Agen Terpercaya   Advertise
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT Petualangan Birahi Joni (Lanjutan...)

Bagian 8: Nafsu Dari Yogya


POV Susi

Senin pagi itu aku menceritakan pengalaman keduaku ngentot bersama Joni kepada Tina dan Tuty. Tentu saja kedua temanku itu menjadi iri. Mereka sudah mengetahui betapa perkasanya kemampuan Joni. Dan terang2an mereka tergila2 dengan kontolnya.

"Eh gue kasih tahu ya, tempo hari Joni ngentoti gue lagi lho. Kita ngentot di hotel xxx di pinggir pantai. Eh tahu gak lo kontolnya rasanya makin gede aja" celotehku dengan bangganya memberitahu Tina dan Tuty kalau aku telah dientot lagi oleh Joni.

“Kok lo gak ngajak2 kita sih, Sus. Kan gue juga mau. Nonok gue jadi gatal pingin dientot kontol Joni lagi nih. Ah gue jadi penasaran." kata Tuty.

“Gue sih kapok ah" sela Tina

"Nonok gue sampai sakit akibat dientot kontol Joni yang gede itu. Akibatnya tiga hari gue jalan ngegang. Hampir saja ketahuan sama mami, dikiranya gue jatuh. Untung gue nggak mau disuruh ke dokter" jelas Tina

"Lo sih keterlaluan. Ngentot sambil nungging segala. Tentu saja nonok lo robek. Lagian udah tahu kontol Joni segede kontol kuda pakai gaya doggy lagi" ujar Susi sambil tertawa kecil.

"Tapi ngomong2 bagaimana ya dengan Sinta" tukas Tuty

"Apakah Sinta juga sama seperti kita?" tanya Tuty selanjutnya.

"Mana gue tahu. Eh tuh Sinta" tunjuk Susi

"Sinta!!! Sin!!! Ke sini bentar!!!" panggil Susi.

"Ada apa?" tanya Sinta

"Tadi ada yang cari lo?" kata Susi membohong

“Siapa?" Sinta balas bertanya

"Siapa lagi kalau bukan Joni" kata Susi

"Ah, masa. Mana dia sekarang?" Sinta kembali bertanya.

"Ke mana Joni tadi ya Tut?" Susi pura2 bertanya pada Tuty

"Tau tuh. Lo tahu gak Tin?" Tuty bertanya kepada Tina

"Gue tahu" kata Tina.

"Cowok seperti Joni itunya pasti besar. Betul kan Sin?" tanya Tina sambil berbisik. Tiba2 Tina bicara yang tidak ada kaitannya dengan pertanyaan Tuty.


POV Sinta

"Mana aku tahu!!!" jawabku. Wajahku merona merah. Aku merasa tersindir akibat peristiwa malam minggu kemarin ketika Joni berusaha menyetubuhiku.

"Masa iya lo belum tahu itunya Joni. Lo kan sudah lama pacaran sama dia Sin" selidik Tuty.

"Memangnya ada keharusan untuk mengetahui itunya pacar?" tanyaku sengit.

"Harus sih tidak. Tapi setidaknya harus mengecek. Siapa tahu pacar lo nggak punya itu. Kan berabe kalau sudah kawin nanti" kata Susi berdalih.

"Sungguh aku belum tahu!!!" kataku tetap merahasiakan apa yang pernah aku lihat saat malam minggu kemarin

"Maksud kalian apaan sih?!" kataku sedikit kesal.

"Ah cuma tanya saja" kilah Susi

"Soalnya begini Sin. Cowok jaman sekarang sulit dipercayai. Banyak cowok menuduh kepada cewek. Mereka bilang kita2 sudah pada blong alias tidak perawan. Makanya kita kaum cewek juga harus waspada kalau2 cowok kita sering memasukkan burungnya ke setiap sarang yang diinginkannya" jelas Susi

"Ah bagi aku sih tak jadi soal. Biarin saja cowok main sama orang lain. Yang penting tidak bawa penyakit. Lagian baru pacar belum jadi suami. Toh resikonya dia juga yang nanggung sendiri" jelasku tak mau kalah dengan Susi.

"Jangan sok suci lo, Sin. Aku yakin kamu pasti sudah begituan sama Joni kan? Terus terang kami juga sudah pernah mengalami sama cowok2 kami" kata Susi.

“Asal lo tahu aja ya Sin, yang jelas kami bertiga sudah pernah merasakan keperkasaan kontol Joni dan dia sungguh perkasa. Beruntung lo jadi pacarnya” bisik Susi

Mendengar bisikan Susi, aku jadi tambah panas.

"Asal lo tahu juga ya Sus!!! Yang jelas aku memang belum pernah begituan dengan Joni!!!” jawabku tegas

“Yuk ah aku ada kuliah dulu” jawabku berusaha menghindar dari Susi dkk.

Sambil jalan telingaku masih terngiang perkataan Susi. Sebenarnya kalau saja trauma perkosaan diriku dapat aku atasi tentu malam minggu kemarin aku pasti juga sudah dapat merasakan keperkasaan kontol Joni, seperti yang dibilang sama Susi barusan. Membayangkan hal itu tiba2 nonokku menjadi basah. Ada perasaan lain dalam jiwaku.

"Kenapa aku jadi terangsang dengan omongan Susi tentang Joni ya? Ah sudahlah" ujarku dalam hatinya.


POV Susi

Sementara itu sepeninggal Sinta, aku masih bertanya2 tentang pernyataan Sinta barusan yang belum pernah dientot oleh Joni. Padahal kami bertiga sudah merasakan keperkasaan kontol Joni.

"Masak iya sih Sinta belum pernah dientot oleh Joni?" gumamku.

"Mungkin saja Sus. Emangnya lo, cewek yang doyan kontol" ujar Tuty.

"Sudah2 gak usah ribut" lerai Tina

"Kalu memang benar apa yang dikatakan oleh Sinta, berarti kita sangat beruntung. Karena kita dapat lebih dulu menikmati kontol Joni daripada Sinta" lanjut Tina.

===000===


POV Joni

Sementara hari itu aku sendiri tidak ke kampus. Karena ketika hendak meninggalkan rumah Mirna, tiba2 Mirna datang dari luar kotanya. Rupanya Mirna datang lebih awal dari waktu yang direncanakannya.

"Hai Jon. Kebetulan kamu ada disini” sapa Mirna ketika berpapasan denganku di teras rumahnya

“Mau ke mana kamu?” tanya Mirna kemudian ketika melihat aku hendak pergi.

“Ya ke kampus dong Mir. Tadi aku gak sengaja mampir ke sini, gak tahunya kamu gak ada” kataku bohong padahal sudah sejak dari Sabtu malam aku berada di rumahnya.

“Tunggu dulu Jon. Ada yang mau aku ceritakan sama kamu. Yuk masuk dulu?” pinta Mirna mencegahku pergi. Aku pun tidak jadi pergi lalu mengikuti Mirna masuk ke dalam rumahnya

“Sebentar ya Jon, aku mandi dulu biar segar” kata Mirna ketika aku telah duduk di ruang tengah tempat dimana dia dan aku biasa ngobrol.

“Mbak Minah tolong bikinin minum buat Joni dan siapkan juga buat saya yah?” perintah Mirna ke Minah lalu Mirna masuk ke dalam kamarnya.

“Baik Non” jawab Minah. Begitu melihat majikannya masuk ke dalam kamar, Minah mendekatiku.

“Siap2 Mas Joni, si Non pasti minta jatah tuh. Adik Mas Joni masih kuat kan?” bisik Minah nakal sambil mencolek bagian selangkanganku.

Aku hanya tersenyum menanggapi celoteh Minah tersebut.

Beberapa menit kemudian Mirna keluar dengan mengenakan lingerie transparan warna ungu model babydoll yang sangat sexy. Karena lingerie tersebut transparan, maka Joni dapat melihat bahwa Mirna tidak mengenakan BH sehingga susunya yang montok dengan pentilnya yang besar berwarna kecoklatan terlihat dengan jelas olehku. Sementara itu dibagian nonok Mirna hanya tertutup g-string yang sangat mini sehingga sebagian jembutnya berhamburan keluar ke samping kanan, kiri dan atas g-stringnya.

Luar biasa seksinya Mirna, dengan lingerie tersebut semua lekak-lekuk dan bentuk tubuh Mirna yang indah itu dapat terlihat olehku. Dan karena Mirna memang habis mandi, maka saat Mirna duduk disampingku dapat tercium semerbak harum tubuh Mirna yang berasal dari wangi parfum sabun mandi yang tadi dipakai Mirna. Walaupun aku sudah sering melihat tubuh telanjang Mirna, namun setiap melihat lekak-lekuk tubuh indah Mirna selalu saja penuh pesona dan jadi terangsang.

“Kok bengong gitu sih Jon, kayak gak pernah lihat tubuhku saja” ledek Mirna.

“Habis tubuh kamu indah banget Mir. Lekak-lekuknya penuh pesona. Siapun yang melihat pasti melotot” pujiku.

“Ah kamu pandai memuji. Begini Jon...” Mirna memulai ceritanya

“Gara2 waktu di Yogya setelah pesta pernikahan ponakanku, semua orang pada candain pengantinnya, terutama masalah malam pertama. Aku jadi langsung ingat sama kamu, Jon. Bayanganku langsung tertuju pada kontol kamu. Semalaman Mirna gelisah terus menerus membayangkan kontol kamu. Makanya aku percepat kepulanganku yang semula rencananya mau pakai penerbangan sore, aku percepat dengan penerbangan yang paling pagi. Aku sudah kangen banget pingin segera ketemu kamu” jelas Mirna.

“Tapi Mir, aku mau ke kampus dulu” kataku.

“Kamu gak ada janji dengan dosen kamu kan? Kamu temani aku saja disini, ya? Please jangan biarkan aku menderita didera gelora birahi ini?” Mirna terus memohon agar aku dapat menemaninya sambil melendot manja.

Tangan Mirna mulai mengelus2 kontolku dari luar celanaku. Karena terus menerus dirangsang maka celanaku makin menonjol dibagian tengah selangkanganku pertanda kontolku mulai ngaceng.

Melihat hal itu kemudian Mirna mencium bibirku dengan penuh nafsu. Aku membalas ciuman tersebut dengan menyedot bibir Mirna, lalu lidahku menggelitik rongga mulut Mirna. Birahi Mirna yang sedari tadi sudah tinggi makin menggelora.

“Jon, di kamar aja yuk?” ajak Mirna.

Aku yang lama tidak menikmati tubuh montok Mirna jadi terbangkit birahiku. Aku bimbing Mirna masuk ke dalam kamarnya. Begitu bernafsunya Mirna sehingga begitu masuk kamar ia langsung merangsak tubuhku.

"Aaaaahhh... Jooooonnn... Aku udah nggak tahan. Nonokku gatal banget pingin digaruk kontol kamu, Jon" rengek Mirna sambil menanggalkan lingerienya. Dengan hanya menarik tali dikedua pundaknya, lingerie tersebut langsung meluncur turun. Kini tinggal g-stringnya yang tersisa namun dengan cepat g-string tersebut pun dia buka pula. Kemudian dalam keadaan telanjang bulat Mirna langsung melompat ke atas tempat tidur dengan posisi telentang.

Aku menatap nanar berusaha menikmati lekuk2 tubuh Mirna dengan pandangan mataku. Mirna memiliki tubuh yang begitu indah. Setiap lekuk tubuh montoknya senantiasa menunjukkan pesona yang mengagumkan.

"Ayo dong, Jon. Buka pakaianmu" pinta Mirna sambil, menguakkan pahanya, mempertunjukkan bukit nonoknya yang montok dan tertutup oleh jembutnya yang hitam lebat.

“Sejak di atas pesawat tadi, nonokku sudah basah membayangkan kontol kamu, Jon” sambung Mirna.

Dengan kedua tangannya Mirna membuka celah nonoknya lebar2. Terlihat nonoknya merekah kemerahan, bibir dalamnya mengkilat lembab, itilnya yang nongol tampak membesar dan memerah, nonoknya nampak membengkak basah akibat cairan nonoknya yang terus menerus keluar menandakan birahinya sudah naik.

Melihat pemandangan yang ada di depan mataku itu, aku terperangah. Aku buru2 membuka pakaianku kemudian melompat naik ke tempat tidur menerkam tubuh Mirna yang sudah lebih dulu berada di tempat tidur.

"Ouw Jooooonnn... sayangkuuu... Ooooohhh...” Mirna menyambutku dengan pelukan mesra lalu meraih kontolku yang tegang dan keras berdenyut itu.

"Wow kamu makin besar saja sayaaang...” ujar Mirna seolah2 ngajak bicara kontolku. Tangannya terus membelai2 kontolku

“Ooooohhh... nonokku kangen banget sama kamu sayang" lanjut Mirna sambil tangannya terus membelai2 kontolku.

"Nonok kamu juga indah. Bibirnya tebal dan jembutnya lebat. Bikin nafsu aja kalau lihat. Rasanya aku gak akan pernah bosan dengan nonok kamu" kataku sambil mengusap2 bukit nonok Mirna dan membelai2 jembutnya. Mirna memejamkan mata menikmati elusan dan belaian tanganku.

"Kamu tahu gak Jon. Kontol kamu tuh membuat aku gila" kata Mirna sambil terus membelai batang kontolku yang semakin tegang dan keras.

"Bibir nonokmu yang tembem dan jepitan nonokmu yang erat juga bikin aku ketagihan” kataku

“Dan jembutmu yang rimbun menandakan kamu wanita hangat. Kata temen2ku, cewek yang jembutnya rimbun nafsunya besar banget, dirangsang sebentar aja udah siap dientot dan kalau dientot pinginnya lagi dan lagi tidak cukup hanya sekali” lanjutku.

"Ah kamu bisa saja" kata Mirna tersenyum malu. Dan kenyataannya nafsu seks Mirna memang cukup tinggi.

"Kok ini belum diapa2in sudah basah aja. Betulkan apa yang aku ucapkan barusan" kataku ketika tanganku merasakan basahnya nonok Mirna.

"Dari tadi aku dah nafsu banget, Jon. Pingin segera dientot sama kontol kamu yang gede ini" jelas Mirna.


POV Mirna

Aku merangkul Joni. Wajah kami begitu dekatnya, sehingga aku merasakan napas yang keluar dari hidung Joni menerpa wajahku, dengan lembut Joni lalu melumat bibirku. Aku menikmati ciuman dan isapan bibir Joni pada bibirku. Aku merasakan getaran aneh yang mengalir saat bibirku tersentuh oleh bibir Joni. Mataku terpejam mulutku sedikit terbuka. Lidah Joni pun menari dengan lincah, masuk ke dalam mulutku dan menjelajahi rongga mulutku.

"Hhhmmmmm... Sluuuuurp... Hhhmmmmm... Ssssshhh..." Aku seolah tak mau kalah dengan Joni. Lidahku ikut menari mengimbangi lidah Joni.

Joni melanjutkan aksinya dengan melumat seluruh bibirku, lidahnya mulai menerobos masuk ke dalam rongga mulutku, kemudian lidahnya menari di dalam rongga mulutku, aku membalas dengan menyentuhkan lidahku ke lidah Joni. Lidah kami menari bersentuhan di dalam rongga mulut masing2.

Sambil tetap mencumbu mulutku, tangan Joni perlahan2 mulai meremas2 kedua susuku, sesekali dia pilin2 dengan lembut kedua pentilnya.

“Hhhmmmmm... Ssssshhh... Ooooohhh... Jooooonnn...” desahku merasakan nikmatnya sentuhan dan remasan tangan Joni di kedua susuku.

Aksi Joni semakin menjadi. Dia tahu bahwa aku sudah dikuasai nafsu birahiku. Ciuman Joni berpindah ke leherku, membuatku semakin menggeliat. Lalu turun ke arah dadaku, dengan lembut pentil susu kiri dan kananku dikecup oleh Joni bergantian. Kemudan Joni melanjutkan dengan jilatan2 di pentil kiri dan kanan tersebut secara bergantian dan kadang2 diisap2nya susuku.

Saat Tangan kanan Joni aktif dengan remasan dan pilinan di susu dan pentilku, tangan kiri Joni mulai meluncur ke arah selangkanganku. Aku yakin tangan Joni merasakan nonokku sudah sangat basah tersebut. Jari2 Joni mulai menggesek2 itilku dengan lembut. Kombinasi aksi Joni pada susu dan itilku membuat aku semakin mendesah. Rintihan nikmat meluncur tanpa henti dari mulutku.

“Ooooohhh... enaaak... teruuus... Jooooonnn... kamu makin pintar Sayaaaaang... Ooooohhh... puaskan aku Sayaaaaang... Ssssshhh... Aaaaahhh...” rintihku.

Perlahan2 ciuman Joni mulai merambat turun, saat bibirnya sampai diselangkanganku, dengan lembut ditariknya pantatku menuju tepi tempat tidur dan setelah itu ia turun dari tempat tidur dan jongkok dengan wajah tepat menghadap nonokku.

Diregangkan kedua kakiku lebar2 lalu Joni pun mulai mejilati celah di antara kedua bibir luar nonokku. Kemudian jilatan Joni lebih ke atas lagi hingga sampai di itilku. Dia jilati itilku yang sudah semakin bengkak dan keras tersebut. Sesekali itilku tersebut dia isap2 dengan lembut. Jari tengah Joni dimasukkannya ke dalam liang nonokku dengan perlahan. Aku melenguh akibat aksi yang dilakukan oleh mulut dan tangan Joni pada itil dan liang nonokku tersebut.

“Ssssshhh... Aaaaahhh... Sayaaaaang... nikmat sekaaaliii... teruuus... Sayaaaaang... isap itilkuuu... Iya begituuu... Sayaaaaang... Ssssshhh... Aaaaahhh... Iyaaa... teruuus... Sayaaaaang... Uuuuuhhh... enaaak... Sayaaaaang... teruuus... Sayaaaaang...” erangku, merasakan nikmat yang luar biasa saat Joni mulai mengocok liang nonokku dengan jari tangannya dan mengisap2 itilku.

Gerakan tangan Joni yang keluar masuk di liang nonokku semakin menjadi, kadang2 ia putar2 jari tangannya dan kadang2 ia pijat2 daerah yang berada tepat balik itilku. Sementara tangannya beraksi, mulut Joni tidak henti2nya menjilati dan mengisap2 itilku.

“Ssssshhh... Ooooohhh... Sayaaaaang... akuuu... gak tahan laaagiii... Sayaaaaang... akuuu... mauuu... keluuuaaarrr...!!! Ssssshhh... Ooooohhh... nikmaaat... sekaaaliii... Sayaaaaang... Aaaaahhh... Sayaaaaang... akuuu... keluuuaaaaarrr...!!!” Aku berteriak dan mengerang saat mencapai orgasmeku yang pertama di pagi ini.

Seeeeerrr... Seeeeerrr... Seeeeerrr... cairan orgasmeku keluar memenuhi liang nonokku. Tubuhku mengejang dan pantatku mengejut2 bersamaan dengan liang nonokku yang mengeluarkan cairan orgasmeku. Tanganku meraih kepala Joni dan menekannya kuat2 ke arah nonokku.

Saat menyemburkan cairan orgasmeku, dinding liang nonokku berkedut2 dan aku yakin itu dirasakan juga oleh jari tangan Joni yang tersiram oleh hangatnya cairan orgasmeku. Cairan orgasmeku itu mulai mengalir keluar lewat jari tangan Joni. Cairan tersebut meleleh keluar nonokku yang kemudian Joni jilati hingga semburan itu berhenti dan nonokku bersih dari cairan orgasmeku.

"Enak say?" tanya Joni sambil bangkit berdiri.

"Uuuuuhhh... Sayaaaaang... enaaak... sekaaaliii... Ssssshhh... Aaaaahhh... enaaak Sayaaaaang...” erangku.

Joni menarik tubuhku ke tengah tempat tidur, lalu dia pun berbaring di samping tubuhku. Aku kembali mengurut dan mengocok kontol Joni yang semakin tegang dan keras.

"Ooooohhh... Sayaaaaang... sekarang Sayaaaaang... masukin kontol kamu Sayaaaaang... puaskan aku dengan kontol kamu yang gede ituuu... Sayaaaaang..." Aku merengek minta agar Joni segera merojok liang nonokku dengan kontolnya yang gede itu. Sejak tadi nonokku sudah sangat gatal pingin digaruk pakai kontol kamu. Namun Joni malah mengerjai nonokku dengan tangan dan mulutnya.

Joni mengangkangi tubuhku. Kontol Joni mengacung di atas perutku.

"Ayo Sayaaaaang... masukkin kontol kamuuu... Sayaaaaang... masukkin!!!" aku kembali meminta agar Joni segera memasukkan kontolnya ke dalam liang nonokku.

Tanganku menarik kontol Joni yang mengacung di atas perutku. Aku bimbing kontol Joni tersebut menuju bukit nonokku dan kuletakkan kepala kontol Joni tersebut di celah antara kedua bibir dalam nonokku tepat di mulut liang nonokku. Tanpa diminta lagi, Joni langsung menekan kuat2 pantatnya hingga kontolnya itu amblas di liang nonokku disertai jeritan kenikmatanku.

"Aow!!! Sayaaaaang... Ssssshhh... Aaaaahhh... Sayaaaaang... nikmaaat... sekaaaliii... Sayaaaaang..." erangku. Pantatku terangkat naik. Secara refleks langsung bergoyang ke kiri dan ke kanan.

Bleeeeesss... Joni menekan kontolnya lebih dalam lagi hingga seluruh batang kontolnya berada di dalam liang nonokku. Kurasakan kontol Joni mentok di dasar nonokku menyentuh dinding rahimku.

Liang nonokku berdenyut2, memijit2 kontol Joni yang ada di dalamnya.

“Ooouuuhhh... Sayaaaaang... empotan liang nonok kamu kenceng bangeeet... nikmat banget kontolku diempot sama nonok kamuuu... Ooouuuhhh... Sayaaaaang... enaaak... sekaaaliii... Ssssshhh... Ooooohhh...” Joni pun mengerang merasakan nikmatnya empotan liang nonokku pada kontolnya. Joni memejamkan matanya menikmati kedutan2 dinding liang nonokku. Kemudian Joni mulai menggenjot kontolnya keluar masuk liang nonokku.

"Aaaaahhh... Ssssshhh... Sayaaaaang... enak sekaaaliii... tekan lebih keras lagi Sayaaaaang... Iyaaa... teruuus... Iyaaa... gituu... aduuuh... Sayaaaaang... Ssssshhh... Aaaaahhh...” Aku mengerang, menjerit, merintih merasakan genjotan kontol Joni di dalam liang nonokku.

Joni menekan kontolnya lebih dalam lagi di liang nonokku kemudian memutar2 kontolnya sehingga membuat sentuhan nikmat pada dinding liang nonokku. Kemudian Joni menaikturunkan pantatnya sehingga kontolnya keluar masuk liang nonokku kembali. Ketika itulah terdengar bunyi crok... crok... crok... crok... crok... crok... akibat tumbukan kontol Joni yang besar tersebut dengan liang nonokku yang sudah banjir dengan cairan birahiku.

"Aaaaahhh... Sayaaaaang... Ssssshhh... enaaaaak... Sayaaaaang...” rintihku.

Joni terus memacu birahinya bersamaku. Genjotan kontol Joni makin lama makin cepat dan iramanya semakin tidak teratur.

“Ssssshhh... Sayaaaaang... akuuu... maaauuu... Ssssshhh... keluuuaaar...!!! Sayaaaaang... terus genjot yang kuuuaaat...!!! Aaaaahhh... Sayaaaaang...!!!“ teriakku dengan semakin cepat dan liar memutar2 dan menggoyang2kan pantaku. Joni mengimbangi dengan menggenjotkan kontolnya kuat2 dan mempercepat keluar masuk kontolnya di liang nonokku.

“Keluarkan saja, say“ kata Joni sambil terus menggenjot kontolnya. Tubuhku menengang sangat kaku, aku angkat pantatku tinggi2 sehingga tubuhku melengkung seperti busur panah.

“Ssssshhh... Aaaaahhh... Sayaaaaang... akuuu... Ssssshhh... Aaaaahhh... keluuuaaaaarrr...!!! Aaaaahhh...!!!“ teriakku dengan membusungkan dadaku dan segera Joni meremas2 kedua susuku untuk memaksimalkan orgasmeku yang kedua.

Tubuhku mengejan berkali2. Tubuhku menegang dengan kaku lalu kemudian lemas dalam pelukan Joni. Seeeeerrr... Seeeeerrr... Seeeeerrr... liang nonokku menyemburkan cairan orgasmeku dan liang nonokku berkedut2 kencang menambah kenikmatan pada kontol Joni.

Melihat aku telah mendapatkan orgasmeku, Joni semakin memacu genjotannya di dalam liang nonokku. Genjotan Joni semakin liar.

“Aaaaahhh... Sayaaaaang... akuuu... mauuu... keluuuaaarrr... Sayaaaaang...” erang Joni sambil mempercepat genjotan kontolnya di liang nonokku. Aku merasakan kepala kontol Joni berdenyut2 kencang, dan itu pertanda sebentar lagi pejuh Joni akan menyemprot dari kontolnya.

“Aaaaahhh... Ssssshhh... akuuu... keluuuaaarrr... jugaaa... Sayaaaaang...!!! Ssssshhh... Aaaaahhh... enaaak... Sayaaaaang... Ssssshhh... Aaaaahhh...!!!” Joni teriak dan mengerang. Dia menekan dalam2 kontolnya di liang nonokku.

Crooooottt... Crooooottt... Crooooottt... Crooooottt... Crooooottt... kontol Joni menyemprotkan pejuhnya di dalam liang nonokku. Tubuh Joni mengejut2 di atas tubuhku seiring dengan muncratnya pejuhnya. Napas Joni terdengar menderu. Tak lama setelah tetes terakhir pejuhny menetes dari kontolnya, Joni menjatuhkan tubuhnya di sampingku.

Setelah badai nafsu kami mereda, aku beranjak ke kamar mandi untuk membersihkan nonokku dari sisa2 pejuh Joni dan cairan orgasmeku sendiri. Selesai membersihkan diri, aku menuju ke dapur menyiapkan minuman dan makanan khusus buat menjaga stamina Joni.

Sebenarnya aku masih menginginkan persetubuhan lagi dengan Joni. Namun karena aku baru saja melakukan perjalanan dari luar kota, setelah dua kali mendapatkan orgasme, aku meminta istirhat sejenak.

Sesampainya di dapur, aku terkejut karena ternyata Minah telah menyiapkan segelas susu jahe hangat hangat dan 2 butir telur rebus setengah matang serta sebotol madu. Aku memandang ke arah Minah yang senyum2 penuh arti.

“Makasih ya Min, sebenarnya aku mau buatkan minuman ini dan telur setengah matang buat Joni. Ternyata keduluan sama kamu” kataku sambil mencampur satu sendok makan madu ke dalam susu jahe yang telah dibuat oleh Minah. Kemudian aku kembali menghampiri Joni dengan membawa 2 butir telur setengah matang dan segelas minuman hangat yang telah aku siapkan Minah.

“Ini untuk ganti stamina kamu, Jon. Biar tetap fit. Aku masih pingin dientot lagi sama kontol kamu” kataku

“Beri aku waktu buat istirahat sebentar ya sayang” pintaku.

Joni memakan telur setengah matang yang aku berikan. Kemudian diminumnya segelas minuman hangat yang telah aku siapkan. Sementara Joni menikmati itu semua, aku tidur2an di samping Joni. Setelah merasakan staminaku pulih kembali, aku mulai mengocok kontol Joni.

"Sayang, udah tegang lagi nih kontol kamu. Tambah keras" kataku.

Joni telah selesai makan telur dan meminum segelas minuman hangat darku. Setelah menyimpan bekas tempat telur dan gelas bekas minuman yang dia minum, Joni kembali menghampiriku yang sedang tiduran dengan posisi telentang sambil mengocok kontolnya. Kemudian Joni ikut merebahkan tubuhnya di sampingku.

Aku mendekatkan mulutku pada kontol Joni yang sudah tegang dan keras tersebut. Aku menciumi kontol Joni, lalu menjilati daerah sekelilingnya termasuk biji pelirnya aku isap2.

"Aaaaahhh... Sayaaaaang... sungguh niiikkmaaat... emutanmuuu... Ssssshhh... Aaaaahhh... Sayaaaaang..." erang Joni.

Kontol Joni, aku jilati seluruhnya kemudian kumasukkan ke mulutku. Aku kulum sedalam mungkin batang kontol Joni yang bisa masuk ke dalam mulutku dan kuisap2. Kepalaku mengangguk2 mengeluarmasukkan kontol Joni di mulutku. Aku makin terangsang saat mengemut kontol besar Joni tersebut.

“Hhhmmmmm... kontol kamuuu... Hhhmmmmm... Sluuuuurp... Sluuuuurp... gede bangeet... Sayaaaaang... Hhhmmmmm... Sluuuuurp... Sluuuuurp... kontol kamuuu... niiikmaaat... Sayaaaaang... Sluuuuurp... Sluuuuurp... Hhhmmmmm...” ujarku disela2 mulutku yang sedang menciumi kontol Joni tersebut. Lalu kontol Joni tersebut aku jilati dan aku kulum di dalam mulutku bagai menggelomoh permen lolypop.

Mata Joni terpejam2. Ternyata hangatnya mulutku di kontol Joni itu merupakan kenikmatan baginya. Joni membiarkan aku menggelomoh kontolnya dengan penuh birahi. Setiap detik bagi kami, kami isi dengan berpacu dalam birahi.


Bersambung...
 
Terakhir diubah:

POV Mirna

Sambil menikmati kontolnya aku kulum di dalam mulutku, Joni menarik pantatku. Aku pun segera paham bahwa Joni juga ingin merasakan nonokku, maka segera aku mengubah posisiku. Aku naik ke atas tubuh Joni dan nonokku tepat dihadapan mulut Joni agar Joni mudah mengerjai nonokku dengan lidah dan mulutnya.

Joni mulai menjilati nonokku. Mula2 dijilatinya jembutku yang sudah basah kuyup oleh lendir yang keluar dari nonokku. Kemudian disibakkannya jembut yang menutupi bibir luar nonokku tersebut sehingga lidah Joni dapat menjilati bibir dalam nonokku. Aku pun menekan pantatku sehingga muka Joni menempel erat di permukaan nonokku.

“Jembut kamu lebat sekali sayang. Aku suka jembut yang lebat gini. Hhhmmmmm...” kata Joni sambil terus memainkan lidahnya di bibir dalam nonokku. Memang Joni termasuk tipe cowok yang sangat menyukai jembut cewek yang lebat.

“Sluuuuurp... Hhhmmmmm... Aaaaahhh... Ssssshhh... Sluuuuurp... Aaaaahhh... Sayaaaaang... kamuuu... Sluuuuurp... pinter bangeeet... Sluuuuurp... Hhhmmmmm... bikin aku nikmaaat...!!! Hhhmmmmm... Sayaaaaang... enaaak... Sayaaaaang... Sluuuuurp... Sluuuuurp...” Aku mengerang sambil mengulum2 kontol Joni tatkala jari Joni mulai menggelitik itilku.

Sementara itu lidah Joni terus menjilati nonokku, sambil sesekali jarinya dimasukkan ke dalam liang nonokku yang sudah sangat basah. Joni pun semakin bernafsu menjilati nonokku. Disedotnya liang nonokku kuat2.

Sruuup... sruuup... Joni menyedot lendir yang keluar dari nonokku masuk ke dalam mulutnya dan dia gelitik terus nonokku sehingga cairan nonokku semakin banyak keluar dan disedotnya terus cairan itu masuk kemulutnya.

Joni semakin merenggangkan pahaku lebih lebar lagi dan disibakannya jembutku yang lebat itu sehingga dia dapat dengan leluasa menjilati itilku. itilku, Joni sedot2, dia gigit2 dengan lembut dan dia tarik2 dengan bibirnya.

Aku sangat terangsang sekali dengan permainan mulut Joni di daerah nonokku, apalagi pahaku sekarang dibuka lebar2 dan area antara anus dan nonokku digosok2 terus dengan jari2nya dan kadang2 dia jilati.

Kemudian Joni memegang kedua belah pantatku, meremas2nya dan tanpa kuduga dia menjilati anusku, membuat aku menggelinjang geli nikmat.

“Ooooohhh... Sayaaaaang... Uuuuuhhh... geeeliii... Sayaaaaang... Aaaaahhh...” desahku merasakan kegelian namun jujur nikmat sekali. Baru kali ini anusku dijilati. Ternyata sungguh nikmat rasanya sensasi yang aku rasakan saat anusku dijilati seperti ini.

Jilatan Joni kembali ke lagi ke nonokku dan begitu itilku digetarkan dengan ujung lidah Joni yang bergerak begitu cepat, sebetar kemudian aku berontak, pantatku semakin kuat menekan nonokku hingga menempel erat sekali di mulut Joni sambil menggesek2kannya ke mulut Joni dengan liar.

”Aaaaahhh... Sayaaaaang...!!! Buruan masukin kontol kamu di nonokkuuu...!!! Aku sudah gak taaahaaan...!!!” pintaku sambil melepas kontol Joni dari mulutku dan menarik pantatku dari muka Joni.

Aku mengangkat pantatku sehingga posisiku jadi nungging. Aku ingin dientot lewat belakang. Joni segera memposisikan tubuhnya di belakangku.

Joni menatap liar pantatku yang sungguh seksi itu. Bongkahan pantatku yang bulat besar membelah di tengah. Di sela2nya tampak bibir nonokku sudah begitu merekah basah. Dibagian bibir dalam nonokku yang memerah mengkilat berlumuran lendir birahiku, mengintip liang nonokku yang sudah tidak sabar ingin melahap batang kontol Joni yang besar itu.

Pemandangan tersebut menambah nafsu Joni semakin menjadi. Dia isap dan jilat lendir nonokku dari belakang, sekalian anusku, aku melenguh panjang. Aku memang paling geli kalau dijilati anusku. Karena memang ini baru aku rasakan saat ngentot dengan Joni.

"Sayaaaaang... aduuuh... akuuu... gak tahaaan... Cepat masukin kontol kamu!!!" teriakku sambil menggoyang2kan pantatku.

Joni mengatur posisi pantatku agar posisi nonokku sejajar dengan kontolnya. Setelah posisinya tepat, aku pikir Joni akan langsung melesakkan kontol gedenya itu ke dalam liang nonokku, namun Joni tidak langsung menyodokkan kontolnya tapi justru dipeluknya tubuhku dari belakang.

Tangan kanan Joni meremas2 susuku dan memilin2 pentilnya sedangkan tangan kirinya menggosok2 itilku. Kontol Joni yang sudah sangat tegang dan keras itu menempel di antara pahaku.

“Aaaaahhh... Sayaaaaang... Masukin kontolmu Sayaaaaang...!!! Aku pingin kontolmuuu...!!!” seruku sambil kali ini tanganku menggenggam batang kontol Joni dan mengarahkannya ke liang nonokku. Sebentar kemudian kepala kontol Joni mulai membelah bibir dalam nonokku.

Tiba2 pesawat telepon di atas meja berdering. Joni menghentikan sodokannya.

“Ayo sayang sodokkan kontol kamu. Jangan hiraukan dering telepon itu. Toh di luar ada Minah” jelasku meminta Joni menyodokkan kontolnya. Joni menuruti keinginanku dan dengan hentakkan yang kuat dari pantat Joni dan dorongan pantatku ke belakang maka semua batang kontol Joni amblas ditelan nonokku.


POV Minah

Mendengar dering telepon yang dari tadi berdering, namun tidak ada yang mengangkat. Aku tahu kalau Non Mirna pasti lagi ngentot dengan Mas Joni, sehingga tidak mau mengangkat telepon. Takut ada hal penting, maka aku pun mengangkat telepon tersebut.

"Hallo. Dengan rumah Tante Mirna?" tanya suara wanita dari ujung sana.

"Betul. Non Sinta ya?" tanyaku. Aku hafal sekali dengan suara Non Sinta, karena dulu dia sering main ke sini sewaktu masih ada almarhum suami Non Mirna.

"Iya Bi. Ini aku” jawab Non Sinta.

"Tante Mirnanya ada, Bi?" tanya Non Sinta lagi

"Ada Non, tapi sedang eng... sedang istirahat" ujarku berbohong

"Ada pesan, Non? Nanti biar Bibi sampaikan ke Non Mirna" lanjutku.

"Bi, bilang sama Tante Mirna aku mau pinjam mobil. Mobilku tadi pagi tiba2 mogok” kata Non Sinta

“Sekarang aku lagi di kampus. Sebentar lagi aku akan ke sana mau ambil mobil Tante” lanjut Non Sinta sambil menutup sambungan teleponnya.

Aku menuju kamar Non Mirna, majikanku, untuk memberitahu pesan dari keponakannya. Begitu tiba di depan pintu kamar Non Mirna tersebut, aku sungguh terkesima saat melihat pintu kamar Non Mirna yang tidak tertutup rapat sehingga dari tempat aku berdiri, aku dapat melihat dengan jelas Non Mirna yang sedang dientot oleh Mas Joni.

Aku melihat Non Mirna yang dalam posisi nungging tersebut sedang dientot oleh Mas Joni dari belakang. Aku jadi terpaku melihat pemandangan tersebut. Jantungku berdegub kencang melihat adegan persetubuhan antara Non Mirna dengan Mas Joni. Aku jadi teringat gimana nikmatnya dientot sama kontol Mas Joni yang gede tersebut kemarin.

Melihat Non Mirna yang sedang menikmati saat dientot sama Mas Joni tersebut, aku jadi bingung. Bagaimana aku harus memberitahu pesan dari Non Sinta ke Non Mirna. Kalau aku memberi tahu ke Non Mirna, aku takut mengganggu Non Mirna yang sedang menikmati entotan Mas Joni. Namun di sisi lain sebentar lagi Non Sinta akan datang.

Ditengah kebingunganku tersebut, tiba2 bel pintu berbunyi. Aku kaget, karena itu tandanya Non Sinta sudah ada di depan pintu rumah Non Mirna. Aku bergegas meninggalkan kamar Non Mirna dan segera berlari menuju pintu depan.

“Eh Non Sinta, silakan masuk Non” Aku mengajak Non Sinta masuk ke dalam rumah.

“Bi, kok mobil temenku ada disini ya?” tanya Non Sinta penuh selidik. Sepertinya Non Sinta merasa heran kenapa mobil Mas Joni ada di rumah Tantenya. Memang kemarin setelah temannya selesai memakai mobilnya, Mas Joni meminta temennya tersebut mengantarkan mobilnya ke sini karena saat itu Mas Joni sedang asyik ngentoti aku.

“Eng... anu Non... anu... eng...” Aku kebingungan menjawab pertanyaan Non Sinta tersebut.

Belum terjawab pertanyaannya tentang mobil Mas Joni, Non Sinta kembali bertanya.

“Lalu mobil Tante dimana, Bi?” tanya Non Sinta.

“Ada Non masih di garasi. Kuncinya di tempat biasa, Non” jawabku.


POV Sinta

Mendengar penjelasan dari Bi Minah, aku berjalan hendak mengambil kunci mobil sebelum ke garasi. Namun begitu melewati kamar Tante Mirna, aku mendengar suara erangan Tante Mirna. Terdengar olehku Tante Mirna sedang merintih2 dan mengerang. Penasaran dengan bunyi suara tersebut, aku pun mendekati kamar Tante Mirna.

“Hah Tante???!!!” jeritku lirih sambil menutup mulutnya karena kaget melihat Tante Mirna dalam keadaan nungging sedang dientot oleh seorang pemuda. Dan betapa kagetnya aku saat aku lebih mendekat ke kamar tersebut, ternyata pemuda yang sedang mengentoti Tante Mirna itu adalah Joni yang tidak lain pacarku sendiri.

Hatiku panas terbakar rasa emosi menyaksikan pacarku sedang menyetubuhi Tante Mirna. Namun aku juga tidak dapat memungkiri kenyataan kalau diriku juga terangsang melihat aksi Tante Mirna dan Joni di dalam kamar tersebut yang sedang berpacu dalam birahi. Gelora birahiku mulai naik, yang tadinya aku ingin cepat meninggalkan tempat itu, sekarang aku malah menikmati pemandangan yang ada di dalam kamar tersebut.


POV Joni

Karena seringnya aku ngentot dengan beberapa cewek akhir2 ini, membuat aku semakin berpengalaman dalam hal seks. Gerakanku kini cukup bervariasi. Terkadang kontolku maju mundur dengan lembut di dalam liang nonok Mirna. Terkadang kontolku dengan penuh tenaga menghujam liang nonok Mirna. Sesekali aku memeluk Mirna dengan erat. Tangan kananku meremas2 susu Mirna dan memilin2 pentilnya sedangkan tangan kiriku menggosok2 itil Mirna.

Mirna mengimbanginya dengan memutar2 pinggulnya. Dan gerakan2 yang sedemikian rupa sehingga liang nonoknya yang masih terasa sempit oleh kontolku, mampu mengurut2 batang kontolku.

“Aaauuuhhh... Sayaaaaang... enaaak... Sayaaaaang... Ssssshhh... Aaaaahhh... kontolku seperti disedot2 dalam nonok kamuuu... Ssssshhh... Aaaaahhh...” Aku mendesah2. Mirna tahu kalau aku tengah merasakan nikmat yang luar biasa. Sepertinya Mirna senang bisa memberikan kepuasan kepadaku.

Cairan pelumas nonok Mirna terus keluar seiring semakin tingginya gelora nafsu birahinya membuat liang nonoknya makin becek. Hal itu membuat gerakan batang kontolku jadi semakin lancar memompa liang nonok Mirna yang sudah terasa becek itu, sehingga terdengar bunyi crok... crok... crok... crok... Bunyi yang ditimbulkan akibat tumbukan kontolku dengan liang nonok Minah yang becek tersebut.

Bunyi tersebut semakin membuatku bersemangat memompa kontolku di dalam liang nonok Mirna. Aku semakin cepat mengeluarmasukkan kontolku di liang nonok Mirna. Mirna mengimbanginya dengan menyodokan pantatnya ke belakang menyambut sodokan kontolku. Aku mendiamkan kontolku di dalam liang nonok Mirna kemudian aku putar2 kontolku tersebut.

"Ssssshhh... Ooooohhh... Kontol kamuuu... enaaak... Sayaaaaang... besar dan ujungnya terasa berdenyut2 seperti hidup. Bagian dalam nonokku jadi terasa gatal, pingin digaruk kontol kamuuu... Sayaaaaang... Ssssshhh... Aaaaahhh... enaaak... Sayaaaaang...” erang Mirna.


POV Sinta

Perasaanku semakin tidak karuan melihat adegan di dalam kamar yang semakin hot. Ditambah lagi dengan erangan dan rintihan Tante Mirna dan Joni, pacarnnya tersebut, dan juga bunyi yang dihasilkan dari pertemuan antara kontol Joni dengan liang nonok Tante Mirna yang becek membuat aku semakain terangsang. Aku jadi teringat dengan kejadian malam Minggu kemarin.

“Ah, seandainya saja malam Minggu kemarin aku dapat menghapus ingatanku tentang peristiwa buruk 4 tahun yang lalu, pasti aku juga sudah menikmati kontol Joni yang besar tersebut” batinku.

Jantungku berdegub kencang dan tanpa sadar aku mulai mengelus2 susuku dan tanganku yang satu lagi menggosok2 nonokku. Ketika aku mencoba meraba CDku, ternyata CDku tersebut sudah sangat basah dan lengket oleh lendir birahiku.

“Ah, kenapa aku jadi terangsang begini” umpatku dalam hati.

Sementara itu di dalam kamar...


POV Joni

Aku masih terus ngentoti liang nonok Mirna dengan kontolku yang gede ini.

"Enak sayang?" tanyaku sambil terus menggerakkan pantatku maju mundur sambil memegang dan meremas2 susu Mirna.

"Ssssshhh... Aaaaahhh... Enaaak... bangeeet... Sayaaaaang... Ooooohhh... Kamu bener2 hebat dan pandai bikin aku keenakan. Ooooohhh... Sayaaaaang... Aku sampai kuwalahan banget. Sayaaaaang... Ssssshhh... Ooooohhh..." sahut Mirna sambil terengah2 didera kenikmatan yang luar biasa.

"Mau terus begini say? Sepanjang hari kuat?" goda Joni sambil memutar dan menggoyangkan pantatku.

"Ooooohhh... Sayaaaaang... Mau sekaaaliii... Sayaaaaang... Ssssshhh... Aaaaahhh..." jawab Mirna sambil menengok ke arahku.

Saat aku menengok akan melumat bibir Mirna, aku melihat Sinta yang berdiri di depan pintu kamar memandang ke arah kami berdua. Tangan Sinta yang satu tampak meremas2 susunya dan tangan yang satu lagi menggosok2 nonoknya. Reflek aku menyebut nama Sinta.

“Sinta???!!!” teriakku. Mirna pun mengalihkan pandangannya ke arah pintu kamar. Dia tak kalah kagetnya melihat Sinta berada di depan pintu kamarnya menyaksikan dia sedang dientot oleh Joni.

Begitu kepergok olehku dan Mirna kalau dia sedang melihat dan menikmati persetubuhan kami, Sinta pun bergegas meninggalkan tempat tersebut. Sementara itu saat aku hendak mencabut kontolku dan mengejar Sinta, Mirna mencegahnya,

“Ssssshhh... Aaaaahhh... Sayaaaaang... Jangan dicabut dulu!!! Teruuus... Sayaaaaang... goyang lagi kontol kamuuu... Sayaaaaang... tusuk liang nonokku dengan kontol kamuuu... Sayaaaaang... Ssssshhh... Akuuu... akuuu... mauuu... keluuuaaaaarrr...!!! Ssssshhh... Aaaaahhh..." Mirna merintih2 dan menahan pantatku agar kontolku tetap ngentoti liang nonoknya.

Karena merasa tanggung untuk menyudahi persetubuhan yang sangat nikmat tersebut, aku pun batal mencabut kontolku dan justru semakin meningkatkan tempo genjotan kontolku pada nonok Mirna.

“Akuuu... juuugaaa... teruuus... Sayaaaaang... Ssssshhh... Ooooohhh... kamu pintar sekaaaliiii... Sayaaaaang... putar teruuus... Sayaaaaang... Ssssshhh... Aaaaahhh... Sayaaaaang...!!! Aaakuuuuu... keluuuaaaaarrr... Sayaaaaang...!!! Ssssshhh... Aaaaahhh...!!!” teriakku. Aku menghentakkan pantatku kuat2. Tanpa ampun lagi seluruh kontolku yang besar itu pun amblas sedalam2nya di liang nonok Mirna.

Crooooottt... Crooooottt... Crooooottt... Crooooottt... Crooooottt... pejuhku nyemprot di dalam liang nonok Mirna.

Hujaman kontol dan semburan pejuhku di dalam liang nonok Mirna, ternyata mendatangkan kenikmatan yang luar biasa bagi Mirna. Sehingga dia pun menjerit.

"Aaaaaaaaahhhhh... Sayaaaaang...!!! Ssssshhh... Aaaaaaaaahhhhh... Aaakuuuuu... juuugaaa... keluuuaaaaarrr...!!! Ssssshhh... Aaaaaaaaahhhhh...!!!" Mirna menjerit dan mengerang. Tubuhnya kejang dan meregang. Tangannya mencengkeram seprai kuat2, dan...

Seeeeerrr... Seeeeerrr... Seeeeerrr... cairan orgasme Mirna pun menyembur memenuhi liang nonok Mirna, bercampur dengan pejuhku yang menyemprot lebih dulu di dalam liang nonoknya. Begitu banyaknya cairan yang ada di dalam liang nonok Mirna tersebut sampai menetes keluar dari nonok Mirna.

Mirna tak bisa menguasai diri lagi. Aku mendorong tubuh Mirna hingga posisi Mirna jadi menelungkup di atas tempat tidur membelakangiku. Dengan kontol yang masih menancap di nonok Mirna, aku memeluk Mirna dengan mesra. Sementara tubuh Mirna menggelepar dengan mata terpejam2 menikmati puncak orgasmenya.

Tiba2 aku dan Mirna teringat dengan Sinta.

“Sinta???!!!” kataku dan Mirna hampir bersamaan.

Bergegas kami memakai kembali pakaian masing2 lalu mencari Sinta.

“Non Sinta sudah pulang, Non” kata Minah pada majikannya yang lagi kebingungan mencari Sinta.

Dengan pandangan kecewa aku dan Mirna akhirnya kembali ke ruang tengah. Kami duduk dan saling diam. Tak lama kemudian Minah membawa dua gelas teh manis hangat dan bakpia pathuk oleh2 yang tadi dibawa oleh Mirna.

“Maafin Minah Non. Tadi Minah bingung. Mau ngasih tahu ke Non kalau Non Sinta akan datang mau pinjam mobil Non. Tapi Minah takut ganggu Non” kata Minah.

“Gak apa2 Mbak. Semuanya sudah terjadi. Lagian bukan salah Mbak kok” balas Mirna.

Pandangan Mirna beralih ke Joni,


POV Mirna

“Jon, kamu kenal Sinta? Atau jangan2 Sinta yang pernah kamu ceritakan padaku itu, Sinta keponakanku yang tadi melihat kejadian kita di kamar?” tanyaku ke Joni.

“Sori Mir, kamu benar. Pacar aku yang pernah aku ceritakan ke kamu itu, ya Sinta keponakan kamu itu” jawab Joni

“Aku mencintai Sinta bukan karena Sinta anak orang kaya. Tapi aku mencintai Sinta karena selama ini jauh sebelum keadaan aku seperti ini, Sintalah satu2nya orang yang selalu mengasih aku semangat hingga akhirnya aku menjadi percaya diri menghadapi semua cibiran temen2 di kampus” jelas Joni.

Aku memandang ke arah Joni.

“Kamu masih mencintai dia?” tanyaku.

“Sampai saat ini aku masih sangat mencintai dia. Walaupun aku pernah kecewa karena dia tidak mau diajak bercumbu seperti kebanyakan cewek2 yang lain” jawab Joni.

“Walaupun kamu tahu apa yang telah terjadi pada Sinta?” lanjutku.

“Apapun keadaan Sinta, aku tetap mencintai dia. Aku sangat menyayangi dia” tegas Joni

“Memangnya ada apa dengan Sinta?” tanya Joni kemudian.

“Aku paham kalau Sinta menolak kamu ajak bercumbu seperti kamu mencumbu diriku. Itu semua karena dia masih belum dapat menghilangkan trauma akibat peristiwa yang dialaminya” jawabku

“Trauma?” kata Joni bingung dengan apa yang aku katakan.

“Okelah aku akan ceritakan semuanya tentang Sinta kepada kamu, karena kamu memang mencintai dia apa adanya. Namun aku mohon setelah kamu tahu semuanya, kamu tetap mencintai dia dan jangan sakiti dia. Apalagi kamu tinggalkan dia” jawabku

“Kamu harus janji, Jon!!!” lanjutku.

“Jangan khawatir Mir. Aku janji. Aku akan tetap mencintai Sinta apapun yang pernah terjadi dengannya” jawab Joni menyakinkanku. Aku percaya dengan ucapan Joni, selama ini dia gak pernah berbohong padaku. Maka aku pun mulai menceritakan masa lalu Sinta kepada Joni.

“4 tahun yang lalu Sinta pernah mengalami perkosaan. Akibat dari peristiwa itu selama hampir 1 tahun Sinta mengalami ketakutan setiap bertemu laki2. Setelah menjalani terapi secara rutin akhirnya dia dapat mengatasi semua itu. Namun rupanya dia masih belum 100% dapat menghilangkan trauma akibat peristiwa yang dialaminya tersebut. Aku baru tahu dari cerita kamu kalau ternyata Sinta masih trauma saat dia sedang dicumbu oleh cowok walaupun itu pacarnya sendiri” jelasku.

“Pantesan saat malam Minggu kemarin dia sangat ketakutan sekali. Saat sedang enak2nya bercumbu tiba2 Sinta mendorongku dan menolakku dengan keras” kata Joni

“Pantesan kamu jadi ganas gitu” godaku

“Rupanya malam minggu kemarin hasratmu tidak tersalurkan ya???” sambungku.


POV Joni

Aku hanya tersenyum menanggapi ledekan dan candaan Mirna.

“Siapa bilang tidak tersalurkan, kamu belum tahu aja kalau dari malam Minggu sampai Senin pagi tadi aku habis2an ngentoti Minah” batinku.

“Gimana Jon, apakah kamu masih mau mencitai Sinta setelah tahu bahwa Sinta pernah diperkosa. Dan mungkin dia juga sudah tidak perawan lagi” Kata Mirna membuyarkan lamunanku.

“Tidak ada manusia yang sempurna, Mir” jawabku

“Pantaskah aku menuntut Sinta harus perawan sementara aku pun juga sudah tidak perjaka lagi? Rasanya sungguh tidak adil bagi Sinta. Toh dia mengalami semua itu bukan karena kemauannya sendiri. Rasanya aku jadi semakin cinta dan semakin ingin lebih menyayangi dia” lanjutku


POV Mirna

Aku tahu bahwa jawaban Joni barusan tidak bohong yang hanya menyenangkan dirinya sebagai Tantenya Sinta. Aku jadi merasa bersalah terhadap Sinta, keponakanku, tersebut. Aku telah merebut Joni pacar keponakanku. Walaupun tidak sepenuhnya aku merebut Joni. Hubunganku dengan Joni hanya sebatas pemenuhan kebutuhan seksual saja walaupun akhirnya dalam diriku berkembang benih2 rasa sayang kepada Joni. Sepertinya aku harus dapat mencegah rasa itu sekarang.

“Okelah Jon. Aku minta kamu jangan ketemu dengan Sinta dulu sebelum aku menjelaskan semua yang barusan terjadi antara aku dan kamu pada Sinta. Nanti setelah semuanya beres aku akan kabari kamu. Oke sayang?” pintaku.

“Makasih juga Mir. Aku berharap semuanya cepat selesai” kata Joni.

Akhirnya kami berdua menikmati teh manis dan bakpia pathuk yang dihidangkan oleh Minah. Setelah itu Joni pun pamit kepadaku untuk kembali ke tempat kosnya.

End Bagian 8.


Bagian 9: Hadiah Ultah Yang Istimewa
 
Terakhir diubah:
Jav Toys
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd