Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA Tales of Red Riding Hood (oneshot)

Status
Please reply by conversation.

darkside13

Semprot Holic
UG-FR
Daftar
29 Apr 2011
Post
323
Like diterima
24
Lokasi
Yokohama
Bimabet
Sebuah One-shot dari pada menjadi sampah binary yang menumpuk dalam hardisk.
Owe coba kembali posting dimari.





"ngebucin sih boleh aja, tapi ya jangan goblog"
Andri


"Dicintai oleh mu bagaikan oase di padang pasir"
Reinhart to Sinka

"Andaikan Aku mampu melakukannya, pasti akan kubalas semua perasaan mu"
Yosef


"Setiap saat bayangan mu hadir, ajaib! beban dan penat ku hilang"
Sinka to Reinhart
"kalau udah dasarnya cuma mau manfaatin doank bakal sulit dah kesananya"
Naomi
"Gak ada istilahnya waktu yang gak tepat beb, semua udah diatur dalam garis waktunya"
Andri
"You still have lot more to work on"
Yosef

"Kebahagian bukan kebohongan kan kubuktikan semuanya pada mu bahwa diriku telah banyak berubah karena dirimu"

"Berawal dari ciuman
Memeluk erat lehernya
Yaaa. Sebagai pengganti sala
m"
 
Terakhir diubah:
TALES OF RED RIDING HOOD



“Udah bangun belum?” chat diterima pukul 09:00
“nanti siang aku jemput ya, kita nonton sayang, sekalian aku mau beli sepatu basket, yang lama solnya udah gak nyaman” chat diterima pukul 09:15
Isi chat di ponsel berlogo buah tergigit miliku, yang tentu saja dikirm oleh kekasih ku yang selalu berusaha perhatian.
Ada 2 kali miscall darinya, biasanya yang pertama untuk mengecek bahwa aku sudah bangun atau belum, yang kedua guna membangunkan ku.

Ternyata waktu sudah menunjukan pukul 09:30, hari libur membuat diriku enggan beranjak dari kasur, inginnya sih tidur seharian. Dasar pemalas, diriku berusaha melawan rasa kantuk dan malas yang mendera ini.
Segera aku meregangkan otot-otot lenganku, lalu menuju wastafel. Sambil menyalakan kerannya lalu membasuh wajahku dengan air yang segar. Ibarat ngecharge, badanku belum seutuhnya terisi penuh, aku pun membuka kulkas dan mengambil botol berisi air lalu menuangkannya pada gelas yang sudah ku sediakan sebelumnya.

Cukup dengan meminum 2 gelas sepertinya sudah membuat badanku agak segeran. Aku mengecek ponsel dan membalas beberapa chat yang masuk, termasuk chat dari kekasihku Reinhart.
Sambil mengikat rambutku aku keluar dari kamar dan menuruni tangga menuju lantai bawah. Tercium aroma kari yang membuat perutku agak meronta, minta diisi.
“ci… tumben masak” kulihat ciciku sedang asik mengaduk isi panci, lalu ia mencicipi kuahnya sedikit sambil memandang kearahku.
“eh dudut, nih aku baru eksperiment bikin kari, wanginya sih oke, rasanya juga lumayan sih, coba deh kamu rasain” ciciku menyodorkan sendok kuah kepadaku dengan agak ragu ragu aku mengambilnya.
“tapi ini aman kan ci?” tanyaku sedikit bercanda.
“yah elah, coba aja dulu”
Langsung saja aku mengecapi kuah tersebut, dan hmmm diluar ekspektasi, kuahnya cukup juicy namun tidak terlalu tajam. Overall sih oke lah buat percobaannya kataku.

“aah serius? Yeeeaay, ayo kita sarapan dulu” ajak cici sambil melepas apronya, lalu menggantungkannya ditempat yang sudah tersedia.
“tumben nih, nyoba-nyoba resep, hmmm pasti buat kak yosef ya? Heheh”
Wajah cici bersemu merah, tak dapat menyembunyikan perasaannya yang saat itu sedang agak canggung ketika dibahas soal orang yang ia sukai.
“ihh apaa, aku Cuma pengen bisa aja bikin kari, lagian kan sebentar lagi lebaran, moment yang pas bukan?” jawabnya meski aku tahu dia sedang berusaha tidak salah tingkah dengan alasan yang mengada-ada.

“halah, cici… kayak aku anak kecil aja yang bisa di bego-begoin haha” saat itu pula cici mencubit pipi ku
“udah ah, kita makan dulu mumpung nasi sama karinya masih anget”
“hahaha, iya ci…”
Akhirnya kami sarapan dengan nasi kari buatan cici yang masih eksperimental namun cukup memuaskan.
“oh iya ci… nanti siang aku mau pergi nonton” jelasku sambil menghentikan sejenak aktifitas sarapanku.
“oh ya, sama siapa?”
Saat aku hendak menjawab cici kemudian memotongnya
“oh sama yang naik Nisan GTR itu ya?” tebakannya memang tepat, nampaknya dia sudah tahu hal itu.
“Rein ya kalo gak salah namanya?” lagi lagi ia menerka dengan tepat, aku yakin cici sudah mengenalnya.

“loh kok cici tau? Ah jangan-jangan selama ini cici kepoin aku ya? Atau jangan-jangan cici nguntit aku sama Rein hah?”
“sembarangan, Orang dia pernah HS sama aku, dan aku iseng nanyain hubungan kalian, soalnya pas sebelum HS kalian berangkat bareng bukan?” Aku jadi agak deg degan, gimana ceritanya cici tau kalo Rein bareng aku pas HS, padahal waktu itu bisa dikatakan kalo Rein gak keluar dari mobilnya sama sekali.

“Shinta Naomi gituh…” cici mengibaskan Poninya berbangga diri.
“hmmm pasti ada mata-mata, wah bahaya nih, mesti lebih jaga jarak lagi”
“ehh santai aja dut, aku tau dari Andri… Dia yang pertama mergokin kalian jalan bareng dan makan bareng di café punya tantenya Shani tempo hari.
“astaga iya, aku lupa” aku menepuk keningku, betapa terkejutnya aku saat itu saat Andri memergoki kami, tapi untungnya ia memberi kami saran agar tidak terlalu mencolok di depan publik, bahkan saat itu Andri memanggilku bukan dengan namaku melainkan dengan sebutan Karin.

