komunikatornya “



Aku mengatur komunikator milik Nona Melati dan tak lama ia bisa ikut bicara dengan kami berdua



“ akhirnya kalian dapat mendengarku “



Kami berbicara bertiga sambil menatap bumi , tempat tinggal mereka. Aku menceritakan padanya tentang tempat asalku . Mulai dari Indahpura sampai ke bagian Brahmaloka. Ia paling antusias ketika aku menceritakan tentang Brahmaloka.



“ menara tinggi menembus langit? Kapal-kapal terbang ? Kita harus ke sana! Aku mau lihat “



Akan jadi masalah jika aku mengajak mereka ke dunia kami karena mereka makhluk asing , tentu saja tidak ada tanda pengenal , apalagi paspor atau izin tinggal. Tapi jika dengan cara ilegal , mungkin saja bisa.



“ ide bagus. “



Jawabku



“ benarkah? Memangnya berapa hari berlayar dari dunia kami ke dunia kalian “



Tentu saja perjalanan ke galaksi kami akan memakan waktu perjalanan dari 10 hari hingga setengah bulan. Tapi jika ke wilayah seberang laut , maksudku galaksi Bima sakti , mungkin dalam hitungan menit , hitungan jam sampai dengan seminggu untuk ke ujung galaksi.



“ ah dua minggu. Tidak begitu lama. Aku dengar leluhur kami mengarungi samudra hingga bermusim-musim “



Sahut Bintang. Peradaban mereka ternyata telah mengenal pelayaran. Namun mungkin masih sangat primitif. Bisa saja kapal mereka masih mengarungi lautan , samudra tanpa tenaga mesin. Melainkan dengan tenaga angin atau bahkan dayung.



Kami kembali masuk ke kapal untuk makan malam. Gerbang ramp door ditutup. Kami makan bersama-sama di kabin kapal , seperti biasa , ransum dengan lauk mie dan bakso aci.



“ Hambar sekali! Makanan apa ini?!”



Melati terkejut waktu pertama kali menyantap ransum itu. Sudah kuduga. Sayangnya kami tidak ada makanan lain. Hanya ada buah pemberian Bintang.



“ ini ransum , makanan awak kapal selama berlayar menjelajah antariksa. Maaf kami tidak menyimpan makanan lain. “



Bintang menyantapnya walaupun ia tidak terbiasa.



“ tidak apa-apa. Kurasa aku pernah makan makanan yang lebih buruk. Waktu aku pertama kali memasak sup jamur “



Celetuknya. Pertama kalinya aku mengajak mereka makan malam , namun sayangnya aku tidak punya makanan yang lebih baik lagi. Di samping semua itu mereka menghabiskan makanan mereka , walaupun mereka tidak menyukainya. Dewa dan Maya terkenal tidak pernah menghabiskan makanan mereka. Itu artinya mereka mungkin tidak mau menyia-nyiakan makanan mereka meski mereka tidak menyukainya.



Aku pikir mereka dapat mencoba tidur di kapsul. Kalian tahu kami punya empat kapsul yang masing-masing cukup untuk dua orang. Rama tidur bersama Saras , Dewa dengan Maya , Indra dengan Githa jadi masih ada satu yang kosong , yang seharusnya kapsul milikku. Namun mereka dapat bermalam di sana. Tidak terlalu empuk namun setidaknya lebih empuk dari kasur di dunia mereka yang masih terbuat dari bambu dengan kulit hewan sebagai selimut.



“ wah rasanya seperti tidur di awan!”



Celetuk Melati. Ia menepuk-nepuk kasur itu , kagum dengan keempukannya. Bintang hanya tersenyum malu. Maya mengajari mereka cara membuka dan menutup kapsul sehingga mereka mengerti.



“ Selamat malam Tuan , selamat tidur “



“ Sampai jumpa Sakti “



Kapsul itu menutup dan mereka pun tidur. Githa dan Maya juga mengajari cara menggunakan kamar mandi dan semoga saja mereka mengerti. Atau , kurasa aku harus membersihkan kamar mandi. Seperti biasa aku tidur di kursi kemudiku



Malam itu sunyi sama seperti saat aku biasa berlayar. Semuanya tidur sedangkan aku merebahkan tubuh di kursi kemudia , sekaligus bersiaga jika ada sesuatu terjadi. Teman-temanku mungkin sedang melakukan sex dengan pasangan mereka. Kedua gadis itu pasti sudah tertidur lelap. Di kondisi seperti inilah terkadang aku memikirkan , membayangkan Dewi.



Pintu ruang kemudi terbuka. Seseorang masuk ke ruang kemudi dan berjalan mendekatiku. Aku segera bangkit dan menoleh. Bintang berdiri di sana menatapku dengan serius. Aku baru sadar dia sangat mirip dengan Dewi dengan baju piyama itu. Tidak , lagi-lagi aku membandingkannya dengan Dewi. Aku harus berhenti melakukannya



“ Nona Bintang ?”



“ Tuan, sebenarnya dari tadi aku ingin bicara berdua saja. “



Aku lalu mengunci ruang kemudi agar tidak asa yang masuk.



“ ada apa Nona? “



Bintang tiba-tiba berlutut lalu menunduk menyembunyikan wajahnya



“ Sudah dua kali Tuan menyelamatkan nyawaku. Aku tidak punya apa-apa untuk membalas budi baik Tuan. Rumah pun aku tidak punya. Pakaian ini pun milik orang lain. Tuan membahayakan nyawa Tuan demi gadis yang diasingkan ini. Maafkan kelancanganku , tapi , aku mohon , kawinilah aku. Hanya raga dan tubuh inilah , yang mampu hamba persembahkan kepada Tuan “



Ia bahkan merendahkan dirinya , dengan membuka Piyama itu , dan bugil tanpa busana dihadapanku. Aku seketika sedih. Entah kenapa aku tidak mau memulai hubungan dengan cara seperti ini.



“ Tuan , izinkan aku menjadi Adindamu “



Aku ambil selimutku lalu kututupi tubuh polosnya itu.



“ Tidak Bintang. Aku tidak bisa menerimanya “



Matanya mulai meneteskan air mata. Dengan wajah sedihnya ia menjawab



“ Tuan , apakah Tuan tidak mencintaiku ? Apa aku kurang cantik?



Aku langsung memeluknya.



“ bukan begitu maksudku Bintang. Kau gadis paling sempurna di hidupku. Aku hanya ingin, kau menikahi bukan karena balas saja. Aku ingin kau menikahiku tulus karena cinta “



Bintang pun menunduk membuang wajahnya , tak berani menatap wajahku.



“ Tuan , maafkan aku. Aku hanya bingung. Aku tak tahu harus apa. Kau mempertaruhkan nyawamu untukku. Kau memberiku perhiasan yang indah. Sedangkan aku... aku.... “



Kucium keningnya dan ia pun seketika terdiam. Kuhapus air matanya lalu kupeluk ia erat-erat. Ia terdiam seribu bahasa. Waktu seketika berhenti. Aku sudah menunggu saat-saat seperti ini. Untuk sejenak aku menghibur diriku sendiri , berandai sedang memeluk Dewi seperti dulu.
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd