Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA TAMAT PERJUMPAAN (racebannon)

PERJUMPAAN – 31

--------------------
--------------------

015-ap10.jpg

“Baskara?”

Aku diam saja, ketika suara itu memanggilku.

“Kamu gak tidur?”

Aku masih diam.

“You really need some sleep….”

Stephanie bangkit dari sofanya dan melangkah ke balkon, tempat aku berada. Entah sudah berapa lama kuhabiskan waktu disini. 30 menit lebih, mungkin. Sudah beberapa batang rokok putih kuhabiskan.

Ia duduk di sampingku, dengan bersandar ke bahuku. Dia menggamit lenganku dan aku bisa merasakan nafasnya.

“Kamu harus tidur” bisiknya, sambil menekankan hidungnya di badanku. Aku hanya mengangguk, tapi gerakan selanjutnya adalah mengambil rokok sebatang lagi dan membakarnya cepat-cepat.

“Harusnya gitu…” balasku pelan, menghisap asap rokok perlahan, sambil tetap memandangi langit yang tak berawan dan tak berbintang. Aku tampak seperti berpikir keras, tapi sebenarnya tidak ada apa-apa di kepalaku. Rasanya, detik ini, di dunia ini hanya ada kami berdua saja, aku dan dirinya.

“Tidur… Yuk, mau pindah ke kamar?”
“Bentar…” aku menghisap rokokku lagi, memperlihatkan tangan kananku ke pandangan Stephanie.

“Hey… Itu…”
“Hmm?”
“Dimana… Cincin kamu?” Dari nada bicaranya, Stephanie terdengar enggan menanyakan hal tersebut, tapi pasti ia melihat kejanggalan di jari manis yang ada di tangan kananku. Jari itu kosong tanpa cincin.

“Disini” jawabku sambil memperlihatkan cincin itu di dalam genggaman tangan kiriku.
“Kenapa dilepas?”
“I don’t know”
“Please put it back again”
“….”

Aku diam saja mendengar omongannya. Yang bisa kulakukan hanya memakai kembali cincin itu sambil mencium rambutnya.

“Dan kamu butuh banget tidur” ucapnya sambil memperhatikan cincin yang sekarang sudah kembali melingkar di tangan kanan. “Kemaren kamu kayak gitu, dan sekarang udah jam berapa? Jam 2 kan….. Tidur Bas”

“Yaudah… Aku tidur” aku mematikan rokokku dan Stephanie menuntunku masuk ke dalam. Setelah ia menutup pintu balkon dan menutupnya dengan curtain, dia menarik lenganku dan membimbingku ke arah kamar tidurnya.

Dia membuka pintu berwarna putih itu dan mengajakku masuk. Aku tertegun, menatap isi kamar yang begitu rapih, dengan semua furniturenya berwarna putih dan sederhana. Semuanya begitu minimalis.

Stephanie membuka pintu kamar mandinya, menyalakan lampu dan mengeluarkan sikat gigi baru. Tanpa berkata apa-apa dia menjulurkan sikat gigi itu, sambil berharap aku membersihkan diriku sebelum tidur kembali di dalam kamarnya. Aku tersenyum kecil dan mengangguk.

Sementara aku menyikat gigiku di kamar mandi mungil itu, aku memperhatikan ia yang sedang menata kasur, menambahkan bantal dan mengganti selimut. Dia melakukannya tanpa bersuara.

“Aku bawa gelas buat kamu, dispenser ada di ujung sana”

Aku menatap sebuah dispenser air di pojok ruangan, dekat dengan sebuah meja kerja yang dihiasi dengan beberapa board terkait pekerjaan, lengkap dengan semua ornamen yang terdesign dengan baik. Kamarnya seperti keluar dari post-post di pinterest yang muncul ketika kita mengetik “minimalist design” di kolom pencarian.

Setelah aku membersihkan gigiku, aku bersiap untuk naik ke tempat tidur.

“Celana jeans kamu buka aja, biar kamu nyaman tidurnya” bisiknya ke telingaku, sambil memelukku dari belakang tiba-tiba.

“….” Aku diam saja dan mengangguk. Tanpa banyak bicara aku melepas celanaku dan dia melepaskan pelukannya. Dia mengambil celana jeans tersebut dari tanganku dan menggantungnya di belakang pintu.

Dengan satu gerakan pelan, aku naik ke atas kasur dan membenamkan diriku di dalam selimut. Stephanie menyusulku. Dia mengambil handphonenya dan meredupkan lampu kamarnya dengan menggunakan aplikasi.

Dan tanpa disadari, kami berpelukan kembali, dan kami menghirup udara yang sama di kamar itu. Aku menutup mata, mencoba untuk tidur, walau rasanya ada perasaan yang berkecamuk di dalam diriku.

“Good night, Bas…” dia mencium pipiku.
“Good night”
“I Love You”
“………..”

--------------------
--------------------
--------------------

wpp-of10.jpg

“Gak kayak hari rabu ya…” Dea tampak mengeluh di depanku. Aku menenggak air mineral yang ada di tangan kiriku.

“Sorry kalo gue bikin kerjaan kalian numpuk”
“Gapapa kak… Yang penting Kak Bas udah sehat lagi” dengus Dea. Aku bisa merasakan ketulusan ucapannya walau dia pasti kesal akan pekerjaan yang mendadak meledak karena kemarin aku benar-benar tidak merespon apapun yang dilakukan oleh Dea dan Anthony seharian.

“Kak dari anak konten ada email tuh” Anthony tampak repot juga di depan laptopnya.
“Gue yang bales aja, gue belom liat” jawabku dengan tatapan fokus ke layar laptopku.

Kami bertiga tampak sibuk di dalam ruangan itu. Ruangan rapat kecil itu kami booking seharian agar kami bisa menyelesaikan dan menyusun apapun pekerjaan yang tertunda dari kemarin hingga hari ini.

Tampaknya mereka berdua tanpa diriku seperti anak ayam yang kehilangan induknya. Mereka masih takut untuk mengambil keputusan sendiri.

Di satu sisi wajar, karena mereka adalah anak buahku, asistenku, atau apalah.

Di sisi yang lain, umur mereka juga sudah masuk usia matang, diatas 25 tahunan. Dan aku juga takut, kalau misal aku meninggalkan kantor ini, bagaimana nasib mereka? Siapa yang bisa step up? Dan ditambah, kalau mereka terlihat sangat kurang mandiri…. Siapa tahu itu bisa membuat promosiku tertahan. Karena aku jadi tidak fokus untuk mengembangkan diri, tapi malah mengurus mereka saja.

Ya, kerja memang repot.

Tapi kerepotan ini setidaknya membuat kepalaku sedikit tenang dari drama dua hari kemarin. Drama gila yang membuatku menginap di apartemen Stephanie. Drama yang membuatku harus bangun pagi-pagi sekali, tidur hanya sebentar hanya untuk mengambil laptop sekalian berganti baju di rumah. Sementara jarak rumahku dan apartemenna cukup jauh. Untung kalau pagi buta belum macet.

Mendadak aku teringat tatapan aneh satpam yang melihatku pulang pagi. Entah apa yang ada di dalam pikirannya. Di satu sisi aku tidak peduli, tapi di sisi lain aku merasa tak nyaman juga.

Untungnya lagi, kesibukan hari ini membuatku sedikit tidak peduli akan konsekuensi dari kejadian-kejadian dua hari lalu itu.

Yang aku butuhkan hari ini hanya fokus. Dan kopi. Ya, kami butuh itu.

“Siapa yang mau beliin kopi kebawah?” tanyaku mendadak.
“Aku deh” Dea mendadak berdiri dengan sigap.
“Nanti gue gantiin”
“Oke Kak… Biasa ya?”
“Yep” jawabku sambil tersenyum kecil dan melirik ke arah Dea. Setelah ia berlalu, aku tenggelam lagi di pekerjaan, sambil menunggu kopi datang.

--------------------

“Udah beres?”
“Tunggu, aku lagi di lift”

Jam 8 malam. Belum terlalu malam, tapi memang sudah di luar jam kerja normal. Untung hari ini aku, Dea dan Anthony kerja sebegitu padat dan efektifnya. Semua kelar, semua beres dan semua aman. Hari yang tertunda bisa kami lewati.

“Aku nunggu di lobby atau di mana?”
“Di parkiran aja” jawabku.

Yep, lantai dasar. Tak butuh waktu lama untuk turun. Aku berjalan ke arah lift parkir, dan menempelkan kartu aksesku di gerbang keluar. Setelah aku bisa keluar, aku masuk ke dalam lift parkir, dan menuju ke lantai basement dimana aku parkir.

Setelah melewati beberapa rintangan tersebut, aku menyusuri koridor parkiran dan menuju ke arah mobilku.

“Maaf nunggu lama” sapaku ke sosok yang sedang menunggu disana.

Dia tersenyum melihatku. Rambut pendek seleher, senyum yang manis di atas riasan wajah yang sederhana, pakaiannya yang selalu bertema street style dan sneakers mahal yang selalu menemaninya menyapaku balik.

“It’s okay” matanya terlihat begitu cerah dari balik soft lens yang ia pakai. Kami berdua masuk ke dalam mobilku, dan tak begitu lama kemudian, mobilku mulai merayap keluar dari lokasi parkiran.

“Mau dinner dimana?” tanyaku pelan, sambil menyalakan rokok di dalam mobil. Stephanie ikut menyalakan rokok juga.

“Terserah… I know a cool place deket Blok M”
“Boleh…”
“Atau we order take away something dari warung pinggir jalan yang enak dan kita makan di apartemenku?” tanya Stephanie, dengan usulannya.

“Menarik”
“I thought so”

Aku tersenyum kecil, dan dia membalas senyumanku. Tanpa sadar, tanganku mengenggam tangannya, dan mobil pun masih berusaha keluar dari parkiran.

Malam ini, dan malam-malam seterusnya, akan menjadi jauh lebih hidup.

--------------------

BERSAMBUNG
 
Jav Toys
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd