Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

Sebuah Kisah Tentang Cinta, Part Two (COPAS)

Om Ridwan memenuhi janji untuk membantu skripsi Cinta. Sepanjang jangka waktu tersebut beberapa kali hubungan terlarang mereka tetap berlangsung secara sembunyi-sembunyi. Hubungan itu terus berlangsung diantara persetubuhan lain yang dilakukan Cinta dengan pelanggannya, namun dengan intensitas yang mulai jauh berkurang. Walaupun hubungan mereka hanya sebatas ‘bisnis’ semata, rupanya mereka berdua terlihat bisa saling memuaskan satu sama lain. Usia yang terpaut jauh sepertinya tidak menjadi masalah untuk mereka. Baik rahasia Cinta maupun rahasia Om Ridwan pun masih terjaga dengan rapat yang hanya diketahui oleh keduanya. Beberapa hotel dan bungalow di luar kota kerap menjadi saksi persetubuhan panas mereka berdua.

Permainan selalu memilih tempat di luar kota, tapi satu waktu permainan pernah mengambil setting di rumah Om Ridwan. Kejadian yang tidak pernah direncanakan ataupun diduga sebelumnya. Kejadian yang cukup menarik untuk diceritakan.

#############

Suatu hari, beberapa bulan setelahnya.
 
Hari ini adalah hari dimana Cinta menjalani sidang skripsinya. Setelah berbulan-bulan bekerja keras mencari dan mengolah data, ditambah ‘kerja keras’ di ranjang bersama Om Ridwan, akhirnya hari yang dinanti Cinta datang juga. Siang itu perjuangan Cinta mempertahankan skripsi yang ditulisnya selama berjam-jam di depan penguji berakhir dengan mulus. Hari itu Felisia, sahabat karibnya pun datang untuk memberi semangat bersama beberapa sahabat lainnya. Sorak-sorai kegembiraan langsung memekik keras ketika Cinta keluar dari ruang ujian dan memperlihatkan lembar penilaian bertulis huruf A. Cinta adalah gadis pertama yang lulus diantara sahabat-sahabat karibnya yang ada disana.

“Gila lu Ta, gak nyangka gue diantara kita-kita lu yang bisa lulus duluan”, teriak Felisia.

“Bener tuh, gue juga gak percaya”, sahut gadis lainnya yang bernama Febby.

“Iya dong, Cinta gitu loh”.

Ucapan Cinta itu langsung disambut teriakan “hhhuuu..” dari sahabat-sahabatnya. Dilanjutkan dengan dorongan dan tepukan.

“Ampun.. Ampun.. Udah ah jangan bikin rusuh di kampus”.

“Apa sih rahasia lu Ta?”, tanya Felisia.

“Belajar yang rajin, tidur teratur dan rajin menabung hehehe”.

Kembali teriakan “hhhuuu..” membahana di ruangan itu.

Cinta sendiri hanya tersenyum melihat tingkah sahabat-sahabatnya itu. Hanya saja Cinta senyum itu sedikit tertahan melihat sahabatnya Felisia. Sejak hubungan gelapnya dengan Om Ridwan dimulai, ia kerap merasa kikuk jika berhadapan dengan Felisia. Bagaimana tidak, selama beberapa bulan ini ia sudah beberapa kali berhubungan intim dengan ayah dari sahabat karibnya itu. Persetubuhannya dengan Om Ridwan-lah rahasia kenapa ia bisa mulus menyelesaikan studi secepat ini. Tapi semua sudah terjadi dan tak bisa lagi diputar kembali. Paling tidak selama proses skripsi ia hanya perlu melayani satu laki-laki. Tidak perlu ditambah layanan khusus untuk dosen pembimbing ataupun penguji skripsinya, sebagaimana cerita-cerita panas yang biasa ada di situs-situs dewasa.

“Eh lu inget janji kita kan Fel?”, Cinta langsung menghapus bayangan Om Ridwan dan benaknya.

“Janji apa?”.

“Halah pura-pura lupa segala”, Cinta menepuk pundak Felisia. “Janji nraktir yang lulus pertama dong”.

“Oh iya, lu mau makan dimana?”.

“Elu? Trus kita mau diapain?”, Cindy, salah satu sahabat Cinta yang ada disana langsung mengajukan protes.

“Lulus dulu sebelum gue, baru gue traktir hahaha”.

Lagi-lagi teriakan “hhhuuu..” membahana di ruangan itu.

Setelah segala proses administrasi pasca sidang skripsi selesai, gadis-gadis itu pun berpisah. Sekali lagi sebelum berpisah mereka satu persatu menyalami Cinta, sebagai ucapan selamat. Tak lama Cinta sudah berada di dalam mobil bersama sahabatnya, Felisia.

“Oh ya ampun, gue lupa duit gue cuma sisa goceng nih di dompet, kita mampir dulu ke rumah ya buat ngambil duit”.

“Aduh.. Gak apa-apa, besok-besok aja lu kan bisa traktir gue”, Cinta tergagap mendengar ucapan sahabatnya itu.

Sejak affair dirinya dengan Om Ridwan di mulai, memang Cinta kerap menghindar untuk datang ke rumah Felisia. Bukan karena adanya Om Ridwan disana, namun karena Cinta tidak ingin bertatap muka langsung dengan Tante Vera. Cinta juga kerap terlihat kikuk jika itu terjadi. Bahkan lebih kikuk daripada ketika ia harus berhadapan dengan Felisia. Maka dari itulah ia selalu berusaha agar pertemuan dengan Tante Vera bisa dihindari.

“Mampir bentar aja, Mama juga lagi gak ada kok”.

Mendengar itu Cinta menghela nafas sedikit lega. Namun itu tidak membuat rasa khawatirnya hilang.

“Beneran Fel, besok-besok aja gak apa-apa”.

“Gak ah musti sekarang, mumpung mood gue lagi bagus hehehe”.

Sebagai orang yang tidak berada di belakang kemudi, Cinta pun hanya bisa menurut. Lagian semua ini diawali dari dirinya sendiri. Dirinyalah yang mengingatkan tentang traktiran tersebut, bukan Felisia.

*************
 
Hanya butuh tiga puluh menit dari kampus menuju rumah Felisia. Cinta sedikit deg-degan ketika kembali harus menginjakkan kaki di rumah sahabatnya tersebut. Sudah hampir sebulan lebih ia tidak bertemu lagi dengan Om Ridwan. Mungkin ini adalah pertama kalinya dalam beberapa bulan terakhir Cinta datang ke rumah Felisia. Kalau pun Felisia mengajaknya bertemu, biasanya sahabat karibnya itu yang menjemputnya ke kosan. Rasa segannya kepada Tante Vera yang sudah baik kepadanya-lah, yang membuat Cinta berusaha sekuat mungkin untuk menghindari datang ke rumah tersebut. Namun kali ini keadaannya berbeda. Felisia yang mengajaknya dan Felisia yang memegang kemudi.

“Oke lu tunggu di mobil aja, gue masuk bentar”.

“Uuuhh”, Cinta menghela nafas panjang. Paling tidak ia tak perlu masuk ke dalam rumah.

Namun sepertinya kelegaan Cinta langsung berakhir ketika ponsel milik Felisia berbunyi.

“Halo..”.

Cinta melirik ke arah sahabatnya.

“Oh udah pulang Ma, musti dijemput sekarang? Iya deh, Feli kesana sekarang”.

Percakapan selesai.

“Sory Ta, gue musti jemput mama di bandara, lu tunggu gue di dalem aja deh”.

“Hhhmm..”. Cinta bingung harus menjawab apa. Kenapa semuanya jadi serba kebetulan begini, ucap Cinta membatin.

“Gue bentar aja kok, lagian kalo mama pulang pasti bawa banyak oleh-oleh, lu pasti kebagian”.

“Gimana kalo gue pulang aja naik taxi, ntar kita keluarnya lain kali aja”.

“Ealah masih aja mau ngeles. Ayo kita masuk dulu”.

Dipaksa seperti itu akhirnya mau tidak mau Cinta harus keluar mobil. Dengan langkah berat ia mengikuti sahabatnya masuk ke dalam pekarangan rumah. Berbagai bayangan berkelebat di kepala Cinta tentang skenario yang mungkin terjadi apabila ia bertemu lagi dengan Om Ridwan. Tanpa adanya Tante Vera dirumah sebagai catatan. Rasa deg-degan Cinta bertambah ketika Felisia mengetuk pintu dan tak lama Om Ridwan-lah yang muncul dari dalam.

“Eh Cinta, apa kabar? Tumben nih main ke rumah?”, Om Ridwan menyapa dengan ramah.

“Baik-baik Om, iya nih Feli yang ngajakin”.

Melihat Cinta yang memakai balutan kemeja putih dan rok pendek berwarna hitam, Om Ridwan langsung teringat cerita anaknya kalau Cinta akan menjalani ujian skripsi. Itu pun setelah ia menelan ludah, melihat kemolekan tubuh Cinta.

“Oya, gimana ujiannya? Lancar?”.

“Iya Om, lancar kok”.

“Ayo-ayo masuk dong, masa diluar aja”, ajak Om Ridwan.

Kemudian Felisia memotong. “Pah, Feli jemput mama dulu ya ke bandara”.

“Mama udah dateng? Kok gak nelpon papa?”.

“Tadi katanya udah nelpon cuma HP papa katanya mati”.

“Oh iya papa tadi charge HP, lupa… Maklum udah tua hehehe”, Om Ridwan terkekeh. “Terus siapa yang jemput? Kamu apa papa aja?”.

“Biar Feli aja, kata mama biar cepet abis papa kalo nyetir suka lama”.

“Oke..”, sahut Om Ridwan singkat.

“Lu diem disini aja ya Ta, serius gue abis dari bandara langsung balik deh”. Felisia tersenyum. “Mama juga pasti seneng ngeliat lu lagi”.

Tak tahu harus menjawab apa, akhirnya Cinta hanya bisa mengangguk pasrah.

“Ya udah gue berangkat dulu, titip Cinta bentar ya pah”.

Tak lama mobil Felisia sudah menghilang dari pandangan Cinta dan Om Ridwan. Dan sesaat setelah itu, tiba-tiba saja Om Ridwan memegang tangan kanan Sinta dan menarik gadis itu masuk ke dalam rumah. Laki-laki paruh baya itu menempelkan telunjuk di bibir memberi isyarat agar Cinta tidak bersuara.

“Ssssttt… ayo cepet masuk”, bisik Om Ridwan. Kemudian Om Ridwan menutup kembali pintu rumahnya dengan hati-hati.

“Ada apa Om?”, Cinta ikut berbisik.

“Udah jangan ribut, ayo ikut Om”, laki-laki itu terus menggandeng Cinta sampai masuk ke dalam sebuah kamar.

Melihat gelagat ini, Cinta yang semula kaget akhirnya segera mengerti maksud dan tujuan Om Ridwan. Apalagi ketika laki-laki itu langsung memeluk tubuhnya dari belakang dan mendaratkan ciuman di pundak, leher dan pipinya.

“Iddihh Om nekat.. nanti ketauan yang lain gimana Om?”, Cinta membalikkan tubuhnya dan berbisik lagi tapi kali ini dengan nada sedikit terdengar panik.

“Sstt tenang aja.. Kita aman, dirumah cuma ada Denny yang lagi tidur..”, jelas Om Ridwan. Denny adalah adik laki-laki Felisia yang duduk di kelas 12 SMU.

“Iya tapi gimana kalo mendadak dia bangun Om? Belum lagi bahaya kan kalo Bi Ijah sampai denger”.

Bi Ijah adalah pembantu di rumah keluarga Felisia. Wanita tua itu adalah tetangga di desa dimana Om Ridwan berasal. Bi Ijah diajak ke kota saat Tante Vera mulai harus sering keluar kota untuk menjalankan bisnisnya.

“Bi Ijah lagi keluar belanja, pokoknya sekarang situasinya aman! Kita quiky bentar yuk?”

“Tapi Om, Cinta takut…”.

“Please Ta… Om mendadak jadi ‘pengen’ waktu ngeliat kamu, kita kan udah lama gak gituan”.

“Tapi Om…”.

Belum lagi sempat Cinta melanjutkan kata-katanya, tiba-tiba terdengar suara pintu kamar terbuka diluar. Suara itu sepertinya terdengar dari kamar Denny di lantai dua. Keduanya pun kompak terdiam.

“Tuh kan Om…”, Cinta berbisik panik
 
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd