Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA PERSONA (Famously Infamous part 1)

Status
Please reply by conversation.
Chapter 6: Affection,


Even if you take a counter measure, your plan and your expectation can still fail.


-----



"Tadi yang kakak telpon itu pacar kakak?" Kata Gita seusai gue telpon dengan Bianca.

"Bukan, panjang ceritanya..."

"Tapi kita punya waktu banyak kan kak?" Gue ngeliat Gita dan berusaha merangkum cerita gue dan Bianca yang lumayan panjang kalo diceritain secara detail.

"Jadi, tadi itu temen kuliahku di kampung halaman sana. Sekarang dia kerja di bursa efek, Deket FX situ, tau kan?" Gita mengangguk. "Nah aku tinggal di rumahnya, karena di sana dia sendirian, ayahnya jarang pulang terus dia kesepian gitu, itung-itung nemenin." Gita nampak berusaha memahami namun masih terasa ada hal yang mengganjal di kepalanya.

"Kakak... Pernah sama kakak itu?" Tanya Gita dengan ragu-ragu.

"Pernah apaan?"

"Ya... Gitu-gitu..." Gita keliatan banget kalo malu nanyain itu.

"Ngewe maksudnya?" Gue sebenernya males jawab, regardless gue pernah atau nggak, tapi karena gue inget tadi gue bermasalah dengan cari aman. Gue putusin buat jawab aja sejadi-jadinya.

"I-Iya..." Gita masih nggak berani ngeliat ke gue, walaupun gue udah ngeliat dia sekarang.

"Hmm kamu ini Git, katanya mau jadi wanita tapi bilang ngewe aja nggak be--"

"T-tapi kak i-itu ka--"

"Ah yaudah yaudah gapapa. Nevermind." Susah juga ngadepin remaja tanggung gini, pinginnya dewasa tapi pikirannya masih anak-anak, gue jadi tambah nggak tega (dan males) ngewe sama Gita.

"Oh iya, gimana kalo kita bikin kaya kode aja deh, buat gantiin kata ngewe, gimana?" Entah ada setan dari mana gue ngomong itu ke Gita.

"Maksudnya kak?"

"Ya... Daripada ngomong gitu-gitu, kan malah jelas, mending pake kode aja... Kaya ngews misalnya."

"Ih kan itu masih ketauan kak." Gita keliatan agak sebel tapi keliatan kalo dia play along dengan ide gue.

"Oh iya juga ya hehe... Apa lagi ya.............. Oh iya! HS!" Gue senyum lebar kaya Nobita baru dapet barang ajaib.

"HS apaan kak? Handshake?" Tanya Gita dengan polosnya.

"Bukan sih, HS itu ada singkatan lainnya, artinya having sex, gimana, masuk akal?"

"Iya kak, nggak keliatan banget..." Gita tampak berpikir sejenak. "Eh tapi kak, berarti kalo ada fans yang bilang habis HS sama kita berarti artinya having sex dong hihihi"

"Lah iya bener juga dong hahahaha," gue ketawa lebar sedangkan si Gita terkekeh karena guyonannya tadi. Rasanya aneh juga kita ngetawain orang HS.

Setelah ngetawain orang HS suasana di mobil jadi lebih cair, kami ketawa-ketiwi karena guyonan yang keluar dari satu sama lain. Gue juga jadi agak nyaman berada Deket Gita, tapi gue tetep waspada dan cari cara biar nggak harus HS sama Gita, dan begitu gue sampe deket rumah gue kepikiran sebuah ide brilian.

"Ya masuk, anggap aja rumah orang." Kata gue sambil bukain dia pintu rumah, dia cuma ketawa denger omongan gue.

"Wah rumahnya gede ya kak?" Kata Gita sambil melihat ke seluruh penjuru ruang tamu.

"Iya, gede banget, kebayang kan kalo tinggal di rumah segede ini sendiri? Sini Git naik." Gue langsung arahin dia ke kamar. Bukan kamar gue, tapi kamar Bianca. "Sini, kamu mandi terus ganti baju dulu, terserah deh pilih yang nyaman aja buat kamu, aku bingung mau milihin kaya gimana. Ntar kalo udah selesai turun aja, aku masakin makan malem, laper kan?"

"Eh... Ini beneran gapapa kak?" Gita sekali lagi keliatan ragu saat mau milih baju di lemari Bianca.

"Katanya mau HS, kamu mau HS sama fans bau?" Gita menggeleng. "Nah makanya mandi dulu ya sayang." Kata gue semanis mungkin sambil menyibakkan rambutnya.

"I-Iya kak yaudah aku mandi." Wajahnya terlihat bersemu merah saat gue bertingkah manis ke dia.

"Oke, kutunggu di bawah." Gue tersenyum dan langsung menuju ke dapur. Nggak lupa gue ngabarin Bianca tentang bajunya.

Bi, I'm going to borrow your clothes for awhile, I've gotten myself into a situation, ok?​

Hmm okay... May I know what situation?

Well... It's hard to explain, but please jangan bilang papamu ya.​

Hah? Maksudnya?
OH OKE
Jangan lupa cerita kalo sudah selesai 😉

Gue langsung buka kulkas buat cari bahan makanan buat Gita. Gue tau pasti Bianca bakalan ngeh 'situasi' apa yang terjadi dengan gue karena gue pake kode yang biasanya dia pake yaitu "jangan bilang papa" ditambah lagi gue minjem bajunya dia jadi pasti kemungkinannya kalo nggak dia mikir gue mau ngewe ya gue crossdresser, dan Bianca tau gue bukan crossdresser.

Gue memutuskan buat bikin Aglio Olio setelah inget ada sisa Capellini bekas percobaan gagal gue kapan hari. Ya, gue sering eksperimen makanan, apalagi yang berhubungan dengan mie. Setelah kemarin gagal bikin pasta enak karena ternyata Capellini nggak cocok sama saus yang terlalu kental, gue bikin Aglio Olio dan ternyata cukup berhasil. Gue putusin buat bikin itu sebagai bagian dari rencana gue buat bikin gue gagal ngewe sama Gita. Proses bikinnya nggak susah, cuma butuh bawang sama minyak aja, sama kebetulan di kulkas ada jamur yaudah pake aja. Gue cukup cepet bikinnya karena udah biasa bikin beginian. Pas gue selesai bikin pastanya, si Gita belum ada tanda-tanda selesai mandi, dan gue putusin buat bikinin dia minum susu coklat hangat.

"Ah a perfect cherry on top in my plan..." Gue nyengir sendiri liat hasil masakan gue.

"Git udah selesai mandinya? Cepet turun ya kalo udah, makanannya udah selesai nih," teriak gue sambil bersihin dapur. Beberapa saat kemudian gue denger langkah kaki turun dari tangga.

"Maaf kak barusan selesai... Eh kok kakak bikinin makan? Aduh maaf kak jadi ngerepotin," kata Gita yang terlihat lebih fresh seusai mandi dan ganti baju. Sekarang dia pake kaos barong yang agak oversized dan juga hot pants biru muda punya Bianca. Ngeliat dia pake baju kegedean gitu sejenak bikin gue nafsu, tapi akal sehat tetep menguasai dan gue balik sadar.

"Udah gapapa, sini aja dulu, duduk," gue narik kursi buat dia duduk, sedangkan gue duduk di seberang dia. "Makan dulu yuk."

"Ini bikinan kakak sendiri? Keliatannya enak kak hehehe."

"Iya dong, Aglio Olio Capellini a la Chef Nick." Kata gue berlagak chef yang disambut tawa oleh Gita.

Beberapa menit setelahnya kita nggak ngobrol apa-apa karena emang menikmati makanan masing-masing. Setelah gue makan gue ngeliatin dia makan, Gita keliatan lahap makannya entah karena enak atau dia emang laper.

"Gimana? Enak?" Kata gue ke Gita setelah dia selesai makan dan minum susunya.

"Enak banget kak! Ternyata kakak pinter masak ya!" Kata Gita dengan antusias.

"Hahaha nggak juga, mie-nya kerasa enak karena ada sentuhan laki-laki di sana," kata gue dengan sedikit ngerayu, lalu nyuci piring bekas kita berdua.

"Oh iya, gue gapernah main sama Bianca, git." Lanjut gue lagi setelah kembali dari cuci piring.

"Hah main apa kak?" Gita keliatan nggak paham dengan apa yang gue omongin.

"Nge... I mean handshake." Gue lalu tersenyum ke dia.

"Hah handshake... Oh itu... Masih inget aja pertanyaan tadi kak." Kata Gita terlihat sedikit malu.

"Hahaha I feel like I just want to tell you about that... So, shall we continue?" Gue lalu berdiri di depan dia sambil memberikan tangan gue untuk dipegang. "Udah yakin?"

"Yakin kak." Gita genggam tangan gue erat-erat. Gue kira dia udah sedikit sadar dan nggak berusaha buat ngewe lagi, ternyata keinginannya masih kuat. Nevermind, I still have an ace on my sleeve.

"Tapi aku punya satu syarat."

"Apa kak?"

"Kita ngelakuinnya habis aku selesai ngerjain kerjaan ya, masih ada dokumen yang perlu diterjemahin."

"Ng... Oke deh." Lalu gue tarik dia menuju ke kamar gue.

Di kamar, gue suruh Gita tidur di kasur dan gue bersila di samping dia sambil bawa laptop. Gue langsung siapin file gue dan liat jam. Jam menunjukkan pukul 22.30, mungkin gue bakal ngerjain ini sampe jam 12, dan gue rasa itu cukup buat bikin dia tidur. Ya, rencana gue adalah bikin Gita tidur, bukan biar gue bisa ngapa-ngapain dia, tapi biar gue gak perlu ngapa-ngapain dia, ntar tinggal bilang aja kalo dia ketiduran, atau bilang gue juga ketiduran jadi cape banget buat ngewe, masuk akal kan? Gue bangga dengan ide pinter gue ini hahahaha.
Setelah gue siap dengan file-nya, gue langsung elus lembut rambut Gita yang mulai keenakan tiduran di samping gue.

"Eh kak kenapa dielus-elus rambutku... Entar aku gampang... Hoaam..." Gita mulai keliatan nggak bisa jaga kesadarannya.

"Ya gapapa kan git, ini kan juga sentuhan laki-laki, kalo nggak enak bilang aja..." Kata gue dengan lembut sambil masih keliatan ngecekin file buat kerjaan.

"Nggak sih kak, enak kok enak.... Tapi... Mm... Hoaam... Mmh." Dan Gitapun sukses tidur di samping gue. Gue tersenyum karena rencana gue berhasil, tapi gue tetep harus waspada, gue tetep sila di samping dia sambil mulai nerjemahin dokumen, sambil sesekali ngecek apa Gita kebangun atau nggak. Setelah gue selesai dengan kerjaan gue, gue pelan-pelan pergi dari tempat tidur untuk beresin laptop. Setelah itu, gue tiduran di samping Gita dan ngeliat wajah tidurnya Gita yang imut. Ngeliat wajahnya sekarang pasti nggak akan ada yang nyangka kalo dia ini cewek tomboy, pun juga cewek yang beberapa jam lalu ngotot pingin gue ewe. She just looks like an innocent girl.

"You know Git, it's not like I don't want to do it," lalu gue kecup dahinya lembut. "But I don't deserve to be fucked, or loved, or anything by every girl in the world."

Gue langsung nyelipin tangan gue di bawah badan dia dan meluk dia.

"Ini itungannya juga sentuhan laki-laki kan? Selamat tidur, Git." Kata gue lembut ke dia. Gue peluk dia dan mulai mejamin mata.



Ini sudah jam 12, akhirnya gue bisa tidur dengan bahagia.
 
Chapter 6-1: Defection.


There are four known sources of dream, that is:
1. External sensory stimulus.
2. Internal sensory stimulus.
3. Internal physical stimulus.
4. Psychic stimulus.



-----






"We meet again huh?" Said by a shadow right in front of me. Her voice is loud and familiar. Slowly, the shadow is materializing itself, becoming a familiar figure in front of me. Ah, she's Misty, my very first girlfriend. She looks exactly like her, but the difference is she got fire in her eyes, as If she's ready to burn me in any second.

"Hi, Mis, nice to see you, how are you?" I'm trying to be nice to her, hiding my sense of guilt away.

"Meh, you're still trying to hide your guilt huh? It doesnt change the fact that you're the one defecting me when we were together. Get lost asshole." Then her shadow vanishes before my very eyes.

Then, another shadow slowly comes from far away.

"Hey, Nick." I know whose voice sounded to me now.

"Oh hey Nina, how are you? I'm so--"

"Cut the crap, jerk. I'm coming here asking for your apology, oh great demon of lust." Shit, Nina's voice is still as smooth as water yet now it cuts deeper than a sword. She's Nina, another ex, our relationship went well, in fact all of my relationship went well... And then ended because of this demon mentioned by Nina.

"Look Nina, once again I'm asking for your forgiveness, it all happened because of my mistake." I was kneeling and starting to cry while asking for her forgiveness.

"Tch, get your hands away from my legs, sinner, gone!" She said that but it's her figure that is vanishing.

While I'm sitting with my guilt, there come another figure, but I can't even remember whose voice is that, and her body isn't made of shadow, but light.

"Hey Nick, having a bad day aren't you?" She smiled so faint but it warms my heart really much.

"Well yeah... Another past tripping me again..."

"Oh what is it? May I know?" She's sitting right beside me and looking at me gently.

"Well... It's like Nina said, my lust kills me, I groped them without their consent... I thought they'll be okay with it, but they aren't... What an asshole I am." I'm sighing out of my foolishness, ever since that mistake I always think that I never get myself another girlfriend again, afraid I might defect her like my past exes. The only girl friend I have is Bianca, and I almost fucked her back in the moment. Now I'm trying to control myself to any girl I met, hoping not to repeat the same mistake.

"Here here dear, you got a pretty bad past aren't you?" She then hug me softly, I feel like I could cry at any moment. "Hey, don't cry, it's okay, you already got your lesson right? Next time you ask for consent, and I think, you should never again refuse women who offer herself to you. All you need to do is accept them and be a gentleman, okay?"

"Okay." I'm hugging her tighter, but she just accepting me. Then I'm following my instinct to get closer to her breast.

"Well... Even though I told you to be a gentleman, you're being a child now, chasing after my boobies." She then laughing at me, as if laughing to a child who played with his favorite toy.

"Is it wrong?"

"No, but you have to do it softer, make sure she's comfortable with you, like you always said." She's patting my head as if trying to make me sleep. I'm now sucking her nipple as if I'm a child looking for a breast milk "Now wake up okay, wakey wakey dear." Then her figure is vanishing, along with me slowly getting sober.




-----


Gue kebangun perlahan dari mimpi gue, tapi sebelum gue buka mata, gue ngerasain ada sesuatu yang merangsang indera gue pertama kali. Gue nyium bau wanita, atau lebih tepatnya bau feromon, yang sukses bikin adrenalin gue mengalir deras. Begitu gue buka mata, yang gue liat adalah kaos barong, gue nyoba recalling apa yang terjadi sebelum gue tidur.

"Oh iya gue tidur sama Gita," batin gue. Entah gimana ceritanya tadi, yang pasti posisi tidur gue sekarang udah beda, sekarang Gita yang sedang meluk gue di dadanya, dan di depan gue jelas terlihat kedua buah dada sedang milik wanita yang sedang bertumbuh ini. Dadanya kembang kempis perlahan seiring dengan nafasnya yang terlihat tenang. Karena disuguhi pemandangan yang gue suka, rasa penasaran mengambil alih dan perlahan-lahan tangan gue menjamah pemandangan di depan gue ini. Mengejutkannya, gue nggak ngerasain pembatas lain di balik kaos barong tipis ini. Gue yang makin penasaranpun memijat-mijat buah dada kanan Gita dengan tangan kiri gue yang bebas, masih dari luar kaosnya.

"Mmh aah..." Desah pelan Gita membuat gue menghentikan aktivitas gue sesaat. Setelah gue memastikan kalo dia tidur lagi gue melanjutkan kembali aktivitas gue di dadanya, bedanya, kali ini gue nyelipin tangan gue ke bagian bawah kaos Gita, berusaha nyari tonjolan kecil di dada Gita. Setelah ketemu, gue perlahan-lahan mulai meremas dada Gita yang sedang itu, badannya tersentak karena sensasi yang asing ke badannya. Karena nggak tahan, gue singkap kaosnya sampe ke bagian dadanya, dan ngeliat dua buah dada sedang di depan gue. Insting gue mendorong gue perlahan-lahan ke bagian puting dadanya yang belum begitu menonjol, lalu gue sedot pelan puting kiri Gita sambil tangan gue mainin puting dia yang satunya lagi. Gita nggak bersuara lagi kaya tadi tapi tangan dia meluk gue lebih erat, entah karena keenakan atau gimana, gue gak ambil peduli soal itu. Gue sekarang ngadepin payudara sedang di depan gue, yang mana adalah favorit gue. Seluruh tubuh gue berfokus buat nyusu ke dada Gita, tanpa sadar kalo sebenernya si Gita udah mulai bangun dan tubuh bagian bawahnya ngerasain sensasi gatel yang luar biasa. Beberapa menit gue mainin kedua payudara Gita, gue masih belum bosen, malahan tambah nafsu ngeliatin putingnya yang berlumuran liur gue. Karena gemes, gue gigit kecil puting kanan payudara Gita yang membuat dia mengaduh agak keras.

"Eh udah bangun? Sorry ya ngebangunin kamu..." Kata gue dengan sedikit rasa bersalah karena bikin dia kaget.

"Nggak kak..."

"Sakit ya tadi? Sorry deh nggak lagi kok gitu," kata gue sambil mengelus lembut pipinya.

"Eng-enggak kak gapapa... Asal jangan kenceng-kenceng kalo gigit..." Muka Gita memerah karena malu.

"Masih mau lanjut?" Gue tanyakan hal itu sambil menatap mata dia penuh arti.

"Iya kak." Dua kata itu dikatakan Gita dengan lugas, bahkan tatapan matanya nggak menyiratkan keraguan sedikitpun. Kalo sudah gini, yang harus gue lakukan tentunya memperlakukan dia sebaik mungkin.

"Yaudah, ntar kalo sakit bilang ya." Kata gue lalu mencium bibir Gita lembut. Dia kelihatan agak gagap membalas ciuman gue, mungkin gue ciuman pertamanya, mungkin udah lama dia nggak dicium di bibir, entahlah, I don't really want to know.

"Buka ya bajunya?" Kata gue sambil pelan-pelan narik baju Gita ke atas lagi. Tapi tangan gue ditahan sama dia.

"Kenapa?"

"Malu kak... Dadaku kecil..." Kata Gita malu-malu sambil tetap menahan tangan gue yang berusaha buka bajunya.

"Gini deh, aku bakalan buka baju juga kok," gue duduk dan buka kaos yang gue pake, lalu menarik Gita agar duduk berhadapan dengan gue.

"Dan kamu tau nggak satu istilah di bahasa Inggris yang ditarik dari Jepang dari tahun 2004?",

"Apa kak?" Gita terlihat penasaran, dan gue mendekatkan wajah gue ke Gita, sampe hidung kita bertemu, lalu gue berbisik

"Flat is justice." Gue katakan itu dengan yakin lalu kembali mencium bibirnya yang sedang itu. Sementars itu tangan gue kembali ke bagian bawah kaosnya dan berusaha menanggalkan kembali kaosnya, tapi kali ini tidak ada perlawanan dari Gita, karena dia masih menghayati ciuman gue yang makin lama makin liar. Setelah gue berhasil melepaskan bajunya gue melepaskan bajunya gue melepaskan ciuman gue dan ngeliat Gita yang sudah setengah polos.

"Jangan ngeliatin kak... Malu..." Kata Gita sambil menutupi kedua belah payudaranya.

"Kenapa? Badanmu bagus kok, aku suka." guepun langsung memeluk dia lagi dan menindih dia perlahan. "I'll make this an unforgettable experience for you." Dan gue nyium dia sekali lagi.

Di ciuman gue kali ini Gita sudah mulai bisa merespon dengan baik, ditambah lagi dia mulai mainin lidahnya di rongga mulut gue, sesuatu yang gue paling nikmati dari dia. Dari bibirnya ciuman gue berpindah ke telinga Gita, gue emut telinga dia sambil sesekali jilatin lubang telinganya, dia ngerasa kegelian tapi responnya nggak begitu heboh, lalu gue pindahin ciuman gue ke leher Gita yang lumayan jenjang ini, dari semua bagian cewek yang gue suka leher adalah bagian kedua setelah payudara yang gue suka entah kenapa. Pas gue nyiumin lehernya, tangan Gita yang meluk kepala gue berusaha ngarahin kepala gue ke bawah, ke bagian favorit gue, yaitu payudara. Pas gue sampe di payudaranya, tangan gue yang sedari tadi gue pake buat meluk Gita gue pindahin buat mainin putingnya Gita. Pas gue emutin puting kanannya gue sesekali memilin puting kirinya.

"Ah ah ka....k mmmh kak kak." Suara desahan Gita berubah jadi panggilan ke gue.

"Kenapa Git?" Gue menghentikan aktivitas gue.

" Hah hah hah........ Emut yang satunya kak..." Kata Gita sambil menata nafasnya. Tanpa buang waktu gue langsung Emut puting kirinya dengan ganas. Tangan Gita yang dari tadi cuma meluk lembut sekarang menahan gue agar nggak lepas dari payudara kirinya. "Ah iya kak! Ah enak kak... Mmmh terusin hah hah hah iya itu... Agak digigit dikit." Gue langsung gigit kecil payudara kirinya sambil tangan gue perlahan-lahan ke bawah, mengelus-elus perutnya. "Ah iya kak gitu! Enak kak... Ah... Ah kak aku mau... Ah kak aku mau pipis kak!" Tapi gue tetep melanjutkan perlakuan gue ke payudaranya, "ah kak aku pipis kak ah... Ah kaaak..." Pelukan erat Gita perlahan mengendur setelah teriakannya mulai melemah, Gita menata nafas setelah beberapa saat mengejang karena orgasme pertamanya.

"Ah kak aku... Pipis hah hah hah hah..." Kata Gita sambil terengah-engah.

"Itu bukan pipis sayang, itu orgasme, gimana rasanya?"

"Bener kata kak Anin, orgasme enak, haaah..." Nafas Gita mulai teratur setelah orgasme tadi.

"Ini masih belum selesai kok, malam masih panjang, oke?" Tanpa menunggu balasan dari Gita gue langsung Emut payudara kirinya, yang kelihatannya adalah titik sensitifnya.

"Ah kak! Ah iya gitu kak... Aduh enak kak..." Suara desahan Gita menggema di seluruh ruangan, kelihatannya dia sudah nggak malu lagi buat mengekspresikan nafsunya. Masih dengan terbaring gue menyelipkan tangan gue ke dalam hotpants Bianca yang dia pake. Di dalamnya terasa masih ada celana dalam yang sudah agak lembab karena sisa orgasmenya tadi. Gue berusaha ngelepasin celananya, yang dibantu oleh punggungnya yang agak naik, beberapa saat kemudian, tubuh polos Gita sudah terpampang sepenuhnya. Ciuman guepun turun perlahan ke perut Gita, sambil tangan gue masih ngremesin payudara Gita. Sampe akhirnya gue ada di depan kemaluan Gita. Kemaluannya terlihat mengkilat karena sisa orgasmenya tadi. Perlahan gue masukin jari tengah gue ke vagina Gita, sesaat Gita bergetar karena rangsangan gue di vaginanya, kedua tangannya sekarang megang tangan gue, entah pingin nahan gue atau gimana. Gue tetep ngocokin vagina Gita, yang bikin dia mengerang keenakan.

"Kak... Peluk..." Kata Gita beberapa saat setelah gue mainin vaginanya. Padahal gue sebenernya pingin ngoral dia, tapi karena dia manja gini gue jadi nggak punya kekuatan buat nolak. Langsung gue pindah posisi jadi tidur di samping dia, tangan kanan gue jadiin bantalan buat dia tidur dan tangan kanan gue ngelusin pipi Gita.

"Lanjutin lagi gapapa..." Bisik Gita ke gue, yang gue bales senyum dan mindahin tangan kiri balik ke vaginanya dia. Pas gue mainin vaginanya, gue juga nyium Gita, yang membuat dia kewalahan buat ngendaliin ciumannya. Sekarang ciumannya bener-bener nggak beraturan tapi itu malah bikin dia jadi keliatan sexy di depan gue. Selain nyium gue dia juga melampiaskan keenakannya dengan nyiumin dada gue, yang bikin gue makin sange dan bikin penis pingin segera keluar dari sarang.

"Eh git, gue buka celana ya? Nggak kuat gue..." Kata gue sambil buka celana. Pas penis gue keluar, mata Gita ngeliatin kemaluan gue dengan tatapan yang... Heran? Yang pasti mukanya keliatan bingung.

"Itu ntar... Masuk punya aku?" Tanya dengan sedikit ragu, gue ngeliat ada sedikit ketakutan dari nada bicaranya.

"Iya, but I'll make sure I'll do it as softly as possible, ntar kalo sakit bilang aja, oke?"

"Oke kak." Kini mata terlihat Gita lebih rileks dari sebelumnya.

Gue langsung pasang posisi nindih Gita lagi, dengan tangan kanan gue mainin payudara kirinya dan tangan kiri ngarahin penis gue ke vagina Gita. Gue langsung serang Gita dengan tiga rangsang kuat dari payudara, vagina, dan ciuman gue, yang sukses bikin Gita kelojotan.

"Ah mmmh kak!" Gita teriak lagi, badannya sedikit mengejang dan pelukannya mengencang, kepala penis gue disembur cairan cinta dari vagina Gita lagi. Sambil nungguin dia agak tenang, gue mainin penis gue biar makin tegang. Setelah gue rasa cukup, gue masukin perlahan penis gue ke vagina dia.

"Mmmph..." Gita menggigit bagian bawah bibirnya seiring dengan gue yang masukin penis gue ke vaginanya. Gue terus ngelakuin kontak mata ke dia biar tau apa yang dia rasain. Ketika penis gue menemukan sebuah penghalang, Gita ngeliat gue dalam-dalam, karena tau apa yang kita lakuin setelah ini nggak akan bisa diulang lagi. Karena kepalang tanggung, gue tetep mainin vagina dan payudaranya agar dia lebih rileks. Desahannya lembut bikin gue gak tahan buat nembus selaput daranya, tapi gue sadar kalo dia harus diperlakukan selembut mungkin.

"Hh... Mmhh... Kakh..." Ucap Gita di sela-sela desahannya. Matanya ngeliat ke gue berkata kalo dia udah siap buat langkah selanjutnya.

"Ntar bakalan sakit dikit, tapi kalo nggak kuat bilang ya?" Kata gue yang dibalas anggukan oleh Gita, lalu gue cium lembut bibir Gita yang dibalasnya ganas karena nafsu yang sudah tinggi. Perlahan gue pasang ancang-ancang buat nembus selaput daranya, dan dengan sekali tarikan nafas, gue sodok vagina Gita keras-keras.

"Kak!" Gita kembali berteriak dengan keras sambil meluk gue erat lagi. Pas gue liat ke bawah, ada sedikit darah mengucur dari vagina Gita.

"Sorry ya sakit, habis ini aku pelan-pelan kok." Gue elus-elus pipi Gita sambil sesekali menyeka air mata yang keluar darinya, entah karena kesakitan atau karena dia tau gue udah ambil perawannya.

"Lanjutin lagi kak, tapi jangan keras-keras kaya tadi ya..." Ucap Gita manja, nafasnya sudah mulai stabil dan dia udah bisa senyum ketika gue ngeliat dia. Gue mulai main pelan dan ngeliat dia merem melek keenakan, sesekali dia mendesah bikin gue bergidik karena sange, tapi gue inget lagi gue harus main lembut karena ini pengalaman pertama Gita. Setelah beberapa saat tangan gue mulai gabisa diem, tangan gue mulai pindah dari punggung Gita ke depan lagi, ya apalagi kalo bukan payudara sedangnya itu, gue mulai remes-remes payudara Gita yang bikin dia makin blingsatan, "ahh iya kak enak kak... Terusin mmh Iyah itu kak aah Iyah..." Suara nikmat Gita bergema ke seluruh rumah, untung gue sendirian di rumah, gue baru tau kalo Gita ternyata rame banget kalo lagi hs, tapi gapapa sih, enak juga dengerinnya.

Bosen dengan posisi misionaris, gue tarik dia buat duduk, Gita sempet kaya linglung karena gue tiba-tiba berhenti, tapi gue langsung posisiin dia buat duduk di atas paha gue, dan dari bawah gue langsung tancep lagi sambil meluk dia agar nggak jatuh ke belakang sambil ngemutin kedua puting payudaranya yang bikin Gita mendesah lagi dan lagi. Bagian bawah Gita sekarang lebih aktif dengan sesekali nyamain irama permainan gue, sambil kedua tangannya terus nahan kepala gue agar nggak pergi dari dadanya. Peluh kita berdua sudah menjadi satu di kulit, nafas permainan kita bener-bener seirama, gue gapaham gimana ceritanya tapi yang pasti permainan gue dan Gita saat ini udah bener-bener sinkron, dan ini bikin gue segera sampe klimaks.

"Sayang aku udah mau keluar..." Bisik gue di tengah-tengah permainan kami.

"Ahh iya sayang... Aku juga..."

"Ntar aku keluarin di luar ini," kata gue yang masih ingin main aman sama dia.

"Ahh iya deh serahh... Mmhh..." Kata Gita yang tampaknya masih terlalu menghayati permainan kami. Beberapa saat kemudian gue ngerasa gue udah mau keluar jadi gue agak kendorin biar nggak lupa buat nyabut penis gue. Di luar dugaan pas gue ngendorin kecepatan gue, si Gita malah nyepetin permainannya dengan permainan vaginanya yang malah bikin gue cepet mau keluar. "Ah cepetin aja kak terus aku mau mmh kaaak enaaak aaah iya kaaak..." Suara Gita makin gak beraturan seiring dengan nafsunya yang makin ke puncak, pas gue mau cabut penis gue, si Gita malah terus meluk gue erat, biar nggak kecolongan gue langsung balik ke posisi misionaris dan nyepetin permainan gue.

"Ahh iya cepet gitu kak benerrr ah kaaak aku mau... Ah kaaaak...." Cairan cinta Gita mengalir deras. Gita kembali mengerang panjang dan mengejang lebih hebat dari sebelumnya. Sementara gue? Untungnya gue berhasil ngeluarin penis gue tepat waktu dan ngeluarin sperma gue di bawah perut Gita.

"Shit hampir sukses gue bikin anak," Batin gue ngeliat sperma gue yang banyak di perut Gita.

Setelah permainan hebat itu kita berdua berpelukan, lalu gue nyuruh dia mandi dan gue mau mandi di kamar Bianca. Awalnya dia nggak mau gue tinggal, tapi setelah gue kasih tau kalo gue nggak ke mana-mana akhirnya dia mau mandi. Pas gue mandi gue liat kemaluan gue ada bercak darah. Iya, darah perawan Gita, ngeliat itu gue ngerasa bersalah dan memutuskan buat minta maaf ke Gita.
Selesai mandi gue kembali tiduran di kamar gue, nggak lupa gue masukin bed cover gue yang jadi saksi permainan kami ke mesin cuci. Beberapa menit kemudian Gita juga udah selesai mandi, kembali menggunakan pakaian yang tadi dia pinjam.

"Eh kamu pake baju itu lagi?" Tanya gue agak heran.

"Iya kak, kan nggak bau... Cuma dalemannya aja sih yang aku lepas... Basah soalnya..." Gita kembali malu-malu ngomongin itu ke gue. Lucu juga padahal kita barusan menelanjangi diri kita, dalam arti literal.

"Oh iya gapapa kok, sini, mau aku peluk?" Gita tidak membalas pertanyaan gue tapi dia langsung tidur di pelukan gue. "Maaf ya Git."

"Kenapa maaf kak?"

"Itu... Aku udah ngambil keperawanan kamu..." Gue bener-bener bingung gimana cara ngomong ini dengan lebih lembut.

"Oh... Iya kak, gimana lagi, awalnya aku juga mikir apa ada yang bakal mau sama seorang idol yang udah nggak perawan... Tapi setelah aku pikir lagi, aku ngerasa udah ngasihin keperawanan aku ke orang yang tepat. Bukan ke orang yang memperlakukan aku sebagai idol, tapi sebagai wanita." Gita lalu memeluk gue erat, sedangkan gue ngerasa bingung harus merespon apa.

"Makasih ya kak," kata Gita dalam pelukannya.

"Aku tau yang makasih." Gue kecup keningnya dan kita berdua tidur lagi.


-----


Sekarang jam 8.23 dan gue nganterin Gita pulang, sekalian mau meeting sama staf lain. Gue tadi baru ngecek hape ternyata meeting-nya jam 10. Untung gue nggak kesiangan walaupun tadi malem (atau dini hari lebih tepatnya, karena setelah gue cek ternyata gue main jam 2 pagi) gue HS sama Gita.

"Eh git ini beneran gapapa aku yang anter pulang?" Kata gue saat mendekati daerah rumahnya.

"Iya kak gapapa, aku kemarin bilang orang tuaku kalo aku nginep di rumah Eli hehehe."

"Nakal ya boong sama orang tua, jangan diulangi lagi." Gue nyubit pipinya kecil, dia cuma ketawa-ketawa aja sama perlakuan gue.

"Tapi kalo handshake-nya boleh lagi?" Tanya Gita dengan tatapan menggoda.

"Ya... Kalo itu... Boleh kok..." Gue gapaham kenapa gue salting ngeliat dia sekarang. "Yang pasti kalo kamu mau ngelakuin itu pastiin sama orang yang kamu percaya ya, oke?"

"Iya kak." Gita lalu tersenyum manis ke gue. "Eh itu kak rumah aku di depan, udah turun sini aja ya, makasih buat pengalamannya ya kak." Gita lalu nyium bibir gue cepat.

"E--eh iya s--sama-ssama.." gue shock karena serangan mendadak Gita. Lalu sejenak kemudian Gita menuju rumahnya dan gue tancap gas ke rumah latihan.


-----


09.57 A.M.

"Ah untung gue gak telat" batin gue setelah masuk ke rumah latihan. Gue baru tau tadi kalo rumah Gita dan tempat latihan jaraknya lumayan jauh, ditambah lagi macet di jalan yang agak nggak masuk akal padahal udah bukan jam masuk kerja.

"Ah ini Nick dateng, udah ayo mulai." Kata Beby sambil masuk ke ruang meeting diikuti semuanya. Ternyata walaupun nggak telat, gue adalah orang terakhir yang Dateng. Banyak orang-orang yang gue kenal dan banyak juga sosok baru seperti GM Melody yang keberadaanya cuma sering didenger doang, karena perbedaan sektor kerja.

"Nah temen-temen, hari ini kita mau ngomongin tentang tim T yang baru," kata Bu GM membuka meeting hari ini.
 
Terakhir diubah:
Ya, akhirnya keluar juga chapter 6 nya hahaha. Like I said before, this is my favorite chapter so far and I decided to split it into two parts.
Kenapa kok uploadnya beda waktu? Ya... Gapapa pengen aja
Oh iya, this is my very first time writing sex scene so... Nggak akan sebagus suhu-suhu yang biasa bikin ss. Seperti biasa, kalo ada komen sila disampaikan, terimakasi semuanya~
 
yhaaa nick kebangun langsung kalah sm tete wkwkkw

sequence mimpinya keren ini, kebayang nick yg udah kebiasa pake inggris, sampe mimpinya in english hahahah

kalo sex scene sih udah mantep, cuma personally I'd like to see less walls of text.
 
yhaaa nick kebangun langsung kalah sm tete wkwkkw

sequence mimpinya keren ini, kebayang nick yg udah kebiasa pake inggris, sampe mimpinya in english hahahah

kalo sex scene sih udah mantep, cuma personally I'd like to see less walls of text.

Ya... Gimana ya, karena pada akhirnya semua laki-laki adalah bocah yang kalah sama tete :ngacir:

Thanks for the commendation dan masukannya hu:ampun::ampun:
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd