Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Selina, Amoy Petualang Seks [Update 22 Mei 2024] Page 334

Bimabet
Semoga sehat selalu ya hu, udah ga sabar pengen tau apakah Selena terdampar di pulau terpencil tanpa sehelai benang pun atau engga 🤣
 
Updatenya nanti malam ya hu mungkin dekat-dekat ganti hari. Ini udah tahap finishing. Hehe. :):cif:

Semoga cepet update

Iya hu, udah mau. hehe :beer:

Ending nya selina bunting aja hu trs gd yg mw tggung jwb seru tuh

Wah endingnya jadi bad dong buat Selina. hehe. :D

Mantap Amoy

Iya hu, amoy the best ya ;)

Up up siapa tau update.. Pas bgt buat weekend nih hu.. Hehe

Iya hu nanti malem ya update :cendol:

Monitoring

Siap hu :beer:

Semangat hu, udah sebulan lebih gak di update🙏

Thank you suhu :)

Semoga sehat selalu ya hu, udah ga sabar pengen tau apakah Selena terdampar di pulau terpencil tanpa sehelai benang pun atau engga 🤣

Iya hu, terima kasih doanya. Stay tune tonight update hu :beer:
 
Part 36

Kedua ABK ini tetap menyodok-nyodok dua lubang tubuhku dengan bersemangat tanpa kenal lelah. Aku merasakan kenikmatan yang luar biasa dari persetubuhan dengan Ode dan Frengky. Aku merasakan vaginaku yang berdenyut sebagai tanda birahiku yang mulai terkumpul menuju orgasme keempatku.

Apalagi Frengky yang kini dengan rakusnya melumat bukit payudaraku yang putih mulus ini. Dijilatinya juga area di belahan dadaku sesekali memberi sensasi geli yang enak. Lalu lidah basahnya hinggap di putting susuku. Disapukan lidahnya ke tonjolan daging mungil berwarna merah muda di payudaraku ini beberapa kali. “Ngghhhh bang.. enak… sshhhhh..”, desahku merespon stimulasi di titik paling sensitifku itu. Pentilku yang sudah begitu mancung ini juga dihisapnya dengan kuat, membuat aku makin menggelinjang dan mengerang nikmat. Kuremas-remas rambut cepak ABK ini untuk melampiskan nikmat yang kudapat.

“Sssshhhh.. ahhhh.. enak bang.. iyahhh.. isep terus.. sshhhh.. putingku.. ohhh sshh..”, ceracauku yang dikuasai gairah seksku. Mendengar itu Frengky makin beringas menyusu di pentilku. Sodokannya juga makin tinggi kecepatannya. Begitu juga dengan genjotan Ode di anusku yang makin cepat.

Akhirnya orgasme yang sedari tadi sudah kutunggu ini pun sudah hampir tiba. Kurasakan vaginaku berkedut keras tanda orgasmeku yang akan meledak. Otot-otot vaginaku berkontraksi dengan kuat ketika aku meraih puncak kenikmatan ini. “Aahhhhhhh.. ..”, jeritku sambil mendongakkan kepalaku ke arah langit-langit bilik kemudi kapal ini. Tubuhku yang sedang disandwich oleh dua ABK ini mengejang-ngejang di saat gelombang orgasme yang melandaku ini.

Tidak lama terdengar suara Ode yang menggeram dan lalu ia buru-buru mencabut penisnya dan segera mengarahkan kontolnya ke mulutku. Aku yang sudah lelah hanya pasrah saja membuka mulutku menyambut penis hitamnya. Ia pun memompa di mulutku dan tidak lama ia segera melenguh keras, “Uhhh! Terima pejuku amoy seksi!”. Batang kejantanan Ode pun berkedut-kedut menyemprotkan spermanya ke dalam mulutku. Terasa asin lendir kental dan hangat dari penis Ode itu. Saat ia mencabut ada spermanya yang mengenai pipiku.

Aku pun segera berbaring kelelahan setelah 4 kali orgasme. Kulihat Frengky yang membalikkan tubuhku jadi menelungkup dan lalu ia pun kembali mempenetrasi memekku. Tidak lama terasa batang penisnya yang keras ini kembali memompa liang kewanitaanku dengan tempo cepat. Aku hanya pasrah saja dengan kondisi disetubuhi oleh si ABK berambut cepak ini. Lalu aku pun memejamkan mataku dan aku segera tertidur karena rasa lelah yang begitu hebat ini.

-------

Entah berapa lama aku tertidur selagi digenjot Frengky, tapi aku terbangun karena ada suara teriakan pak Robert. “Pegangan semua!! Kapal bakal kehantam badai!”, suara kepala ABK ini yang kudengar sebelum kapal ini jadi bergoncang sangat kuat dan terdengar teriakan salah 1 ABK. Aku pun terhempas kuat ke arah pojok bilik kemudi, beruntung aku tidak kenapa-kenapa.

Tapi goncangan kapal akibat terjangan badai tetap terjadi lagi dengan lebih kuat. Aku memegang ujung meja dengan kedua tanganku supaya aku tidak terhempas lagi seperti tadi. Kulihat pak Robert yang berjuang mengendalikan kapal yang sedang berada dalam badai. “Ugghhhh ni badai terlalu kuat!”, teriak pak Robert yang tampak kewalahan mengemudikan kapal. Memang kapal ini terombang ambing oleh terjangan ombak yang kuat membuat kami yang di dalam jadi ikut terhempas. Frengky malah terhempas ke bagian dinding bilik kemudi kapal ini dan ia tampak mengaduh kesakitan. Raut wajahnya meringis menahan sakit di punggungnya.

“Gimana ini bos?”, tanya Ode yang tampak panik melihat situasi yang memang berbahaya ini.

“Kemudi ini sama sekali tidak bisa digerakkan di tengah badai.. mari kita berdoa saja..”, ucap pak Robert datar dengan mimik muka serius.

‘Braakkkkk!!!’ terdengar suara hantaman yang keras mengenai bagian depan kapal ini yang membuat kapal terhempas kuat dan nyaris terguling. Pak Robert juga terhempas beruntung ia masih bisa berpegangan di pintu bilik kemudi ini.

Saking kuatnya terjangan badai tadi membuat peganganku sempat terlepas dan aku bisa saja terhempas mengenai kemudi kapal. Beruntung ada Ode yang sigap memegangi bagian perutku dan mendekapku ke arahnya. Tubuhku yang masih telanjang bersentuhan dengan tubuh Ode yang juga telanjang itu. Huff, aku tidak bisa membayangkan sakitnya jika tubuhku menghantam meja kemudi kapal.

Kembali kapal ini dihantam hempasan ombak yang kuat dan membuat kami terombang-ambing lagi. Frengky tampak terhempas tapi ia bisa menahan dengan kedua tangannya. Kini aku meringkuk sambil berpegangan di meja kemudi. Ode juga meringkuk tidak jauh dari tempatku dan memegang meja juga.

Kapal makin terhempas oleh kuatnya badai lautan ini. Oh tidak, aku sangat ketakutan jika kapal ini akan karam di tengah laut. Ini juga salah pak Robert dan 2 anak buahnya yang seharusnya tidak melanjutkan persetubuhan denganku saat mengetahui ada badai yang mendekat. Tapi kini yang sudah terjadi itu hanya bisa kami sesali saja. Di tengah laut lepas begini dan dikepung badai yang dashyat, tidak ada yang bisa menolong kami selain kami sendiri.

Aku pun mulai menangis karena menyadari bisa saja ini akhir hidupku. Jika kapal ini karam kemungkinan kami selamat sangat kecil. Apalagi bisa saja ada hiu di lautan lepas ini. Memikirkannya membuatku makin bergidik ngeri dan aku makin menangis lebih kencang. Lalu Frengky mendekatiku dan berkata, “Ci, kita cuma bisa berdoa aja sekarang supaya kita bisa selamat. Jangan nangis ya ci.”.

Aku menatap si ABK ini dengan mata berkaca-kaca dan aku menganggukkan kepalaku. Ya, memang kini kami hanya bisa berdoa saja. Kulihat Ode dan pak Robert juga sudah berdoa dengan mata terpejam. Aku pun memejamkan mataku dan berdoa untuk keselamatan kami.

Gelombang demi gelombang badai terus menghantam kapal dari segala sisi dan membuat kami harus tetap berpegangan di saat kami yang terus berdoa ini. Kami sudah pasrah akan apa yang akan terjadi pada kami. Lalu beberapa menit kemudian, terasa terjangan badai makin pelan dan terus pelan. Terus begitu sampai kapal yang tadinya bergoyang dengan kuat karena terhantam badai ini jadi makin stabil.

“Ohhh puji Tuhan badainya udah lewat.”, terdengar pak Robert berkata dengan penuh kelegaan. Aku pun lega mendengar kata-katanya itu. Syukurlah, badai sudah berlalu. Dan setidaknya kami masih hidup dan kapal pun tidak tenggelam.

“Ode, kamu cek bagian mesin kapal cepat.”, perintah pak Robert ke anak buahnya itu.

“Siap bos.”, jawab pria itu dengan cepat dan segera berlalu ke luar dari bilik kemudi menuju bagian bawah kapal.

“Kamu tidak apa-apa Ky?”, pak Robert menanyakan keadaan Frengky yang tadi sempat terbentur kuat.

“Uhh agak sakit aja bos di punggung. Kayanya memar.”, jawab Frengky yang masih kesakitan.

“Oke, lu jagain kemudi ini ya. Saya mau cek pak Maliq keadaannya gimana.”, ucap pak Robert dan lalu berjalan keluar dari bilik.

Oh iya ada pak Maliq yang entah bagaimana keadaannya karena ia tadi mengintip kami tidak jauh dari bilik kemudi. Aku pun mengikuti pak Robert yang mencari pak Maliq. Aku pun menyusuri lorong penghubung ke bilik kamar penumpang kapal ini. Kulihat pak Robert di depanku yang sedang berjalan ke bilik tempat pak Maliq dan aku tidur. Pak Robert mengetuk pintu kamar itu beberapa kali. Tapi aku tahu jika pak Maliq tidak di kamar karena mengintip seks threesomeku dengan para ABK ini. Berarti saat kapal diterjang badai, seharusnya pak Maliq di sekitar lorong ini.

Pak Robert mengetuk lagi dan ia lalu memutar gagang pintu dan ternyata tidak dikunci. Si pria berkepala plontos ini lalu memasuki kamar kami. Aku berjalan menyusuri lorong ini melihat tiap sudut. Tidak lama kemudian pandanganku tertuju ke sebuah objek yang kelihatan seperti.. sandal. Dan aku pun makin berjalan ke arah sandal itu.

Aku melihat sekeliling dan akhirnya aku melihat pak Maliq yang tergeletak di lantai di ujung lorong kapal ini. Aku buru-buru mendekati guruku ini dan kulihat ada benjolan cukup besar di jidatnya. Sepertinya ia terhempas dan lalu terbentur dinding kapal. Duh, semoga ia tidak meninggal. Aku pun panik dan segera berteriak memanggil pak Robert.

Beberapa saat kemudian si bos dari awak kapal ini pun berlari ke arahku. Ia lalu memeriksa kondisi pak Robert. “Pak Maliq masih hidup neng, ia cuma pingsan karena kepalanya kejedot.”. Dan pak Robert lalu mencoba membangunkan pak Maliq yang pingsan.

Tapi baru saja kami mau mengangkat tubuh pak Maliq, tiba-tiba datang Ode yang tampak panik. Ia lalu bilang, “Bos gawat bos kapal ini ada kebocoran!”.

“Apa!? Di bagian mana Ode???”, tanya pak Robert yang tampak kaget.

“Di bagian kamar mesin pak. Airnya masuknya cepat pak. Gak bisa saya pompa keluar.”, terang Ode yang tampak panik.

Oh tidak, ternyata masalah belum berlalu, jika kapal ini bocor artinya hanya menunggu waktu sebelum kapal ini karam.

“Kalo begitu siapkan sekoci Ode.”, ujar pak Robert.

“Siap bos.”, jawab Ode singkat dan ia dengan tergesa-gesa pergi.

“Neng, kamu coba bangunkan pak Maliq ya. Bapak mau ngurus keperluan untuk penyelamatan kita dulu.”, ucap pak Robert. Lalu pak Robert pun berlari ke bilik kemudi sepertinya untuk meminta Frengky menyiapkan sekoci.

Aku pun mengguncang-guncangkan tubuh pak Maliq yang masih belum sadar. Kutepuk-tepuk kuat pipi guru Fisikaku ini supaya ia cepat tersadar. “Pak cepat sadar pak! Kapal ini mau tenggelam!”, teriakku sambil terus mengguncang-guncang tubuh pak Maliq.

Akhirnya usahaku berhasil saat kulihat mata pak Maliq yang tampak mengerjap beberapa kali. Lalu ia pun membuka matanya dan ia tampak masih bingung melihatku. Dan ia memegang benjolan di kepalanya yang pastinya terasa sakit itu. “Aduh, kapal kena hempas badai ya Selina?”.

“Iya pak, ini kapalnya mau karam pak. Pak Robert lagi siapin sekoci buat kita. Ayo pak kita ambil barang-barang kita pak.”, ucapku. Lalu aku dan Pak Maliq pun buru-buru berlari ke kamar kami.

Saat kami sedang berlari memang terasa ada air di lantai kapal ini. Oh kapal ini tenggelam dengan begitu cepat. Sesampai di kamar aku pun mengambil tasku dan aku segera mengenakan tanktop putihku dan juga celana pendekku dengan cepat. Aku tidak sempat lagi mencari pakaian dalamku karena sudah buru-buru ingin kabur dari kapal ini. Lalu terdengar teriakan dari pak Robert, “Neng Selina! Ayo cepat. Kapal ini udah mau karam!”. Suara itu berasal dari luar kamar kami. Aku dan pak Maliq pun segera berlari keluar menuju ke pak Robert yang ternyata tidak jauh dari kamar kami.

“Ayo pak Maliq dan neng Selina, ikut saya.”, ucap pak Robert yang lalu berlari ke arah geladak utama kapal ini. Kami pun berlari dengan cepat sambil kurasakan memang kapal ini tampak makin tenggelam dan kini sudah begitu dekat dengan air.

Kulihat sudah ada dua sekoci yang berada di atas air siap untuk membawa kami. Tiap sekoci itu memang kelihatannya untuk membawa 3 orang. Aku pun buru-buru naik ke sekoci yang sudah mengapung itu di air itu. Pak Maliq menyusul setelah aku duduk di sekoci. Dan lalu Ode yang naik bersama kami supaya ia bisa mengemudikan sekoci itu untuk kami. Sedangkan pak Robert dan Frengky naik ke sekoci lain.

Kini kami berlima sudah berada di atas sekoci penyelamat. Kami melihat kapal laut yang kami tumpangi itu tenggelam seluruhnya dan kini hanya menyisakan tangkai layarnya yang juga pelan-pelan makin masuk ke dalam air.

“Sekarang kita kemana?”, tanya pak Maliq ke pak Robert yang berada di sekoci tidak jauh dari kami.

“Kita harus mencari kapal laut yang kebetulan lewat supaya bisa menolong kita.”, ucap pak Robert. “Ode, kamu ikutin aja arahku.”, perintah pak Robert pada anak buahnya itu dan mulai mengayuh sekoci ini maju.

“Siap bos.”, jawab Ode singkat sambil mengayuh juga.

Kami hanya terus maju di atas lautan lepas ini berharap bisa menemukan kapal yang bisa menolong kami. Tapi sejauh pandangan kami tidak ada kapal yang terlihat. Mungkin karena badai tadi sehingga kapal-kapal menjauhi area laut sekitar sini.

“Tadi kenapa gak menjauh dari badai pak??”, tanya pak Maliq ke pak Robert.

“Ya tadi gegara ni amoy peliharaan bapak godain kami. Jadinya ngewek deh.”, jawab pak Robert seenaknya menyalahkanku dan merendahkanku.

“Lah emangnya badai segede ini gak keliatan pak???”, tanya pak Maliq yang mulai agak gusar. Sebenarnya ini salah pak Maliq juga yang memintaku menggoda mereka tapi jelas ia tidak akan memberitahu itu ke mereka.

Aku hanya diam saja daripada malah makin runyam. Lagian guruku bisa marah padaku dan bisa jadi akan membatalkan bantuan katrol nilai fisikaku. Aku hanya melihat ke arah lautan lepas saja tidak mau ikut campur. Memang ada benarnya aku yang menyebabkan kapal jadi masuk ke badai.

“Ya tadi udah sange mau ngentot pak. Lagian tadi gak nyangka badainya secepat itu uda nyampe. Saya uda berusaha maksimal. Bersyukur aja kita masih selamat karena kapal tidak terbalik pas lagi badai tadi.”, ujar pak Robert mulai panas mendengar gerutu pak Maliq.

“Harusnya bisa kan diarahkan dulu menjauh dari badai.”, ucap pak Maliq lagi yang mulai panas.

“Heh bapak jangan sok tau juga ya. Dikira mudah juga untuk kabur dari badai segede itu!??”, jawab pak Maliq yang sudah tampak marah ini.

“Sudah-sudah. Percuma aja kita marah-marah, sudah terjadi juga. Sekarang kita cuma bisa berdoa aja supaya ada kapal yang lewat.”, ucapku menenangkan pak Maliq. Guruku ini pun akhirnya diam saja dan memalingkan pandangannya ke arah laut.

Kami terus saja mengayuh sekoci mengikuti arah dari pak Robert di sekoci di depan kami. Untungnya cuaca tidak panas karena memang agak mendung. Kulihat HPku dan ternyata kami sudah berada di sekoci ini sekitar 1 jam lebih. HPku jelas tidak ada sinyal di tengah lautan begini.

Sekitar 30 menit kemudian tetap saja tidak ada kapal yang lewat. Beruntung Pak Robert membawa perbekalan untuk kami makan di sekoci selagi menunggu kapal yang menyelamatkan kami. Aku yang memang merasa lapar ini makan dengan lahap. Entah apa kami akan bisa ditemukan kapal segera atau tidak.

Sudah 2 jam lebih kami terperangkap di lautan lepas di atas sekoci kecil ini. Tapi belum juga ada tanda-tanda adanya kapal. Apalagi sekarang malah tampaknya akan hujan dari awan mendung yang makin gelap. Ditambah angin yang bertiup makin kencang. Aku yang mengenakan tanktop tipis dan celana pendek ini merasa kedinginan. Terasa puting susuku jadi mengeras karena udara dingin yang mengenai tubuhku yang berbalut pakaian minim ini. Hufff, dingin sekali. Aku jadi menyesali aku yang tidak membawa jaket ke laut hari ini.

Aku pun menutup mataku dan tidak lama tertidur di posisi duduk di sekoci ini. Entah berapa lama aku tidur tapi aku mendengar suara pak Robert dan dua awaknya yang berteriak-teriak. Aku pun membuka mataku dan kulihat ada kapal walau masih cukup jauh.

“Heii!!!! Sini!!!! Tolong!!!”, teriak pak Robert. Ode dan Frengky juga meneriaki kapal itu supaya mereka mengetahui posisi kami.

Aku dan pak Maliq juga membantu berteriak keras. Akhirnya ada kapal yang akan menolong kami begitu pikirku. Aku makin keras berteriak, begitu juga pak Maliq dan tiga ABK itu. Beberapa menit kemudian terlihat kapal itu berbelok ke arah kami dan makin maju mendekat. Walau jaraknya masih lumayan jauh setidaknya mereka sudah melihat kami. Aku pun lega setidaknya kami akan selamat. Wajah pak Maliq dan tiga ABK itu juga tampak sumringah. Bagaimanapun kondisi terdampar di tengah laut begini jelas menakutkan bagi siapapun.

Lalu tiba-tiba turun hujan yang lumayan deras. Jadilah aku yang hanya memakai tanktop dan celana pendek ini basah kuyup. Karena memang kami tidak membawa jaket atau penutup apa-apa dan pak Robert sempat bilang hanya membawa makanan dan minuman saja. Duh, tanktop putihku kini jadi tampak transparan karena basah. Aku makin menggigil kedinginan apalagi ada angin laut.

Kapal itu pun makin mendekat dan ternyata itu adalah kapal nelayan penangkap ikan. Ukuran kapal ini tidaklah besar dan mungkin hanya separuhnya dari kapal yang kami tumpangi dan sudah karam itu. Kulihat ada tiga orang nelayan di atas geladak kapal itu. Perawakan mereka semua berkulit hitam kecoklatan mirip Pak Robert cs. Mereka tampak melihat ke arah kami dari jarak yang mungkin tidak sampai 10 meter.



“Pak, tolong kami ya. Kapal kami kehantam badai dan karam.”, ucap pak Robert.

“Hmmm, kapal kami gak muat orang sebanyak kalian. Palingan cuma bisa nambah 1 orang karena kami habis nangkap banyak ikan.”, ujar salah 1 nelayan itu.

“Ya udah pak, tolong ikat sekoci kami ke belakang kapal bapak ya.”, pak Maliq mencetuskan ide itu.

“Hmmm, ya udah. Tapi yang boleh naik cewe ini aja. Hehe.”, ucap si nelayan yang lain.

“Eh pak, boleh saya juga naik?”, tanya pak Maliq penuh harap.

“Gak bisa pak, soalnya muatan kapal kami udah lumayan banyak. Kalo tu cewe kan badannya lebih ringan jadi gak apa-apa.”, jawab si nelayan berkumis tebal dengan tegas.

“Ya udah pak, tolong ikat aja ya sekoci kami.”, ucap pak Robert ke si nelayan.

“Ya, ini kamu ikat ke sekoci kamu.”, jawab si nelayan yang lalu melemparkan tali tambang ke arah sekoci yang kunaiki dan sekoci pak Robert.

“Bapak nanti ada singgah di pelabuhan kan?”, tanya pak Robert.

“Ya kami ini lagi mau melaut pak. Gak bisa asal minta kami mau balik sekarang. Enak aja main perintah kami.”, ujar salah 1 nelayan itu dengan ketus. Pak Robert walau tampak gusar tapi hanya bisa diam saja karena memang kami hanya menumpang kapal para nelayan ini.

Kapal itu lalu mulai mendekat ke arah sekoci kami supaya aku bisa naik ke kapal itu.

“Ayo sini neng, naik. Pegangan ke tangan bapak.”, jawab si nelayan bergigi tongos. Matanya tampak jelalatan ke arah buah dadaku yang pastilah tembus pandang karena basah terkena hujan tadi. Puting susuku memang jadi tampak membayang dari balik kain tanktopku. Apalagi karena dingin pentilku itu jadi mancung dan keras.

Beberapa saat kemudian akhirnya aku bisa masuk ke dalam kapal nelayan yang ada atapnya ini. Aku pun berteduh di dalam dan duduk di kursi di sebelah nelayan berkumis tebal. Tampak ia melotot melihat tubuhku yang memang hanya berbalut kain tipis dari tanktop putihku yang sudah agak transparan karena basah ini. Mata si nelayan ini seperti mau copot saja melihat buah dadaku. Mungkin ia tidak pernah menyangka akan melihat wanita seksi sepertiku saat sedang melaut ini.

“Jalan Mar.”, ujar si nelayan bergigi tongos yang tadi membantuku naik ke kapal ini. Lalu ia pun duduk di dalam bilik dengan atap ini dan duduk di sebelahku. Jadilah posisiku berada di tengah-tengah diantara dua nelayan.

Nelayan yang sedang di posisi kemudi pun menjalankan kapal ini dan kemudian kapal ini melaju dengan bunyi deru mesin yang cukup keras. Aku yang kini menumpang di kapal nelayan ini hanya duduk dengan canggung karena dua nelayan ini sesekali mencuri pandang ke arahku, terutama ke paha dan area payudaraku yang memang sangat seksi.

Kuarahkan pandanganku ke dua nelayan di kiri dan kananku ini. Dari perawakan mereka berdua terlihat jika setidaknya mereka sudah berusia sekitar 50 tahun. Nelayan yang sedang bertugas mengemudikan kapal itu sendiri tampak lebih muda dari dua nelayan ini, mungkin baru sekitar 30an tahun.

Tiba-tiba nelayan yang berkumis tebal ini membuka percakapan denganku. “Neng, kapalnya tadi kenapa bisa karam?”, tanyanya.

“Oh itu pak, tadi kehantam badai dan kapalnya bocor.”, jawabku dan lalu tersenyum.

“Waduh, untung gak sampe kebalik ya kapalnya jadi masih bisa kabur pake sekoci. Hehe.”, ucap si nelayan itu.

“Iya pak, ya bersyukur masih selamat dan pas ada bapak-bapak yang lewat sini. Hehe.”, ucapku yang memang lega karena bisa diselamatkan mereka.

“Iya neng, untung ada kami ya. Neng dari mana ni asalnya?”, tanya si nelayan ini lagi.

“Dari Jakarta pak.”, jawabku sambil tersenyum.

“Ohhh Jakarta ya pantes aja auranya beda gitu. Haha.”, timpalnya.

“Beda gimana pak? Hihi.”, tanyaku sambil tersenyum.

“Ya aura nya emang lebih cantik sama berkelas gitu. Hehe.”, jawabnya yang membuatku tersipu.

“Eh kenalan dulu dong sama si neng ini Zi. Masa ngobrol gak tau namanya. Kenalin ya neng, nama bapak Tarjo kependekan dari Sutarjono. Hehe.”, ujar nelayan bergigi tongos itu sambil tersenyum memamerkan gigi depannya yang besar itu sambil mengulurkan tangannya untuk bersalaman.

“Iya salam kenal ya pak Tarjo. Saya Selina.”, ucapku mengenalkan diri dan lalu menyalami tangan kasar si nelayan ini.

“Wah alus tangan neng. Hehe.”, komentar pak Tarjo ini.

“Eh kenalan juga neng, nama bapak Ghozi. Hehehe.”, ucap pria berkumis tebal itu memperkenalkan diri dan tangannya diulurkan ke arahku.

Aku pun menyambut tangannya untuk menyalaminya sambil aku berkata, “Baik pak Ghozi, salam kenal ya. Aku Selina. Hehe.”.

“Wah iya loh Jo, tangan neng alus banget. Jadi pengen pegang terus. Hehehe.”, ujar pak Ghozi sambil cengengesan.

“Iya la Zi, tangan cewe cantik bening gini mana mungkin kasar kaya tangan kamu. Haha.”, timpal pak Tarjo sambil tertawa mengejek rekan kerjanya itu.

“Tangan kamu lebih kasar kampret.”, ujar pak Ghozi.

“Wah wah pada kenalan sama si neng ya. Aku juga dong.”, ujar si nelayan yang tadi mengemudikan kapal itu sambil ia pun masuk ke bilik beratap kapal ini.

“Kenalin neng, Umar.”, ucapnya sambil tangannya dimajukan ke arahku.

“Eh salam kenal ya bang Umar. Saya Selina.”, ucapku dan tersenyum ke arah nelayan yang lebih muda dari dua nelayan yang lain.

“Wuihhh tangan neng alus bener. Jadi penasaran kalo kakinya mulus juga gak ya? Hahaha.”, ucap si bang Umar sambil terkekeh.

“Iya nih jadi penasaran. Hehehe.”, timpal pak Ghozi.

“Eh sama aja koq pak. Hehe.”, ucapku yang tersipu dipuji para nelayan ini.

“Kalo bapak mah lebih penasaran sama yang gondal gandul dan timbul nih neng. Hak hak hak.”, ujar pak Tarjo yang disambut gelak tawa norak dari pak Ghozi dan bang Umar. Ucapan pria ini jelas aku tahu maksudnya adalah payudaraku yang memang tidak dilindungi bra jadi agak bergoyang saat aku tadi sedang naik ke kapal.

“Lah kalo itu mah pengen banget dah. Haha.”, ucap bang Umar.

“Yowes, itu aku juga mau dah. Hehe.”, timpal pak Ghozi.

Aku yang sadar arah omongan ini makin menjurus ke seks pun pura-pura saja dengan polos bertanya, “Eh emangnya apaan pak gondal gandul dan timbul?”.

“Ah si neng mah pura-pura aja. Ya buah yang di dada neng dong. Tadi mantul-mantul pas neng lagi coba mau jalan ke atas geladak.”, terang pak Tarjo yang tampak makin melotot melihat ke arah dadaku. Kedua nelayan lain terkekeh mendengar ucapan rekannya itu.

Hmmm, aku pun tahu jika ketiga nelayan ini sangat bernafsu padaku dan aku sendiri sebenarnya entah kenapa merasa bergairah karena diinginkan oleh para pria low class seperti mereka. Tapi jelas aku masih agak lelah setelah tadi sudah bercinta dengan para ABK di kapal. Aku jelas mau istirahat di kapal ini karena sepertinya mereka masih akan memancing. Maka aku pun mencoba mengubah topik pembicaraan. “Eh iya pak, ini kita tujuannya kemana ya? Dan bapak-bapak cari ikan apa pak? Hehe.”, tanyaku dengan harapan mereka tidak jadi fokus ke diriku.

“Oh kita mah baru berangkat gak lama neng. Kita biasanya nangkapnya ikan tuna neng. Tapi kalo pas ketangkap ikan lain ya gapapa juga. Hehe.”, ucap pak Ghozi.

“Ayo Mar, kita siapin jala. Disini udah pas lokasinya.”, ujar pak Tarjo yang lalu berjalan ke arah geladak.

Kulihat tiga pria itupun tampak sedang sibuk mengurus persiapan mereka menangkap ikan. Kulihat jala yang digunakan mereka sangat lebar, mungkin sekitaran 3 meter. Tampak para nelayan itu pun melempar jala penangkap ikan itu ke laut di depan kapal ini. Aku jujur sangat tertarik melihat pekerjaan para nelayan yang tentu tidak pernah kusaksikan langsung seperti ini. Ya, tidak mungkin aku yang seorang gadis dari kalangan atas akan bisa bergaul dengan nelayan seperti mereka. Ini pun terjadi karena memang keadaan darurat karena kapal kami karam.

Lalu aku merasa kebelet untuk pipis. Uh, mau pipis dimana ni di kapal nelayan begini apalagi di tengah laut? Aku pun memutar otak dan kulihat kesekeliling tempat ini kucoba mencari botol plastik. Oh ternyata tidak ada sama sekali. Aku pun lalu berjalan ke geladak dan aku bicara ke pak Tarjo yang sedang melihat kedua rekannya bekerja menangkap ikan itu.

“Eh anu pak, ada botol kosong ga ya?”, tanyaku agak malu.

“Buat apa neng? Adanya botol air yang buat kami minum aja ni neng.”, jawabnya.

“Umm saya kebelet pipis pak.”, ucapku sambil agak menunduk malu.

“Ohh kalo kebelet pipisnya ke arah laut aja neng. Soalnya gak ada ni botol kosong.”, ucapnya lagi.

“Tapi di tengah laut begini gapapa pak?”, tanyaku lagi.

“Aman neng, ni kapalnya juga lagi kami berhentiin koq. Tenang aja neng. Hehe.”, ucapnya lagi.

“Ya uda pak, tapi jangan lihat ke arah sini ya.”, kataku yang sangat malu jika mereka melihatku pipis.

“Iya neng, hehe. Bapak juga lagi fokus nangkap ikan koq.”, ujarnya lalu ia pun berbalik dan berjalan ke arah rekannya yang sedang melempar jala.

Aku pun lalu segera membuka celana pendekku karena sudah sangat kebelet ini. Aku berjongkok di tepian kapal sambil berpegangan di pinggiran kapal. Sungguh aku sangat malu karena pertama kalinya aku akan pipis di tengah laut dan ada pria-pria yang bisa saja melihatku. Apalagi ada pak Maliq dan tiga ABK di sekoci di belakang kapal ini. Tapi karena memang tidak kuat menahan lagi aku pun segera pipis. Oh leganya setelah air kencing yang kutahan-tahan ini dapat dikeluarkan.

Saat aku sudah selesai pipis, aku pun mau mengenakan celanaku. Pandanganku melihat ke arah para nelayan dan ternyata si bang Umar sedang menatapku yang belum mengenakan celana! Oh malunya aku yang ketahuan pipis di laut begini. Gadis kota sepertiku tentu saja tidak pernah pipis di tengah-tengah laut dan disaksikan pria.

Duh sial, kancing pengait celanaku copot saat aku buru-buru mau mengancingkannya. Jadilah celanaku agak terbuka karena ujung atasnya tidak bisa dikaitkan untuk menutup. Ya sudah lah memang lagi apes diriku.

Aku yang masih malu pun buru-buru masuk lagi ke bilik kapal ini. Aku duduk sambil melihat pemandangan laut lepas yang tidak ada apa-apa sejauh mata memandang. Memang kami berada di tengah laut yang sangat jauh dari daratan.

Tidak lama aku merasa sangat mengantuk dan aku pun mencoba berbaring di kursi kapal ini dengan menggunakan tasku sebagai alas kepala. Beberapa detik kemudian aku sudah terlelap.

Entah berapa lama aku tertidur tapi aku terbangun karena ada suara teriakan salah 1 nelayan itu. Aku membuka mataku dan kulihat ternyata para nelayan itu sudah berhasil menangkap ikan dan kulihat pak Ghozi sedang membawa wadah besar untuk menampung ikan tangkapan mereka. Pak Ghozi pun berjalan ke arah bilik tempatku sedang berada ini.

Saat sedang membawa wadah itu, entah karena apa ia jadi tidak awas dan ia agak kepeleset saat sedang mau memasuki bilik. Dan pegangannya jadi agak terlepas sehingga isi wadah itu jadi ada yang tumpah ruah. Dan sialnya posisi tumpahan air dan isinya itu malah ke arahku! Oh damn! Aku pun terkena air dan juga ada ikan-ikan yang mengenai sekujur tubuhku!

Oh gawat, ada ikan berwarna kehitaman yang terlempar tepat di belahan tanktopku! Kulihat ikan itu yang berbentuk panjang seperti ular! Oh tidak, apa ini belut! Ahh gawat, belut ini jadi memasuki ke area dadaku! Uhhhh sungguh jijik saat terasa kulit dadaku bersentuhan dengan kulit licin basah dari ikan itu. Belut itu tampak bergerak-gerak seolah ingin kabur tapi jadinya malah makin mengenai kulit dadaku. Kini bahkan belut itu jadi memasuki belahan payudaraku yang sedang ditahan tanktop ketatku!



Aahhh tidak tidak! Aku sangat panik dengan keadaan ini dan aku berteriak-teriak meminta pertolongan. “To tolong pak! Ada belut di dalam bajuku! Ahhh! Tolong tolong!”, teriakku yang kini berdiri sambil menjerit-jerit.

Belut itu kini posisinya terjepit diantara buah dada kiri dan kananku. Karena tanktop ini memang sangat ketat, belahan payudaraku bagaikan gua sempit yang sedang coba dilalui si belut. Oh, sungguh menjijikkan merasakan permukaan kulit payudaraku yang bergesekan dengan kulit licin ikan yang mirip ular ini. Tapi entah kenapa ada perasaan lain yang kini mulai menghinggapiku. Ya, rasa seperti rangsangan seksual??

Oh fuck, bisa-bisanya aku malah mulai horny karena ada belut yang sedang bercokol di tengah-tengah payudaraku! Belut itu terus memberontak dan menggelepar di antara himpitan buah dadaku. Aku melayangkan pandanganku ke area dadaku dari celah tanktopku. Kini aku bisa melihat si belut nakal yang sedang berusaha lolos dari jepitan payudaraku. Ukuran diameternya cukup besar dan berwarna hitam dengan ada sedikit totol.

Shit, dapat kurasakan stimulasi dari pergerakan belut yang menggesek payudaraku menambah rangsangan nikmat yang tidak seharusnya ini. Apalagi kini si ekor si belut itu mengenai pentil susuku. Ahhh sungguh rangsangan ini nikmatnya berbeda dari yang pernah kurasakan. Puting susuku yang terkena tubuh licin si belut ini jadi mengeras.

Terasa bagaimana memekku jadi agak berdenyut karena merespon kenikmatan yang sedang kurasakan di buah dadaku. Gesekan demi gesekan dari tubuh si belut yang bulat lonjong dan panjang ini membuat aku makin horny.

Aku pun sudah hilang akal dan aku segera melepaskan tanktop putihku. Maka kini aku tubuh atasku sudah telanjang. Kulihat tiga nelayan itu yang kini sudah berada di bilik kapal dan tampak takjub dengan apa yang sedang mereka saksikan. Wajah mereka jelas menggambarkan apa yang sedang mereka pikirkan. Ya, mereka tampak takjub dan sekaligus terangsang menontonku yang kini sudah topless dengan payudaraku yang sedang menjepit seekor belut yang terperangkap.

“Pak, tolongin aku pak..”, aku yang sudah lirih ini meminta tolong ke mereka. Aku tidak peduli lagi jika mereka akan menyentuh buah dadaku saat coba menangkap si belut kurang ajar ini.

Lalu bang Umar yang pertama maju untuk menolongku. Ia lalu segera mencoba meraih si belut itu di bagian ekornya. Oh, terasa tangan kasar si nelayan ini yang mengenai kulit payudaraku memberi tambahan rangsangan bagiku. Tapi tangan bang Umar tidak bisa meraih ekor si belut yang memang licin dan terus menggelepar itu.

Ahh damn! Si belut kini sudah lolos dari belahan payudaraku tapi gawatnya kini ikan hitam panjang ini jatuh ke arah celana pendekku yang atasnya terbuka! Jadilah si belut pun memasuki area selangkanganku! Oh tidak, kurasakan bagaimana kulit belut itu bergesekan dengan bibir vaginaku! Sungguh gesekan kulit belut yang licin basah itu menimbulkan sensasi geli yang bercampur nikmat!

Aku yang memang sudah agak horny sejak si belut berada di payudaraku ini kini makin merasakan stimulasi seksual yang kuat. Gerakan belut yang lincah ini menimbulkan rangsangan yang kuat karena gesekan kulit belut hitam ini membuatku makin dilanda birahi seksual. Sungguh tidak seharusnya aku bisa terangsang akibat hewan seperti ikan belut ini. Tapi apa yang sedang kurasakan tidak dapat kubantah. Terasa bagaimana memekku kini mulai mengeluarkan cairan kenikmatan yang entah bisa saja mengenai si belut ini.

Celanaku yang memang sangat ketat karena hotpants ini membuat si belut tidak bisa meloloskan diri. Oh sial sekarang bagaimana caranya aku mengeluarkan si belut nakal ini. Mau tidak mau aku harus menanggalkan celanaku ini. Dan aku pun mau meraih ujung celanaku tapi tiba-tiba aku jadi tersentak kuat karena si belut ini memasuki liang vaginaku! Sepertinya karena ada air yang mengalir keluar dari vaginaku menarik perhatian belut hitam ini! Apalagi belut itu memang bisa dibilang terjebak di celana ketatku.

Oh damn.. terasa gesekan si belut yang kepalanya dan bagian depan tubuh panjangnya ini sudah masuk di rongga vaginaku. Ahh shitt aku jadi menggelinjang keenakan akibat ulah si belut yang sebenarnya hanya mencoba mencari jalan keluar itu. Kulit licin si belut yang terasa aneh dan menjijikkan itu tetap bisa menimbulkan sensasi nikmat.



Memang aku sangat merasa jijik karena ada seekor ikan belut yang sedang menjelajahi lubang vaginaku, tapi di satu sisi, sebagai seorang wanita aku juga jadi merasakan rasa enak bagaikan ada penis yang memasuki vaginaku. Diameter si belut ini yang memang mirip diameter rata-rata penis pria yang sering menyetubuhiku cukup memberiku kenikmatan.

Aku kini tidak kuasa lagi menahan rangsangan itu dan aku jadi terduduk di lantai di posisi mengangkang begini. Mataku merem melek seiring si belut yang bergerak-gerak dalam liang vaginaku. Oh, padahal ini hanya seekor belut bagaimana bisa membuatku birahiku jadi bangkit begini.

“Neng, kamu gak apa-apa?”, tanya pak Tarjo yang kini mendekatiku yang sedang mengejang-ngejang.

“Ahhh gak apa-apaahhh pakhh..”, jawabku yang sudah mendesah erotis akibat keliaran si belut di liang kewanitaanku.

“Kayanya neng lagi keenakan nih karena si belut. Hehe.”, ucap pak Ghozi yang juga mendekatiku.

“Iya kayanya tu belut masuk ke memek si neng. Hehe.”, ucap bang Umar yang terkekeh.

Ya, mereka pastinya bisa tahu jika aku sedang keenakan dari reaksiku. Belum lagi kulit tubuhku yang putih ini agak memerah karena birahiku yang sangat tinggi. Ohh, aku tahu jika tidak lama lagi aku bisa orgasme karena belut ini. Aku harus melepaskannya dari memekku. Harga diriku bisa hancur jika aku kedapatan orgasme karena belut dengan disaksikan oleh tiga nelayan ini.

Maka aku pun mulai melepaskan celana pendekku walau agak susah karena aku yang merasakan getaran birahi akibat gesekan kulit belut dalam memekku. Kugenggam ujung celana pendekku dan aku pun menarik turun celanaku hingga terlepas sampai ke betisku. Kini aku bisa melihat si belut yang sedang berada dalam liang vaginaku. Tidak seluruh tubuh si belut masuk dan terlihat sekitar 2/4 tubuh si belut yang panjang ini dengan sisanya ada dalam memekku.



“Wahhh beneran loh si belut ini ngentotin si neng. Hahaha.”, ujar pak Tarjo.

“Iya nih, udah gitu si amoy ini malah keenakan. Binal ni emang.”, komentar bang Umar.

“Bener, pantes aja gak pake BH. Jangan-jangan malah perek. Hehe.”, timpal pak Ghozi.

“Bener juga, perek high class kayanya yang disewa sama pria Arab tadi di sekoci.”, ujar pak Tarjo.

“Eh eh bu bukan pakhh.. aku bukan perek… sshhh…”, jawabku yang dibarengi desahan karena belut ini makin liar menggelepar di rongga sempit memekku.

Aku yang kini sedang berusaha menarik si belut sebelum aku orgasme. Kucoba menggapai ujung ekornya tapi terlepas terus karena memang licin. Lalu tiba-tiba aksiku ini ditahan oleh pak Ghozi yang menarik kedua tanganku. Aku pun kaget dan protes, “Eh apa-apaan pak!? Jangan kurang ajar!”.

“Apanya yang kurang ajar neng? Kamu aja pamerin pentil susu ke kami koq. Hehe.”, ujar pak Ghozi yang sudah memegangi tanganku dengan kuat sampai aku tidak bisa melepaskan diri.

“Iya kita kan liat neng keenakan. Makanya mending biarin aja dah tuh belut ngentotin memek neng. Hak hak hak.”, ujar pak Tarjo dan tertawa norak.

Dan terasa bang Umar yang meremas-remas payudaraku dengan tangan kasarnya. “Mantap toketnya ni amoy. Halus banget. Udah gitu kencang lagi. Perek mahal nih.”, komentar bang Umar yang merasakan halusnya buah dadaku ini.



“Putingnya aja merah muda gini. Asoy.”, timpal pak Tarjo yang kini ikut meremas buntalan susuku yang satu dan lalu tangannya memilin pentil susuku.

Pak Tarjo dan bang Umar terus memerah-merah payudaraku dengan semangat. Bahkan pak Ghozi juga ikutan memerah buah dadaku. Jadilah payudaraku digerayangi tiga pria yang berprofesi sebagai nelayan tradisional itu. Diperlakukan begini aku makin tidak kuat menahan gelombang orgasmeku yang sudah meninggi akibat belut di memekku.

Terasa badai orgasme itu makin dekat dan aku tidak kuasa membendungnya. Akhirnya tidak lama kemudian orgasmeku yang sangat memalukan ini pun meledak. “Ahh.. tidakkkkhh… ooohhhhhh”, racauku dengan tubuh yang mengejang-ngejang.

‘crrttt… crrttt…’ vaginaku memuncratkan keluar cairan hasil orgasmeku. Kedua pahaku yang putih jadi mengapit dengan si belut masih bercokol di memekku yang kini membanjir cairan orgasmeku. Dan tidak lama belut itu pun terlepas karena memang vaginaku squirting cukup kuat. Aku mengernyit menahan nikmat, nafasku terengah-engah seperti habis lari marathon.

Aku sungguh merasa sangat malu dan murahan karena bisa-bisanya orgasme karena ikan belut! Tampak para nelayan di depanku ini tertawa menyaksikan aku yang mengalami orgasme.

“Wah wah sampe ngecrot loh memeknya neng. Seenak itu neng? Padahal itu belut loh bukan kontol. Hak hak hak.”, ledek pak Tarjo.

“Kalo mau ngecrot mah abang juga bisa neng. Hehe.”, timpal bang Umar yang meremasi payudaraku.

“Ni belut salah masuk gua. Hahaha.”, ujar pak Ghozi yang lalu mengambil si belut di lantai dan memasukkannya ke wadah berisi air laut.

“Iya tuh, masuknya ke gue daging yang becek. Hak hak hak.”, timpal pak Tarjo yang disambut tawa dua nelayan lain.

Ketiga nelayan ini lalu melepaskan celana mereka dan kini di depanku terpampanglah tiga penis yang sudah cukup ereksi ini. Pastilah mereka semua sangat bernafsu melihat tubuhku yang sudah bugil ini, apalagi aku tadi seperti memberi mereka tontonan ketika orgasme karena “disetubuhi” belut.

“Oke neng, sepong kontol kami ya. Puasin kami, itung-itung bales jasa uda nolongin idup neng. Hehe.”, ujar pak Tarjo.

Aku pun mengangguk pelan karena sudah pasrah setelah kegilaan yang terjadi barusan pasti mereka tidak bisa menahan diri mereka. Dari awal juga mereka sudah bernafsu denganku. Kejadian barusan hanya makin membakar nafsu mereka. Ya, hitung-hitung mereka sudah berjasa menolong hidupku.

Aku pun mulai memberikan servis yang diinginkan mereka. Kugenggam kontol bang Umar dan pak Ghozi dan segera kukocok-kocok. Dan mulutku pun mengulum batang kejantanan pak Tarjo. Dari tiga kontol yang sedang kulayani dengan tangan dan mulutku ini memang milik pak Tarjo yang paling panjang.



Mulut dan tanganku terus bekerja bergantian menservis tiga kontol milik nelayan ini. Kini aku sedang menyepong penis pak Ghozi dan memberi handjob ke penis pak Tarjo dan bang Umar. Aku mengecup bagian kepala penis pak Ghozi sebelum mulai kublowjob.

“Ohhh enak banget sepongannya neng.. bener-bener pengalaman ya kamu.. Ahhh mantap.. ”, puji pak Ghozi yang keenakan dengan hisapan mulutku di kontolnya.

“Iya tangannya si neng juga halus.. enak..”, komentar bang Umar.

Sekitar 5 menit aku memberikan servis dengan tangan dan mulutku ke tiga penis nelayan ini sampai pak Tarjo pun berkata, “Udahan neng, sekarang bapak mau masukin kontol ke memek neng.”.

Pak Tarjo lalu memposiskan tubuhku untuk berbaring telentang. Lalu si pria paruh baya ini mengangkangkan kedua kakiku sambil pelan-pelan diarahkannya batang kejantanannya yang sudah keras ke vaginaku. Tidak sulit bagi kontol pak Tarjo untuk mempenetrasi memekku yang sudah sangat basah itu.



Dengan tempo cepat Pak Tarjo memaju mundurkan pinggulnya menyodok liang senggamaku, membuatku meracau-racau karena merasakan nikmat. Suara selangkangan kami yang beradu menimbulkan suara cukup keras, ‘Plak Plok Plak Plok Plak!’.

“Ohhh gila memek ni amoy empot-empot ayam. Ugghh enaknya!”, lenguh pak Tarjo yang menikmati jepitan vaginaku pada batang kejantanannya.

‘Plak Plok Plak Plok’, suara kulit kami yang saling beradu saat si nelayan ini dengan kuatnya memacu penisnya keluar masuk di memek becekku ini.

Sambil memompa penisnya ke vaginaku, pak Tarjo jadi gemas dengan buah dadaku yang bulat montok ini yang memantul seirama goyangan tubuhku. Kedua tangannya meremas-remas payudaraku yang berukuran 34B ini dengan semangat, membuatku makin tambah horny.

Kedua pentil susuku yang sudah sangat mancung ini pun tidak luput dari cubitan dan pilinan jari-jarinya yang cukup kasar. Sensasi nikmat bercampur dengan sedikit nyeri saat tangan-tangan si nelayan yang hitam ini sedang menarik-narik kedua puting susuku yang merah muda ini.

“Ahhh… pak Tarjo ahh… iyahhh terus.. ahhh ahhh!” rintihku yang merasakan nikmat saat penis keras pria paruh baya ini yang terus bergerak cepat menggesek dinding vaginaku.

“Ugghhh… ngghhh… memek lu enak neng..”, komentar pak Tarjo disela-sela genjotannya di vaginaku.

“Ssshhh.. ahhh.. kontol pak Tarjo juga enak.. terus pak.. entot memekku.. nghhh ahh ahhh!”, desahku yang sudah diamuk birahi. Dengan liar aku kini juga ikut menggoyangkan pinggulku menyambut sodokan penis si nelayan. Gerakanku ini menambah nikmat yang kami dapatkan.

“Sshh.. Gimana neng dientot kontol nelayan kaya bapak?”, tanya pak Tarjo di sela sodokannya.

“Enak pakhh.. ohhh ohhh.. ohh..”, jawabku dengan jujur karena memang aku sangat terbuai dengan kenikmatan yang diberikan oleh genjotan kontol pak Tarjo. Penisnya termasuk sangat panjang dan juga tebal yang membuat memekku jadi penuh.

Aku yang sudah birahi tinggi ini dengan binalnya meremas-remas payudaraku yang bergoyang ini dengan kedua tanganku. Kupelintir puting susuku yang sudah keras dan mancung ini, membuatku makin keenakan.

Tapi aku ingin rangsangan lebih dari jariku ini. Aku ingin si nelayan yang sedang menyodok memekku ini untuk mengenyot puting susuku. Dengan wajah sayu kupandangi Pak Tarjo yang sedang memompa memekku dengan penisnya, lalu aku berkata dengan sambil merintih, “ahhh sshhh aahh.. pak.. isapin pentilku ya ahhh.. ahh .. ahh.. ahh..”. Pria bergigi tongos ini tanpa perlu diminta lagi langsung segera melumat pucuk payudaraku yang sebelah kanan. Dijilatinya putingku yang tegak itu dengan liar hingga basah oleh air liurnya. Lalu mulai disedot-sedotnya seperti sedang menyusu. “Sssshhhh! Ahh iyahhh terus pakhh.. ahh enakhh.. iyaahhh.. hisap terus.. ahh ahhh enak…”, erangku yang dilanda kenikmatan.

Lalu pak Tarjo pun segera menggigit gemas puting susuku yang berwarna pink ini. Oh, ada sensasi geli nikmat saat pentilku digigit pelan oleh gigi pak Tarjo yang tongos ini. “Ssshhh ahhhh enakhh pak.. terus emut pentilku…”, ceracauku yang keenakan.

Bang Umar yang masih ingin merasakan seponganku pun segera berlutut di sebelah kepalaku. Aku pun dengan cepat memasukkan kontol si nelayan ini ke mulutku yang mungil. Kujilat-jilat penis di mulutku itu dengan liar membuat bang Umar makin keenakan dan tangannya pun kini aktif meremasi buah dadaku.

Pak Ghozi yang juga tidak mau ketinggalan menikmati servis mulut dan tanganku pun kini ikut duduk di sebelah kepalaku. Jadilah kini aku dikelilingi dua kontol di kiri dan kanan kepalaku. Tanganku pun memberikan servis kocokan sambil mulutku bergantian memberi oral seks.

Sekitar 3 menit kemudian aku pun mencapai orgasme dari sodokan kontol pak Tarjo. “Aahhh pak… aku keluar.. oohhhhhhh..”, rintihku dengan badan yang bergetar-getar saat orgasme sedang melanda diriku.

‘Crrtt crrtttt crttttt’, beberapa kali vaginaku menyemprotkan cairan klimaksku membasahi penis si nelayan paruh baya ini.

Lalu pak Tarjo pun memposisikan tubuhku jadi menungging tepat di atas jala yang tadi mereka baru gunakan untuk menangkap ikan. Lalu kembali disodokkannya penisnya memasuki liang vaginaku. Tanpa menunggu lagi, pak Tarjo pun segera kembali menggenjot memekku.

Oh, terasa gesekan dari jala yang mengenai puting susuku menimbulkan sensasi geli nikmat. Jala yang kasar itu tampak menggesek-gesek buah dadaku dan pentilnya. Ada kenikmatan tambahan dari stimulasi yang bersumber dari gesekan jala ini.

“Ahh ahhh ahh ahhhh.”, desahku yang sedang disetubuhi di posisi anjing kawin ini.

Mulutku tidak dianggurkan oleh pak Ghozi dan bang Umar. Kembali mereka memintaku menservis kontol mereka yang sudah tegak itu.

Sekitar 5 menit kemudian pak Ghozi pun berkata, “Jo, barengan ya. Kau coblos boolnya aja. Aku mau cobain memeknya.”.

“Ya udah Zi.”, jawab pak Tarjo yang lalu beranjak dari posisinya dan ia lalu berbaring telentang di lantai. Pak Ghozi yang berbaring di sampingku ini lalu memintaku untuk menaiki tubuhnya. Aku menurut saja dan segera memposisikan tubuhku di atas perutnya. Kembali penisnya yang sudah keras pun menghunjam ke liang vaginaku di posisi cowgirl ini. Lalu pak Tarjo dengan segera memposisikan kontol panjangnya di liang pantatku. Pelan-pelan penisnya pun didorong memasuki anusku. “Arrgghhh.. pelan-pelan pakhh..”, pintaku saat terasa penisnya didorong dengan kasar ke lubang pantatku.

Akhirnya kembali aku merasakan double penetration setelah tadi bersama dua ABK di atas kapal yang sudah karam itu. Sebuah pemandangan yang sangat kontras, dimana aku seorang gadis keturunan berkulit putih mulus sedang disandwich oleh 2 nelayan tua yang berkulit hitam dan bertampang jelek.

Aku pun terombang ambing saat secara bergantian dua nelayan tua ini memompa kontol mereka ke dua lubang tubuhku. Tubuh putihku ini mengeliat-liat di dalam himpitan kedua nelayan berkulit kehitaman terbakar matahari ini. Bagian bawahku rasanya sesak sekali karena dijejali dua batang penis besar.

Sambil menggenjot vaginaku, Pak Ghozi juga aktif mencumbui bibirku dan meremasi payudaraku yang menggantung di depannya. Tidak lama ia pun melepaskan ciumannya dan lalu mulutnya menyosor ke pentil susuku yang sudah mancung ini. Tanpa ampun, ia pun mengenyot pentilku itu hingga kempot mulutnya. Putingku yang merah muda ini jadi basah oleh air liurnya yang banyak.

Aku pun jadi merintih keenakan dengan rangsangan di memek dan anusku dan ditambah puting susuku yang sensitif sedang dihisap-hisap pak Ghozi. Erangan kami bertiga balas membalas di bilik kapal ini.

Bang Umar yang hanya menonton saja ini lalu mendekat dan memintaku menyepongnya. Aku yang sudah sangat bergairah pun dengan liar memblowjob penis milik si nelayan berambut cepak ini. Tiga lubang di tubuhku kini sudah terisi oleh kontol-kontol hitam dan panjang. “Mmmhhh…mmmmhhh…mmmm..”, dari mulutku hanya terdengar suara desahan teredam oleh penis si nelayan.

Akhirnya 5 menit kemudian aku mulai merasakan kedutan-kedutan pada liang senggamaku menandakan orgasmeku yang hampir tiba. Aku pun mendesah makin kencang, “Ahh ahh.. pakhh.. bentar lagi aku nyampe.. ahh ahhh!”. Pak Tarjo ternyata juga sudah mau klimaks dan ia berkata, “Ahh neng.. kita keluar barengan ya.. uhh..tahan ya neng..”.

“Nghh iya pak.. ohh.. bentar lagi.. iyahhh aahh ahhh..”, desahku yang sudah kewalahan menahan badai orgasme ini. “Ahh..saya keluar neng.. ahh..ughh!”, ceracau pak Tarjo yang lalu menyodokkan batang kejantanannya kuat-kuat ke liang anusku. Disemburnya lubang pantatku dengan lendir putih kental dan hangat dari penisnya.

“Aaaahhhhhhhhh!!”, pekikku dengan badan berkelojotan beberapa kali. Nafasku sampai ngos-ngosan seperti baru saja lari marathon beberapa kilo. Aku pun menutup mataku untuk beristirahat setelah orgasme ini. Aku sangat lemas karena orgasme demi orgasme yang kurasakan dari tadi.

Aku yang kelelahan pun pingsan. Sebelum kesadaranku hilang, aku sempat mendengar suara bang Umar, “Nah gantian ya pak Tarjo. Kontolku uda ngaceng banget ni. Pak Ghozi mau boolnya ni amoy?”.

~ BERSAMBUNG ~


NB : Dilarang Mengcopy Cerita Ini Ke Blog / Website Manapun Tanpa Seizin TS.
 
Siap stay tune malem ini hu

Udah tayang ya hu. Enjoy :beer:

Up up, ayo hu.. Weekendnya keburu selesai dah 😅

Udah tayang ya hu. Enjoy :beer:

Yuuuk huuu

Udah tayang ya hu. Enjoy :beer:

Selinaaaaaa im cum in

Udah tayang ya hu. Enjoy :beer:

Terima kasih update-nya Suhu @thanosduh :beer:

Sama-sama suhu :cendol:

tq suhu besar thanos

Sama-sama suhu :cendol:

Hell yeah....
Nice one Selina....
Eel fuck? Awesome!!

Haha, yes bro, eel love cave right ;)

Ty updatenya suhu

Baca dulu ah

Sama-sama suhu :cendol:

Ane baru sekali ini baca cerbung pengen makan belut dari pada coli
Nice update hu
:beer:

Haha, makan sushi belut aja hu :D

nice..ada mainan hidup baru hehe

Iya hu, hehe :cim:


Sama-sama suhu :cendol:

wah belut mahaallll :D

Iya hu, mahal belut ni :D

Kok gak muncul ya updetan nya suhu tolong info nya

Lah gimana gak muncul hu. hehe. :huh:

Bro @thanosduh
•⌣»̶·̵̭̌✽̤̈🐡 Terima Kasih 🐡✽̤̈·̵̭̌«̶⌣•

Sama-sama suhu :cendol:
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd