Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA TAMAT PERJUMPAAN (racebannon)

Bimabet
Kacau lo bas..
Yang biasanya tangguh menghadapi kerasnya kehidupan dan pekerjaan. Kini letoy karena masalah hati..
Selamat hu, ditunggu terus update nya
 
Steph... :galau:
 
masih setia menunggu...
Menunggu reaksi Listya... Jika dugaanya benar ( terbukti) Apakah menuntut cerai pada bagas atau memperbaiki hubunhannya
 
Semoga aja listya gak main belakang juga, apalagi di part sebelumnya ada yang aneh sama tingkah laku listya.
 
PERJUMPAAN – 41

--------------------
--------------------

21134110.jpg

Sudah jam 2 pagi, tapi aku belum tidur sama sekali. Ada perasaan enggan untuk menutup mata karena aku tidak ingin hari esok datang.

Ada banyak hal yang kusesali. Sebanyak apapun kepalaku berusaha untuk mencari-cari kesalahan di diri orang lain, ternyata semuanya kembali ke satu hal yang fundamental. Aku salah langkah. Dari tadi aku memainkan handphone baruku di tangan, sambil berusaha menebak-nebak dan mengingat-ingat nomer handphone istriku maupun Stephanie.

Entah untuk apa.

Tapi yang pasti, aku tidak mengingat keduanya. Tiba-tiba aku tersenyum sendiri. Oh, begini rasanya ternyata. Aku dulu sering membaca hal-hal yang miris di media sosial soal perselingkuhan yang gagal dan keluarga yang berantakan. Ternyata aku jadi salah satu pelakunya sekarang. Aku sekarang membayangkan kasusku disebar secara anonim di salah satu akun-akun instagram atau twit**ter yang membahas tentang ketidak setiaan pasangan dan dunia tipu-tipu dari para suami dan istri yang begitulah.

Bisa jadi sumber persebarannya berasal dari istriku, bisa juga dari Stephanie. Kalau memang itu terjadi, aku tidak bisa berbuat apa-apa lagi selain meratapi nasib, dan mencoba untuk memperbaiki apapun yang bisa aku perbaiki.

Oke, sekarang aku tidak bisa berpikir. Aku tidak bisa merokok karena ini bukan smoking room. Tidak mungkin juga di business budget hotel seperti ini ada smoking room. Turun ke bawah, sudah jam 2 malam.

Akhirnya dengan perasaan enggan, aku membuka laptopku, entah untuk apa. Aku duduk di meja menghadap ke arah dinding dan mulai memeriksa satu per satu apapun yang bisa kulihat.

Oh iya, aku masih punya email pribadi.

Aku membukanya dan tidak menemukan hal yang berarti. Tetapi, mendadak ada perasaan lain yang mengalir di dalam diriku.

Kuperiksa isi inboxnya, dan iya, ada email pribadi dari Listya disitu. Email yang sudah lama, karena memang kita sekarang sudah jarang berkomunikasi langsung lewat email. Aku segera mengetik sebuah email padanya, dan mendadak kata-kata mengalir begitu saja tanpa bisa dihentikan.

“Listya,

Aku nulis email ini dalam kondisi sendiri, tidak dengan siapapun, tidak seperti bayanganmu mungkin. Aku tinggal di sebuah hotel budget di dekat kantor, malam ini. Kamu tidak usah khawatir karena aku beberapa hari ini baik-baik saja tanpa kurang apapun.

Sepertinya aku tahu langkah selanjutnya. Aku juga sudah dipanggil oleh kantor tentang apa yang terjadi kemarin. Mereka memberikan ultimatum agar kami menyelesaikan masalah ini.

Keputusanku adalah resign dari kantor. Dan keputusan ini kuambil tanpa ada paksaan dari siapapun atau permintaan orang lain. Aku pikir, aku harus melepaskan diri dari tempat ini dan meringankan beban mereka.

Untuk kita, mari kita bicara secepatnya.

Mungkin kamu baca email ini, mungkin juga engga. Aku harap kita bisa selesaikan ini dengan baik-baik.”

Aku tersenyum kecut, ada sedikit rasa sakit pada saat aku mengetik kata-kata “Baik-baik”.

Sudah tidak bisa baik-baik lagi sepertinya. Aku bisa membayangkan banyak hal yang mungkin akan terjadi. Dan sepertinya aku harus menghadapi banyak hal. Aku juga harus menghadapi diriku sendiri, sumber masalahnya.

Dan tanpa menunggu apapun lagi, aku langsung mengirim e-mail tersebut ke Listya.

--------------------
--------------------
--------------------

eco-dr10.jpg

“Kamu gak ngasih tau sama sekali nomer handphone baru kamu. Kita harus bicara Bas, kita harus ngobrol. Aku gak tau apakah bagus apa enggak, kalau kita libatin orang tua kita. Tapi ini udah masalah keluarga, ini bukan cuman sekedar masalah aku dan kamu doang.

Please kasih tau nomer hape kamu yang sekarang.”

Jawaban dari Listya sudah kubaca. Jawaban yang singkat, jelas dan padat. Tidak bertele-tele sama sekali, berbeda dengan isi otakku sekarang.

Malam hari ini, aku menyetir dengan enggan, ke arah rumah. Aku sudah membalas email itu dengan memberikan nomer handphoneku yang baru. Aku sudah memberitahunya bahwa aku akan pulang ke rumah. Banyak sekali mungkin yang harus dibicarakan, atau tidak, aku tidak tahu. Yang pasti, kepalaku sedang menimbang banyak resiko dari banyak outcome yang mungkin.

Itulah kenapa tadi aku berkesimpulan bahwa isi otakku sangat bertele-tele. Saking bertele-telenya, aku bahkan sudah sampai disini. Aku bisa melihat gerbang kompleks perumahanku di ujung mataku.

Ada rasa berat kembali kesini, apalagi waktu itu aku pergi dengan meninggalkan masalah dan tidak menyelesaikannya. Mobilku merayap dengan pelan memasuki gerbang. Perlahan, namun tidak pasti, aku menemukan jalan untuk pulang kembali ke rumah.

Dengan perasaan enggan, mobilku masuk ke dalam car port. Lampu rumah menyala terang, tapi aku tidak merasakan ada kehidupan disana. Rasanya kosong. Aku memperhatikan handphoneku dan tidak ada notifikasi apa-apa dari siapa-siapa. Mungkin Listya belum menghubungiku, atau dia menahan diri untuk tidak menyapa. Dia tahu aku bakal pulang malam ini, jadi mungkin rasanya agak sedikit sia-sia jika ia membuka pembicaraan.

desain10.jpg

Langkahku terasa begitu berat, saat aku keluar dari mobil. Aku berjalan dengan gontai, menapaki langkah demi langkah ke pintu masuk. Tanpa berpikir panjang, aku merogoh kunci di saku membuka pintu dan menyambut diriku sendiri pulang.

“Hai” suara yang familiar itu menyapa saat aku membuka pintu dengan gerakan yang lambat.
“Hmm..”

Aku bisa merasakan kehadiran Listya. Dia menungguku. Dia duduk di meja makan yang ada di sebrang sana. Tanpa melirik, aku menutup dan mengunci pintu. Lantas aku berjalan ke meja makan dan duduk di hadapan Listya. Tidak ada makanan apa-apa di atas meja, semuanya kosong, termasuk pandangan Listya yang tadi menyapaku dengan nada datar.

Kami berdua diam dan tidak saling menatap.

“Bas…”
“Ya, aku tahu, kita harus ngobrol” balasku dengan tatapan entah kemana. Tanganku tampak gelisah dan dari tadi, jari-jariku bermain-main dengan kunci mobil.

“…..” Listya menyimpan tangannya di atas meja dan keduanya saling menggenggam, aku bisa merasakan perasaan bingungnya yang memancar dengan kuat, sampai-sampai aku kehilangan kata-kata untuk beberapa detik.

“Aku harus kasih tau kamu dulu, langkah-langkah selanjutnya yang bakal aku ambil”

Dia terdiam dan dia menunggu. Aku menarik nafas dan aku akhirnya memulai kalimat-kalimat yang dari tadi aku pikirkan di jalan.

“Aku bakal resign dari kantor, aku belum ngajuin, tapi di akhir bulan aku bakal langsung submit surat resign ke HRD”

Listya diam, tapi aku bisa merasakan sedikit perasaan lega yang terpancar dari matanya.

“Ini keputusanku sendiri, gak ada yang pengaruhin dan gak ada yang ngajak” lanjutku. “Kalau kamu khawatir soal aku sama dia, aku bisa jamin kalau urusan kita berdua udah selesai dan…”

“Bas…” Dia memotong ucapanku.
“Ya?”

“Pas kamu pergi kemaren, sampai hari ini, aku mikir, apa iya ini semua gara-gara aku? Kamu udah sering complaint sama aku dan sebagainya…. Dan…”
“Gak kayak gitu juga… Mungkin emang gak ada hubungannya sama semua komplen aku ke kamu.... Ini semua kejadian di waktu yang sama, dan aku juga yang bawa masalah ke dalam keluarga kita...” aku memotong pembicaraannya.

“Aku… Aku pikir, mungkin kita bisa berubah. Mungkin gak bisa langsung, tapi kita harus bener-bener bikin perubahan, dan aku jujur marah banget, sampai sekarang pun… Tapi aku harap kita tetep bareng” lanjut Listya.

Dengan seksama aku mendengarkan obrolan Listya. Aku masih belum merespon, dan aku menatap matanya dalam-dalam. Tanganku meraih tangannya, dan aku mengenggamnya dengan pelan. Listya berusaha untuk tersenyum.

“Tapi…” sambungku. “Kita harus pisah. Aku udah mutusin kalau aku seharusnya gak bareng kamu lagi”
“Apa?”

--------------------

BERSAMBUNG
 
Jav Toys
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd