Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Selina, Amoy Petualang Seks [Update 11 Maret 2024 Page 318

Part 21

Kulihat teman-temanku yang lain juga sedang melepas lelah dengan berbaring atau duduk. Para pria itu pun terlihat duduk di samping teman-temanku sambil mengobrol dan tertawa-tawa, mungkin membicarakan seks yang barusan mereka nikmati. Ternyata hujan sudah berhenti, entah dari kapan. Aku yang terlalu lelah menutup mataku dan tidak lama tertidur..

------------------------------------------------------------

Aku masih sedang enak-enaknya tertidur saat tiba-tiba kurasakan ada rasa geli di bagian puting susuku. Ya seperti ada kuluman di pentil susuku ini. Aku berpikir mungkin salah satu dari para penebang pohon yang baru berpesta seks dengan kami tadi yang melakukannya.

Pelan-pelan kubuka mataku dan betapa kagetnya aku saat kulihat seekor monyet kecil sedang bercokol di payudaraku!! Monyet kecil itu sedang asyik menghisap puting susuku seolah-olah aku adalah sang induk yang menyusuinya. Ah, terasa geli bercampur rasa nikmat akibat mulut si monyet kecil yang sedang menghisap pentil susuku. Terasa mulutnya yang basah dan belum ada giginya itu menghisap puting susuku yang berwarna merah muda ini. Begitu kuatnya ia menyedot di pucuk payudaraku yang belum bisa mengeluarkan susu ini.

Kulihat sekeliling camp penebang pohon ini tidak tampak seorangpun, termasuk ketiga temanku. Kemana mereka pergi ya. Dan kenapa tidak membangunkanku. Aku merasa takut dengan si monyet kecil yang sedang berada di buah dadaku ini. Aku takut jika aku bergerak tiba-tiba si monyet ini bisa saja kaget dan menggigit pentilku. Dan bisa saja ada kawanan monyet lain di dekat camp ini yang bisa menyerangku.

Rasa geli-geli nikmat hisapan mulut kera kecil ini mulai membuatku terangsang. Oh, ini sungguh aneh bagaimana aku bisa merasakan nikmat dari seekor monyet kecil begini. Pantas saja tadi Diana dan Anastasya merasa keenakan saat puting mereka dihisap oleh monyet kecil itu.

Walaupun ada sensasi geli bercampur nikmat yang kurasakan, tetap saja ini adalah hewan liar. Maka akal sehatku pun bekerja dan aku segera memutar otak untuk keluar dari situasi menegangkan ini.

Aku masih berpikir bagaimana cara menyingkirkan monyet nakal ini tanpa menimbulkan masalah bagiku. Kuarahkan pandanganku ke samping dan kulihat ada sebuah tongkat kayu yang pendek. Maka aku pun coba melempar tongkat kayu pendek itu ke arah sebuah ember untuk menimbulkan suara untuk mengagetkan si monyet kecil yang sedang sibuk “menyusu” di putingku ini. Maka tanpa menunggu lagi dengan cepat aku lemparkan tongkat kayu ini.

‘Klang!’, suara tongkat kayu yang mengenai ember logam membuat kera kecil itu pun kaget dan terlompat ke belekang lalu menoleh ke arah suara itu. Akupun dengan segera bangkit dan mundur menjauhi si kera kecil itu. Kera itu melihat ke arahku dan lalu segera pergi ke arah pohon-pohon dan memanjatnya.

Aku pun segera bangkit dan berjalan ke arah api unggun dan tempat gantungan baju kami. Kulihat semua pakaianku dan teman-temanku masih lengkap semua. Artinya mereka pergi tanpa mengenakan pakaian. Entah kemana mereka, batinku.

Kulihat hujan yang tadi sangat deras sudah berhenti. Tetapi udara di hutan ini masih cukup dingin akibat hujan yang tadi mengguyur. Kucoba melihat ke area sekitar camp penebang pohon tapi tidak ada tanda-tanda mereka. Lalu mataku tertuju di secarik kertas yang ditindih dengan sebuah botol minum.

Di kertas itu tertulis “Lina, kami ke sungai dekat hutan ini. Ikutin aja jalan setapak yang ditandai pake tongkat berkain merah. Kalo uda bangun join aja sini :D”.

Dalam hati aku berpikir pastilah Diana, Agatha dan Anastasya pergi ke sungai untuk membersihkan diri. Hmmm, tapi para pria penebang pohon ini juga tidak tampak disini. Jangan-jangan mereka ikut dengan teman-temanku ke sungai itu? Entah kegilaan apa lagi yang mereka lakukan.

Maka aku putuskan segera menyusul mereka ke sungai itu. Ingin kuambil pakaianku tapi masih agak basah. Kulihat ada sebuah jas hujan yang tergeletak di meja, maka kuambil jas hujan itu untuk menutupi tubuh telanjangku. Bagaimanapun aku belum segila mereka bertiga yang sepertinya berjalan dengan kondisi bugil di tengah hutan begini.

Kupakai sandalku dan segera berjalan menuju jalan setapak. Memang ada semacam tanda menggunakan kain merah yang diikat di sebuah tiangt dari batang kayu. Jalan setapak itu sepertinya memang dibuat oleh orang-orang di desa sekitar hutan ini supaya memudahkan dalam berjalan kaki ke sungai untuk mengambil air.

Sekitar 10 menitan berjalan aku pun mulai mendengar suara air mengalir. Sepertinya aku sudah tidak jauh dari sungai yang mereka tuju itu. Eh, selain suara air itu, telingaku menangkap ada suara lain. Suara desahan pria dan wanita yang bersahutan. Suara-suara itu lebih dari satu pasang. Wah ternyata Diana, Agatha dan Anastasya memang sedang bercinta dengan para pejantan itu yang tadi sudah menikmati tubuh kami.

Semakin dekat diriku dengan sungai itu, suara-suara erotis itu makin jelas terdengar. Gila juga mereka bercinta di sungai dan di tengah hutan begini. Apa tidak takut jika kepergok orang desa???

Akhirnya aku pun tiba sungai yang Diana maksud di kertas tadi. Sungai ini cukup indah dan posisinya masih di tengah hutan. Entah bermuara kemana sungai ini tapi di samping sungai itu terlihat ada kayu-kayu gelondongan yang disusun bertingkat. Sepertinya sungai ini digunakan sebagai sarana transportasi untuk mengirim kayu gelondongan ini.

Saat kuarahkan pandanganku ke tepi sungai, kulihat sebuah pemandangan yang sangat panas dan membuat darahku berdesir. Live show orgy interracial antara tiga temanku dengan para penebang pohon yang sedang bercinta dengan begitu intens. Terlihat tubuh putih mulus khas gadis keturunan yang sedang bergoyang selagi disetubuhi para pria berkulit gelap dan kasar.

Suara rintihan nikmat dari Diana, Agatha dan Anastasya saling bersahutan dengan lenguhan para pria beruntung yang sedang menikmati sempitnya liang vagina dan anus dari tiga gadis muda berkulit putih.

Terlihat Agatha yang sedang disandwich oleh mas Guntur dan mas Ucok. Mereka bertiga melakukan seks threesome itu di atas tanah yang ditutupi dengan jas hujan. Mas Guntur di posisi di bawah Agatha dengan gencar memompa penisnya keluar masuk vagina Agatha. Sedangkan mas Ucok menyodomi Agatha dengan tempo cepat seolah tidak mau kalah dengan rekan kerja sebayanya itu. “Ahh ahhh ahhh enak mas.. ahh ahhh mmmhh..”, Agatha yang terus mendesah dicium oleh mas Guntur di bawahnya. Dengan liar mereka pun berpagutan dan saling bermain lidah di dalam mulut Agatha.

Anastasya


Anastasya yang sedang menungging di atas sebuah kayu gelondongan besar disetubuhi di posisi doggy style oleh Pak Wanto. Mulutnya dengan semangat menyepong penis pak Heru yang sedang berdiri di depan Anastasya sambil meremas rambut temanku itu. Terlihat tangan pak Wanto menepuk sambil sesekali meremas bongkahan bulat pantat Anastasya di sela sodokan penisnya di memek temanku itu. Pak Heru menggunakan tangan kanannya yang menganggur untuk memainkan buah dada Anastasya yang berukuran jumbo itu.

Diana juga seperti Agatha, sedang merasakan nikmatnya double penetration. Diana dihimpit oleh pak Herman dan pak Dedi di atas sebuah pohon besar yang telah ditebang habis menyisakan sedikit batang pohonnya. Pak Dedi berbaring di bawah Diana yang kebagian jatah menikmati liang kemaluan Diana. Sedangkan pak Herman yang sedang menggempur lubang anus temanku itu. Terlihat sorot mata Diana yang sayu dengan mulut menganga melepaskan desahan penuh kenikmatan akibat sodokan dari dua penis penebang pohon itu.

Sungguh liar pesta seks yang terjadi pada tepi sungai di tengah hutan begini. Mereka benar-benar sudah dimabuk birahi sampai tidak peduli sama sekali dengan keadaan sekitarnya. Sampai-sampai mereka semua tidak sadar dengan kehadiranku yang sudah menonton aksi mereka selama beberapa menit ini.

Aku yang menonton live show pesta seks teman-temanku ini mulai terangsang. Tanpa sadar tangan kananku kumasukkan ke balik jas hujan ini dan mulai meremas buah dadaku sambil kupilin puting susuku. Tanganku yang satu lagi dengan cepat mulai menggesek-gesek bibir vaginaku yang mulai lembap.

Terasa pentil susuku mulai mengeras seiring nafsu birahiku yang makin meninggi. Vaginaku juga makin basah oleh lendir cintaku. Kini jari-jariku mulai kumasukkan ke dalam vagianku dan kugerakkan jariku keluar masuk di liang kewanitaanku. Kucubit puting susuku dan sesekali kuremas-remas payudaraku yang bulat ini.

“Sssshhhh.. nghhh..”, desahanku yang mulai terbawa oleh panasnya sesi masturbasiku sambil menonton teman-temanku bercinta dengan para pejantan itu. Kedua tanganku makin bergerak dengan cepat merangsang setiap titik sensitif di tubuhku ini. Aku lalu berbaring telentang di sebuah kayu gelondongan yang cukup besar sambil kukangkangkan kakiku supaya lebih leluasa dalam memainkan memekku.

“Ohh fuckk!! Aku nyampe!! Aaaaahhhhhhhhh!!”, terdengar desahan keras dari mulut Diana yang mencapai klimaksnya. Terlihat tubuh Diana bergetar-getar beberapa kali di tengah himpitan tubuh gelap dan kasar milik pak Herman dan pak Dedi. Walaupun Diana sedang orgasme tapi kedua pria paruh baya itu tidak peduli dan terus memompa kontol mereka di memek dan anus temanku itu. Ini membuat Diana makin kelojotan akibat sensasi gesekan dua penis di dua lubangnya itu. “Ohhh asoy tenan meki non..”, komentar pak Dedi sambil merem melek. “Ahhh iya.. boolnya juga makin sempit.. mantep..”, Pak Herman juga ikutan menimpali komentar anak buahnya itu terhadap lubang pantat Diana yang disodok-sodoknya.

Tidak lama berselang giliran Agatha yang merintih keras tanda ia pun sudah mendapatkan orgasmenya. “Nggghhhhh mas aku keluar!!! Ooohhh!!!”, bibir seksi Agatha membentuk huruf O saat ia mengalami puncak kenikmatan seks bersama mas Ucok dan mas Guntur yang menyodok dua lubang di tubuhnya. Mas Ucok kelihatan tidak bisa menahan orgasmenya lagi akibat sempitnya lubang pantat Agatha yang makin kuat menjepit kontolnya saat ia orgasme. “Ahhhh anjing! gua gak kuat lagi.. sempit bener bool ni amoy! Ugghh!!”, ceracau mas Ucok dengan menyodok dalam-dalam batang kejantanannya ke anus Agatha. Terlihat mas Ucok agak bergetar-getar saat penisnya terus menyemburkan lahar putihnya ke dalam liang pantat Agatha yang merupakan seorang mahasiswi cantik. Terlihat wajah puas mas Ucok yang lalu mencabut penisnya yang mulai melemas dan duduk di sebuah batu dekat sungai.

Kuarahkan pandanganku menonton bagaimana panasnya Anastasya yang sedang bercinta dengan pak Wanto dan pak Heru. “Damn! Aku keluarr! Aaahhhhhhh!!!”, Anastasya melepaskan kulumannya di kontol pak Heru dan lalu mendongak ke atas seraya mendesah keras. Terlihat tubuh mulus Anastasya sedang bergetar-getar saat pak Wanto tiba-tiba menceracau keras tanda ia pun sudah akan klimaks. “Oohhhh ba ba pak crot di da da dalam ya neng.” Anastasya hanya menjawabnya dengan singkat sambil agak mendesah, “Ngghhhh terserah pak Wanto..”. Pak Wanto pun terlihat menghentakkan dalam-dalam kontolnya seolah ingin mentok hingga rahim Anastasya. “Ohh te terima pe pe peju ba bapak non Ta tasya!!”, lenguh si pria paruh baya itu sambil meremas kuat-kuat buntalan pantat mulus Anastasya. Pak Wanto lalu mencabut penisnya dan duduk di atas bebatuan yang tidak jauh. Setelah itu Pak Heru yang dari tadi menikmati servis mulut Anastasya di kontolnya segera beranjak. Ia memposisikan dirinya di selangkangan Anastasya yang kini berbaring lemas di atas kayu gelondongan besar yang jadi alas seks mereka.

Saat asyik bermasturbasi tiba-tiba terasa sensasi geli di dadaku oleh sesuatu yang basah dan hangat. Kubuka mataku dan kulihat anjing pak Wanto sedang menjilati area dada dan dekat ketiakku. Melihat itu akupun memposisikan payudaraku makin mendekat ke moncong si anjing bernama Poek ini. Poek pun dengan otomatis mulai menjilati payudaraku dengan telak. Sesekali puting susuku juga terkena sapuan lidah basahnya itu. Ini membuatku makin mendapatkan kenikmatan. Rangsangan jari-jari di liang vaginaku ditambah rangsangan lidah Poek membuatku makin menggelinjang dalam kenikmatan. Apalagi ditambah tontonan panas orgy seks yang dilakukan ketiga temanku bersama para pria yang hanya berstatus pekerja kasar ini membuat aku kian dekat menuju klimaksku.

Kini kuletakkan Poek di atas dadaku. Anjing berbulu hitam ini dengan cepatnya menjilat-jilat sekujur payudaraku hingga basah. Kedua puting susuku juga terkena sapuan lidahnya. Ah, sensasi lidah yang begitu cepat ini benar-benar membuatku sangat keenakan. “Sshhh ahhh damn.. ahh..”, desahku mengekspresikan rasa enak ini.

Tidak sampai semenit kemudian, pertahananku pun runtuh. Aku mencapai orgasme yang cukup hebat dari masturbasiku yang dibantu Poek ini. “Ngghhhh..”, desahku dengan tubuh yang mengejang saat aku meraih klimaks dengan permainan jari-jariku di vaginaku dan jilatan seekor anjing di buah dada dan pentil susuku. Si Poek lalu kulihat turun dari tubuhku dan berjalan menuju sungai untuk minum.

Aku yang terengah-engah setelah orgasme barusan kembali menonton liveshow di tepi sungai ini. Bagaimana para pejantan berkulit gelap dan bertampang buruk ini terus menggagahi ketiga temanku yang cantik dan berkulit putih mulus khas gadis oriental.

Diana


Kudengar suara geraman keras Pak Herman yang mendapatkan orgasme dari sempitnya lubang pantat Diana. Terlihat bagaimana pinggul pak Herman yang bergetar-getar selagi batang kejantannya sedang menembakkan sperma-sperma ke dalam rongga anus Diana. Ia dengan segera mencabut kontolnya dan lalu mengarahkan ke mulut Diana yang tanpa perlu disuruh segera mengulum penis yang belepotan sperma dan lendir vaginanya itu. “Ahhh puas bapak.. kulum sampe bersih non..”, ucap pak Herman yang seperti sedang memerintah anak buahnya terhadap temanku yang sebenarnya adalah anak dari kalangan atas yang kaya raya. Pak Dedi yang masih dibawah tubuh Diana kembali menggerakkan penisnya menghunjam memek Diana. “Ahh ahhh ahhh..”, desah temanku yang kembali keenakan oleh gesekan penis pak Dedi itu. Tidak lama pak Dedi mengganti posisi menjadi di atas Diana dan dengan gencar ia kembali memompa vagina temanku itu. Sambil menggenjot ia meremas payudara Diana dan memainkan puting susunya yang sudah tegak itu.



Agatha kini di digenjot dengan posisi dipangku sambil berhadapan oleh mas Guntur yang duduk di atas sebuah kayu gelondongan. Terlihat Agatha dengan liarnya menaik turunkan pantatnya supaya kontol mas Guntur makin cepat keluar masuk. Mas Guntur juga tidak diam dan ikut mengimbangi goyangan mahasiswi cantik di pangkuannya ini. Agatha terlihat sangat keenakan dengan wajah dan lehernya yang memerah akibat libidonya yang memuncak. “Ssshh..aah..ahh..ahh..nghh..ahh..”, ia terus mendesah-desah selagi vaginanya dipompa oleh mas Guntur. Buah dada putih Agatha yang bulat tampak bergoyang-goyang naik turun menggoda mas Guntur yang tidak tahan untuk meremas-remasnya. Sesekali juga putingnya dicubit dengan gemas oleh pria kurus berkulit coklat kehitaman itu membuat Agatha merintih nikmat, “Ngghhh mas.. enak.. isepin pentilnya.. ahh..”. Mas Guntur yang mendengar permintaan Agatha itu tanpa menjawabnya dengan segera langsung mencaplok puting merah muda Agatha yang sudah sangat keras mancung itu. “Ohhh ahhh ahhh.. iyahhh terus mas Guntur.. ahh ahhh ahhh!”, ceracau Agatha yang makin diamuk nafsu birahinya. “Ohh amoy emang nikmat. Sllrrrpp.. kulit halus.. sllruuppp.. memek sempit.. ahh asoy..”, lenguh mas Guntur di sela hisapan mulutnya di puting susu Agatha.

Anastasya disetubuhi di posisi konvensional


Tidak jauh beda dengan teman kuliahnya, Anastasya juga sedang merem melek merasakan kenikmatan seks dengan pejantan perkasa. Pak Heru di posisi seks misionaris dengan tempo cepat menggenjot memek Anastasya di atas sebongkah kayu gelondongan. Buah dada Anastasya yang berukuran 36C berguncang-guncang seirama sodokan kontol pak Heru yang sedang keluar masuk dengan cepat. “Ohh pak Heru.. ahh enak pak kontolmu.. ohh ohh!”, lenguh Anastasya dengan mata sayu menatap pak Heru yang sedang memompa liang kemaluannya itu. Tangan pak Heru dengan gemas meremas-remas payudara besar Anastasya yang bergoyang-goyang. “Memek non juga mantap.. sempit.. bapak suka.. apalagi toket non gede gini.. sllrruppppp!”, timpal pak Heru yang lalu mengenyot puting susu coklat muda milik Anastasya. Mulut pak Heru sampai kempot saking kuatnya menghisap pentil Anastasya seolah ia sedang menyusu. “Ssshhh ohhh pak.. hisap yang kencang pak putingku.. enakkkhh.. ahh ahhhh!”, respon Anastasya yang sudah diamuk birahi.

Selagi aku fokus menyaksikan persetubuhan panas teman-temanku dengan pria-pria itu itu, akhirnya ada yang menyadari kehadiranku. Pak Herman lah orang tersebut. Ia menatap diriku yang berdiri tidak jauh dengan jas hujan yang sudah terbuka hampir semua kancingnya itu. Ia lalu menghampiriku dengan tersenyum mesum dimana matanya tertuju di buah dadaku yang padat ini.

“Wah neng Selina udah bangun ya. Tadi pas ujan reda, temen-temennya pada pengen jalan dekat camp. Jadi kami ajak kemari. Pas nyampe sini pada kedinginan jadi ya kita angetin lagi. Hehehe.”, ucap pak Herman dengan cengengesan sambil matanya terus melihat ke arah payudaraku yang terbuka.

“Oh gitu. Iya nih, dingin pak.”, ucapku dengan agak mendesah karena aku kembali horny menyaksikan panasnya persenggamaan teman-temanku. Vaginaku bahkan mulai mengeluarkan lendir cintanya lagi.

“Mau bapak bikin hangat neng? Hehe.”, tanyanya sambil berjalan mendekat hingga kini sudah tepat berdiri di depanku. Tangan kirinya meraba-raba perutku yang tidak tertutup oleh jas hujan. Dengan tangannya itu ditelurusinya perutku yang rata hasil rutin senam areobik dan diet teratur. Lalu pelan-pelan mulai naik menyentuh bagian bawah dari buntalan payudaraku. Lalu dengan lincah ia memelorotkan jas hujan longgar yang kupakai ini hingga lepas dari tubuhku. Aku pun kini juga seperti teman-temanku, telanjang bulat di tengah hutan ini.

Selina bugil di hutan


Aku hanya mengangguk dengan mata sayu menatapnya, berharap ia memuaskan libidoku yang sudah sangat tinggi ini. Dengan cekatan tangan kanan Pak Herman yang kekar pun diselipkan di antara pahaku. Diraba-rabanya pahaku yang putih mulus ini dan pelan-pelan merayap naik menuju selangkanganku. Dengan segera ia pun menemukan organ kewanitaanku yang tidak tertutup ini. Ia membelai memekku yang mulus tanpa rambut kemaluan berkali-kali sebelum mulai menyentuh area dalam memekku. Lalu tangan kirinya diarahkan ke payudaraku dan lalu ia memerah-merah buah dadaku.

“Ssshhh ahhh pak..”, rintihku merasakan jari-jari dari si bapak mandor penebang pohon ini yang bercokol di bibir vaginaku.

“Wah udah becek banget neng memeknya.. dari tadi neng sambil coli ya nontonin kami main?”, tanya pak Herman penuh selidik sambil terus memainkan jari-jarinya di vagina dan dadaku.

“Ngghhh iyahh pak.. Selina jadi sange nonton bapak pada ngentot sama teman-teman Selina..”, jawabku dengan muka yang horny sambil memandangi si bapak mandor ini.

Lalu pak Herman memajukan wajahnya dan mencium bibirku yang memang merekah dari tadi akibat rangsangannya. Kami pun berciuman dengan panas hingga lidahnya memasuki mulutku. Aku pun meladeni french kissnya ini dengan tidak kalah liar.

Setelah puas beradu lidah, pak Herman pun menghentikan aksi ciumannya itu. “Siap ya neng.. bakal bapak puasin memek neng..”, ucapnya sambil kini ia berlutut dan kepalanya mendekat ke selangkanganku. Lalu pak Herman segera menjilati bibir memekku sudah basah oleh lendir kewanitaanku ini dengan bernafsu.

‘Sllrruuppppp…sllrrruuppp..sllrrrpppp’, Terdengar suara hisapan dan jilatan dari mulut dan lidah si pria paruh baya ini seperti orang yang sedang menikmati es krim. Lidah pak Herman mengais-ngais ke dalam rongga memekku dan lalu mulutnya menemukan klitorisku. Dengan liarnya ia mengisap-ngisapnya membuatku makin menggelinjang dengan posisi masih berdiri ini.


Memek dijilat pak Herman


“Ahhhh pak Herman.. ahh sshh.. ohh isep terus itilnya.. ahhh iyahh..”, aku yang tidak tahan dengan rangsangan kuat di memekku mendesah keras melampiaskan rasa enak ini. Kuremas rambut si bapak mandor yang agak beruban ini dengan gemas. Saking kuatnya rangsangan di memekku, aku agak kesulitan untuk berdiri tegak. Tubuhku sesekali mengejang-ngejang saat lidah pak Herman menghisap kuat klitorisku.

Saat sebentar lagi aku akan meraih orgasme, Pak Herman tiba-tiba menghentikan permainan mulutnya dan ia lalu berbaring di atas rerumputan. Ia menatapku sambil bilang, “Neng, isepin kontol bapak ya. Sini neng dudukin wajah bapak biar bapak lanjutin lagi.”. Ah, pak Herman ingin posisi 69 rupanya. Duh, padahal sedikit lagi aku hampir klimaks barusan.

Aku yang masih tanggung pun dengan cepat berjongkok di atas wajah pria paruh baya ini. Kini aku dan pak Herman saling merangsang satu sama lain di posisi 69 ini. Kugenggam batang kejantanannya yang berwarna coklat kehitaman dan berurat ini. Penis pak Herman ini panjang dan diameternya lebar. Membuatku teringat akan punya pak I Gede, si supir travel kami saat liburan di Bali. Entah apakah panjangnya sama tapi yang jelas kini aku jadi tidak sabar untuk disetubuhi oleh kontol gagah si mandor ini. Maka dengan semangat mulai kukocok-kocok batang penis pak Herman ini. Terasa batang penisnya makin keras dibanding saat pertama kusentuh. Kini kumasukkan rudal pak Herman ini ke dalam mulutku dan segera kugerakkan kepalaku maju mundur memberikan oral seks sebaik mungkin. Aku ingin penisnya ini siap untuk menggenjot lubang kemaluanku nanti.

Di memekku, lidah pak Herman pun kembali bermain-main. Lidahnya mengais hingga sangat dalam di liang vaginaku yang sangat basah karena dari tadi dirangsang terus menerus olehnya. Kurasakan memekku makin banjir oleh cairan cintaku. Terdengar suara cairan berkecipak saat pak Herman menjilat dengan penuh nafsu sambil ia juga memasukkan satu jarinya mengobok-ngobok liang memekku.

“Ummmhhhh..mmhhhhhhh…”, aku mendesah tapi teredam oleh kontol besar pak Herman yang sedang berada dalam mulut mungilku ini. Kucoba sebisa mungkin melahap sedalam-dalamnya kontol panjang pak Herman hingga hampir menyentuh tenggorokanku. Biasanya aku jarang melakukan deep throat begini tapi berhubung aku sudah sangat bernafsu maka aku pun mencobanya.

“Ohhh mantep neng sepongannya.. bener-bener pengalaman ya neng kamu..”, puji pak Herman di sela hisapan mulutnya di vaginaku. Aku tidak peduli omongannya yang sebenarnya agak menghinaku dan terus memberikan servis blowjob yang liar.

Sungguh gila apa yang sedang aku lakukan di alam liar begini bersama seorang pria yang dari umurnya sepantasnya bisa jadi sosok ayah bagiku. Tapi nafsu birahi sudah mengalahkan rasa malu dan akal sehatku, yang kuinginkan hanya memuaskan dahaga seksualku seperti tiga temanku yang juga sedang bercinta dengan para penebang pohon ini.

Tidak sampai 5 menit di posisi 69 ini, pak Herman lalu mengangkat tubuhku dan mengatur tubuhku di posisi seks woman on top. Sambil diarahkan pak Herman, kuturunkan pinggulku sampai vaginaku perlahan-lahan mulai menelan batang kejantanan si bapak mandor ini. ‘Bles’, rudal pria paruh baya ini pun sudah masuk sempurna di rongga vaginaku. Ohh terasa memekku penuh terisi oleh kontol pak Herman yang begitu panjang dan tebal ini.



Pak Herman dengan tidak sabar langsung mulai menghentakkan penisnya ke memekku yang segera kuikuti dengan menaik turunkan tubuhku dengan tempo cepat. Kedua tangannya yang dari tadi memegangi pinggangku kini ia arahkan ke bongkahan padat susuku. Dengan bernafsu tangannya yang berotot memerah kedua buah dadaku yang sedang berayun-ayun. ‘Plok-plak plok-plak-plok’ suara benturan pantatku dengan pahanya. “Ohhh edan.. sempit banget memek non Lina..”, ceracaunya. “Oohh.. kontol bapak panjang.. masuk dalam bangethh sampe mentokhh.. nghhh.. enaakk..”, ceracauku dengan liar menimpalinya. Kedua puting susuku yang keras ini juga dipilin-pilin, menambah kenikmatan yang kurasakan. Tidak puas dengan jarinya, mulutnya kini mengenyot pentil merah mudaku bergantian kiri kanan. Terasa geli saat kumisnya yang tebal mengenai kulit dada dan puting susuku. "Nggghhh isep terus pak.. ahhh enakknyaahh..", rintihku dengan mata merem melek.

Gesekan penis pak Herman yang tebal ini menimbulkan rasa nikmat yang hebat. Ditambah lagi panjang penisnya yang luar biasa membuat aku bagai melayang dalam arus kenikmatan. Baru 3 menit dipompa oleh kontol perkasa pak Herman, aku pun orgasme. “Ohhhh pak.. Selina nyampe!! Aaaahhhhhhhh!”, jeritan kenikmatanku yang dilanda badai orgasme. Tubuhku berkelojotan dengan hebat sampai aku harus membaringkan diriku di dada bidang pak Herman.

Hanya beberapa detik saja pak Herman membiarkanku istirahat. Ia lalu kembali menggenjot memekku dengan sangat cepat. Aku kembali mendesah-desah merasakan nikmat dari penis perkasa milik pak Herman. Pelan-pelan aku pun kembali bergairah lagi dan tidak butuh waktu lama aku kembali menggoyang pinggulku menyambut sodokan rudal kejantanan si pria paruh baya ini.

“Ohh ahh ahhh ahhh ahhh..”, aku merintih lirih digenjot oleh pak Herman yang seperti tidak ada capeknya ini. Lalu tanpa melepaskan tautan kelamin kami pak Herman mengubah posisinya menjadi duduk. Lalu ia membalik tubuhku menjadi berbaring menyamping dan lalu ia membaringkan tubuhnya dengan posisi di belakangku. Kini di posisi 99 ini pak Herman kembali menghunjam penisnya keluar masuk vaginaku dengan tempo cepat. Aku kembali melenguh nikmat pasrah dengan kenikmatan yang diberikan oleh penis si mandor ini.



Hutan dan sungai ini menjadi arena kami memacu birahi yang mana kelas sosial kami dan para pejantan ini sangat berbeda jauh bak langit dan bumi. Aku, Diana, Agatha dan Anastasya yang gadis keturunan yang berkulit putih mulus serta merupakan kalangan orang kaya sedang berpesta seks dengan pria-pria berkulit gelap dan berwajah buruk yang hanya berprofesi sebagai penebang pohon saja. Semua ini kami lakukan dengan penuh penyerahan dan kesadaran. Hanya dorongan seksual lah yang membuat kami rela membiarkan tubuh indah kami dinikmati oleh para pria yang status sosialnya di bawah kami ini.

Pohon-pohon menjadi saksi bisu persetubuhan interracial yang dilakukan oleh kami dengan Pak Herman dan lima anak buahnya. Suara erangan dan desahan kami yang sedang mengejar puncak kenikmatan saling sahut menyahut dengan diiringi suara air sungai yang mengalir di hutan ini.

Saat sedang asyik-asyiknya tiba-tiba terdengar suara seorang wanita yang memanggil dari walkie talkie milik pak Herman yang disimpan di celananya yang tergeletak di tanah. Pak Herman yang kaget pun segera melepaskan hisapan mulutnya di vaginaku dan mengangkat tubuhku ke samping. Ia lalu buru-buru beranjak ke celananya yang tergeletak di atas sebuah kayu dan mengambil walkie talkie yang terus bersuara tersebut..





~ BERSAMBUNG ~


NB : Dilarang Mengcopy Cerita Ini Ke Blog / Website Manapun Tanpa Seizin TS.
 
Terakhir diubah:
Yang ditungg
Part 21

Kulihat teman-temanku yang lain juga sedang melepas lelah dengan berbaring atau duduk. Para pria itu pun terlihat duduk di samping teman-temanku sambil mengobrol dan tertawa-tawa, mungkin membicarakan seks yang barusan mereka nikmati. Ternyata hujan sudah berhenti, entah dari kapan. Aku yang terlalu lelah menutup mataku dan tidak lama tertidur..

------------------------------------------------------------

Aku masih sedang enak-enaknya tertidur saat tiba-tiba kurasakan ada rasa geli di bagian puting susuku. Ya seperti ada kuluman di pentil susuku ini. Aku berpikir mungkin salah satu dari para penebang pohon yang baru berpesta seks dengan kami tadi yang melakukannya.

Pelan-pelan kubuka mataku dan betapa kagetnya aku saat kulihat seekor monyet kecil sedang bercokol di payudaraku!! Monyet kecil itu sedang asyik menghisap puting susuku seolah-olah aku adalah sang induk yang menyusuinya. Ah, terasa geli bercampur rasa nikmat akibat mulut si monyet kecil yang sedang menghisap pentil susuku. Terasa mulutnya yang basah dan belum ada giginya itu menghisap puting susuku yang berwarna merah muda ini. Begitu kuatnya ia menyedot di pucuk payudaraku yang belum bisa mengeluarkan susu ini.

Kulihat sekeliling camp penebang pohon ini tidak tampak seorangpun, termasuk ketiga temanku. Kemana mereka pergi ya. Dan kenapa tidak membangunkanku. Aku merasa takut dengan si monyet kecil yang sedang berada di buah dadaku ini. Aku takut jika aku bergerak tiba-tiba si monyet ini bisa saja kaget dan menggigit pentilku. Dan bisa saja ada kawanan monyet lain di dekat camp ini yang bisa menyerangku.

Rasa geli-geli nikmat hisapan mulut kera kecil ini mulai membuatku terangsang. Oh, ini sungguh aneh bagaimana aku bisa merasakan nikmat dari seekor monyet kecil begini. Pantas saja tadi Diana dan Anastasya merasa keenakan saat puting mereka dihisap oleh monyet kecil itu.

Walaupun ada sensasi geli bercampur nikmat yang kurasakan, tetap saja ini adalah hewan liar. Maka akal sehatku pun bekerja dan aku segera memutar otak untuk keluar dari situasi menegangkan ini.

Aku masih berpikir bagaimana cara menyingkirkan monyet nakal ini tanpa menimbulkan masalah bagiku. Kuarahkan pandanganku ke samping dan kulihat ada sebuah tongkat kayu yang pendek. Maka aku pun coba melempar tongkat kayu pendek itu ke arah sebuah ember untuk menimbulkan suara untuk mengagetkan si monyet kecil yang sedang sibuk “menyusu” di putingku ini. Maka tanpa menunggu lagi dengan cepat aku lemparkan tongkat kayu ini.

‘Klang!’, suara tongkat kayu yang mengenai ember logam membuat kera kecil itu pun kaget dan terlompat ke belekang lalu menoleh ke arah suara itu. Akupun dengan segera bangkit dan mundur menjauhi si kera kecil itu. Kera itu melihat ke arahku dan lalu segera pergi ke arah pohon-pohon dan memanjatnya.

Aku pun segera bangkit dan berjalan ke arah api unggun dan tempat gantungan baju kami. Kulihat semua pakaianku dan teman-temanku masih lengkap semua. Artinya mereka pergi tanpa mengenakan pakaian. Entah kemana mereka, batinku.

Kulihat hujan yang tadi sangat deras sudah berhenti. Tetapi udara di hutan ini masih cukup dingin akibat hujan yang tadi mengguyur. Kucoba melihat ke area sekitar camp penebang pohon tapi tidak ada tanda-tanda mereka. Lalu mataku tertuju di secarik kertas yang ditindih dengan sebuah botol minum.

Di kertas itu tertulis “Lina, kami ke sungai dekat hutan ini. Ikutin aja jalan setapak yang ditandai pake tongkat berkain merah. Kalo uda bangun join aja sini :D”.

Dalam hati aku berpikir pastilah Diana, Agatha dan Anastasya pergi ke sungai untuk membersihkan diri. Hmmm, tapi para pria penebang pohon ini juga tidak tampak disini. Jangan-jangan mereka ikut dengan teman-temanku ke sungai itu? Entah kegilaan apa lagi yang mereka lakukan.

Maka aku putuskan segera menyusul mereka ke sungai itu. Ingin kuambil pakaianku tapi masih agak basah. Kulihat ada sebuah jas hujan yang tergeletak di meja, maka kuambil jas hujan itu untuk menutupi tubuh telanjangku. Bagaimanapun aku belum segila mereka bertiga yang sepertinya berjalan dengan kondisi bugil di tengah hutan begini.

Kupakai sandalku dan segera berjalan menuju jalan setapak. Memang ada semacam tanda menggunakan kain merah yang diikat di sebuah tiangt dari batang kayu. Jalan setapak itu sepertinya memang dibuat oleh orang-orang di desa sekitar hutan ini supaya memudahkan dalam berjalan kaki ke sungai untuk mengambil air.

Sekitar 10 menitan berjalan aku pun mulai mendengar suara air mengalir. Sepertinya aku sudah tidak jauh dari sungai yang mereka tuju itu. Eh, selain suara air itu, telingaku menangkap ada suara lain. Suara desahan pria dan wanita yang bersahutan. Suara-suara itu lebih dari satu pasang. Wah ternyata Diana, Agatha dan Anastasya memang sedang bercinta dengan para pejantan itu yang tadi sudah menikmati tubuh kami.

Semakin dekat diriku dengan sungai itu, suara-suara erotis itu makin jelas terdengar. Gila juga mereka bercinta di sungai dan di tengah hutan begini. Apa tidak takut jika kepergok orang desa???

Akhirnya aku pun tiba sungai yang Diana maksud di kertas tadi. Sungai ini cukup indah dan posisinya masih di tengah hutan. Entah bermuara kemana sungai ini tapi di samping sungai itu terlihat ada kayu-kayu gelondongan yang disusun bertingkat. Sepertinya sungai ini digunakan sebagai sarana transportasi untuk mengirim kayu gelondongan ini.

Saat kuarahkan pandanganku ke tepi sungai, kulihat sebuah pemandangan yang sangat panas dan membuat darahku berdesir. Live show orgy interracial antara tiga temanku dengan para penebang pohon yang sedang bercinta dengan begitu intens. Terlihat tubuh putih mulus khas gadis keturunan yang sedang bergoyang selagi disetubuhi para pria berkulit gelap dan kasar.

Suara rintihan nikmat dari Diana, Agatha dan Anastasya saling bersahutan dengan lenguhan para pria beruntung yang sedang menikmati sempitnya liang vagina dan anus dari tiga gadis muda berkulit putih.

Terlihat Agatha yang sedang disandwich oleh mas Guntur dan mas Ucok. Mereka bertiga melakukan seks threesome itu di atas tanah yang ditutupi dengan jas hujan. Mas Guntur di posisi di bawah Agatha dengan gencar memompa penisnya keluar masuk vagina Agatha. Sedangkan mas Ucok menyodomi Agatha dengan tempo cepat seolah tidak mau kalah dengan rekan kerja sebayanya itu. “Ahh ahhh ahhh enak mas.. ahh ahhh mmmhh..”, Agatha yang terus mendesah dicium oleh mas Guntur di bawahnya. Dengan liar mereka pun berpagutan dan saling bermain lidah di dalam mulut Agatha.

Anastasya


Anastasya yang sedang menungging di atas sebuah kayu gelondongan besar disetubuhi di posisi doggy style oleh Pak Wanto. Mulutnya dengan semangat menyepong penis pak Heru yang sedang berdiri di depan Anastasya sambil meremas rambut temanku itu. Terlihat tangan pak Wanto menepuk sambil sesekali meremas bongkahan bulat pantat Anastasya di sela sodokan penisnya di memek temanku itu. Pak Heru menggunakan tangan kanannya yang menganggur untuk memainkan buah dada Anastasya yang berukuran jumbo itu.

Diana juga seperti Agatha, sedang merasakan nikmatnya double penetration. Diana dihimpit oleh pak Herman dan pak Dedi di atas sebuah pohon besar yang telah ditebang habis menyisakan sedikit batang pohonnya. Pak Dedi berbaring di bawah Diana yang kebagian jatah menikmati liang kemaluan Diana. Sedangkan pak Herman yang sedang menggempur lubang anus temanku itu. Terlihat sorot mata Diana yang sayu dengan mulut menganga melepaskan desahan penuh kenikmatan akibat sodokan dari dua penis penebang pohon itu.

Sungguh liar pesta seks yang terjadi pada tepi sungai di tengah hutan begini. Mereka benar-benar sudah dimabuk birahi sampai tidak peduli sama sekali dengan keadaan sekitarnya. Sampai-sampai mereka semua tidak sadar dengan kehadiranku yang sudah menonton aksi mereka selama beberapa menit ini.

Aku yang menonton live show pesta seks teman-temanku ini mulai terangsang. Tanpa sadar tangan kananku kumasukkan ke balik jas hujan ini dan mulai meremas buah dadaku sambil kupilin puting susuku. Tanganku yang satu lagi dengan cepat mulai menggesek-gesek bibir vaginaku yang mulai lembap.

Terasa pentil susuku mulai mengeras seiring nafsu birahiku yang makin meninggi. Vaginaku juga makin basah oleh lendir cintaku. Kini jari-jariku mulai kumasukkan ke dalam vagianku dan kugerakkan jariku keluar masuk di liang kewanitaanku. Kucubit puting susuku dan sesekali kuremas-remas payudaraku yang bulat ini.

“Sssshhhh.. nghhh..”, desahanku yang mulai terbawa oleh panasnya sesi masturbasiku sambil menonton teman-temanku bercinta dengan para pejantan itu. Kedua tanganku makin bergerak dengan cepat merangsang setiap titik sensitif di tubuhku ini. Aku lalu berbaring telentang di sebuah kayu gelondongan yang cukup besar sambil kukangkangkan kakiku supaya lebih leluasa dalam memainkan memekku.

“Ohh fuckk!! Aku nyampe!! Aaaaahhhhhhhhh!!”, terdengar desahan keras dari mulut Diana yang mencapai klimaksnya. Terlihat tubuh Diana bergetar-getar beberapa kali di tengah himpitan tubuh gelap dan kasar milik pak Herman dan pak Dedi. Walaupun Diana sedang orgasme tapi kedua pria paruh baya itu tidak peduli dan terus memompa kontol mereka di memek dan anus temanku itu. Ini membuat Diana makin kelojotan akibat sensasi gesekan dua penis di dua lubangnya itu. “Ohhh asoy tenan meki non..”, komentar pak Dedi sambil merem melek. “Ahhh iya.. boolnya juga makin sempit.. mantep..”, Pak Herman juga ikutan menimpali komentar anak buahnya itu terhadap lubang pantat Diana yang disodok-sodoknya.

Tidak lama berselang giliran Agatha yang merintih keras tanda ia pun sudah mendapatkan orgasmenya. “Nggghhhhh mas aku keluar!!! Ooohhh!!!”, bibir seksi Agatha membentuk huruf O saat ia mengalami puncak kenikmatan seks bersama mas Ucok dan mas Guntur yang menyodok dua lubang di tubuhnya. Mas Ucok kelihatan tidak bisa menahan orgasmenya lagi akibat sempitnya lubang pantat Agatha yang makin kuat menjepit kontolnya saat ia orgasme. “Ahhhh anjing! gua gak kuat lagi.. sempit bener bool ni amoy! Ugghh!!”, ceracau mas Ucok dengan menyodok dalam-dalam batang kejantanannya ke anus Agatha. Terlihat mas Ucok agak bergetar-getar saat penisnya terus menyemburkan lahar putihnya ke dalam liang pantat Agatha yang merupakan seorang mahasiswi cantik. Terlihat wajah puas mas Ucok yang lalu mencabut penisnya yang mulai melemas dan duduk di sebuah batu dekat sungai.

Kuarahkan pandanganku menonton bagaimana panasnya Anastasya yang sedang bercinta dengan pak Wanto dan pak Heru. “Damn! Aku keluarr! Aaahhhhhhh!!!”, Anastasya melepaskan kulumannya di kontol pak Heru dan lalu mendongak ke atas seraya mendesah keras. Terlihat tubuh mulus Anastasya sedang bergetar-getar saat pak Wanto tiba-tiba menceracau keras tanda ia pun sudah akan klimaks. “Oohhhh ba ba pak crot di da da dalam ya neng.” Anastasya hanya menjawabnya dengan singkat sambil agak mendesah, “Ngghhhh terserah pak Wanto..”. Pak Wanto pun terlihat menghentakkan dalam-dalam kontolnya seolah ingin mentok hingga rahim Anastasya. “Ohh te terima pe pe peju ba bapak non Ta tasya!!”, lenguh si pria paruh baya itu sambil meremas kuat-kuat buntalan pantat mulus Anastasya. Pak Wanto lalu mencabut penisnya dan duduk di atas bebatuan yang tidak jauh. Setelah itu Pak Heru yang dari tadi menikmati servis mulut Anastasya di kontolnya segera beranjak. Ia memposisikan dirinya di selangkangan Anastasya yang kini berbaring lemas di atas kayu gelondongan besar yang jadi alas seks mereka.

Saat asyik bermasturbasi tiba-tiba terasa sensasi geli di dadaku oleh sesuatu yang basah dan hangat. Kubuka mataku dan kulihat anjing pak Wanto sedang menjilati area dada dan dekat ketiakku. Melihat itu akupun memposisikan payudaraku makin mendekat ke moncong si anjing bernama Poek ini. Poek pun dengan otomatis mulai menjilati payudaraku dengan telak. Sesekali puting susuku juga terkena sapuan lidah basahnya itu. Ini membuatku makin mendapatkan kenikmatan. Rangsangan jari-jari di liang vaginaku ditambah rangsangan lidah Poek membuatku makin menggelinjang dalam kenikmatan. Apalagi ditambah tontonan panas orgy seks yang dilakukan ketiga temanku bersama para pria yang hanya berstatus pekerja kasar ini membuat aku kian dekat menuju klimaksku.

Kini kuletakkan Poek di atas dadaku. Anjing berbulu hitam ini dengan cepatnya menjilat-jilat sekujur payudaraku hingga basah. Kedua puting susuku juga terkena sapuan lidahnya. Ah, sensasi lidah yang begitu cepat ini benar-benar membuatku sangat keenakan. “Sshhh ahhh damn.. ahh..”, desahku mengekspresikan rasa enak ini.

Tidak sampai semenit kemudian, pertahananku pun runtuh. Aku mencapai orgasme yang cukup hebat dari masturbasiku yang dibantu Poek ini. “Ngghhhh..”, desahku dengan tubuh yang mengejang saat aku meraih klimaks dengan permainan jari-jariku di vaginaku dan jilatan seekor anjing di buah dada dan pentil susuku. Si Poek lalu kulihat turun dari tubuhku dan berjalan menuju sungai untuk minum.

Aku yang terengah-engah setelah orgasme barusan kembali menonton liveshow di tepi sungai ini. Bagaimana para pejantan berkulit gelap dan bertampang buruk ini terus menggagahi ketiga temanku yang cantik dan berkulit putih mulus khas gadis oriental.

Diana


Kudengar suara geraman keras Pak Herman yang mendapatkan orgasme dari sempitnya lubang pantat Diana. Terlihat bagaimana pinggul pak Herman yang bergetar-getar selagi batang kejantannya sedang menembakkan sperma-sperma ke dalam rongga anus Diana. Ia dengan segera mencabut kontolnya dan lalu mengarahkan ke mulut Diana yang tanpa perlu disuruh segera mengulum penis yang belepotan sperma dan lendir vaginanya itu. “Ahhh puas bapak.. kulum sampe bersih non..”, ucap pak Herman yang seperti sedang memerintah anak buahnya terhadap temanku yang sebenarnya adalah anak dari kalangan atas yang kaya raya. Pak Dedi yang masih dibawah tubuh Diana kembali menggerakkan penisnya menghunjam memek Diana. “Ahh ahhh ahhh..”, desah temanku yang kembali keenakan oleh gesekan penis pak Dedi itu. Tidak lama pak Dedi mengganti posisi menjadi di atas Diana dan dengan gencar ia kembali memompa vagina temanku itu. Sambil menggenjot ia meremas payudara Diana dan memainkan puting susunya yang sudah tegak itu.



Agatha kini di digenjot dengan posisi dipangku sambil berhadapan oleh mas Guntur yang duduk di atas sebuah kayu gelondongan. Terlihat Agatha dengan liarnya menaik turunkan pantatnya supaya kontol mas Guntur makin cepat keluar masuk. Mas Guntur juga tidak diam dan ikut mengimbangi goyangan mahasiswi cantik di pangkuannya ini. Agatha terlihat sangat keenakan dengan wajah dan lehernya yang memerah akibat libidonya yang memuncak. “Ssshh..aah..ahh..ahh..nghh..ahh..”, ia terus mendesah-desah selagi vaginanya dipompa oleh mas Guntur. Buah dada putih Agatha yang bulat tampak bergoyang-goyang naik turun menggoda mas Guntur yang tidak tahan untuk meremas-remasnya. Sesekali juga putingnya dicubit dengan gemas oleh pria kurus berkulit coklat kehitaman itu membuat Agatha merintih nikmat, “Ngghhh mas.. enak.. isepin pentilnya.. ahh..”. Mas Guntur yang mendengar permintaan Agatha itu tanpa menjawabnya dengan segera langsung mencaplok puting merah muda Agatha yang sudah sangat keras mancung itu. “Ohhh ahhh ahhh.. iyahhh terus mas Guntur.. ahh ahhh ahhh!”, ceracau Agatha yang makin diamuk nafsu birahinya. “Ohh amoy emang nikmat. Sllrrrpp.. kulit halus.. sllruuppp.. memek sempit.. ahh asoy..”, lenguh mas Guntur di sela hisapan mulutnya di puting susu Agatha.

Anastasya disetubuhi di posisi konvensional


Tidak jauh beda dengan teman kuliahnya, Anastasya juga sedang merem melek merasakan kenikmatan seks dengan pejantan perkasa. Pak Heru di posisi seks misionaris dengan tempo cepat menggenjot memek Anastasya di atas sebongkah kayu gelondongan. Buah dada Anastasya yang berukuran 36C berguncang-guncang seirama sodokan kontol pak Heru yang sedang keluar masuk dengan cepat. “Ohh pak Heru.. ahh enak pak kontolmu.. ohh ohh!”, lenguh Anastasya dengan mata sayu menatap pak Heru yang sedang memompa liang kemaluannya itu. Tangan pak Heru dengan gemas meremas-remas payudara besar Anastasya yang bergoyang-goyang. “Memek non juga mantap.. sempit.. bapak suka.. apalagi toket non gede gini.. sllrruppppp!”, timpal pak Heru yang lalu mengenyot puting susu coklat muda milik Anastasya. Mulut pak Heru sampai kempot saking kuatnya menghisap pentil Anastasya seolah ia sedang menyusu. “Ssshhh ohhh pak.. hisap yang kencang pak putingku.. enakkkhh.. ahh ahhhh!”, respon Anastasya yang sudah diamuk birahi.

Selagi aku fokus menyaksikan persetubuhan panas teman-temanku dengan pria-pria itu itu, akhirnya ada yang menyadari kehadiranku. Pak Herman lah orang tersebut. Ia menatap diriku yang berdiri tidak jauh dengan jas hujan yang sudah terbuka hampir semua kancingnya itu. Ia lalu menghampiriku dengan tersenyum mesum dimana matanya tertuju di buah dadaku yang padat ini.

“Wah neng Selina udah bangun ya. Tadi pas ujan reda, temen-temennya pada pengen jalan dekat camp. Jadi kami ajak kemari. Pas nyampe sini pada kedinginan jadi ya kita angetin lagi. Hehehe.”, ucap pak Herman dengan cengengesan sambil matanya terus melihat ke arah payudaraku yang terbuka.

“Oh gitu. Iya nih, dingin pak.”, ucapku dengan agak mendesah karena aku kembali horny menyaksikan panasnya persenggamaan teman-temanku. Vaginaku bahkan mulai mengeluarkan lendir cintanya lagi.

“Mau bapak bikin hangat neng? Hehe.”, tanyanya sambil berjalan mendekat hingga kini sudah tepat berdiri di depanku. Tangan kirinya meraba-raba perutku yang tidak tertutup oleh jas hujan. Dengan tangannya itu ditelurusinya perutku yang rata hasil rutin senam areobik dan diet teratur. Lalu pelan-pelan mulai naik menyentuh bagian bawah dari buntalan payudaraku. Lalu dengan lincah ia memelorotkan jas hujan longgar yang kupakai ini hingga lepas dari tubuhku. Aku pun kini juga seperti teman-temanku, telanjang bulat di tengah hutan ini.

Selina bugil di hutan


Aku hanya mengangguk dengan mata sayu menatapnya, berharap ia memuaskan libidoku yang sudah sangat tinggi ini. Dengan cekatan tangan kanan Pak Herman yang kekar pun diselipkan di antara pahaku. Diraba-rabanya pahaku yang putih mulus ini dan pelan-pelan merayap naik menuju selangkanganku. Dengan segera ia pun menemukan organ kewanitaanku yang tidak tertutup ini. Ia membelai memekku yang mulus tanpa rambut kemaluan berkali-kali sebelum mulai menyentuh area dalam memekku. Lalu tangan kirinya diarahkan ke payudaraku dan lalu ia memerah-merah buah dadaku.

“Ssshhh ahhh pak..”, rintihku merasakan jari-jari dari si bapak mandor penebang pohon ini yang bercokol di bibir vaginaku.

“Wah udah becek banget neng memeknya.. dari tadi neng sambil coli ya nontonin kami main?”, tanya pak Herman penuh selidik sambil terus memainkan jari-jarinya di vagina dan dadaku.

“Ngghhh iyahh pak.. Selina jadi sange nonton bapak pada ngentot sama teman-teman Selina..”, jawabku dengan muka yang horny sambil memandangi si bapak mandor ini.

Lalu pak Herman memajukan wajahnya dan mencium bibirku yang memang merekah dari tadi akibat rangsangannya. Kami pun berciuman dengan panas hingga lidahnya memasuki mulutku. Aku pun meladeni french kissnya ini dengan tidak kalah liar.

Setelah puas beradu lidah, pak Herman pun menghentikan aksi ciumannya itu. “Siap ya neng.. bakal bapak puasin memek neng..”, ucapnya sambil kini ia berlutut dan kepalanya mendekat ke selangkanganku. Lalu pak Herman segera menjilati bibir memekku sudah basah oleh lendir kewanitaanku ini dengan bernafsu.

‘Sllrruuppppp…sllrrruuppp..sllrrrpppp’, Terdengar suara hisapan dan jilatan dari mulut dan lidah si pria paruh baya ini seperti orang yang sedang menikmati es krim. Lidah pak Herman mengais-ngais ke dalam rongga memekku dan lalu mulutnya menemukan klitorisku. Dengan liarnya ia mengisap-ngisapnya membuatku makin menggelinjang dengan posisi masih berdiri ini.


Memek dijilat pak Herman


“Ahhhh pak Herman.. ahh sshh.. ohh isep terus itilnya.. ahhh iyahh..”, aku yang tidak tahan dengan rangsangan kuat di memekku mendesah keras melampiaskan rasa enak ini. Kuremas rambut si bapak mandor yang agak beruban ini dengan gemas. Saking kuatnya rangsangan di memekku, aku agak kesulitan untuk berdiri tegak. Tubuhku sesekali mengejang-ngejang saat lidah pak Herman menghisap kuat klitorisku.

Saat sebentar lagi aku akan meraih orgasme, Pak Herman tiba-tiba menghentikan permainan mulutnya dan ia lalu berbaring di atas rerumputan. Ia menatapku sambil bilang, “Neng, isepin kontol bapak ya. Sini neng dudukin wajah bapak biar bapak lanjutin lagi.”. Ah, pak Herman ingin posisi 69 rupanya. Duh, padahal sedikit lagi aku hampir klimaks barusan.

Aku yang masih tanggung pun dengan cepat berjongkok di atas wajah pria paruh baya ini. Kini aku dan pak Herman saling merangsang satu sama lain di posisi 69 ini. Kugenggam batang kejantanannya yang berwarna coklat kehitaman dan berurat ini. Penis pak Herman ini panjang dan diameternya lebar. Membuatku teringat akan punya pak I Gede, si supir travel kami saat liburan di Bali. Entah apakah panjangnya sama tapi yang jelas kini aku jadi tidak sabar untuk disetubuhi oleh kontol gagah si mandor ini. Maka dengan semangat mulai kukocok-kocok batang penis pak Herman ini. Terasa batang penisnya makin keras dibanding saat pertama kusentuh. Kini kumasukkan rudal pak Herman ini ke dalam mulutku dan segera kugerakkan kepalaku maju mundur memberikan oral seks sebaik mungkin. Aku ingin penisnya ini siap untuk menggenjot lubang kemaluanku nanti.

Di memekku, lidah pak Herman pun kembali bermain-main. Lidahnya mengais hingga sangat dalam di liang vaginaku yang sangat basah karena dari tadi dirangsang terus menerus olehnya. Kurasakan memekku makin banjir oleh cairan cintaku. Terdengar suara cairan berkecipak saat pak Herman menjilat dengan penuh nafsu sambil ia juga memasukkan satu jarinya mengobok-ngobok liang memekku.

“Ummmhhhh..mmhhhhhhh…”, aku mendesah tapi teredam oleh kontol besar pak Herman yang sedang berada dalam mulut mungilku ini. Kucoba sebisa mungkin melahap sedalam-dalamnya kontol panjang pak Herman hingga hampir menyentuh tenggorokanku. Biasanya aku jarang melakukan deep throat begini tapi berhubung aku sudah sangat bernafsu maka aku pun mencobanya.

“Ohhh mantep neng sepongannya.. bener-bener pengalaman ya neng kamu..”, puji pak Herman di sela hisapan mulutnya di vaginaku. Aku tidak peduli omongannya yang sebenarnya agak menghinaku dan terus memberikan servis blowjob yang liar.

Sungguh gila apa yang sedang aku lakukan di alam liar begini bersama seorang pria yang dari umurnya sepantasnya bisa jadi sosok ayah bagiku. Tapi nafsu birahi sudah mengalahkan rasa malu dan akal sehatku, yang kuinginkan hanya memuaskan dahaga seksualku seperti tiga temanku yang juga sedang bercinta dengan para penebang pohon ini.

Tidak sampai 5 menit di posisi 69 ini, pak Herman lalu mengangkat tubuhku dan mengatur tubuhku di posisi seks woman on top. Sambil diarahkan pak Herman, kuturunkan pinggulku sampai vaginaku perlahan-lahan mulai menelan batang kejantanan si bapak mandor ini. ‘Bles’, rudal pria paruh baya ini pun sudah masuk sempurna di rongga vaginaku. Ohh terasa memekku penuh terisi oleh kontol pak Herman yang begitu panjang dan tebal ini.



Pak Herman dengan tidak sabar langsung mulai menghentakkan penisnya ke memekku yang segera kuikuti dengan menaik turunkan tubuhku dengan tempo cepat. Kedua tangannya yang dari tadi memegangi pinggangku kini ia arahkan ke bongkahan padat susuku. Dengan bernafsu tangannya yang berotot memerah kedua buah dadaku yang sedang berayun-ayun. ‘Plok-plak plok-plak-plok’ suara benturan pantatku dengan pahanya. “Ohhh edan.. sempit banget memek non Lina..”, ceracaunya. “Oohh.. kontol bapak panjang.. masuk dalam bangethh sampe mentokhh.. nghhh.. enaakk..”, ceracauku dengan liar menimpalinya.

Gesekan penis pak Herman yang tebal ini menimbulkan rasa nikmat yang hebat. Ditambah lagi panjang penisnya yang luar biasa membuat aku bagai melayang dalam arus kenikmatan. Baru 3 menit dipompa oleh kontol perkasa pak Herman, aku pun orgasme. “Ohhhh pak.. Selina nyampe!! Aaaahhhhhhhh!”, jeritan kenikmatanku yang dilanda badai orgasme. Tubuhku berkelojotan dengan hebat sampai aku harus membaringkan diriku di dada bidang pak Herman.

Hanya beberapa detik saja pak Herman membiarkanku istirahat. Ia lalu kembali menggenjot memekku dengan sangat cepat. Aku kembali mendesah-desah merasakan nikmat dari penis perkasa milik pak Herman. Pelan-pelan aku pun kembali bergairah lagi dan tidak butuh waktu lama aku kembali menggoyang pinggulku menyambut sodokan rudal kejantanan si pria paruh baya ini.

“Ohh ahh ahhh ahhh ahhh..”, aku merintih lirih digenjot oleh pak Herman yang seperti tidak ada capeknya ini. Lalu tanpa melepaskan tautan kelamin kami pak Herman mengubah posisinya menjadi duduk. Lalu ia membalik tubuhku menjadi berbaring menyamping dan lalu ia membaringkan tubuhnya dengan posisi di belakangku. Kini di posisi 99 ini pak Herman kembali menghunjam penisnya keluar masuk vaginaku dengan tempo cepat. Aku kembali melenguh nikmat pasrah dengan kenikmatan yang diberikan oleh penis si mandor ini.



Hutan dan sungai ini menjadi arena kami memacu birahi yang mana kelas sosial kami dan para pejantan ini sangat berbeda jauh bak langit dan bumi. Aku, Diana, Agatha dan Anastasya yang gadis keturunan yang berkulit putih mulus serta merupakan kalangan orang kaya sedang berpesta seks dengan pria-pria berkulit gelap dan berwajah buruk yang hanya berprofesi sebagai penebang pohon saja. Semua ini kami lakukan dengan penuh penyerahan dan kesadaran. Hanya dorongan seksual lah yang membuat kami rela membiarkan tubuh indah kami dinikmati oleh para pria yang status sosialnya di bawah kami ini.

Pohon-pohon menjadi saksi bisu persetubuhan interracial yang dilakukan oleh kami dengan Pak Herman dan lima anak buahnya. Suara erangan dan desahan kami yang sedang mengejar puncak kenikmatan saling sahut menyahut dengan diiringi suara air sungai yang mengalir di hutan ini.

Saat sedang asyik-asyiknya tiba-tiba terdengar suara seorang wanita yang memanggil dari walkie talkie milik pak Herman yang disimpan di celananya yang tergeletak di tanah. Pak Herman yang kaget pun segera melepaskan hisapan mulutnya di vaginaku dan mengangkat tubuhku ke samping. Ia lalu buru-buru beranjak ke celananya yang tergeletak di atas sebuah kayu dan mengambil walkie talkie yang terus bersuara tersebut..





~ BERSAMBUNG ~


NB : Dilarang Mengcopy Cerita Ini Ke Blog / Website Manapun Tanpa Seizin TS.
Yang ditunggu, yang ditunggu, Amoy day, amoyday
 
Jav Toys
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd