Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.
-
Alamat alternatif sudah baru gan.
Bookmark alamat ini gan : https://bit.ly/ceksemprot
Atau buka dengan VPNIkuti alamat terbaru dari forum di : Follow Twitter @SemprotCom
DRAMA PERSONA (Famously Infamous part 1)
- Thread starter 194946060113
- Start date
- Status
194946060113
Semprot Lover
Chapter 5: Midnight Channel.
People create wall to confine themselves, because the safest place people can find is their own self.
...
Nggak mau diomongin lewat telpon kak?
Oke kak.
Gue menghela nafas setelah akhirnya gue membulatkan keputusan buat nge-line Beby. Ini adalah hari kedua setelah si Dey ngomong suka ke gue. Gue menghabiskan seharian kemarin dengan mikir-mikir apa yang harus gue lakuin dengan perasaan yang Dey kasih ke gue. Apa gue harus terima kalo dia suka gue? Tapi kan dia member... Gue ngerasa butuh ngingetin dia tentang rules itu. Tapi gimana ya... Bingung dah gue. Gue akhirnya mutusin buat tanya Beby untuk dapet insight baru. Semoga dia nggak marah, eh tapi kayanya dia nggak akan marah, semoga.
--
Sekarang udah jam setengah 3 dan gue udah ada di rumah latihan, lagi ngomong sama orang2 kantor, biasa, bersosialisasi. Walaupun gue didapuk buat jadi wali kelasnya anak academy, tapi gue juga butuh ngomong sama orang tua sih, cape juga ngomong sama anak-anak mulu... Beberapa saat kemudian akhirnya yang ditunggu-tunggu dateng juga.
"Lama banget deh Beb."
"Maaf kaaak tadi siang aku ketiduran,"
"Hmm yaudah deh gapapa."
"Jadi apa kak yang mau diomongin?"
"Kayanya jangan di sini deh Beb, di luar aja yuk?"
"Okedeh."
"Oke, duluan ya bang!" Kata gue ke staff yang tadi gue ajak omong tadi.
Gue langsung ajak dia ke bakso pak Alex dan makan di pinggir jalan. Selesai makan akhirnya gue cerita tentang si Dey yang bilang suka ke gue, dan semua dilema gue di sana. Si Beby dengerin dengan seksama semua penjelasan gue sambil liat mata gue dalem-dalem. Selesai gue ngomong si Beby megang tangan gue, yang tentu bikin gue kaget.
"Eh ngapain Beb?!"
"Tangan aku kerasa kak?"
"Ya iyalah kerasa, kenapa sih??"
"Kakak liat aku," kata Beby sambil megang dagu gue buat ngeliat wajah dia. "Aku manusia kan kak?"
"Ya iyalah manusia beb," kata gue yang nggak ngerti arah omongan Beby.
"Yaudah kak, kakak pernah disukain manusia kan?"
"Oh... Iyasih beb tapi kan--"
"Jangan terlalu mikirin hal-hal yang nggak perlu kak, kita emang idol, tapi kita juga cewek biasa yang bisa suka cowok. Idol itu cuma title kerjaan kami, iyakan pak Alex?" Kata Beby sambil bayar bakso ke pak Alex.
"Iya non!" Sahut pak Alex semangat, gue gapaham kenapa dia keliatan semangat bales jawaban dari Beby.
"Kalo tentang Dey tadi... Ya terserah kakak mau gimana, pacaran juga gapapa asal nggak ketauan fans," kata Beby sambil kita berdua jalan balik ke rumah latihan
"Lah emang boleh?"
"Di kontrak gaada larangannya kak, larangan pacaran itu ada karena kita seorang idol, bersama dengan larangan larangan lain." Gue kaget sejenak denger omongan Beby, terus gue ketawa kecil.
"Kenapa ketawa kak?"
"Pernah nonton anime atau main game Persona 4?"
"Enggak kak, kenapa?"
"Di Persona 4 itu nyeritain ada artis gitu, dia dikenal orang-orang baik, padahal aslinya juga dia manusia biasa, bisa suka orang, bisa insecure, bisa sedih. Orang-orang ngiranya mereka selalu fine dan bahagia."
"Banyak hal kak yang disembunyikan title bernama 'idola' ini." Beby terlihat menerawang ke langit seakan hilang dalam lamunannya.
"Contohnya?"
"Rahasia wleee," kata Beby sambil ngejek gue. "Tubir gabaik kak hahaha."
"Hmm iyadeh," gue agak gak puas dengan jawaban Beby ini. "Jadi, kamu punya pacar?"
"Nggak kak, aku belum nyaman menjalin hubungan, lebih nyaman sendiri."
"Oh gitu..."
"Kenapa? Suka? Ih mentang-mentang dikasih tau boleh pacaran sama member gitu terus mau pacarin aku? Buaya"
"Lah ge-er amat, kan tanya doaaang, kali-kali suka kan gapapa, ya kan?"
Beby cuma terdiam, njulurin ujung lidah lagi, lalu lari ke member-member yang mulai berdatangan.
Setelah omongan gue sama Beby gue jadi ngerasa lebih... Terbuka sama para member? Entahlah I don't know how to say it. Yang pasti gue lebih deket sama mereka.
Hari itu latihan akademi berjalan lancar kaya biasanya, tapi tadi cuma keliatan si Nunu yang agak ngambek karena nggak diajakin main ke rumah Muthe, dan gue ngeliat si Dey ngegodain dia. Gue baru sadar lagi kalo Dey cakep juga, gue jadi agak skeptis kalo dia beneran suka sama gue. It feels too good to be true.
Selesai latihan gue langsung nemuin Dey karena pingin ngomongin tentang perasaan dia.
"Eh Dey, udah mau pulang?"
"Iya kak, udah mau dijemput papa ini, kenapa?"
"Mau keluar nggak? Gue mau ngomong dikit hehehe"
"Mmm... Oke kak ayo, ini papa udah mau sampe juga kok, duluan ya guys, see you tomorrow!" Kata Dey ke anak-anak lainnya.
Di luar gue udah nervous banget mau ngomong apa. Lucu juga kalo dipikir-pikir gue masih stuttering ngomongin masalah perasaan, padahal udah berkali-kali ngadepin keadaan kaya gini.
"Jadi mau ngomong apa kak?"
"Eh... Anu... Sorry ya nggak telpon lu kemarin." Kata-kata itu keluar spontan aja dari mulut gue.
"Eh iya kak nggakpapa, aku nggak berharap banyak kok, mana mungkin kakak suka sama aku..." Muka Dey keliatan sedih pas ngomong mana mungkin...
"Eh kok gitu??? Nggak Dey nggak gitu" kata gue berusaha nenangin dia. "Gue kemarin bingung, kok ada cewek yang suka sama gue."
"Kakak nggak sadar ya kalo kakak itu bikin nyaman? Bahkan tanpa ngomong banyak aku bisa ngerasa nyaman sama kakak." Mata Dey ngelihat gue dalem-dalem sedangkan gue berusaha ngalihin pandangan biar tetep sadar.
"Ya... Yaudah sih kalo pinginmu gitu..." Gue menghela nafas panjang sambil berusaha nata kata-kata selanjutnya. "Gue sadar satu hal, I can fall into you Dey, but that surely takes time. Kalo lu mau nungguin gapapa, tapi nggak tau juga lama atau cepet."
"Mmm gitu... Ya gapapa kak, aku tunggu kok," kata Dey sambil senyum. "Eh papa udah di depan nih kak, aku pulang dulu ya."
"Eh gue anter ke depan deh" kata gue sambil ngikutin dia dari belakang
"Kak, tau nggak, nggak ada kata terlalu cepat atau terlalu lama buat membenci dan jatuh cinta." Kata Dey sebelum masuk mobil. "Udah ya kak, aku pulang dulu, daaaah"
Lalu gue melambaikan tangan ke orang tuanya Dey dan mobil mereka hilang dari pandangan.
Sebelum gue balik gue liat ada cowok sendirian di Deket mobil, karena gelagatnya keliatan aneh langsung aja gue samperin. Gue takut kalo dia wota yang nungguin member gitu.
"Nungguin siapa? Member?" Sapa gue dengan muka sesopan mungkin.
"Eh mmm iya bang nungguin adek," jawab si cowok dengan muka nervous.
"Ooh lo kakaknya member, Siapa?"
"Aya bang."
"Oh kakaknya Aya toh... Kenalin, gue Nick, staff sini"
"Eh... Iya bang, gue Jerry." Lalu kita berdua berjabat tangan dan gue duduk di Deket dia. Di sana gue cerita-cerita sama dia tentang kehidupan Aya sebagai orang biasa, yang ternyata manja juga, walaupun keliatannya di tempat latihan dia jadi sosok yang dewasa. Pas kita lagi ngobrol gue juga nyapa anak-anak akademi yang pulang.
Setelah beberapa saat gue mulai liat anak-anak k3 mulai keluar dan liat Aya dan Beby nyamperin gue dan Jerry.
"Kak Jeeeeer! Tumben nggak telat?" Kata Aya dengan muka ngejek si Jerry
"Hehe ya nggak dong masa mau telat jemput adek kesayangan ini."
"Ih kak jeeer malu tau diliat kapten sama kak Nick." Sementara gue dan Beby cuma bisa senyum awkward ngeliat mereka berdua.
"Oh iya kak, aku barusan dikasih tau kak Kinal kalo besok kita ada meeting all staff, ntar aku kasih tau jamnya, oke aku pulang duluan ya kak, duluan kak Nick, Aya, kakaknya Aya," kata Beby lalu naik taksi online pesanannya.
"Eh kak kabarnya anak academy gimana? Bagus nggak?" Tanya Aya ke gue.
"Ya bagus sih, banyak dari mereka yang udah keliatan bakatnya, mungkin beberapa dari mereka bisa masuk tim."
"Ooh gitu..." Aya mengangguk paham. "Eh kak tau ngga kak Nick ini bagian ngajar anak academy loh, padahal umurnya selisih dikit sama kakak. Masa kakak gabisa jadi kaya kak Nick?" Kata Aya ke Jerry yang dibalas dengan muka kecutnya.
"Hahaha ya gak gitu dong, kan setiap orang punya kelebihannya masing-masing," gue berusaha menjawab sediplomatis mungkin biar nggak nambah masalah. "Okedeh gue masuk aja ya, mau pulang juga gue, bye Jer, bye Ya." Mereka langsung masuk mobil pas gue masuk gerbang ke rumah latihan.
Rumah latihan udah kerasa sepi, gue kira member-member udah pada balik, tapi setelah gue ambil tas gue liat ada satu member yang keliatan bingung sambil ngecekin hape.
"Eh Git, belum balik?" Sapa gue ke member berambut pendek ini.
"Belum kak, orang rumah susah dihubungin, jadi gabisa minta jemput." Cemas terlihat jelas di mukanya karena ini sudah cukup malam buat pulang sendiri.
"Ayuk deh gue anter."
"Eh gapapa kak? Nggak ngerepotin?"
"Ngerepotin, tapi mendingan bikin repot daripada bikin cemas, yuk"
--
Sekarang gue berada di mobil bareng Gita. Situasi ini rasanya mirip sama dua hari lalu pas gue nganter Dey balik, semoga gaada apa-apa lagi deh.
"Kak, aku pantes nggak sih jadi cewek?" Gita buka pembicaraan pas gue lagi enak-enak nyetir
"Hah?" Gue hampir hilang fokus dari jalanan, untung jalanan sudah sepi sepi. "Maksudnya gimana?"
"Aku ngerasa aku nggak pantes jadi cewek kak, sejak aku potong pendek semuanya nganggep aku jadi cowok, nggak member, nggak staff, semuanya bilang aku ini cowok, entah manggil papa lah, mas Gito lah, padahal aku ini pingin dianggep cewek kaya ci Shani, kak Anin, kaya yang lain..." Gita mulai nangis, gue dalam hati kaget kenapa kok tiba-tiba kaya gini, dan di pikiran gue ada kemungkinan terburuk ke mana arah pembicaraan ini berakhir.
"Gue nganggep lu cewek kok, cakep malah. Kalo boleh jujur bahkan gue suka cewek rambut pendek kaya lu, jadi gamungkin gue nganggep lu cowok. Kalo orang lain mah jangan dipikirin berat-berat, mereka juga buat fun doang kok manggil lu mas atau papa, tau kan?"
"Iyasih, tapi--"
"Udah jangan dipikir berat-berat, inget ada gue yang nganggep lu cewek seutuhnya."
Akhirnya Gita terdiam dan gue agak tenang dibuatnya. Tapi sesaat gue intip diemnya dia bukan diem tenang, tapi diem mikir sesuatu, kayanya dia bakalan ngomong sesuatu dan gue yakin sesuatu itu bakal bikin gue bingung.
"Kak... Kakak bilang kakak nganggep aku cewek sepenuhnya... Mau bantu aku mencapai itu?"
"Yaiyalah," gue jawab spontan karena masih fokus liat jalan tanpa sadar pertanyaan dia. "Eh maksud lu gimana git?" Gue mulai was-was karena salah omong gue tadi.
"Ya... Jadiin aku cewek sepenuhnya... Eh bukan jadiin aku wanita sepenuhnya." Sial, gue beneran salah omong deh.
"Caranya?" Gue pura-pura bego, kali aja bisa ngalihin fokusnya dia.
"Ya... Gitu gitu kak apalagi aaah..." Kata Gita sambil nutup mukanya karena malu
"Git, jadi wanita sepenuhnya nggak perlu sampe gitu... Siapa coba yang ngajarin kaya gitu?"
"Ci Shani sama kak Anin, mereka berdua yang bilang kalo sentuhan laki-laki bikin mereka ngerasa jadi wanita seutuhnya... Dan bilang kalo gitu-gitu enak..." Shit Nin, Shan, lu bikin contoh gak bener amat.
"Tapi nggak perlu sampe gitu juga kan... Dan kalo kamu mau gitu mending kamu cari yang mutual feeling deh..."
"Jadi kakak nggak mau? Kakak nggak nganggep aku cewek? Kakak bohong tadi? Maksudnya apa kak?" Suara Gita mulai meninggi disertai sedikit sisa tangisannya tadi. Gue bukannya gamau, tapi gue gasiap aja kalo harus merawanin anak orang, kerasa terlalu cepet, banget, dan gue rasa gue gabisa ngomongin itu karena kondisi mental dia yang agak gak jelas ini.
"Okedeh, kalo emang pingin ngelakuin itu, aku pingin kita ngelakuin di tempatku, we should be comfortable while doing it, tapi aku telpon temen serumah dulu, kalo dia di rumah gue gamau ngeganggu dia, oke?"
"... Oke kak..." Akhirnya dia lebih tenang dan mulai diem lagi.
Gue lalu nyoba telpon Bianca, berharap dia ada di rumah, karena biasanya dia ada di rumah. Jadi gue bisa bikin Gita nyerah buat 'gitu-gitu' sama gue.
Tuut...
Tuut...
Tuut...
"Halo? Kenapa Nick?" Akhirnya telpon gue dibales. Gue langsung loudspeaker biar si Gita percaya kalo gue telpon.
"Gini Bi gue ma--"
"Eh iya Nick aku lagi nggak di rumah ini, dan kayanya baru balik besok siang deh, aku sama Sambadha lagi keluar hehe tau kan maksudnya? Okedeh bye bye aku lagi sibuk ini" telpon gue langsung ditutup sama Bianca. Of all time, kenapa harus sekarang dia gada di rumah, gila.
"Oke, we're going to my home."
Oh is this a curse? Or a blessing? Or a blessing in disguise?
I don't know.
People create wall to confine themselves, because the safest place people can find is their own self.
...
Nggak mau diomongin lewat telpon kak?
Nggak Beb, enakan diomongin langsung keknya, see you sebelum latihan K3 ya.
Oke kak.
Gue menghela nafas setelah akhirnya gue membulatkan keputusan buat nge-line Beby. Ini adalah hari kedua setelah si Dey ngomong suka ke gue. Gue menghabiskan seharian kemarin dengan mikir-mikir apa yang harus gue lakuin dengan perasaan yang Dey kasih ke gue. Apa gue harus terima kalo dia suka gue? Tapi kan dia member... Gue ngerasa butuh ngingetin dia tentang rules itu. Tapi gimana ya... Bingung dah gue. Gue akhirnya mutusin buat tanya Beby untuk dapet insight baru. Semoga dia nggak marah, eh tapi kayanya dia nggak akan marah, semoga.
--
Sekarang udah jam setengah 3 dan gue udah ada di rumah latihan, lagi ngomong sama orang2 kantor, biasa, bersosialisasi. Walaupun gue didapuk buat jadi wali kelasnya anak academy, tapi gue juga butuh ngomong sama orang tua sih, cape juga ngomong sama anak-anak mulu... Beberapa saat kemudian akhirnya yang ditunggu-tunggu dateng juga.
"Lama banget deh Beb."
"Maaf kaaak tadi siang aku ketiduran,"
"Hmm yaudah deh gapapa."
"Jadi apa kak yang mau diomongin?"
"Kayanya jangan di sini deh Beb, di luar aja yuk?"
"Okedeh."
"Oke, duluan ya bang!" Kata gue ke staff yang tadi gue ajak omong tadi.
Gue langsung ajak dia ke bakso pak Alex dan makan di pinggir jalan. Selesai makan akhirnya gue cerita tentang si Dey yang bilang suka ke gue, dan semua dilema gue di sana. Si Beby dengerin dengan seksama semua penjelasan gue sambil liat mata gue dalem-dalem. Selesai gue ngomong si Beby megang tangan gue, yang tentu bikin gue kaget.
"Eh ngapain Beb?!"
"Tangan aku kerasa kak?"
"Ya iyalah kerasa, kenapa sih??"
"Kakak liat aku," kata Beby sambil megang dagu gue buat ngeliat wajah dia. "Aku manusia kan kak?"
"Ya iyalah manusia beb," kata gue yang nggak ngerti arah omongan Beby.
"Yaudah kak, kakak pernah disukain manusia kan?"
"Oh... Iyasih beb tapi kan--"
"Jangan terlalu mikirin hal-hal yang nggak perlu kak, kita emang idol, tapi kita juga cewek biasa yang bisa suka cowok. Idol itu cuma title kerjaan kami, iyakan pak Alex?" Kata Beby sambil bayar bakso ke pak Alex.
"Iya non!" Sahut pak Alex semangat, gue gapaham kenapa dia keliatan semangat bales jawaban dari Beby.
"Kalo tentang Dey tadi... Ya terserah kakak mau gimana, pacaran juga gapapa asal nggak ketauan fans," kata Beby sambil kita berdua jalan balik ke rumah latihan
"Lah emang boleh?"
"Di kontrak gaada larangannya kak, larangan pacaran itu ada karena kita seorang idol, bersama dengan larangan larangan lain." Gue kaget sejenak denger omongan Beby, terus gue ketawa kecil.
"Kenapa ketawa kak?"
"Pernah nonton anime atau main game Persona 4?"
"Enggak kak, kenapa?"
"Di Persona 4 itu nyeritain ada artis gitu, dia dikenal orang-orang baik, padahal aslinya juga dia manusia biasa, bisa suka orang, bisa insecure, bisa sedih. Orang-orang ngiranya mereka selalu fine dan bahagia."
"Banyak hal kak yang disembunyikan title bernama 'idola' ini." Beby terlihat menerawang ke langit seakan hilang dalam lamunannya.
"Contohnya?"
"Rahasia wleee," kata Beby sambil ngejek gue. "Tubir gabaik kak hahaha."
"Hmm iyadeh," gue agak gak puas dengan jawaban Beby ini. "Jadi, kamu punya pacar?"
"Nggak kak, aku belum nyaman menjalin hubungan, lebih nyaman sendiri."
"Oh gitu..."
"Kenapa? Suka? Ih mentang-mentang dikasih tau boleh pacaran sama member gitu terus mau pacarin aku? Buaya"
"Lah ge-er amat, kan tanya doaaang, kali-kali suka kan gapapa, ya kan?"
Beby cuma terdiam, njulurin ujung lidah lagi, lalu lari ke member-member yang mulai berdatangan.
Setelah omongan gue sama Beby gue jadi ngerasa lebih... Terbuka sama para member? Entahlah I don't know how to say it. Yang pasti gue lebih deket sama mereka.
Hari itu latihan akademi berjalan lancar kaya biasanya, tapi tadi cuma keliatan si Nunu yang agak ngambek karena nggak diajakin main ke rumah Muthe, dan gue ngeliat si Dey ngegodain dia. Gue baru sadar lagi kalo Dey cakep juga, gue jadi agak skeptis kalo dia beneran suka sama gue. It feels too good to be true.
Selesai latihan gue langsung nemuin Dey karena pingin ngomongin tentang perasaan dia.
"Eh Dey, udah mau pulang?"
"Iya kak, udah mau dijemput papa ini, kenapa?"
"Mau keluar nggak? Gue mau ngomong dikit hehehe"
"Mmm... Oke kak ayo, ini papa udah mau sampe juga kok, duluan ya guys, see you tomorrow!" Kata Dey ke anak-anak lainnya.
Di luar gue udah nervous banget mau ngomong apa. Lucu juga kalo dipikir-pikir gue masih stuttering ngomongin masalah perasaan, padahal udah berkali-kali ngadepin keadaan kaya gini.
"Jadi mau ngomong apa kak?"
"Eh... Anu... Sorry ya nggak telpon lu kemarin." Kata-kata itu keluar spontan aja dari mulut gue.
"Eh iya kak nggakpapa, aku nggak berharap banyak kok, mana mungkin kakak suka sama aku..." Muka Dey keliatan sedih pas ngomong mana mungkin...
"Eh kok gitu??? Nggak Dey nggak gitu" kata gue berusaha nenangin dia. "Gue kemarin bingung, kok ada cewek yang suka sama gue."
"Kakak nggak sadar ya kalo kakak itu bikin nyaman? Bahkan tanpa ngomong banyak aku bisa ngerasa nyaman sama kakak." Mata Dey ngelihat gue dalem-dalem sedangkan gue berusaha ngalihin pandangan biar tetep sadar.
"Ya... Yaudah sih kalo pinginmu gitu..." Gue menghela nafas panjang sambil berusaha nata kata-kata selanjutnya. "Gue sadar satu hal, I can fall into you Dey, but that surely takes time. Kalo lu mau nungguin gapapa, tapi nggak tau juga lama atau cepet."
"Mmm gitu... Ya gapapa kak, aku tunggu kok," kata Dey sambil senyum. "Eh papa udah di depan nih kak, aku pulang dulu ya."
"Eh gue anter ke depan deh" kata gue sambil ngikutin dia dari belakang
"Kak, tau nggak, nggak ada kata terlalu cepat atau terlalu lama buat membenci dan jatuh cinta." Kata Dey sebelum masuk mobil. "Udah ya kak, aku pulang dulu, daaaah"
Lalu gue melambaikan tangan ke orang tuanya Dey dan mobil mereka hilang dari pandangan.
Sebelum gue balik gue liat ada cowok sendirian di Deket mobil, karena gelagatnya keliatan aneh langsung aja gue samperin. Gue takut kalo dia wota yang nungguin member gitu.
"Nungguin siapa? Member?" Sapa gue dengan muka sesopan mungkin.
"Eh mmm iya bang nungguin adek," jawab si cowok dengan muka nervous.
"Ooh lo kakaknya member, Siapa?"
"Aya bang."
"Oh kakaknya Aya toh... Kenalin, gue Nick, staff sini"
"Eh... Iya bang, gue Jerry." Lalu kita berdua berjabat tangan dan gue duduk di Deket dia. Di sana gue cerita-cerita sama dia tentang kehidupan Aya sebagai orang biasa, yang ternyata manja juga, walaupun keliatannya di tempat latihan dia jadi sosok yang dewasa. Pas kita lagi ngobrol gue juga nyapa anak-anak akademi yang pulang.
Setelah beberapa saat gue mulai liat anak-anak k3 mulai keluar dan liat Aya dan Beby nyamperin gue dan Jerry.
"Kak Jeeeeer! Tumben nggak telat?" Kata Aya dengan muka ngejek si Jerry
"Hehe ya nggak dong masa mau telat jemput adek kesayangan ini."
"Ih kak jeeer malu tau diliat kapten sama kak Nick." Sementara gue dan Beby cuma bisa senyum awkward ngeliat mereka berdua.
"Oh iya kak, aku barusan dikasih tau kak Kinal kalo besok kita ada meeting all staff, ntar aku kasih tau jamnya, oke aku pulang duluan ya kak, duluan kak Nick, Aya, kakaknya Aya," kata Beby lalu naik taksi online pesanannya.
"Eh kak kabarnya anak academy gimana? Bagus nggak?" Tanya Aya ke gue.
"Ya bagus sih, banyak dari mereka yang udah keliatan bakatnya, mungkin beberapa dari mereka bisa masuk tim."
"Ooh gitu..." Aya mengangguk paham. "Eh kak tau ngga kak Nick ini bagian ngajar anak academy loh, padahal umurnya selisih dikit sama kakak. Masa kakak gabisa jadi kaya kak Nick?" Kata Aya ke Jerry yang dibalas dengan muka kecutnya.
"Hahaha ya gak gitu dong, kan setiap orang punya kelebihannya masing-masing," gue berusaha menjawab sediplomatis mungkin biar nggak nambah masalah. "Okedeh gue masuk aja ya, mau pulang juga gue, bye Jer, bye Ya." Mereka langsung masuk mobil pas gue masuk gerbang ke rumah latihan.
Rumah latihan udah kerasa sepi, gue kira member-member udah pada balik, tapi setelah gue ambil tas gue liat ada satu member yang keliatan bingung sambil ngecekin hape.
"Eh Git, belum balik?" Sapa gue ke member berambut pendek ini.
"Belum kak, orang rumah susah dihubungin, jadi gabisa minta jemput." Cemas terlihat jelas di mukanya karena ini sudah cukup malam buat pulang sendiri.
"Ayuk deh gue anter."
"Eh gapapa kak? Nggak ngerepotin?"
"Ngerepotin, tapi mendingan bikin repot daripada bikin cemas, yuk"
--
Sekarang gue berada di mobil bareng Gita. Situasi ini rasanya mirip sama dua hari lalu pas gue nganter Dey balik, semoga gaada apa-apa lagi deh.
"Kak, aku pantes nggak sih jadi cewek?" Gita buka pembicaraan pas gue lagi enak-enak nyetir
"Hah?" Gue hampir hilang fokus dari jalanan, untung jalanan sudah sepi sepi. "Maksudnya gimana?"
"Aku ngerasa aku nggak pantes jadi cewek kak, sejak aku potong pendek semuanya nganggep aku jadi cowok, nggak member, nggak staff, semuanya bilang aku ini cowok, entah manggil papa lah, mas Gito lah, padahal aku ini pingin dianggep cewek kaya ci Shani, kak Anin, kaya yang lain..." Gita mulai nangis, gue dalam hati kaget kenapa kok tiba-tiba kaya gini, dan di pikiran gue ada kemungkinan terburuk ke mana arah pembicaraan ini berakhir.
"Gue nganggep lu cewek kok, cakep malah. Kalo boleh jujur bahkan gue suka cewek rambut pendek kaya lu, jadi gamungkin gue nganggep lu cowok. Kalo orang lain mah jangan dipikirin berat-berat, mereka juga buat fun doang kok manggil lu mas atau papa, tau kan?"
"Iyasih, tapi--"
"Udah jangan dipikir berat-berat, inget ada gue yang nganggep lu cewek seutuhnya."
Akhirnya Gita terdiam dan gue agak tenang dibuatnya. Tapi sesaat gue intip diemnya dia bukan diem tenang, tapi diem mikir sesuatu, kayanya dia bakalan ngomong sesuatu dan gue yakin sesuatu itu bakal bikin gue bingung.
"Kak... Kakak bilang kakak nganggep aku cewek sepenuhnya... Mau bantu aku mencapai itu?"
"Yaiyalah," gue jawab spontan karena masih fokus liat jalan tanpa sadar pertanyaan dia. "Eh maksud lu gimana git?" Gue mulai was-was karena salah omong gue tadi.
"Ya... Jadiin aku cewek sepenuhnya... Eh bukan jadiin aku wanita sepenuhnya." Sial, gue beneran salah omong deh.
"Caranya?" Gue pura-pura bego, kali aja bisa ngalihin fokusnya dia.
"Ya... Gitu gitu kak apalagi aaah..." Kata Gita sambil nutup mukanya karena malu
"Git, jadi wanita sepenuhnya nggak perlu sampe gitu... Siapa coba yang ngajarin kaya gitu?"
"Ci Shani sama kak Anin, mereka berdua yang bilang kalo sentuhan laki-laki bikin mereka ngerasa jadi wanita seutuhnya... Dan bilang kalo gitu-gitu enak..." Shit Nin, Shan, lu bikin contoh gak bener amat.
"Tapi nggak perlu sampe gitu juga kan... Dan kalo kamu mau gitu mending kamu cari yang mutual feeling deh..."
"Jadi kakak nggak mau? Kakak nggak nganggep aku cewek? Kakak bohong tadi? Maksudnya apa kak?" Suara Gita mulai meninggi disertai sedikit sisa tangisannya tadi. Gue bukannya gamau, tapi gue gasiap aja kalo harus merawanin anak orang, kerasa terlalu cepet, banget, dan gue rasa gue gabisa ngomongin itu karena kondisi mental dia yang agak gak jelas ini.
"Okedeh, kalo emang pingin ngelakuin itu, aku pingin kita ngelakuin di tempatku, we should be comfortable while doing it, tapi aku telpon temen serumah dulu, kalo dia di rumah gue gamau ngeganggu dia, oke?"
"... Oke kak..." Akhirnya dia lebih tenang dan mulai diem lagi.
Gue lalu nyoba telpon Bianca, berharap dia ada di rumah, karena biasanya dia ada di rumah. Jadi gue bisa bikin Gita nyerah buat 'gitu-gitu' sama gue.
Tuut...
Tuut...
Tuut...
"Halo? Kenapa Nick?" Akhirnya telpon gue dibales. Gue langsung loudspeaker biar si Gita percaya kalo gue telpon.
"Gini Bi gue ma--"
"Eh iya Nick aku lagi nggak di rumah ini, dan kayanya baru balik besok siang deh, aku sama Sambadha lagi keluar hehe tau kan maksudnya? Okedeh bye bye aku lagi sibuk ini" telpon gue langsung ditutup sama Bianca. Of all time, kenapa harus sekarang dia gada di rumah, gila.
"Oke, we're going to my home."
Oh is this a curse? Or a blessing? Or a blessing in disguise?
I don't know.
Terakhir diubah:
194946060113
Semprot Lover
When I read this I realize that I'm good at writing dialogue but suck when writing the non-dialogue details.
Alias
Alamaaaaak akhirnya selesai, banyak hapus ganti hapus ganti gak cocok kiri kanan jadi semoga berkenan ya suhu-suhu sekalian, semoga hati suci Nick untuk tidak tergoda Gita terkabul
P.s. jangan berharap kak Jer celup sana sini kaya di ceritanya karena kak Nick akan melindungi semua anak akademdem
Alias
Alamaaaaak akhirnya selesai, banyak hapus ganti hapus ganti gak cocok kiri kanan jadi semoga berkenan ya suhu-suhu sekalian, semoga hati suci Nick untuk tidak tergoda Gita terkabul
P.s. jangan berharap kak Jer celup sana sini kaya di ceritanya karena kak Nick akan melindungi semua anak akademdem
Terakhir diubah:
tarikurat
Senpai Semprot
- Daftar
- 2 Oct 2017
- Post
- 769
- Like diterima
- 269
Suhu lumayan ok kok nulis non dialogue detailsnya, emang kurang rinci di beberapa bagian tapi good enough kokWhen I read this I realize that I'm good at writing dialogue but suck when writing the non-dialogue details.
Alias
Alamaaaaak akhirnya selesai, banyak hapus ganti hapus ganti gak cocok kiri kanan jadi semoga berkenan ya suhu-suhu sekalian, semoga hati suci Nick untuk tidak tergoda Gita terkabul
P.s. jangan berharap kak Jer celup sana sini kaya di ceritanya karena kak Nick akan melindungi semua anak akademdem
Duhhhh akhirnya gita, lucu deh karakterisasinya gita di sini, ga sabar semoga cepet update chapter berikutnya wkwkwk
Terakhir diubah:
kelaminabsurd
Semprot Baru
- Daftar
- 3 Dec 2018
- Post
- 37
- Like diterima
- 8
Uuuh gita bondol² hyper
dinoboyxxx
Semprot Kecil
- Daftar
- 6 Sep 2016
- Post
- 82
- Like diterima
- 11
Waduh gita. 
bathingape23
Suka Semprot
- Daftar
- 2 Jan 2018
- Post
- 20
- Like diterima
- 4
cerita bagus nih
gnomegnome
Semprot Holic
- Daftar
- 29 Apr 2017
- Post
- 304
- Like diterima
- 1.167
jerry kaku amat hahahaha
mantap ini ceritanya bakal keren sih, terus memantau nih
mantap ini ceritanya bakal keren sih, terus memantau nih
194946060113
Semprot Lover
Yatuhan bang kagita
Wah sm mas gito...
Ini kan yang kalian tungguinWaduh gita.
Suhu lumayan ok kok nulis non dialogue detailsnya, emang kurang rinci di beberapa bagian tapi good enough kok
Duhhhh akhirnya gita, lucu deh karakterisasinya gita di sini, ga sabar semoga cepet update chapter berikutnya wkwkwk
penulisan bagus kok min, ga kebayang gita minta mau diews
Thanks!!!
Uh... Namanya juga...
Kaget ditanyain
hehe..
hehe..
kaboooor
Marco_rp
Semprot Lover
- Daftar
- 20 Jul 2017
- Post
- 210
- Like diterima
- 738
asik bisa liat gita ena-enaChapter 5: Midnight Channel.
People create wall to confine themselves, because the safest place people can find is their own self.
...
Nggak mau diomongin lewat telpon kak?
Nggak Beb, enakan diomongin langsung keknya, see you sebelum latihan K3 ya.
Oke kak.
Gue menghela nafas setelah akhirnya gue membulatkan keputusan buat nge-line Beby. Ini adalah hari kedua setelah si Dey ngomong suka ke gue. Gue menghabiskan seharian kemarin dengan mikir-mikir apa yang harus gue lakuin dengan perasaan yang Dey kasih ke gue. Apa gue harus terima kalo dia suka gue? Tapi kan dia member... Gue ngerasa butuh ngingetin dia tentang rules itu. Tapi gimana ya... Bingung dah gue. Gue akhirnya mutusin buat tanya Beby untuk dapet insight baru. Semoga dia nggak marah, eh tapi kayanya dia nggak akan marah, semoga.
--
Sekarang udah jam setengah 3 dan gue udah ada di rumah latihan, lagi ngomong sama orang2 kantor, biasa, bersosialisasi. Walaupun gue didapuk buat jadi wali kelasnya anak academy, tapi gue juga butuh ngomong sama orang tua sih, cape juga ngomong sama anak-anak mulu... Beberapa saat kemudian akhirnya yang ditunggu-tunggu dateng juga.
"Lama banget deh Beb."
"Maaf kaaak tadi siang aku ketiduran,"
"Hmm yaudah deh gapapa."
"Jadi apa kak yang mau diomongin?"
"Kayanya jangan di sini deh Beb, di luar aja yuk?"
"Okedeh."
"Oke, duluan ya bang!" Kata gue ke staff yang tadi gue ajak omong tadi.
Gue langsung ajak dia ke bakso pak Alex dan makan di pinggir jalan. Selesai makan akhirnya gue cerita tentang si Dey yang bilang suka ke gue, dan semua dilema gue di sana. Si Beby dengerin dengan seksama semua penjelasan gue sambil liat mata gue dalem-dalem. Selesai gue ngomong si Beby megang tangan gue, yang tentu bikin gue kaget.
"Eh ngapain Beb?!"
"Tangan aku kerasa kak?"
"Ya iyalah kerasa, kenapa sih??"
"Kakak liat aku," kata Beby sambil megang dagu gue buat ngeliat wajah dia. "Aku manusia kan kak?"
"Ya iyalah manusia beb," kata gue yang nggak ngerti arah omongan Beby.
"Yaudah kak, kakak pernah disukain manusia kan?"
"Oh... Iyasih beb tapi kan--"
"Jangan terlalu mikirin hal-hal yang nggak perlu kak, kita emang idol, tapi kita juga cewek biasa yang bisa suka cowok. Idol itu cuma title kerjaan kami, iyakan pak Alex?" Kata Beby sambil bayar bakso ke pak Alex.
"Iya non!" Sahut pak Alex semangat, gue gapaham kenapa dia keliatan semangat bales jawaban dari Beby.
"Kalo tentang Dey tadi... Ya terserah kakak mau gimana, pacaran juga gapapa asal nggak ketauan fans," kata Beby sambil kita berdua jalan balik ke rumah latihan
"Lah emang boleh?"
"Di kontrak gaada larangannya kak, larangan pacaran itu ada karena kita seorang idol, bersama dengan larangan larangan lain." Gue kaget sejenak denger omongan Beby, terus gue ketawa kecil.
"Kenapa ketawa kak?"
"Pernah nonton anime atau main game Persona 4?"
"Enggak kak, kenapa?"
"Di Persona 4 itu nyeritain ada artis gitu, dia dikenal orang-orang baik, padahal aslinya juga dia manusia biasa, bisa suka orang, bisa insecure, bisa sedih. Orang-orang ngiranya mereka selalu fine dan bahagia."
"Banyak hal kak yang disembunyikan title bernama 'idola' ini." Beby terlihat menerawang ke langit seakan hilang dalam lamunannya.
"Contohnya?"
"Rahasia wleee," kata Beby sambil ngejek gue. "Tubir gabaik kak hahaha."
"Hmm iyadeh," gue agak gak puas dengan jawaban Beby ini. "Jadi, kamu punya pacar?"
"Nggak kak, aku belum nyaman menjalin hubungan, lebih nyaman sendiri."
"Oh gitu..."
"Kenapa? Suka? Ih mentang-mentang dikasih tau boleh pacaran sama member gitu terus mau pacarin aku? Buaya"
"Lah ge-er amat, kan tanya doaaang, kali-kali suka kan gapapa, ya kan?"
Beby cuma terdiam, njulurin ujung lidah lagi, lalu lari ke member-member yang mulai berdatangan.
Setelah omongan gue sama Beby gue jadi ngerasa lebih... Terbuka sama para member? Entahlah I don't know how to say it. Yang pasti gue lebih deket sama mereka.
Hari itu latihan akademi berjalan lancar kaya biasanya, tapi tadi cuma keliatan si Nunu yang agak ngambek karena nggak diajakin main ke rumah Muthe, dan gue ngeliat si Dey ngegodain dia. Gue baru sadar lagi kalo Dey cakep juga, gue jadi agak skeptis kalo dia beneran suka sama gue. It feels too good to be true.
Selesai latihan gue langsung nemuin Dey karena pingin ngomongin tentang perasaan dia.
"Eh Dey, udah mau pulang?"
"Iya kak, udah mau dijemput papa ini, kenapa?"
"Mau keluar nggak? Gue mau ngomong dikit hehehe"
"Mmm... Oke kak ayo, ini papa udah mau sampe juga kok, duluan ya guys, see you tomorrow!" Kata Dey ke anak-anak lainnya.
Di luar gue udah nervous banget mau ngomong apa. Lucu juga kalo dipikir-pikir gue masih stuttering ngomongin masalah perasaan, padahal udah berkali-kali ngadepin keadaan kaya gini.
"Jadi mau ngomong apa kak?"
"Eh... Anu... Sorry ya nggak telpon lu kemarin." Kata-kata itu keluar spontan aja dari mulut gue.
"Eh iya kak nggakpapa, aku nggak berharap banyak kok, mana mungkin kakak suka sama aku..." Muka Dey keliatan sedih pas ngomong mana mungkin...
"Eh kok gitu??? Nggak Dey nggak gitu" kata gue berusaha nenangin dia. "Gue kemarin bingung, kok ada cewek yang suka sama gue."
"Kakak nggak sadar ya kalo kakak itu bikin nyaman? Bahkan tanpa ngomong banyak aku bisa ngerasa nyaman sama kakak." Mata Dey ngelihat gue dalem-dalem sedangkan gue berusaha ngalihin pandangan biar tetep sadar.
"Ya... Yaudah sih kalo pinginmu gitu..." Gue menghela nafas panjang sambil berusaha nata kata-kata selanjutnya. "Gue sadar satu hal, I can fall into you Dey, but that surely takes time. Kalo lu mau nungguin gapapa, tapi nggak tau juga lama atau cepet."
"Mmm gitu... Ya gapapa kak, aku tunggu kok," kata Dey sambil senyum. "Eh papa udah di depan nih kak, aku pulang dulu ya."
"Eh gue anter ke depan deh" kata gue sambil ngikutin dia dari belakang
"Kak, tau nggak, nggak ada kata terlalu cepat atau terlalu lama buat membenci dan jatuh cinta." Kata Dey sebelum masuk mobil. "Udah ya kak, aku pulang dulu, daaaah"
Lalu gue melambaikan tangan ke orang tuanya Dey dan mobil mereka hilang dari pandangan.
Sebelum gue balik gue liat ada cowok sendirian di Deket mobil, karena gelagatnya keliatan aneh langsung aja gue samperin. Gue takut kalo dia wota yang nungguin member gitu.
"Nungguin siapa? Member?" Sapa gue dengan muka sesopan mungkin.
"Eh mmm iya bang nungguin adek," jawab si cowok dengan muka nervous.
"Ooh lo kakaknya member, Siapa?"
"Aya bang."
"Oh kakaknya Aya toh... Kenalin, gue Nick, staff sini"
"Eh... Iya bang, gue Jerry." Lalu kita berdua berjabat tangan dan gue duduk di Deket dia. Di sana gue cerita-cerita sama dia tentang kehidupan Aya sebagai orang biasa, yang ternyata manja juga, walaupun keliatannya di tempat latihan dia jadi sosok yang dewasa. Pas kita lagi ngobrol gue juga nyapa anak-anak akademi yang pulang.
Setelah beberapa saat gue mulai liat anak-anak k3 mulai keluar dan liat Aya dan Beby nyamperin gue dan Jerry.
"Kak Jeeeeer! Tumben nggak telat?" Kata Aya dengan muka ngejek si Jerry
"Hehe ya nggak dong masa mau telat jemput adek kesayangan ini."
"Ih kak jeeer malu tau diliat kapten sama kak Nick." Sementara gue dan Beby cuma bisa senyum awkward ngeliat mereka berdua.
"Oh iya kak, aku barusan dikasih tau kak Kinal kalo besok kita ada meeting all staff, ntar aku kasih tau jamnya, oke aku pulang duluan ya kak, duluan kak Nick, Aya, kakaknya Aya," kata Beby lalu naik taksi online pesanannya.
"Eh kak kabarnya anak academy gimana? Bagus nggak?" Tanya Aya ke gue.
"Ya bagus sih, banyak dari mereka yang udah keliatan bakatnya, mungkin beberapa dari mereka bisa masuk tim."
"Ooh gitu..." Aya mengangguk paham. "Eh kak tau ngga kak Nick ini bagian ngajar anak academy loh, padahal umurnya selisih dikit sama kakak. Masa kakak gabisa jadi kaya kak Nick?" Kata Aya ke Jerry yang dibalas dengan muka kecutnya.
"Hahaha ya gak gitu dong, kan setiap orang punya kelebihannya masing-masing," gue berusaha menjawab sediplomatis mungkin biar nggak nambah masalah. "Okedeh gue masuk aja ya, mau pulang juga gue, bye Jer, bye Ya." Mereka langsung masuk mobil pas gue masuk gerbang ke rumah latihan.
Rumah latihan udah kerasa sepi, gue kira member-member udah pada balik, tapi setelah gue ambil tas gue liat ada satu member yang keliatan bingung sambil ngecekin hape.
"Eh Git, belum balik?" Sapa gue ke member berambut pendek ini.
"Belum kak, orang rumah susah dihubungin, jadi gabisa minta jemput." Cemas terlihat jelas di mukanya karena ini sudah cukup malam buat pulang sendiri.
"Ayuk deh gue anter."
"Eh gapapa kak? Nggak ngerepotin?"
"Ngerepotin, tapi mendingan bikin repot daripada bikin cemas, yuk"
--
Sekarang gue berada di mobil bareng Gita. Situasi ini rasanya mirip sama dua hari lalu pas gue nganter Dey balik, semoga gaada apa-apa lagi deh.
"Kak, aku pantes nggak sih jadi cewek?" Gita buka pembicaraan pas gue lagi enak-enak nyetir
"Hah?" Gue hampir hilang fokus dari jalanan, untung jalanan sudah sepi sepi. "Maksudnya gimana?"
"Aku ngerasa aku nggak pantes jadi cewek kak, sejak aku potong pendek semuanya nganggep aku jadi cowok, nggak member, nggak staff, semuanya bilang aku ini cowok, entah manggil papa lah, mas Gito lah, padahal aku ini pingin dianggep cewek kaya ci Shani, kak Anin, kaya yang lain..." Gita mulai nangis, gue dalam hati kaget kenapa kok tiba-tiba kaya gini, dan di pikiran gue ada kemungkinan terburuk ke mana arah pembicaraan ini berakhir.
"Gue nganggep lu cewek kok, cakep malah. Kalo boleh jujur bahkan gue suka cewek rambut pendek kaya lu, jadi gamungkin gue nganggep lu cowok. Kalo orang lain mah jangan dipikirin berat-berat, mereka juga buat fun doang kok manggil lu mas atau papa, tau kan?"
"Iyasih, tapi--"
"Udah jangan dipikir berat-berat, inget ada gue yang nganggep lu cewek seutuhnya."
Akhirnya Gita terdiam dan gue agak tenang dibuatnya. Tapi sesaat gue intip diemnya dia bukan diem tenang, tapi diem mikir sesuatu, kayanya dia bakalan ngomong sesuatu dan gue yakin sesuatu itu bakal bikin gue bingung.
"Kak... Kakak bilang kakak nganggep aku cewek sepenuhnya... Mau bantu aku mencapai itu?"
"Yaiyalah," gue jawab spontan karena masih fokus liat jalan tanpa sadar pertanyaan dia. "Eh maksud lu gimana git?" Gue mulai was-was karena salah omong gue tadi.
"Ya... Jadiin aku cewek sepenuhnya... Eh bukan jadiin aku wanita sepenuhnya." Sial, gue beneran salah omong deh.
"Caranya?" Gue pura-pura bego, kali aja bisa ngalihin fokusnya dia.
"Ya... Gitu gitu kak apalagi aaah..." Kata Gita sambil nutup mukanya karena malu
"Git, jadi wanita sepenuhnya nggak perlu sampe gitu... Siapa coba yang ngajarin kaya gitu?"
"Ci Shani sama kak Anin, mereka berdua yang bilang kalo sentuhan laki-laki bikin mereka ngerasa jadi wanita seutuhnya... Dan bilang kalo gitu-gitu enak..." Shit Nin, Shan, lu bikin contoh gak bener amat.
"Tapi nggak perlu sampe gitu juga kan... Dan kalo kamu mau gitu mending kamu cari yang mutual feeling deh..."
"Jadi kakak nggak mau? Kakak nggak nganggep aku cewek? Kakak bohong tadi? Maksudnya apa kak?" Suara Gita mulai meninggi disertai sedikit sisa tangisannya tadi. Gue bukannya gamau, tapi gue gasiap aja kalo harus merawanin anak orang, kerasa terlalu cepet, banget, dan gue rasa gue gabisa ngomongin itu karena kondisi mental dia yang agak gak jelas ini.
"Okedeh, kalo emang pingin ngelakuin itu, aku pingin kita ngelakuin di tempatku, we should be comfortable while doing it, tapi aku telpon temen serumah dulu, kalo dia di rumah gue gamau ngeganggu dia, oke?"
"... Oke kak..." Akhirnya dia lebih tenang dan mulai diem lagi.
Gue lalu nyoba telpon Bianca, berharap dia ada di rumah, karena biasanya dia ada di rumah. Jadi gue bisa bikin Gita nyerah buat 'gitu-gitu' sama gue.
Tuut...
Tuut...
Tuut...
"Halo? Kenapa Nick?" Akhirnya telpon gue dibales. Gue langsung loudspeaker biar si Gita percaya kalo gue telpon.
"Gini Bi gue ma--"
"Eh iya Nick aku lagi nggak di rumah ini, dan kayanya baru balik besok siang deh, aku sama Sambadha lagi keluar hehe tau kan maksudnya? Okedeh bye bye aku lagi sibuk ini" telpon gue langsung ditutup sama Bianca. Of all time, kenapa harus sekarang dia gada di rumah, gila.
"Oke, we're going to my home."
Oh is this a curse? Or a blessing? Or a blessing in disguise?
I don't know.
kolorbolong91
Semprot Lover
- Daftar
- 13 Jan 2017
- Post
- 215
- Like diterima
- 27
Duh gitu amat gita mau dianggep cewe heheee
- Status
Similar threads
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
