Agen Terpercaya   Advertise
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

Rasa Penasaran

BAB II AWAL

Esoknya di hari senin, seperti biasa pagi hari Risa sudah bangun untuk menyiapkan keperluan kantor suami dan keperluan sekolah anaknya, mulai dari sarapan dan seragam. Pagi itu Risa sudah mandi, akibat gempuran suaminya tadi malam, karena tidak enak menyiapkan keperluan anggota keluarganya dengan badan kotor sehabis persetubuhannya dengan suaminya. Pukul 6.30 Andi berangkat sekolah, karena dia masuk sekolah jam 7.00, jarak antara sekolah dan rumah hanya sekitar 15 menit, karena komplek perumahan tidak jauh ada sekolah. Sedangkan Anton, dia berangkat pukul 8.00 dan biasa pulang dari kantor sekitar jam 18.00 (karena posisi yang cukup penting sehingga wajar jika dia sedikit royal terhadap perusahaannya).

Saat akan melepas kepergian suaminya, Risa berkata, “bener kan pah, boleh?’. Anton pun menjawab dengan meyakinkan Risa, “silahkan mah, kan sudah ada surat perjanjian, tapi inget harus ditepati”, tegas Anton. “Siap Pak Bos…” Risa menjawab dengan penuh senyuman. “Ya sudah papah berangkat dulu ya ma” “Hati-hati pa..” balas Risa. Dan mobil Anton pun menjauh meninggalkan rumah.

Risa pun masuk ke dalam rumah untuk melanjutkan pekerjaan rumahnya. Dia memang sengaja tidak menggunakan pembantu, karena bagi dia biar ada kerjaan bagi ibu rumah tangga dan itu tantangannya sebagai ibu rumah tangga. Pukul 11.00 semua pekerjaan rumahnya sudah diselesaikan, tinggal satu pekerjaannya, yaitu membobo siangkan anak keduanya. Usaha yang dilakukan pun percuma Anisa juga tidak kunjung tidur. Dari rasa frustasinya, tidak lama terdengar suara odong-odong dari luar pagar rumah Risa. Risa pun mempunyai ide, agar Anisa dinaikan odong-odong agar bisa tidur.

“Pak..pak..”, teriak Risa kepada bapak-bapak pengayuh odong-odong. Risa pun kaget, ternyata yang dipanggilnya adalah tukang odong-odong yang waktu itu dia lihat bersama suaminya dari mobil. “wah kebetulan ni, tepat sasaran” batin Risa. Risa pun memanggil dari balik pagar, hanya kepalanya saja yang nongol, “sini pak masuk aja, bawa odong-odongnya ke masuk ke garasi, saya mau naikin anak saya biar cape trus tidur siang”. “yah neng, kalau dibawa masuk ke garasi, nanti yang lain ga bisa naik odong-odong bapak donk” jawab kakek itu. Risa pun ga habis piker, “sudah pak bawa masuk saja, nanti saya kasih lebih deh buat bapak, yang penting anak saya mau tidur”. ‘Bener ya neng, kalau gitu bapak permisi masuk”, jawaban kakek itu, setelah mendapat penawaran akan mendapatkan lebih. “Lumayan uang nya, sebentar juga bisa keliling-keliling lagi” ujar kakek itu dalam hati.

Setelah masuk, alangkah kagetnya kakek itu, Risa hanya mengenakan tanktop dan celana pendek santai yang hanya sepaha tingginya. Kakek itu pun berkata sambil menundukan kepalanya, “maaf ya neng”. “santai aja pak, saya tiap hari memang seperti ini, toh rumah-rumah sendiri, maunya santai”, jawab Risa santai sambil berlalu mengambil Anisa dari dalam untuk dinaikan odong-odong. “Pak kalau bisa, suara nyanyiannya jangan kencang-kencang ya, ga enak sama tetangga nanti keberisikan” ujar Risa sambil menggendong Anisa keluar. “Baik Bu”, jawab kakek odong-odong.

Dengan perlahan dikayuh nya odong-odong dengan suara lagu yang pelan dan santai. Risa yang berdiri di samping Anisa hanya bersenda gurau dengan Anisa sesekali memperhatikan jika Anisa sudah mengantuk. 5 menit pun berlalu, tapi belum ada tanda-tanda Anisa akan tidur. Risa sibuk memperhatikan Anisa dan si bapak yang konsentrasi mengayuh sepeda sambil matanya jelalatan. Dari tempat bapak itu mengkayuh odong-odongnya, tampak dari samping bagaimana bentuk badan Risa, dengan membayangkannya saja, sudah membuat penis nya mengeras. “weleh-weleh, baru kali ini dapat yang seperti ini” batinnya sambil menelan ludah. “Ya ampun, itu dada besar juga, mana tali BH nya kemana mana lagi keliatan, tuh paha putih mulus, lengannya juga, mana ibu ini cantik, waduh sampai rumah coli ini”, pikirnya lagi. Selang tidak beberapa lama, terlihat Anisa yang sudah mulai mengantuk, Risa pun dengan cekatan meminta untuk menghentikan odong-odong dan mengangkat Anisa ke dalam rumah. Setelah membaringkan Anisa di kasurnya dan di tunggu sebentar, akhirnya Anisa tertidur juga, Risa yang merasa kasihan dengan bapak itu langsung ke dapur untuk membuat minuman baginya. “ini pak ada teh dingin, lumayan buat lepas haus, panas banget siang ini” seru Risa yang kedatangannya membawa segelas teh dingin menuju teras rumah. “Silahkan diminum pak” seru Risa, “terima kasih Bu” jawab bapak itu. Sehabis minum, bapak itu mohon pamit, tapi Risa menahan untuk istirahat sejenak karena hari ini terasa panas, lagian kalau jalan sekarang kebanyakan anak-anak juga sedang tidur siang. “Bapak namanya siapa ?” tanya Risa yang tiba-tiba memulai obrolan “Yanto bu, tapi temen-temen yang lain biasanya manggilnya Yansen”, canda Pak Yanto. “Nah kerenan dipanggil Yansen pak, apa jangan-jangan nama nakal dijalanannya ya?” cekikik Risa bertanya. “Enggak bu, ga tau itu temen-temen seneng bgt manggil seperti itu dari dulu” jawabnya kikuk. ”Yowes saya manggilnya Pak Yansen saja, oh iya nama saya Risa”, sembari Risa menjulurkan tanganya untuk berjabat tangan. Jabatan tangan itu pun disambut dengan tangan tua hitam dan dekil Pak Yansen. “Ya ampun, mulus amat ni tangan, sering perawatan kali yak..” batin Pak Yansen. “Sepi bener bu ini rumah?” tanya Pak Yansen. “Iya Pak, saya palingan di rumah sama anak-anak saya, yang satu lagi sekolah masih SD, dan suami saya palingan pulang nanti malam, saya gak pakai pembantu, ga srek aja pak, enakan ngerjain sendiri, namanya juga ibu rumah tangga”, jawab Risa.

Sembari mengobrol tak henti-hentinya Pak Yansen bergumam dalam hati memuji wajah dan badan Risa, baginya ini kesempatan langka, kapan lagi dekat-dekat dengan wanita cantik seperti Risa. Risa yang menyadari dirinya sedang diperhatikandari ujung kaki hingga ujung kepala dan seperti ingin diterkam oleh hewan buas merasa sedikit senang, Risa pun tak sengaja melihat ke arah selangkangan Pak Yansen yang sudah membengkak dibalik celana lusuhnya. “hmmm…kena lo, sakit-sakit dah tuh dalam celana”, batin Risa. Risa pun berpura-pura merenggangkan tubuhnya seperti orang pegal, sehingga semakin menonjolkan bentuk payudaranya yang besar. Didengar Risa beberapa kali Pak Yansen sering menelan ludah.

“Yailah Pak Yansen, biasa aja kali lihatin saya, sampai segitunya..” seru Risa yang membuyarkan lamunan Pak Yansen. “eh..eh…maaf bu, maaf, habis ibu cantik, jadinya saya jadi terpesona seperti itu, seperti melihat bidadari” kagetnya Pak Yansen yang ditanya Risa, sehingga mau tidak mau jawaban yang keluar dari mulutnya sedikit dengan jujur. “Alah Pak Yansen bisa saja, mana yang cantik, wonk sudah tua begini, anak sudah 2, yang 1 sudah besar pula”, jawab Risa merendah. “Bener bu, baru kali ini saya lihat di komplek ini, ibu-ibu disini gak ada yang kalah cantik dengan ibu”, lanjut Pak Yansen yang sudah kepalang tanggung karena ketahuan melihat terus ke arah Risa. “Gombal mu Pak Yansen, bisa saja, saya gak apa-apa Pak kalau mo dilihat, tapi itu loh, celana Pak Yansen ada yang gembung gitu, pulang nanti sampai rumah, langsung gempur istri donk ni” genit Risa dengan suara yang dibuat kaget, padahal sudah dilihatnya dari tadi celana Pak Yansen. “Maaf sekali lagi bu, ibu pakai liat saja” panik Pak Yansen dengan muka menunduk menahan malunya. “ Istri saya dikampung bu, waktu itu ikut saya, sekarang ikut anak di kampung, sekalian ada yang jaga, kalau disini saya kan pergi ngayuh seharian, kasihan jadinya istri”, cerita Pak Yansen tentang istrinya yang dikampung. “Nah terus kalau lagi pengen gimana pak?” goda Risa yang membuat Pak Yansen makin belingsatan. “Yah palingan ke kamar mandi bu, mandiri” tawa Pak Yansen yang sudah kepalang tanggung, “sekalian saja lah” katanya dalam hati. “duh ga kuat ini seperti ini terus, mana tuh ibu mantap bener lagi tuh toketnya, paha mulus, dah mana ini omongan ngejerumus mulu lagi, jadi pengen cepet-cepet pulang dulu”, batin Pak Yansen, yang saat itu juga berdiri untuk pamitan pulang, karena baginya urusannya sudah selesai.

“Bu, saya pamit, mau keliling-keliling lagi, terima kasih untuk teh dinginnya”, katanya sembari menundukan kepalanya. Dari posisinya yang sekarang dia dapat dengan jelas melihat permukaan payudara Risa yang putih, mulus, besar dan terdapat urat-urat biru tipis, yang buat Pak Yansen makin melotot. “Ya ampun pak, yakin mau pulang itu keadaan seperti itu, tuh pak, didalam ada kamar mandi, pakai dulu aja, kasihan tegang terus itu, daripada nanti keliling-keliling malah gak konsen, tapi inget siram yang bersih yak” goda Risa dengan genitnya, sembari memberi tahu letak kamar mandi tamu yang memang jarang dipakai. “ah ibu bisa saja, nanti kotor bu kamar mandinya, saya lepas di rumah saja wkwkwk”, cengegesan Pak Yansen, yang makin pede akan kegenitan Risa, yang membuatnya makin berani untuk becanda-bencanda tabu seperti itu. Risa pun makin berani godain Pak Yansen, yang akhirnya membuat Pak Yansen luluh juga. “Tuh pak kamar mandinya”, kata Risa sembari menunjukan kamar mandi tamunya. “kalau gitu saya tinggal ke teras ya pak, inget disiram yang bersih” kata Risa dengan nada genitnya. “Baik bu..baik” Pak Yansen pun masuk ke kamar mandi sambil cengengesan ditinggal Risa.

Kurang lebih 10 menitan Risa menunggu di teras, tidak lama Pak Yansen nongol dari dalam rumah. “Gimana pak, sudah lega?” goda Risa. “Iya bu, sudah, sudah gak berat, entengan, lega”, jawab Pak Yansen dengan muka puasnya. “Yo wes kalau gitu saya pamit izin keliling-keliling lagi bu” Pak Yansen pun pamit izin pergi, “Oh iya sampai lupa ini pak, ongkos naik odong-odongnya”, Risa pun sembari mengeluarkan uang seratus ribu. “waduh bu, besar banget, saya gak ada kembaliannya, lagian anggap saja ongkosnya sudah dibayar di kamar mandi bu” jawab Pak Yansen mesum. “Sudah kalau gitu buat bapak saja semua, gak apa-apa kok pak, sudah ambil saja, anggap saja rejeki”, Risa memaksa agar Pak Yansen menerima uangnya. “waduh jadi gak enak saya bu, tapi terima kasih ya bu, kalau butuh odong-odong lg bisa cari saya” ujar Pak Yansen sambil cengegesan. “Beres kalau itu pak, toh dah terbukti anak saya yang kecil cepet tidurnya naik odong-odong bapak” tawa Risa sehingga tidak ada kekikukan diantara mereka.

Klontang-klontang, bunyi pagar berbunyi, setelah dilirik dilihat Risa yang datang adalah Andi yang baru pulang sekolah. “selamat siang mah”, sapa Andi. Andi yang datang langsung salim dengan Ibu nya. “kalau gitu saya pamit dulu ya bu, terima kasih” kata Pak Yansen. “oh iya pak, hati-hati, sama-sama, sya juga terima kasih” jawab Risa. Setelah Pak Yansen meninggalkan rumah, Risa pun masuk ke dalam, dilihat anaknya Andi sedang sibuk dikamarmengganti bajunya. Risa pun berkata,” sehabis beberes, jangan lupa makan siang ya nak”. Sembari bilang seperti itu kepada anaknya, Risa menuju kamar mandi yang digunakan Pak Yansen untuk memastikan bahwa keadaan bersih, dia kaget ternyata, BH nya yang berada didalam ember kotor dekat pintu kamar mandi (memang dekat tempat mesin cuci) basah, padahal dia ingat, tadi pagi masih belum tersentuh, dan dia memang belum nyuci dan Risa pun penasaran kemudian mengambilnya dan tercium aroma sperma..

“Sial, Pak Yansen, colinya pake BH aku lagi, bau sperma banget, pasti dah lama gak pernah dikeluarin, pantesan tadi tatapan matanya nafsu banget, mana tatapannya ngeliatin dada aku melulu lagi” cekikian Risa dalam hati.



Bersambung………..
 
Jav Toys
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd