Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.
-
Alamat alternatif sudah baru gan.
Bookmark alamat ini gan : https://bit.ly/ceksemprot
Atau buka dengan VPNIkuti alamat terbaru dari forum di : Follow Twitter @SemprotCom
DRAMA PERSONA (Famously Infamous part 1)
- Thread starter 194946060113
- Start date
- Status
194946060113
Semprot Lover
Hai semuanya... Mon maap baru muncul hhh lagi banyak yg dipikirin di rl, terus ditambah lagi nyoba nulis lagi di platform lain jadinya update-nya belum selese... Kalau sudah selesai akan saya langsung up di sini heheheh see you later
zahir0696
Kakak Semprot
- Daftar
- 6 Oct 2017
- Post
- 180
- Like diterima
- 106
wahh nulis dmn nih kalo boleh tau huu
194946060113
Semprot Lover
Niatnya si mantau bnt Minggu depan hehe
Di... Platform bikin karya gitu...
Papabentarlagijahat
Semprot Lover
- Daftar
- 1 May 2017
- Post
- 209
- Like diterima
- 90
Mantau bnt sama mingdepnya tim t aja hu, 2 kali pantau jadinya
Mau baca juga dong hu yang platform sebelahnya.... Wkwkwk...
Mau baca dong hu nulis dimana tuh hehehe
194946060113
Semprot Lover
Udah pernah belajar gerund?
"Oke you got it right! Sekarang kasih contoh satu kata kerja deh buat dibikin gerund."
"Love!" Jawab Chika semangat.
"Uh... Okay..." Sebenernya gue agak keberatan dengan pilihan verb-nya ini, tapi yaudahlah. "Karena love itu transitive, kasih satu objek buat pasangannya."
"Chika!" Jawab Chika dengan lebih semangat lagi, ternyata dia diem-diem centil juga ya, walaupun nggak secentil Muthe.
"Oke, jadi loving Chika. Aku bakal bikin satu contoh gerund. Loving Chika is..."
"Love!" Jawab Chika semangat.
"Uh... Okay..." Sebenernya gue agak keberatan dengan pilihan verb-nya ini, tapi yaudahlah. "Karena love itu transitive, kasih satu objek buat pasangannya."
"Chika!" Jawab Chika dengan lebih semangat lagi, ternyata dia diem-diem centil juga ya, walaupun nggak secentil Muthe.
"Oke, jadi loving Chika. Aku bakal bikin satu contoh gerund. Loving Chika is..."
syhfrangela
Semprot Lover
- Daftar
- 30 Dec 2019
- Post
- 244
- Like diterima
- 185
wah sepertinya menarik 
ditunggu hu pdkt sama chika
Wahh asik nih kayaknya wkwkwk....
Wehhh ditunggu hu updatenya
194946060113
Semprot Lover
Chapter 11: Oh, what are we before the blessed ones?
Hening…
Hening…
Hening…
Walaupun gue udah nyalain radio tapi entah kenapa suasana di mobil gue masih hening aja. Gue mencoba mengalihkan fokus gue ke jalanan tapi tetep aja keheiningan yang awkward ini masih ngganggu pikiran gue. Orang di sebelah guepun masih keliatan sibuk dengan hapenya,
Gue rasa gue bakal jadi orang yang dibenci fans-fans jkt di luar sana karena kondisi gue saat ini adalah kondisi yang paling diidam-idamkan(?) sama mereka. Di sebelah gue sekarang ada member yang sekarang jadi center JKT8, ya, siapa lagi kalo bukan Shani. Gue tadi habis dari kantor JKT pas gue ketemu dia yang katanya habis meeting masalah sponsor yang mau pake dia sebagai model. Karena tujuan kita setelah ini sama, akhirnya gue ajak bareng deh. Di detik yang sama pas gue berharap perjalanan ini segera selesai, gue ngeliat ada kemacetan di depan gue. “Anjing, pingin cepet sampe malah macet.” Batin gue ngeliat kemacetan yang lumayan panjang itu.
“Wah macetnya lumayan panjang ya kak…” Shani ternyata keliatan agak gelisah ngeliat kemacetan yang ternyata panjang juga kalo diliat-liat.
“iyanih Shan, sorry ya gatau gue ada macet.”
“loh ngapain minta maaf deh kak? Aneh banget…”
“ya… kan Shani selalu benar katanya, yang salah gue heheheheh.” Gue menghentikan tawa gue pas ngeliat muka dia agak bete. Shit, I think I make a mistake. “Shan? Did I make a mistake?”
“Eh gapapa kok kak, cuma agak ngantuk aja sih.” Dia kembali senyum tapi gue masih yakin kalo ada sesuatu yang ngeganggu dia.
“Oh gitu… kalo emang ada yang salah gapapa sih ngomong aja, ngeliat kamu bete gitu jadi gaenak.”
“ehehehe beneran kok kak nggakpapa, lupain aja lupain." Shani kembali fokus dengan hapenya. "Orang lain adalah neraka buat kita." Kalimat itu dia ucapin dan jujur, gue kaget denger itu.
"Wow you know Satre? I'm impressed with it." Ya, kalimat yang dia ucapin adalah kutipan dari Jean Paul Satre, filsuf Prancis.
"Hahaha tau itu doang sih kak, di kuliah juga pernah denger dikit doang pas kuliah filosofi."
"Why you say that?" Gue ngeliat ke bola mata Shani, dia keliatan nggak siap dengan pertanyaan gue yang serius. Mobil gue masih terjebak kemacetan jadi gue bisa fokus sepenuhnya dengan omongannya.
"Eh-- itu--" dia gelagapan sambil keliatan menggumam, lalu setelah beberapa saat dia ngambil nafas panjang dan mulai bisa ngendaliin diri. "Jujur ya kak, aku nggak suka sama orang-orang."
"Hah? Orang-orang gimana maksudnya?"
"Jadi gini kak..." lalu dia nyeritain usaha dia dari awal buat masuk JKT48. Dari cerita dia gue tau kalo... Ya she's simply blessed, sama persis dengan perkiraan gue dulu. Sebenernya banyak banget yang dia ceritain, tapi yang menarik perhatian gue adalah gimana orang-orang pada nyebut dia 'sempurna' seakan-akan dia udah ditakdirin buat di puncak dari awal. "... Aku tuh udah ngorbanin banyak waktu, tenaga buat jadi yang terbaik di sini, dan orang-orang bilang aku jadi idol, nomer 1 senbatsu karena aku udah SEMPURNA dari awal gitu? Fuck." Dang, she has no chill.
Denger dia ngomel gak berenti gini bikin gue canggung karena dia biasanya keliatan 180° berbeda dari yang biasanya orang-orang liat, tapi gue inget lagi dengan kata Beby kalo mereka ini juga manusia biasa yang pasti ada keselnya, jadi gue mendengarkan keluhan Shani dengan seksama. "Udah selesai ceritanya?" Tanya gue setelah dia diem beberapa saat.
"Eh udah kak..." Dia keliatan agak gaenak, mungkin karena sadar udah ngomong banyak banget tadi.
"Sebenernya kutipan dari Satre tadi nggak gitu maksudnya... Yang dimaksud dari hell is other people itu kalo kita punya hubungan yang buruk sama orang, thus that person can only be hell... Karena kita menilai diri kita dari pendapat orang lain dan pendapat orang tadi itu gak bawa dampak yang baik, they're being the hell itself... Iya emang banyak juga orang di sekitarmu yang jadi neraka tapi kamu juga punya orang yang masih menilai kamu dengan semua usahamu kan?"
"Iya kak..."
"Masih banyak yang sayang sama kamu kan? Ada keluarga, temen2 JKT kaya gre, pacar juga, kan?" Gue agak senyum menggoda pas bilang pacar karena gue mengira dia nggak punya pacar.
"Kok kakak tau aku punya?" Shani kaget dengan mukanya yang memerah. Ternyata tebak-tebakan ngawur gue bener dong, time to play a bit.
"Ya Tau lah... Apasih yang nggak gue tau?"
"A--aku kira sama orang-orang bakal dibantuin nutupin kok kakak tau aduh gimana sih orang-orang..."
"Hey... Chill, kalo Lo ketauan pacaran juga gue yang kena dampaknya Shan, don't worry I won't tell anyone."
"Hmm yaudah deh..." Shani keliatan lebih tenang denger omongan gue.
Setelah itu gue tanya-tanya deh tentang 'hubungan' dan 'orang-orang tadi' yang ternyata adalah kesepakatan jot buat nutupin hubungan Shani dengan pacarnya ini.
"Ntar kalo ketauan bisa geger kak dunia idoling hahaha." Tawa Shani terdengar sarkastik dalam jawaban itu.
"It's must be hard, standing at the center of the universe right?"
"Always kak, always."
Sesampainya gue di tempat latihan gue turun dari mobil bareng Shani dan sudah di sambut di depan pintu sama dua orang cewek.
"Eh kaaaaak udah ditungguin tau ih malah dateng sama ci Shani, habis dari mana hayooo..." Tanya satu cewek yang mukanya sumringah
"Iyanih, udah ditungguin loh sama temen aku ini..." Ah yang ini udah gausah diceritain lah ya mukanya kek gimana. Ngeliat dia bete bikin agak ngeri sebenernya.
"Eh Chika, Dey, ngapain di sini? Aku sama Shani tadi habis dari kantor JKT terus kebetulan ke sini bareng gitu," Kata gue yang sebenernya ditujukan buat satu cewek yang mukanya bete itu.
"Ini loh kaaak Chika pingin ketemu kakak, katanya mau minta bantuin ngerjain tugas iya kan Chik?" Dey menjawab dengan nada yang dibaik-baikin, tapi matanya keliatan kalo kesel ke gue.
"Iya kak, aku susah kalo nggak dijelasin langsung, beneran deh kak, kemarin aku mau tanya kakak tapi bingung mau tanya apa..." Jawab Chika yang bener-bener clueless dengan kondisi gue dengan Dey.
"Uh... Yaudah deh ayo dikerjain sekarang aja mumpung belum latihan, temenin juga ya Dey."
"Eh nggabisa kak, aku masih mau latihan dulu heheheh..." Lalu dia mendekat ke telinga gue. "Kan biar enak berdua sama Chika." Ya Tuhan.
"Yaudah kak ayoooo!!!" Teriak Chika sambil menggandeng tangan gue mengikuti dia. Gue cuma bisa pasrah dengan perlakuan Chika.
...
"Kalo swimming yang ini jadi verb, kalo yang ini jadi kata benda alias gerund, paham nggak?" Tanya gue menjelaskan isi latihannya.
"Kak aku masih gapaham deh bedain gerund sama nggak, jelasin lagi dong sama artinya gitu."
"Tapi udah paham bedanya transitive sama intransitive verb kan?"
"Kalo transitive itu butuh objek kalo intransitive itu nggak, bener ga kak???"
"Oke you got it right! Sekarang kasih contoh satu kata kerja deh buat dibikin gerund."
"Love!" Jawab Chika semangat.
"Uh... Okay..." Sebenernya gue agak keberatan dengan pilihan verb-nya ini, tapi yaudahlah. "Karena love itu transitive, kasih satu objek buat pasangannya."
"Chika!" Jawab Chika dengan lebih semangat lagi, ternyata dia diem-diem centil juga ya, walaupun nggak secentil Muthe.
"Oke, jadi loving Chika. Aku bakal bikin satu contoh gerund. Loving Chika is..." Gue mencari-cari sambungan kata yang bisa menyelamatkan gue dari situasi ini, "... A mistake. Loving Chika is a mistake. Nah itu--"
"IIIH contohnya jahat banget sih kak, yang lain ih contohnya!" Chika terdengar sewot karena mungkin contoh gue jauh dari ekspektasi dia.
"Oke deh... Loving Chika is... Impossible. artinya mencintai Chika itu nggak mungkin. Nah di situ loving-nya jadi kata benda bareng sama Chika." Terang gue yang dibalas dengan muka Chika yang bete karena contoh kedua gue nggak lebih bagus dari tadi. "Paham nggak?"
"Iyadeh paham..." Jawab Chika sambil menunduk lesu. "Terus kalo I love you gimana kak?"
"Ya jadi kata kerja, bukan gerund. Udah paham kan? Kalo udah aku mau ke anak akademi dulu ya, mau liat mereka latihan, see you Chik." Gue lalu meninggalkan Chika yang keliatan campur aduk perasaannya entah kenapa.
Pas di tempat akademi latihan gue liat ada Dey lagi ngobrol Ama Jessi, langsung gue inisiatif buat datengin mereka, sekalian niat minta maaf ke Dey.
"Eh hai kalian, lagi ngapain?"
"Hai kak, ini aku sama Dey mau cover dance, jadi--"
"Ssst! Gausah bilang-bilang ke kak Nick..." Ucap Dey ke Jessi yang bikin Jessi bingung.
"Ya... Yagitu deh kak pokoknya hehehehe..."
"Kakak bukannya jadwalnya hari ini ngajarin MC anak gen 9 ya? Udah ditungguin di atas loh." Dey masih terlihat jutek pas ngomong sama gue.
"Oh... okedeh semangat latihannya ya," dan gue memutuskan buat ke ruang kelas, tapi sebelumnya gue gak lupa ngechat Dey.
Jadi lah, siapa yang ngambek?
Dari sini udah keliatan sih ya kalo dia ngambek tapi daripada kelamaan gue diemin aja chat-nya
Seperti yang udah dibilang sama Dey tadi, latihan kali ini khusus buat anak gen 9, buat nyiapin kalo semisal mereka mau handshake biar nggak canggung gitu. Sebenernya sih dari gen 9 ini udah banyak yang pinter public speaking, tapi ya gitu... Masih kaku, dibuat-buat, nggak kaya ngomong sama fans aja gitu, jadi tugas gue di sini adalah membuat mereka lebih rileks lagi buat ngomong di atas panggung. Latihannya juga simpel kok, gue cuma nyuruh mereka jawab pertanyaan gue dalam waktu tiga detik, biar terlatih mikir cepet, dan ngasih tau mereka buat rileks, semisal ada yang agak canggung. Dari latihan hari ini cuma dua orang sih yang agak canggung di atas panggung, Nabila dan Marsha. Ya... Namanya juga masih bocah, that's fine. Setelah latihan public speaking mereka langsung latihan dance. Gue masih heran gimana stamina anak-anak kecil begini bisa kuat latihan sampe malem.
Selesai latihan gue udah bersiap-siap mau ke jadwal gue selanjutnya, gue sedang beres-beres pas ada orang nepuk pundak gue dari belakang.
"K--kak," tepukan tangan dia berasa agak canggung entah kenapa. "Eh m--maaf ganggu kak... Aku mau tanya tadi performance aku gimana..." Kata Marsha sambil agak gagap.
"Oh hey Marsh, penampilan kamu bagus kok, kenapa emang?"
"U--uh nggakpapa sih kak aku tadi agak nggak pede pas latihan public speaking tadi... Maaf ya kak..." Raut mukanya keliatan murung sekarsng.
"Hey, gausah sedih dong..." Gue menepuk-nepuk rambutnya kaya anak kecil. "Namanya juga belajar kan? Udah kamu istirahat dulu ajaaaa, udah dijemput belum?"
"Oh iya aku dijemput, udah kak duluan ya kak!" lalu dia pergi sambil dadah-dadah. Raut wajahnya yang sekarang keliatan lebih cerah dari sebelumnya.
"Kak, ini kita udah siap." Kata Vivi yang udah ganti baju yang lebih modis.
"Eh udah selesai ganti? Si Gerald udah jemput emang?"
"Udah kok, kak Gerald udah nungguin di depan."
"Okedeh, yuk keluar." Gue lalu memimpin mereka keluar tempat latihan. "Neng, diem mulu? Bensinnya abis?" Kata gue ke Dey yang dari tadi masih kesel. Dia nggak jawab apa-apa tapi langsung masuk mobil.
Sekarang gue ceritanya lagi mau double date sama Vivi dan Gerald. Eh bukan nge-date sih, cuma makan bareng. Ini adalah kelanjutan dari minta maaf gue ke Vivi dan Gerald. Setelah gue pikir panjang gue nggak mau kalo terus benci ke Gerald karena satu momen doang, jadi kita mulai baikan dan gue ngiyain pertemuan yang diinisiasi sama si Vivi ini. Tapi rencana makan gue yang gue pikir bakal berjalan lancar ini terancam gagal karena cewek cakep di sebelah gue ini lagi ngambek.
"Dey, ngambek kenapa?" Tanya gue lembut, mencoba mengambil simpatinya
"Nggakpapa." Ah, berarti kenapa-kenapa.
"Bilang aja nggakpapa, biar aku tau..."
"Udah dibilangin gapapa kak."
"Marah karena aku tadi ke tempat latihan sama Shani?"
"Nggak."
"Mmm... Karena tadi aku ngajarin Chika?"
"Nggak."
"Terus... Oh apa karena tadi aku ngajarin Ashel terlalu deket?"
"Kok Ashel sih?!" Lah Dey malah tambah ngegas.
"Terus kenapa?" Gue bertanya dengan nada nggak bersalah.
"Semuanya! Kakak tau nggak sih kalo ci Shani itu..." Dey mulai ngomel panjang lebar tentang Shani yang cakep, Ashel yang walaupun masih SMP juga udah cakep dan Chika yang juga saking cakepnya sampe dibilang masa depan JKT48. "... Ditambah lagi, kakak tau kalo Chika naksir kakak?!" Pertanyaan ini mengakhiri omelan Dey yang cukup panjang.
"Aku punya dua alasan, satu alasan buat nggak deketin mereka dan satu alasan ekstra buat nggak deketin Chika, mind to hear?" Dey terdiam, gue anggep itu jawaban iya. "Gue udah sayang satu orang, yang walaupun kata dia kalah cakep dibanding Shani lah, Chika lah, Ashel lah, tapi tetep aku sayang dia." Gue ngeliat mata dia mengarah ke gue. "Ditambah lagi, aku nggak mau deketin Chika."
"Karena... Beda?" Suara Dey sedikit menyiratkan ketakutan pas bilang kata beda.
"Bukan, muka dia mirip mantan gebetan. Persis banget, wajah khas wanita Batak. Makanya aku nggak ada ketertarikan sama dia."
"Oh gitu..."
"Lah gitu doang? Nggak mau tau siapa cewek yang aku suka? Kamu pasti gabisa nebak hihihihi." Gue terkikih dengan ide yang ada di kepala gue.
"Siapa kak?" Tanya Dey dengan wajah excited menunggu balasan.
"Pokoknya belakangnya ng."
"Hah???? Siapa kak?????"
"Tebak lah hihihihi..." Gue masih geli dengan nama di kepala gue itu dan ngeliat Dey mikir keras siapa orang yang gue maksud.
"Tapi kan nggak ada member yang nama belakangnya Ng kak????"
"Lah, kalo bukan member gimana?"
"Iiiiiiih jangan ngeselin deh kak, aku marah lagi loh."
