Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

Suara Hati Istri XXX

Iseng-iseng nulis cerita terinspirasi dari sinetron yang sering ane tonton. Beberapa pemeran wanitanya ane tertarik untuk membuat cerita fiksinya.





Namaku Icha, aku dianugerahi wajah yang cantik, tubuh yang tinggi. Banyak pria yang tergila-gila padaku. Namun aku tolak karena aku ingin fokus berkarir sebagai selebgram berhijab. Sehari-hari aku berhijab, sudah sekitar 5 tahun aku berhijrah. Dahulu saat masih menjadi gadis sampul aku belum berhijab. Namun seiring dengan trend, hari ini model dan selebgram hijab pun diterima oleh pasar. Seiring dengan usia yang terus bertambah, orang tuaku menyuruhku agar segera membangun rumah tangga. Pada akhirnya aku menerima tawaran orang tuaku untuk dipinang oleh Adi, seorang pria dengan usia beberapa tahun di atasku. Dia adalah seorang eksekutif sukses yang berhasil menjadi direktur BUMN dalam usia 31 tahun. Tentu dari segi kekayaan dia sudah mapan. Aku merasa cocok dengannya karena dia juga lebih dewasa dari ku. Soal fisik dia cukup tampan dan good looking. Aku merasa beruntung bisa dipilih olehnya.

Pertunangan pun tiba, beberapa bulan kemudian kami menikah. Tak perlu waktu lama bagi kami untuk saling mengenal. Kami merasa sudah cocok satu sama lain. Tibalah waktu yang sangat sakral bagi kami, yakni malam pertama. Malam ini aku akan menyerahkan keperawananku kepada suamiku. Dia pun akan merenggut keperawananku.

Wangi harum melati semerbak ke setiap sudut kamar pengantin kami yang dihias warna dominan merah jambu. Berbalut kaos ketat yang juga berwarna pink dan celana legging, aku berbaring di ranjang. Aku masih mengenakan jilbab karena Mas Adi menginginkan aku tidak melepasnya. Mas Adi ada di sisiku. Matanya yang bening menatapku penuh rasa cinta, sementara jemarinya yang halus membelai lembut tanganku yang sedang memeluknya.

Malam ini adalah malam pertama kami sah untuk sekamar dan seranjang. Suasana yang romantis, ditambah dengan sejuknya hembusan AC, sungguh membangkitkan nafsu. Mas Adi memelukku dan mengecup keningku, lalu mengajakku berdoa pada Yang Maha Kuasa seperti pesan pak ustaz yang mengisi khutbah pernikahan kami. ”Andaikan apa yang kami lakukan malam ini menumbuhkan benih dalam rahim, lindungi dan hindarilah dia dari godaan setan yang terkutuk.”

Dari kening, ciuman Mas Adi turun ke alis mataku yang hitam dan lebat, lalu berlanjut ke hidung dan terus hingga sampai ke bibirku. Ciuman kami semakin lama semakin bergelora, dua lidah saling melumat diikuti dengan desahan nafas yang semakin memburu. Tangan Mas Adi yang tadinya memeluk punggungku, mulai menjalar ke depan, perlahan menuju ke gundukan payudaraku yang cukup besar. Tidak lama kemudian, kaosku pun terkuak, juga kaitan BH-ku yang melingkar di punggung. Kedua bukit kembar ku pun tersembul keluar. Tampak indah menggoda dengan ukurannya yang besar dan bentuknya yang bulat sempurna, lengkap dengan putingnya yang mungil kemerahan.

Sementara Mas Adi mengelus dan memandanginya dengan kagum, aku juga berhasil membuka kaosnya, melepas singlet dan juga celana panjangnya. Hanya tinggal celana dalam masing-masing dan hijabku yang masih memisahkan tubuh telanjang kami berdua.

Kubisikkan kata-kata cinta padanya. Mas Adi tersenyum dan menatapku sambil berkata bahwa dia juga amat mencintaiku. Dia lalu melanjutkan ciumannya ke leherku, turun ke dada, dan dengan amat perlahan, mendaki bukit payudaraku dengan lidahnya. Saat sampai di puncak, Mas Adi menjilat dan mengulumnya dengan penuh nafsu. Diperlakukan seperti itu, putingku yang sudah mengacung keras, makin menegak tak karuan.

”Oughhh.. Arrgghhhhh…” aku jadi mendesah dan meracau tidak jelas. Mataku terpejam, sementara bibirku yang tebal sensual sedikit merekah. Sungguh sangat menggairahkan sekali.

Sambil terus mencucup, tangan Mas Adi mengelus, meremas dan memilin puting di puncak bukit satunya lagi. Dia seperti tidak ingin buru-buru, seperti ingin menikmati detik demi detik yang indah ini secara perlahan. Mulutnya berpindah dari satu sisi susu ke sisi satunya lagi, diselingi dengan ciuman ke bibirku, membuatku makin berkeringat. Aku cuma bisa membalas dengan mengacak-acak rambutnya liar, bahkan kadang-kadang menarik dan menjambaknya, yang penting birahiku terlampiaskan.

Dengan berbaring menyamping berhadapan, Mas Adi melepas celana dalamku. Satu-satunya kain yang masih tersisa. Perlakuan yang sama kulakukan kepadanya, membuat kontolnya yang sudah sedemikian kerasnya mengacung gagah. Mas Adi membelai kakiku sejauh tangannya bisa menjangkau, perlahan naik ke paha, berputar-putar, berpindah dari kiri ke kanan, sambil sesekali seakan tidak sengaja menyentuh gundukan berbulu lebat milikku.

Sementara aku yang juga sudah tidak sabar, segera membelai dan menggenggam kontolnya. Kukocok benda itu, kugerakkan tanganku maju mundur.

”Ahhhssss…” Mas Adi melenguh nikmat.
Melalui paha sebelah dalam, perlahan tangan Mas Adi naik ke atas, menuju ke memekku. Begitu tersentuh, aku mendesah semakin keras. Nafasku juga semakin memburu. Perlahan Mas Adi membelai rambut kemaluanku, lalu jari tengahnya mulai menguak ke tengah, membelai dan memilin-milin tonjolan daging sebesar kacang milikku yang sudah sangat licin dan basah.

Tubuhku langsung menggelinjang, pinggulku bergerak ke kiri ke kanan, juga ke atas dan ke bawah. Keringat semakin deras keluar dari tubuhku yang montok.

Di atas, ciuman Mas Adi menjadi semakin ganas. Ia mulai menggigiti lidahku yang masih berada di dalam mulutnya. Sementara tangannya semakin cepat bermain di atas klitorisku, mengelusnya maju-mundur dengan cepat, hingga tak lama tubuhku mengejang dan melengkung, kemudian terhempas keras ke tempat tidur disertai erangan panjang. Orgasme yang pertama telah berhasil ia persembahkan untukku.

Kupeluk dia dengan erat dan berbisik, “Ohh… nikmat sekali. Terima kasih, sayang.”

Mas Adi yang tidak ingin beristirahat lama-lama, segera menindih tubuhku, lalu dengan perlahan menciumi payudaraku, dan terus ke bawah hingga ke perut, ke bawah lagi, dan terus ke bawah, hingga deru nafasku kembali terdengar berisik disertai rintihan panjang begitu lidahnya mulai menguak lubang memekku. Cairan vagina ditambah dengan air liur Mas Adi membuat lubang hangat itu semakin basah.

Mas Adi memainkan klitorisku dengan lidahnya, sambil kedua tangannya meremas-remas pantatku yang padat berisi. Tanganku kembali mengacak-acak rambutnya, sambil sesekali kukuku yang tidak terlalu panjang menancap di bahunya. Ngilu tapi nikmat rasanya. Kepalaku terangkat lalu terbanting kembali ke atas bantal menahan kenikmatan amat sangat yang diberikan oleh Mas Adi. Perutku terlihat naik turun dengan cepat, sementara kedua kakiku menjepitnya dengan kuat.

Tak tahan, kutarik kepalanya, lalu kucium dia dengan gemas. Mas Adi menatap mataku dalam-dalam, meminta ijin dalam hati untuk menunaikan tugasnya sebagai suami. Tanpa kata, aku mengiyakannya. Akhirnya, tiba juga saat itu. Sambil tersenyum manis, kuanggukkan kepalaku.

Mas Adi memberikan kontolnya untuk kukulum sebentar, sekedar untuk membasahinya, sebelum akhirnya dengan perlahan, mengarahkannya menuju liang kewanitaanku. Dia menggosok-gosoknya sedikit untuk menambah bukaan memekku, kemudian dengan amat perlahan, menekan dan mendorong masuk.

Aku langsung merintih keras, kesakitan. Spontan kudorong bahunya, meminta Mas Adi untuk berhenti sebentar. Air mata meleleh di sudut mataku.

Mas Adi yang tidak tega, segera menarik kembali penisnya. Dia memeluk dan menciumiku. Hilang sudah nafsunya saat itu juga.

”Maafkan aku, sayang..” aku berkata penuh sesal.

”Iya, aku mengerti.” Mas Adi melumat bibirku. ”kita coba lagi nanti.”

Setelah beristirahat beberapa lama, Mas Adi mencoba memulainya lagi, dan lagi-lagi gagal. Dia sangat mencintaiku sehingga tidak tega untuk menyakitiku.

Aku sendiri juga sangat ingin melakukannya. Tapi mau bagaimana lagi, rasanya memang sangat-sangat sakit. Jadilah malam itu kami tidur berpelukan dengan tubuh masih telanjang. Aku meminta maaf kepadanya dengan mengoralnya sampai keluar. Tapi Mas Adi kelihatan tidak begitu puas. Dia ingin memecah perawanku. Aku bisa mengerti kegusarannya.

****

Jam 10 malam keesokan harinya, kami kembali masuk kamar dengan bergandengan mesra, diikuti oleh beberapa pasang mata dan olok-olok saudara-saudara iparku. Olok-olok dan sindiran dari mulut saudara-saudara ipar, kutanggapi dengan senang dan bahagia.

Seperti biasa, setelah saling merayu dan memuji, kami segera melepas pakaian masing-masing. Dengan tubuh sama-sama telanjang kecuali hijabku yang masih menempel, kami naik ke atas tempat tidur dan berpelukan dengan erat. Setelah berciuman dan saling remas beberapa saat, aku pun segera menghisap penis Mas Adi. Kulakukan sampai dia hampir keluar. Sebelum moncrot, Mas Adi meminta untuk berhenti. Sepertinya dia benar-benar berniat akan mangambil perawanku malam ini.

Mas Adi memintaku untuk berbaring telentang di tempat tidur. Dia menarik lututku hingga aku mengangkang. Telungkup tepat di bawahku, muka dan mata Mas Adi persis berada di depan vaginaku. Dia memelototi bagian dalam memekku yang merah basah, sungguh menggairahkan. Dengan dua jari, Mas Adi membuka dan memperhatikan bagian-bagiannya.

”Aku baru tahu kalau klitoris bentuknya tidak bulat, tetapi agak memanjang. Aku bisa mengidentifikasi mana yang disebut Labia Mayor, Labia Minor, Lubang Kemih, Lubang Senggama, dan yang membuatku merasa sangat beruntung, aku bisa melihat apa yang dinamakan Selaput Dara, benda yang berhasil kau jaga utuh selama ini. Jauh dari bayanganku, selaput itu ternyata tidak bening, tetapi berwarna sama dengan lainnya, merah darah. Di tengahnya ada lubang kecil.” Dia menerangkan.

Tidak tahan berlama-lama, Mas Adi segera mulai menciumi memekku. Dia memainkan klitorisku dengan lidahnya yang basah, hingga membuatku kembali mengejang.

”Arghhhhh…” merintih keenakan, kujepitkan kedua kakiku ke kepalanya erat-erat, seakan tidak rela untuk melepaskannya lagi.

Dana terus memilin, menyedot, dan memain-mainkan klitoris kecilku dengan lidah dan mulutku. Dia semakin liar, bahkan aku sampai terduduk menahan kenikmatan yang amat sangat.


Aku lalu menarik pinggulnya, sehingga posisi kami menjadi berbaring menyamping berhadapan, tetapi terbalik. Kepala Mas Adi berada di depan memekku, sementara aku dengan rakusnya telah melahap dan mengulum batang penisnya yang sudah sangat keras dan besar. Oughhh… rasanya sungguh nikmat tiada tara.

Tapi Mas Adi kelihatan kesulitan untuk melakukan oral terhadapku dalam posisi seperti ini. Jadi dia memintaku kembali telentang di tempat tidur. Mas Adi lalu naik ke atas tubuhku, tetap dalam posisi terbalik.

Hampir bobol pertahanan Mas Adi menerima jilatan dan hisapan lidahku yang hangat dan kasar. Apalagi saat kumasukkan kontolnya ke dalam mulutku seperti akan menelannya, kemudian aku bergumam. Getaran pita suaraku seakan menggelitik ujung kemaluannya, membuatnya menggelinjang keras. Bukan main nikmatnya.

Karena hampir tidak tertahankan lagi, Mas Adi segera mengubah posisi. Wajah kami berhadapan. Kembali dia menatap mataku, membisikkan bahwa dia sangat menyayangiku. Mas Adi juga bertanya, apakah kira-kira aku akan tahan kali ini? Kucium bibirnya dengan gemas sebagai jawaban, kuminta dia untuk melakukannya pelan-pelan.

Mas Adi menuntun kontolnya menuju lubang vaginaku. Berdasarkan pengamatannya tadi, Mas Adi tahu dimana kira-kira letak Liang Senggamaku. Dia menciumku sambil menurunkan pinggulnya pelan-pelan.

Aku langsung merintih tertahan, tapi kali ini tanganku tidak lagi mendorong bahunya. Mas Adi mengangkat lagi pinggulnya sedikit, sambil bertanya apakah terasa sangat sakit. Dengan isyarat gelengan kepala, kukatakan bahwa aku juga sangat menginginkannya.

Setelah memintaku untuk menahan sakit sedikit, dengan perlahan tapi pasti, Mas Adi menekan pinggulnya. Dia memasukkan kontolnya sedikit demi sedikit.

Kepalaku terangkat ke atas menahan sakit. Mas Adi segera menghentikan usahanya saat melihatku meringis. Dia menatap mataku lagi, meminta persetujuan.

Meski ada setitik air mata disana, tetapi sambil tersenyum, aku menganggukkan kepala. ”Lakukan… sayang!” bisikku lirih.

Mengangkat pinggulnya sedikit,Mas Adi kemudian menekannya lagi pelan-pelan. Saat aku sudah tidak menolak, dia lalu mendorongnya kuat-kuat.

”Heggkkhhh…” aku mengerang keras sambil menggigit kuat bahunya. Kelak, bekas gigitan itu baru akan hilang setelah beberapa hari.

Akhirnya, setelah melewati perjuangan keras dan menyakitkan, seluruh batang Mas Adi berhasil masuk ke dalam lubang memekku. Dia tampak bangga dan bahagia telah berhasil melakukan tugasnya. Mas Adi menciumi bibirku dengan mesra, dan menyeka butir air mata yang mengalir dari sudut mataku.

Aku membuka mata. Sebagai istri, aku juga bahagia. Di balik rasa sakit yang kualami, aku juga telah berhasil mempersembahkan satu-satunya milikku yang berharga pada suamiku.

Setelah rasa sakitku sedikit mereda, perlahan Mas Adi menarik keluar kontolnya, lalu menekan lagi, ditarik lagi, ditekan lagi, begitu terus berulang-ulang, tapi tetap dalam tempo pelan, takut membuatku kesakitan. Baru setelah memekku bisa menerima kehadiran kontolnya, dia melakukannya dengan sedikit cepat.

Setiap Mas Adi menekan masuk, aku mendesah. Dan kali ini bukan lagi rintihan penuh kesakitan, tapi desisan dari rasa nikmat yang amat sangat yang menyerang memekku saat kontol kaku Mas Adi menggesek cepat permukaannya yang hangat dan lembut. Menimbulkan rasa nikmat tiada tara yang baru kali ini kurasakan. Rasanya lebih nikmat dari sekedar jilat atau petting. Rupanya, beginilah kenikmatan persetubuhan yang sebenarnya. Oughhh… aku menyukainya. Kurasa, aku bisa ketagihan dan tergila-gila dibuatnya.

Butir-butir keringat mulai membasahi tubuh telanjang kami berdua. Nafsu birahi yang telah lama tertahan terpuaskan lepas saat ini. Kepalaku mulai membanting ke kiri dan ke kanan, seiring kontol Mas Adi yang mengocok lubang memekku semakin cepat.

”Oughhhh… Sshhhh…” aku merintih. Kupeluk erat tubuh Mas Adi sambil sesekali kukuku menancap di punggungnya.

Pijitan dan jepitan erat memekku membuat Mas Adi jadi tidak tahan lagi. Sambil menancapkan batang kontolnya dalam-dalam, ia pun menyemburkan spermanya banyak-banyak ke dalam rahimku. Suamiku kalah kali ini. Dia memeluk dan menciumi wajahku yang basah oleh keringat, sambil berucap terima kasih.

Mataku yang bening indah menatapnya bahagia. Meski tidak sampai orgasme, tapi aku sangat puas bisa mempersembahkan milikku yang paling berharga kepadanya.

Mas Adi menambahkan, ”Aku titip padamu, jaga baik-baik anak kita bila benih itu tumbuh nanti.”

Aku mengangguk mengiyakan. Kami baru sadar bahwa kami lupa berdoa sebelumnya, tapi mudah-mudahan Yang Maha Esa selalu melindungi benih yang akan tumbuh itu.

Seprai merah jambu sekarang bernoda darah. Mungkin karena selaput daraku cukup tebal, noda darahnya cukup banyak, hingga menembus sampai ke kasur. Itu akan menjadi kenang-kenangan kami selamanya.

Malam itu kami hampir tidak tidur. Setelah beristirahat beberapa saat, kami melakukannya lagi, lagi, dan lagi. Entah berapa kali, tapi yang pasti, pada hubungan yang ke dua setelah tertembusnya selaput dara itu, Mas Adi berhasil membawaku orgasme, bahkan lebih dari satu kali. Dia yang sudah kehilangan banyak sperma, menjadi sangat kuat dan tahan lama, hingga akhirnya dia menyerah kalah dan tergeletak dalam kenikmatan dan kelelahan yang amat sangat…

Part 2: page 2
Part 3: page 3
Part 4: page 6
muaantaaap
 
Tak terasa satu tahun berlalu, kehidupan pernikahan kami cukup bahagia. Mas Adi bisa selalu memuaskanku di ranjang. Begitupun aku bisa membuatnya puas. Secara materi kami berkecukupan. Banyak kawan-kawan yang iri dengan kami. Mas Adi memperlakukanku dengan sangat baik. Aku pun melayaninya dengan sepenuh hati. Namun masih ada satu hal yang kurang, aku belum diberi amanah berupa anak. Padahal kami berhubungan seks cukup sering, apalagi saat awal pernikahan. Kami juga sempat berbulan madu selama satu minggu ke Bali. Namun mungkin memang belum rezeki. Ibuku dan ibu mertuaku mulai agak rewel soal ini. Mereka menginginkanku segera memberi cucu kepada mereka. Aku pun mulai penasaran, jangan-jangan ada masalah dalam kesuburanku atau kesuburan mas Adi.

"Mas, kita cek ke dokter yuk! Sudah satu tahun tapi aku belum hamil, aku takut ada masalah dengan kesuburanku."
"Boleh, kita berdua cek ya. Mudah-mudahan gak ada masalah." ujar Mas Adi.

Kami pun mendatangi seorang dokter kandungan. Lalu kami dicek di laboratorium. Hasilnya sperma Mas Adi bagus. Namun sel telurku terlalu kecil, tidak sesuai dengan ukuran normal. Mungkin ini salah satu sebab aku susah hamil. Dokter mengatakan bahwa perlu terapi agak lama untuk mengatasinya. Dan kemungkinan berhasil atau tidaknya fifty fifty. Aku pun bersedih, ternyata aku yang bermasalah.

"Mas, maafin aku, aku gak bisa kasih kamu anak."
"Ngomong apaan sih? Kita kan masih berusaha, kamu kan masih bisa sembuh."
"Tapi peluangnya cuma fifty-fifty mas. Bisa aja gagal."
"Sayang, aku akan tetap cinta kamu walaupun kondisi kamu begini."
"Makasih sayang."

POV Orang Ketiga



Ratna


Adi bekerja seperti biasa di kantornya. Tiba-tiba, datang seseorang yang cukup menarik menyapanya.
"Selamat siang Pak Adi, perkenalkan saya Ratna, sekretaris pribadi Pak Adi yang baru." ujarnya.
"Oh ya, silahkan duduk dulu. Wah, kamu masih muda ternyata ya." ujar Adi.
"Iya pak, saya ditempatkan pihak HRD di sini untuk menggantikan Pak Johan yang mengundurkan diri."
"Oke, itu meja kamu ya di sebelah sana. Kamu sudah paham kan tugas-tugas kamu?" tanya Adi.
"Sudah pak, saya sudah membaca juga arsip-arsip dari sekretaris sebelumnya." ujarnya.
"Baik, selamat bekerja. Mudah-mudahan betah ya di sini."
"Terima kasih pak"

Ratna adalah seorang perempuan karir yang sangat cantik dan berhijab. Dia merupakan lulusan universitas ternama. Adi kaget karena pihak HRD menempatkannya sebagai sekretaris pribadi. Entah, apakah dia akan bisa untuk menahan godaan agar tidak menyukai Ratna atau tidak. Namun dia senang karena di rumah dia mempunyai Icha dan di kantor ada Ratna. Ah seandainya Ratna bisa juga diperistri, namun itu hanya khayalan belaka. Mengingat Icha pasti sangat sakit hati kalau dia selingkuh.

Namun dalam hatinya Adi tidak memungkiri bahwa dia menyukai kecantikan Ratna. Dia selalu memperhatikan gerak gerik Ratna saat bekerja. Bahkan dia kadang ngaceng membayangkan tubuh molek Ratna bisa dia nikmati, Begitulah laki-laki, selalu tidak cukup dengan satu wanita. Namun Adi masih menjaga sikap di depan Ratna, karena mereka baru kenal. Seminggu setelah Ratna masuk, barulah Adi berani mengajak Ratna makan siang berdua.

"Ratna, makan siang yuk."
"Eh, iya Pak Adi. Boleh, sama karyawan lain kan?"
"Enggak, kita berdua aja. Gak apa-apa kan."
"Eh, tapi gimana karyawan lain kalau nyangka kita macam-macam pak?"
"Ya gampang, bilang aja kita berdua meeting sama klien."
"Yaudah deh, terserah bapak aja."

Mereka berdua pun berangkat ke restoran padang yang cukup besar, Adi mulai membuka percakapan.

"Ehm, Ratna, kamu nyaman kan kerja selama ini?"
"Eh, iya pak, nyaman banget. Temen-temen juga pada ramah dan asyik sama aku."
"Kalau ada yang ganggu kamu bilang ya, biar aku beresin hihi"
"Hehe baik pak, makasih."
"Eh, jangan manggil aku bapak donk. panggil mas aja"
"Eh, tapi gak enak pak."
"Tuh kan, manggil bapak lagi. Umur kita kan ga terlalu jauh. Yaudah deh di kantor kamu manggil bapak, kalau di sini manggil mas ya."
"Baik mas. hehe"
"Nah, gitu donk."
"Ehm, emangnya istri mas gak marah kalau kita makan siang berdua begini?"
"Loh kok kamu malah nanya gitu, ya istriku ga boleh marah donk. Ini kan bagian dari pekerjaan, kita kan harus saling kenal supaya antara bos dan sekretaris bisa bagus kinerjanya."
"Eh iya pak kalau gitu."

Mereka pun menyantap santap siang yang sudah dihidangkan sejak tadi. Adi kembali memancing Ratna dengan spik2 iblisnya.

"Ratna, jujur kamu cantik banget tahu. Pasti banyak yang naksir ya."
"Ih, mas bisa aja. Aku biasa aja kok."
"Serius, kamu tuh cantik banget, pasti pacar kamu juga ganteng dan tajir hihi."
"Ih, mas Adi bisa aja. Aku belum punya pacar kok mas."
"Ah, masa sih. Serius aku kaget, ga mungkin kamu belum punya cowok."
"Aku masih belum mau pacaran mas, aku fokus pengen berkarir aja. Soalnya aku tinggal punya ibu yang sakit-sakitan. Aku juga punya adik yang masih kuliah dan SMA. Sebagian gajiku aku sisihkan buat mereka."

Mendengar pengakuan Ratna tiba-tiba aku jadi iba, aku jadi kagum dengan perjuangannya.

"Eh, maaf ya. Kamu jadi cerita begitu sama aku."
"eh, gak apa-apa kok mas."
"Ehm, tapi jodoh itu tetep penting loh Rat, emang kamu gak punya rencana buat nikah?"
"Rencana sih ada, tapi ya aku mesti nabung juga, paling target aku 3-4 tahun lagi."
"Loh, buat cewek secantik kamu tinggal cari calon suami yang tajir, kamu gak perlu keluar duit banyak."
"Hhm.. tetep aja ga enak mas."
"Kamu luar biasa ya, jarang loh cewek kayak kamu."
"Hihi biasa aja, mas sendiri gimana sama istri dan anak?"
"Ehm, aku belum punya anak Rat, tapi sama istri alhamdulillah akur."
"Eh, maaf mas, semoga bisa diberi keturunan ya segera."
"Iya makasih, kemarin kami habis dicek ke dokter. Ternyata memang kesuburan istriku agak kurang."
"Tapi masih bisa diobatin kan mas?"
"Iya bisa, doain ya Rat."
"Iya mas.
"Tapi enak loh, kalau aku udah nikah, kalau lagi pengen minimal ada pelampiasan hihi"
"Ih, mas ngomongnya vulgar deh."
"Ya kamu juga makanya cepet nikah, biar bisa enak-enak sama pasangan halal nanti hihi."
"Hhe iya mas."

Dalam hati Ratna mengakui bahwa dia memang mempunyai libido yang cukup tinggi, namun selama ini dia salurkan itu dengan masturbasi. Dia juga mengakui bahwa sosok Adi membuatnya nyaman. Namun Ratna tetap menjaga agar hubungan mereka sebatas teman. Dia tidak mau menjadi pelakor yang merebut suami orang.
curhaat ni yee
 


Malam itu Ratna sendiri sedang pulang menuju rumahnya. Kebetulan dia habis lembur di kantornya. Sendirian, dengan motor maticnya dia melalui sebuah jalan yang sepi. Waktu sudah menunjukan jam 9 malam, namun jalanan tersebut tetap kosong. Tiba-tiba sebuah mobil memepet motor Ratna dan lalu menghalangi jalannya. Ratna pun mengerem mendadak, untung tidak sampai terjatuh. Mobil tersebut juga berhenti. Dari dalam mobil tersebut keluar tiga orang bertampang preman. Ratna menduga mereka adalah begal yang akan merampas motornya.

Ratna: Siapa kalian? Nih ambil kunci motor saya.
Preman: Ayo angkut bro!
Ratna tiba-tiba dibawa ke dalam mobil, satu orang dari mereka mengambil kunci motornya lalu mengendarai motornya mengikuti mobil yang menuju suatu tempat.
Ratna berada di jok belakang bersama seorang berbadan besar yang bernama Tole. Sementara yang menyupir adalah anak buah Tole yakni Dani. Yang mengendarai motornya Ratna adalah Samson.

Tole: Bener-bener cantik kamu ya. Bisa bersenang-senang kita malam ini.
Ratna: Jangan, tolong lepaskan saya, dasar kalian bajingan keparat!
Tole: Hehe.. kamu bener-bener deh.. aku dah ngaceng nih..
Tole sedang berposisi memeluk Ratna, karena untuk mencegahnya kabur, namun Tole juga sudah menggrepe-grepe payudara Ratna.
Dani : Bagi-bagi donk bos, asyik banget kayaknya di belakang.
Tole: Yee.. fokus nyetir aja kamu, ini jatah gue haha

Mereka pun sampai di sebuah gudang tua yang jauh dr pemukiman. Setelah lampu dinyalakan, mereka bertiga masuk gudang bersama Ratna. Ratna kemudian diikat tangannya dan dibaringkan di sebuah kasur tua. Ratna masih mengenakan baju kerjanya lengkap dengan jilbabnya, yang membuat para preman tersebut menelan ludah.

Samson: Gila bos, barang bagus ini. Jadi pengen gue hehe
Tole: Sabar bro. Gue dulu, kalian nanti setelah gue hehe
Dani : Ya bos, tadi di mobil apa belum puas grepe-grepe cewek cantik ini?
Tole: Diem lu Dan, gue bosnya, jadi suka-suka gue hehe

Ratna: Heh, mau apa kalian? Apa salah saya sama kalian?
Tole: Eh neng manis kok galak, salah kamu karena kamu cantik sih, bikin kita ngaceng
Ratna: Biadab! Kurang ajar. Aku laporkan ke polisi ya kalian!
Samson: Gak bisa neng, handpohone kamu dah kami pegang hehe.
Dani : Udah bos, kita garap aja sekarang hehe
Ratna: jangan... Aaaahhh tolong.. jangan perkosa aku.....

Adi : hentikan!
Ratna: Mas Adi? Kok bisa di sini?
Tole : Heh, siapa kamu? Mau sok jadi pahlawan ya?
Adi : Aku tadi mengikuti kamu dan para bajingan ini, aku khawatir kamu kenapa-kenapa pas pulang, ternyata benar.
Samson: Udah bos, sikat aja.
Samson kemudian berusaha memukul Adi dengan satu pukulan ke perutnya, namun berhasil ditangkis. Adi berhasil membalas dengansatu pukulan mengenai perut Samson.
Samson: Sialan!
Lalu Tole dan Dani pun ikut maju, Adi kena beberapa pukulan, akhirnya dia pun tidak berhasil karena dikeroyok. Adi pun kemudian diikat dan ditempatkan di sebelah Ratna.

Tole: Hahaha mau melawan kami ya, dasar sok pahlawan.
Adi: bangsat kalian!
Dani : Bos, kayaknya dia pacarnya di cewek deh.
Tole : Kamu pacarnya ya, bagus, kamu akan lihat cewek kamu kita kerjain.
Ratna: Ampun.. tolong lepaskan kami..
Samson: enak aja kalian...
Ratna: Silahkan ambil motor dan uang kami, tapi lepaskan kami.

Tole: Hhm... aku punya ide... aku ingin lihat kalian berdua ngentot hahaha
Dani : Wah asyik tuh bos...
Samson: Asyik nonton bokep langsung...

Ratna dan Adi serentak kaget, Adi kaget namun sekaligus ngaceng, karena dia akan ngentot dengan Ratna. Sementara Ratna ketakutan.
Adi : Aku gak mau, bangsat kalian!
Ratna: Mas Adi, makasih mau jaga kehormatanku.

Tole: Kalau kalian gak mau, maka aku akan tembak pria ini, ujar Tole sambil mengeluarkan pistol.
Ratna dan Adi kemudian kaget, mereka lunglai..

Ratna: Baik, aku mau melakukannya, asal kalian jangan apa-apakan Mas Adi.
Adi: Ratna? Jangan!
Ratna: Gak apa-apa mas, daripada aku diperawani oleh tiga preman itu, lebih baik aku serahkan keperawananku padamu.
Adi: Ratna, kamu gak harus lakukan ini.

Tole: Ayo lakukan! jangan diem aja!

Ratna kemudian mulai membuka kancing-kancing blazernya, kemudian kancing kemejanya. Mulai terlihat kulit putihnya yang sangat mulus bagai bidadari, payudaranya masih tertutup bra pink. Jilbabnya masih terpasang, saat akan dibuka Adi mencegahnya, Ratna tidak jadi membuka jilbabnya. Ratna sudah tidak memakai kemeja lagi, hanya bra yang menutup payudaranya. Seluruh laki-laki di ruangan itu terpesona dengan kemulusan kulit Ratna. Tibalah yang ditunggu-tunggu, Ratna kemudian membuka bra nya. terpampanglah payudara perawan yang masih ranum belum pernah disentuh siapapun. Sangat menggemaskan.

Dani dan Samson mulai mengocok kontol mereka. Adi pun sudah ngaceng setengah mati. Ratna kemudian mencium Adi, adi pun membalas ciuman Ratna sambil tangannya bergeriliya ke payudara Ratna.

Adi dalam hati: Oh, ini nikmat banget...
Setelah puas berciuman dan memainkan payudara Ratna, Adi membuka baju dan celananya, terlihat kontol Adi yang sudah tegak. Ratna pun sudah cukup sange berat.

Ratna pun segera memegang kontol Adi, mengocok-ngocok lalu mengulumnya.
Adi: OOhhhh... aaaahhhhhh
Tole: Hahaha dah mulai menikmati rupanya...
Dani dan Samson masih mengocok kontolnya menikmati adegan live show tersebut.

Ratna mengulum dan menyepong dengan cukup ahli, membuat Adi hampir mencapai klimaks, mengetahui Adi yang hampir kelojotan, Ratna pun melepas kocokannya. Dia lalu membuka rok kerja dan celana panjangnya, terpampanglah tubuh Ratna yang indah dan montok. MEmeknya pun mulus tak berambut. Lagi-lagi semua pria di ruangan itu terpesona dengan keseksian tubuh Ratna.

Ratna: Mas cepat lakukan..
Adi: Ratna, benar gak apa-apa lakukan ini?
Ratna: Demi keselamatan kita aku rela mas.

Ratna berbaring telentang, Adi kemudian berusaha memasukan kontolnya.
Ratna: Aaaahhhh sakit mas....
Adi: Tahan Ratna...
Adi pun mulai menggenjot dan pecahlah keperawanan Ratna...
Ratna: Aaaaahhh... Maaasssss......
Terlihat ada noda darah....
Lalu adi pun mulai menggejot Ratna... sampai lima menit kemudian Adi klimaks... dan menumpahkan spermanya di memek Ratna...

Dani, Samson dan Tole pun klimaks memancarkan spermanya sambil melihat live show Adi Ratna. Hanya Ratna yang belum mendapatkan klimaksnya.

Samson: Mantep bos, lemes nih.
Tole: Bentar lagi kita yang ngerasin haha

Setelah mencapai klimaks, dengan cepat Adi merebut pistol yang diletakan Tole di meja, lalu adi mengancam ketiga orang tersebut.
Tole: Sialan kamu ya, ayo kabur kawan-kawan.

Mereka bertiga pun kabur..
Adi: Ratna, maafin aku ya.
Ratna pun menangis tersedu-sedu. Mereka pun berpelukan.

***
Di sebuah tempat yang sepi
Adi: kerja bagus, ini bayaran kalian.
Tole: Makasih bos, lain kali kita pengen juga nyicipin ceweknya hihi
Adi: Enak aja, sewa aja lonte tuh pakai duit dari gue.
ternyata ooh ternyata
 

Icha

Sang kakek yang bernama Suparjo tersebut dipersilahkan masuk ke halaman rumah Icha dan Adi. Di halaman yang lumayan luas itu memang terlihat rumputnya kurang terawat. Baik Icha maupun Adi memang kurang dalam mengurus halaman rumahnya.

Kakek tersebut terlihat bertubuh kekar, berkulit hitam, bercelana jins pendek dan kaos oblong yang agak kotor. Hal tersebut boleh jadi karena aktifitas sehari-hari yang memang selalu melibatkan fisik.

"Pak, namanya siapa?" ujar Icha.
"Eh, saya Suparjo neng." ujar kakek.
"Oh iya pak saya Icha, tolong ini rumput yang di halaman saya dibersihkan ya." ujar Icha.
"Oh baik neng.." ujar si kakek.

Kakek Suparjo pun dengan telaten membersihkan halaman rumah. Icha memantaunya dari kursi yang berada di depannya sambil memainkan hp dan membawakan minum untuk si kakek. Mereka berdua pun kemudian ngobrol.

"Neng Icha sendirian aja di rumah?" tanya Pak Parjo memulai pertanyaan.
"Iya pak.." jawabnya.
"Suami dan anak pasti kerja dan sekolah ya?" tanya si kakek lagi.
"Eh suami aja kerja pak, saya belum punya anak." ujar icha.
"Wah... kirain hehe..." ujar si kakek sambil memotong rumput.

"Kalau Pak Parjo, sudah punya keluarga?" tanya Icha.
"Istri dan anak saya di kampung neng. Mereka bertani. Saya yang mengadu nasib ke Jakarta. Tapi karena kurang keterampilan ya akhirnya kerja serabutan begini." ujar Parjo sambil mengeluh.
"Ya syukuri aja pak, yang penting masih ada pekerjaan kan." ujar Icha.
"Iya neng..." ujarnya..

Sambil memotong rumput Parjo sering melirik-lirik ke wajah cantik Icha, siapapun tidak akan tahan kalau berduaan dengan perempuan cantik seperti Icha.

Parjo juga melirik buah dada Icha yang masih kelihatan tonjolannya walaupun terbungkus gamis. Dalam hati Parjo berpikir betapa beruntungnya kalau dia punya istri seperti Icha.

Icha pun sadar bahwa Parjo sedang melirik dirinya. Melihat itu Icha merasa was was dengan Parjo.

Hari itu Icha sedang menggunakan setelan yang cukup santai. Dia memakai celana panjang kulot yang tidak ketat, dengan atasan berupa kaos lengan panjang dan jilbab santai untuk dirumah.

Melihat Parjo yang jelalatan terhadap Icha, dia pun memutuskan untuk masuk ke dalam rumah dan mengerjakan pekerjaan rumah yang belum diselesaikan. Icha mencuci piring yang masih menumpuk di wastafel.

Tanpa diduga, 10 menit kemudian Suparjo mengendap-endap dari belakang, lalu mendekatkan goloknya yang tadi digunakan untuk memotong rumput ke dekat leher Icha. Supardjo mengancam Icha agar mau menuruti kemauannya. Tangan kanannya mendekatkan golok ke leher dan tangan kirinya memeluk Icha dari belakang.

Icha pun spontan berteriak, "Aawwwwww......! Apa-apaan ini....!"
"Diam kamu, kalau kamu gak ikut mau aku, aku gak segan-segan lukai kamu." ujar Parjo.
"Dasar kamu ya, udah aku kasih pekerjaan, kamu malah menusuk aku dari belakang," ujar Icha marah.
"Hehehe siapa juga yang tahan berduaan dengan cewek secantik kamu sayang," ujar Parjo.

Suparjo lalu membawa Icha ke kamarnya dan merebahkan Icha di atas ranjangnya, tempat dia bergulat dengan suaminya. Parjo tetap mengacungkan goloknya ke tubuh Icha. Parjo yang sejak tadi sudah ngaceng lalu membuka celana dan sempaknya. Ternyata kontolnya besar, hitam dan berurat. Lebih besar dari suaminya. Melihat itu Icha spontan tutup mata, Parjo memaksa Icha melihatnya dengan mengancamnya. Akhirnya Icha melihatnya. Dalam hatinya Icha kaget dan kagum dengan penis Suparjo. Dirinya merasa libidonya naik melihat pemandangan di depannya. Parjo lalu membuka kaosnya, terlihat badannya yang cukup berotot karena aktifitas fisiknya. Hal ini membuat Icha semakin terangsang. Tapi Icha harus tetap menjaga imagenya sebagai wanita solehah. Dia tidak mau menyerahkan diri untuk diperkosa oleh Parjo.

"Brengsek kamu, awas akan aku laporkan kamu ke polisi," ujar Icha kepada Parjo.
"Hehe.. Silahkan saja lapor.. Namun kamu pun akan menanggung aib karena sudah bercinta denganku." ancam balik Parjo.

Parjo kemudian menindih tubuh Icha sambil memegang goloknya. Parjo yang sudah telanjang bulat sementara Icha masih menggunakan pakaian lengkap dengan hijabnya. KOntol Parjo sudah ngaceng dan menusuk memek Icha dari luar celananya.

"Aawwww..........hentikan....., brengsek kamu......" ujar Icha..
Parjo kemudian membuang goloknya dengan melemparnya, kini kedua tangannya leluasa untuk memperkosa Icha.

Parjo menyasar terlebih dahulu mulut Icha, dia memaksanya untuk bisa menciumnya. Bibir Parjo mendekat ke mulut Icha, Icha berusaha menolaknya. Namun sia-sia, tenaga Parjo terlalu kuat untuk ditandingi Icha.

Menyadari bahwa sia-sia Icha melawan, Icha mulai mengeluarkan air mata. Ia sedih karena harus mengkhianati suaminya dengan melayani tua Bangka tersebut.

“Mmhhh… mmmhhh….. Aaaaahhhh…” kamu cantik banget…

Setelah puas dengan bibir dan wajah cantik Icha, Parjo pun dengan cepat membuka pakaian Icha. Pertama celana panjangnya dia turunkan. Terlihat paha mulus da putih yang membuatnya semakin bernafsu. Lalu kaosnya dia singsingkan ke atas sehingga terlepas. Terlihat Icha hanya menggunakan bra dan celana dalam saja. Tangan Icha reflek menutup dua bagian sensitifnya tersebut.

Parjo yang sudah bernafsu segera menyingkirkan tangan Icha, lalu meraih melepaskan branya. Parjo mulai menyusu kepada Icha…

“Aaaahhh.. susu kamu mantap banget.. aku suka….”

Tangan kanannya meremas-remas susu Icha, sementara mulutnya menyusu di teteknya yang membuat nafsu….

“AAaahhhh… lepasin… jangan…. “ ujar Icha… Terlihat Icha sudah hampir menyerah dan pasrah.. Icha hanya terpejam di garap oleh Parjo…

Setelah puas menggarap susunya, Parjo kemudian mencoba memasukan kontol ke memek Icha..

“AAwwwww……” Icha menjerit saat kontol besar itumulai memasuki memeknya…

“Aarrghhh.. enak banget memekmu…” ujar PArjo yang keenakan saat memasukan kontolnya ke memek ICha…

PArjo mulai menggenjot kontolnya….

“Aarrrggghhhh…. Enak… Aaaahhhh… Aaaahhhhh….” Ujar Parjo…

“Aaahhh… aaahhh… Ooohhhh…” Icha mulai mengikuti ritme parjo dengan mendesah keenakan…

“Hahaha dasar lonte…. Keenakan juga kamu… Ooohhh….” Ujar PArjo…

Namun sayangnya Parjo sudah tidak tahan… Staminanya kalah oleh nafsunya. Dia tak tahan lagi… Akhirnya dia memuntahkan maninya ke memek Icha..
“Aaaahhh… jangan di dalam……” ujar Icha…

Crot… Crootttt… Crott…. Tiga kali mani PArjo menyembur ke memek Icha…

Icha segera mencabut kontol Parjo, terlihat maninya sangat banyak sampai tumpah-tumpah..
awaas nanti kebanjiran 😂😂😂🤣🤣🤣
 
Jav Toys
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd