Agen Terpercaya   Advertise
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT Petualangan Birahi Joni (Lanjutan...)

Bagian 5: Desi Mahasiswi Binal


POV Joni

Semenjak penampilanku berubah dan ditambah lagi kini aku punya mobil, maka semakin banyak cewek2 dikampusku yang mulai mendekati diriku. Dan aku pun kini semakin pede dan tidak malu2 lagi berani menggoda cewek2 yang ada di kampusku. Setelah aku merasakan nikmatnya ngentot dengan beberapa perempuan, kini aku jadi kepingin merasakan nonok2 yang lain.

Siang itu aku lagi bersantai di kantin kampus sambil menunggu hujan reda. Siang itu memang hujan sangat lebat. Tiba2 pandangannya tertuju pada sosok seorang cewek yang baru saja masuk ke dalam kantin dan duduk di pojok ruangan.

Cewek tersebut wajahnya sangat cantik. Bodynya semok alias seksi dan montok. Satu lagi kelebihan cewek tersebut yaitu ToGe PaSar, Toket Gede Pantat beSar. Siapapun laki2 yang melihatnya pasti akan berdecak kagum. Begitu pula denganku. Aku pun tertarik dengan cewek tersebut, maka aku hampiri cewek tersebut.

“Boleh duduk disini?” tanyaku basa basi.

“Silakan... kosong kok” jawab cewek tersebut.

Sebelum duduk aku menyodorkan tanganku ke cewek tersebut.

“Saya Joni. Boleh berkenalan?” tanyaku sambil menarik kursi yang akan aku duduki.

“Desi” jawab cewek tersebut sambil menjabat tangan Joni.

“Rasanya saya baru lihat Desi di kampus ini?” tanyaku kemudian.

“Iya Mas, aku anak baru. Aku anak kedokteran tingkat 2. Lagian aku juga jarang nongkrong di kantin ini. Tadi ada perlu di Rektorat mau pulang, tapi hujan deras banget” jawab Desi.

Memang sih kampus FK letaknya paling jauh dari kantin ini, sehingga jarang anak2 kedokteran nongkrong di kantin ini. Justru mereka lebih banyak nongkrong di café xxx yang letaknya lebih dekat dengan kampus mereka dari pada kantin ini.

“Dari Jawa ya?” tebakku karena dari bicaranya logat Jawanya kelihatan sekali.

“Hahaha... Kok Mas tahu sih” Desi tertawa mendengar tebakan jituku tentang daerah asalnnya.

“Logat Jawanya medok banget. Lagian panggilnya pakai Mas lagi” jelasku.

“Tinggal dimana?” tanyaku kemudian.

“Deket sini kok Mas. Tuh di apartemen yang gedungnya kelihatan dari sini” jawab Desi.


POV Desi

Aku terus memperhatikan tubuh Mas Joni. Badannya yang kekar dan wajahnya yang tampan sangat menarik perhatianku. Aku jadi teringat sama pacarku yang sedang melanjutkan studinya ke luar negeri. Wajah dan postur tubuhnya sama dengan Mas Joni. Sehingga aku jadi membayangkan kontolnya pasti juga besar dan dia pasti perkasa di atas tempat tidur. Hal itu membuat nafsu birahiku bangkit.

“Gila!!! ganteng banget nih cowok. Badannya tegap dan kekar. Maco banget. Pasti nikmat kalau bisa dientot sama dia” pikirku.

Sudah setahun lebih pacarku pergi. Berarti sudah selama itu juga aku tidak merasakan kenikmatan kontol laki2 pada nonokku. Selama ini aku masih mampu bertahan terhadap godaan laki2 lain selain pacarku. Namun begitu melihat Mas Joni, perasaanku jadi lain.

Ada beberapa kemiripan pada diri Mas Joni dengan pacarku. Aku jadi seperti melihat sosok pacarku saat melihat Mas Joni. Sehingga begitu melihatnya, terbayang olehku kerperkasaan dan kenimatan saat ngentot dengan pacarku. Hal itu membuat aku tidak dapat menahan gejolak nafsu birahiku. Nafsuku jadi bangkit kembali. Nonokku jadi gatal pingin digaruk oleh kontol laki2 dan laki2 yang aku harapkan itu adalah Mas Joni yang kini sedang ngobrol denganku.

Sementara itu, sejak pertama kali melihatku, sepertinya Mas Joni juga mengagumi tubuh indahku. T-shirt yang aku pakai tidak cukup untuk menyembunyikan bongkahan kedua susuku yang besar. Pahaku yang putih dan mulus pun tak luput dari pandangannya karena aku hanya memakai rok span mini. Dengan pakaianku seperti itu, maka semua daya tarik tubuhku dapat terlihat oleh Mas Joni. Dan aku yakin, Mas Joni pasti juga bernafsu ingin menikmati semua yang ada di tubuhku.

Hujan pun mulai berhenti. Dari tadi aku perhatikan, Mas Joni terus memandangi tubuhku. Sepertinya dia sangat mengagumi tubuhku tersebut. Maka saat aku tiba2 bertanya, dia pun terkejut.

"Habis hujan gini apa Mas Joni gak kedinginan?" tanyaku manja sambil tersenyum dan memandangnya dengan pandangan penuh nafsu.

"Emang kalau kedinginan kenapa?" Mas Joni balik bertanya. Sorot matanya tak lepas dari tubuhku.

Sepertinya pancinganku berhasil. Mas Joni tahu kalau pandangan mataku menunjukkan bahwa aku sedang terangsang oleh nafsu birahiku. Dan sepertinya dia juga bernafsu denganku, maka dia sengaja balik memancingku dengan pertanyaannya tersebut.

"Desi punya kok alat pemanasnya" jawabku semakin berani untuk menggodanya.

"Alat pemanas apaan?" tanya Mas Joni penasaran.

Aku lihat ke sekeliling kantin, mungkin karena hujan jadi kantin agak sepi gak seramai biasanya. Lagi pula aku dan Joni duduk di pojok ruangan yang jauh dari kerumunan orang2 yang ada di kantin.

“Nih alat pemanasnya ada di dalam sini” jawabku nakal sambil tersenyum menunjuk ke selangkanganku.

Mas Joni terkejut mendengar jawabanku tersebut. Apalagi saat aku langsung menunjuk ke selangkanganku. Namun belum hilang rasa keterkejutannya itu, aku sudah menarik tangan Mas Joni.

"Ayo Mas, ke apartemenku saja. Nanti di sana alat pemanasnya boleh dicoba kok." ujarku dengan nada manja.

"Kalau sekarang sih paling hanya bisa melihat dulu alat pemanasnya. Soalnya aku sudah ada janji dengan dosen pembimbingku siang ini. Setelah itu baru bisa nyoba alat pemanasnya. Gimana Des?" jelas Mas Joni.

Ada sedikit perasaan kecewa dengan jawaban Mas Joni tersebut, karena itu berarti aku harus menunda keinginanku untuk dapat ngentot dengan Mas Joni. Tapi paling tidak saat ini aku sudah berhasil mengajak Mas Joni ke apartemenku dan yang terpenting aku dapat memperlihatkan seluruh bagian tubuhku secara lebih jelas pada Mas Joni. Dan aku yakin kalau Mas Joni tertarik, pasti dia akan datang lagi untuk ngentoti diriku.

"Gak apa2 Mas. Yang penting sekarang kita ke apartemenku aja dulu. Mas lihat alat pemanasnya, nanti kalau Mas tertarik, Mas bisa datang kapan saja ke apartemenku” kataku menanggapi usul Mas Joni tersebut.

Mendengar penjelasanku tersebut, Mas Joni bangkit dari duduknya lalu berjalan menuju kasir. Setelah menyelesaikan pembayaran, dengan melendot manja pada lengan Mas Joni, aku pun mengajaknya ke apartemenku.

“Saya ambil mobil dulu ya” kata Mas Joni sambil hendak menuju ke tempat parkir.

“Gak usah Mas. Kita jalan kaki saja. Lebih cepat jalan kaki, gak muter2 lagian dekat kok" jelasku sambil menggandeng Mas Joni berjalan menuju apartemenku melalui jalan pintas.

Hanya butuh waktu 5 menit, kami telah sampai di apartemenku yang memang lebih cepat ditempuh dengan jalan kaki dari pada naik mobil. Kalau naik mobil, butuh waktu paling cepat 20 hingga 30 menit untuk sampai ke apartemenku. Karena harus jalan memutar yang cukup jauh, ditambah lagi melewati jalur padat dan macet.

“Ayo masuk Mas?” ajakku begitu pintu apartemenku terbuka.

Sesampainya di dalam, Mas Joni memandang takjub seisi ruang apartemenku. Memang sih, sama orang tuaku apartemenku diisi dengan perabotan dan peralatan elektronik yang lengkap. Ada TV yang besar lengkap dengan perlengkapan audio videonya, kulkas, microwave dan serta alat2 masak yang lengkap. Semuanya serba ada di ruangan apartemenku.

“Wow apartemen kamu mewah dan lengkap, Des. Sangat jauh jika dibandingkan dengan tempat kos aku. Di sini semuanya serba ada” kata Mas Joni sambil melihat seluruh isi ruangan apartemenku.

“Duduk dulu Mas. Aku mau ganti baju dulu” kataku sambil mempersilahkan Mas Joni duduk. Sementara itu aku langsung menuju ke kamarku.

Sementara Mas Joni masih mengagumi seisi ruangan apartemenku tersebut, di dalam kamar aku sudah telanjang bulat berbaring di atas tempat tidurku.

“Mas Joni, sini dong Mas?” panggilku dari dalam kamar yang tidak tertutup pintunya tersebut

Terdengar suara langkah kaki Mas Joni melangkah ke arah asal suaraku. Begitu tiba di depan pintu kamarku, mata Mas Joni terbelalak memandang ke dalam kamar, dia melihat tubuh bugilku yang tergolek di atas tempat tidur. Dihampirinya tubuhku tersebut. Aku pun tersenyum.

"Nah ini alat pemanasnya Mas” ujarku sambil mengelus2 bukit nonokku yang tembem dan belum banyak ditumbuhi bulu2 jembut. Lalu sambil kedua tanganku menguakkan bibir nonokku, aku merenggangkan kedua kakiku lebar2 sehingga belahan nonokku makin merekah indah.


POV Joni

Aku berusaha menenangkan perasaan hatiku, biarpun rangsangan birahiku sudah bergejolak di dalam tubuhku. Aku mengakui bahwa Desi memiliki tubuh yang sangat indah. Kulit tubuhnya mulus, susunya yang besar tampak masih kencang dan bukit nonoknya sangat tembem hingga terlihat seperti menonjol.

Karena bibir nonoknya yang merakah tersebut, aku dapat melihat bagian dalam nonok Desi yang merah segar. Sementara di sudut atas di antar kedua bibir nonoknya tampak itilnya menyembul keluar.

Walaupun bibir nonok tersebut telah merekah lebar, namun aku tidak melihat adanya lubang di sana. Itu pertanda liang nonok Desi masih rapat tertutup. Sungguh semua yang ada di tubuh Desi meruapan sesuatu yang sangat indah sekali.

Aku menghampiri Desi dan duduk di tepi tempat tidur di dekat tubuh Desi yang sudah tergolek pasrah menunggu jamahan dari aku.

"Bagus banget alat pemanasnya, Des” ujarku sambil mengelus2 bibir nonok Desi menggantikan tangannya. Aku menghela napas dalam2 menahan gejolak birahiku.

"Boleh dicoba lho Mas. Sekali coba, Desi jamin Mas Joni pasti akan ketagihan” ujar Desi sambil tangannya mengelus2 tonjolan yang ada di selangkanganku yang makin menggembung.

“Atau jangan2 Desi yang akan ketagihan dengan ini" sahut Desi dengan senyum manisnya sambil tangannya terus mengelus tonjolan diselangkanganku. Nampak lesung pipit Desi terlihat saat dia tersenyum yang semakin menambah manis wajahnya.

"Yah sayang banget Des, saya sudah terlanjur janji dengan dengan dosen pembimbingku, jadi gak mungkin nyoba alat pemanasnya sekarang. Soalnya dosen pembimbingku ini sangat sulit ditemui. Mumpung beliau ada waktu, jadi sayang kalau aku batalkan janjiku” jelasku

“Gimana kalu coba alat pemanasnya nanti malam saja?" tawarku karena aku tidak mungkin membatalkan janji dengan dosen pembimbingku karena waktu beliau yang begitu padat sehingga susah untuk bertemu dengannya. Jadi selagi ada kesempatan bertemu dengan beliau harus dimanfaatkan sebaik mungkin.


POV Desi

Mendengar tawaran Mas Joni barusan, aku sangat senang. Walaupun masih harus menunggu sampai nanti malam, namun akhirnya aku akan dapat merasakan kembali sodokan kontol di liang nonokku.

Aku langsung memeluk Mas Joni serta memagut bibirnya. Mendapat serangan tiba2 tersebut, Mas Joni gelagapan juga. Namun kemudian dibalasnya juga pagutan bibirku tersebut.

"Oke Mas, gak apa2. Aku paham kok. Nanti malam Mas Joni boleh coba alat pemanasnya. Tapi sekarang aku akan memberikan bonus kepada Mas Joni" ujarku sambil membuka resleting celana panjang Mas Joni dan kemudian memasukkan tanganku ke dalam CD Mas Joni.

Jari2 tanganku yang lentik dan halus tersebut menggenggam batang kontol Mas Joni. Dan betapa terkejutnya diriku saat menggemgam batang kontol Mas Joni yang ternyata sangat besar dan panjang tersebut.

"Wow. Gila. Kontol Mas Joni besar sekali dan panjang lagi. Aaaaahhh... Maaaaasss... Pasti nikmat sekali rasanya kalau masuk ke liang nonokku" ujarku penuh nafsu dan hatiku bukan main senangnya membayangkan kenikmatan yang akan aku dapatkan dari kontol Mas Joni tersebut nanti malam.

"Aaaaahhh... Deeeeesss... Jangan sekarang Des. Nanti malam saja yaaa... Biar banyak waktu buat kita. Sekarang aku mau balik lagi ke kampus” ujar Mas Joni dengan nada suara yang terputus2 akibat birahinya yang mulai meninggi merasakan lembutnya tanganku yang mengelus2 dan mengurut2 batang kontolnya.

Mendengar penjelasan Mas Joni tersebut akupun melepaskan kontol Mas Joni dari elusan tanganku dan lantas tersenyum padanya.

"Baiklah Mas, saya tunggu nanti malam ya Mas” kataku.


POV Joni

Aku kembali ke kampus dengan perasaan yang tak menentu, meninggalkan Desi yang masih tergolek di tempat tidur. Bayangan kenikmatan ngentoti tubuh Desi nanti malam membayang jelas dipikiranku.

Aku tetap berusaha fokus menyelesaikan satu persatu urusanku hari ini. Setelah semua urusannya selesai waktu sudah menunjukkan pukul 21.30 malam. Karena sudah malam, aku jadi ragu untuk datang ke apartemen Desi. Namun karena sudah terlanjur janji dengan Desi dan juga tuntutan nafsu birahiku yang minta dituntaskan, maka aku memutuskan untuk tetap menemui Desi di apartemennya.

"Masuk Mas. Aku kira Mas tidak jadi datang. Habis, jam segini baru datang" sambut Desi begitu aku muncul di depan pintu apartemennya.

"Sori ya Des. Aku harus selesaikan semua urusanku terlebih dahulu” kataku berusaha menjelaskan ke Desi

“Semula aku juga ragu untuk datang ke sini karena sudah terlalu malam. Tapi aku kan udah janji sama kamu. Dan yang terpenting bagiku, aku mau mencoba alat pemanas yang tadi siang kamu tawarkan padaku" lanjutku.

Segera setelah mengunci pintu, Desi langsung menarik tanganku masuk ke kamar. Tanpa dikomando, kami berdua langsung melucuti pakaian kami masing2 dan begitu kami berdua sudah dalam keadaan telanjang bulat, kami langsung bergumul di atas tempat tidur. Mulut kami saling melumat seiring dengan nafsu birahi yang sudah menggelegak di dalam tubuh kami masing2.

Desi melepaskan bibirnya dari lumatan bibirku. Kini tangannya meraih kontolku. Rasanya tubuhku kayak orang yang disetrum merasakan kontolku yang digenggam jari2 tangan Desi yang lembut dan lentik. Mataku terpejam menikmati kocokan tangan Desi pada kontolku. Aku gak menyangka ternyata dia sangat lihai memainkan kontolku dengan tangannya.

“Enak, mas?” tanya Desi sambil mengurut2 kontolku.

“Uuuuuhhh... enaaak... Deeeeesss... Kamu pinter banget bikin enak kontolku” desahku.

Desi tidak hanya memainkan batang kontolku tetapi kini dia sudah mulai memasukkan kontolku ke dalam mulutnya. Terasa lidah Desi bermain di atas kepala kontolku dan sungguh nikmat rasanya.

“Aaaaahhh... enaaak... sekaaaliii... Ssssshhh... Uuuuuhhh...” suara desahanku.

Aku mencoba mengangkat pantatku agar kontolku lebih dalam masuk mulut Desi. Ternyata dia tahu maksudku, maka dia pun memasukkan kontolku sepanjang yang dia mampu hingga kepala kontolku sampai ke tenggorokannya.

Karena panjangnya batang kontolku maka mulut mungil Desi pun tidak mampu menampung seluruh batang kontolku. Hanya 2/3 batang kontolku saja yang mampu masuk di dalam mulutnya dan terasa sudah mentok, hingga Desi sempat tersendak sesaat.

Aku pun segera berputar lalu merebahkan badan sehingga posisi kami sekarang menjadi 69. Kubiarkan Desi mempermainkan kontolku, sementara aku ciumi paha bagian dalam Desi yang mulus dan putih, sambil meremas2 pantatnya. Terlihat dengan jelas bulu2 jembut Desi yang tidak terlalu lebat di sekitar nonoknya sehingga kontras dengan warna kulitnya yang putih. Indah sekali pemandangan yang ada di depan mataku tersebut. Aku pun mulai menjilati nonok Desi yang wangi tersebut.

“Ooooohhh... Maaaaasss... aku udah gak tahan nih. Aaaaahhh... Maaaaasss...” terdengar suara rintihannya yang lirih.

Sluuuuurp... Sluuuuurp... Sluuuuurp... Desi masih tampak semangat mengulum dan menjilati kontolku. Sementara itu aku pun melanjutkan menjilati celah nonok Desi yang sudah basah oleh lendir birahinya.

Kemudian jilatan lidahku mengarah ke itil Desi yang sebesar biji kacang tanah tersebut dan lalu menjilati itil tersebut dengan sangat bernafsu. Kadang2 aku isap dan aku sedot2 itil Desi kuat2. Desi melepaskan kulumannya pada kontolku, lalu mendesis2 menikmati jilatan dan isapan lidah dan mulutku di itilnya.

“Uuuuuhhh... Aaaaahhh... itilkuuu... terus Mas isap yang kuaaat... Jilat itilkuuu... Maaaaasss... Ssssshhh... Uuuuuhhh... enaaak... Maaaaasss... Aduuuh... enak baaangeeet... Maaaaasss...” desis Desi. Tubuhnya langsung menggelinjang hebat.

Aku terus menjilati celah nonok Desi dan juga itilnya dengan penuh nafsu. Dan Desi pun dengan penuh nafsu pula mengulum kontolku dan menjilati kepala kontolku. Napas kami pun mulai memburu tanda nafsu birahi kami yang semakin meningkat.

“Masukkan sekarang Maaaaasss...!!! Masukkan sekaraaang...!!! Aku gak tahan lagi Ooooohhh... Maaaaasss...” pinta Desi sambil melepaskan kembali kontolku dari mulutnya.

Aku pun bangkit. Kupandangi tubuh Desi yang montok tersebut. Kuperhatikan dari atas sampai bawah tampak sempurna sekali, putih, mulus, bulu jembutnya yang tidak terlalu lebat tersebut semakin menambah keindahan dan keseksian tubuh telanjang Desi. Sementara itu di kedua susunya yang besar dan masih kencang tersebut, tampak pentilnya yang sudah mengeras.

Kemudian aku turunkan kepalaku dan kami pun berciuman kembali, saling mengait lidah di dalam mulut masing2. Setelah beberapa lama beradu bibir, ciumanku pindah ke leher Desi yang jenjang dan belakang telinganya, lalu ke susunya. Aku jilati sekeliling susunya kiri dan kanan bergantian dan aku isap2 kedua pentilnya.

“Aaaaahhh... Aaaaahhh... Maaaaasss...” desahan nikmat keluar dari mulut Desi.

Tubuh Desi menggeliat2 dan bergetar disertai desah napasnya yang menderu. Desi sudah tak kuasa menahan gelombang rangsangan birahinya yang semakin panas menggelora.

“Aaaaahhh... Ssssshhh... Maaaaasss... Cepat masukkin kontol kamuuu...!!! Ayo Maaaaasss... entot aku sekarang. Cepaaattt... saya gak tahan niiih... kontol kamu gede banget. Memekku udah gatel nih ingin rasain konthol mu...!!!” pinta Desi merengek2 memintaku untuk segera memasukkan kontolku ke dalam laing nonoknya. Sepertinya Desi ingin gejolak birahinya yang tertunda dari siang tadi untuk segera tertuntaskan.

Aku pun juga sudah sangat ingin merasakan jepitan liang nonok Desi pada kontolku, maka aku lepaskan isapan mulutku pada susu Desi, kemudian merangkak mengatur posisi. Desi mengangkat kedua kakinya ke atas lalu membuka kedua pahanya lebar2 sehingga tampak belahan bibir nonoknya yang kemerah2an dan dikelilingi bulu2 jembut keriting yang belum begitu lebat itu merekah lebar.

Dadaku berdegub kencang, darahku berdesir2 melihat nonok Desi yang begitu indah dan sudah siap menerima sodokan kontolku tersebut. Tampak nonoknya tersebut sudah sangat basah oleh lendir birahinya. Segera aku pegang kontolku dan membimbingnya ke celah di antara dua bibir dalam nonok Desi, hingga kepala kontolku tepat di atas mulut liang nonoknya.

“Aku masukin sekarang yah, Des?” tanyaku sambil mempersiapkan batang kontolku.

Desi hanya mengangguk lemah.

“Pelan2 ya, Mas. Kontol kamu gede banget soalnya” pinta Desi dengan pandangan matanya yang sayu akibat menahan nafsu birahinya.

Kulebarkan paha Desi, pelan2 kuarahkan kontolku ke liang nonoknya. Karena besarnya batang kontolku dan liang nonok Desi yang masih sempit walaupun sudah tidak perawan lagi, aku agak kesulitan memasukkan kontolku ke dalam liang nonoknya.

Namun karena liang nonok Desi sudah cukup basah oleh lendir pelumas yang keluar dari dalam liang nonoknya tersebut, sehingga semakin menambah licin liang nonoknya, maka batang kontolku pun akhirnya dapat masuk ke dalam liang nonok Desi. Pelan2 kudorong terus pinggulku ke bawah hingga sehingga sedikit demi sedikit kontolku melesak masuk ke dalam liang nonok Desi.

”Ssssshhh... Maaaaasss... Aduuuh... gede banget kontol kamuuu... Maaaaasss... pelan pelaaan...” Desah Desi saat merasakan liang nonoknya yang sedang terisi penuh oleh kontolku.

Setengah kontolku sudah berada di dalam liang nonok Desi. Kubiarkan dulu beberapa saat lamanya untuk memberikan waktu bagi liang nonok Desi beradaptasi dengan besarnya kontolku sambil kuisap2 pentil susunya. Desi pun mulai mendesah2. Pantatnya bergoyang2 dan tubuhnya menggelijang2. Sepertinya Desi sudah mulai bisa menikmati entotan kontolku di liang nonoknya dan kenyotan mulutku di pentilnya.

Dan bleeeeesss... langsung kutancapkan seluruh kontolku di dalam liang nonok Desi, membentur bagian terdalam di liang nonoknya menembus hingga ke dalam rahimnya.

”Aaaaahhh... Maaaaasss...!!! Pelaaan...!!!” teriak Desi.

Luar biasa cengkraman liang nonok Desi. Kontolku serasa diremas2 di dalam sana. Semakin Desi menggoyangkan pinggulnya, semakin keras denyutan yang kurasakan.

"Aaaaahhh... Deeeeesss... Ooooohhh... enak sekali nonok kamuuu... Ooooohhh... Aaaaahhh... Aaaaahhh..." aku pun merintih keenakan.

“Ooooohhh... Maaaaasss... kontoool... kamuuu... Hhhmmmmm... enaaak... seeekaaaliii...” Desi pun juga merintih merasakan kontolku

Aku gerakan pinggulku naik turun memompa liang nonok Desi dengan kontolku. Gerakan naik turun pinggulku makin lama makin kencang dan makin cepat sehingga kontolku pun keluar masuk dengan cepat pula di liang nonok Desi. Tubuh Desi menggeletar hebat menahankan rasa nikmat yang tak terhingga.

"Aaaaahhh... enak baget Maaaaasss... Aaaaahhh... enak Maaaaasss... Ooooohhh... Ssssshhh... Aaaaahhh... enaaak... banget kontol kamuuu... Maaaaasss... Terus Maaaaasss... Ooooohhh... Maaaaasss... enak Maaaaasss... Aaaaahhh... lebih cepat lagiii... Maaaaasss... Aaaaahhh... kontol kamu enak bangeeet... Maaaaasss... Aaaaahhh... Iyaaa... kontoool... kamuuu... enaaak... Ssssshhh... Aaaaahhh..." erang Desi merasakan batang kontolku yang keluar masuk menggesek dinding liang nonoknya. Dia goyangkan pantatnya mengimbangi setiap sodokan kontolku di liang nonoknya.

“Ssssshhh... Aaaaahhh... Deeeeesss... eeenaaak... baaangeeet... nonok kamu Deeeeesss... Hhhmmmmm... Ssssshhh... Aaaaahhh...” erangku sambil mempercepat gerakan keluar masuk kontolku di liang nonok Desi.

“Ayo Mas, sambil diisap pentilku... Ssssshhh... Aaaaahhh... enaaak... Maaaaasss..." Desi kembali mengerang2 sambil memegangi susunya untuk aku isap.

Sambil mengisap2 susu Desi, aku memompa kontolku keluar masuk liang nonok Desi dengan cepat. Akibat nonok Desi yang sudah sangat basah oleh lendir yang terus menerus keluar dari dalam liang nonoknya, kontolku yang besar itu semakin lancar keluar masuk liang nonok Desi. Mata Desi merem melek merasakan kenikmatan tersebut. Mulutnya terus mendesah dan merintih.

"Ooooohhh... Ssssshhh... Aaaaahhh... enak sekali Maaaaasss... Ssssshhh... aduuuuuhh... enak Maaaaasss...” erangan dan rintihan Desi terus terdengar.

Aku semakin gencar menaikturunkan pantatku sehingga kontolku keluar masuk di liang nonok Desi semakin cepat. Desipun tidak tinggal diam. Setiap hujaman kontolku disambutnya dengan goyangan pinggul dan pantatnya.

Goyangan pinggul dan pantat Desi tersebut membuatku tak tahan merasakan kontolku yang bagaikan diremas2 serta dipijit2 di dalam liang nonok Desi yang sangat sempit tersebut. Begitu sempitnya liang nonok Desi tersebut, sehingga menjepit kontolku ketat sekali.

Kali ini aku harus mengaku kalah pada Desi. Liang nonok Desi yang sempit dan empotan nonoknya yang kuat ditambah dengan goyangan pantat Desi yang erotis, membuat pertahananku menjadi goyah

"Aaaaahhh... Ssssshhh... Ooooohhh... nonok kamu enak sekaliii... Deeeeesss... Aku gak tahaaan... aku hampir keluuuaaarrr... Deeeeesss... Aaaaahhh..." erangku sambil memompa kontolku yang besar itu ke dalam liang nonok Desi semakin cepat lagi.

”Ssssshhh... Aaaaahhh... Keluarin di dalam aja Mas, kita keluar sama2. Aku juga mau keluuuaaarrr... Maaaaasss... Aaaaahhh...” ujar Desi.

Aku benar2 sudah tidak dapat mengendalikan diri lagi, pantatku bergerak turun naik dengan cepat dan semakin cepat. Kontolku terasa membesar dan berdenyut2 bersiap menyemprotkan pejuhku di dalam liang nonok Desi.

Sementara itu Desi juga hampir mencapai orgasmenya.

“Ayooo... Maaaaasss... Aku juga mau... Aaaaahhh... kontol kamu enak sekaliii... Aaaaahhh... Maaaaasss... sekarang Maaaaasss... keluarin sekarang Maaaaasss... Aku juga udah gak tahaaan... lagiiiii...” kembali Desi mengerang karena sepertinya dia juga akan mendapatkan orgasmenya.

Desi juga mulai kehilangan kontrol, kedua kakinya dijepitkan melingkari pinggangku dan tangannya mencengkeram keras punggungku. Desi semakin gencar menggoyang dan memutar pantatnya semakin menambah nikmat yang luar biasa pada kontolku yang berada di dalam liang nonoknya. Merasa sudah tidak kuat lagi menahan ejakulasiku, aku sodokan kontolku kuat2 ke dalam liang nonok Desi.

“Aku gak kuat Deeeeesss... Aaaaahhh...!!! Aku keluuuaaarrr...!!!” teriakku.

Seketika tubuhku menjadi tegang dan kaku. Kedua tanganku memeluk tubuh Desi dengan sangat erat. Crooooottt... Crooooottt... Crooooottt... Crooooottt... Crooooottt... Kontolku berkedut2 menyemprotkan banyak sekali pejuhku yang kental dan hangat di dalam liang nonok Desi.

Saat kontolku berkedut2 menyemprotkan pejuhku di dalam liang nonoknya, tubuh Desi pun kejang2 dan kaku. Cengkeraman tangan Desi pada pantatku semakin kuat, sehingga pantatku menekan kuat membuat pangkal kontolku menempel erat di bukit nonoknya. Akhirnya Desi pun mendapatkan orgasmenya.

”Aaaaahhh... Maaaaasss... akuuu... jugaaa... keluar!!! Aaaaahhh...!!!” jerit Desi.

Seeeeerrr... Seeeeerrr... Seeeeerrr... Cairan orgasme Desi keluar dari dalam liang nonoknya. Terasa sekali olehku cairan hangat itu mengguyur dan semakin membasahi batang kontolku.

Kami berpelukan lama sekali sementara kontolku masih tertanam dengan kuat di dalam liang nonok Desi. Aku betul2 meresapi sisa2 kenikmatan persetubuhan yang nikmat ini.

Tubuh kami kemudian melemah tak berdaya. Aku gulirkan tubuhku ke samping tubuh Desi. Saat batang kontolku terlepas dari liang nonok Desi, penjuhku meleleh keluar dari dalam liang nonok Desi. Banyak banget.

Setelah kami berdua menikmati puncak kenikmatan yang barusan kami rasakan, perlahan2 aku bangkit dari posisi tidurku. Tak bosan2nya aku memandangi tubuh Desi, seorang mahasiswi berwajah cantik. Sekujur tubuhnya begitu mulus tiada cacat sedikitpun. Kulitnya putih bersih. Dibagian dadanya menggantung sepasang susu yang besar, bulat dan masih kencang, pentilnya yang berwarna merah muda mencuat ke atas. Sementara itu tepat di tengah selangkangannya, bukit nonoknya yang tembem terlihat menonjol, dihiasi bulu2 jembut yang tidak terlalu lebat. Pada bagian tengah bukit nonoknya tersebut tampak seperti ada garis memanjang dari atas ke bawah yang membelah bukit tersebut. Belahan tersebut tampak masih rapat.

Keindahan tubuh Desi tersebut, membuat birahiku bergejolak kembali. Memacu aliran darahku jadi semakin kencang. Dan kontolku yang besar dan panjang itu pun semakin menegang dan keras kembali.

===000===


POV Desi

Aku tersenyum memperhatikan Mas Joni yang sedang asyik memandangi tubuhku.

“Mas, jangan pandangi tubuhku seperti itu? Aku jadi malu" kataku, wajahku merona menahan malu saat tubuhku dipandangi Mas Joni seperti itu.

"Aku kagum dengan keindahan tubuhmu, Des" jawab Mas Joni.

"Malam ini semuanya ini milik kamu, Mas" balasku sambil merentangkan tanganku. Mas Joni pun menyambuknya dan memeluk erat tubuhku.

Mas Joni kemudian melumat bibirku. Lalu perlahan ciumannya turun ke bawah. Kedua susu besarku itu dijilati dengan lidahnya, sehingga pentil susuku yang mencuat ke atas itu menjadi semakin keras.

Aku mendesah dan meringis merasa geli dan nikmat. Birahiku semakin menggelegak manakala mulut Mas Joni mengisap2 susuku dan ujung lidahnya menggelitik pentilku.

"Aduuuuuhhh... Maaaaasss... geliii... Aaaaahhh..." Aku mendesah2 dan tubuhku menggelinjang2.

Puas bermain di kedua susuku, ciuman Mas Joni merambat turun sampai di perutku, dijilatinya sebentar pusarku yang agak menonjol tersebut dengan lidahnya. Kemudian jilatan lidah Mas Joni berhenti tepat di atas bukit nonokku. Ketika Mas Joni hendak menjilati daerah bukit nonokku tersebut, aku mengangkat kedua kakiku ke atas lalu membentangkan kedua pahaku dengan lebar2. Sehingga kini bukit nonokku merekah.

Dengan penuh nafsu, Mas Joni langsung menjilati celah di antar dua bibir nonokku yang terbelah tersebut. Setiap bagian yang ada di nonokku tidak luput dari jilatan lidah Mas Joni. Hingga akhirnya jilatan lidah Mas Joni sampai di itilku. Mas Joni tidak hanya menjilati itilku tersebut, namun dia terkadang mengulum itilku tersebut dengan mulutnya sambil diisap2.

"Ssssshhh... Aaaaahhh... Enaaak... sekaaaliii... Maaaaasss... Iya itilku isap yang kuuuaaat... Uuuuuhhh... Maaaaasss... terus isap itilkuuu... Ssssshhh... Ooooohhh... Maaaaasss... teruuus... Aaaaahhh... enak sekaaaliii... Maaaaasss...” Aku merintih dengan hebat saat itilku diisap2 dan dijilati oleh mulut dan lidah Mas Joni.

Sambil terus menjilat, mengulum dan mengisap itilku, Mas Joni memasukkan jari tengahnya ke dalam liang nonokku kemudian jari tersebut diputar2 di dalam liang nonokku tepat di belakang itilku. Begitu bagian itu tersentuh, pantatku terangkat. Insting Mas Joni dalam menemukan titik G-Spotku pun berhasil. Perpaduan aksi yang dilakukan Mas Joni pada nonokku tersebut, membuatku merasa akan segera mencapai orgasmenya.

"Ooooohhh... Ssssshhh... Aaaaahhh... teruuus... Maaaaasss... Aaaaahhh... tekan di situ Maaaaasss... aduuuuuhhh... enak sekaaaliii... isap itilkuuu... Ssssshhh... Ooooohhh... terus isap itilkuuu... Maaaaasss...” erangku. Mas Joni semakin semakin kuat menekan dan memutar2 jarinya di titik G-Spotku sementara mulutnya dengan kuat mengisap2 itilku.

“Aaaaahhh... Maaaaasss... Aku gak kuuuaaat... Maaaaasss... Aaaaahhh...” rintihku sambil mengangkat pantatku dan menggesek2an belahan nonokku di mulut Mas Joni. Dia memegangi pantatku agar gerakan pantaku tidak semakin liar sehingga mulutnya dapat terus menempel di belahan nonokku.

Sementara jari tengah tangan kanan Mas Joni merojok2 liang nonokku, tangan kirinya meremas2 kedua susuku dan memilin2 pentilnya secara bergantian.

“Ooooohhh... Maaaaasss... aduuuuuhhh... enaaak... Ssssshhh... akuuu... Aaaaahhh... maaauuu... keluuuaaaaaar...!!!” teriakku semakin kencang merasakan nikmatnya rangsangan yang sedang diberikan oleh Mas Joni pada semua titik sensitif di nonokku. Aku harus mengakui kepiawaian permainan mulut, lidah dan tangan Mas Joni pada nonokku, hingga akhinya aku pun mendapatkan orgasmeku yang kedua kalinya lewat mulut dan tangannya tersebut.

“Maaaaasss... akuuu... keeeluuuaaaaarrr...!!! Maaaaasss...!!! Ssssshhh... Aaaaahhh...!!!” Aku berteriak histeris.

Seeeeerrr... Seeeeerrr... Seeeeeeeeerrr... Laing nonokku pun menyemburkan cairan orgasmeku. Dengan penuh semangat Mas Joni pun menjilati dan menyedot cairan yang keluar dari liang nonokku tersebut hingga tidak ada lagi cairan yang tersisa. Semua cairan yang keluar dia sedot masuk ke dalam mulutnya.

Saat liang nonokku menyemburkan cairan orgasmeku tersebut, saat itu pula liang nonokku berkedut2 dengan kuat dan menjepit erat jari tangan Mas Joni. Begitu kuatnya empotan liang nonokku tersebut, hingga terasa memijit2 jari Mas Joni yang ada di dalam liang nonokku.

“Oh Mas, nikmat banget rasanya” kataku lirih dengan tubuh lunglai dan lemas.

Mas Joni mencabut jarinya dari liang nonokku. Untuk sementara dibiarkannya aku menikmati sisa2 orgasmeku. Dengan lembut dikecupnya keningku sambil dibelai2 rambutku dengan penuh perasaan. Membuatku semakin terhanyut dalam buaian kenikmatan. Dan baru kali ini aku merasakannya dari Mas Joni apa yang sebelumnya tidak pernah aku rasakan dari pacarku.

Setelah cukup beristirahat kemudian aku pun bangkit dari posisi tidurku.

"Sekarang gantian aku yang menservice kamu, Mas. Setelah tadi liang nonokku yang merasakan kontol kamu, sekarang aku ingin merasakan kontol kamu yang besar itu di mulutku. Aku ingin mengoral kontol kamu, Mas” Kataku sambil mendorong perlahan tubuh Mas Joni hingga terlentang di atas tempat tidur.

Kemudian mulutku mulai menjilati dada Mas Joni termasuk pentilnya, kemudian turun ke perutnya, terus turun ke bawah mendekati pusar dan pangkal pahanya. Dengan lincah mulutku menjilati bagian2 tersebut.

"Sekarang aku isap kontol kamu ya Mas?!" kataku sambil menurunkan kepalaku dan memasukkan kontol Mas Joni ke mulutku. Kontol Mas Joni pun mulai kujilati, kukocok2 lembut dan sesekali kuremas2 kedua biji pelirnya.

"Ooooohhh... Ssssshhh... nikmaaat... baaangeeet... Deeeeesss... Aaaaahhh..." erang Mas Joni.

Aku jilati kepala kontol Mas Joni, kuisap sambil terus kukocok2. Sesekali kumasukkan sedalam mungkin ke dalam mulutku sambil kukenyot2.

"Sssshhh... aaaaaahhhh... enak banget Des" teriak Mas Joni keenakan sambil tangannya memegangi kepalaku.

Aku mulai menaikturunkan kepalaku dengan cepat sehingga kontol Mas Joni keluar masuk dengan cepat di dalam mulutku. Mas Joni menggoyang2kan pantatnya.

“Aaaaahhh... luar biasa nikmatnya Deeeeesss...!!!” Mas Joni terus merintih2.

Aku masukkan kembali kontol Mas Joni sedalam mungkin di dalam mulutku hingga kepala kontolnya menyentuh langit2 mulutku dan terkadang menyentuh ujung kerongkonganku. Tangan Mas Joni mencengkerang erat2 kepalaku.

“Hhhmmmmm... Hhhmmmmm...” suara yang keluar dari mulutku sambil menepuk2 tangan Mas Joni.

Begitu Mas Joni melonggarkan cengkraman tangannya. Aku pun langsung melepaskan kontol Mas Joni dari mulutku.

"Uhuuuk...!!! Uhuuuk...!!! Uhuuuk...!!!” Aku tersedak.

"Aduuuh... sori Des” kata Mas Joni sambil membelai rambutku.

Aku tersenyum dan langsung mengisap kontol Mas Joni lagi. Pertama2 pelan lalu semakin lama semakin bertambah cepat. Diselingi dengan kecupan, jilatan dan kocokan tanganku.

Aku begitu bernafsu sekali melahap kontol Mas Joni di dalam mulutku. Kepalaku bergoyang ke kiri, ke kanan dan naik turun berulang kali sambil tanganku terus mengocok dan memutar batang kontol Mas Joni.

Mas Joni semakain tidak tahan dengan isapan dan kocokanku di kontolnya. Nikmatnya isapan dan kocokanku membuat Mas Joni akan mengalami ejakulasinya. Separo lebih batang kontol Mas Joni berada di dalam mulutku. Aku sedot2 dan aku jilati kepala kontolnya.

"Uuuuuhhh... Deeeeesss... aku mau keluaaaaarrr...!!!" jerit Mas Joni. Badannya mulai menegang.

Aku terus mengisap2 kontol Mas Joni sambil terus mengurut2 dan mengocok2 batang kontolnya yang semakin menegang keras. Isapanku semakin kuat dan kocokanku pun semakain cepat. Hingga akhirnya...

“Aaaaaaaaahhhhh... akuuu... keluaaaaarrr...!!!" teriak Mas Joni.

Crooooottt... Crooooottt... Crooooottt... Crooooottt... Crooooottt... pejuh Mas Joni muncrat di dalam mulutku banyak sekali. Semua pejuh Mas Joni yang keluar, aku telan semuanya hingga tidak ada lagi pejuh yang tersisa. Lalu aku bersihkan mulutku dari sisa2 pejuh Mas Joni yang belepotan di bibirku.

Mas Joni duduk di sebelahku dan mencium pipiku.

"Makasih Des. Enak banget sepongan kamu. Sama enaknya dengan empotan nonok kamu" puji Mas Joni sambil mencium pipiku kembali.

"Ya udah, Mas Joni istirahat aja dulu. Aku mau ambil minum. Mas Joni mau minum apa?" Tanyaku sambil berjalan menuju lemari es.

"Air mineral aja, Des” jawab Mas Joni.

Aku ambil dua botol air mineral dari lemari es. Satu untukku dan satu lagi aku berikan pada Mas Joni. Kemudian kami pun sama2 meminum air mineral tersebut.

"Habis dua kali ngecrotin pejuh sebanyak itu, cape ya Mas?" tanyaku sambil tanganku mengelus2 kontol Mas Joni. Mas Joni tersenyum sambil memandangku.

"Kenapa? Ingin dientot lagi? 2 atau 3 ronde lagi sih masih kuat kok” kata Mas Joni. Luar biasa stamina Mas Joni. Bisa2 aku besok gak bisa jalan. Nonokku pasti ngilu kalau malam ini terus2an digempur habis2an dengan kontol segede punya Mas Joni tersebut. Karena kontol Mas Joni terus menerus dielus2 sama tanganku, kontol itu pun mulai semakin bertambah tegang dan keras kembali.

"Dah ngaceng lagi tuh, Mas. Dah siap masuk nonok aku lagi nih?" godaku. Aku simpan botol air mineralku dan botol air mineral punya Mas Joni di meja rias yang ada di dekat tempat tidurku. Kemudian aku duduk di pinggir tempat tidur, di samping Mas Joni.


Bersambung...
 
Terakhir diubah:

POV Joni

Aku peluk pinggang Desi sambil menciumi lehernya.

"Ssssshhh... Aaaaahhh..." Desi pun mendesis saat aku meraba susunya dan meremasnya pelan.

Aku menelentangkan tubuh Desi di tempat tidur sambil melumat bibirnya. Desi pun membalas ciumku dengan penuh nafsu. Kontolku dielus2 dan dikocok2nya lagi, sampai benar2 keras sekali.

Aku terus meremas kedua susu Desi dan mulai menjilati lehernya lalu turun dan terus turun mencium belahan dadanya sambil tanganku menggosok2 belahan nonoknya.

Kemudian aku jilati belakang telinga Desi sambil tangan kananku meremas2 susu Desi kembali sementara tangan kiriku terus menggosok2 selangkangan Desi.

"Masukin kontol kamu dong Mas!!! Ssssshhh... Aku udah gak tahan pingin dientot lagi sama kamu" pinta Desi.

Namun aku belum memenuhi permintaan Desi tersebut. Aku masih terus saja melakukan aktivitasku.

"Mas jahil ah" protes Desi manja lalu mencium bibirku dengan ganasnya sambil mengurut2 dan mengocok2 kontolku.

Tiba2 aku ingin merasakan kembali nikmatnya isapan mulut Desi pada kontolku.

"Isap Des. Aku pingin kamu isap lagi kontolku" pintaku sambil menarik pelan kepala Desi mendekatkan ke kontolku.

Tangan Desi terus mengocok kontolku, sementara mulut dan lidahnya mulai menghisap dan menjilati kontolku. Kemudian Desi memutar posisinya sehingga kini belahan nonoknya tepat di depan mulutku dan dia dorong pantatnya ke bawah sehingga belahan nonoknya menempel di mulutku.

"Jilat nonokku, Mas!!!” pinta Desi

“Ssssshhh... Aduuuuuhhh... Aaaaahhh..." Desi mendesah merasakan nikmat saat aku mulai menjilati itilnya. Aku terus menjilati nonok Desi dan memasukan lidahku dalam2 di liang nonoknya.

"Teeeruuus... Maaaaasss... yang daleeem... Ssssshhh... Uuuuuhhh... nikmat bangeeet... Maaaaasss...!!!" jerit Desi sambil terus menggesek2kan belahan nonoknya di mulutku. Aku pun terus mengisap2 dan menjilati nonok Desi.

“Hhhmmmmm... enak banget nonok kamu, Des. Hhhmmmmm...” desisku.

"Ssssshhh... Ooooohhh... Maaaaasss... jilat teruuus nonokku Maaaaasss... sedot itilkuuu... enak Maaaaasss..." Desi kembali mengerang. Tubuhnya bergetar dan menggelinjang menikmati jilatan2 lidahku di nonoknya dan aku isap2 itilnya yang sudah semakin membengkak.

“Aaaaahhh... Maaaaasss... buruan masukin kontol kamu Maaaaasss... buruan entot liang nonokku dengan kontol kamuuu... Ooooohhh... Maaaaasss... buruan Maaaaasss...!!!” pinta Desi agar aku segera ngentoti liang nonoknya kembali dengan kontolku.

Aku pun sudah tidak tahan lagi untuk segera ngentoti nonok Desi, maka segera aku telentangkan tubuhnya. Tak bosan2nya aku pandangi tubuh telanjang Desi. Kedua susunya yang besar menyembul kencang dihiasi dengan sepasang pentil berwarna pink. Jembutnya yang tidak terlalu lebat itu mengitari nonoknya yang juga berwarna pink dan tembem, yang sudah siap menjepit kontolku saat aku mencoblosnya.

Aku merangkak di atas tubuh Desi yang sudah telentang pasrah. Aku gesek2an kepala kontolku di belahan nonok Desi. Dan sesekali aku gesek2kan kepala kontolku tersebut di itil Desi. Nafsu Desi semakin menggelora.

"Masukin Mas!!! Uuuuuhhh... buruan tusuk liang nonokku dengan kontol kamu!!!" perintah Desi untuk yang kesekian kalinya agar aku memasukkan kontolku ke dalam liang nonoknya.

Mendengar permintaan Desi tersebut, aku segera membalikkan tubuh Desi sehingga dia tengkurap. Kakinya aku renggangkan. Desi mengangkat sedikit pantatnya sehingga tampaklah belahan nonoknya yang sudah merekah basah mengundang kontolku untuk segera memasuki liang hangat yang ada di dalam sana.

Tangan Desi membimbing kontolku ke nonoknya. Dan bleeeeesss... dengan susah payah aku menusukkan kontolku ke dalam liang nonok Desi dari belakang. Dalam posisi tersebut, terasa sekali ketatnya jepitan liang nonok Desi. Apalagi kontol segede punyaku yang berusaha memasukinya. Namun dengan semakin basahnya liang nonok Desi membuat liang nonoknya menjadi licin sehingga kepala kontolku pun dapat melesak masuk ke dalam liang nonoknya.

"Aaaaahhh... Maaaaasss... enaaak... baaangeeet" desah Desi

"Kontol kamu terasa banget ngeganjel di liang nonokku, kontol kamu gede banget. Tekan terus Maaaaasss... mentokin kontol kamuuu... di dalam nonokkuuu... Uuuuuhhh... Maaaaasss... enak banget Aaaaahhh..." lanjut Desi yang terus mendesah merasakan betapa besar dan panjangnya batang kontolku menyodok liang nonoknya. Urat2 kontolku terasa sekali menggesek dinding liang nonok Desi yang semakin sempit dengan posisi seperti itu.

Bleeeeeeeeesssss... Aku tekan terus pantatku hingga seluruh kontolku masuk di dalam liang nonok Desi, mentok menembus masuk ke dalam rahim Desi.

”Ssssshhh... Uuuuuhhh... nikmat banget nonok kamuuu... Deeeeesss... Aaaaahhh...” erangku saat merasakan nikmatnya kedutan di liang nonoknya yang menjepit erat kontolku tersebut.

Kemudian aku mulai memompa liang nonok Desi dengan kontolku. Gerakan naik turun pantatku semakin cepat. Karena nafsu Desi yang sudah begitu tinggi akibat foreplay yang aku lakukan di semua titik sensitifnya, Desi pun merasakan sudah akan mendapatkan orgasmenya kembali. Denyutan2 liang nonok Desi pun semakin kuat. Tubuhnya mengelinjang2. Menyadari hal tersebut, aku memompa kontolku keluar masuk liang nonok Desi dengan semakin cepat dan hentakan pantatku pun semakin kuat.

"Teruuus... Maaaaasss... genjot lebih cepat laaagiii... Maaaaasss... Ssssshhh... Aaaaahhh... sodok yang kuuuaaat... Maaaaasss... Nikmat banget kontol gede kaaamuuu... Maaaaasss... Aaaaahhh... akuuu... gak kuat laaagiii... Maaaaasss... Akuuu... keeeluuuaaar...!!! Aaaaahhh...!!!" jerit Desi, badannya bergetar menegang merasakan begitu nikmatnya orgasme yang diraihnya.

Seeeeerrr... Seeeeerrr... Seeeeerrr... Liang nonok Desi kembali menyemburkan cairan orgasmenya, hangat membasahi kontolku. Aku mendiamkan sejenak kontolku di liang nonok Desi untuk memberi kesempatan bagi Desi menikmati orgasmenya.

Setelah kurasa cukup, aku mulai menggenjot liang nonok Desi kembali. Irama genjotan kontolku makin lama makin cepat. Beberapa lama kemudian dengan kontol yang masih menancap di liang nonok Desi, aku mengangkat pantat Desi agak ke atas sehingga kini posisinya menjadi nungging. Setelah mengatur posisi yang tepat, sambil memegangi kedua pantat Desi, aku kembali menyodokkan kontolku ke dalam liang nonok Desi dengan kuat dan batang kontolku langsung amblas semuanya di liang nonok Desi.

“Uuuuuhhh... Deeeeesss... Nikmat sekali nonok kamuuu... Aaaaahhh...” erangku sambil kembali mengenjotkan kontolku keluar masuk liang nonok Desi dari belakang pantat Desi dengan keras. Berulang kali aku sodokkan kontolku dengan kuat hingga mentok di liang nonok Desi.

“Aaaaahhh... Maaaaasss... kontol kaaamuuu... mentok Maaaaasss... enak sekaliii... kontol kamuuu... Ooooohhh... Maaaaasss... teruuus... genjot lagi Maaaaasss... lebih cepat laaagiii... Aaaaahhh... nikmaaat... Maaaaasss...” Desi pun merintih dan mengerang merasakan sodokan2 kuat kontolku hingga mentok di dasar liang nonoknya menembus masuk ke dalam rahimnya.

Setiap sodokan kuat yang aku lakukan langsung disambut dengan denyutan2 kuat dinding liang nonok Desi. Sungguh nikmat sekali rasanya membuat kontolku serasa diremas2 dan dipijit di dalam liang nonok Desi. Hal tersebut semakin membuatku tidak dapat menahan ejakulasinya lebih lama lagi.

"Deeeeesss... Ssssshhh... Ooooohhh... akuuu... mauuu... keluuuaaaar...!!!" jeritku.

"Iyaaa... Maaaaasss... Aduuuh... bareng Maaaaasss... Akuuu... juga mauuu... keluuuaaar...!!!" jerit Desi.

Pantat Desi menyodok2 pangkal kontolku sambil dia putar2. Gerakan tersebut semakin membuatku merasakan kenikmatan yang luar biasa. Kontolku serasa disedot2 dan dipijit di dalam liang nonok Desi.

Merasakan nikmat yang luar biasa, aku hentakkan pantatku ke depan maka kontolku menyodok dengan keras liang nonok Desi. Sambil menekan pantatku kuat2 ke depan, aku mengocek batang kontolku yang sudah amblas seluruhnya di dalam liang nonok Desi. Seketika itu Desi pun menjerit panjang.

“Aaaaaaaaahhhhh... Aku keluuuaaaaarrr...!!!” jerit Desi.

Seeeeerrr... Seeeeerrr... Seeeeerrr... cairan orgasme Desi kembali menyembur di dalam liang nonoknya.

Sementara itu, merasa aliran pejuhku yang sudah mendekati ujung kepala kontolku, tanpa memberikan waktu bagi Desi untuk menikmati orgasmenya, aku mempercepat genjotan kontolku sambil merasakan empotan liang nonok Desi yang semakin kuat. Dan akhirnya...

"Ssssshhh... Deeeeesss... akuuu... jugaaa... keluuuaaaaarrr...!!!" jeritku.

Crooooottt... Crooooottt... Crooooottt... Crooooottt... Crooooottt... pejuhku pun kembali muncrat memenuhi liang nonok Desi masuk ke dalam rahimnya.

Tubuh Desi jatuh menelungkup di atas tempat tidurnya dan aku pun menindihnya sambil memeluk erat tubuhnya. Beberapa saat kemudian aku menggulingkan tubuhku ke samping tubuh Desi hingga kontolku tercabut dari liang nonoknya. Aku telentang. Desi pun membalikkan tubuhnya hingga posisinya juga telentang. Setelah Susi, kini sekali lagi aku ngentotin cewek yang begitu liar seperti ini. Namun aku merasakan kenikmatan yang luar biasa ngentot dengan Desi. Tak lama kemudian akui dan Desi pun tertidur tanpa sempat membersihkan tubuh kami masing2.

===000===


POV Desi

Dengan masih setengah ngantuk, aku berusaha mambuka mataku setelah merasakan ada yang mengelus2 bukit nonokku. Melihat Mas Joni yang sedang mengelus2 nonokku, aku pun tersenyum.

Sepertinya Mas Joni masih belum puas ngentoti nonokku yang masih sempit dan ditambah dengan empotan nonokku yang kata Mas Joni luar biasa nikmatnya tersebut.

“Sori Des, sebenarnya udah dari aku kepingin ngentoti kamu, namun melihat kamu yang masih nyenyak tidur, aku gak tega ngebangunin kamu sehingga aku hanya mengelus2 nonok kamu. Sekali lagi sori kalau akhirnya kamu terbangun” jelas Mas Joni.

Mendengar penjelasan Mas Joni tersebut, aku jadi kasihan juga sama Mas Joni. Tapi aku salut sama Mas Joni. Walaupun dia sudah nafsu banget ingin ngentoti diriku, namun melihatku yang tertidur pulas, dia masih mau menunggu sampai aku bangun. Karena aku pun juga ingin merasakan kembali nikmatnya kontol Mas Joni keluar masuk liang nonokku, aku pun mengajaknya untuk ngentot kembali di pagi buta ini.

“Mas Joni mau ngentot lagi? Yuk Mas, kita ngentot lagi” ajakku pada Mas Joni untuk ngentot lagi.

Begitu mendengar ajakanku tersebut, Mas Joni langsung memelukku dan mencium bibirku. Aku pun membalas pelukan Mas Joni. Kontolnya mulai kuremas2 sehingga terasa kembali semakin tegang dan mengeras. Sambil tetap berciuman, kontol Mas Joni terus kuremas2 sampai menjadi benar2 keras sekali siap untuk nyodok liang nonokku kembali. Kemudian Mas Joni memintaku untuk mengemut kontolnya.

“Isap lagi kontolku, Des?” pinta Mas Joni.

Perlahan2 aku yang sudah mulai sange tersebut langsung berjongkok merunduk menghadap kontol Mas Joni. Saat telapak tanganku menggenggam batang kontol Mas Joni tersebut, dia pun menyeringai menahan nikmat merasakan batang kontolnya kuremas2. Kemudian tanganku mulai mengocok dengan lembut batang kontol Mas Joni ke atas dan ke bawah. Mata Mas Joni merem melek terpejam2.

Kemudian lidahku mulai menyentuh bagian kepala kontol Mas Joni sehingga tak ayal membuatnya blingsatan tak karuan. Sentuhan lembut lidahku yang mengulas2 kepala kontol Mas Joni membuat Mas Joni menggeliat2 menahan rangsangan yang begitu hebat.

"Kontol Mas Joni besar sekali, jauh lebih besar dan lebih panjang dari kontol cowokku, Mas” kataku lirih.

Sluuuuurp... Sluuuuurp... Sluuuuurp... aku masih terus menjilati kepala kontol Mas Joni.

“Aaaaahhh... teruuus... Deeeeesss... enaaak... Deeeeesss... ssss Ooooohhh...” erang Mas Joni membuatku semakin bernafsu.

“Wow, keras sekali Mas” bisikku gemas lalu menggelomoh kontol Mas Joni di dalam mulutku.

"Deeeeesss... Ooooohhh... enaaak... Deeeeesss... Ssssshhh... Aaaaahhh... enaaaak... Deeeeesss..." Mas Joni mengerang sambil menggelinjang2 menahan nikmatnya kuluman mulutku pada kontolnya.

Sejenak kulepas kuluman kontol Mas Joni dari mulutku. Aku pandangi wajah Mas Joni sambil tersenyum. Kobaran birahiku semakin membakar nafsuku. Dengan penuh nafsu kepala kontol Mas Joni kembali kujilati sehingga kepala kontol tersebut semakin basah berkilat karena ludahku. Melihat kontol Mas Joni yang berdenyut2, tegak berdiri semakin keras, dalam genggamanku, nafsuku pun semakin meninggi, lalu lidahku mulai turun mengulas2 seluruh batang kontol Mas Joni.

“Aaauuuuuhhh... Ssssshhh... Aaaaahhh... teruuus... Deeeeesss... enaaaaak... Ssssshhh... Ooooohhh... enaaak... Deeeeesss...” Mas Joni mendesah2 merasakan kenikmatan pada kontolnya.

Sluuuuurp... Sluuuuurp... Sluuuuurp... terdengar bunyi kuluman mulutku pada kontol Mas Joni. Sesekali aku memasukkan batang kontol Mas Joni sedalam mungkin di dalam mulutku sambil menyedot2nya. Tidak hanya kepala dan batang kontol Mas Joni, aku pun dengan telaten menjilati dan mengulum2 kedua biji pelir Mas Joni. Tak ketinggalan daerah antara anus dan pangkal kontol Mas Joni pun aku jilati. Bahkan tanpa rasa jijik aku pun mulai menjilati anus Mas Joni.

“Aaaaahhh... Deeeeesss... Gila enak... bangeeeeettt... Ooooohhh... Ssssshhh... Hhhmmmmm... enaaak... bangeeet... Deeeesss...” rintih Mas Joni semakin menjadi menikmati permainan lidahku pada anusnya.

“Iyaaa... jilat terus di situuu... Deeeeesss... enaaak... bangeeet... Baru kali ini anusku dijilatiii... Aaaaahhh... Deeeeesss... enaaaaakkk... Deeeeesss...” Mas Joni kembali mengerang merasakan sensasi betapa nikmatnya saat anusnya kujilati. Dan ternyata akulah orang pertama yang memberikan sensasi kenikmatan tersebut.

Kemudian Mas Joni menarikku untuk bangkit. Lalu jari jemari tangan Mas Joni mulai mengelus dan mengusap2 lembut mulai dari perutku naik lagi tepat di bawah susuku dan terus naik menuju kedua bongkah susuku yang kenyal dan montok tersebut. Aku pun merintih dan menggelinjang antara geli dan nikmat.

“Aaaaaaaaahhhhh... Maaaaasss... geliiii... Ssssshhh... Ooooohhh..." rintihku lirih.

Beberapa saat kemudian Mas Joni mempermainkan kedua pentil susuku dengan jempol dan ujung jeri telunjuknya. Aku menggelinjang lagi, saat Mas Joni memilin2 pentil susuku dengan lembut.

”Aaaaahhh... Maaaaasss...” Aku kembali mendesah. Secara bersamaan akhirnya Mas Joni meremas2 gemas kedua susuku dengan penuh nafsu.

“Aow, Mas. Pelan2. Nafsu banget sih” protesku.

“Habis susu kamu besar banget. Pentilnya bikin aku gemes” ujar Mas Joni.

Kemudian Mas Joni melembutkan remasan kedua tangannya di kedua susuku. Sesekali dia pelintir2 dan dia pilin2 pentilnya.

“Ssssshhh... Aaaaahhh... Maaaaasss... Uuuuuhhh...” Kali ini aku mengerang merasakan nikmatnya remasan tangan Mas Joni di kedua susuku. Tubuhku menggelinjang2. Kedua tanganku memegangi kain sprei dengan kuat.

Tak puas hanya meremas, Mas Joni pun mulai menjilati kedua susuku secara bergantian. Mas Joni menjilati seluruh permukaan susuku sampai basah, mulai dari susu yang kiri lalu berpindah ke susu yang kanan. Mas Joni menyedot2 kedua pentilku secara bergantian sambil meremas2 bongkahan susu. Mas Joni tak peduli dengan jeritan suaraku dan geliat tubuhku yang ke sana ke sini. Sesekali aku memegang dan meremasi rambut Mas Joni, saat dia mencengkeram dan meremas2 kedua susuku bergantian sambil mengisap2 pentilku. Lidah Mas Joni menjilati pentilku saat dia isap pentilku di dalam mulutnya.

"Maaaaasss... Ssssshhh... Aooowww...!!!" Aku hanya bisa mendesis, mengerang dan memekik saat gigi Mas Joni menggigit pentilku dengan gemas, hingga tak heran kalau di beberapa tempat di kedua bulatan susuku nampak berwarna kemerahan bekas isapan dan garis2 kecil bekas gigitan Mas Joni.

Setelah cukup lama Mas Joni mengerjai susuku, mulut dan lidahnya mulai merayap turun ke bagian bawah tubuhku. Llidah Mas Joni bermain di atas pusarku, aku pun mendesah kecil saat Mas Joni mengecup dan memjilati seluruh perutku. Kemudian jilatan Mas Joni semakin turun dan saat tiba di selangkanganku, Mas Joni membetulkan posisinya hingga tepat berada di atas selangkanganku.

Mas Joni membuka ke dua belah pahaku lebar2. Saat itu aku sudah sangat terangsang sekali. Kedua tanganku masih tetap memegangi kain sprei. Sejenak Mas Joni memandangi nonokku yang ditumbuhi jembut yang tidak begitu lebat tersebut. Bukit nonokku kelihatan gemuk dan padat berwarna coklat gelap. Bibir luar nonokku sudah begitu merekah basah sehingga tampak bibir dalam nonokku yang memerah mengkilat berlumuran lendir birahiku. Di antara kedau bibir dalam nonokku tersebut, mengintip liang nonokku yang sudah tidak sabar ingin melahap batang kontol Mas Joni yang sungguh luar biasa itu.

Selanjutnya Mas Joni langsung menyosor menekan nonokku, hidung Mas Joni menyelip di antara kedua bibir luar nonokku. Bibir Mas Joni mengecup bagian bawah bibir luar nonokku dengan bernafsu, sementara tangannya merayap ke balik pahaku dan meremas2 pantatku yang bulat dan besar tersebut dengan gemas.

“Aaaaaaaaahhhhh...” Aku hanya mampu mengerang panjang saat Mas Joni mulai mencumbui bibir luar nonokku yang tebal itu secara bergantian. Puas mengecup dan mengulum bibir bagian atas, Mas Joni mengecup dan mengulum bibir nonokku bagian bawah.

“Aaaooooowww... Aaaooooowww...!!!!” Aku kembali menjerit karena keenakan. Tubuhku menggeliat hebat dan terkadang meregang kencang. Beberapa kali kedua pahaku menjepit kepala Mas Joni yang tengah asyik mencumbui bibir nonokku.

Joni memegangi kedua belah pantatku agar tidak terlalu banyak bergerak. Aku meremasi rambut Mas Joni. Kadang pantatku kunaikkan sambil mengejan nikmat atau kadang kugoyang2kan memutar seirama dengan jilatan lidah Mas Joni pada seluruh permukaan bagian dalam nonokku.

”Aaaaahhh... Maaaaasss... nikmaaat...!!!” sekali lagi aku menjerit menahan kenikmatan yang sedang mendera nonokku akibat cumbuan muut mas Joni. Tubuhku menggeliat hebat, kepalaku bergerak ke kiri dan ke kanan dengan cepat.

Mas Joni semakin bersemangat melihat responku. Dia sibakkan bibir luar nonokku, terlihat bagian dalam nonokku berwarna merah muda yang basah oleh cairan lendir nonokku bercampur dengan air liur Mas Joni.

Mas Joni mengusap dengan lembut celah diantara kedua bibir luar nonokku, lalu dengan cepat lidahnya menyentil2 itilku.

“Aow...!!!” Aku memekik sangat keras sambil menyentak2kan kedua kakiku ke bawah. Aku mengejang hebat, pinggulku bergerak liar dan kaku, sehingga jilatan lidah Mas Joni pada itilku terlepas.

Dengan gemas Mas Joni memegang kuat2 kedua belah pahaku lalu kembali menempelkan bibirnya di celah antara kedua bibir luar nonokku. Mas Joni menjulurkan lidahnya lalu dia jilati celah nonokku tersebut hingga akhirnya dia jilat2 dan sentil2 itilku dengan lidahnya.

Agak lama juga Mas Joni bermain2 di itilku sampai2 terlihat banjir di sekitar nonokku. Aku memekik tertahan dan tubuhku kembali mengejan sambil menghentak2kan kedua kakiku. Pantatku terangkat ke atas sehingga lidah Mas Joni memasuki celah di antara bibir dalam nonokku menerobos masuk liang nonokku. Kemudian lidah Mas Joni kembali menjilati itilku sambil dia isap2 itilku tersebut. Bagitu berulang2 yang dilakukan oleh lidah Mas Joni di nonokku. Luar biasa nikmatnya.

“Ooooohhh... Ssssshhh... aaaooowww... Uuuuuhhh... teeeruuus... lebih dalam laaagiii... Ooooohhh... nikmat sekaaaliii... Maaaaasss... Iyaaa... terus jilat itilkuuu... Maaaaasss... sedot itilkuuu... Aaaaahhh...” aku pun terus mengerang dan merintih.

Mendapat serangan yang bertubi2 di bagian paling sensitif dari tubuhku, membuat aku tak mampu lagi menahan orgasmeku lebih lama lagi. Hingga akhirnya aku angkat tinggi2 pantatku sampai celah nonokku menempel erat di mulut Mas Joni dan tubuhku pun mengejang.

“Aaaaaaaaahhhhh... Maaaaasss... Akuuu... keeeluuuaaaaarrrr... lagiiiii... Maaaaasss... Aaaaaaaaahhhhh...” Aku mengerang panjang.

Seeeeerrr... Seeeeerrr... Seeeeerrr... kembali semburan cairan orgasmeku membanjiri liang nonokku. Mas Joni masih terus menjilati dan mengisap2 itilku beberapa saat lamanya sampai tubuhku terkulai lemah dan akhirnya pantatnya pun jatuh kembali ke tempat tidur.

“Ssssshhh... Uuuuuhhh... nikmat bangeeet... Maaaaasss... Aaaaahhh...” Aku melenguh meresapi kenikmatan yang baru saja kurasakan. Sementara itu Mas Joni masih menjilati sisa2 lendir yang keluar ketika aku orgasme tadi.

Namun, kenikmatan dan kepuasanku rasanya belum maksimal sebelum liang nonokku dientot dengan kontol besar Mas Joni. Dengan sisa2 tenagaku aku meminta Mas Joni untuk segera ngentoti liang nonokku dengan kontolnya.

“Maaaaasss... Masukkin kontol kamu ke liang nonok aku. Ayo tusuk liang nonokku dengan kontol kamu Maaaaasss...!!!” pintaku lirih akibat dari orgasme yang baru saja aku dapatkan.

Mas Joni masih terus menjilati seluruh permukaan bagian dalam nonokku. Lidahnya mengorek2 liang nonokku. Lalu menjilati itilku sambil mulutnya mengisap2 itilku tersebut. Seluruh bagian nonokku tampak basah penuh air liur Mas Joni bercampur dengan lendir dari nonokku.

“Ampuuun... Maaaaasss... Aku pingin sekarang Mas!!! Ooooohhh... Masukin kontol kamuuu... Maaaaasss... Cepat masukin kontol kamu yang besar itu Maaaaasss... nonokku pingin ngerasain kontol kamuuu... Ooooohhh... Maaaaasss... jangan siksa akuuu... Aaaaahhh... Maaaaasss... cepat tusuk nonokku pakai kontol kamuuu... Maaaaasss...” aku terus memohon agar Mas Joni segera memasukkan kontolnya ngentoti liang nonokku lagi.

Karena Mas Joni tak kunjung juga memasukkan kontolnya ke dalam liang nonokku. Aku pun segera bangkit dan mendorong tubuh Mas Joni hingga telentang. Aku langsung mengangkangi paha Mas Joni, liang nonokku yang sudah becek itu menganga tepat di atas kontolnya yang tegak mengacung.

Sambil menggenggam kontol Mas Joni, aku mengarahkan kontolnya tersebut ke celah antara kedua bibir dalam nonokku tepat di atas mulut liang nonokku. Begitu posisi kontol Mas Joni sudah tepat di atas mulut liang nonokku kemudian sambil memejamkan mataku, perlahan2 dengan posisi duduk berjongkok, aku menduduki kontol Mas Joni yang sudah sangat tegak dan keras tersebut.

Sleeeeeppp... Bleeeeesss... Kontol Mas Joni yang besar dan panjang itu membelah bibir dalam nonokku dan melesak masuk dengan perlahan2 ke dalam liang nonokku yang masih sangat sempit tersebut. Akibat sempitnya liang nonokku, gesekan yang ditimbulkan oleh kontol Mas Joni yang besar tersebut dengan dinding2 liang nonokku begitu terasa. Aku menyeringai menahan nikmat yang tiada tara akibat gesekan tersebut.

"Aduuuh... Maaaaasss... kontol kamu gede banget, liang nonokku penuh sesak sama kontol kamu, Mas" ujarku sambil menurunkan pantatku dengan kuat.

Dan bleeeeesss... seluruh kontol Mas Joni masuk ke dalam liang nonokku mentok hingga masuk ke rahimku. Setelah mendiamkan beberapa saat lamanya kontol Mas Joni di dalam liang nonokku, perlahan2 aku dan Mas Joni mulai saling menggoyang seirama. Plok... plok... plok... bunyi beradunya kelamin kami berdua.

"Aaaaauuuuuhhhhh... Maaaaasss... kontoool... kamuuu... enak bangeeet... Ooooohhh... puasin nonokku sama kontoool... kamuuu... Aaaaahhh...!!!" Aku berteriak sejadi2nya saat tiba2 Mas Joni mendorong pantatnya ke atas menyambut turunnya pantatku sehingga kontol Mas Joni tersebut menyodok kuat liang nonokku.

Pergesekan batang kontol Mas Joni yang besar dengan dinding liang nonokku membuatku betul2 merasakan kenikmatan yang luar biasa. Ketika kontol Mas Joni sudah amblas masuk seluruhnya di liang nonokku, secara perlahan2 aku mengangkat pantatku sehingga kontol Mas Joni tertarik keluar dan aku sisakan sampai sebatas kepala kontolnya yang masih terjepit bibir nonokku. Kemudian aku kembali menurunkan pantatku sampai kontol Mas Joni amblas kembali seluruhnya di dalam liang nonokku, kemudian pantatku kuangkat lagi, lalu kuturunkan lagi sehingga kontol besar Mas Joni keluar masuk liang nonokku. Demikian secara terus berulang2 kulakukan dengan penuh perasaan.

Crok... crok... crok... crok... crok... bunyi yang timbul akibat keluar masuknya kontol Mas Joni di liang nonokku yang sudah sangat becek tersebut.

Akibat cairan nonokku yang terus keluar mengakibatkan liang nonokku menjadi licin sehingga kontol Mas Joni semakin mudah keluar masuk liang nonokku.

Cukup lama aku menggoyang2kan pinggulku, menaikturunkan pantatku yang disambut Mas Joni dengan menyodok2kan pantatnya ke atas menyambut turunnya pantatku. Ketika kontol Mas Joni masuk ke dalam liang nonokku, bibir nonokku melejit ke dalam dan ketika kontol Mas Joni bergerak ke luar liang nonokku, maka bibir nonokku pun tampak monyong ikut tertarik kontol Mas Joni.

Aku masih berjongkok dan menaikturunkan pantatku. Gerakan naik turun pantatku semakin kuat dan cepat, sedangkan tangan Mas Joni kini meremas2 susuku menambah semakin besarnya rasa nikmat yang aku terima sehingga aku pun semakin menggeliat2 bagai penari striptease.

Suara desahanku yang mendesis2 serta eranganku yang serak2 parau tak henti2nya terdengar dari mulutku. Gerakan naik turun pantatku semakin liar dan tak beraturan.

“Ssssshhh... Aaaaahhh... Maaaaasss... enak bangeeet..." rintihku dengan mata terpejam2, mukaku terasa panas dan tubuhku semakin menegang. Tidak hanya meremas2 kedua susuku, Ma Joni juga mengisap2 kedua pentil susuku tersebut secara bergantian kiri dan kanan membuatku semakin tak berdaya.

“Ooooohhh... Akuuu... sudaaah... gaaak... tahaaan... Ssssshhh... Ooooohhh... Maaaaasss... kontol gede kaaamuuu... enak bangeeet... Aaaaahhh... Akuuu... gaaak... tahaaan... Ooooohhh... Maaaaasss... Akuuuuu... keeeluuuaaaaarrr...!!! Maaaassss...!!!” Aku menjerit dan mengerang panjang mendapatkan orgasmeku.

Seeeeerrr... Seeeeerrr... Seeeeerrr... cairan orgasmeku yang kental dan hangat keluar dari dalam liag nonokku. Entah sudah yang keberapa aku mendapatkan orgasme sebagai bentuk dari puncak kenikmatan dalam persetubuhan. Hal itu membuat tubuhku kembali lemas.


POV Joni

Setelah Desi mendapatkan orgasmenya, aku segera bangkit dan duduk setengah berlutut di atas tubuh Desi yang basah oleh keringat. Aku menarik kaki Desi ke atas dan kutumpangkan kedua paha Desi pada pangkal pahaku sehingga kini selangkangan Desi menjadi terbuka lebar.

Aku menarik pantat Desi lebih dekat lagi ke arahku sehingga kontolku langsung menempel di celah di antara kedua bibir dalam nonok Desi yang sudah sangat basah dan tepat di depan mulut liang nonoknya. Aku mengusap2kan kepala kontolku di celah basah dan hangat tersebut dan sesekali kontolku kutepuk2kan dengan gemas ke celah nonok Desi.

“Aaaaahhh... Maaaaasss... gelii...” kata Desi sambil menggeliat manja

"Des, aku masukin kontolku sekarang ya?” bisikku penuh nafsu.

“Iyaaa... Maaaaasss... Buruan sodok liang nonokku. Aku juga udah gak tahan lagi" sahut Desi.

Aku buka kedua kaki Desi lebih lebar lagi sehingga bibir luar nonoknya tampak merekah, lalu kuarahkan kepala kontolku yang besar ke liang nonok Desi yang sempit itu.

Aku mulai menekan dan menekan lagi pantatku sehingga akhirnya perlahan2 kepala kontolku menyeruak masuk liang nonok Desi dan terus melesak masuk ke dalam liang nonok Desi.

Desi menggigit bibirnya merasakan begitu nikmatnya dinding liang nonoknya yang bergesekan dengan kontolku. Liang nonok Desi menjepit erat kontolku. Desi memejamkan matanya rapat2 dan kedua tangannya kembali memegangi kain sprei.

Aku agak membungkukkan badanku ke depan agar pantatku bisa lebih leluasa untuk menekan ke bawah. Aku memajukan pinggulku dan akhirnya kepala kontolku semakin tenggelam di dalam liang nonok Desi. Saat aku menekan pantatku, kontolku pun terus melesak ke dalam liang nonok Desi. Aku terus menekan pantatku, memaksa kontolku memasuki liang nonok Desi yang luar biasa sempit itu.

Aku memegang pinggul Desi, dan menarik ke arah kontolku sehingga kontolku masuk semakin dalam di liang nonoknya. Aku hentakkan dengan keras pantatku ke bawah, sehingga kontolku mendesak kuat masuk ke dalam liang nonok Desi.

"Aaaaahhh... Maaaaasss... Uuuuuhhh... ampuuun... Maaaaasss... eeenaaaaak... Maaaaasss..." Desi pun mengerang.

Aku hentakkan kembali pantatku ke bawah dan akhirnya kontolku secara sempurna telah tenggelam seluruhnya di dalam liang nonok Desi, mentok di dasar liang nonok Desi hingga masuk ke rahimnya. Kontolku terjepit erat oleh sempitnya liang nonok Desi yang berdenyut2 menyedot dan memijit2 kontolku di dalam sana.

"Ooooohhh... Deeeeesss... Aaaaahhh... nonokmu nikmat banget!!! Terasa legit banget Deeeeesss... Hangat dan menggigit!!! Seperti nonok perawan!!! Aaaaahhh... Deeeeesss...!!!" Aku berteriak keras merasakan begitu nikmatnya jepitan dan empotan liang nonok Desi pada kontolku. Mataku terpejam menahan jepitan ketat liang nonok Desi yang luar biasa.

Aku rebahkan tubuhku di atas tubuh Desi. Desi menyambutku dengan memeluk erat tubuhku. Susunya kenyal menekan dadaku. Liang nonok Desi menjepit, meremas kuat kontolku yang masih amblas semuanya di dalam liang nonoknya.

“Gimana rasanya, Des???” bisikku menggoda Desi yang wajahnya tegang menahan deraan rasa nikmat.

"Hhhmmmmm... Aaaaahhh... gila kontol kamuuu Maaaaasss... gila enak banget, penuh banget liang nonokkuuu... Maaaaasss... Nikmaaat... bangeeet... Maaaaaasss...!!!" seru Desi.

Aku mencium bibir Desi dengan bernafsu, dan dia pun membalas dengan tak kalah bernafsu. Kami saling berpagutan lama sekali, lalu sambil tetap berciuman aku mulai menggerakkan pinggulku naik turun. Kontolku mulai menggesek liang nonok Desi kembali. Pinggulku menghujam2 dengan cepat mengeluarmasukkan kontolku yang sudah sangat tegang dan keras di dalam liang nonok Desi. Desi memeluk punggungku dengan kuat, kukunya menancap menembus kulitku.

"Ooooohhh... Aaauuuhhh... Aaaaahhh... teruuus... Maaaaasss... Hhhmmmmm... lebih cepat lagi Maaaaasss... Ooooohhh..." Desi merintih dan memekik penuh nafsu sambil menggoyang2kan pantatnya dengan liar.

Beberapa kali Desi sempat menggigit bibirku begitu amat bernafsunya dia. Aku hanya merasakan betapa liang nonok Desi yang hangat dan lembut itu menjepit sangat ketat kontolku. Terasa kepala kontolku mulai berkedut2 pertanda pejuhku sebentar lagi keluar.

"Aaaaahhh... nikmaaat... Deeeeesss... Akuuu... mauuu... keluuuaaaar...!!!" teriakku. Aku gerakkan naik turun pantatku semakin cepat dan kuat memompa liang nonok Desi dengan kontolku.

"Aku juga mau keluar Maaaaasss... Aaaaahhh... teruuus... Maaaaasss... Ssssshhh... Aaaaahhh... lebih cepat lagiii... Maaaaasss... sodok yang kuaaat... Aaaaahhh..." erang Desi. Goyangan pantatnya semakin tidak beraturan. Saat aku hentakkan kontolku menyodok kuat liang nonoknya, Desi menjerit.

"Aaaaaaaaaaahhhhh... Maaaaaaaaaaasssss... Akuuuuu... keluuuaaar...!!! Aaaaahhh...!!!" jerit Desi.

Tubuhnya mengejang hebat. Seeeeerrr... Seeeeerrr... Seeeeerrr... liang nonoknya menyemburkan cairan orgasmenya yang langsung menyiram kontolku.

Aku merasakan pijatan2 kuat di batang kontolku, saat liang nonok Desi menyemburkan cairan orgasmenya. Sementara itu kepala kontolku membesar siap menyemprotkan pejuhku dan akhirnya aku pun ejakulasi.

“Deeeeeeeeeeesssss... Akuuu... keluuuaaar...!!!” Aku pun menjerit dan Crooooottt... Crooooottt... Crooooottt... Crooooottt... Crooooottt... pejuhku menyemprot dari kontolku masuk memenuhi rahim Desi.

“Ooooohhh... Deeeeesss... nonok kamu enak sekaaaliii... Ooooohhh...” Aku masih mengerang keenakan menikmati ejakulasiku.

Sambil menikmati sisa2 kenikmatannya, Desi menciumku dengan mesra. Kami berdua saling berpagutan dengan mesra beberapa saat. Kemudian setelah badai kenikmatan kami berdua mereda, aku mengangkat pantatku sehingga kontolku yang mulai lemas terlepas dari jepitan liang nonok Desi. Nampak kontolku mengkilat oleh cairan dari dalam liang nonok Desi. Aku pun merebahkan tubuhku di samping Desi.

“Makasih ya Mas. Aku puas banget” Desi berkata sambil mengecup pipiku.

"Uh gila kamu Mas, kuat banget. Gak nyesel aku dientot sama kontol kamu yang gede ini. Baru kali ini aku dientot cowok sekuat kamu, Mas" puji Desi.

"Ah masa sih Des?" ujarku ragu dengan apa yang diucapkan Desi.

"Sumpah Mas, cowokku ga ada apa apanya dibanding kamu. Paling dia hanya mampu satu atau dua ronde dah loyo. Tapi kamu bisa ngentoti aku berkali2. Aku benar2 puas banget dientot kamu, Mas. Rasanya aku sudah ketagihan kontol kamu, Mas. Aku ingin tiap hari dientot sama kamu, Mas" kata Desi.

“Aku juga Des, Makasih juga aku diberi kesempatan mencoba pemanas yang super nikmat ini“ kataku sambil mengelus2 nonok Desi. Lalu aku memeluk Desi dan memberikan kecupan ringan di bibirnya.

“Kamu tahu gak Mas. Kalau kamu tuh adalah cowok kedua yang merasakan nonokku, Mas” ujar Desi sesaat setelah bibirku lepas dari bibirnya.

“Pantas saja, liang nonok kamu masih sempit banget seperti liang nonok perawan” sahutku

“Bukan liang nonokku yang sempit, Mas. Tapi kontol kamu yang kelewat gede” balas Desi

Kami pun berpelukan kembali. Beberapa saat kemudian aku melepaskan pelukkanku. Aku bergegas ke kamar mandi. Selesai bersih2 dan mandi, aku pun segera berkemas2 dan memakai pakaianku kembali. Setelah semuanya beres aku berpamitan pada Desi.

“Des, sori ya. Aku harus ke kampus. Aku ada kuliah pagi” kataku sambil mencium mesra bibir Desi.

“Makasih ya Mas. Kamu telah memberiku kepuasan yang berbeda hari ini. Lain kali aku boleh minta lagi kan, Mas?” pinta Desi

“Dengan senang hati, Des” jawabku sambil sekali lagi memberi kecupan di bibirnya.

Aku pun meninggalkan Desi yang masih tergolek lemas di tempat tidurnya dan dari bibirnya tersungging sebuah senyuman. Senyum kepuasan.

End Bagian 5.


Bagian 6: Desi dan Lina, Dua Sahabat
 
Terakhir diubah:

Bagian 6: Desi dan Lina, Dua Sahabat


POV Desi

Selama seminggu ini, aku masih merasakan di dalam nonokku ada sesuatu yang mengganjal. Rasanya kontol Mas Joni masih mengisi liang nonokku. Masih terbayang dalam ingatanku bagaimana aku merasa puas dengan terjangan2 batang kontol Mas Joni, kakak tingkat di kampusku, yang luar biasa tersebut. Masih terbayang dalam benakku bagaimana enaknya dientoti kontol Mas Joni yang besar dan panjang tersebut.

Lagi enak2nya berkayal tentang Mas Joni, tiba2 nada panggil HPku berbunyi, kulihat layar HPku dan ternyata telepon dari Lina teman sejurusan di kampusku.

Aku: “Halo, Lin”

Lina: “Hai Des, aku mau ajakin kamu main ke Vila Omku di Puncak?”

Aku tidak segera menjawab, pikiranku justru membayangkan alangkah nikmatnya jika aku dapat dientot Mas Joni di Vila itu.

Lina: “Gimana Des, kamu mau gak?”

Tiba2 Aku punya ide.

Aku: “Aku boleh bawa temen gak?”

Lina: “Cewek pa cowok?”

Desi: “Cowok dong. Biar gak kedinginan di Puncak.”

Lina: “Huh dasar. Bukannya dua minggu yang lalu Edwin baru saja kembali ke Jerman setelah sebulan lebih pulang liburan. Dan aku lihat seminggu sebelum dia balik ke Jerman dia nginep di apartemen kamu kan? Emang masih kurang? Payah kamu, Des”

Aku: “Tapi yang ini bener2 pejantan tangguh. Hahaha...”

Lina: “Maksud kamu?”

Aku: “Ah ntar kamu juga tahu. Gimana? Boleh gak?”

Lina: “Oke oke, gimana kamu aja. Nanti hari Sabtu aku jemput kamu ya?”

Aku: “Nah gitu dong. Oke aku tunggu.”

Aku tersenyum mendengar jawaban Lina.

“Siap2 aja kamu Lin, entar kamu juga akan kelojotan kalau liang nonok kamu sudah ditusuk kontol gedenya Mas Joni” batinku.

Siangnya aku menemui Mas Joni di kampus.

“Mas hari Sabtu dan Minggu ada acara gak?” tanyaku.

“Emang kenapa, Des?” Mas Joni balik bertanya

“Gini Mas, Lina temen aku, ngajakin ke Vila punya Omnya di Pucak. Kalau Mas gak ada acara, mau gak ikut aku ke Puncak?” jawabku.


POV Joni

Aku tidak langsung menjawab. Tiba2 aku jadi teringat pada Sinta pacarku. Kalau aku pergi berarti sudah dua malam minggu ini aku tidak mengunjungi Sinta. Emang sih Sinta tipe cewek yang tidak pernah menuntut tiap malam minggu mesti ketemuan. Tapi sebagai pacar aku kasihan juga padanya. Rencananya malam minggu ini aku akan mengajak Sinta jalan. Namun aku juga membayangkan kenikmatan yang akan aku dapatkan kalau aku memenuhi ajakan Desi. Aku masih merasakan kenikmatan saat mengentoti Desi seminggu yang lalu. Kini kenikmatan itu terbayang lagi. Apalagi Desi bilang ada Lina temannya. Pasti akan lebih nikmat apabila aku dapat mengentoti mereka berdua.

“Gimana Mas? Mau ikut gak?” tanya Desi

“Siapa tahu nanti kamu dapat juga mencoba alat pemanasnya Lina. Nonok Lina baru sekali dipakai lho Mas. Dia baru saja lepas perawan dengan cowoknya” bisik Desi pelan.

Mendengar cerita Desi, aku jadi terpengaruh juga. Dalam benakku, jika aku beruntung, maka aku pun akan dapat merasakan nonok Lina.

“Oke Des, aku ikut. Kebetulan aku gak ada acara” jawabku

“Nah gitu dong Mas” kata Desi

“Nonokku juga udah gatal nih Mas, pingin digaruk lagi” bisik Desi di dekat telingaku.

Akhirnya hari Sabtu pukul 10an, Lina tiba di apartemen Desi.

“Lin, kenalin ini Mas Joni” ujar Desi memeperkenalkan aku dengan temannya yang ternyata juga sangat cantik dan bertubuh sangat seksi.

“Lina” kata Lina dengan senyum manisnya sambil menyodorkan tangannya ke arahku.

“Joni” balasku sambil menjabat tangan Lina.

“Yuk mendingan kita berangkat sekarang, sebelum makin macet jalur ke Puncaknya” ajak Desi

“Iya betul. Sini Lin biar aku saja yang nyetir” balasku.

“Nih Mas” kata Lina sambil menyerahkan ki=unci mobil padaku lalu masuk ke dalam mobil.

Setelah kami semua masuk ke dalam mobil, kami pun segera meluncur menuju ke Puncak. Desi duduk di samping aku, sedangkan Lina duduk di belakang. Siang itu jalan menuju Puncak sudah agak sedikit padat. Setelah menempuh perjalan selama 2,5 jam akhirnya kami tiba di Vila milik Paman Lina.

Vila itu tempatnya masih masuk jauh dari jalan raya sehingga tempatnya tenang. Cocok sekali untuk istirahat melepas penat dari bisingnya kota Jakarta. Bangunan Vila itu cukup besar dikelilingi oleh pagar tinggi. Sehingga aktifitas yang akan kami lakukan di dalam Vila itu tidak akan terlihat orang sekalipun kami berada di halaman Vila itu.

Setelah tiba di Vila. Kami bertiga masuk kamar masing2. Lina menempati kamar paling depan, Desi di kamar tengah dan aku di kamar paling belakang dekat kolam renang.

Setelah menikmati makan siang, kami bertiga beristirahat di kamar masing2 untuk menghilangkan penat akibat perjalanan.

Jendela kamarku tepat menghadap kolam renang dan karena letak tempat tidurku berada persis di samping jendela, maka dari tempat tidur, aku dapat melihat ke arah kolam renang.

Sejak habis makan siang tadi, aku hanya tidur2an di tempat tidur sambil melihat acar olah raga di saluran olah raga terkenal dari TV yang ada di kamarku.

Tiba2 aku mendengar jejak langkah orang melewati jendela kamarku menuju ke arah kolam renang. Begitu aku melihat ke arah kolam renang pandanganku langsung tertuju pada sosok Lina yang sudah berdiri di tepi kolam renang. Pandanganku tidak berkedip mengamati tubuh montok Lina yang terbungkus bikini yang sangat seksi.

Aku semakin terpana ketika melihat bagian bawah tubuh Lina. Tepat di tengah selangkangannya bukit nonok Lina tampak menggembung dan bayangan hitam jembutnya sangat jelas terlihat. Karena jarak kolam renang dengan jendela kamarku sangat dekat, maka dari atas tempat tidur aku dapat melihat jembut Lina yang nongol ke samping dan ke atas CD bikininya yang sangat minim itu. Semetara di dada Lina, tampak kedua susunya yang sangat montok sehingga BHnya gak muat menampung semuanya. Pantat Lina bulat dan padat. Karena Lina memakai bikini model g-string, maka aku dapat melihat bokong telanjang Lina. Aku beberapa kali menelan ludah memandangi bodi Lina. Jakunku naik turun.

Saat sedang asyik2nya memandangi tubuh Lina, aku dikagetkan oleh suara Desi.

“Hayo lagi ngintipin Lina, ya?” goda Desi sambil matanya melihat keluar jendela kamarku

“Sampai melongo gitu sih Mas. Kamu nafsu banget lihat bodi Lina sampai jakun kamu naik turun gitu” sambung Desi yang sudah berdiri disamping tempat tidurku.

Kini pandanganku berlaih ke Desi. Desi memakai gaun tidur yang sangat tipis sekali sehingga terlihat jelas lekuk2 tubuhnya dan aku pun dapat melihat kalau Desi tidak memakai apa2 lagi di balik baju tidurnya tersebut.

“Segar Mas, habis mandi" kata Desi berusaha mengalihkan perhatianku.

Aku yang sudah terbawa nafsu saat memandangi tubuh Lina, segera menarik tangan Desi sehingga dia jatuh ke atas tempat tidurku. Aku ingin ngentot Desi sekarang. Seakan tahu maksudku Desi langsung membuka satu persatu pakaianku sampai aku telanjang bulat. Kemudian Desi pun membuka gaun tidurya sampai dia pun juga telanjang bulat.

Tangan Desi langsung mengocok2 kontolku. Kontolku mulai menegang dan keras. Kontolku yang besar dan panjang itu langsung ngacung ke atas.

“Aaaaahhh... Aku udah gak sabar pingin merasakan kontol besar kamu ini keluar masuk nonokku lagi, Mas” kata Desi.

Desi melepaskan tangannya dari kontolku. Dia duduk dan memelukku serta mencium bibirku. bibirku pun mengisap2 bibir Desi sedang tanganku mulai meremas2 kedua susu Desi yang pentilnya sudah mengeras lalu memilin2 pentil tersebut.

"Des, kamu sudah nafsu ya, pentil kamu sudah mancung dan keras gini? Pasti nonok kamu juga udah basah, iya kan Des?" kataku.

Dengan semakin banyaknya cewek yang berhasil aku entot, aku semakin berpengalaman, sehingga aku mulai hafal tanda2 cewek yang mulai naik nafsu birahinya.

Desi tidak menjawab pertanyaanku, namun dia justru menyentuh dan mengelus2 kontolku kembali.

"Ooooohhh... Iyaaa... Deeeeesss... kocok teruuus... kontolkuuu..." desisku.

Aku sekarang berbaring telentang sedangkan tubuh Desi menelungkup di antara kedua kakiku dan kepalanya tepat di atas kontolku. Dengan penuh nafsu, Desi pun mulai menjilati dan mengocok2 batang kontolku, sesekali tangannya meremas2 biji pelirku.

"Aku isap ya Mas kontolnya. Edan gede banget bikin aku ketagihan" kata Desi gemas sambil menurunkan kepalanya dan memasukkan kontolku ke mulutnya.

“Ooooohhh... Enak bangeeet... Deeeeesss... teruuus... Deeeeesss... emuuut kontolkuuu...” erangku.

Desi isap kepala kontolku sambil lidahnya mengulas2 ujung kepala kontolku sementara itu tangannya terus mengocok2 batang kontolku. Sesekali Desi memasukan kontolku sedalam mungkin di mulutnya sambil dia kenyot2.

"Aaaaahhh... enak banget Deeeees...!!!! Teruuus... Aaauuuhhh... Nikmaaat... Aaaaahhh...!!!" teriakku keenakan sambil memegangi kepala Desi.

Desi berhenti mengisap kontolku.

“Kontol kamu mantap banget Mas. Bikin aku ketagiah” kata Desi sambil tangannya terus mengocok2 batang kontolku.

"Isap lagi Des!!! isap lagi!!! Uuuuuhhh... Deeeeesss... enaaak... bangeeet...!!!" pintaku.

Bukannya langsung mengulum kontolku, namun Desi terus saja mengocok batang kontolku sambil dia pelintir dengan lembut.

"Ssssshhh... Ooooohhh... enaaak... bangeeet... Deeeeesss... enak banget teruuus... Deeeeesss..." desisku.

Desi masih terus melakukan aktivitas tangannya.

"Jangan pakai tangan Des!!! Pakai mulut kamu!!! Ayo isap lagi Des!!!" pintaku agar Desi kembali mengisap kontolku.

Desi tersenyum, lalu dia pun mulai menghisap lagi kontolku. Kali ini benar2 hot isapan Desi pada kontolku, kepala Desi bergoyang ke kiri kanan dan naik turun berkali kali sementara tangannya terus mengocok dan mengurut sambil memelintir batang kontolku dengan lembut.

Desi terus mengisap kontolku sambil terus memelintir dan mengocok2 batang kontolku yang semakin menegang dan keras.

“Hhhmmmmm... kontol kamu keras dan gede banget Mas. Aku belum pernah ngerasain kontol yang seperti ini di dalam liang nonokku” kata Desi.

Kemudian Desi kembali menjilati kepala kontolku lalu dimasukkannya kontolku ke dalam mulutnya sambil lidahnya menjilati kepala kontolku, membuat tubuhku bergetar menahan nikmat

"Aaaaahhh... Deeeeesss... Teruuus... isap teruuus...!!!" jeritku.

Desi terus mengisap2 kontolku di dalam mulutnya. Aku terpaksa mengentikan permainan mulut Desi pada kontolku karena begitu nikmatnya sepongan Desi pada kontolku tersebut membuat pertahananku hampir saja bobol.

Aku lalu menarik kepala Desi, lalu duduk di sebelah Desi dan mencium pipinya.

"Makasih Des, enak banget" pujiku sambil mencium pipi Desi lagi.

Aku peluk pinggang Desi serta menciumi lehernya. Kemudian tanganku meraba dan meremas2 kedua susu Desi. Desi semakin terangsang. Nafsu birahinya yang sudah mulai berkobar sejak dia ngisap kontolku menjadi semakin bertambah saat aku remas2 kedua susunya.

"Ssssshhh... Uuuuuhhh... Maaaaasss... terus remas2 susu Desi Maaaaasss... Ooooohhh... Ssssshhh... Uuuuuhhh..." Desi medesis dan mengerang merasakan remasan tanganku di kedua susunya tersebut.

Kemudian aku telentangkan tubuh Desi. Bibirku melumat bibir Desi dan dia pun membalasnya dengan penuh nafsu. Tangan Desi kembali mengelus2, mengurut2 dan mengocok2 kontolku, sehingga membuat kontol itu semakin keras. Kontolku sudah sangat tegang dan keras.

Sementara itu sambil terus meremas2 susu Desi, jilatanku semakin turun dari leher ke tengkuk, lalu pundak dan terus turun hingga akhirnya sampai di kedua susu Desi. Aku ciumi belahan di antara kedua susu Desi tersebut. Kemudian seluruh susunya aku jilati hingga basah. Sesekali aku pun menyedot2 kedua susunya kiri dan kanan bergantian sambil menjilati pentilnya yang berwarna merah muda.

"Teruuus... Maaaaasss... isap susukuuu... Maaaaasss... pentilkuuu... Aaaaahhh... enaaak... Maaaaasss... Ooooohhh... Maaaaasss... terus ke bawah Maaaaasss..." ujar Desi sambil mendorong kepalaku terus turun hingga tepat di bukit nonoknya yang tembem.

Aku jilati kedua bibir luar nonok Desi yang di tutupi jembut yang tidak begitu lebat. Kemudian kurenggangkan kedua bibir luar nonok Desi dengan kedua jempolku, lalu kujulurkan lidahku menjilati celah di antara kedua bibir luar nonok Desi tersebut. Aku dapat merasakan kelembaban bagian dalam nonok Desi yang sudah basah akibat lendir birahinya.

Sejenak aku hentikan jilatanku pada nonok Desi. Aku jilati jari2 kaki kiri dan pindah ke jari2 kaki kanan Desi. Kemudian jilatanku naik ke paha Desi. Aku jilati paha bagian dalam Desi, kiri dan kanan bergantian. Tak ketinggalan kedua lipatan paha Desi pun aku jilati.

"Ayo Mas jilat nonokku lagi!!!" teriak Desi.

Bukannya menjilati nonok Desi, seperti dengan yang dia inginkan, aku justru mencium bibir Desi. Desi pun membalas ciumanku dengan penuh nafsu.

Dari bibir, mulutku pindah ke telinga Desi. Aku jilati telinga Desi sambil satu tanganku meremas2 susu Desi dan tangan lainnya menggosok2 celah nonok Desi tepat di atas itilnya.

"Aaaaahhh... Maaaaasss... masukin saja tanganmu Maaaaasss... gesek itilkuu... Ssssshhh... Liang nonokku udah gatel bangeeet..." Desi terus memohon agar aku memasukkan jariku merojok liang nonoknya dan menggelitik itilnya.

Aku masih terus menggosok2 celah nonok Desi sambil menjilati serta menciumi susunya.


POV Desi

"Mas jahat!!!" seruku karena Mas Joni gak mengikuti apa yang aku inginkan.

Karena kesal dan gemas akhirnya aku pun dengan cepat mencium bibir Mas Joni dengan hot dan tanganku meremas dan mengocok kontolnya kembali. Beberapa saat lamanya kami saling berciuman.

"Des, aku ingin kontolku diisap lagi" kata Mas Joni sambil menarik kepalaku mendekati kontolnya.

Aku pun langsung mengisap kontol Mas Joni di dalam mulutku dan menjilati kepala kontolnya. Sementara itu tanganku mengocok batang kontol Mas Joni yang masih berada di luar mulutku. Sesekali aku pun meremas2 lembut kantong biji pelir Mas Joni.

Mendapat perlakuan seperti itu, membuat Mas Joni tidak tahan lagi. Segera Mas Joni menelentangkan tubuhku kembali. Sambil mencium leher dan pundakku, tangan kanan Mas Joni meremas2 susuku dan tangan kirinya meraba nonokku.

"Ayo Mas!!! Buruan entot aku, Mas!!! Aku udah gak tahan lagiii... Ssssshhh... Ooooohhh... Maaaaasss..." seruku sambil mendesis dan mengerang mendapat rangsangan dari Mas Joni tersebut

Mulut Mas Joni kembali mengisap2 susuku sambil menjilati pentinya. Sesekali Mas Joni kenyot2 pentilku yang sudah sangat keras tersebut.

"Aaaaahhh... Iyaaa... Maaaaasss... isaaap... pentilkuuu... Maaaaasss..." desahku.

Kemudian tanganku mendorong kepala Mas Joni ke bawah. Karena terus terang aku masih belum puas dengan jilatan Mas Joni pada celah nonokku dan juga itilku yang tadi hanya sebentar dia jilati.

"Jilat nonokku, Mas!!!" pintaku sambil menggosok2 bibir luar nonokku. Lalu aku buka bibir luar nonokku dengan jari2 tanganku sehingga bagian dalam nonokku yang merah basah tersebut terlihat jelas oleh Mas Joni. Tidak menyia2kan kesempatan tersebut, Mas Joni pun segera menjilati celah nonokku tersebut.

“Ooooohhh... Maaaaasss... nikmat sekaliii... Terus Maaaaasss... isap itilkuuu... Iya begitu, Mas. Teruuus... jilat itilkuuu... Ooooohhh... Maaaaasss... itilkuuu... Maaaaasss... enaaak... sekaliii... Maaaaasss...” Aku mengerang, merasakan nikmat yang luar biasa begitu Mas Joni menjilati itilku. Mas Joni terus menjilati celah nonokku. Kemudian Mas Joni memasukan lidahnya ke dalam liang nonokku sambil mangais2 di dalam liang nonokku tersebut.

"Aaauuuhhh... Maaaaasss... teeeruuus... yang dalem Mas!!! Uuuuuhhh... Ssssshhh... nikmaaat... baaangeeet... Maaaaasss...!!!" jeritku sambil terus menekan kepala Mas Joni.

Mas Joni terus mengisap dan menjilati celah nonokku. Tak ketinggalan itilku pun dia jilati dan isap2. Sesekali Mas Joni menggerakkan lidahnya keluar masuk liang nonokku.

“Ooooohhh... Aaaaahhh... Maaaaasss... Ssssshhh... Aaaaahhh... masukin kontolmu ke liang nonokku Mas. Ooooohhh... akuuu... gak tahaaan... laaagiii... Maaaaasss... ceeepaaat... Maaaaasss... aku ingin merasakan kontolmu yang besar. Aaaaahhh... Maaaaasss...” Aku mengerang dan menyuruh Mas Joni untuk segera memasukkan kontolnya ke dalam liang nonokku.

“Aku masukin sekarang ya, Des. Aku juga udah ingin banget” ujar Mas Joni sambil tersenyum ke arahku. Senyuman itu semakin menambah ketampanan Mas Joni. Sungguh bahagianya aku dientot sama laki2 yang tampan dengan kontolnya yang gede dan stamina yang perkasa. Bagiku Mas Joni seperti paket komplit.

“Pelan2 aja ya, Mas. Biar terasa nikmat gesekannya” jawabku.

Kali ini Mas Joni memenuhi keinginanku untuk segera ngentoti liang nonokku dengan kontolnya yang gede tersebut. Dia merangkak dan mengatur posisi di antara selangkanganku. Liang nonokku yang sudah sangat basah tersebut slap menerima sodokan kontol Mas Joni.

Aku pegang kontol Mas Joni. Aku tempelkan pada bibir nonokku. Kusapu2kan sebentar di itil dan celah nonokku. Saat kepala kontol Mas Joni kumasukan ke dalam liang nonokku, aku hampir terbang merasakan selaksa nikmat yang sungguh luar biasa. Dengan kepala kontol Mas Joni yang masih menancap di dalam liang nonokku, kurasakan kepala kontolnya tersebut berkedutan2.

“Ooooohhh... Maaaaasss... kontolmuuu... besaaar... sekaaaliii... penuh liang nonokku Maaaaasss... Ssssshhh... Aaaaahhh... kontolmuuu... enak Maaaaasss... enaaak... sekaaaliii... Aaaaahhh... Maaaaasss...” Aku melenguh dan mataku terpejam2 merasakan nikmatnya gesekan dan benturan kepala kontol Mas Joni di dalam liang nonokku.

“Hhhmmmmm... Sluuuuurp... Hhhmmmmm... Aaaaahhh... liang nonok kamu nikmat banget Deeeeesss... Aaaaahhh...” Mas Joni mendesah merasakan jepitan liang nonokku sambil menjilati susuku dan mengisap pentil susuku.

Aku berusaha memberi perlawanan. Setiap hujaman kontol Mas Joni, segera kusambut dengan goyangan pinggul dan pantatku. Terasa sekali liang nonokku yang memijit2 kontol Mas Joni yang ada di dalamnya sehingga membuat Mas Joni semakin bersemangat mengeluarmasukkan kontolnya di liang nonokku yang sempit untuk ukuran kontol segede kontol Mas Joni tersebut.

Setelah 15 menit, kontol Mas Joni keluar masuk di liang nonokku, aku pun tak dapat menahan orgasmeku. Dengan mata terpejam2, mulut mendesah2 dan napas tersengal2, aku menikmati detik2 orgasmeku yang akan segera aku raih di sore itu.

"Aaauuuhhh... Maaaaasss... akuuuuu... mauuuuu...... keluuuaaarrr...!!! Uuuuuhhh... Ssssshhh... Aaaaahhh... enaaaaak... seeekaaaliiiii...!!!!” rintihku.

Sambil terus menusuk2 liang nonokku dengan kontol besar dan panjangnya tersebut, Mas Joni terus mengisap2 susuku sehingga tubuhku pun mengejang kaku. Akhinya aku pun orgasme.

“Maaaaasss... akuuu... keluuuaaarrr...!!! Aaaaahhh... nikmaaat...!!! Ssssshhh... Aaaaahhh...!!!” Aku menjerit keras sekali dan mengerang menikmati orgasmeku sore itu.

Dinding nonok Desi berdenyut2 kencang. Seeeeerrr... Seeeeerrr... Seeeeerrr... liang nonokku memuntahkan cairan orgasmenku.


POV Joni

Aku merasakan hangatnya cairan orgasme Desi yang menyembur membasahi batang kontolku yang berada di liang nonok Desi. Aku pun merasakan denyutan2 otot liang nonok Desi yang sangat kuat meremas2 batang kontolku.

"Aduuuuuhhh... Aaaaahhh... Ssssshhh... Deeeeesss... enaaaaakkk... Deeeeesss..." Aku pun mengerang merasakan nikmatnya empotan liang nonok Desi di kontolku. Kudiamkan sebentar kontolku di dalam liang nonok Desi untuk memberi kesempatan Desi menikmati orgasmenya sambil merasakan pijitan2 nikmat pada kontolku akibat empotan nonok Desi.

Kemudian Aku melanjutkan pompaan kontolku keluar masuk liang nonok Desi yang sudah basah oleh cairan orgasmenya. Karena kontolku yang terus menerus memompa liang nonoknya, birahi Desi pun bangkit kembali.

“Aaaaahhh... Maaaaasss... puaskan aku lagi Maaaaasss... Entot aku dengan kontol besarmu itu Maaaaasss... Ooooohhh... bikin aku keluar lagiiiii... Maaaaasss... nikmaaat... bangeeet... Aaaaahhh... Maaaaasss... teruuus... genjot terus nonokkuuu... Maaaaasss...” Desi terus mengerang.

Aku semakin mempercepat pompaan kontolku di liang nonok Desi. Gerakan keluar masuk kontolku sekarang semakin lancar karena liang nonok Desi sudah semakin basah dengan cairan orgasmenya, bunyi kecipak kontolku saat memasuki liang nonok Desi semakin menambah sensasi kenikmatan kami berdua.

“Puaskan aku Maaaaasss... Ooooohhh... Iyaaa... teruuus... pompa terus nonokku Maaaaasss... Ooouuuhhh... Maaaaasss... tekan yang kuaaat... masukin seluruhnyaaa... Uuuuuhhh... Maaaaasss... yang kuat... Iyaaa... lagi yang kuat... yang dalam... Ooooohhh... kontolmuuu... enak sekali Maaaaasss... Ooooohhh... terus Maaaaasss... entot aku Maaassss... Ooooohhh... nikmatnya kontolmuuu... Ssssshhh... Ooooohhh... Maaaaasss...” Desi merintih2 dengan keras menikmati pompaan kontolku di liang nonoknya. Desi sudah tidak memperdulikan lagi kalau suaranya dapat didengar oleh orang lain. Baginya yang terpenting saat ini adalah menikmati sensasi nikmat dari persetubuhan kami.

Desi merintih dengan hebatnya dan tubuhnya kembali menjadi tegang dan kaku. Aku tahu bahwa Desi hampir memdapatkan orgasmenya kembali. Namun rupanya aku pun juga sudah tak mampu lagi bertahan. Tubuhku bergetar menahan desakan pejuhku yang sudah terasa di ujung kontolku.

“Aaaaahhh... akuuu... keeeluuuaaarrr...!!! Aaaaahhh... enaaak...!!! Ssssshhh... Aaaaahhh...!!!” Aku berteriak dan mengerang sambil menyodokkan kuat2 kontolku ke dalam liang nonok Desi. Crooooottt... Crooooottt... Crooooottt... Crooooottt... Crooooottt... Kontolku memuntahkan pejuhnya di dalam liang nonok Desi masuk memenuhi rahimnya.

Pada saat yang hampir bersamaan, dengan goyangan pinggul yang semakin liar, Desi menjerit,

“Aaaaahhh... Maaaaasss... aku juga keluaaaaaaaar...!!! enak sekali Ooooohhh... Aaaaahhh... Ssssshhh... Aaaaahhh...” Desi menjerit dengan keranya sambil mendesah. Seeeeerrr... Seeeeerrr... Seeeeerrr... cairan orgasmenya kembali menyembur dengan kuat membasahi kontolku. Pelukannya di tubuhku semakin kuat dan erat. Matanya terpejam meresapi kenikmati Orgasme yang berhasil diraihnya.

Dalam waktu yang hampir bersamaa, kedua kemaluan kami menyemburkan cairan puncak kenikmatan kami berdua. Kontolku menyemprotkan pejuhnya dan liang nonok Desi menyemburkan cairan orgasmenya. Desi merasakan hangatnya pejuhku di liang nonoknya, sementara aku merasakan hangatnya cairan orgasme Desi di batang kontolku.

Kami berdua berpelukan sambil menikmati puncak kenikmatan dari persetubuhan yang baru saja kami raih. Kedua bibir kami berpagutan dengan mesra. Desi dengan perlahan2 menggoyangkan pinggulnya menikmati sisa2 kenikmatan dari kontolku.

Tak lama berselang aku melepaskan pelukanku pada Desi dan mencabut kontolku yang mulai mengkerut dari dalam liang nonok Desi. Kontolku tampak mengkilat oleh cairan dari dalam liang Desi. Sementara dari dalam liang nonok Desi terlihat cairan putih kental, mengalir perlahan keluar dari dalam liang nonok Desi. Kami berdua kemudian beranjak menuju ke kamar mandi untuk membersihkan diri.

Setelah membersihkan diri, kami berdua mengenakan pakaian kami, lalu Desi berpamitan untuk kembali ke kamarnya. Aku kecup mesra bibir Desi.

“Terima kasih yah, untuk sore yang indah ini” bisikku mesra di telinga Desi.

===000===


POV Lina

Sedari tadi sebenarnya aku menyaksikan adegan persetubuhan antara Desi dan Mas Joni melalui celah pintu yang sengaja aku buka saat mendengar suara2 rintihan dari dalam kamar Mas Joni saat aku melewati kamar Mas Joni sehabis berenang dan hendak menuju kamarku sendiri. Begitu melihat ke dalam kamar, ternyata Mas Joni sedang ngentoti Desi. Mereka tampak sedang asyik berpacu meraih puncak kenikmatan dari persetubuhan mereka.

Melihat adegan itu aku tak dapat menahan hasratku. Aku pun melakukan masturbasi untuk menyalurkan gejolak birahi akibat melihat Desi yang sedang dientot sama Mas Joni. Aku gosok2 itil dan nonokku serta meremas2 susuku sendir. Dan 2 kali pula aku sempat merasakan orgasme dari masturbasiku sambil membayangkan bahwa cewek yang sedang dientot oleh Mas Joni tersebut adalah diriku.

“Gila!!! kontol Mas Joni gede banget. Apa muat kalau kontol itu masuk ke dalam liang nonokku?” batinku

“Nanti malam aku akan buktikan omongan Desi waktu di telepon kemarin... Aaaaahhh... jadi pingin juga nonokku merasakan kontol yang gede itu” lanjutku dalam hati sambil membetulkan posisi bagian depan g-striku yang tadi menyamping akibat jari2ku yang sedang menggosok2 itilku dan merojok2 liang nonokku sendiri sehingga bagian depan g-stringku itu kini menutupi bagian depan nonokku kembali.

Nonokku pun sudah basah kuyup akibat cairan orgasme yang keluar dari nonokku. Begitu adegan persetubuhan Mas Joni dan Desi berakhir, aku pun bergegas menjauh dari kamar Mas Joni dan masuk ke dalam kamarku sendiri untuk segera membersihkan diriku guna menyambut malam yang penuh gairah.

Sehabis makan malam, kulihat Mas Joni duduk santai di Gazebo yang ada di taman belakang menikmati indahnya sinar bulan purnama. Aku pun datang menghampirinya. Udara Puncak yang masih bersih terasa segar terhirup oleh paru2. Angin malam yang bertiup sepoi2 menambah udara Puncak yang dingin menjadi semakin dingin.

“Kok sendiri Mas, Desi mana?” tanyaku

“Gak tahu tadi habis makan malam, dia langsung masuk ke kamarnya. Mungkin dia ketiduran” jawab Joni.

“Kayaknya Desi kecapekan habis dientot sama kamu, Mas. Tadi sore hot banget ngentotnya” kataku dengan vulgarnya tanpa basa basi sambil tersenyum.

“Kok tahu? Hayo, pasti tadi ngintip ya?” goda Mas Joni.

“Tadinya sih gak ada niatan untuk ngintip. Tapi saat melewati kamar Mas Joni, terdengar suara erangan dan rintihan Desi. Jadinya aku pingin tahu juga. Lagian Mas Joni dan Desi ngentotnya hot banget sampai gak kedengaran pintu kamarnya aku buka” jelasku

“Nanti lain kali kalau mau ngentot kunci dulu pintunya. Soalnya kalau sudah merasakan nikmat, biasanya suka lupa tuh sama keadaan sekitar” lanjutku.

“Emang sengaja kok pintunya gak dikunci, biar kamu dapat melihat saat aku ngentoti Desi” kata Mas Joni yang sengaja memancing reaksiku.

“Kamu pasti kepingin dientot juga kan lihat Desi aku entot?” lanjut Mas Joni sambil memandangku dengan sorot mata penuh nafsu. Seakan2 menelanjangiku.

“Ih Mas Joni ngomongnya jorok” kataku pura2 malu. Padahal sebenarnya justru aku suka dengan omongan Mas Joni yang vulgar tersebut yang membuat nafsuku jadi terangsang. Lalu tanpa malu2 aku pun menjawab pertanyaan Mas Joni tersebut.

“Ya iyalah Mas. Aku kan masih normal. Kalau sampai aku gak kepingin wah gawat. Harus ke psikolog, karena itu berarti ada kelainan alias sudah gak normal” jawabku.

“Kalau sekarang kita ngentot, mau gak?” tanya Mas Joni langsung to the point melihat responku.

“Kalau aku mau, memangnya kamu masih kuat, Mas? Bukannya tadi sore kamu barusan ngenoti Desi?” tanyaku sengaja menggoda Mas Joni agar semakin penasaran.

“Mau gak?” tanya balik Mas Joni yang penasaran ingin ngentoti diriku.

“Mau sih Mas. Tapi...” kataku ragu2 sambil menundukkan wajahku. Kini setelah Mas Joni sudah benar2 ingin ngentoti diriku, justru timbul keraguan padaku. Terbayang betapa besarnya kontol Mas Joni tersebut.

“Tapi apa Lin...?” tanya Mas Joni penasaran.

“Tapi nanti pelan2 ya, Mas?” kataku lirih

“Soalnya liang nonokku baru sekali dientot sama mantan cowokku. Lagi pula kontolnya tidak segede kontol kamu, Mas” lanjutku.

Wajahku memerah pertanda nafsu birahi mulai meninggi. Nafsu birahiku sudah menggebu2 sejak sore tadi saat aku menyaksikan Desi yang sedang dientot oleh Mas Joni.


POV Joni

Mendengar jawaban Lina, aku jadi semakain bernafsu untuk ngentoti Lina. Itu berarti aku akan menikmati sempitnya liang nonok Lina yang pasti lebih sempit dari liang nonok Desi. Dengan penuh nafsu aku langsung memeluk Lina kuat2. Kuciumi kening dan pipi Lina bertubi2. Kemudian aku lumat bibir Lina dengan penuh nafsu yang sudah menggelegak. Bibir kami saling melumat dan lidah kami saling membelit dan mengkait.

Sambil berciuman kini tanganku mulai mengusap2 susu Lina yang menyembul montok, masih kenyal dan padat yang masih tertutup oleh baju dan BH. Joni berulang kali mengusap dengan usapan lembut yang cukup membuat Lina semakin bergairah.

"Buka saja bajuku, Mas. Lakukan apa yang kamu mau. Malam ini aku serahkan diriku untuk kamu, Mas“ kata Lina pasrah.

Lalu aku pun melucuti pakaian Lina hingga yang tersisa tinggal BH dan CDnya saja. Kemudian aku membuka kaitan BH Lina sehingga BH itupun terlepas. Bagian tubuh atas Lina sudah dalam keadaan polos tanpa penghalang. Terlihat jelas betapa indahnya bentuk bukit susu Lina yang montok dan padat, kulitnya putih, mulus dan bersih. Dengan tangan gemetar aku mulai beraksi meremas2 susu Lina kiri dan kanan silih berganti. Napasku memburu pertanda nafsuku yang sudah sangat besar.

"Aaaaahhh... Maaaaasss... terus remas susuku Maaaaasss... Aaaaahhh..." rintih Lina.


POV Lina

Tak puas hanya tangannya, maka mulut Mas Joni pun langsung menyosor pentil susuku. Dia kenyot2 pentilku silih berganti kiri dan kanan. Hal tersebut adalah kali kedua aku merasakannya setelah aku diperawani oleh mantan cowokku yang brengsek itu.

Aksi mulut Mas Joni tersebut, mambuat aku menggeliat2 dan merintih2. Tak terhingga begitu nikmatnya rasa sentuhan2 yang kurasakan. Getaran jiwaku melayang2 menuju terbuai oleh kenikmatan yang luar biasa.

"Aduuuuuhhh... Ssssshhh... Aaaaahhh... bawa aku ke kamar Maaaaasss... kita lanjutkan di kamarku saja. Nanti di kamar, kamu boleh lakukan apa saja sepuas kamu Maaaaasss... Aaaaahhh... Aku sudah gak tahan Maaaaasss...” ucapku dengan tubuh gemetar terus merintih dan mengerang.

Segera Mas Joni mengangkat tubuhku ke dalam kamarku. Dia tidurkan aku di tempat tidur. CDku segera dilepas oleh Mas Joni, sehingga kini tubuhku sudah benar2 telanjang bulat. Jantungku berdegup kencang menantikan apa yang akan terjadi seterusnya.

Mas Joni lalu menyerbu bibir dan susuku secara ganas. Nafsunya begitu besar saat melihatku. Mungkin dalam benak Mas Joni ada gadis yang sangat cantik yang baru sekali dientot cowok tergolek pasrah dan indah di depan matanya siap untuk dia entoti.

Aku mengangkangkan kakiku selebar mungkin, sehingga bibir luar nonokku merekah memperlihatkan dengan jelas bagian dalam nonokku yang berwarna merah muda. Nonokku sudah basah oleh cairan pelumas yang keluar dari liang nonokku akibat rangsangan birahi yang sedang menderaku.

Mas Joni berlutut di depan nonokku, tangan kirinya mulai mengelus2 pahaku sementara tangan kanannya mengelus2 belahan nonokku, kemudian jempolnya mengelus2 itilku.

“Ooooohhh... Ssssshhh... Aaaaahhh... Ssssshhh... Ooooohhh...” aku mendesah.

Mas Joni dekatkan mulutnya ke belahan nonokku. Dia julurkan lidahku menjilati celah nonokku.

“Hhhmmmmm... Sluuuuurp... Sluuuuurp... enak Lin??? Sluuuuurp... Sluuuuurp...” tanya Mas Joni sambil mengisap itilku dan menjilati nonokku.

“Ooooohhh... eeeeenaaaaak... Maaaaasss... Ssssshhh... Aaaaahhh... Maaaaasss... nikmaaat... sekaliii... Maaaaasss...” jawabku.

“Iyaaa... Maaaaasss... di situuu... Uuuuuhhh... Maaaaasss... jilat itilkuuu... Iyaaa... isap itilkuuu... Maaaaasss... Uuuuuhhh... enaaak... Maaaaasss... Aaaaahhh...” erangku.

“Ssssshhh... Uuuuuhhh... nonok kamu liangnya sempit banget Lin, jariku aja susah masuk apalagi kontolkuuu... Hhhmmmmm... Sluuuuurp... Sluuuuurp...” kata Mas Joni sambil memasukkan jari tengahnya ke dalam liang nonokku sambil terus menjilati itilku. Liang nonokku yang masih sempit itu menjepit ketat jari tengah Mas Joni. Aku yakin Mas Joni pasti dapat merasakan dinding liang nonokku yang berkedut2 meremas2 jarinya.

"Ooooohhh... Uuuuuhhh... Maaaaasss... entot aku Maaaaasss... sekarang!!! Cepetan masukkan kontol kamu yang besar itu ke dalam liang nonokku!! Aku tidak sabar lagi Maaaaasss... Aku ingin kamu genjot nonokku dengan keras dan cepaaat... Ssssshhh... buruan Maaaaasss...!!!" teriakku sambil merintih2 menahan nafsu birahiku yang semakin meninggi.

Mas Joni merasakan jari2 tangannya basah oleh cairan pelumas yang keluar dari dalam liang nonokku. Nonokku sudah sangat basah, nampaknya nonokku sudah siap untuk dimasukin kontol Mas Joni.

"Ayo buruan masukin kontol kamu, Mas. Pelan2 ya, Mas?” ucapku tak sabar menunggu kontol Mas Joni masuk ke dalam liang nonokku. Aku memejamkan mata rapat2, ketika tubuh Mas Joni mulai menindih tubuhku. Dengan sangat hati2 Mas Joni menusukkan kontolnya.

Begitu sempitnya liang nonokku, beberapa kali kontol Mas Joni gagal masuk ke dalam liang nonokku. Tapi dengan sabar Mas Joni terus mencoba mengarahkan kontolnya. Aku membuka kedua kakiku lebih lebar lagi agar kontol Mas Joni lebih mudah masuk ke dalam liang nonokku dan dengan bantuanku mangarahkan kontol Mas Joni ke liang nonokku.

Perlu perjuangan ekstra bagi Mas Joni agar kontolnya dapat menerobos liang nonokku yang sangat sempit itu dan pastinya jauh lebih sempit dari liang nonok Desi. Saat aku ngintip Mas Joni yang sedang ngentoti Desi, aku dapat melihat bagaimana Desi merasakan begitu nikmatnya kontol Mas Joni keluar masuk liang nonoknya dan Mas Joni pun merasakan nikmat yang luar biasa saat kontolnya dijepit liang nonok Desi, maka terbayang bagiku kenikmatan yang bakal aku terima saat kontol besar Mas Joni keluar masuk liang nonokku.

Sleeeeeppp...

Kepala kontol Mas Joni berhasil membelah bibir nonokku.

"Ssssshhh... Aaaaahhh...” erang Mas Joni saat ujung kontolnya mulai membelah bibir nonokku.

“Aduuuh... sakiiit... Maaaaasss... tahan dulu Aaaaahhh... Maaaaasss... tahaaan...” Aku terlonjak kaget, mataku terbelalak dan merintih kesakitan saat celah nonokku dibelah oleh kepala kontol Mas Joni yang besar tersebut dan sedikiti masuk ke dalam liang nonokku.

Ternyata apa yang aku bayangkan tidak sama dengan kenyataan yang aku alami saat ini. Aku merasakan kesakitan seperti saat pertama kalinya aku dientot oleh mantan cowokku dulu. Liang nonokku yang sempit dipaksa menerima kontol Mas Joni yang sangat besar tersebut.

Bleeeeesss...

“Aow!!! Pelaaan... Maaaaasss... pelaaan... Jangan terlalu dalam Maaaaasss... Aow!!! Sakit!!!” kembali aku merintih kesakitan dan meronta2 saat Mas Joni mendorong pantatnya sehingga kontolnya masuk lebih dalam lagi di liang nonokku.

Tanganku menahan pantat Mas Joni agar batang kontolnya tidak masuk lebih dalam lagi di liang nonoknya. Namun Mas Joni gak mennggubris rintihan kesakitanku, dengan pelan dan hati2 Mas Joni menekan kembali pantatnya. Pelan2 kontol Mas Joni menerobos liang nonokku. Aku terus meronta2 karena liang nonokku ditembus kontol Mas Joni yang besar tersebut.

Bleeeeesss... Bleeeeesss...

“Aaaaahhh... Pelaaan... Maaaaasss... pelaaan.. Aaaaahhh... tahan dulu jangan ditekan!!! Aaaaahhh... kontol kamu gede banget Mas!!! Ooouuuhhh... robeeek nonokkuuu...!!! Aaauuuhhh... sakiiit... Maaaaasss...!!!” Aku menjerit saat kontol Mas Joni semakin dalam meneroboskan ke dalam liang nonokku.

Seperempat dari panjang batang kontol Mas Joni masuk di liang nonokku, tiba2 aku merasakan kontol Mas Joni tersebut membentur sesuatu di dalam liang nonokku. Dengan perlahan dan hati2 Mas Joni menekan kembali pantatnya sehingga kontolnya menembus halangan tersebut.

Bleeeeesss...

“Aduuuuuhhh... Aaaaahhh... Saaakiiit... Aaaaahhh... Hhhmmmmm... Aaaaahhh... Maaaaasss... Periiih... Maaaaasss...” Aku mengerang kesakitan merasakan kontol Mas Joni merobek sisa2 selaput perawannya.

Ternyata selaput perawanku tidak robek sempurna saat aku diperawani oleh mantan cowokku dulu. Kini aku yakin kontol besar Mas Joni telah merobek kembali selaput perawanku. Robek tak bersisa akibat sodokan kontol yang besar Mas Joni tersebut.

Batang kontol Mas Joni yang besar tersebut kini memenuhi liang nonokku. Aku memang sudah tidak perawan, namun liang nonokku baru sekali2nya kemasukkan kontol, yaitu saat mantan cowokku memerawaniku. Karena kontol Mas Joni yang sangat besar, jauh lebih besar dari pada kontol mantan cowokku, aku merasakan sakit yang sama seperti saat selaput perawanku pertama kali robek. Aku bergelinjangan ke kiri dan ke kanan saat kontol Mas Joni telah amblas seluruhnya di dalam liang nonokku. Kontol Mas Joni mentok di dasar liang nonokku, bahkan hingga menembus ke dalam rahimku.

“Santai Lin. Nanti juga gak sakit. Saat ini otot2 liang nonok kamu belum terbiasa kemasukan batang kontol yang besar. Rilek dan tenang nanti rasa sakit itu hilang” Mas Joni berusaha menenangkanku.

Ternyata benar. Setelah aku mulai tenang dan rilek rasa sakit itu mulai berkurang. Aku mulai dapat menikmati enaknya liang nonokku yang terisi penuh oleh batang kontol Mas Joni.

Walau masih agak sedikit nyeri, maklum liang nonokku baru sekali kemasukkan kontol laki2 lagi pula itu terjadi dalam kurun waktu yang lebih dari 6 bulan yang lalu, namun akhirnya aku dapat merasakan nikmat tiada tara jauh lebih nikmat saat melakukannya dengan mantan cowokku dulu.

Setelah mendiamkan kontolnya beberapa saat, Mas Joni mulai menarik perlahan kontolnya keluar dari liang nonokku. Tampak wajah Mas Joni kaget saat dia menarik kontolnya keluar dari liang nonokku, ada darah segar yang menempel di batang kontolnya.

“Lin, nonok kamu berdarah?” kata Mas Joni dengan muka kebingungan. Aku tersenyum melihat Mas Joni yang sedang kebingungan tersebut.

“Bukankah kata Desi, kamu sudah...” lanjut Mas Joni, namun belum selesai dia bicara, aku langsung memotongnya.

“Aku memang sudah tidak perawan lagi Mas. Itu mungkin sisa2 selaput perawanku yang dulu tidak robek sempurna saat mantan cowokku yang brengsek itu memerawaniku dan baru kali ini liang nonokku kemasukan kembali kontol laki2, yaitu kontol kamu, Mas. Aku yakin sekarang selaput perawanku benar2 robek oleh kontol kamu yang besar tersebut” jelasku.

Mendengar jawaban Lina tersebut, Mas Joni menjadi sangat hati2. Dengan perlahan dan penuh perasaan dia memasukkan kembali batang kontolnya ke dalam liang nonokku.

"Masih sakit, Lin?" tanya Mas Joni.

"Aow... sedikit Mas. Ssssshhh... Ooooohhh... Maaaaasss... sakiiit... tapi enaaaaak..." sahutku yang merasakan antara sakit dan enak di liang nonokku.

Mas Joni pun menghentikan sodokan2 kontolnya di nonokku. Dia memagut bibirku yang sedang mengerang dan merintih kesakitan itu. Aku pun gelagapan dengan serbuan mulut Mas Joni di mulutku, saat aku sedang menahan sakit di nonokku yang sedang di terobos kontolnya yang besar.

Mas Joni merubah gerakan maju naik turun pantatnya menjadi gerakan memutar, sambil mulutnya asyik memagut bibirku. Gerakan Mas Joni ini tidak terlalu membuat sakit nonokku, justru memberikan sensasi nikmat bagiku, rintihan kesakitanku mulai berganti dengan desahan kenikmatan. Apalagi kemudian mulut Mas Joni mulai mengenyot2 kedua susuku bergantian kiri dan kanan sambil kontolnya terus mengocek liang nonokku.

“Ooouuuhhh... Maaaaasss... Ssssshhh... teruuus... Maaaaasss... teruuus... putaaar... Ssssshhh... enaaak... Maaaaasss... tidak sakit lagi. Ooooohhh... Maaaaasss... Ssssshhh... Aaaaahhh... enaaaaak... putar terus Maaaaasss...!!!” desahku yang sudah tidak merasakan sakit lagi di nonokku. Kini rasa sakit itu telah berganti dengan rasa nikmat.

Mas Joni mulai kembali menarik dan menekan pantatnya sehingga batang kontolnya keluar masuk berulang2 di dalam liang nonokku. Kini aku mulai dapat tersenyum karena bukannya rasa nyeri dan sakit yang aku rasakan namun rasa geli2 nikmat dan enak yang kini aku rasakan. Aku merenggangkan kedua pahaku agar batang kontol Mas Joni lebih leluasa bergerak di liang nonokku. Sementara itu mulut Mas Joni masih mengenyot2 pentil susuku.

"Ssssshhh... Enaaaaak... Ooooohhh... teruuus... Maaaaasss... aduuuuuhhh... Ooooohhh..." rintihku.

“Hhhmmmmm... Ssssshhh... liang nonokmu enak banget Lin, sempiiiiittt... Ssssshhh... Ooooohhh...” Mas Joni pun mengerang keenakan sambil terus memompa kontolnya di dalam liang nonokku.

“Aaaaahhh... Maaaaasss... enaaaaak... kontolmu enaaaaak... Maaaaasss... gede bangeeet... penuh liang nonokkuuu... Maaaaasss... teruuus... Maaaaasss... sodok nonokku dengan kontolmu ituuuuu... Ssssshhh... Aaaaahhh...” erangku yang semakin merasakan enaknya aksi Mas Joni.

Kakiku kini melingkar di pinggang Mas Joni. Saat Mas Joni melesakkan kontolnya, aku menekan pinggangnya ke bawah sehingga kontolnya melesak dalam2 di liang nonokku.

Pelukan tanganku semakin erat memeluk Mas Joni, napasku semakin menderu, sepertinya aku hampir mendapatkan orgasmeku, sebagai klimaks dari persetubuhanku dengan Mas Joni.

Saat desakkan dalam diriku semakin kuat, maka kakiku menekan kuat2 pinggang Mas Joni dan pelukanku bertambah kencang. Bibirku mengatup di bahu Mas Joni, napasku tersengal2, tubuhku mengejang.

Seeeeerrr... Seeeeerrr... Seeeeerrr... Dengan sangat kuat liang nonokku menyemburkan cairan orgasmeku. Aku yakin Mas Joni merasakan kontolnya menjadi hangat dengan semburan tersebut dan dia pasti juga merasakan dinding liang nonokku yang berkedut2 dengan kuat meremas2 kontolnya yang ada di dalamnya.

“Aaaaahhh... akuuuuu... keluuuaaar... Maaaaasss...!!! aku keluuuaaar...!!! Ssssshhh... enaaak... Maaaaasss... kontolmu betul2 enaaaaakkk... Ssssshhh... Aaaaahhh...!!!” Aku menjerit sejadi2nya merasakan badai orgasmeku. Orgasmeku yang pertama dalam persetubuhanku dengan Mas Joni telah kuraih. Melihat keperkasaan Mas Joni saat ngentoti Desi sore tadi, aku yakin dia pasti akan sanggup memberikanku orgasme2 berikutnya.

Mas Joni menghentikan pompaan kontolnya di liang nonokku dan membiarkan kontolnya di dalam liang nonokku untuk memberikan kesempatan bagiku menikmati orgasmeku.


Bersambung...
 
Terakhir diubah:
Jav Toys
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd