Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.
-
Alamat alternatif sudah baru gan.
Bookmark alamat ini gan : https://bit.ly/ceksemprot
Atau buka dengan VPNIkuti alamat terbaru dari forum di : Follow Twitter @SemprotCom
CERBUNG [Real Story] GAIRAH TABU
- Thread starter Ksatriabatangireng
- Start date
- Status
blue_dumdum
Semprot Holic
- Daftar
- 7 Jan 2018
- Post
- 377
- Like diterima
- 340
Titip satelit dulu
Uhhhaaahhh
Semprot Holic
- Daftar
- 13 May 2017
- Post
- 302
- Like diterima
- 72
wah seru ini kayaknya
Ksatriabatangireng
Semprot Kecil
- Daftar
- 29 Jul 2019
- Post
- 99
- Like diterima
- 1.244
PRESTASI PENGANTAR TABU Part 3
"Kenapa ibu gak ikut tinggal disana, kan jadinya bisa ketemu tiap hari", Tanyaku pada beliau, penasaran akan suaminya.
"Ya Karna ibu masih betah disini", jawab beliau seakan sekenanya saja diiringi dengan senyum.
Lalu tiba-tiba bi Eha datang dgn membawa segelas teh anget.
"Naha meni lami bi bikinnya",Tanya bu Dedeh
(Kenapa kok lama banget bikin tehnya)
"Itu bu, punteun pemanas cai na teu dihurungken, hilaf tadi teu dijetrekeun heula",ucap bi Eha
(Itu bu,maaf pemanas airnya ga dinyalain,lupa tadi ga diOn dulu saklarnya)
Kemudian Bu Dedeh tampak merhatiin kondisiku, aku tau Meskipun aku agak sedikit menunduk.
"Bi,punteun, ambilin handuk, kamu teh meni jalibrug gini geningan, karunya teuing", tangan bu Dedeh sambil menyentuh rambutku yg emang basah kena air hujan sedari tadi.
(Bi,maaf,ambilin handuk, kamu basah kuyup begini,kasian banget)
"Muhun bu", bi Eha langsung beranjak pergi lagi.
(Iya bu)
"Ayo masuk ke dalam aja, kamu masuk angin ntar, skalian bersih2 Mandi air anget dulu, terus keringin bajunya didalem",ajak beliau.
"Gak usah bu, aku mau langsung pamit pulang aja", akupun segera membuka tas dan mengeluarkan map, agar cepet2 menyerahkan berkasnya.
"Loh baju mu basah begitu, gmn mau pulang, tasmu jg basah gini,jangan ngeyel, Ayo masuk ke dalem aja, udah mau maghrib juga".
Aku sebenarnya gak enak bgt, apalagi dengan perhatian nya beliau,tapi mau bagaimana lagi, sepertinya aku gak bisa mengelaknya, soalnya kondisi ku emang agak menggigil, yg sedari tadi duduk di beranda depan rumah. Bahkan sesekali aku sempat bersin-bersin.
Akupun segera berdiri sambil mengambil tasku mengikuti bu Dedeh yang beranjak sambil menarik tanganku untuk memapahku masuk ke dalam ruang tamu. Badanku yg agak bongsor utk seumuran ku dengan tinggi 158 cm tampak hampir menyaingi tingginya bu Dedeh Meskipun tetap saja Masih tinggian beliau beberapa senti. Aroma badan beliau sangat wangi khas banget, terasa menempel di hidungku Meskipun agak pilek saat Itu. Sepertinya bukan bau parfum, tapi aroma natural dari tubuh yg terawat. Terasa hangat juga tangannya saat menempel dilenganku.
Bi Eha pun tiba dengan membawa handuk.
"Kamu minum dlu teh angetnya, trus Mandi air anget yah, biar sekalian maghriban disini", ucap bu Dedeh sambil nyerahin handuk.
Akupun duduk di sofa ruang tamu tersebut sambil meminum air teh anget bikinan bi Eha. Sambil sesekali mataku menyapu sekeliling ruangan untuk sekedar mengagumi akan interior nya yg cukup mewah.
"Bi Eha, tolong anterin ni anak ke kamar Mandi, sekalian siapin kaos sama celana panjang punya bapak, biar dipake sementara sama Riyan",
"Kegedean atuh bu", kata bi Eha
"Gak apa-apa dari pada dia sakit gara2 pake baju basah,kasian,buat sementara aja kok"
"Iya bu", pungkas bi Eha.
"Oh iya, evan Masih dikamar atas?"
"Dia teh ketiduran bu, tadi habis main mobil2an, kecapean soalnya lari2 wae atuh da dari siang"
"Ya udah,biarin aja",
"Sok Riyan, Mandi dlu yah, ntar abis Itu ibu mau check berkasnya",
"Iya bu, makasih"
Aku dan bi Eha pun berlalu meninggalkan bu Dedeh yg Masih sedang duduk di sofa ruang tamu sambil memeriksa isi map yg kusiapkan. Bi Eha berjalan dengan sedikit terburu-buru untuk mengantarku ke kamar Mandi, aku yg berjalan sambil melihat2 sekeliling dalem rumah tampak tertinggal olehnya. Di tengah ruang keluarga tampak sebuah potret berukuran besar menempel di dinding, berisi foto beliau bersama suaminya. Di sana terdapat rak lemari buku setinggi pinggangku, yg letaknya bersebelahan dengan TV berukuran besar, diatas lemari tersebut tampak foto anaknya mulai dari bayi hingga berumur 5 tahunan. Hhmmm Keluarga yang harmonis fikirku.
"Jang, hei, kalahkah ngalamun, sok geura kadieu",
(Dek, hei, malah melamun, Ayo cepet kesini)
Konsentrasiku buyar ketika mendengar suara panggilan bi Eha.
" Iya bi",
Aku pun segera bergegas menuju kamar Mandi. Pakaian yg dipakai sebelumnya diambil bi Eha buat dikeringin dengan mesin pengering pakaian.
*****
Kini aku berpakaian yang sedikit kelonggaran, mengenakan kaos berkerah dan celana panjang yg kedodoran hingga ujung kakinya ku lipat beberapa gulung. Bisa kebayang perawakan badan suaminya seperti apa ketika pakaian nya ku gunakan.
Waktu sudah menunjukan pukul 7 malam, akupun berfikir mesti segera pulang. Aku segera menghampiri bu Dedeh yg lagi asyik di ruang keluarga bersama Evan yang sudah terbangun, anak pertamanya sambil duduk menonton TV.
"Evan, sini salim dlu sama kak riyan", pinta beliau kepada anaknya yg sedang sibuk melukis sedari tadi diatas bangku kecil, dia duduk dikarpet sambil kakinya selonjoran melewati kolong bangku kecil tersebut. Evan pun segera beranjak dan menuruti perintah ibunya. Anak Itu menarik tangan kananku dan menempelkannya di dahi.
"Hai, kamu lucu banget sih, lagi gambar apa nih", ucapku sambil melirik apa yg ia gambar,
"Eumeng",,jawabnya
hhmm rupanya dia lagi belajar gambar kucing hehe.
Anak Itu sangat imut sekali, walopun laki2 tapi wajahnya bisa dipastikan mirip banget ibunya dibanding bapaknya. Terkadang aku sempat termenung, kok suaminya bisa mendapatkan hati bu dedeh hehe. Kecantikan beliau Itu, menurut ku terdapat pada auranya, dan juga wajahnya yg feminimnya itu khas orang parahiangan banget. Tutur katanya yg lembut, perhatian nya, dan juga sikapnya, yg Terkadang jujur aja buatku sedikit "ge-er".
Aku dlm beberapa saat aja sudah terlihat akrab sama evan, hal ini membuat bu Dedeh tersenyum senyum melihatnya, bahkan Terkadang tertawa melihat akan tingkah konyol evan dan diriku yg membuat evan seperti punya teman baru.
"Evan, ibu pinjem dulu kak riyannya yah sebentar, Evan lanjutin melukisnya, entar main lagi sama kak Riyan", perintah bu Dedeh sama evan agar aku segera kembali fokus sama tujuan utama berkunjung ke rumahnya. Anaknya Itu langsung mengambil crayonnya kembali. Penurut banget anaknya Itu, bu Dedeh emang pandai dalam hal mendidik anak. Aku sebagai muridnya di sekolah pun bisa merasakannya bagaimana beliau memperlakukan anak didiknya.
Aku kini duduk bersebelahan dengan beliau, dan entah apa yg kurasakan ketika berdekatan dengan jarak gak lebih dari setengah meter dalam satu kursi sofa panjangnya. Beliau duduk sambil tumpang kaki, dan tampak sedikit tersibak naik dasternya membuat paha dan kaki jenjangnya Itu sedikit menyolok mataku. Sinar Lampu neon di ruang keluarga itu seakan membantuku untuk menyaksikan bulu2 halus dilengan, dikaki dan paha beliau yg tumbuh di kulitnya yg putih kuning langsat Itu. Aku semakin terlihat kikuk melihat suasana seperti Itu.
"Kamu isi formulir dulu yah", ungkap beliau sambil menyodorkan kertas dan ballpoint.
Aku gak banyak bicara dan langsung mengambilnya. Aku mengisi formulirnya dengan perasaan yg ga menentu, sambil sekali-kali memperhatikan beliau yg sedang fokus menonton sinetron.
"Maaf bu, sepertinya macet, ada ballpoint lagi gak?",Tanyaku sambil menggosok ujung ballpoint nya di kertas kosong.
"Kenapa, habis yah tintanya, bentar yah Ibu ambil dulu ballpoint yg lain",
Bu Dedeh tanpa berbicara panjang lebar langsung beranjak pergi dan menaiki tangga.
Sambil menunggunya, Akupun kembali menemani evan yg sedari tadi fokus dengan buku gambarnya.
Selang beberapa menit, bu Dedeh pun kembali turun ke bawah.
"Riyan, bisa minta tolong, geserin lemari, barusan ibu gak sengaja ballpointnya Jatuh ke kolong lemari"
"Iya bu",
"Ikuuuuttt...", Rengek Evan ketika aku akan meninggalkannya.
"Kamu mah Ikut kemana sih, sini ibu gendong", beliau langsung menggendong evan, sementara aku berjalan mengikuti nya dari belakang. Dilantai atas terdapat 2 buah pintu kamar yang saling bersampingan. Rupanya Itu kamar bu Dedeh dan kamar evan. Aku pun memasuki kamar beliau yg sedari tadi sudah terbuka.
"Lemari yg ini yan", beliau menunjuk sebuah lemari pakaian tepat berdekatan dengan lemari TV. Kamar yg cukup mewah fikirku. Lantainya pun dibalut dengan karpet layaknya permadani disertai dengan perabot lengkap. Dengan sekuat tenaga akhirnya aku mampu menggeser lemari tersebut sedikit demi sedikit. Dan akupun melihat sebatang ballpointnya tepat dibawah ujung lemari dekat dinding kamar. Ketika mau mengambilnya aku gak sengaja menyenggol sebuah tumpukan disc, dan Jatuh berserakan. Akupun reflek membereskannya, aku tata kembali. Rupanya Itu kaset VCD Karna posisi disc tersebut tepat disamping VCD player. Ternyata beliau sangat suka sekali menonton film. Ada beberapa film yg kulihat dan kuingat, diantaranya Titanic, pretty woman, Ada Apa dengan Cinta, serial beverly hills 90210, Election, Free Willy, dan aku merasa kaget pas melihat film yg berjudul Tarzan X serta beberapa film lainnya yg Jujur aku waktu Itu gak tau film apa Itu, yg jelas2 bikin aku kaget adalah gambarnya yg terpampang dalam bungkus kaset VCD tersebut.
Seketika aku terhentak Karna dengan sangat cepat bu Dedeh menarikku ke belakang, seolah ingin menyembunyikan sesuatu.
"Sudah yan, biar ibu yg beresin, kamu sudah dapet kan ballpoint nya, kamu turun aja kebawah lanjut isi formulirnya, kalo sudah selesai kamu ke sini lagi buat Bantu geser kembali lemarinya"
"Oh iya bu, aku turun ke bawah", aku kembali turun dengan segera diliputi dengan tanda Tanya besar yang tersimpan dalam batin.
Selang beberapa saat terdengar suara beliau dari atas.
"Yan, kalo sudah selesai langsung keatas lagi yah"
"Iya bu, sebentar lagi selesai"
Aku dengan segera langsung ke atas lagi, untuk menggeser kembali lemarinya, dan sesampainya dikamar tampak kaset disc yg berserakan tadi sudah tertata rapi kembali.
"Yan ibu mindahin dulu evan ke kamarnya, kamu ke bawah aja dluan yah", pintanya setelah semuanya kubereskan, beliau sambil menggendong evan yg sepertinya sudah lemas mengantuk lagi dipangkuan ibunya.
Aku menunggu duduk disofa ruang keluarga bertemankan TV yg menyala, yang sebenarnya aku sendri gak menontonnya. Aku melihat jam dinding sudah menunjukan pukul 7.30 malam, aku Makin gelisah pengen cepat pulang, ditakutkan org rumah khawatir.
"Mana liat formulirnya?", Beliau memeriksa kembali apa yg sudah aku tulis.
"Bu aku ijin pamit pulang",pintaku
"Oh iya, tunggu dlu yah ntar ibu minta tolong mang Ocim buat anter kamu pulang, soalnya jam2 segini sudah susah angkot", ungkapnya sambil membereskan berkas2, yg kemudian dia bawa kembali ke atas kamarnya.
Aku Masih menunggu dibawah, sementara beliau turun kembali dari kamarnya buat mencari bi Eha,
"Bi...", Panggilnya,
"Iya bu" jawab bi Eha dari dapur.
"Bisa minta tolong gak ke depan, tolong kasih tau mang Ocim buat anterin Riyan pulang pake motornya, ntar ongkos bensinnya diganti gtu yah"
Bi Eha bergegas keluar sambil membawa payung Karna kondisi diluar Masih jg hujan.
Oh iya perlu diketahui bahwa bu Dedeh ini tidak bisa nyetir mobil, makanya Meskipun di rumahnya ada mobil, namun berangkat ke manapun pasti Naik angkot. Dan tentunya kalau bisa nyetir pasti sudah anterin aku pulang dengan mobilnya sendiri tanpa meminta bantuan mang Ocim.
Bu Dedeh kemudian kembali duduk disampingku.
"Kamu tadi sudah bilang kan ke orangtua kalau kamu datang kesini?"
"Sudah kok bu"
"Ada telefon ga dirumah, kalau ada mau ibu telfon biar gak bikin khawatir"
"Ga ada bu",jawab ku singkat, fikiranku Masih buyar gak menentu.
"Yaudah Kita nunggu aja bi Eha datang manggil mang Ocim yah"
Aku hanya mengangguk sambil tersenyum melihat kehangatan raut wajahnya.
"Ngomong2 kamu teh anak ke 2 dari 3 bersaudara yah, trus kamu beneran adiknya Randi?"
"Loh kok ibu tau?", Aku heran
"Lah iyalah ibu kan tadi liat fotocopy kartu keluarga kamu, kakakmu jg dulu murid ibu"
"Iya sih, kakakku juga pernah cerita tentang ibu"
"Cerita apa coba ibu pengen tau"
"Ya cerita kalo ibu ini, hehe katanya dulu sangat galak", ucapku sambil tersipu malu.
"Ah masa sih hehehe,ibu mah ngerasa biasa aja, ya tentu galak kalau sama murid bandel mah"
"Tapi aku Masih ragu bu,emang beneran ibu kenal kakaku? Randi yg lain kali yg ibu maksud,kan yg namanya Randi banyak kali bu disekolah hehehe"
"Randi pratama kan?? Yg ada tahi lalat di deket alis mata sebelah kiri"
"Lah bener hehehe,,berarti ga salah, emang kakaku Itu,kenapa gtu bu"
"Gak kenapa napa, hanya sedikit gak suka aja ibu mah, anaknya tukang usil sama temennya,,terutama sama anak2 perempuan, rada cunihin budak teh (agak kurang ajar sama perempuan tuh anak)"
"Oh begitu yah hehehe"
"Sekarang Randi sekolah di SMA Mana?"
"SMA x bu"
"Budak teh kasep si Randi mah (Anaknya tampan si Randi tuh), trus kakakmu Itu pinter sebenarnya loh, cuman ya sikapnya males aja,,sangat disayangkan, jauh kalau dibandingin sama kamu mah yan, kamu mah udah tampan teh kalem, pinter, dan sopan"
Aku yang mendengar pernyataan beliau Itu sepertinya tau, kalau dia kyknya berbohong, semua orang jg tau kalau aku gak setampan kakakku yg sedikit badung Itu. Tapi ga penting semua Itu, yg penting aku bisa deket sama beliau hehehe.
Disela obrolanku dengan bu Dedeh, tiba-tiba bi Eha datang.
"Loh, bi,, Mana mang Ocim nya,kok datang sendirian?", Tanya bu Dedeh yang heran tak melihat mang Ocim.
"Duh bu, katanya motornya dibawa anaknya pulang ke garut, kumaha atuh?", Jawab bi Eha.
"Waduh, gimana ya", beliau tampak seperti kasihan melihatku, sesekali dia melihat jam dinding yg sudah lewat jam 8 malam.
"Udah gini aja deh, Riyan udah nginep aja disini yah, khawatir ibu mah, Mana hujan lagi, bisi kenapa2 dijalan, lagian besok kamu sudah libur, biar besok sepulang dari kantor sekolah, ibu datang ke rumah mu,buat ngejelasin ke orang tuamu yah, gimana?"
Aku sebenarnya agak ragu, dan gak enak aja, soalnya gak ada niatan mau nginep segala. Tapi keadaan yg sedikit memaksaku. Dan setelah ku fikirkan, ada benarnya juga apa yg bu Dedeh ucapkan. Dan akhirnya aku menyetujui permintaan beliau.
"Yaudah bu, aku menginap aja". Ucapku sambil menganggukkan kepala.
Bersambung.....
"Kenapa ibu gak ikut tinggal disana, kan jadinya bisa ketemu tiap hari", Tanyaku pada beliau, penasaran akan suaminya.
"Ya Karna ibu masih betah disini", jawab beliau seakan sekenanya saja diiringi dengan senyum.
Lalu tiba-tiba bi Eha datang dgn membawa segelas teh anget.
"Naha meni lami bi bikinnya",Tanya bu Dedeh
(Kenapa kok lama banget bikin tehnya)
"Itu bu, punteun pemanas cai na teu dihurungken, hilaf tadi teu dijetrekeun heula",ucap bi Eha
(Itu bu,maaf pemanas airnya ga dinyalain,lupa tadi ga diOn dulu saklarnya)
Kemudian Bu Dedeh tampak merhatiin kondisiku, aku tau Meskipun aku agak sedikit menunduk.
"Bi,punteun, ambilin handuk, kamu teh meni jalibrug gini geningan, karunya teuing", tangan bu Dedeh sambil menyentuh rambutku yg emang basah kena air hujan sedari tadi.
(Bi,maaf,ambilin handuk, kamu basah kuyup begini,kasian banget)
"Muhun bu", bi Eha langsung beranjak pergi lagi.
(Iya bu)
"Ayo masuk ke dalam aja, kamu masuk angin ntar, skalian bersih2 Mandi air anget dulu, terus keringin bajunya didalem",ajak beliau.
"Gak usah bu, aku mau langsung pamit pulang aja", akupun segera membuka tas dan mengeluarkan map, agar cepet2 menyerahkan berkasnya.
"Loh baju mu basah begitu, gmn mau pulang, tasmu jg basah gini,jangan ngeyel, Ayo masuk ke dalem aja, udah mau maghrib juga".
Aku sebenarnya gak enak bgt, apalagi dengan perhatian nya beliau,tapi mau bagaimana lagi, sepertinya aku gak bisa mengelaknya, soalnya kondisi ku emang agak menggigil, yg sedari tadi duduk di beranda depan rumah. Bahkan sesekali aku sempat bersin-bersin.
Akupun segera berdiri sambil mengambil tasku mengikuti bu Dedeh yang beranjak sambil menarik tanganku untuk memapahku masuk ke dalam ruang tamu. Badanku yg agak bongsor utk seumuran ku dengan tinggi 158 cm tampak hampir menyaingi tingginya bu Dedeh Meskipun tetap saja Masih tinggian beliau beberapa senti. Aroma badan beliau sangat wangi khas banget, terasa menempel di hidungku Meskipun agak pilek saat Itu. Sepertinya bukan bau parfum, tapi aroma natural dari tubuh yg terawat. Terasa hangat juga tangannya saat menempel dilenganku.
Bi Eha pun tiba dengan membawa handuk.
"Kamu minum dlu teh angetnya, trus Mandi air anget yah, biar sekalian maghriban disini", ucap bu Dedeh sambil nyerahin handuk.
Akupun duduk di sofa ruang tamu tersebut sambil meminum air teh anget bikinan bi Eha. Sambil sesekali mataku menyapu sekeliling ruangan untuk sekedar mengagumi akan interior nya yg cukup mewah.
"Bi Eha, tolong anterin ni anak ke kamar Mandi, sekalian siapin kaos sama celana panjang punya bapak, biar dipake sementara sama Riyan",
"Kegedean atuh bu", kata bi Eha
"Gak apa-apa dari pada dia sakit gara2 pake baju basah,kasian,buat sementara aja kok"
"Iya bu", pungkas bi Eha.
"Oh iya, evan Masih dikamar atas?"
"Dia teh ketiduran bu, tadi habis main mobil2an, kecapean soalnya lari2 wae atuh da dari siang"
"Ya udah,biarin aja",
"Sok Riyan, Mandi dlu yah, ntar abis Itu ibu mau check berkasnya",
"Iya bu, makasih"
Aku dan bi Eha pun berlalu meninggalkan bu Dedeh yg Masih sedang duduk di sofa ruang tamu sambil memeriksa isi map yg kusiapkan. Bi Eha berjalan dengan sedikit terburu-buru untuk mengantarku ke kamar Mandi, aku yg berjalan sambil melihat2 sekeliling dalem rumah tampak tertinggal olehnya. Di tengah ruang keluarga tampak sebuah potret berukuran besar menempel di dinding, berisi foto beliau bersama suaminya. Di sana terdapat rak lemari buku setinggi pinggangku, yg letaknya bersebelahan dengan TV berukuran besar, diatas lemari tersebut tampak foto anaknya mulai dari bayi hingga berumur 5 tahunan. Hhmmm Keluarga yang harmonis fikirku.
"Jang, hei, kalahkah ngalamun, sok geura kadieu",
(Dek, hei, malah melamun, Ayo cepet kesini)
Konsentrasiku buyar ketika mendengar suara panggilan bi Eha.
" Iya bi",
Aku pun segera bergegas menuju kamar Mandi. Pakaian yg dipakai sebelumnya diambil bi Eha buat dikeringin dengan mesin pengering pakaian.
*****
Kini aku berpakaian yang sedikit kelonggaran, mengenakan kaos berkerah dan celana panjang yg kedodoran hingga ujung kakinya ku lipat beberapa gulung. Bisa kebayang perawakan badan suaminya seperti apa ketika pakaian nya ku gunakan.
Waktu sudah menunjukan pukul 7 malam, akupun berfikir mesti segera pulang. Aku segera menghampiri bu Dedeh yg lagi asyik di ruang keluarga bersama Evan yang sudah terbangun, anak pertamanya sambil duduk menonton TV.
"Evan, sini salim dlu sama kak riyan", pinta beliau kepada anaknya yg sedang sibuk melukis sedari tadi diatas bangku kecil, dia duduk dikarpet sambil kakinya selonjoran melewati kolong bangku kecil tersebut. Evan pun segera beranjak dan menuruti perintah ibunya. Anak Itu menarik tangan kananku dan menempelkannya di dahi.
"Hai, kamu lucu banget sih, lagi gambar apa nih", ucapku sambil melirik apa yg ia gambar,
"Eumeng",,jawabnya
hhmm rupanya dia lagi belajar gambar kucing hehe.
Anak Itu sangat imut sekali, walopun laki2 tapi wajahnya bisa dipastikan mirip banget ibunya dibanding bapaknya. Terkadang aku sempat termenung, kok suaminya bisa mendapatkan hati bu dedeh hehe. Kecantikan beliau Itu, menurut ku terdapat pada auranya, dan juga wajahnya yg feminimnya itu khas orang parahiangan banget. Tutur katanya yg lembut, perhatian nya, dan juga sikapnya, yg Terkadang jujur aja buatku sedikit "ge-er".
Aku dlm beberapa saat aja sudah terlihat akrab sama evan, hal ini membuat bu Dedeh tersenyum senyum melihatnya, bahkan Terkadang tertawa melihat akan tingkah konyol evan dan diriku yg membuat evan seperti punya teman baru.
"Evan, ibu pinjem dulu kak riyannya yah sebentar, Evan lanjutin melukisnya, entar main lagi sama kak Riyan", perintah bu Dedeh sama evan agar aku segera kembali fokus sama tujuan utama berkunjung ke rumahnya. Anaknya Itu langsung mengambil crayonnya kembali. Penurut banget anaknya Itu, bu Dedeh emang pandai dalam hal mendidik anak. Aku sebagai muridnya di sekolah pun bisa merasakannya bagaimana beliau memperlakukan anak didiknya.
Aku kini duduk bersebelahan dengan beliau, dan entah apa yg kurasakan ketika berdekatan dengan jarak gak lebih dari setengah meter dalam satu kursi sofa panjangnya. Beliau duduk sambil tumpang kaki, dan tampak sedikit tersibak naik dasternya membuat paha dan kaki jenjangnya Itu sedikit menyolok mataku. Sinar Lampu neon di ruang keluarga itu seakan membantuku untuk menyaksikan bulu2 halus dilengan, dikaki dan paha beliau yg tumbuh di kulitnya yg putih kuning langsat Itu. Aku semakin terlihat kikuk melihat suasana seperti Itu.
"Kamu isi formulir dulu yah", ungkap beliau sambil menyodorkan kertas dan ballpoint.
Aku gak banyak bicara dan langsung mengambilnya. Aku mengisi formulirnya dengan perasaan yg ga menentu, sambil sekali-kali memperhatikan beliau yg sedang fokus menonton sinetron.
"Maaf bu, sepertinya macet, ada ballpoint lagi gak?",Tanyaku sambil menggosok ujung ballpoint nya di kertas kosong.
"Kenapa, habis yah tintanya, bentar yah Ibu ambil dulu ballpoint yg lain",
Bu Dedeh tanpa berbicara panjang lebar langsung beranjak pergi dan menaiki tangga.
Sambil menunggunya, Akupun kembali menemani evan yg sedari tadi fokus dengan buku gambarnya.
Selang beberapa menit, bu Dedeh pun kembali turun ke bawah.
"Riyan, bisa minta tolong, geserin lemari, barusan ibu gak sengaja ballpointnya Jatuh ke kolong lemari"
"Iya bu",
"Ikuuuuttt...", Rengek Evan ketika aku akan meninggalkannya.
"Kamu mah Ikut kemana sih, sini ibu gendong", beliau langsung menggendong evan, sementara aku berjalan mengikuti nya dari belakang. Dilantai atas terdapat 2 buah pintu kamar yang saling bersampingan. Rupanya Itu kamar bu Dedeh dan kamar evan. Aku pun memasuki kamar beliau yg sedari tadi sudah terbuka.
"Lemari yg ini yan", beliau menunjuk sebuah lemari pakaian tepat berdekatan dengan lemari TV. Kamar yg cukup mewah fikirku. Lantainya pun dibalut dengan karpet layaknya permadani disertai dengan perabot lengkap. Dengan sekuat tenaga akhirnya aku mampu menggeser lemari tersebut sedikit demi sedikit. Dan akupun melihat sebatang ballpointnya tepat dibawah ujung lemari dekat dinding kamar. Ketika mau mengambilnya aku gak sengaja menyenggol sebuah tumpukan disc, dan Jatuh berserakan. Akupun reflek membereskannya, aku tata kembali. Rupanya Itu kaset VCD Karna posisi disc tersebut tepat disamping VCD player. Ternyata beliau sangat suka sekali menonton film. Ada beberapa film yg kulihat dan kuingat, diantaranya Titanic, pretty woman, Ada Apa dengan Cinta, serial beverly hills 90210, Election, Free Willy, dan aku merasa kaget pas melihat film yg berjudul Tarzan X serta beberapa film lainnya yg Jujur aku waktu Itu gak tau film apa Itu, yg jelas2 bikin aku kaget adalah gambarnya yg terpampang dalam bungkus kaset VCD tersebut.
Seketika aku terhentak Karna dengan sangat cepat bu Dedeh menarikku ke belakang, seolah ingin menyembunyikan sesuatu.
"Sudah yan, biar ibu yg beresin, kamu sudah dapet kan ballpoint nya, kamu turun aja kebawah lanjut isi formulirnya, kalo sudah selesai kamu ke sini lagi buat Bantu geser kembali lemarinya"
"Oh iya bu, aku turun ke bawah", aku kembali turun dengan segera diliputi dengan tanda Tanya besar yang tersimpan dalam batin.
Selang beberapa saat terdengar suara beliau dari atas.
"Yan, kalo sudah selesai langsung keatas lagi yah"
"Iya bu, sebentar lagi selesai"
Aku dengan segera langsung ke atas lagi, untuk menggeser kembali lemarinya, dan sesampainya dikamar tampak kaset disc yg berserakan tadi sudah tertata rapi kembali.
"Yan ibu mindahin dulu evan ke kamarnya, kamu ke bawah aja dluan yah", pintanya setelah semuanya kubereskan, beliau sambil menggendong evan yg sepertinya sudah lemas mengantuk lagi dipangkuan ibunya.
Aku menunggu duduk disofa ruang keluarga bertemankan TV yg menyala, yang sebenarnya aku sendri gak menontonnya. Aku melihat jam dinding sudah menunjukan pukul 7.30 malam, aku Makin gelisah pengen cepat pulang, ditakutkan org rumah khawatir.
"Mana liat formulirnya?", Beliau memeriksa kembali apa yg sudah aku tulis.
"Bu aku ijin pamit pulang",pintaku
"Oh iya, tunggu dlu yah ntar ibu minta tolong mang Ocim buat anter kamu pulang, soalnya jam2 segini sudah susah angkot", ungkapnya sambil membereskan berkas2, yg kemudian dia bawa kembali ke atas kamarnya.
Aku Masih menunggu dibawah, sementara beliau turun kembali dari kamarnya buat mencari bi Eha,
"Bi...", Panggilnya,
"Iya bu" jawab bi Eha dari dapur.
"Bisa minta tolong gak ke depan, tolong kasih tau mang Ocim buat anterin Riyan pulang pake motornya, ntar ongkos bensinnya diganti gtu yah"
Bi Eha bergegas keluar sambil membawa payung Karna kondisi diluar Masih jg hujan.
Oh iya perlu diketahui bahwa bu Dedeh ini tidak bisa nyetir mobil, makanya Meskipun di rumahnya ada mobil, namun berangkat ke manapun pasti Naik angkot. Dan tentunya kalau bisa nyetir pasti sudah anterin aku pulang dengan mobilnya sendiri tanpa meminta bantuan mang Ocim.
Bu Dedeh kemudian kembali duduk disampingku.
"Kamu tadi sudah bilang kan ke orangtua kalau kamu datang kesini?"
"Sudah kok bu"
"Ada telefon ga dirumah, kalau ada mau ibu telfon biar gak bikin khawatir"
"Ga ada bu",jawab ku singkat, fikiranku Masih buyar gak menentu.
"Yaudah Kita nunggu aja bi Eha datang manggil mang Ocim yah"
Aku hanya mengangguk sambil tersenyum melihat kehangatan raut wajahnya.
"Ngomong2 kamu teh anak ke 2 dari 3 bersaudara yah, trus kamu beneran adiknya Randi?"
"Loh kok ibu tau?", Aku heran
"Lah iyalah ibu kan tadi liat fotocopy kartu keluarga kamu, kakakmu jg dulu murid ibu"
"Iya sih, kakakku juga pernah cerita tentang ibu"
"Cerita apa coba ibu pengen tau"
"Ya cerita kalo ibu ini, hehe katanya dulu sangat galak", ucapku sambil tersipu malu.
"Ah masa sih hehehe,ibu mah ngerasa biasa aja, ya tentu galak kalau sama murid bandel mah"
"Tapi aku Masih ragu bu,emang beneran ibu kenal kakaku? Randi yg lain kali yg ibu maksud,kan yg namanya Randi banyak kali bu disekolah hehehe"
"Randi pratama kan?? Yg ada tahi lalat di deket alis mata sebelah kiri"
"Lah bener hehehe,,berarti ga salah, emang kakaku Itu,kenapa gtu bu"
"Gak kenapa napa, hanya sedikit gak suka aja ibu mah, anaknya tukang usil sama temennya,,terutama sama anak2 perempuan, rada cunihin budak teh (agak kurang ajar sama perempuan tuh anak)"
"Oh begitu yah hehehe"
"Sekarang Randi sekolah di SMA Mana?"
"SMA x bu"
"Budak teh kasep si Randi mah (Anaknya tampan si Randi tuh), trus kakakmu Itu pinter sebenarnya loh, cuman ya sikapnya males aja,,sangat disayangkan, jauh kalau dibandingin sama kamu mah yan, kamu mah udah tampan teh kalem, pinter, dan sopan"
Aku yang mendengar pernyataan beliau Itu sepertinya tau, kalau dia kyknya berbohong, semua orang jg tau kalau aku gak setampan kakakku yg sedikit badung Itu. Tapi ga penting semua Itu, yg penting aku bisa deket sama beliau hehehe.
Disela obrolanku dengan bu Dedeh, tiba-tiba bi Eha datang.
"Loh, bi,, Mana mang Ocim nya,kok datang sendirian?", Tanya bu Dedeh yang heran tak melihat mang Ocim.
"Duh bu, katanya motornya dibawa anaknya pulang ke garut, kumaha atuh?", Jawab bi Eha.
"Waduh, gimana ya", beliau tampak seperti kasihan melihatku, sesekali dia melihat jam dinding yg sudah lewat jam 8 malam.
"Udah gini aja deh, Riyan udah nginep aja disini yah, khawatir ibu mah, Mana hujan lagi, bisi kenapa2 dijalan, lagian besok kamu sudah libur, biar besok sepulang dari kantor sekolah, ibu datang ke rumah mu,buat ngejelasin ke orang tuamu yah, gimana?"
Aku sebenarnya agak ragu, dan gak enak aja, soalnya gak ada niatan mau nginep segala. Tapi keadaan yg sedikit memaksaku. Dan setelah ku fikirkan, ada benarnya juga apa yg bu Dedeh ucapkan. Dan akhirnya aku menyetujui permintaan beliau.
"Yaudah bu, aku menginap aja". Ucapku sambil menganggukkan kepala.
Bersambung.....
ardian_ptr
Tukang Semprot
- Daftar
- 17 Dec 2020
- Post
- 1.270
- Like diterima
- 1.154
Mantap masih belum panas nig
makasih updet lanjutannya @Ksatriabatangireng
herithebeast
Semprot Kecil
- Daftar
- 6 Dec 2015
- Post
- 94
- Like diterima
- 119
Lanjut dong
JamesRhodey
Semprot Addict
- Daftar
- 30 Oct 2020
- Post
- 433
- Like diterima
- 337
Hmm kentangg
- Status
Similar threads
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
