Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

SORE YANG INDAH

killertomato

Guru Semprot
Daftar
5 Dec 2017
Post
632
Like diterima
39.835
Bimabet
Halo, ketemu lagi dengan saya @killertomato , salam lemper.

Kali ini saya ada sebuah cerita pendek yang sebenarnya sudah saya tulis sejak awal tahun lalu.
Ceritanya asli atau fiksi? Jelas fiksi.
Cerita ini hanya cerita pendek yang sederhana, santai, dan tentunya memiliki banyak kekurangan.
Mudah-mudahan berkenan. Selamat menikmati, sobat ambyar.

Wd7xMQ6f_t.png
cv3JeJ0U_t.png

cR0GaBly_t.png
Ohw9KDRl_t.png

E0iZgsrE_t.png
DpRQRvmo_t.png

.::..::..::..::.



SORE YANG INDAH

Sore kala itu adalah satu sore yang sendu, matahari turun dari tahtanya dengan megah sembari menyebarkan cahaya lembayung jingga berselimutkan awan bagaikan sebaran kapas raksasa di angkasa. Keindahan yang membuat mata memandang tak ingin beranjak meninggalkan ufuk, inilah kemegahan surgawi yang nyata hadir di bumi. Kemegahan yang sering dijumpai, namun jarang disyukuri.

Lokasi perumahan elit CK Resort yang strategis menjadikan penghuninya berada di posisi yang tepat untuk dapat menyaksikan indahnya sunset menuruni bukit meski dari kejauhan. Gelimang cahaya mentari yang hendak kembali ke peraduan untuk menikmati istirahat menyelinap menyampaikan salam esok kan berjumpa kembali, sebuah janji suci sebelum digantikan tugasnya oleh sang rembulan.

Handoko Wijaya turun dari mobil yang diparkir di depan salah satu rumah di Blok-E CK Resort, rumah yang menjadi bukti hasil kerja keras sang eksekutif muda dalam membangun sebuah startup sukses. Handoko yang kemudian menurunkan beberapa barang dari dalam mobilnya berulang kali terkena pantulan cahaya mentari sore.

Menerawang langit, pria yang sering disapa dengan sebutan Han itu tersenyum sambil menatap indahnya sore, ia mengambil ponselnya dan memotret keindahan alam itu beberapa kali. Sungguh indahnya kuasa alam. Cakep banget suasana perumahan ini kalau sore begini, lumayanlah buat ngisi feed instagram.

“Bagus ya?”

Han menengok ke arah suara. Ah, Indah.

Tanpa menggunakan makeup berlebih dan hanya mengenakan baju daster biasa saja, Indah Widuri sudah sangat indah, seindah namanya. Paduan wajah cantik Indah yang berdarah campuran akan membuat pria manapun tergila-gila, apalagi dipadukan dengan bentuk tubuh bak model yang membuat Indah pantas dijuluki wanita idaman, dengan body semampai atas maju bawah mundur. Rambut panjang lurus yang ia gerai beberapa kali melambai terkena terpaan angin nakal yang ingin turut menggoda wanita aduhai yang cantiknya bukan kepalang ini.

Indah memang populer. Sangat populer malah, konon follower instagramnya sudah ratusan ribu, dan dengan cerdas Indah memanfaatkannya untuk menjadi model endorse bernilai jutaan sekali tayang, lumayan buat beli beras katanya. Ya kali, berasnya berkarung-karung.

Dengan senyum nakal, Han mengedipkan mata dan memotret Indah di bawah matahari jingga yang amat indah, dengan filter yang tepat dan pengaturan saturasi, foto yang hanya diambil dengan menggunakan kamera ponsel itu pun menjelma menjadi mahakarya. Setidaknya sebuah mahakarya bagi koleksi foto Instagram Handoko yang biasanya hanya memotret kucing pura-pura pingsan atau teko kopi di cafe buluk tempatnya sering nongkrong.

“Bagus banget, makanya aku foto.” Han terpesona oleh indahnya alam yang hadir dihadapannya. Keindahan lembayung senja, dan indahnya si Indah yang mempesona.

“Aku pasang harga lho. Sekali foto bayarnya mahal.” Indah cekikikan ketika mengetahui Han mengambil gambarnya.

Handoko tersenyum simpul dan menggaruk-garuk kepala, ia menarik kain dalam kantong celananya sampai keluar, pertanda tidak ada uang sama sekali. “Yah, kantong bolong nih. Gimana bayarnya nih, Mbak yang fotonya mahal? Bisa saya bayarnya nyicil?”

“Hmm... gimana yah?” Indah menepuk dagunya berulang dengan ujung telunjuk sambil akting berpikir keras. Di bawah sinar mentari senja, posenya membuat Han bagai melihat lukisan karya pelukis terkenal. Gila ini sih, ini cewek makannya apa bisa cakep kayak gini. “Jangan lama-lama bengongnya, nanti naksir.” Goda Indah sambil tertawa renyah.

“Eh... anu...” Han yang terpergok memandang Indah tanpa berkedip langsung salah tingkah dan menggoyangkan kakinya seakan menendang angin. Tapi bukan Handoko namanya kalau ia salah tingkah di hadapan wanita jelita ini. “Salah sendiri cantiknya super, kan bikin aku jadi terpesona.”

Pujian Handoko berbalik membuat Indah tertegun, kini giliran si cantik itu yang wajahnya memerah.

“Han... Han... bisa aja kamu ini. Gombalnya ga usah banget-banget, noh si We diurusin.” Kata Indah sambil menunjuk kandang kucing di dekat pintu rumah Handoko. We yang dimaksud Indah adalah Weasel, kucing peliharaan Han yang sedang meringkuk memelas karena jatah makannya belum dibagi.

Handoko mendesah panjang, oh iya ya. Lupa dia sama Weasel. Dengan langkah gontai, Han berjalan pulang dan melesakkan ponselnya ke dalam saku. Bubar sudah acara bercengkerama dengan si cantik Indah, ia harus mengurus kucingnya yang kelaparan.

“Euhhmm... Han...?”

Tidak menghentikan langkahnya, Han menengok ke arah Indah. Dia meletakkan barang-barang yang tadi diambil dari mobil ke teras rumah. Selepas itu, Han mencari kaleng makanan si Weasel yang diletakkannya tak jauh dari kandang.

“Kamu laper ga?”

“Ha?” Handoko mengernyitkan dahi dan menengok ke arah Indah yang tengah bersandar ke pintu gerbang rumahnya sambil tersenyum. “Lumayan laper, pulang kerja gini perut biasanya keroncongan. Kenapa emang, Ndah? Mau nawarin?”

“Aku masak agak kebanyakan hari ini, mau makan bareng? Nanti aku bawa ke tempat kamu.”

“Boleh lah, Ndah. Bawa aja.”

Ya mau lah! Gila aja anying, siapa yang ga mau diajak makan bareng sama bidadari secantik Indah? Selain jelita, Indah juga pintar memasak, kemampuan yang sepertinya sudah didapatkannya sejak lahir. Keluarganya punya tangan yang pegang apa aja jadi enak, pegang tempe jadi krispi, pegang tahu jadi bulat. Enak lah. Setidaknya enak sesuai dengan selera Han.

“Oke deeeeh. Tunggu yaaa, nanti aku datang. Untung ada kamu, Han.”

Handoko tersenyum lebar, ini siapa yang beruntung nih? Sembari menyerok makanan kering ke kaleng makan Weasel, “untuuuung, tadi gue ga jadi lembur, We. Ga dapet ajakan noh dari yang begituan.” Han melirik ke arah Indah yang sedang melenggang menuju ke rumahnya untuk mengambil makanan. Ini bukan pertamakalinya Handoko makan masakan yang dibuat oleh Indah, enak banget. Memang ada ya, orang yang diberikan sedemikian banyak kelebihan oleh Tuhan. Sudah cantik, body maut, pinter urus rumah, masak kelas chef.

Weasel bengong menatap Handoko yang tak melepas pandangan dari goyangan pantat Indah.

Meong.

Kucing itu mengingatkan Han, kalau kalengnya belum dimasukkan ke kandang, kita keburu laper nih, bos. Bukannya buru-buru, malah sibuk liatin bokong cewek. Dasar majikan meong. Makan oi makan!

“Duh, lu mah ga demen liat orang seneng, We.” Dengan bersungut, Handoko memasukkan kaleng makanan Weasel ke dalam kandang dan melangkah gontai ke rumahnya, sementara Weasel menikmati makannya dengan bahagia.

“Baru pulang, Han?”

Terdengar suara sapaan dari arah jalan, Handoko menengok, ternyata pasangan suami istri muda Ronald dan Lusi tengah berjalan-jalan sore ini. “Hai, Nal. Lus. Iya, ini barusan pulang. Kalian kok udah jalan-jalan berdua aja. Ga masuk kerja?”

“Iya, berdua aja Han. Ini jogging biasa kok, bukan marathon 10K.” Kikik Ronald sembari melontarkan lelucon garing.

Han nyengir lebar saja.

“Biasalah, Han.” Kata Lusi sambil cekikikan, “Ambil cuti akhir tahun. Berhubung kita ga jadi jalan-jalan ke luar negeri liburan besok, yah sementara jalan-jalan dulu aja muterin komplek.”

Han tertawa. “Begitu ya, . Wah enak ada cuti lama ya.”

“Iyalah... kita lanjut jalan ya, Han...” kata Ronald kemudian.

Han mengangguk dan melambaikan tangan.





.::..::..::..::.





“Jadi, gimana? Enak ga?” Indah penasaran sembari memperhatikan Han.

Han baru saja menyelesaikan makan dan minum jus kotak yang juga disediakan oleh Indah. Ini sih bukan enak lagi, tapi lezat nikmat sedap ya ya ya endol marendol tak kendol-kendol ngeunah. Handoko tersenyum lebar, lantas memiringkan kepala, menggulirkan mata ke atas dan mengetukkan telunjuknya ke dagu. Pura-pura mikir ceritanya – menirukan apa yang tadi dilakukan Indah.

“Ih sebel!” Indah pun tertawa dan mencubit manja perut Handoko.

“Aduh! Wah kok dicubit sih? Juri Masterchef kok dicubit, nanti penilaiannya subyektif lho.”

“Bodo amat!” Indah merengut manis.

“...tapi...”

Meski merengut, Indah melirik ke arah Han, “tapi kenapa?”

“...tapi gimana ga subyektif, kalo chef-nya aja seperti kamu.”

“Kayak aku gimana?”

Chef-nya cantik banget.”

Indah mencubit Han sekali lagi, kali ini di lengan. “Ini malah gombal, ditanyain juga enak apa nggak!”

“Enaaaaakghhh!!! Duh...” Handoko memejamkan mata karena sakitnya cubitan Indah. Iapun berdiri dari kursi makan yang sedang ia duduki dan melontarkan diri ke sofa. Tangannya mengelus-elus lengannya yang panas.

“Eh, sakit ya?” Melihat Han sangat kesakitan, Indah pun buru-buru lari untuk mengejarnya dan ikut mengelus-elus lengan Handoko. “Yaaah, maaf-maaf... Duh, maaf banget yaa...”

Tiba-tiba saja si nakal Han bangkit dan memeluk Indah! Tentu saja Indah langsung menjerit.

“Apaan sih Han!!”

Han melepaskan pelukannya dan tertawa terbahak-bahak. “Maaf... maaf... abis kamu tadi ucul gitu bikin gemes. Kayaknya khawatir banget, jadi aku pura-pura sakit aja.”

“Ga lucu tau! Kirain sakit beneran!”, Indah mencibir dan dengan manja mendorong Han sampai pria itu bersandar di sofa dengan posisi setengah tidur sementara ia beranjak meninggalkan Han, Indah pun berjalan menuju pintu sambil bersungut-sungut.

Handoko segera berdiri dan mengejar Indah, terutama karena Indah berjalan dengan cukup cepat. Sekarang atau tidak sama sekali! Han menjulurkan tangan untuk menggapai lengan ramping sang bidadari. Akhirnya Indah pun terhenti dan berdiri sambil bersandarkan tembok.

“Kamu perhatian banget, terima kasih.” Bisik Han.

Indah menghela nafas, dan tersenyum manis. “Kembali kasih.”

Han berdiri sangat dekat dengan Indah, ia meletakkan kedua tangannya untuk mengapit sisi kanan dan kiri kepala sang wanita jelita itu. Ini bukan main-main lagi. Wajah Indah memerah ketika melihat Han memandanginya dengan wajah amat serius. Indah mengangkat bahunya pertanda ia tidak mengerti, “Kamu mau apa? Apa maksud kamu ini, Han?”

“Boleh aku menanyakan sesuatu?”

“Tentu saja.” Kata-kata Indah makin tak menentu, ia tercekat karena melihat Han makin mendekatinya. Jantungnya berdebar sangat kencang.

“Apa yang akan kamu lakukan kalau aku menciummu?”

Mengagetkan, pasti. Bagaikan petir yang menyambar di siang bolong, meski ini sudah sore dan sudah hampir malam. Indah gelagapan dengan wajah memerah karena tidak tahu apa yang harus dilakukan atau bagaimana menjawabnya. Sementara Han terus mendekat, kini tangan kanannya memegang tangan Indah. Wajah mereka begitu dekat, terlalu dekat dari seharusnya.

“Apa jawabannya?” bisik Han.

“A... aku tidak tahu...” tergagap Indah menjawab, ia merasakan nafas Handoko kian dekat ke wajahnya, makin lama makin dekat. Tidak bisa dielakkan lagi, bibir keduanya bersentuhan.

“Apa kamu bakal diam saja?” bisikan Han makin pelan, namun justru makin terasa panas di dada Indah, sangat panas sekali karena jantungnya berdetak jauh lebih kencang dari seharusnya. Han berbisik kembali, “mungkin kamu hanya akan diam saja dan membiarkan aku melakukannya?”

Wajah mereka teramat dekat dan mata mereka bertautan. Saat itulah Indah tahu ia harus mengatakan sesuatu, wanita cantik itu tersenyum dan berbisik, “Aku hanya akan diam dan membiarkanmu melakukannya.”

Bagaikan lampu hijau, Han bergerak tanpa menunggu waktu lebih lama bergulir.

Keduanya berciuman.

Ciuman yang bagai tautan elektris, yang menghentak batin kedua insan manusia yang tengah dipagut nafsu. Satu tangan Han melilit ke belakang pundak Indah sementara yang satu lagi melingkar di pinggang rampingnya. Tangan Indah otomatis bergerak menaut di leher Han sementara pria itu menekan Indah ke tembok, mulut saling beradu, bibir saling mengelus dan lidah berduel di dalam dan di luar mulut. Saling jilat, saling cium, saling hisap dan menikmati ciuman masing-masing dalam hasrat yang kian memuncak.

Tangan Han turun dari pinggang Indah ke pantat yang terbungkus hot pants jeans ketat. Dengan berani Han mengelus bokong Indah yang sekal, lalu meremas-remasnya sementara Indah sama sekali tidak keberatan. Mata si cantik itu masih terus terpejam, karena ciuman kedua insan ini masih terus berlangsung.

Tentu saja kini dengan berani tangan Han menangkup buah dadanya, ia meremas susu Indah dan menjepit pentil mungilnya yang masih terlindungi busana. Baju Indah makin lama makin tak mampu bertahan, pakaian si cantik itu perlahan-lahan terbuka, terlepas dari tugasnya untuk melindungi tubuh indah sang empunya. Saat bajunya mulai terkuak, ciuman Indah juga makin membabi buta, terlebih saat Han mengelus puting susu Indah yang kini sudah tak tertutup lagi, baik oleh pakaian atau oleh beha. Gerakan mahir Han yang bermain di buah dada Indah terasa bagai kejutan setrum yang menyenangkan bagi wanita jelita bertubuh seksi itu, amat menggairahkan. Indah justru semakin larut dalam hasrat dan menjadi budak nafsu.

Dengan cepat tangan Han beralih lagi, kali ini ke arah kancing celana jeans yang dikenakan Indah. Sentakan demi sentakan kasar Han pada celana Indah membuat bibir kemaluan Indah makin terangsang dengan cepat. Apalagi gerakan kedua tangan Han bagaikan kombinasi maut, satu meremas-remas payudaranya sementara yang satu lagi menggoda selangkangannya.

“Aku menginginkanmu.” Bisik Han sambil melepas celana dan dalamannya.

“Boleh...” jawab Indah dengan singkat, si cantik itu melenguh manja, ia sudah tidak sanggup lagi berbicara normal karena semua rangsangan ini. Hot pants jeans milik Indah tidak bertahan lama, lepas begitu saja.

Indah dibimbing menuju ke sofa, masih dengan pagutan bibir masing-masing. Tangan keduanya lepas dan saling sentuh, makin tak teratur, ke seluruh tubuh, ke semua bagian, yang terbuka ataupun yang tertutup. Pakaian mereka sudah tak lagi menghalangi.

Han meremas, mengusap dan membelai semua bagian sensitif tubuh Indah sementara wanita jelita itu menggenggam dan mengocok kemaluan Han yang kini sudah tegak menantang dunia. Ciuman pada bibir tak bertahan saat keduanya sudah di sofa, kini Han menggunakan mulutnya untuk mengulum dan menciumi buah dada kekasih barunya, penuh rasa dan penuh cita, ini adalah kenikmatan surgawi dan impian tertinggi bagi Han. Impian untuk bisa menyetubuhi wanita seperti Indah!

“Ah!” Indah terpekik kecil, lalu melenguh panjang dan membiarkan cairan cinta membasahi liang kewanitaannya.

Dua insan manusia berbeda jenis itu kini tengah saling tumpuk di sofa, masing-masing mencoba merangsang, mencoba memberikan kenikmatan. Siapa sangka kalau sore ini Han akan disambut oleh Indah seperti ini? Intim, erotis, seksual dan menyenangkan.

“Aku menginginkanmu... sekarang...” desah Han.

“Iya...”

“Kamu mau aku memakai sesuatu?” Han masih tetap mencoba logikanya berjalan.

“Ti... tidak usah...” Indah ingin merasakan sensasi kenikmatan cinta sejati, merasakan tubuh masing-masing. Dia ingin penis Han di dalam vaginanya – tanpa penghalang apapun.

Han melakukannya dengan pelan-pelan, ia mencium bibir mungil Indah sementara di bawah kakinya berusaha merenggangkan kaki sang bidadari. Laki-laki itupun menempatkan kemaluannya tepat di bibir liang cinta Indah.

Dengan pandangan lembut Han menatap Indah. “Siap?”

“He em...” Indah mendesah manja dan mengangguk.

Sambil bergerak pelan dan sopan, Han mulai memasukkan penisnya ke dalam memek sang dewi. Membuat keduanya menikmati permainan cinta sejati. Keduanya sudah pernah satu tubuh! Han sungguh sangat menikmati momen ini, momen spesial, penetrasi pertamanya ke vagina wanita cantik yang teramat spesial.

“Bagaimana?”

“Enak...” bisik Indah yang memejamkan mata kala penis Han berkuasa dalam tubuhnya.

“Mau lagi?”

“Pasti.”

“Apa yang kamu inginkan?”

“Kamu...”

“Kamu pengen aku apain?”

“Masukin... lagi...”

Han menekan tubuhnya ke bawah, dan sembari memeluk Indah, ia menekan seluruh tubuhnya agar penisnya masuk semakin dalam. Semakin berkuasa. Satu tangan memeluk kepala Indah, satu tangan lagi memainkan buah dada Indah semantara di bawah gerakan perlahan namun kencang dan dengan sodokan yang makin mengeras membuat Indah tak mampu lagi menahan lenguhan dan teriakan.

Beberapa saat lamanya keduanya bergerak maju mundur, makin lama makin kencang, makin kencang dan makin menuntut. Tangan-tangan keduanya saling berkait, bagai jangkar yang enggan lepas. Indah tak paham lagi kenapa sungguh nikmat bercinta dengan Handoko. Ia meremas bokong Han sementara laki-laki itu mempercepat gerakannya menumbuk dan melesakkan batang kejantanannya ke dalam liang kenikmatan Indah.

Handoko melenguh keras seperti seekor binatang yang baru saja menangkap buruannya, ia hampir mencapai klimaks dan makin lupa diri. Begitupun Indah yang pikirannya membahana kemana pun langkah pikirannya menerawang.

Han tak berhenti menumbuk.

Lagi dan lagi dan lagi.

Siapa yang pertama kali mencapainya? Mencapai puncak kenikmatan?

Indah berteriak kencang dan mencakar punggung Han yang terbuka, sementara cairan cintanya membanjir dan membasahi kemaluan Han yang juga telah mencapai puncaknya.

Karena terkejut dengan teriakan dan cakaran Indah, penis Han pun terlepas dan keluar dari memek sang dewi. Han langsung ambruk ke sofa.

Keduanya pun tersengal-sengal.

Indah ambruk di atas tubuh Han, cairan cinta miliknya dan Han tengah beradu di dalam liang cintanya sementara keringat keduanya menetes deras.

Han sibuk mengatur nafasnya yang satu dua, sementara Indah merasakan kepuasan luar biasa. Jari jemari Han memainkan rambut menawan Indah sementara ia melepas sedikit rasa lelah. Hebatnya, penisnya masih berdiri tegak!

Indah tidak mau mengecewakan.

“Han...”

“Hmm?”

“Menyesal ya?”

“Menyesal?”

“Seperti ini sama aku.”

“Ya nggak lah, bahagia banget malah. Kalau bisa setiap hari.”

“Yish...”

“Kalau kamu?”

“Aku kenapa?”

“Nyesel ga?”

“Hmm... sedikit.”

“Sedikit?”

“Iya, menyesal sedikit.”

“Kenapa?”

“Kenapa nggak dari dulu.”

Handoko tertawa geli. Ia masih menginginkan tubuh Indah yang sempurna ini, tubuh seindah ini tidak boleh dibiarkan menganggur terlalu lama. Harus segera dientotin lagi!

“Kamu itu ganteng banget, Han.” Kata Indah sambil menghujani wajah Handoko dengan ciuman bertubi. Ia merasakan kemaluan Han mengeras diantara pahanya. Oh iya, Han belum sampai klimaks. Indah pun bergerak menyusur ke bawah dan mulai mengocok kemaluan Handoko. “Yang ini juga ganteng banget.”

Indah melirik ke atas dan tersenyum saat matanya bertautan dengan mata Han. “Boleh?”

Han tertawa, “Sok atuh mah. Sok. Ambil semua.”

Indah ikut tertawa, ia lalu mencium ujung gundul batang kejantanan Han. Begitu perkasa dan indahnya penis ini, betapa ia amat menginginkannya. Indah menjilati batang kemaluan Han mulai dari ujung pangkal hingga ke bagian kepala gundul. Indah melakukannya beberapa kali sementara rambutnya diselampirkan ke sisi.

Akhirnya Indah melesakkan kemaluan Handoko ke dalam mulutnya, membiarkan benda yang juga baru saja membuat vaginanya berontak keenakan itu untuk masuk dan bertahta di mulutnya. Gerakan mulut Indah bagai melucuti kulit penis Handoko, naik turun secara kontinyu. Gerakan itu pelan tapi pasti, kadang lentur, kadang cepat. Menyesuaikan dengan gerakan pinggang Han yang makin keenakan. Indah pun menangkup kemaluan Han, mengocoknya pelan.

Handoko hanya bisa melenguh keenakan, mimpi apa dia semalam dapat ginian ya?

Indah melakukan yang terbaik untuk memuaskan Han hari ini, ia memegang erat batang kejantanannya, lalu menjilat dan mengulumnya sembari mengelus-elus paha dan perut sang pria yang baru saja menyetubuhinya, Indah juga meremas berulang kantong kemaluan Han dan mengusap-usap selangkangannya. Handoko menggeram dan melenguh berulang kali tanpa bisa menahan diri, ia menarik rambut lurus Indah, menahan kepalanya, dan mulai menghentakkan pinggulnya seirama dengan sepongan Indah. Lalu Handoko mencengkeram kepala Indah dengan kedua tangan sembari menyodokkan penisnya keluar masuk mulut sang bidadari.

Tapi...

“Udah Ndah... udah... aku ga kuat lagi... sudah hampir...” Handoko mencoba menahan diri.

Indah mengeluarkan penis Handoko dari dalam mulutnya, “terus? Kenapa berhenti? Keluarin aja.”

“Hahh?? Se... serius, Ndah? Kamu ga apa-apa?”

Indah menggelengkan kepalanya sambil tersenyum. Memikirkan ledakan penis Handoko di dalam mulut justru semakin membuatnya makin panas dan bernafsu. “Tidak. Sama sekali tidak keberatan.”

“A... aku belum pernah melakukan ini.”

“Kalau begitu aku jadi yang pertama melakukannya untukmu.” Indah meringis sembari menangkupkan bibirnya pada batang kejantanan Han dan memainkan kantong kemaluannya dengan jari-jemarinya.

“Gila, Ndah. Kamu benar-benar... gila... ini...” Han melenguh saat mulut Indah dan kontolnya kembali bergerak seirama seperti sediakala.

Indah bisa merasakan sedikit penegangan di kantong kemaluan Handoko. Ia tahu pasti apa yang akan segera terjadi. Laki-laki itu memejamkan mata dan melenguh berulang sembari mengucapkan namanya berulang kali. Ia pasti sudah mencapai puncaknya. Indah pun bersiap-siap.

“Ndah... Indahhhh!!” Han melenguh sewaktu batang kejantanannya membanjiri kerongkongan Indah dengan air maninya. Ia melakukannya untuk beberapa saat lamanya, mengeluarkan seluruh isi nafsunya yang dikeluarkan ke dalam mulut sang bidadari. Sesuatu yang membuat Indah cukup kagum dengan banyaknya cairan mani yang dikeluarkan Han, sementara sesuatu yang membuat Han sedikit merasa bersalah karena ia tidak merasa nyaman mengeluarkan air maninya di mulut Indah.

Dengan kikuk Han menarik penisnya dari mulut Indah, mereka berdua berpandangan dan tersenyum saling mengagumi, sama-sama merogoh hati melalui mata. Indah mendongak sekejap untuk membantu dirinya sendiri menelan semua pejuh yang ada di rongga mulutnya.

Han ternganga dan garuk-garuk kepala. Wah... wah... cewek ini memang... tidak henti-hentinya membuatnya terkagum-kagum.

Semua terasa begitu menakjubkan dan menyenangkan, ini benar-benar seks yang bakal dikenang sepanjang hidup. Penuh nafsu, penuh pelepasan syahwat. Tidak ada yang menahan kedua insan yang bertetangga ini kala mereka melepas semua keinginan pemuncak mereka. Keduanya mencapai puncak, keduanya saling memuaskan.

Keduanya berpelukan dalam tubuh penuh keringat yang saling mengagumi dan mendamba. Mata Han terpaku pada bulat indah mata sang dewi.

“Awal yang Indah, Indah.”

“He em...”

“Mau lagi?”

“Pasti. Kalau perlu setiap hari.”

Han tertawa. “Kamu emang manis banget, Indah.”

Cowok itu segera mengecup bibir mungil sang dewi. Indah membalasnya, keduanya kembali berpagutan dalam pelukan.

Tiba-tiba saja...

Indah melepaskan ciuaman dan mengejapkan mata. “Itu suara mobil, Han!”

Handoko terduduk. “Eh iya!”

“Cepetan!” Indah lari ke arah kamar mandi sembari membawa pakaiannya yang berserakan, sementara Handoko buru-buru mengenakan celana dan kaus serta merapikan sofa yang baru saja digunakannya bermain cinta dengan Indah.

Degup jantung Han berpendar tanpa jeda, laki-laki itu sungguh tak percaya, ia benar-benar baru saja bermain cinta dengan wanita sejelita Indah!

Duh, bukan saatnya memikirkan itu sekarang, bege! Fokus, Han! Fokus!

Terdengar suara pintu depan dibuka.





.::..::..::..::.





“Bu, udah pulang?” tanya Han sambil memasang wajah innocent. Dia memang pandai memajang wajah tanpa ekspresi alias poker face, wajah yang tak akan menimbulkan rasa curiga pada siapapun. Paling hanya Weasel aja yang bakal melengos.

“Udah, itu bantuin Linda dong, Han. Bawaannya berat.” Kata Ibu mertuanya sambil menunjuk ke arah pintu. Di balik pintu terlihat seorang wanita cantik yang sedang hamil delapan bulan menenteng beberapa tas plastik besar berisikan barang belanjaan.

Handoko pun buru-buru membantu Linda, “duh udah tau perutnya udah segini, kok ya bawa yang berat-berat, sayang. Tadi harusnya manggil aku aja.”

“Kelamaan, Mas. Mas kan di dalem, aku teriak juga ga bakal keluar. Lagian hpku juga habis batrenya.”

“Istrimu itu memang begitu, Han. Ga pernah mau ngrepotin siapapun. Kalau orang Jawa bilang, kamu itu wong bejo dapat istri yang apa-apa maunya dikerjain sendiri.” Kata Ibu mertuanya lagi sambil meletakkan tas di atas meja makan. “Lho, kok ini udah ada makanan, siapa yang nyiapin?”

Handoko melirik ke arah satu sudut dan dari sudut tersebut muncul wajah Indah.

“Aku, Mah. Tadi kebetulan ada sisa waktu masak. Willy keluar kota hari ini, tadi nelpon. Ya udah, eman banyak makanan, aku bawa ke sini. Pas bareng si Han pulang, makanya aku bawa ke sini.”

“Waaah... asyik. Paling suka sama masakannya Indah. Willy sering banget ya keluar kota akhir-akhir ini, ga apa-apa sering-sering aja. Emang banyak benefit-nya tetanggaan sama kakak sendiri. Hihihi...” kikik Linda sambil buru-buru menuju meja makan usai menyerahkan tas belanjaan ke Handoko yang kemudian bolak balik mengambil barang-barang dari mobil. Ibu muda hamil itu tanpa malu mencomot gorengan yang ada di meja makan. “Ini nih, bikin tempe aja bisa sensasional begini. Makasih banyak yaaa.”

“Kayak apa aja sensasional. Apa sih yang nggak buat kamu, nDut.”

“Maaah, tuh Indah.”

“Ndah, ga baik godain ibu hamil. Adikmu itu baru baper banget. Ibu aja dari tadi diomelin melulu.” Ujar sang ibu yang duduk santai di depan TV untuk melepas lelah. Ia tak tahu bahwa beberapa saat yang lalu, sofa yang ia duduki adalah lokasi bermain cinta dua insan yang saat ini bahkan tak berani beradu mata.

“Dari dulu emang baperan anaknya.” Kata Indah sambil tersenyum nakal dan memeluk Linda. “Tapi aku sayang banget sama si baper ini. Mirip siapa ya anaknya Linda besok?”

“Ya cakepnya kayak aku lah. Apes-apesnya ya kayak Han.” Kata Linda sambil terkekeh.

Handoko mendengus, “yah, apes-apesnya.” Dia masih bolak-balik ke mobil untuk mengangkut tas belanjaan yang seakan-akan tidak ada habisnya.

Indah, Linda dan ibu mereka pun tertawa.

“Nggak apes lah, Han juga ganteng, kok.” Indah melirik ke arah Han yang disambut dengan pandangan penuh tanya dari adik iparnya itu. “Jadi pengen ikutan hamil. Kalau aku yang hamil bagaimana ya?” kata wanita jelita itu kemudian sambil mengelus-elus perutnya. Tanpa diketahui Linda dan ibu mereka, Indah mengedipkan mata ke arah Han. “Kira-kira nanti anaknya akan mirip siapa?”

Handoko hanya tersenyum simpul dan salah tingkah.





SORE YANG INDAH
SELESAI.

no quote
 
Terakhir diubah:
Jav Toys
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd