Agen Terpercaya   Advertise
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Petualangan Seks Mengelola Kosan Sahabat

Mau tau nih, suhu semua tim siapa?

  • Nisya

    Votes: 189 17,7%
  • Tita

    Votes: 186 17,4%
  • Lola

    Votes: 119 11,2%
  • Rachel

    Votes: 209 19,6%
  • Mia

    Votes: 61 5,7%
  • Tante Dian

    Votes: 280 26,3%
  • Fitri (Newcomer)

    Votes: 22 2,1%

  • Total voters
    1.066
Surga Duniawi, di Kos Penuh Bidadari

BRAK! Suara benda terjatuh datang dari ruang kantor di depan. Gw dan Tante Dian kaget karena suaranya kenceng banget. Kami pun reflek beranjak dari sofa dan gw di depan Tante Dian membuka pintu. Tante Dian mengintip dari balik pundak gw. Sepitas gw lihat ada seorang wanita terduduk di pintu masuk disertai koper besar di belakangnya tergeletak begitu saja.

“Fitri?? Kenapa kamu?” tanyaku sambil berlari kecil menghampirinya.



“Eh ini gapapa kok Mas, cuma kesandung tadi ga kuat ngangkat kopernya masuk,” jawabnya sambil meringis menahan sakit di lutut kirinya. Mukanya tampak sedikit kaget ketika menyadari ada Tante Dian di belakang gw. Mengerti tatapannya, gw pun langsung menyahut, “Ini Tante Dian mau ngajak meeting buat proyek yang kemarin itu,” sambil aku memegangi kedua pundak dan membantunya berdiri.

Fitri nampak kesakitan sewaktu gw papah ke kursi kerja, sementara itu Tante Dian membantu mengambil koper yang tergeletak tepat di depan pintu. Fitri yang sudah duduk di kursinya masih mengerang kesakitan. Gw pun inisiatif bersimpuh menghadap lutut kirinya yang sepertinya kesakitan. Perlahan gw naikan celana kulot warna hitam yang dia kenakan saat itu sampai sedikit di atas lutut, sementara Fitri masih memegangi pahanya.

“Ya ampun Fit, kok bisa sampe lecet gini sih,”

“Eeee itu sebenernya bekas luka jatuh tadi perjalanan ke sini Mas Andre,”

“Hah, kok bisa?”

“Iya tadi pagi pacarku maksain nganterin pake motor. Padahal aku dah bilang mau ngegrab aja karena kopernya mayan gede. Nah pas di jalan antasari motor pacarku nyenggol ojol gitu, yaudah jatuh dah kita. Karena kesel sama dia dan takut telat, yaudah kutinggalin aja dia. Aku ngegrab sendiri ke sini.”

“Duh kok kasihan banget kamu Fit, mana belum dibersihin gini. Kudu disiram air dulu ini, baru dikasih alkohol,” gw mengomentari sakitnya sambil menengadah menatap wajah Fitri yang kesakitan. Dia hanya mengangguk mendengar penjelasan gw tadi. Gw pun berdiri lalu merangkul untuk membopongnya masuk ke dalam kamar mandi. Perlahan kami masih ke kamar lalu ke kamar mandi, sementara itu Tante Dian merapikan barang bawaan milik Fitri. Dengan air hangat gw siram perlahan luka di lutut kirinya itu.

“Ahh ahh Mas, sakit,” Fitri mengerang kesakitan saat berdiri sambil memegangi pundak gw.

“Bentar-bentar, ini belum bersih,” jawab gw menenangkan sambil membasuh luka di lututnya. Dirasa sudah cukup bersih dari debu dan kotoran, gw papah Fitri untuk ke ruang meeting kecil, di sana sudah ada Tante Dian yang ternyata paham kotak P3K kami di mana. Memang sih, gw naruh 1 kotak P3K di dinding depan yang bisa dilepas sewaktu-waktu.

“Coba sini Ndre,” instruksi Tante Dian sambil menepuk-nepuk sofa di sebelah Tante Dian. Gw pun mendudukan Fitri di sebelahnya. “Nama kamu Fitri kan?”

“I iya, Tante,” jawab Fitri sementara Tante Dian sudah mengeluarkan alkohol betadin dan perban. “Eh ga usah Tante, saya bisa sendiri.”

“Udah gapapa, kamu nurut aja. Nanti kamu ga bisa kerja malah proyek Tante yang telat, hahaha,” ujar Tante Dian menggoda Fitri.

“Iya Fit, anggap aja nyokap sendiri itu Tante Dian.”

“Dih, emang gw setua itu?” Tante Dian membalas ledekan sambil menginjak kaki gw.

“Ya ga juga sih, saya juga mau aja sih jadi suami Tante.”

“Dih, emang gw mau?”

“Ah Mas Andre mah bisaan!” timpal Fitri yang sambil meringis kesakitan.

“Udah diem aja lu Fit, malah ikutan. Kesakitan kaan,”

“Iyeee iyeee,” jawabnya sambil memegangi kaki kirinya. Sementara Tante Dian masih telaten memberikan alkohol, lalu berlanjut mengoleskan betadine sebelum akhirnya dibungkus dengan kasa dan perban.

“Makasih ya Tante Dian,”

“Iyaa, santai aja.”

“Eh, bentar gofood kita udah dateng Tante, Gw ambil ke depan dulu yak. Fit lu tunggu sini dulu, nanti sarapan bareng.”

“Oke siap,” jawab mereka berdua. Gw pun segera berjalan cepat ke depan mengambil sarapan yang kami pesan setelah bermain tadi. Tanpa fafifu, sat set gw pun sudah kembali ke ruang meeting. Anehnya begitu gw buka pintu Tante Dian dan Fitri nampak sedikit aneh. Seperti ada yang mereka sembunyikan, tapi gw ga akan mengabaikannya sementara perut gw udah bunyi.

Kami pun membuka pesanan kami. Kami bagi ke tiga piring meski kami hanya pesan 2 porsi. Saat itu suasana cair dan hangat sekali. Gw sarapan bersama klien dan anak buah sekaligus, yang mana mereka lebih terlihat seperti ibu dan anak. Mana sama-sama cantiknya. Gw pun tersenyum menyadari hidup di tengah surga duniawi dikelilingi perempuan cantik.

Selesai makan, Fitri pamit untuk ke ruang kerja depan. Tentunya sambil aku papah ke depan, sementara Tante Dian menunggu di ruang meeting kecil.

“Fit, kamarmu lagi disiapin ya. Nanti seberes kerja aja gw anterin ke atas yak,”

“Siap, thank you Mas! Btw nanti bayar kamarnya gimana Mas?”

“Potong gajimu lah,”

“Yah,” mukanya tampak memelas menatap gw.

“Tenang, tenang. Gratis selama kamu lemburan buat proyeknya Tante Dian.”

“Beneran?”

“Yaudah, ga jadi gratis ya.”

“Ah Mas Andre mah gitu, kalaupun ga gratis gapapa kok Mas. Saya bisa kasih selain uang.”

“Hah, apaan?”

“Ya jasa lemburan lah Mas, Mas kan selama ini ga pernah kasih tips kami lemburan,”

“Duh duh kasihan kalian ya. Ya lagian kalian seringnya dateng siang. Pulang jadi malem kan.” Fitri pun hanya membalas dengan tawa malu sampai akhirnya pintu depan terbuka. Datanglah Bagas dan anak-anak lainnya yang datang seperti biasa, kesiangan. Kamipun ngobrol bentar sambil mastiin target hari ini apa aja sebelum gw kembali ke ruangan meeting. Sesampainya di ruang meeting, Tante Dian sedang duduk telanjang menghadap pintu masuk. Ga deng canda, emang Tante Dian semurahan itu.

“Eh Tante maaf ya, jadi tertunda nih ngobrol kita pagi ini,”

“Yaelah selow Ndre, lagian masih lama Tante di sini. Jadi soal HP milik Yudha gimana Ndre?”

“Jadi gini, Tante,”

Kami pun ngobrol panjang lebar soal proyek sambil diselingi tentang kebocoran data dan finansial yang dialami Tante Dian selama ini. Tak terasa waktu berlalu begitu cepat, saat itu menunjukkan pukul 14.00 WIB, Tante Dian yang sudah menguap berkali-kali akhirnya pamit hendak kembali ke kamarnya di atas, “Tante ngapain balik ke atas, tidur di dalam aja.”

“Ga ah, banyak anak buah mu di depan, nanti ga enak.”

“Yaudah kalau Tante maunya begitu,” Tante Dian pun berdiri pergi dari ruangan. Gw pun juga beranjak ke ruang kantor depan mengecek pekerjaan anak-anak, sambil sesekali menanyakan kaki Fitri. Saat itu anak-anak baru beres makan siang, di sini makan siang selalu gw bayarin. Mereka tinggal reimburse aja.

Tak terasa waktu sudah menunjukkan pukul 20.00 WIB. Kami masih sibuk di depan mac masing-masing. Sementara beberapa anak-anak sudah siap pulang, menyisakan Gw, Fitri, dan Bagas.

“Gas, lu ga pulang?”

“Iya bentar lagi, tanggung nih.”

“Kalau lu Fit, udah beres?”

“Buat hari ini udah Mas,”

“Yaudah, mau gw anterin ke atas sekarang?”

“Eh eh, mau kemana nih?” tukas Bagas menyerobot pertanyaan gw.

“Oh, kan Fitri rumahnya jauh Gas. Karena bakal sering lembur kan dia, makanya gw bukain kamar di atas.”

“Dih, kok pilih kasih lu Mas” balas Bagas cemberut.

“Ya rumah lu kan deket tong!” ejek gw kepadanya.

“Ya tapi kan kadang gw juga balik jam 11 malem booos,”

“Yaudah besok gw bukain kamar buat lu sama anak-anak cowok lainnya, mau?”

“Kok mesti bareng mereka?”

“Ya kamarnya habis, mau ngapain lu?”

“Yaudah boleh dah.”

“Yaudah, besok tapi ya,” Gw pun menghampiri Fitri yang hanya ketawa dari tadi sambil membereskan macbooknya. Gw pun menawarkan memapahnya ke atas tetapi dia menolak.

“Gapapa Mas, udah mendingan kok ini,”

“Ceileh, masih ae anak buah sendiri mau diembat. Emang yang selama ini ga cukup?”

“Hahahaha iya nih Mas Andre bisaan,”

“Ah lu pada ye, yaudah gw bawain koper lu aja ya.”

“Mau gw bantuin ga Bos?” tanya Bagas.

“Boleh dah, bawain tuh koper. Biar gw bawa ranselnya Fitri.” Kami bertiga pun berjalan ke lantai 2. Tepat di depan pintu kamar milik Fitri kami berhenti sejenak, tuh diujung besok kamar lu sama anak-anak yang lain. Bagas hanya mengangguk. Sementara itu gw membuka pintu kamar Fitri. Begitu terbuka, Fitri gw persilakan masuk dulu. Di saat gw sama Bagas masih di depan pintu kamar, terdengar suara pintu terbuka dari ujung. Nisa keluar hanya mengenakan daster.

“Bos bos, itu cewek yang kapan hari kan?” bisik Bagas sambil menyenggol punggung gw.

“Oh iya, kamar lu adep-adepan sama kamar doi nanti.”

“Kalau gini mah, gw juga mau lemburan tiap hari,” jawabnya sambil tersenyum sembari bertatap mata dengan Nisa yang berjalan ke arah pantry di belakang kami. Gw hanya memberikan senyum tipis ke Nisa sambil berjalan masuk, nampak Nisa sempat berhenti sejenak di samping Bagas. Ternyata tangannya bergerak meremas kontol milik Bagas dari luar celana. Gw pun menengok ke belakang dan melihat Nisa. Kami pun tersenyum. Mengisyaratkan dia akan memangsa Bagas malam ini, gw pun mengangguk.

Sambil setengah menengok ke depan gw berjalan masuk, saat gw menabrak sesuatu. Ternyata Fitri yang sedang berjalan menghampiri gw. Mencegahnya jatuh pun gw pelut Fitri dan memeganginya tepat di pinggul dan punggungnya. Kami pun bertatap cukup lama sebelum akhirnya melepaskan pelukan singkat kami, sementara itu gw lirik ke belakang Bagas dan Nisa sudah menghilang. Gw pun lalu menjelaskan kamar ini kepada Nisa sambil menyalakan tv. Saat beres menjelaskan, gw pamit balik ke bawah. Gw berdiri dari kursi lalu berjalan di depan Fitri yang sedang duduk di pinggiran kasur. Saat itu juga, tangan gw dipegangnya erat-erat, Fitri yang masih kesakitan kakinya lalu berdiri. Gw yang kaget reflek menengok ke arahnya, tepat saat itu bibirnya sudah mendarat di bibirku.


Bersambung.
 
Jav Toys
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd