Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT Ritual Sex di Gunung Kemukus

Chapter 26



"Ada apa Pak Carik, manggil apa teriak..!" tanya Bu Tris dengan nada jengkel dengan kedatangan seorang pria setengah baya yang memanggilnya dengan suara keras sehingga membuat kami terkejut.

"Itu Bu Tris, ada yang mau nanyain masalah kambing kendit, sampean ada apa tidak?" tanya Pak Carik yang hanya tersenyum menerima omelan Bu Tris tanpa merasa bersalah.

"Kalau kambing kendit tidak saya jual, Pak. Itu sudah ada yang punya. Coba sampean ke Pak Tejo di Miri, sepertinya dia punya dua atau tiga ekor.!" kata Bu Tris.

"Inngih, matur suwun Bu..!" kata Pak Carik berpamitan dan meninggalkan kami yang sedikit terganggu dengan kedatangannya pada waktu yang menurutku sangat tidak tepat.

"Ganggu saja orang yang sedang ngobrol." kata Bu Tris meninggalkanku sendiri di ruang tamu membuatku merasa interogasi yang sedang kulakukan gagal berantakan.

Akhirnya aku memilih masuk kamar kembali, mudah mudahan ke dua gadis itu sedang tidur sehingga aku tidak perlu melayani nafsu sex mereka yang cukup besar. Aneh, kenapa mereka mempunyai nafsu sebesar itu, padahal ini adalah pengalaman pertama mereka. Aku menari nafas lega melihat Limah dan Yoyoh tertidur nyenyak, mereka benar benar kelelahan setelah melakukan ritual panjang yang sangat menguras tenaga.

Limah, cantik sekali saat dia sedang tidur, kecantikannya tidak memudar sedikitpun. Tanpa jilbab, kecantikannya semakin menonjol, aku bisa melihat keindahan rambutnya yang panjang berwarna hitam legam sangat cocok menjadi bintang iklan sampo. Tubuhnya yang propisional mengingatkanku dengan bentuk tubuh Lilis. Sayang, aku tidak mungkin menambah koleksi istri istriku, aku sudah berjanji untuk tidak memperistri wanita lain. Tiga orang istri sudah sangat merepotkanku.

Yoyoh, bentuk tubuhnya yang besar tidak mampu menyembunyikan kecantikannya. Kalau saja dia bisa mengurangi berat badannya, aku percaya akan banyak pria yang tergila gila kepadanya. Semoga setelah ritual dia bisa mengurangi sedikit berat badannya.

Pikiranku kembali ke ayahku berusaha mengumpulkan petunjuk yang bisa membuatku menemukan jawaban dari semua masalah yang sedang kuhadapi. Aku berusaha mengumpulkan semua serpihan ingatan, mungkin aku sudah melupakan sesuatu yang sangat penting, sesuatu yang menjadi jawaban namun luput dari ingatanku.

"Kenapa bukan kita yang menguburkan mayat ayahmu? Apa kamu tudak mau melihat wajah ayahmu untuk terakhir kalinya?" tanya Mang Karta begitu mendengar kabar kematian ayahku dia langsung mendatangiku.

"Untuk apa, Mang? Kita semua pernah menguburkan ayah, bahkan makamnya masih terjaga sampai sekarang, makam terbagus di desa kita." kataku menatap Mang Karta, sosok yang sudah menjadi ayah bagiku. Mang Karta yang sudah membentukku, bukan ayahku, aku tidak pernah berhasil menemukan kenangan indah tentang ayahku. Satu satunya yang kuingat adalah kemarahan demi kemarahannya.

"Dia pasti punya alasan kenapa dia meninggalkan kita, alasan yang tidak kita ketahui." jawab Mang Karta berusaha merubah keputusanku, keputusan yang disetujui oleh ibuku.

"Tidak perlu lagi, Mang. Tidak ada orang yang mengalami dua kali kematian." jawabku menatap Mang Karta, memohon agar dia mau menerima keputusanku, biarlah dosanya aku yang menanggungnya.

"Kalau itu memang keputusanmu, Mang Karta tidak bisa berbuat apa apa. Mang Karta hanya ingin melihat dengan mata kepala sendiri, apa benar ayahmu sudah mati atau hanya akal akalan dia saja. Ayahmu terlalu licik dan licin, bahkan pihak kepolisian tidak pernah bisa menangkapnya, karena mereka hingga saat ini tidak bisa membuktikan kesalahan yang sudah diperbuat ayahmu. Mang Karta pulang..!" kata Mang Karta tidak menungguku bangun dan mengantarkannya hingga pintu, aku mencium tangannya yang terulur di hadapanku.
[/B]

********

"Kang, bangun....!" suara Limah menyadarkanku dari mimpi. Mimpi yang sangat aneh karena aku memimpikan sesuatu yang penah aku alami. Mungkin ini akibat perkataan Bi Narsih sehingga aku bermimpi.

"Jam berapa?" tanyaku berusaha mengembalikan kesadaranku yang belum sepenuhnya terkumpul. Sekilas aku menatap Limah, tercium bau harum dari parfum yang dikenakannya.

"Jam 7 malam, enak benar Kang Ujang tidurnya." kata Limah tersenyum, senyum yang mampu menghipnotis kesadaran lelaki normal.Tapi aku merasa ada sesuatu yang aneh, sepanjang perjalanan dari Bogor hingga kami tiba di sini, aku tidak melihat tatapan kagum dari para pria, berbeda sekali saat aku jalan dengan Lilis, Ningsih bahkan dengan wanita yang pernah berjalan denganku, mata para lelaki akan menatap kagum.

"Kamu sudah rapi, mau ke mana?" tanyaku heran melihat penampilan Limah yang berhijab, pakaian gamisnya yang tertutup dan wangi parfum yang dikenakannya membuatku curiga. Hei, dia bukan istriku, buat apa aku harus berpikir macam macam, makiku dalam hati.

"Mau ngajak Kang Ujang jalan jalan, bosen di aini terus.!" kata Limah dengan senyum yang terus tersungging di bibirnya yang sensual dan terlihat basah.

"Ke mana?" tanyaku heran, di tempat ini jauh ke mana mana, tempat hiburan adanya di Solo. Aku tidak tahu di daerah sini ada bioskop atau tidak

"Ke atas, kata Bu Tris tempatnya enak buat nongkrong, mumpung sepi. Kalau besok malam Jum'at Pon, tempat ini sangat ramai." kata Limah membuatku menarik nafas lega karena tidak perlu pergi jauh untuk mencari hiburan.

"Ya sudah, aku mandi dulu." kataku tanpa menunggu jawaban dari Limah, aku bangun mengambil handuk dan berjalan ke kamar mandi.

"Jangan lama lama, Kang..!" kata Limah membuatku berhenti di ambang pintu, aku lupa belum melihat Yoyoh, ke mana gadis gemuk itu.

"Yoyoh lagi ke mana?" tanyaku ke Limah.

"Kang Ujang malah mikirin Yoyoh, sana mandi," jawab Limah mendorongku keluar kamar. Terpaksa aku harus memendam rasa ingin tahuku, lagi pula tidak mungkin Yoyoh menghilang.

Selesai mandi dan berganti pakaian, kulihat Yoyoh dan Limah sudah menunggu di ruang tamu bersama Bi Narsih,obrolan mereka terhenti melihatku datang sudah berpakaian rapi.

“Jadi gak jalan jalan?” tanyaku ke Limah, dia berhak mencari hiburan setelah lelah melakukan ritual sex denganku, karena dalam hal ini aku lebih beruntung karena mendapatkan keperawanan mereka.

“jadiii..!” jawab Limah dan Yoyoh berbarengan. Kami segera berpamitan ke Bi Narsih yang lebih memilih diam di rumah, mungkin dia masih terlalu letih.

Sampai di puncak bukit Kemukus kami memilih duduk di bawah pohon yang akarnya keluar ke permukaan, seperti sedang berpacaran saja Cuma bedanya aku diapit dua gadis yang tubuhnya bertolak belakang.

“Kenapa kalian nekad melakukan ritual sex di sini?” tanyaku membuka percakapan, terus terang aku belum puas dengan jawaban yang pernah mereka berikan. Banyak hal yang menurutku sangat janggal.

“karena Limah merasa selalu tertimpa sial, kata Aki karena Limah lahir pada malam Jum’a kliwon saat bulan purnama penuh pada bulan xxxx dan ada tanda di memek,” jawab Limah. Entah kesialan apa yang dumaksud oleh Limah, aku tidak mengerti maksudnya.

“kalau kamu, Yoh?” tanyaku ke Yoyoh yang sejak tadi hanya diam.

“Sama seperti Limah, kami lahir pada saat yang sama dan punya tanda lahir yang juga sama, aneh ya?” kata Yoyoh.

Sialnya seperti apa? Kalian terlihat akrab dengan, Bi Narsih, kalian sudah kenal lama?” tanyaku .

“Bu Narsih dan almarhum Mang Karta sering datang ke rumah Aki Ja’i, mereka orang tua asuh kami. Mereka yang membiayai sekolah kami.” Kata Limah menjawab pertanyaanku dengan lancar.

Aku lahir pada saat Bulan Hapit tanggal 15 pada malam Jum'at kliwon. Tepat pada saat bulan purnama sedang berada di puncaknya, purnama yang berwarna merah seperti darah, aku lahir membawa tanda hitam sebesar uang 25 rupiah yang membelah bibir memek. Tanda yang diyakini sebagai pembawa sial. Namu bagi para pelaku sebuah ilmu yang hampir punah, tanda tersebut adalah tanda yang bisa menyempurnakan ilmu yang mereka pelajari.

Kesialanku dimulai sejak aku kecil, ayah dan ibu meninggalkanku begitu saja karena menganggap aku anak pembawa sial. Aki yang merawatku sejak berusia 7 bulan, Aki yang menjadi ayah dan sekaligus ibu buatku.

Sejak kecil entah kenapa aku tidak mempunyai teman, mereka seperti takut berdekatan denganku. Pernah aku punya teman dan dia membuatku jengkel, aku memakinya monyet. Kejadian yang sangat tidak terduga terjadi, temanku dicakar oleh seekor monyet yang entah datang dari mana karena tidak ada monyet liar di tempat kami.

Ketika aku menjadi seorang remaja, kecantikan yang kumiliki tidak mampu menarik perhatian seorang pemudapun, mereka seperti menjauh dariku, seolah aku najis yang akan membuat mereka sial. Benar bebar sangat menyakitkan, satu satunya orang yang sering datang dan menghiburku adalah Bi Narsih, hampir seminggu sekali dia datang untuk sekedar menghiburku. Karena kebetulan waktu itu rumah kami berdekatan, aku tinggal di Bogor sebelum akhirnya Aki memutuskan untuk kembali ke Rangkas

“kita mau pindah ke mana, Ki?” tanyaku melihat Aki mulai berkemas untuk pindah rumah.

“Kita pindah ke Rangkas, ke rumah Aki. Aki sudah letih menunggu ke dua orang tuamu kembali, usiamu sekarang sudah 15 tahun dan selama itu orang tuamu tidak pernah kembali

Perkataan Aki membuatku sedih, tidak seharusnya di usia senjanya Aki harus merawatku seorang diri, aku benar benar anak pembawa sial. Seharusnya aku tidak pernah lahir atau mati saat aku bayi sehingga tidak mengalami penderitaan berkepanjangan.

“Maafin Limah, gara gara Limah Aki ikut menderita.” Kataku menangis sedih melihat Aki harus ikut menderita selama belasan tahun tinggal di kota besar menunggu kedua orang tuaku kembali, penantian yang sia sia.

“Kamu tidak salah apa apa, orang tuamu seharusnya bangga mempunyai anak secantik kamu.” Kata Aki membuatku semakin bersedih, tidak tahukah aki, kecantikan ku tidak mampu menawan hati seorang pria, sedangkan wanita yang lebih jelek dariku mereka bisa mendapatkan pendamping dengan mudah.

Kehidupan di desa ternyata lebih baik, orang sangat menghormati Aki. Aku mulai mempunyai teman dan yang paling akrab denganku adalah Yoyoh, pertama kali aku mengenalnya dia sedang menangis di bawah pohon tangkil. Aku mebghampirinya karena teringat dengan keadaanku sendiri yang sering menangis diam diam. Dari situlah kami menjadi akrab, apa lagi setelah tahu Yoyoh mempunyai tanda yang sama dan kami lahir pada saat yang sama.

Hingga beberapa bulan yang lalu Pak Gobang datang menemui kami, kedatangan Pak Gobang mendapatkan sambutan yang luar biasa dari aki, belum pernah Aki menyambut kedatangan seorang tamu dengan cara sehangat itu, seolah Pak Gobang adalah tamu agung yang pantas mendapatkan penghormatan.

"Limah, ajak Yoyoh ke sini, ada hal penting yang mau Aki bicarakan pada kalian berdua." kata Aki menyuruhku memanggil Yoyoh, entah hal penting apa yang mau dibicarakan oleh Aki.

"Masalah apa, Ki?" tanyaku heran, tidak biasanya Aki menyuruhku memanggil Yoyoh.

"Nanti juga kamu akan tahu, sekarang ajak Yoyoh ke sini. Penting." kata Aki setengah memaksaku segera memanggil Yoyoh.

"Iya, Ki." jawabku terpaksa mengalah, nanti juga aku akan tahu apa yang akan dibicarakan Aki.

Jarak ke rumah Yoyoh tidak terlalu jauh untuk ukuran desa, tidak berapa lama aku sudah kembali bersama Yoyoh, aku sudah tidak sabar apa yang akan dikatakan Aki, sepertinya hal yang sangat penting.

"Kalian duduk..!" kata Aki menyuruh kami duduk. Sekilas aku melihat Pak Gobang menatap wajah kami bergantian, tatapan matanya begitu tajam membuatku menunduk agak takut.

"Kalian sudah tahu, kalian lahir pada saat dan waktu yang sama, bahkan kalian mempunyai tanda yang sama. Kalian seperti kena kutuk, kecantikan kalian tidak mampu menarik perhatian para pria, kalian selalu dijauhi, mereka seperti ketakutan saat berdekatan dengan kalian. Hanya ada satu cara untuk menghilangkan semua kutukan dan kesialan kalian." kata Aki membuatku tertarik, cara apa yang bisa membuat kami menjadi gadis normal seperti yang lain.


"Apa itu Ki?" tanyaku berbarengan dengan Yoyoh, kami akan melakukan apapun untuk bisa lepas dari kutukan yang kami alami.

"Kalian harus melakukan ritual sex di Gunung Kemukus untuk membuang semua kesialan kalian dengan seorang pemuda." jawab Aki membuatku terkejut. Bagaiman kami melakukan ritual sex, sedangkan para pemuda selalu menjauh setiap kali memandang kami, mereka seperti merasa jijik.

"Bagaimana caranya melakukan ritual sex, selama ini setiap pria yang melihat kami seperti merasa jijik, bahkan mereka akan langsung menjauh begitu kami mendekat." jawabku putus asa, sepertinya kutukan ini tidak akan pernah berakhir.

"Jangan takut, ada seorang pemuda yang akan bisa melihat kalian secara utuh, pemuda yang tidak akan terpengaruh oleh kutukan yang melekat pada diri kalian." kata Aki meyakinkan kami. Tapi aku masih ragu dengan perkataan Aki.

"Aki tidak bohong?" tanyaku berusaha meyakinkan apa yang baru saja aku dengar.

"Apakah Aki pernah berbohong?" tanya Aki balik bertanya. Aku menggelengkan kepala dengan keras, selama ini Aki tidak pernah berbohong kepadaku, dia selalu menepati janjinya.

"Yoyoh, apa kamu bersedia?" tanya Aki ke Yoyoh yang sejak tadi hanya mendengarkan pembicaraan kami.

"Saya mau Aki, saya sudah tidak sabar ingin melepaskan semua kutukan ini." jawab Yoyoh dengan suara bergetar, harapan yang tadinya hampir mati, tiba tiba kembali hidup, hal yang sama yang aku rasakan. Ada harapan yang akan membebaskan kami dari kutukan yang kami bawa sejak kami lahir.

"Siapa pemuda yang mau melakukan ritual dengan kami?" tanyaku setengah putus asa.

"Pemuda itu adalah saudara satu ayah kalian. Pemuda itu yang akan membebaskan kalian dari kutukan." jawab Aki membuatku sangat terkejut.



Bersambung

respon bagus,, tiap hari apdet,​
Another half sister... 2 lagi. Anjrit ni si Gobang, beneran dah.
 
Cerita bersambung yg panjang. Makasih suhu @satria73
Sayang endingnya belum menjelaskan semua.
Kami tunggu -sambungannya- kalau ada.
 
Cerita yang paling seru yang pernah dibaca. Terima kasih suhu
 
Jav Toys
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd