Agen Terpercaya   Advertise
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

Rasa Penasaran

Bimabet
BAB V Rejeki (3)



“Eh…Pak Yansen”, sapa Risa kepada tukang odong odong yang sudah dikenalnya. “Ibbuu Risaa…”, gagap Pak Yansen menjawab sapaan Risa kepada dirinya. “Lagi apa pak disana?” tanya Risa kepada Pak Yansen. “Ini mau neduh Bu, sebentar lagi hujan..”, balas Pak Yansen yang sedang ingin berjalan ke sebuah depan warung yang tutup. “Ke rumah saja Pak, daripada disana, ayuk ke rumah..” ajak Risa yang diiyakan oleh Pak Yansen. Mereka pun agak mempercepat perjalanan mereka karena awan sudah gelap dan gerimis mulai turun. Benar saja tidak lama, hujan sudah turun walau tidak terlalu deras untung saja mereka berdua sudah sampai didepan pagar rumah Risa. Risa dengan cekatan langsung membuka pagar dan menyuruh Pak Yansen menaruh odong odong nya di garasi nya.

“Masuk saja Pak, saya mau ganti baju dulu, basah nih baju saya gara-gara hujan”, Risa berkata sembari berlalu kedalam rumah menuju kamar nya di lantai 2. “Baik Bu, permisii ya Bu, saya izin masuk..” jawab Pak Yansen dengan sopannya sembari duduk di ruang tamu Risa. Tidak beberapa lama Risa kembali ke ruang tamu dengan membawakan teh hangat untuk Pak Yansen. “Ini Pak ada teh hangat, diminum, lumayan buat anget-anget, saya juga bawa sarung dan baju kering buat bapak, ganti dulu pak, biar gak masuk angin, itu pakaian bapak basah juga kan”, suruh Risa kepada Pak Yansen. “Aduh Bu, gak usah repot-repot, makasih teh angetnya, kalau baju mah gak usah Bu, biarin aja, nanti juga kering sendiri”, jawab Pak Yansen kepada Risa. Sebenarnya Pak Yansen tidak enak kepada Risa yang sangat baik kepada orang tua yang buruk rupa seperti dia. Risa sendiri sudah seperti malaikat baginya, sudah sangat baik atas perlakuan-perlakuan nya terhadap dirinya, hal itu lah yang membuat Pak Yansen segan terhadap Risa. “Udah cepet ganti, nanti sakit malah repot lagi, kasihan Pak, gak ada yang ngurus juga disini kan, hahaha..” suruh Risa lagi kepada Pak Yansen yang ditambahi canda, agar Pak Yansen menerima kebaikannya. “Baaaiiikk buu, kalauu gitu saya ganti baju dulu..” izin Pak Yansen, yang mengambil baju kering dan sarung pemberian Risa dan berlalu menuju kamar mandi belakang rumah Risa.

Dengan kikuknya, Pak Yansen berjalan menggunakan sarung dan baju kering menuju ruang tamu, dimana sudah berada Risa yang sedang duduk sembari menikmati teh hangat. “Eh..sudah selesai gantinya Pak, sini diminum teh hangatnya”, suruh Risa kepada Pak Yansen. “Baikkk Bu…”, jawab Pak Yansen yang langsung duduk dan meminum teh hangatnya, karena dia pun juga sudah merasa kedinginan akibat kehujanan tadi. “tadi ibu dari mana?” tanya Pak Yansen yang membuka obrolan. “itu Pak habis dari minimarket, beli susu untuk Anisa, mumpung dia lagi tidur, ya sudah beli sebentar, takut kalau sudah bangun minta susu”, jawab Risa, “Nah Pak Yansen tumben beberapa hari ini gak keliatan, kemana aja Pak?” balas Risa membalas pertanyaan Pak Yansen. “Saya habis dari pulang kampung Bu, cucu minta ditengokin, katanya kangen sama kakeknya, hahaha”, jawab Pak Yansen. “waduh cucu nya kangen ya, hahaha, ya lumayan donk Pak, pulang sekalian ganti oli sama istri, hahaha…..”, tawa canda Risa yang menggoda Pak Yansen. “Ah…Ibu bisa saja, enggak Bu, gak sempat, wonk cucu mau nya nempel sama saya, jadinya gak ada waktu…hahaha”, balas Pak Yansen. “Ya kalau gak sempat ganti oli di kampung saya ganti oli manual saja bu di kontrakan,hehehe” cengenges Pak Yansen. “Bisa aja Pak Yansen ya, yang penting ada penyaluran ya Pak? hahaha” balas Risa. “Ya begitu lah Bu….”, jawab singkat Pak Yansen sembari menundukan kepala nya malu.

“Isshhh………Itu balik sarung dah tegak aja Pak? Hahahahaha” goda Risa lagi ke Pak Yansen. “Hehehehe…maaf bu, maakkk…maaakklumm, dah lama Bu.” Jawab Pak Yansen yang ketauan kalau penisnya sudah mengeras dibalik sarung akibat terlihat menonjol. “Buuu…saya boleh gak?, seperti biasa Bu, hehehehe”, izin Pak Yansen kepada Risa sembari cengengesan mesum kepada Risa. “uhhhhhhh…tuh kan, tegang pasti liat Risa kan?” cembetut Risa yang sengaja dilakukannya hanya untuk menggoda Pak Yansen agar terlihat semakin gemas. “Maa..maaff Buuu…habis ibu can…canntiikkk…., ti..tibaaa ti…baaaa, penis saya keras bu, apa lagi ditambah dinginnn buu, hehehe”, jawab Pak Yansen yang dengan tampang mesum. “Dasar…..sini, pindah duduknya samping saya aja, kaya biasa….”, suruh Risa yang gemas dengan kesopanan Pak Yansen. Dengan cepat kilat Pak Yansen berpindah duduk disamping Risa, sembari bergerak menuju Risa, Risa memperhatikan selangkangan Pak Yansen yang bergerak gerak. “Gak pake celana dalam kali nih kakek yak…”, batin Risa.

Pak Yansen yang sudah duduk disamping Risa pun dapat mencium wangi tubuh Risa. “I..i..ibbuu wa..wanggii yaa..hehehe” tanya Pak Yansen kepada Risa. Sembari menatap mata Pak Yansen dengan genit, dan wajah yang berhadapan sembari tangan Risa mulai aktif turun merambat dari dada hingga akhirnya sampai pada selangkangan Pak Yansen, yang mulai dikocok kocoknya pelan, Risa berkata dengan genitnya, “enak pak, wangi ya badan saya? Suka? Mau dihirup wanginya, sini lebih deket lagi coba?”. Tanpa diminta Pak Yansen mendekatkan wajahnya mulai dari leher Risa, dihirupnya dalam-dalam aroma leher Risa, yang membuat penis Pak Yansen makin belingsatan dibalik sarung. “Sarung nya saya buka ya Pak?”, tanya Risa yang tak ada jawaban dari Pak Yansen yang sedang terhalusinasi akan wangi tubuh Risa. “iiiihhhhhhhhhhhhh…..Pak Yansennn, dah gak pakai celana dalam ya?” tanya Risa yang kaget setelah membuka sarung Pak Yansen. “ii..iiyaaaa, Buu, dari kamar mandi tadi sudah gak pakai celana dalam, hehehehe”, jawab Pak Yansen yang sudah tidak peduli lagi dan makin merapatkan duduknya kepada Risa. “Pantes tadi jalan goyang-goyang tuh selangkangan dan keliatan banget…dasar yaa..Pak Yansennn…mesumm”, goda Risa ditelinga Pak Yansen. Risa pun mulai aktif untuk mengocok penis Pak Yansen. Kocokannya diubah ubah, kadang pelan, kadang cepat, membuat Pak Yansen terkadang mengangkat angkat pantatnya karena rasa nikmat yang dirasanya. Pak Yansen yang sudah terbawa aroma badan Risa pun, makin rapat duduknya mendekati Risa, sampai-sampai seakan tidak ingin lepas, dia mulai berani membelitkan tangannya di pinggang Risa, membekap Risa dengan pelukan yang tidak ingin ada jarak dan makin dekat hingga hidung dan bibir Pak Yansen mendarat di leher jenjang Risa.

“Ahhhh……ahhhhh….Pakkk…Pakkkk…udddahhhhh, geeellllliiiiiii”, desah Risa yang merasakan lehernya dicium cium dan terkadang Pak Yansen mulain menjilati lehernya. Pak Yansen yang sepertinya mengerti tidak ada penolakan dari Risa makin berani untuk terus melanjutkan aksinya. Ciuman dan jilatan serta hisapan wangi oleh hidung Pak Yansen perlahan makin turun kebawah. Pak Yansen lalu memegang tangan Risa yang sedang mengocok penisnya untuk menghentikan aksinya, lalu dengan sigap, Pak Yansen segera bersimpuh berlutut di tengah kedua paha Risa. Pak Yansen dengan cepat kembali mencium cium leher Risa, yang dengan aktif kemudian makin turun kebawah. Perlahan turun mendekati leher bagian depan lalu turun kebawah lagi hingga sampai pada ujung belahan dada Risa. Risa yang terbuai pun hanya mampu mendesah dan memegangi kepala Pak Yansen. Pak Yansen yang gemas pun akhirnya membenamkan wajahnya di dada Risa, dada yang selama ini jadi idaman nya, dada yang selama ini hanya mampu dia bayangkan dan dengan berani Pak Yansen, meremas remas dada Risa dari balik kaosnya.

“B…b…buuu, apakah boleh kaosnya dibukaaaa?”, terbata bata Pak Yansen yang menahan nafsunya. Risa yang terbawa suasana pun pasrah menuruti kata-kata Pak Yansen. Risa kemudian dengan erotisnya mulai membuka kaosnya. Gerakan erotis Risa membuka kaos saja dihadapan Pak Yansen, membuat Pak Yansen tidak percaya, matanya melotot menyasikan hal tersebut. Kini dihadapan Pak yansen, Risa sudah melepas kaosnya hanya memakai BH berwarna krem yang terlihat seksi, senada dengan badan Risa yang seksi dan mulus. “ini saja ya Pak yang dibuka”, goda Risa sembari menggigit jari telunjuknya yang membuat dia terlihat makin seksi.

Pak Yansen yang sudah bernafsu langsung kembali memeluk tubuh Risa, dicium cium dan dihirupnya lagi dari leher lalu turun kebawah sampai ke bawah ujung belahan payudara Risa. Pak Yansen yang makin gemas pun, menyuruh Risa menaikan kedua tangannya, Risa yang menurut, menaikan kedua tangannya dan meletakannya di belakang kepalanya, dengan posisi tersebut, Pak Yansen mulai berani mencium cium dan menjilati ketiak Risa. Risa yang kegelian pun bercampur desahan-desahan yang membuatnya menggeliat hingga punggungnya makin membusung yang makin mendekap bersentuhan dengan tubuh Pak Yansen. Selain bibir, pak Yansen pun makin gemas, tangan nya juga mulai aktif meraba-raba tubuh Risa. Payudara Risa diremas remas dari luar BH nya, Pak Yansen sudah hilang akal akal sehatnya. Melihat Risa yang menggeliat, mendesah, dan hanya menutup mata makin berani lah Pak Yansen, diciumnya bibir seksi Risa. Risa yang mendapat serangan Pak Yansen, membalas ciuman tersebut. Pak Yansen memagut bibir Risa, dan mereka berdua saling bertukar lidah.

Setelah puas berciuman, tangan Pak Yansen yang masih merabai payudara Risa dari balik BH, dengan cepat memegang ujung BH nya dan menaikan BH tersebut, membuat Risa kaget akan keberanian Pak Yansen. “Haaapppp….slurrppp..slurpppp…poooohhhhh…ehhhhmmmtttttt…”, suara kenyotan dan kuluman mulut tua Pak Yansen pada payudara Risa. Risa yang sudah terbawa nafsu pun hanya mampu meremasi rambut putih Pak Yansen sembari mendesah desah dan membusungkan dadanya.

Karena tidak ada perlawanan dari Risa, Pak Yansen meraih pengait BH Risa dan melepaskannya, hingga kini Risa sudah bertelanjang dada dihadapan Pak Yansen. Pak Yansen pun lalu berdiri, dan mengarahkan Risa untuk menungging, memegang sandaran sofa. Risa yang bingung akan keinginan Pak Yansen hanya menurut saja, toh dia juga sudah mulai menikmati permainan kakek ini. Dipeluknya tubuh Risa oleh Pak Yansen dari belakang. Dengan posisi seperti ini, Pak Yansen dengan mudahnya menjilati leher jenjang Risa, dan turun kepunggung Risa sembari penisnya yang digesek gesekan ke pantat Risa, seakan akan Pak Yansen sedang menyetubuhi Risa dengan gaya doggy sembari tangan juga meremasi payudara Risa dari belakang dan terkadang bibirnya naik keatas untuk dapat berciuman dengan Risa.

5 menitan dalam posisi tersebut membuat Pak Yansen makin berani, pelan-pelan dipegangnya ujung celana ketat yang panjangnya hanya sampai sepaha Risa. “Baa..baaa…paakkk, maau aappaaa pakk?”, tanya Risa yang terengah engah karena sehabis ciuman dengan Pak Yansen. “Bentar Buuuu…saya pengen remessss…reemeeeesss jugggaaa, booollleehh yaaa BBuuu” tanya Pak Yansen dibalik hawa nafsunya. Risa yang mendapat serangan rangsangan dari Pak Yansen hanya dapat diam atas tindakan Pak Yansen yang melorotkan celana ketat beserta celana dalamnya.

Melihat Risa yang sudah telanjang bulat membuat Pak Yansen tertegun, melihat pemandang indah didepannya segera membalikan tubuh Risa dan menindihnya. Pak Yansen benar benar sudah hilang akal sehat. Risa yang awalnya protes dengan Pak Yansen, dibuatnya terdiam, karena tidak lama Pak Yansen membekap bibir Risa dengan ciuman panasnya, yang dibalas oleh Risa dan mereka saling bertukar lidah. Tangan Pak Yansen juga tidak tinggal diam, meremas remas kembali gundukan payudara Risa yang besar. Penis Pak Yansen dibawah sana pun menggesek gesek vagina Risa yang membuat vagina Risa mulai basah. Tangan Risa juga mulai melingkar di leher Pak Yansen, meremas remas rambut Pak Yansen dan kakinya dikaitkan di pinggang Pak Yansen. 5 menit diposisi tersebut, Pak Yansen pun menegakan tubuhnya, dan dengan posisi tersebut dapat melihat vagina Risa yang merekah. Digesek gesekan kepala penisnya pada vagina Risa. “Pakkk….janggannn pakkkk….gessseeekkkkk…geesseeekkkk ajjjjaaaa….”, desah Risa yang keenakan vaginanya digesek penis Pak Yansen. Akibat gesekan gesekan terkadang kepala penis Pak Yansen sedikit masuk ke vagian Risa. Hal itu terus dilakukan oleh Pak Yansen antara sengaja atau tidak, tapi yang pasti nafsu yang menuntunnya.

Tiba-tiba, “Klanggg…klanggg…”, suara pengait pagar seperti ada yang membuka. Mendengar hal tersebut Risa tersadar lalu mendorong tubuh Pak Yansen dan buru-buru mengambil pakaiannya dan berlari ke dalam kamarnya di lantai 2. Pak Yansen yang mengerti kondisi itu pun langsung mengambil sarungnya dan memakainya lagi.

Ternyata Andi, anak Risa pulang dari sekolah………..



Bersambung……….
 
Jav Toys
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd