Episode 21
β Tuan β
Tiba-tiba Bintang menyelip kepelukanku. Semua orang telah tidur. Kami berduaan di sofa sambil menonton acara malam.
β kau belum tidur?β
Bintang menggeleng kepalanya
β aku tidak bisa tidur β
Sahutnya. Aku memeluknya erat dan ia pun pasrah. Aku rasa ini saatnya untuk berbicara lebih intim
β esok kita akan mulai berlayar meninggalkan dunia ini menuju duniaku. Apa yang kau rasakan Nona Bintang β
Ia menjawab
β sama seperti saat aku meninggalkan rumahku. Itu artinya aku akan menemukan rumah baru. β
Jawabnya santai.
β apa kau akan rindu kampung halamanmu? Karena kita akan sangat berkelana jauh dari sana β
Sambil memegang tanganku , ia pun tertawa kecil dan menjawab
β Terkadang aku rindu kampung halamanku. Bahkan saat aku diasingkan di pantai itu. Namun aku sadar , aku sebenarnya merindukan kedua orangtuaku. Aku rindu saat-saat bersama mereka dulu. Dan karena mereka tidak ada lagi di sana , aku sadar aku harus beranjak. Seperti kata nenek moyang kami, terkadang kita harus meninggalkan rumah lama kita untuk mendapat rumah yang lebih baik lagi β
Paham Nomadik. Tapi itu sangat bagus dan mempesona. Terkadang kita memang harus meninggalkan rumah lama kita , untuk mendapatkan sesuatu yang lebih baik lagi. Meninggalkan kenangan lama kita untuk sesuatu yang baru yang lebih baik lagi. Aku mendapat pelajaran baru malam ini dari Bintang
β Kedua orang tuamu , seperti apa mereka?β
Bintang lalu menceritakan seperti apa kedua orang tuanya
β ayahku itu gemuk dan berkulit agak gelap. Dia pandai berburu , pandai memanah , dan pandai bercocok tanam. Ayah yang bertanggung jawab mencari makanan untuk kami , bahkan Ayah sendiri yang membangun rumah kami. Dari ayahlah aku belajar membangun sesuatu. Ibuku pun wanita yang kuat . Ibu mengurus pekerjaan rumah seperti memasak sambil mengurus dan membesarkanku. Dari Ibu aku belajar menjahit dan memasak. β
Kehidupan mereka sangat tradisional dan sederhana , namun cukup menyenangkan. Mereka tinggal di alam bebas , terpisah dari suku mereka.
β Kami diasingkan karena mereka menuduh Ibuku penyihir. Menurutku itu konyol. Dan saat Ayah dan Ibu berpulang , mereka mengasingkanku ke pantai itu β
Jadi dia telah diasingkan sejak kecil. Itu sebabnya ia sangat mandiri.Ia tinggal sendiri di pengasingan setelah kedua orang tuanya meninggal.
β bagaimana dengan kedua orang tuamu Tuan?β
Aku segera menceritakan tentang kedua orang tuaku. Aku mulai dari siapa Ayahku , siapa Ibuku lalu aku bercerita perlahan-lahan sampai tiba ke bagian mereka dibunuh . Persis seperti saat aku menceritakannya kepada Melati.
β Ya Tuhan ..... mereka melakukan itu? Mereka membunuh kedua orang tuamu? Dan keluargamu?β
Dan aku juga tiba ke bagian di mana aku sempat depresi lalu membalaskan dendamku dengan menggenosida seluruh stasiun Militer.
β dan mereka masih memburumu hingga sekarang?β
Itu benar. Ia sempat terdiam. Namun ia kembali memegang tanganku lalu berbisik
β setiap badai pasti ada akhir Tuan Sakti. Aku yakin semua ini akan berakhir dan kau bisa kembali hidup dengan tenang β
Aku harap begitu. Untuk sekarang aku pun hanya ingin menikmati hidup baruku nanti berama Bintang dan Melati.
β ngomong-ngomong aku jadi ingin lihat saat kau masih gemuk β
Sahutnya di tengah keheningan itu
β kenapa?β
β entahlah. Aku suka pria gemuk. Apalagi jika dia raksasa seperti Tuan. Pasti menggemaskan β
Dan ia pun tertawa-tawa kecil. Berbeda dengan Dewi yang justru tertawa terpingkal-pangkal melihat gambarku ketika masih gemuk. Ia bilang ia bersyukur kami bertemu ketika tubuhku telah ideal. Tapi kurasa semua orang punya selera.
β Tuan , jika aku terpikir pertanyaan itu lagi. Apa kau menyukaiku karena aku mirip istrimu? Hanya itu?β
Aku terdiam. Aku terdiam karena aku tidak bisa menjawabnya. Apakah selama ini , aku punya rasa kepada Bintang karena ia mirip dengan Dewi? Apakah benar hanya karena itu? Aku tidak sempat menjawabnya.
β tidak apa-apa Tuan. Dulu aku bersumpah jika ada pria yang ingin memilikiku , ia harus pria yang dapat melindungiku. Dan kau telah melakukannya dua kali , hingga aku pun belum dapat membalasnya. Kau telah memenangkanku. β
Dan secara tiba-tiba Bintang melepaskan gaunnya sehingga ia pun bugil tanpa busana dipelukanku. Ia tuntun kedua tanganku hingga tiba dan menyentuh kedua buah dadanya. Ia mendesah β aaahβ dan β mmhhβ menikmati sentuhan tubuhku yang memeluk erat tubuh bugilnya.
β saat aku melihat kemaluanmu itu , rasanya aku ingin meremasnya dengan kedua tanganku β
Aku melepaskan pakaianku sehingga kini kami sama-sama bugil di atas sofa itu. Kupeluk tubuhnya erat sehingga kini penisku menempel dan bergesekan dengan belahan pinggulnya. Ia mendesah panjang keenakan. Jemariku lalu menyusup ke antara kedua pahanya , lalu aku pun mulai menggosoknya.
Ia terus mendesah-desah genit. Ia pejamkan matanya dan sambil tersenyum nakal , tubuhnya mulai menggelinjang menikmati sentuhan jemariku di kemaluannya. Ia menggesek-gesek batang penisku dengan belahan pinggulnya , dan bibir kemaluannya pun sudah sangat basah. Kuremas liar buah dadanya dengan tanganku yang lainnya , membuat Bintang semakin mendesah-desah liar.
Tubuhnya mulai berkedut-kedut. Pipinya mulai memerah. Desahan Bintang semakin menjadi-jadi dan tubuhnya semakin menggeliat. Penisku kini ikut menyelinap ke antara kedua pahanya dan mulai menggosok-gosok bibir kemaluannya. Ia menjepit batang kemaluanku dengan kedua pahanya dan rasanya nyaman sekali. Aku tempelkan kepala penisku ke memeknya yang masih perawan , dan ketika bibir kemaluan Itu mulai menelannya , pipi Bintang seketika memerah dan ia pun memohon agar aku memeluknya dengan erat.
Sesuai permintaannya aku memeluk Bintang dengan erat. Ia memejamkan matanya dan menikmati setiap detik ketika penisku menyeruduk lubang keperawannnya. Aku merasakan dinding memeknya yang menjepit batang kemaluanku hingga membuatnya hampir kesulitan masuk ke dalamnya. Penisku kini telah tiba di ujung kemaluannya , dan Bintang pun mendesah panjang saat batang kemaluanku mengoyak keperawanannya.
Selaput darahnya menetes. Aku remas buah dadanya dari belakang dan mulai menggenjotnya. Genjotan yang teratur dan penuh irama agar ia dapat menikmatinya. Desahan Bintang pelan namun sangat menggairahkan. Ia pejamkan matanya, ia gigit bibir bawahnya dan baru beberapa detik, tubuhnya berkedut dan ia pun mencapai puncak kenikmatannya.
Ia orgasme hebat. Namun ia tidak menyuruhku menghentikan genjotanku. Ia membiarkan penisku terus menyeruduk kemaluannya. Ia membiarkanku menahkodai tubuhnya sesuai kemauanku. Genjotanku kini sudah dalam kecepatan penuh dan suara tepukan kemaluan kami mulai terdengar keras. Bintang masih memejamkan matanya , dan mulutnya masih terus membuka dan terus mendesah.
Kuremas kujamah buah dadanya sambil terus menggenjotnya dari belakang. Kuhujamkan penisku sedalam-dalamnya , kudekap tubuhnya dan buah dadanya erat-erat dan tak lama aku pun mengalami salah satu ejakulasi yang paling nikmat semasa hidupku. Air maniku keluar sebanyak-banyaknya dan aku sangat menikmatinya. Sambil bernafas lega dipelukanku , dan dengan nafas terengah-engah , ia pun berbisik
β Tuan , aku tak salah telah memilihmu. β
Yang mungkin menandakan jika ia sangat menikmati adegan ranjang yang singkat namun sangat panas ini. Kami pun tertidur bersama. Kami terus berpelukan hingga dini hari tiba , lalu ia mengizinkanku kembali menunggangi tubuhnya. Kami kembali melakukannya kali ini dengan posisi berbeda. Ketika puas kami mandi bersama-sama di kamar mandi , mencuci tubuh kami bersama-sama. Ia pun kembali ke kamarnya dan istirahat , lalu aku pun kembali ke kamarku.
Kami hanya sehari di planet itu. Itu pun sangat terasa lama karena sehari di planet ini hampir dua hari di dunia kalian. Aku bangun tiga jam setelah matahari terbit. Ketika aku keluar kamar semua orang tengah sarapan di ruang tengah. Githa dan Maya telah menyiapkan sarapan. Melati dan Bintang duduk berdua sambil menyantap sarapan pagi mereka. Ketika mereka melihatku , mereka tersenyum secara bersamaan seperti saudara kembar.
Aku bergabung bersama mereka. Maya lalu ikut duduk , lalu kemudian Saras juga dan akhirnya Githa , menyisakan ketiga sahabatku Rama , Indra dan Dewa berdiskusi di depan TV sambil menenteng sebuah kertas lembar. Mereka seperti sedang membahas sesuatu. Aku mengabaikan mereka dan langsung menyantap sarapanku bersama yang lain. Rama pun berdiri , dan segera menghampiriku.
β Komandan , kita harus bicara β
Ucapnya. Aku selesaikan makananku lalu aku berdiri dan bergabung dengan mereka.
β Kami menemukan kapalmu β
Bisik Indra
β maksud kalian?β
Mereka menemukan kapal lamaku yang disita , Kapal angkut berat kelas Dewa Perang. Sudah bertahun-tahun sejak kapal itu disita dan dihibahkan kepada kementerian kesehatan . Dan pagi ini , entah bagaimana ketiga temanku menemukannya berlabuh di Pelabuhan Antariksa Sarasvati. Mungkin mereka melihat lewat berita atau semacamnya.
β Jadi , apa sebenarnya rencana kalian ? β
β bagaimana kalau kita bajak kapal itu? β
Mereka berencana membajaknya. Kapal itu sedang menjalani rutinitas perawatan di pelabuhan. Membajak kapal di pelabuhan sebenarnya tidak sesulit kedengarannya asalkan kami memiliki apa yang dibutuhkan. Kami hanya membutuhkan seragam dan beberapa identitas palsu. Rama dan Indra menyiapkannya , sementara kami bersiap mengemaskan barang bawaan kami.
Semuanya siap dalam waktu hitungan jam. Kami pun berkendara ke Bandara ke mobil kami. Aku mengurus pengiriman kapal kami beserta seluruh muatannya termasuk kendaraan ini ke Indahpura lewat komunikator sehingga jika rencana ini gagal , kami terjebak di planet ini. Kami semua sudah berseragam Dinas kesehatan. Kami berhenti di dermaga di mana Kapal itu berlabuh.
Kami melewati pengecekan identitas dengan gampang. Pelabuhan ini menggunakan alat pengecekan yang sudah obselet ( mungkin berumur ribuan tahun dan berbasis sistem operasi yang katakanlah setara Java di dunia kalian ) sehingga teman-temanku sangat mudah mengelabuinya. Mereka mengizinkan kami lewat , dan kami pun berjalan menuju kapal tersebut.
Aku melihat kapal itu lewat jendela. Aku tidak menyangka aku akan melihatnya lagi. Dan aku tidak menyangka aku akan mencurinya. Kapal ini penuh arti bagiku karena ini pemberian terakhir orang tuaku. Berbeda dengan kapal Dagang penjelajah Bintang yang dulunya salah satu kapal angkut milik perusahaan. Kami berbaris memasuki lewat garbarata. Dan aku tidak menyangka akhirnya kami berada di dalam kapal tersebut.
β wow ini baru kapal Antariksa β
Gumam Indra
Untungnya tidak ada pasien yang sedang di rawat di kapal ini. Kapal benar-benar kosong. Aku , Rama , Saras dan Indra segera berjalan ke Anjungan. Itu pertama kalinya untuk Rama , dia mengendalikan kapal sebesar ini. Aku duduk di kursi Nahkoda , Rama duduk di kursi pendamping , Saras di kursi operator , dan Indra di kursi penembak. Dia bertanggung jawab menembakkan senjata utama , sepasang meriam plasma 76mm , yang terpasang di bagian atas kapal.
β teman-teman selamat datang di kapal LST Dewa Perang. Atau mulai hari ini, penjelajah samudraβ
Ucapku dengan Bangga
Sedangkan Dewa duduk di kursi penembak yang mengendalikan meriam bawah kapal. Jenis senjata sama seperti di bagian atas hanya saja senjata ini berfungsi untuk menembak musuh yang menyergap dari bagian bawah kapal , atau untuk melakukan pengeboman terhadap stasiun atau kapal musuh , atau bahkan permukaan planet. Yang lain masih berkeliling melihat Kapal.
β Menara di sini Aditya, Kapal Dinkes kelas Dewa Perang meminta izin untuk lepas Landas β
β Dimengerti Dewa Perang , kalian bebas untuk lepas landas β
Gerbang dermaga terbuka. Roket pendorong vertikal mendorong kapal lepas landas dari dermaga. Kami lepas landas secara vertikal , keluar dan menjauh dari dermaga tersebut sejauh beberapa ratus meter. Aku mengubah posisi kapal , dan segera menggunakan roket pendorong utama untuk lepas landas keluar dari atmosfer planet.
Kami berhasil melakukannya tanpa hambatan. Merebut kembali kapal tersebut dari tangan pemerintah . Kami segera melakukan satu atau dua pemberhentian demi mengubah identitas kapal tersebut. Dengan kartu hitam yang mereka beli , kami mengubah identitas kapal itu dari milik dinas kesehatan , menjadi kapal milik Pribadi. Aku mengubah nama kapal itu dari Dewa Perang , menjadi penjelajah Samudra. Hanya saja nomor buntutnya berbeda dengan nomor buntut kapal kami sebelumnya.
β Astaga jangan nama itu lagiβ
Gumam Rama
Ketika semuanya siap. Kami menyelaraskan posisi kapal menuju Galaksi kami , lalu tanda menunda lagi, kami melompat dengan kecepatan Hyperdrive meninggalkan Wilayah seberang laut , menuju rumah kami, Galaksi Spiral.
Perjalanan jauh lebih lama karena kapal ini memiliki kecepatan Hyperdrive yang jauh lebih lamban dari kapal kami sebelumnya. Tapi itu tidak masalah , kami bisa bersantai di kapal ini senyaman-nyamannya. Aku berjalan menuju kantor yang dulu adalah kantorku. Aku melihat meja kerjaku , lalu Prosesorku serta rak buku yang menyimpan data-data pasien. Bahkan daftar pasien yang dulu aku rawat masih disana. Tidak ada pertambahan pasien yang signifikan yang menandakan hanya sedikit pasien yang mereka rawat sejak mereka menjalankannya.
Aku masuk ke kamarku. Akhirnya aku kembali. Aku pun tidak menyangkanya. Kamar ini adalah tempat terakhir kali aku memanggil keluargaku lewat panggilan video. Untuk sesaat aku merasa sedih. Aku duduk di kasur lamaku , dan sambil menarik nafas panjang , aku menghembuskan nafas lega , bersyukur aku dapat kembali ke kapal ini. Tak lama , Melati dan Bintang masuk ke kamarku. Mereka berdua tersenyum , dan akhirnya mereka dapat melihat langsung seperti apa kapal yang aku ceritakan kepada mereka.