"Ntar kalo sampe aku kasih tau, selamat menebak." Selanjutnya perjalanan ini diwarnai dengan Dey yang nebak pake nama setiap member, bahkan ada beberapa yang diulang. Semua jawabannya tentu gue jawab bukan, karena emang salah.
Sesampainya di tempat, yang ternyata adalah sebuah restoran jepang yang tempatnya agak tersembunyi di dalem kompleks ruko gitu. Gue turun dari mobil, tapi si Dey nggak mau turun dari mobil.
"Kasih tau dulu!" Rajuk Dey yang kesel lagi karena tebakannya salah mulu.
"Kamu turun aku kasih tau, serius." Lalu dia turun perlahan dari mobil. "Nama panjangnya sih Dhea Angelia, tapi aku manggilnya deyang, deya sayang," bisik gue di telinga Dey sambil memasangkan jaket di pundaknya. Wajah Dey keliatan memerah dan waktu gue mau masuk restoran dia meluk lengan gue dengan erat.
Seperti yang udah gue jelasin, "double date" kali ini cuma makan bareng. Awalnya sih ada rencana mau jalan gitu, tapi karena jadwal kedua wanita kami ini cukup full, jadi kita mutusin buat keluar bentar aja gitu. Alhasil jadilah kami berempat makan-makan doang. Vivi keliatan makan lumayan banyak, mungkin karena habis latihan jadi butuh pengisi energi. Sedangkan Dey... Dia makan kaya biasanya, yang mana emang banyak, gue cuma senyum-senyum doang liat cewek kesayangan gue ini makan, karena dia lucu aja gitu hehehehe... Maafin bucin.
Setelah kami berempat selesai makan, mulai ada omongan tentang next double date, yang kebanyakan aktif ngomong sih Vivi sama Dey, sedangkan pikiran gue sedikit terdistraksi sama deadline pemilihan member team T yang kurang beberapa Minggu lagi. Juga, gue dan Gerald ngobrol lagi setelah sekian lama. Obrolannya agak awkward sebenernya, karena emang lama nggak ketemu, terus kita tukeran nomer telepon dan balik nganterin pacar masing-masing.
Di perjalanan pulang Dey udah tidur nyenyak sambil meluk jaket yang gue pakein ke dia tadi. Gue biarin dia tidur sampe depan rumahnya. Sebelum masuk rumah, Dey minta peluk dan tentu saja gue turutin. Gue peluk dia sejenak sambil cium keningnya dia, lalu dia pulang sambil make jaket gue.
Pas gue mau pulang, gue ngecek hape, ternyata ada chat dari Gerald
Dude, wanna go drink?
Kurang ajar, emang kebiasaan bener ini anak ngajakin gue minum. Gue mikir sejenak untuk mengiyakan tawarannya. Setelah menimbang-nimbang, a shot wouldn't kill right?
Lalu dia ngirimin alamat dan gue bergegas ke sana.
Gue sebenernya bukan peminum berat, bahkan gue bisa dibilang salah satu social drinker yang paling ringan, tapi gue lupa kalo sama Gerald even a social drinker like me can be a heavy drinker. Gue sekarang ada di sebuah club dan Gerald ngebawa gue ke sebuah table yang berisi beberapa orang yang udah mabuk parah.
"Hey bro here's my friend that I told you before." Kata Gerald ke salah seorang cowok yang kelihatannya lebih sober dibanding yang lain.
"Aah you're Nick Nightingale right? Nice to see you bruh, Brian here." Gue berjabat tangan dengan Brian ini diliputi perasaan bingung karena nama gue.
"Ger, you told them about the flock?"
"Sure bro, I told them like it's aaall of my pride! Hey broo here's my friend the one and only Nich... Nick Nightingale for you." Salam dia ke orang-orang di table itu, semua orang menyambut gue dengan meriah dan gue mencoba play along dengan mereka.
"I'm very impressed about your story about the flock dude, cerita lu sampe bisa tampil di Jogja itu keren banget sih gila." Kata salah satu orang lain yang namanya bahkan gue gatau.
"Well it's all thanks to my friend Mr Gerald motherfucking Woodpecker here."
"Lah gila panggilan lu Woodpecker? Anjing hahahaha pantes lu sembunyiin dari kita," Orang yang lain nyautin sementara si Gerald keliatan malu di sana.
"Tapi tapi nih ya, gue ke sini bawa temen gue ini sebagai tanda minta maaf gue ke Nick, dan doa gue biar The Flock terbang lagi, cheers!" Pimpin Gerald lalu kita semua minum dan mulai having fun lagi. Jadi buat kalian yang gatau (lah emang ada yang tau?) The Flock itu adalah nama grup gue dan temen-temen pas bikin pentas dulu. Kita pake nama The Flock karena masing-masing membernya punya nama panggung yang diambil dari nama burung gitu, kaya Nightingale Woodpecker, dan Bianca juga punya, she's sparrow. Tapi yang gue gapaham kenapa bisa temen-temen Gerald ini tau tentang ini.
"Eh ger, lu cerita apa aja anjing ke mereka?" Bisik gue ke Gerald pas semuanya sibuk minum-minum.
"Well... I told them our story of course. Mereka ini temen kantor gue cuy. Pernah gue main gitar di kantor, terus mereka pada kaget kok bisa gue main gitar keren banget, akhirnya gue cerita ke mereka dong hahahaha..."
"Emang dasar mulut lu ye masih lemes sampe sekarang."
"Hahahaha bodo amat, yang penting The Flock flies bro!" Seru Gerald sambil ngajak gue minum satu shot lagi.
Setelah omongan itu, kita berdua mulai minum-minum lagi sambil ngobrol tentang kerjaan. Ternyata si Gerald ini kerja di sebuah label rekaman. Sebuah bisnis yang nggak jauh dari JKT48.
"Heh anjing, lu kerja di bidang ginian emang gada yang tau pacar lu member JKT48?"
"Ada kali ya, tapi mah anak2 chill bro, emangnya bakal digedein kaya wota hahahahahahah..." Tawa lepas Gerald udah pertanda kalo dia mulai mabok, pun gue juga.
"Anjing lu emang kalo sampe kenapa-kenapa si Vivi gue cariin lu ya anjing," omongan gue mulai random, karena sudah jelas alasannya.
"Eh lu juga anjing jagain tuh member, lagian lu tumben-tumbenan juga pacaran ama model gitu, biasanya kan modelan lu mirip ama gue hehehehehehehe..." Yang dia maksud adalah tipe gue, yang emang, lebih demen modelan Vivi yang ramping dan berambut pendek.
"Cuk matamu, aku wes seneng areke kate ngomong opo kon?!" Gue mulai lepas dan ngomong dari bahasa asal gue.
"Nah ngono a lek ngomong... ayo ngombe maneh sampek mendem suuu!!!" Teriak Gerald lantang yang... Jelas gaada yang ngerti selain gue...
Setelah itu kejadian bisa ditebak, gelas demi gelas diteguk sampe hilang kesadaran, sejujurnya setelah Gerald teriak gue udah nggak inget apa-apa selain tegukan air yang makin bikin gue melayang.
Gue perlahan membuka mata yang rasanya berat banget. Kasur ini beda banget dengan kasur gue, rasanya lebih lembut dan baunya lebih wangi, bikin gue makin betah tidur.. Begitu sepenuhnya melek, gue langsung terduduk karena sadar ini bukan kamar gue.
"AAAH!" Suara pekikan terdengar di samping kiri gue. "Kakak kalo mau bangun bilang dong!" Kata si cewek yang ada di dekat kasur. Gue ngeliat dia lagi nyiapin masakan di situ.
"Lah, kok..."
Hening…
Hening…
Hening…
Walaupun gue udah nyalain radio tapi entah kenapa suasana di mobil gue masih hening aja. Gue mencoba mengalihkan fokus gue ke jalanan tapi tetep aja keheiningan yang awkward ini masih ngganggu pikiran gue. Orang di sebelah guepun masih keliatan sibuk dengan hapenya,
Gue rasa gue bakal jadi orang yang dibenci fans-fans jkt di luar sana karena kondisi gue saat ini adalah kondisi yang paling diidam-idamkan(?) sama mereka. Di sebelah gue sekarang ada member yang sekarang jadi center JKT8, ya, siapa lagi kalo bukan Shani. Gue tadi habis dari kantor JKT pas gue ketemu dia yang katanya habis meeting masalah sponsor yang mau pake dia sebagai model. Karena tujuan kita setelah ini sama, akhirnya gue ajak bareng deh. Di detik yang sama pas gue berharap perjalanan ini segera selesai, gue ngeliat ada kemacetan di depan gue. “Anjing, pingin cepet sampe malah macet.” Batin gue ngeliat kemacetan yang lumayan panjang itu.
“Wah macetnya lumayan panjang ya kak…” Shani ternyata keliatan agak gelisah ngeliat kemacetan yang ternyata panjang juga kalo diliat-liat.
“iyanih Shan, sorry ya gatau gue ada macet.”
“loh ngapain minta maaf deh kak? Aneh banget…”
“ya… kan Shani selalu benar katanya, yang salah gue heheheheh.” Gue menghentikan tawa gue pas ngeliat muka dia agak bete. Shit, I think I make a mistake. “Shan? Did I make a mistake?”
“Eh gapapa kok kak, cuma agak ngantuk aja sih.” Dia kembali senyum tapi gue masih yakin kalo ada sesuatu yang ngeganggu dia.
“Oh gitu… kalo emang ada yang salah gapapa sih ngomong aja, ngeliat kamu bete gitu jadi gaenak.”
“ehehehe beneran kok kak nggakpapa, lupain aja lupain." Shani kembali fokus dengan hapenya. "Orang lain adalah neraka buat kita." Kalimat itu dia ucapin dan jujur, gue kaget denger itu.
"Wow you know Satre? I'm impressed with it." Ya, kalimat yang dia ucapin adalah kutipan dari Jean Paul Satre, filsuf Prancis.
"Hahaha tau itu doang sih kak, di kuliah juga pernah denger dikit doang pas kuliah filosofi."
"Why you say that?" Gue ngeliat ke bola mata Shani, dia keliatan nggak siap dengan pertanyaan gue yang serius. Mobil gue masih terjebak kemacetan jadi gue bisa fokus sepenuhnya dengan omongannya.
"Eh-- itu--" dia gelagapan sambil keliatan menggumam, lalu setelah beberapa saat dia ngambil nafas panjang dan mulai bisa ngendaliin diri. "Jujur ya kak, aku nggak suka sama orang-orang."
"Hah? Orang-orang gimana maksudnya?"
"Jadi gini kak..." lalu dia nyeritain usaha dia dari awal buat masuk JKT48. Dari cerita dia gue tau kalo... Ya she's simply blessed, sama persis dengan perkiraan gue dulu. Sebenernya banyak banget yang dia ceritain, tapi yang menarik perhatian gue adalah gimana orang-orang pada nyebut dia 'sempurna' seakan-akan dia udah ditakdirin buat di puncak dari awal. "... Aku tuh udah ngorbanin banyak waktu, tenaga buat jadi yang terbaik di sini, dan orang-orang bilang aku jadi idol, nomer 1 senbatsu karena aku udah SEMPURNA dari awal gitu? Fuck." Dang, she has no chill.
Denger dia ngomel gak berenti gini bikin gue canggung karena dia biasanya keliatan 180° berbeda dari yang biasanya orang-orang liat, tapi gue inget lagi dengan kata Beby kalo mereka ini juga manusia biasa yang pasti ada keselnya, jadi gue mendengarkan keluhan Shani dengan seksama. "Udah selesai ceritanya?" Tanya gue setelah dia diem beberapa saat.
"Eh udah kak..." Dia keliatan agak gaenak, mungkin karena sadar udah ngomong banyak banget tadi.
"Sebenernya kutipan dari Satre tadi nggak gitu maksudnya... Yang dimaksud dari hell is other people itu kalo kita punya hubungan yang buruk sama orang, thus that person can only be hell... Karena kita menilai diri kita dari pendapat orang lain dan pendapat orang tadi itu gak bawa dampak yang baik, they're being the hell itself... Iya emang banyak juga orang di sekitarmu yang jadi neraka tapi kamu juga punya orang yang masih menilai kamu dengan semua usahamu kan?"
"Iya kak..."
"Masih banyak yang sayang sama kamu kan? Ada keluarga, temen2 JKT kaya gre, pacar juga, kan?" Gue agak senyum menggoda pas bilang pacar karena gue mengira dia nggak punya pacar.
"Kok kakak tau aku punya?" Shani kaget dengan mukanya yang memerah. Ternyata tebak-tebakan ngawur gue bener dong, time to play a bit.
"Ya Tau lah... Apasih yang nggak gue tau?"
"A--aku kira sama orang-orang bakal dibantuin nutupin kok kakak tau aduh gimana sih orang-orang..."
"Hey... Chill, kalo Lo ketauan pacaran juga gue yang kena dampaknya Shan, don't worry I won't tell anyone."
"Hmm yaudah deh..." Shani keliatan lebih tenang denger omongan gue.
Setelah itu gue tanya-tanya deh tentang 'hubungan' dan 'orang-orang tadi' yang ternyata adalah kesepakatan jot buat nutupin hubungan Shani dengan pacarnya ini.
"Ntar kalo ketauan bisa geger kak dunia idoling hahaha." Tawa Shani terdengar sarkastik dalam jawaban itu.
"It's must be hard, standing at the center of the universe right?"
"Always kak, always."
Sesampainya gue di tempat latihan gue turun dari mobil bareng Shani dan sudah di sambut di depan pintu sama dua orang cewek.
"Eh kaaaaak udah ditungguin tau ih malah dateng sama ci Shani, habis dari mana hayooo..." Tanya satu cewek yang mukanya sumringah
"Iyanih, udah ditungguin loh sama temen aku ini..." Ah yang ini udah gausah diceritain lah ya mukanya kek gimana. Ngeliat dia bete bikin agak ngeri sebenernya.
"Eh Chika, Dey, ngapain di sini? Aku sama Shani tadi habis dari kantor JKT terus kebetulan ke sini bareng gitu," Kata gue yang sebenernya ditujukan buat satu cewek yang mukanya bete itu.
"Ini loh kaaak Chika pingin ketemu kakak, katanya mau minta bantuin ngerjain tugas iya kan Chik?" Dey menjawab dengan nada yang dibaik-baikin, tapi matanya keliatan kalo kesel ke gue.
"Iya kak, aku susah kalo nggak dijelasin langsung, beneran deh kak, kemarin aku mau tanya kakak tapi bingung mau tanya apa..." Jawab Chika yang bener-bener clueless dengan kondisi gue dengan Dey.
"Uh... Yaudah deh ayo dikerjain sekarang aja mumpung belum latihan, temenin juga ya Dey."
"Eh nggabisa kak, aku masih mau latihan dulu heheheh..." Lalu dia mendekat ke telinga gue. "Kan biar enak berdua sama Chika." Ya Tuhan.
"Yaudah kak ayoooo!!!" Teriak Chika sambil menggandeng tangan gue mengikuti dia. Gue cuma bisa pasrah dengan perlakuan Chika.
...
"Kalo swimming yang ini jadi verb, kalo yang ini jadi kata benda alias gerund, paham nggak?" Tanya gue menjelaskan isi latihannya.
"Kak aku masih gapaham deh bedain gerund sama nggak, jelasin lagi dong sama artinya gitu."
"Tapi udah paham bedanya transitive sama intransitive verb kan?"
"Kalo transitive itu butuh objek kalo intransitive itu nggak, bener ga kak???"
"Oke you got it right! Sekarang kasih contoh satu kata kerja deh buat dibikin gerund."
"Love!" Jawab Chika semangat.
"Uh... Okay..." Sebenernya gue agak keberatan dengan pilihan verb-nya ini, tapi yaudahlah. "Karena love itu transitive, kasih satu objek buat pasangannya."
"Chika!" Jawab Chika dengan lebih semangat lagi, ternyata dia diem-diem centil juga ya, walaupun nggak secentil Muthe.
"Oke, jadi loving Chika. Aku bakal bikin satu contoh gerund. Loving Chika is..." Gue mencari-cari sambungan kata yang bisa menyelamatkan gue dari situasi ini, "... A mistake. Loving Chika is a mistake. Nah itu--"
"IIIH contohnya jahat banget sih kak, yang lain ih contohnya!" Chika terdengar sewot karena mungkin contoh gue jauh dari ekspektasi dia.
"Oke deh... Loving Chika is... Impossible. artinya mencintai Chika itu nggak mungkin. Nah di situ loving-nya jadi kata benda bareng sama Chika." Terang gue yang dibalas dengan muka Chika yang bete karena contoh kedua gue nggak lebih bagus dari tadi. "Paham nggak?"
"Iyadeh paham..." Jawab Chika sambil menunduk lesu. "Terus kalo I love you gimana kak?"
"Ya jadi kata kerja, bukan gerund. Udah paham kan? Kalo udah aku mau ke anak akademi dulu ya, mau liat mereka latihan, see you Chik." Gue lalu meninggalkan Chika yang keliatan campur aduk perasaannya entah kenapa.
Pas di tempat akademi latihan gue liat ada Dey lagi ngobrol Ama Jessi, langsung gue inisiatif buat datengin mereka, sekalian niat minta maaf ke Dey.
"Eh hai kalian, lagi ngapain?"
"Hai kak, ini aku sama Dey mau cover dance, jadi--"
"Ssst! Gausah bilang-bilang ke kak Nick..." Ucap Dey ke Jessi yang bikin Jessi bingung.
"Ya... Yagitu deh kak pokoknya hehehehe..."
"Kakak bukannya jadwalnya hari ini ngajarin MC anak gen 9 ya? Udah ditungguin di atas loh." Dey masih terlihat jutek pas ngomong sama gue.
"Oh... okedeh semangat latihannya ya," dan gue memutuskan buat ke ruang kelas, tapi sebelumnya gue gak lupa ngechat Dey.
Jadi kan hari ini? Jangan ngambek dong...
Jadi lah, siapa yang ngambek?
Dari sini udah keliatan sih ya kalo dia ngambek tapi daripada kelamaan gue diemin aja chat-nya
Seperti yang udah dibilang sama Dey tadi, latihan kali ini khusus buat anak gen 9, buat nyiapin kalo semisal mereka mau handshake biar nggak canggung gitu. Sebenernya sih dari gen 9 ini udah banyak yang pinter public speaking, tapi ya gitu... Masih kaku, dibuat-buat, nggak kaya ngomong sama fans aja gitu, jadi tugas gue di sini adalah membuat mereka lebih rileks lagi buat ngomong di atas panggung. Latihannya juga simpel kok, gue cuma nyuruh mereka jawab pertanyaan gue dalam waktu tiga detik, biar terlatih mikir cepet, dan ngasih tau mereka buat rileks, semisal ada yang agak canggung. Dari latihan hari ini cuma dua orang sih yang agak canggung di atas panggung, Nabila dan Marsha. Ya... Namanya juga masih bocah, that's fine. Setelah latihan public speaking mereka langsung latihan dance. Gue masih heran gimana stamina anak-anak kecil begini bisa kuat latihan sampe malem.
Selesai latihan gue udah bersiap-siap mau ke jadwal gue selanjutnya, gue sedang beres-beres pas ada orang nepuk pundak gue dari belakang.
"K--kak," tepukan tangan dia berasa agak canggung entah kenapa. "Eh m--maaf ganggu kak... Aku mau tanya tadi performance aku gimana..." Kata Marsha sambil agak gagap.
"Oh hey Marsh, penampilan kamu bagus kok, kenapa emang?"
"U--uh nggakpapa sih kak aku tadi agak nggak pede pas latihan public speaking tadi... Maaf ya kak..." Raut mukanya keliatan murung sekarsng.
"Hey, gausah sedih dong..." Gue menepuk-nepuk rambutnya kaya anak kecil. "Namanya juga belajar kan? Udah kamu istirahat dulu ajaaaa, udah dijemput belum?"
"Oh iya aku dijemput, udah kak duluan ya kak!" lalu dia pergi sambil dadah-dadah. Raut wajahnya yang sekarang keliatan lebih cerah dari sebelumnya.
"Kak, ini kita udah siap." Kata Vivi yang udah ganti baju yang lebih modis.
"Eh udah selesai ganti? Si Gerald udah jemput emang?"
"Udah kok, kak Gerald udah nungguin di depan."
"Okedeh, yuk keluar." Gue lalu memimpin mereka keluar tempat latihan. "Neng, diem mulu? Bensinnya abis?" Kata gue ke Dey yang dari tadi masih kesel. Dia nggak jawab apa-apa tapi langsung masuk mobil.
Sekarang gue ceritanya lagi mau double date sama Vivi dan Gerald. Eh bukan nge-date sih, cuma makan bareng. Ini adalah kelanjutan dari minta maaf gue ke Vivi dan Gerald. Setelah gue pikir panjang gue nggak mau kalo terus benci ke Gerald karena satu momen doang, jadi kita mulai baikan dan gue ngiyain pertemuan yang diinisiasi sama si Vivi ini. Tapi rencana makan gue yang gue pikir bakal berjalan lancar ini terancam gagal karena cewek cakep di sebelah gue ini lagi ngambek.
"Dey, ngambek kenapa?" Tanya gue lembut, mencoba mengambil simpatinya
"Nggakpapa." Ah, berarti kenapa-kenapa.
"Bilang aja nggakpapa, biar aku tau..."
"Udah dibilangin gapapa kak."
"Marah karena aku tadi ke tempat latihan sama Shani?"
"Nggak."
"Mmm... Karena tadi aku ngajarin Chika?"
"Nggak."
"Terus... Oh apa karena tadi aku ngajarin Ashel terlalu deket?"
"Kok Ashel sih?!" Lah Dey malah tambah ngegas.
"Terus kenapa?" Gue bertanya dengan nada nggak bersalah.
"Semuanya! Kakak tau nggak sih kalo ci Shani itu..." Dey mulai ngomel panjang lebar tentang Shani yang cakep, Ashel yang walaupun masih SMP juga udah cakep dan Chika yang juga saking cakepnya sampe dibilang masa depan JKT48. "... Ditambah lagi, kakak tau kalo Chika naksir kakak?!" Pertanyaan ini mengakhiri omelan Dey yang cukup panjang.
"Aku punya dua alasan, satu alasan buat nggak deketin mereka dan satu alasan ekstra buat nggak deketin Chika, mind to hear?" Dey terdiam, gue anggep itu jawaban iya. "Gue udah sayang satu orang, yang walaupun kata dia kalah cakep dibanding Shani lah, Chika lah, Ashel lah, tapi tetep aku sayang dia." Gue ngeliat mata dia mengarah ke gue. "Ditambah lagi, aku nggak mau deketin Chika."
"Karena... Beda?" Suara Dey sedikit menyiratkan ketakutan pas bilang kata beda.
"Bukan, muka dia mirip mantan gebetan. Persis banget, wajah khas wanita Batak. Makanya aku nggak ada ketertarikan sama dia."
"Oh gitu..."
"Lah gitu doang? Nggak mau tau siapa cewek yang aku suka? Kamu pasti gabisa nebak hihihihi." Gue terkikih dengan ide yang ada di kepala gue.
"Siapa kak?" Tanya Dey dengan wajah excited menunggu balasan.
"Pokoknya belakangnya ng."
"Hah???? Siapa kak?????"
"Tebak lah hihihihi..." Gue masih geli dengan nama di kepala gue itu dan ngeliat Dey mikir keras siapa orang yang gue maksud.
"Tapi kan nggak ada member yang nama belakangnya Ng kak????"
"Lah, kalo bukan member gimana?"
"Iiiiiiih jangan ngeselin deh kak, aku marah lagi loh."
"Ntar kalo sampe aku kasih tau, selamat menebak." Selanjutnya perjalanan ini diwarnai dengan Dey yang nebak pake nama setiap member, bahkan ada beberapa yang diulang. Semua jawabannya tentu gue jawab bukan, karena emang salah.
Sesampainya di tempat, yang ternyata adalah sebuah restoran jepang yang tempatnya agak tersembunyi di dalem kompleks ruko gitu. Gue turun dari mobil, tapi si Dey nggak mau turun dari mobil.
"Kasih tau dulu!" Rajuk Dey yang kesel lagi karena tebakannya salah mulu.
"Kamu turun aku kasih tau, serius." Lalu dia turun perlahan dari mobil. "Nama panjangnya sih Dhea Angelia, tapi aku manggilnya deyang, deya sayang," bisik gue di telinga Dey sambil memasangkan jaket di pundaknya. Wajah Dey keliatan memerah dan waktu gue mau masuk restoran dia meluk lengan gue dengan erat.
Seperti yang udah gue jelasin, "double date" kali ini cuma makan bareng. Awalnya sih ada rencana mau jalan gitu, tapi karena jadwal kedua wanita kami ini cukup full, jadi kita mutusin buat keluar bentar aja gitu. Alhasil jadilah kami berempat makan-makan doang. Vivi keliatan makan lumayan banyak, mungkin karena habis latihan jadi butuh pengisi energi. Sedangkan Dey... Dia makan kaya biasanya, yang mana emang banyak, gue cuma senyum-senyum doang liat cewek kesayangan gue ini makan, karena dia lucu aja gitu hehehehe... Maafin bucin.
Setelah kami berempat selesai makan, mulai ada omongan tentang next double date, yang kebanyakan aktif ngomong sih Vivi sama Dey, sedangkan pikiran gue sedikit terdistraksi sama deadline pemilihan member team T yang kurang beberapa Minggu lagi. Juga, gue dan Gerald ngobrol lagi setelah sekian lama. Obrolannya agak awkward sebenernya, karena emang lama nggak ketemu, terus kita tukeran nomer telepon dan balik nganterin pacar masing-masing.
Di perjalanan pulang Dey udah tidur nyenyak sambil meluk jaket yang gue pakein ke dia tadi. Gue biarin dia tidur sampe depan rumahnya. Sebelum masuk rumah, Dey minta peluk dan tentu saja gue turutin. Gue peluk dia sejenak sambil cium keningnya dia, lalu dia pulang sambil make jaket gue.
Pas gue mau pulang, gue ngecek hape, ternyata ada chat dari Gerald
Dude, wanna go drink?
Kurang ajar, emang kebiasaan bener ini anak ngajakin gue minum. Gue mikir sejenak untuk mengiyakan tawarannya. Setelah menimbang-nimbang, a shot wouldn't kill right?
Sure, where?
Lalu dia ngirimin alamat dan gue bergegas ke sana.
Gue sebenernya bukan peminum berat, bahkan gue bisa dibilang salah satu social drinker yang paling ringan, tapi gue lupa kalo sama Gerald even a social drinker like me can be a heavy drinker. Gue sekarang ada di sebuah club dan Gerald ngebawa gue ke sebuah table yang berisi beberapa orang yang udah mabuk parah.
"Hey bro here's my friend that I told you before." Kata Gerald ke salah seorang cowok yang kelihatannya lebih sober dibanding yang lain.
"Aah you're Nick Nightingale right? Nice to see you bruh, Brian here." Gue berjabat tangan dengan Brian ini diliputi perasaan bingung karena nama gue.
"Ger, you told them about the flock?"
"Sure bro, I told them like it's aaall of my pride! Hey broo here's my friend the one and only Nich... Nick Nightingale for you." Salam dia ke orang-orang di table itu, semua orang menyambut gue dengan meriah dan gue mencoba play along dengan mereka.
"I'm very impressed about your story about the flock dude, cerita lu sampe bisa tampil di Jogja itu keren banget sih gila." Kata salah satu orang lain yang namanya bahkan gue gatau.
"Well it's all thanks to my friend Mr Gerald motherfucking Woodpecker here."
"Lah gila panggilan lu Woodpecker? Anjing hahahaha pantes lu sembunyiin dari kita," Orang yang lain nyautin sementara si Gerald keliatan malu di sana.
"Tapi tapi nih ya, gue ke sini bawa temen gue ini sebagai tanda minta maaf gue ke Nick, dan doa gue biar The Flock terbang lagi, cheers!" Pimpin Gerald lalu kita semua minum dan mulai having fun lagi. Jadi buat kalian yang gatau (lah emang ada yang tau?) The Flock itu adalah nama grup gue dan temen-temen pas bikin pentas dulu. Kita pake nama The Flock karena masing-masing membernya punya nama panggung yang diambil dari nama burung gitu, kaya Nightingale Woodpecker, dan Bianca juga punya, she's sparrow. Tapi yang gue gapaham kenapa bisa temen-temen Gerald ini tau tentang ini.
"Eh ger, lu cerita apa aja anjing ke mereka?" Bisik gue ke Gerald pas semuanya sibuk minum-minum.
"Well... I told them our story of course. Mereka ini temen kantor gue cuy. Pernah gue main gitar di kantor, terus mereka pada kaget kok bisa gue main gitar keren banget, akhirnya gue cerita ke mereka dong hahahaha..."
"Emang dasar mulut lu ye masih lemes sampe sekarang."
"Hahahaha bodo amat, yang penting The Flock flies bro!" Seru Gerald sambil ngajak gue minum satu shot lagi.
Setelah omongan itu, kita berdua mulai minum-minum lagi sambil ngobrol tentang kerjaan. Ternyata si Gerald ini kerja di sebuah label rekaman. Sebuah bisnis yang nggak jauh dari JKT48.
"Heh anjing, lu kerja di bidang ginian emang gada yang tau pacar lu member JKT48?"
"Ada kali ya, tapi mah anak2 chill bro, emangnya bakal digedein kaya wota hahahahahahah..." Tawa lepas Gerald udah pertanda kalo dia mulai mabok, pun gue juga.
"Anjing lu emang kalo sampe kenapa-kenapa si Vivi gue cariin lu ya anjing," omongan gue mulai random, karena sudah jelas alasannya.
"Eh lu juga anjing jagain tuh member, lagian lu tumben-tumbenan juga pacaran ama model gitu, biasanya kan modelan lu mirip ama gue hehehehehehehe..." Yang dia maksud adalah tipe gue, yang emang, lebih demen modelan Vivi yang ramping dan berambut pendek.
"Cuk matamu, aku wes seneng areke kate ngomong opo kon?!" Gue mulai lepas dan ngomong dari bahasa asal gue.
"Nah ngono a lek ngomong... ayo ngombe maneh sampek mendem suuu!!!" Teriak Gerald lantang yang... Jelas gaada yang ngerti selain gue...
Setelah itu kejadian bisa ditebak, gelas demi gelas diteguk sampe hilang kesadaran, sejujurnya setelah Gerald teriak gue udah nggak inget apa-apa selain tegukan air yang makin bikin gue melayang.
Gue perlahan membuka mata yang rasanya berat banget. Kasur ini beda banget dengan kasur gue, rasanya lebih lembut dan baunya lebih wangi, bikin gue makin betah tidur.. Begitu sepenuhnya melek, gue langsung terduduk karena sadar ini bukan kamar gue.
"AAAH!" Suara pekikan terdengar di samping kiri gue. "Kakak kalo mau bangun bilang dong!" Kata si cewek yang ada di dekat kasur. Gue ngeliat dia lagi nyiapin masakan di situ.
"Lah, kok..."
Terakhir diubah:
194946060113
Semprot Lover
Barisan pembela Chika silahkan antri di belakang barisan pembela Gita ya sip.
Waw ternyata selesai dan panjang juga!
Kalau ada kurangnya silahkan dikomen yaw... Makasih buat yang mau nunggu
Waw ternyata selesai dan panjang juga!
Kalau ada kurangnya silahkan dikomen yaw... Makasih buat yang mau nunggu
- Status
Similar threads
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