Memang orang yang satu itu selalu saja unik tingkahnya.
“oh iya waktu itu Andri bilang kamu terlalu jor joran gitu, harusnya ya peka lingkungan juga, untung aja ada Andri”
“iya-iya maaf ci, lagian sekarang-sekarang aku juga udah main aman kok” pungkasku lalu, cici kemudian tersedak.
“main aman maksudnya?” matanya agak dipicingkan mendengar pengakuanku yang agak ambigu.
“eehh, maksudnya kita berusaha semaksimal mungkin bikin kondisi aman gitu ci, pasti mikir yang laen-laen ya?” tuduhku, meski sebenarnya aku dan Rein sudah ngapa-ngapain. Ya pacaran masa kini lah.

“ahaha, iya-iya becanda. Kok gitu aja serius”
“cici kali yang udah bebas enak ngapa-ngapain juga, gak ada aturan bla bla bla”
“hus seenaknya aja kamu,aku masih single lah…” bantahnya sambil melahap kembali makanannya.
“iya single nunggu yang di jepang pulang kan? Alias kak Yosef, hahaha” saat itu pula wajah cici merah padam sambil cemberut dan berusaha denial.

“apa sihh… kamu ngada-ngada aja dari tadi, udah ah aku jadi gak nafsu makan nih” Cici menaruh sendok dan garpunya disamping piring.
“yaah gak apa-apa kali ci, kalian kan emang cocok”
“masaa? Yang bener?” mimik wajahnya langsung berubah 180% yang asalnya agak bête menjadi sumringah. Tentu saja aku saat itu tertawa terbahak-bahak melihat perubahan raut wajahnya itu dan saat itu juga cici melempar lap meja kearahku namun berhasil aku tangkap.

----

Sudah masuk pukul 11:00 aku pun sedang fokus berdandan, karena sebentar lagi Rein akan segera menjeputku. Beberapa menit kemudian ponselku berdering, ku lirik ponselku yang berada diatas meja riasku, nampaknya itu telepon dari Rein, segera ku mengangkatnya.
“Siang sayang, aku lagi otw nih, mungkin 20 menitan lagi sampai, kamu udah siap kan?” ujar Rein dari sebrang sana.
“aku lagi make up-an nih, kayaknya kamu nyampe sini, aku udah siap”
“oke sayang, udah gak sabar nih ketemu kamu yang makin cakep tiap harinya” godanya.
Rein memang selalu bisa menggodaku dengan kata-katanya yang meski terkesan gombal namun tetap saja membuatku mengawang-ngawang.
“iya, hati-hati di jalannya, bawanya nyantai aja gak usah kebut-kebut”
“ok, love you”
“love you too” kumatikan ponselnya lalu melanjutkan kembali hal yang tertunda tadi yaitu make-upan
.
Beberapa menit kemudian setelah aku menyelesaikan riasanku, aku bersolek dan mengambil beberapa foto selfie. Lalu kupilih salah satu yang paling menarik dan kukirimkan kepada kekasihku.
Setelah beberapa lama tak ada balasan, kemudian pesan masuk.
Beberapa emoticon love dan hug. Dan terdengar suara mobil yang terparkir di garasi, ternyata Rein sudah sampai. Aku segera turun ke bawah, disana cici sedang membukakan pintu untuk Rein.
“wah dudut cantik banget, terus kok kamu agak kurusan nih” Cici memuji penampilanku, namun ku balas meledeknya.
“iya donk, emang cici yang sekarang gemukan, hehe” tentu saja cici langsung mencubit hidungku, dan aku pun meringis, Rein yang saat itu ada di depan ku hanya bisa tersenyum melihat kelakuan kami.

“hai sayang, seperti kata Naomi, kamu cantik tapi sayang…”
“sayang apa?” cici dan aku kompak bertanya hal tersebut.
“sayang udah ada yang punya, heheh” ternyata Rein bisa garing juga, kemudian ia mengusap-usap kepalaku, lalu merangkul ku, awalnya aku agak canggung saat Rein melakukan itu di depan cici, tapi nampaknya cici biasa saja.
“Shinta, saya Rein mohon izin untuk mengajak adik anda berjalan-jalan serta menonton film, dan mungkin kita akan berbelanja barang juga dinner di malam harinya”
Tentu saja pernyataan Rein yang cukup formal membuat cici dan aku tertawa renyah.

“apaan sih, silakan saja tuan Rein, kalo bisa jangan dibawa pulang aja, soalnya dirumah juga Cuma ngabisin cemilan dan makanan aja” canda cici.
Akhirnya kami berpamitan. Dan meninggalkan kediamanku.

----

Ditengah perjalanan disela-sela kemacetan, Rein selalu menghadapkan wajahnya, memandangku agak lama lalu tersenyum tanpa berkata-kata, dan itu membuatku salah tingkah. Kadang juga ia membelai pipi dan rambutku, kemudian mengusap kepalaku.
Aku tidak tahu sedalam apakah perasaan Rein padaku, namun aku merasakan bahwa Rein benar-benar menyayangiku.

“hey sayang kalo kamu pengen ngemil tuh dibelakang ada mochi, buka aja, kalau mau habisin, habisin aja”
Dia juga mengetahui hobiku yang doyan ngemil. Apalagi mochi.
Tapi kali ini aku menolaknya, soalnya aku sedang menjaga pola makanku agar tidak terlalu banyak ngemil.
“gak ah, aku lagi gak pengen ngemil, nanti merusak pola dietku heheh”
“oke deh, tapi kalo segigit gak masalah kali” tawarnya
“nanggung sayang, kalo segigit…”
“ini mochi agak beda soalnya” katanya
“maksudnya?” tanyaku agak keheranan
“coba aja, segigit” Rein membukakan bungkusan mochi, lalu menyerahkan sebutir mochi padaku.
Karena penasaran, dan kalo segigit mungkin tidak mengapa bila kucoba.

“Hmm gak ada yang aneh kok sayang, kamu ngerjain aku ya?”
Lalu ia mengambil mochi yang sudah aku gigit ujungnya dan melahapnya.
“hmmm manis banget sayang, jadi bener ya liur bidadari itu bisa bikin makanan atau benda jadi sangat manis, soalnya sebelumnya ini rasanya pait loh”
seketika aku tersipu malu kemudian membuang muka darinya, berusaha menyembunyikan wajah ku yang memerah.
“apaan sih, jayus bener kamu sayang”
Rein terkekeh.

Kemudian ia memandangku lagi, dan akupun memandangnya, sebelah tangannya memegang daguku, jantungku mulai berderu kencang, wajahnya agak mendekat padaku, kupejamkan mataku.
Aku bersiap menunggu kejutan darinya, namun apa yang terjadi, Rein hanya mengusap ujung bibirku dengan tissue.
“ada sisa makanan tuh sayang, udah aku bersihin”
Apa! Rein ngebuat perasaanku naik turun bagai roller coaster, betein tau.

Aku jadi agak tengsin, segera aku membuang muka sambil cemberut, udah jalanan macet ditambah Rein becandain aku, mood yang udah bagus malah jadi tiba-tiba rusak.
“sayang…” aku tidak menggubrisnya dan terus memandang kesisi lain, lalu dia menepuk pundaku sekali lagi dan memanggilku.
Aku jadi reflek berbalik, dan…
Cup kami berciuman.

Moodku yang tadinya down tiba-tiba kembali membaik. Ciumannya sangat lembut, kemudian aku pejamkan mataku perlahan, menikmati momen-momen berciuman ini. Agak cukup lama, sampai klakson mobil di belakang kami berbunyi, dan mengejutkanku sehingga spontan aku melepaskan ciumannya, lalu melihat Rein yang masih dalam posisi yang sama, lalu tersenyum.
Ia kembali fokus mengemudi, tanpa berkata-kata. Untungnya kaca film mobil ini cukup gelap, sehingga tidak memudahkan orang untuk mengintip kedalam.

----

Setelah sampai di pelataran parkir, kami berbenah diri agar keberadaanku tidak terlalu mencolok dan mengundang perhatian, biasanya aku memakai masker, tapi… Kekasihku memberikan kacamata agak gelap dipadu dengan topi.
“apa gak berlebih nih yang?” tanyaku
“gak lah, lagian diluar emang lagi panas-panasnya.”
“oke silakan tuan putri” Rein membukakan pintu untuk ku sambil berlaga bak seorang buttler.
Sepanjang di jalan menuju lift ke lantai tujuan Rein menggenggam erat tanganku, sampai akhirnya ia melepas perlahan dan berjalan agak berjauhan saat tiba di depan lift.
Ia tersenyum kearahku, lalu bergumam
“kamu cantik”
“Sebel deh, udah ah lama-lama ntar jadi bosen”
“tapi aku gak bosen, malah kamu makin gemesin kalo udah sok sok kesel gitu” katanya.
Tatapan matanya yang tajam itu sering membuatku salting. Tatapan maut cowok itu dapat menghanyutkan kalau cici bilang.

Dan sejujurnya aku pun tak pernah bosan.
Lalu sampai lah pada destinasi pertama, toko sepatu.
Memang dasarnya cowok mungkin ya, hanya hitungan kurang dari 5 menit dia sudah mengambil beberapa model sepatu lalu mencobanya satu persatu dan menunjukan pada ku.
“gimana nih? Oke?” model pertama aku kurang sreg karena mungkin terlalu rame coraknya.
Lalu yang kedua ia coba dan sepertinya aku lebih suka yang ini.
Aku mengangguk mengiyakan.

Tanpa banyak Tanya dia langsung membawanya kepada SPG dan diberikannya nota. Lalu menuju kasir.
“yang… gak dites dulu, lari atau lompat-lompat misalnya?” Tanya ku keheranan
Rein tersenyum seraya mengusap pipiku perlahan.
“bagiku apa yang udah kamu tentukan dan kamu sukai itu sudah cukup, udah bisa jadi tolak ukur bahkan jadi ngemotivasi aku, lagipula mau sepatu sebagus punya atlet NBA, tapi kalo skillnya jelek ya jelek sayangku… Overall ini nyaman kok” tak kusangka Reinhard memberikan jawaban yang cukup membuatku agak terperanjat.
“hmm” aku mengangguk memahami maksudnya.

“dah sekarang kita waktunya isi perut, aku tau pasti cacing yang lucu di perutmu sudah meronta-ronta buka” timpalnya
“ihh, dasar! Kamu ya” kucubit lengannya, kemudian kugandeng dan kusandarkan kepalaku dibahunya, sambil berjalan meninggalkan outlet.
Rein menghentikan langkahnya setelah beberapa saat. Aku menoleh melihat apa yang terjadi padanya.
“Kamu yakin gak mau aku beliin sepatu juga?”wajahnya agak serius dan nampak penasaran.
“ih serius kan bulan lalu aku abis beli sepatu juga” meski rein pria yang cukup berada, aku sama sekali tak ingin terlalu bergantung pada kekasihku ini, lagi pula aku juga punya penghasilan sendiri.

Sambil menghela nafas Rein mempererat gengaman tangan kami “haah… its ok, sayang… pokonya kalo kamu perlu sesuatu bilang aja, gak usah sungkan”
“apaan sih, kayak aku tuh udah jadi tanggungan kamu aja” kubalas dengan pukulan halus tepat didadanya.
“emang kamu gak mau jadi tanggunganku seutuhnya? haha”
“serius? “ Tanyaku balik
“Ya aku kan manusia, hanya berupaya semaksimal mungkin, biarkan waktu yang menjawab sayang”
“he em” aku mengiyakan, memang benar kita masih tidak tau apa yang akan terjadi kedepannya, berapa banyak rintangan yang akan kami lalu bersama, namun komitmen kami yang telah kami bangun akan terus kami jaga.

---

“disini lagi?” Tanyaku meyakinkannya
“ya, aku suka tempat ini tempatnya nyaman, makanannya lumayan enak… yang lebih penting gak banyak fans kamu yang suka kesini. Kamu keberatan sayang?”
Aku tersenyum mengiyakan sambil mengenggam erat tangannya.
“so… ini artinya kamu gak keberatan kan” Rein mengusap rambutku dan mendekapku. Kami turun dari mobil, lalu menuju pintu masuk utama.

Café ini adalah merupakan salah satu café milik tantenya Shani, beliau memang memiliki banyak perusahaan dan jenis usaha yang bermacam-macam, seperti kuliner, musik bahkan taman hiburan.
“selamat datang” sapaan khas waitress terdengar cukup bersemangat saat kami memasuki café tersebut.
“Steak n Shake” gumamku.

“wagyu beef” jawabnya mantap sambil menunjuk salah satu menu pada list menu yang diberikan waitress.
“hmmm, cordon bleu gimana sayang?”tanyaku agak ragu.
“apapun, buatmu masuk bukan?” candanya yang mengundang tawa sekaligus kekesalanku.
“ihhh apaan sih? Aku nanya”
“terakhir kali kita kesini kamu mesen cordonblu juga kan? Kalo saran ku sih coba ini aja” Rein menunjuk salah satu menu favorit di café tersebut.

“how?”tanyanya memastikan
Aku terdiam sejenak, entah kenapa saat itu aku kehilangan kesadaranku sesaat, sampai Rein mengusap perlahan pipiku.
“sayang… are you ok?” Ia seperti agak khawatir bercampur penasaran.
“ehh iya ok… ok… boleh juga ya kan?”
“oke, minumnya? Hmmm biar aku yang pilihin, nih red velvet aja deh dua” Rein mengakhiri pesanannya yang langsung dikonfirmasi oleh waitress.

Aku mengeluarkan ponselku mengecek sosmed, chat yang masuk.
“Are you ready? Zimzalabiiim…” Tiba-tiba Rein mengejutkan ku dengan pose yang khas ala idol group kpop tersebut.
“eh yang… ada-ada aja, mentang-mentang mesen Red Velvet”
Ia hanya tersenyum simpul, kedua telapak tangannya yang saling menempel seperti koreo Zimzalabim.

“mikirin sesuatu yah? Jangan berat-berat sayang, nanti gak luvchu lagi kamu tuh” Rein mencubit pipiku sambil menggoyangkannya.
“aduuuh sayang… emang keliatan gitu aku lagi mikir? Efek persiapan Sidang akhir ya begini yang” ucapku agak lirih
“Ya Ganbatte!”kedua tanganku digenggam olehnya, sorot matanya yang tajam sepertinya menghipnotisku agar lebih optimis.
“Yes you can! Sinka Juliani Prasetya, dudut tercintaku pasti bisa laluin ini semua!”

Aku beruntung, memiliki orang disekitarku yang begitu tulus support dengan apa yang aku kerjakan, terutama Reinhart yang tak jemu-jemu.
“habis ini kita mau nonton apa?” tanyanya
“Weathering with you gimana? Lagi banyak diobrolin tuh, karyanya makoto shinkai yang sebelumnya bikin your name” jelasku singkat.
“wibu… bau bawang hahaha” ledeknya
Langsung saja kucubit lengannya, dan refleks ia meringis.
“biar wibu tapi aku sayang kok…”
“gombal…”

Minuman yang kami pesan tiba, aku berinisiatif untuk ke toilet sebentar, tentu saja Rein tak keberatan dan ia memangku dagunya tersenyum kearahku seraya aku menjauh menuju toilet.

---

Di tengah-tengah santap siang kami ini, tiba-tiba aku merasa kepalaku agak tak karuan. Aku memegang kepalaku dan refleks memegang tangan Rein, semuanya nampak putih, dan aku tak bisa menahan tubuhku juga kesadaranku pudar sedikit demi sedikit.
Tubuhku perih, linu dan pegal dalam waktu yang bersamaan, semuanya gelap. Betapa terkejutnya aku dengan kesadaran yang belum pulih seutuhnya, aku berusaha memanggil sebagian ruhku, tapi rasa perih dan sakit yang ku derita ini membuatku semakin tak kuasa untuk menjerit.

Terakhir kali yang kuingat adalah aku sedang makan di café bersama Rein.
Kucoba menggerakan kedua tanganku. Astaga tangan ku terikat, mataku ditutupi sesuatu, ada sesuatu yang mengganjal di bagian mulut. Ada sebuah bola menyumpal mulutku, aku mencoba berteriak namun percuma, apa yang terjadi padaku?, aku panik sejadinya, sambil meronta-ronta, dikala kesadaranku yang telah berangsur pulih.

Tak lama aku tersadar, aku merasa terikat dan terbekap dalam keadaan telanjang, hanya kedua kakiku saja yang bebas bergerak, aku berusaha menerjang-nerjang apa yang ada meski aku tak dapat melihat apa-apa. Yang lebih parah, bagian kewanitaanku rasanya perih dan panas secara bersamaan.
Aku kemudian menangis sejadinya, berbagai spekulasi menyerang fikiranku, apakah aku telah diperkosa? Siapa yang tega melakukan ini? Ini mimpi kan? Ini pasti bohong… air mataku merembes dari kain lalu mulai mengalir membasahi pipiku, kemudian aku menangis meraung sejadinya, dalam keadaan disumpal mulut aku memanggil kekasihku. Dalam benakku yang terpikir adalah dimana Reinhart, apa dia bernasip malang sepertiku juga?

Kemudian terdengar suara dua orang pria terkikik.
Aku berteriak memanggil Reinhart.
Aku takut, aku sesenggukan dan tak tahu harus bagaimana, berharap ada orang yang segera menolongku.
“Bro lu yakin gak pengen ikut garap?” Tanya salah satu diantara pria yang entah siapa itu.
“iya bro sayang tuh, memeknya sempit banget barusan!” Ocehan sala satu pria itu membuatku seperti tersambar petir.
Bagai disambar petir, ternyata benar, aku telah diperkosa mereka, aku meronta kembali dengan sisa-sisa tenaga, menangis menjerit histeris, hanya itu yang bisa kulakukan.

Aku merasakan ada seseorang menindihku, tangannya menggerayangi tangan dan dadaku, aku takut, aku berusaha menggerakan tanganku namun tak membuahkan hasil. Kudengar tawanya puas memainkan tubuhku. Lalu ketakutan terbesarku pun terbesit, ia akan memperkosaku lagi. Ku coba menendang-nendang kearah random namun, apa yang terjadi, ia malah menamparku, menampar pipi kiri kanan ku dengan keras, perih dan kupingku rasanya berdengung.
Aku menangis tak kuasa menahan perlakuan bejad mereka, Reinhart dimana kau berada disaat seperti ini reinhart?, apakah kedua orang ini telah menghabisi reinhart.

Kini aku pasrah, pasrah karena aku sadar tak ada cara selain diam, kehormatanku telah direnggut, dalam keadaanku yang tak bisa melawan. Keadaan gelap begini membuatku semakin kalut.
Kurasakan sebuah benda tumpul memasuki vaginaku secara paksa, aku tahu itu adalah penis pria itu yang berusaha memasuki kedalaman vaginaku.

“ahhh, Anjingg udah di ewe berapakali juga memeklu masih sempit, bro gue hajar lagi ya” itu merupakan suara binatang jalang itu, iya dengan kasar menusuk-nusukkan penisnya, sakit ini terasa benar-benar sakit, ya aku tahu meski aku suka berhubungan badan dengan Reinhart tapi tidak seperti ini, perasaan terhinakan juga perlakuan ini membuat diriku hancur. Aku mengutuk diriku sendiri, kenapa ini bisa terjadi.

Putingku kemudian terasa perih, pria itu mencubit dan memilinnya dengan amat kasar, leherku dicium dan dihisap dengan kuat, sembari penisnya terus mengusik usik vaginaku. Hingga kemudian kurasa ada getaran, tidak, jangan, dia sepertinya akan berejakulasi.
Aku meronta sambil mengumpulkan kekuatanku, namun ia malah menekan penisnya lebih dalam, meremas dadaku kuat-kuat serta mengeluarkan spermanya di dalam.

Ooh aku sudah tak bisa bayangkan lagi, sudah berapa kali kah mereka mensetubuhiku lalu mengeluarkan spermanya di dalam.
“mantap! Ini yang ke 5 gue keluar, lu masih ada obat gak bro?”
“habis bro itu yang terakhir, punya gue juga udah menurun efeknya nih, lah lu belum puas apa?!”
“dapet yang kayak gini mana puas bro, pantesan si Reinhart demen, haha”
“bacot lu pada, udah sana pake lagi”
Rein itu kan suara rein. Ada apa ini?.

Disaat seperti ini rein, astaga aku sudah tak sanggup berfikir.
Tiba-tiba bola yang menyumpal mulutku dilepaskan, aku bisa cukup bernafas lega.
“reeiin… tooloong…”bahkan untuk meminta tolong pun aku sudah tak sanggup.
“widih Rein dia manggilin lu tuh”
Benarkah itu rein? Kesadaranku berkurang kembali. Karena dampak ditubuhku yang menyiksaku.
Lalu seseorang membuka kain penutup mataku.

Aku mengerjap-ngerjapkan mataku, sambil berusaha fokus, pandanganku agak berbayang, aku menangkap 3 orang pria, 2 diantaranya telanjang dan seseorang yang membuatku tak habis pikir, ia duduk sambil memegang kamera, ia nampaknya sedang merekam kejadian yang berlangsung.

Oh Tuhan ini pasti mimpi buruk, tak mungkin, Reinhart tak mungkin melakukan hal ini. Tak mungkin.
Aku kembali menangis sesenggukan.
“reeein… keeenapaa?”
“kenapa? Ya karena lu cantik bodi lu mantep dan lu paling pantes buat muasin nafsu kita, ya nggak bro? hahahah”
Takku sangka ucapan itu keluar dari mulut Seseorang yang sudah kupercayakan segala dalam diriku padanya. Engkau Serigala Berbulu Angsa! Sungguh tega, rein biadab, bangsat.

Ingin ku memaki makinya namun aku sudah tak sanggup lagi untuk bicara.
“bro last bro, gue pengen cewek lu nyepongin gue” salah satu teman rein mendekatiku, aku berusaha beringsut namun percuma ya percuma saja.
Pipiku digenggam secara paksa, mulutku dipaksa menganga terbuka lebar, lalu ia mengarahkan penis menjijikannya kearah mulutku. Aku tidak bisa melawan, tubuhku rasanya sudah mati rasa. Saat penis itu sudah memasuki sebagian mulutku hidungku dipijit sehingga membuatku rahangku terbuka lebih lebar.

Lalu dengan liarnya ia menggenjot mulutku. Tidakkah kalian memiliki perasaan terhadap apa yang kurasa? Perasaanku sudah hancur, menjadi makhluk yang tidak ada lagi harga dirinya, menjadi bulan bulanan kebejatan nafsu birahi para pria. Kau anggap aku apa Rein? Bukan kah kau telah berjanji seutuhnya melindungiku?

“pastiin lu rekam ini Rein… mulut ceweklu juga mantul anjir! Aashhhh anjir gue keluarr bangsat enak banget”
Cairan sperma pria jahanam itu menyembur kedalam kerongkonganku, dan aku dipaksa menelannya hingga aku terbatuk-batuk. Kemudian ia melepaska benda menjijikannya. Lalu menertawakanku.

Dalam keadaan setengah sadar aku melihat reinhart berjalan kearahku sambil tetap melekat kamera ditangannya.
“tenang aja bentar lagi giliran cici lu yang hmmm mantap jiwa menyusul!”
Ia kemudian membelai pipiku lalu mencium keningku, rasanya najis sekali aku diperlakukan seperti itu, oleh durjana seperti dia.
Rein mengambil ponsel nampaknya ia menelepon seseorang.

“Iya ci, gimana? Udah ketemu? Gue masih keliling tapi gue udah lapor polisi juga buat bantu cariin dudut”
Apa… aku tak salah dengar, ia seperti seolah membuatku hilang dan sedang mencariku. Penglihatanku mulai kabur, lagi-lagi kepalaku terasa berat, sepertinya aku sudah mencapai batas.

---

POV 3rd

“ndri! Lu seriusan ngeliat dia sama reinhart?” Tanya Naomi pada Andri.
“ya, gue kok malah punya firasat kalo mereka terpisah dari awal sih, lu udah hubungi yang berwajib kan?”
“si rein yang lapor, dia katanya udah bikin laporan, nunggu petugas sana bertindak”
“nice movement! Nom coba lu cek posisi dudut lagi, sapa tau hapenya sekarang udah nyala”
“bentar gue nyalain dulu find my phone di ipadnya dulu.”

Naomi menyalakan fitur pencarian di ipad sinka yang memang tersinkronisasi satu sama lain, ya semoga saja ada harapan menemukan lokasi terakhir sinka.
Naomi menggeleng, Andri memukul kemudi karena kesal.
“bangsat lah, kalau gue ketemu itu orangnya, gue abisin! kalo perlu mampusin sekalian!” Andri geram sejadinya.
Mata Naomi mulai sembap, Andri yang sedang fokus berkemudi konsentrasinya agak terpecah melihat keadaan Naomi saat itu.

“Tenang Nom, gue yakin, dudut bakal ketemu percaya dan teruslah berdoa” Andri membelai rambut Naomi perlahan, lalu Naomi mengangguk.
Ponsel Andri berbunyi, seprtinya telepon masuk. Andri mengangkatnya melalui mode berkendara.
Nomor asing, namun tak ada salahnya Andri mengangkatnya.

“Andri disini”
“Ya…” balas dari sebrang sana.
“eh… kok elu?!” Andri memandang kearah Naomi lalu Naomi mengerutkan alisnya penasaran
“ya gue… masih gue, bentar lagi…” Andri segera memotong pembicaraannya.
“lu mah datang pergi emang diwaktu yang gak tepat terus, hadeh Yos yos”
“Apaan sih lu yan, ini gue udah…” Lagi-lagi andri memotong omongan Yosef.
“Bacot! Gue lagi ama Naomi nih, tapi kayaknya dia lagi gak mood ngobrol sama lu…”
Spontan Naomi mencubit paha Andri.

“awww…”
“napa yan?”
“ada yang ngambek ditinggal tanpa kabar nih, tapi gue rasa chit chat disimpan dulu, ada hal yang genting, sinka ngilang, katanya dibawa pergi sama orang alias diculik”
“serius! Lu dimana? Gue ntar…”

Giliran Ponsel Naomi kini berbunyi
Sepertinya dari Reinhart
“bentar Yos, gue ama Naomi lagi sibuk, tar gue shareloc deh, bye miss you aibou!”
“ya rein?”
“ci kita menuju gudang bekas distributor minyak curah selatan, menurut penuturan saksi mereka liat orang yang ciri-cirinya kayak dudut disana, gue udah sama polisi siap ke TKP.”
“oke kita juga kesana Rein!”
“eh… sama siapa ci?”
“temen aku Andri”
“oh ok ci”
Ponsel ditutup.

“Ok yan, kita ke bilangan selatan, gudang bekas pendistribusian minyak curah ya kalo dari sini lebih deket kayaknya”
“Siap” Andri memacu kendaraannya menuju gudang selatan dengan cepat.


---


"Gampang banget ngibulinnya, udah lu bedua pake lagi baju gih. Stay on posision. Gue akan buat rencana ini sukses” Reinhart tersenyum puas sambil menepuk bahu kedua rekannya.
“emang otak kriminal lu encer bener, udah kayak super villain kita orang” jawab salah satu temannya sambil memakai celana.
“kalo soal beginian mah dia jagonya, kalo urusan ngewe, mesti pake obat dia, hahah”
Mereka tertawa berbarengan.

“ok bro, tar kalo ada miscall dari gue, lu buat begaduh aja, pukulin tong atau tangki kek. Nanti begitu gue udah masuk, kalo gak salah ada satu orang cowok temen Naomi, lu bedua abisin oke”
“gampang bro”
“biar kita urus”
“sip hahaha”
“oke gue keluar dulu, misi ini harus berhasil” Reinhart memukul bahu kedua temannya perlahan.

Lalu pergi keluar gudang.
Ponselnya berbunyi, sepertinya Naomi sudah sampai, karena ia lihat diparkiran ada mobil yang diparkirkan.
Rupanya dugaan itu benar, Naomi dan Andri turun dari mobil lalu berlari menuju arah Reinhart.
“Halo gue Reinhart” reinhart memberikan tangannya kearah Andri, andri tersenyum dan menjabat tangannya.
“Gue Andri, sorry tapi kita simpen dulu perkenalan kita, setelah ketemu sinka oke” Andri mengerlingkan matanya.
Sedang Reinhart hanya mengangguk mengiyakan.

“didalem udah ada 2 petugas, ngecek ci, apa kita mesti ikut kedalem juga?” pancing Reinhart
Naomi dan Andri saling berpandangan.
Diam-diam Reinhart menekan ponselnya, memberikan instruksi rencananya, tak lama kedua rekannya mengolah informasi tersebut, lalu terdengar suara bising dari dalam.
“apaan tuh?”Tanya Naomi agak panik
“kayaknya mereka lagi baku hantam kali” Andri menambahkan, lalu terdengar suara teriakan dari dalam.
“Bro gimana? Kita ikut masuk bantu polisi atau tunggu aja?” Reinhart mencoba mendesak Andri membuat keputusan yang mengarah pada masuknya ke gudang.

“lah elu tadi disuruh apa sama petugas?” Tanya Andri balik
“gue… barusan disuruh tunggu, tapi kalo suatu saat terjadi keadaan genting, mereka minta kerja sama” jelas reinhart.
“emang ada berapa pasukan? Gue belom denger ada teriakan atau tembakan” Andri penasaran.
“dua petugas bro”
“Dua? Gak salah? Ini bukan investigasi yang cuma ngumpulin data, kok bisa-bisanya nurunin dua orang, cih! Sapa nama lu tadi? Rein ya? Yu masuk, setidaknya lu bisa berantem aja udah cukup” Andri tidak tau keputusannya itu akan membawa kepada hal yang buruk, yang sebentar lagi terjadi.

Andri berlari masuk kedalam lalu melihat 2 orang pria yang ia tidak kenal, disusul oleh Reinhart juga Naomi.
“Pak, sudah ketemu sinkanya?” Tanya Andri, kemudia kedua pria itu saling bertatapan dan saat itu pula insting Andri mengatakan bahwa ini merupakan hal yang tidak beres.

“NAOMI! LARI!” Dengan Andri berteriak seperti itu, kedua pria rekan reinhart itu menghajar Andri berbarengan, namun ternyata, mereka salah memilih lawan.
Naomi yang tersadar dengan apa yang terjadi kemudian bergegas berlari keluar, tapi Reinhart berusaha mengejarnya.
Kedua pria itu melayangkan tinju kearah Andri, namun karena Andri yang sudah terbiasa berlatih beladiri bersama para bodyguard keluarganya, yang membuat refleksnya terlatih.

Ia membungkuk menghindari serangan, lalu menyapukan tendangannya ke kaki kedua orang itu, sehingga mereka kehilangan keseimbangan. Lalu salah satu dari mereka wajahnya di genggam andri lalu ia menghantamkan tendangan lututnya, sehingga wajahnya terbentur dengan keras. Sementara rekan yang satunya menarik kaus Andri, namun dengan sigap Andri memutar balik badannya dengan melompat backflip kebelakang tepat memberikan tendangan salto kearah musuh yang ada dibelakangnya hingga terpental.
Andri berdiri dan memasang kuda-kuda dengan mantap.

Kedua orang itu nekad menyerang bersamaan lagi, lalu menangkap kaki dan tangan Andri. Andri tersenyum. Ia melakukan headbang pada kepala orang yang memegangi tangannya, darah pun terciprat dan ia memegangi keningnya. Tangan Andri yang terbebas kemudian mengunci leher orang yang memegangi kakinya.
Semakin kuat kuncian andri, membuat orang itu agak meronta lalu memukul-mukul andri.

Andri kemudian memutar kunciannya sehingga ia tarik keatas bahu seraya memutar balik badannya lalu menjatuhkan dirinya dan kepala orang tersebut ketanah.
Satu telah dilumpuhkan, musuh satunya kemudian mengeluarkan pisau lipat dari sakunya, dan memain mainkannya layaknya seorang ahli, Andri mengamati pergerakan orang itu dari matanya, ternyata banyak sekali celah. Berandal itu hanya seorang amatir, pikir Andri.
Saat pria itu hendak menusukan pisaunya, disitulah moment Andri menangkap pergelangan tangannya, dengan sekali pelintir lalu ia dihantam dengan tangan satunya kearah lengan pria itu, kemudian terdengar suara retakan tulang, pria itu menjerit dan melepaskan pisaunya.

Kemudian pria itu ambruk saat itu juga, pria itu jatuh berlutut sambil memegangi tangannya, Andri melepaskan tendangan berputar tepat di wajah orang itu sampai pingsan.
“finished” andri bergumam.
Lalu terdengar suara tepuk tangan dari arah lain, karena Andri sibuk dengan perkelahiannhya, ia tidak sadar kalau Reinhart sedang duduk bersama Naomi yang tak sadarkan diri.
“bangsat!” Andri mendekati Reinhart dan berancang-ancang menghantamnya.
Namun Reinhart tesenyum.

“tunggu dulu bro, kalo lu hajar gue, gue bakalan upload video Sinka yang lagi dipake rame-rame sama temen gue itu!”
Seketika Andri terdiam.
“Cih! Pecundang! bajingan lu ya! Maen ancam… Gue mampusin lu”
“lu maju dikit aja, liat ini… gue siap neken tombol upload, dan otomatis karir Sinka bahkan kehidupannya bisa dipastikan ancur!”
“Biadaaaab!” Andri mengepal tangannya kuat-kuat, jarak mereka sebenarnya cukup dekat hanya berjarak kurang lebih 10 meter lagi. Reinhart duduk dekat pintu keluar bersama Naomi yang tidak sadarkan diri. Ada lebam diwajahnya.
“apa yang lu lakuin sama Naomi?!” pekik Andri

“Gue minta lu berlutut!, ada sedikit saja pergerakan yang mencurigakan, gue bakalan teken tombol upload nih” dia kembali mengacungkan ponselnya, mengancam bersiap menekan tombol upload.
Mau tidak mau Andri menuruti kemauan pria itu, ia berjongkok sambil terus mengumpat.
“supaya seru, coba lu telanjang, jing!” Reinhart kembali mengancam Andri.
“Anjinggg! Gila lu ya!” Andri geram dan memukul tanah kuat-kuat.

Reinhart mengangkat ponselnya mengisyarakatkan ancaman yang akan terjadi.
“bajingan bangsat anjiiiing!!!” terpaksa Andri membuka bajunya lalu celananya, hingga hanya tersisa celana dalamnya, karena itu satu-satunya cara menyelamatkan sahabatnya.
“tunggu apa lagi bangsat, lanjut! Hahaha” Reinhart menertawakan Andri
Akhirnya tak ada satupun helai benang yang menutupi Andri. Kemudian dengan sigap rein melakukan beberapakali jepretan pada andri yang bugil.

“Bangsat lu!” Saat Andri hendak berlari menuju Reinhart, ia langsung memperlihatkan tombol upload yang siap ia lakukan.
Tentu saja itu membuat Andri menghentikan kembali niatnya.
“Anjinggg! Anjinggg! Anjiiiing lu tuh ya! Mahluk paling hina yang pernah ada!” umpat Andri.
“hahaha, goblog bener ya lu, gue jadi dapat foto-foto lu juga sebagai bonus nih, tanggung, lu cepet tuh ewein sinka!”
“lu jangan aneh-aneh bangsat! Gak cukup apa?!”

Kali ini Reinhart tersenyum dan tatapan matanya tajam serius, ia mengambil sesuatu dari balik kursi, yang ternyata adalah sebuah pisau yang cukup tajam, ia acung kan pisau itu lalu ia dekatkan kepada leher Naomi.
“bagaimana kalo ini?”
Tubuh Andri bergetar hebat, antara Amarah dan kekesalan yang meluap hebat, ia kemudian menendang salah satu tong hingga terpental agak jauh.

Reinhart agak terkejut, tidak dapat dipungkiri ia sejenak merasa ciut melihat kekuatan Andri, tapi dia kini memegang kendali segalanya.
Dengan nafas yang tersengal-sengal Andri mendekati Sinka yang terikat di ranjang yang tanpa busana masih tidak sadarkan diri.
“Anjingg pintar!” Rein sengaja merendahkan Andri.
Andri tidak merespon, malah air matanya mengalir di sebelah matanya.
Melihat momen itu Reinhart tertawa, tertawa puas.

“ayo ewein, sepuasnya, gue mau liat pacar gue diewe orang, kikikikik” suara tawa Reinhart terdengar agak saiko dan histeris.
Andri berlutut di depan Sinka, ia menyesal karena inilah satu-satunya cara menyelamatkan karir sinka bahkan Nyawa Naomi yang terancam. Andri menangis agak sesenggukan, ia tidak tega harus menyetubuhi adik sahabatnya sendiri meski tubuh sinka sangat menarik.
Lalu ia berjanji suatu saat ia akan menghabisi Reinhart dengan tangannya sendiri selepas tragedi ini berakhir.

Andri melihat lebam serta luka dibagian selangkangan Sinka, iya tidak tega, benar-benar tidak tega, malah ia makin geram, perlakuan apa saja yang orang-orang bajingan itu lakukan pada sinka.
Dengan tangan dan kaki yang masih bergetar Andri bersiap melakukan penetrasi.
Reinhart bersiap menyalakan camera dan merekamnya. “ahaha ayo tunggu apa lagi njing!”

Saat detik detik Andri akan memasukan penisnya, terdengar suara kaca pecah lalu sebuah bola tenis yang menggelinding.
Prang…
Bug.. brak..
Dua bola tenis melesat setelahnya menghantam kedua lengan Reinhart yang sedang memegang pisau dan ponsel itu kemudian terjatuh. Posisi Reinhart berada di dekat kaca depan yang jelas terlihat dari luar, jadi bila ada seseorang yang membidiknya dengan tepat maka hal itu bisa terjadi. Tapi siapa?.

Tak pikir panjang. Ternyata Doa Andri didengar, ia tidak menyia-nyiakan kesempatan itu, ia tahu pertolongan itu datang dari mana, sambil tersenyum puas, Andri berlari menuju Reinhart yang kelabakan ponsel dan pisau nya terjatuh karena terhantam bola.
Round house kick tepat dikepala Reinhart dilancarkan oleh Andri, tentu saja dengan sekali serangan itu sebenarnya cukup untuk membuat Reinhart kehilangan kesadarannya. Tubuhnya ambruk, Andri melepaskan pukulun beruntun yang bertubi-tubi ke wajah dan tubuh reinhart yang sudah tidak sadarkan diri.

Seseorang berjalan masuk lalu berdiri di depan pintu masuk, cahaya matahari sore terhalang oleh sosok seseorang yang yang kemudian muncul di balik pintu masuk, Andri tidak bisa melihat wajah orang itu karena gelap, tapi ia yakin, kalau orang itu adalah sahabatnya.
“You stil have lot more to work on” Yosef berbicara kepada Andri sambil melempar jaket kearahnya untuk menutupi tubuh Andri yang tanpa busana.

“bangsat, kelamaan lu! Gue kira lu masih di bandara!” pekik Andri, mengambil jaket lalu berjalan kearah sinka.
"elu sih buru-buru gak dengerin penjelasan gue, orang gue lagi main tenis di sekitaran blok sini juga, ya kebetulan gue juga dapet kabar lu dari Shani"
Yosef berjalan perlahan masuk.

“Shinta! Sinkaa astaga!!” Yosef terkejut melihat Naomi tertidur di atas kursi juga Sinka yang telanjang bulat terikat. Lalu ia melihat Andri melepaskan ikatan dikedua tangan sinka yang ada diatas ranjang.
“astaga yan, ada apa ini?” Yosef keheranan.
“lu sih pahlawan kesiangan, udah bantuin sinka pakein baju” ujar Andri
“gakkk gue gak bisa kalo yang itu!” Yosef beringsut.

“Dalam keadaan gawat gini masih mikirin hal lain anjer, lemah lu bangsato, ngeliat cewek bugil pasti lu udah crot kan? Udah jangan banyak alesan, atau lu bantu bawa Naomi ke mobil, yang itu lu pasti mau”
“eeee…!”
“udah cepet kampret! Kasian ini si dudut kedinginan, gue harus telpon dokter pribadi Shani dulu, gue gak bisa lapor polisi atau bawa mereka ke RS umum, ini bakalan ngundang perhatian publik”
“oke oke gue lakuin, tapi lu pake celana dulu donk, gue agak jijik lilat belalai lu”
“halah lu demen juga ginian?! Pantesan lu frigid! Nih titit guee hahaha, darimana lu tau posisi gue?” tanya Andri
"dibilang Shani, shani kan tau lu ada sini, orang dia bilang ponsel kalian berkaitan"
"ohh iya gue lupa, ada bagusnnya juga ya, hape gue ditrack sama shani, haha... "


---

Beberapa hari setelahnya.

Setelah Shani dan koleganya menangani tragedi itu semua, Andri memandangi 3 orang durjana yang di ikat dan dikurung di suatu gudang dekat pelabuhan.
“mau anda apakan ini tuan?” Tanya salah satu body guard keluarga andri.
“gue gak mau 3 iblis ini hidup normal lagi… enyahkan.”
“mampusin?”Tanya balik
“hehe tunggu tamu utama dateng bang”

Andri berdiri di luar sambil menatap kedepan melihat mobil suv hitam datang melaju kearahnya.
Sampai mobil itu berhenti, dan keluarlah 3 paras cantik nan sexy berjalan berlenggak lenggok.
Andri agak gemetar, dia juga meneguk ludah.
“halooo boss tampan, ada yang eik bisa bantu disindang?” Tanya banci berambut blonde.
“gak usah banyak cakap lah, tuh ada mangsa 3 di dalam, habisi sepuasnya, kalo kalian udah lemes minta aja obat sama bodyguard gue ya”
“aduuuh cyyynnn, aqiqah udah gak sabar nih pengen sodok-sodok… pak boss gak kepengen gitu ikutan juga…” Tanya banci yang berambut merah

“hahaha gue udah kenyang, dah kalian berpesta aja, have fun ya”
“aduuh makasih nih pak boss”sambil mencolek dagu Andri ketiga beti alias bencong bertitit itu masuk kedalam gudang.
“haaiii sayang kita party yuuuk, mari…”

Ketiga orang yang terikat dalam ruang itu terkejut, mendengar suara lawra tersebut. Reinhart mencoba meronta ronta tapi kemudian salah satu bodyguard memecutnya dengan cambuk hingga ia berteriak kesakitan.
“pertama eik, pengen disepongin kalian doonk aahh atau kalian yang eik sepongin hehe”

Karena ketiga orang pria itu dalam keadaan terikat juga mulutnya disumpal mereka tak dapat menjawabnya.
Hingga akhirnya terdengar suara lengkuhan dari salah satu banci, yang sepertinya telah diservis oleh salah satu dari ketiga pria tersebut.
Selanjutnya mungkin akan terdengar absurd dan ekstrim, bisa ditebak apa yang terjadi.

Andri meninggalkan tempat tersebut lalu ia menerima sebuah panggilan dari Yosef.
“Lu kemana aja selama seminggu? Gue cape ngurusin Shani, terus-terusan nanyain lu, kalo dia nyewa detektif buat nyariin lu gimana?”
“ya gapapa, bilang aja gue diluar negri lagi ada bisnis keluarga gitu, ngebucin sih boleh aja, tapi ya jangan goblog”
“Mendokusai na...” Yosef menutup telepon sepihak.
Andri yang ditemani bodyguardnya menuju bandara dan bersiap terbang ke tanah, air.

---
“gimana udah baikan dudut” Yosef mengupas apel untuk ia sajikan untuk sinka.
“ya mending sih, tapi maaf nih jadi ngerepotin lu Yos” jawab Naomi.
Yosef tersenyum.
“eh biar gue aja yang kupasin” pinta naomi
“gapapa, orang shinta lagi sibuk kan, aku pun lagi liburan disini waktuku kebilang free lah…”
“lu masih aja kaku, manggil gue nama depan terus… lagian masa ngupas apel masa gue gak bisa sih hahaha”
“ya sekali-kali gue yang kupas… jadi gimana kata dokter?”
“dukungan orang terdekat, motivasi mungkin jadi obat paling mujarab untuk saat ini, supaya dia gak down mentalnya, ya gitu deh”
Yosef mengangguk lalu memandang kosong kearah sinka yang terbaring di kasur.
“3 orang brengsek itu udah andrian urus, gue bener-bener gak nyangka deh…” ujar yosef
“kalau udah dasarnya cuma mau manfaatin doank bakal sulit dah kesananya” Naomi menimpali

“ehh sorry kok malah bahas hal itu”
“nevermind… sinka masih tidur, terus gimana kerjaan lu di Yokohama?” Tanya Naomi
“ya gitu, meeting, ngurus keinginan client, dan nganalisis kerjaan tim”
“sibuk ya lu…”
“Ya begitu lah, tapi lebih sibuk lu, denger-denger mau main film layar lebar ya?”
“eehh kok tau? Lu diem-diem stalking sosmed gue? hahaha”
“ehh bu… bukan gitu kok…”

“ya gapapa… gue seneng, berati lu masih perhatian sama gue, hahaha… duh ngomong apa sih gue…”
Wajah Naomi agak memerah ia terus memegangi mulutnya sambil tertawa.
“itu… itu… hahaha”
Keduanya malah tertawa
Hingga terdengar suara deheman sinka.
“duh berisik ya, yang lagi sakit sampe keganggu gini sama orang yang kasmaran”
Sinka menggoda mereka berdua.

“ehhh sorry haha” Naomi mendekati Sinka sambil menawarinya potongan apel yang sudah dikupas oleh Yosef.
“suapin ci…” dudut merajuk manja.
“nih…”Naomi menyuapi dudut pelan-pelan
“kaleean itu hohok, deehh” dudut berbicara sambil mulutnya penuh mengunyah makanan.
“eeee…” yosef agak terkejut.
“udah jujur aja sama perasaan masing-masing hahaha” timpal sinka.
Naomi dan Yosef saling memandang.
“Andaikan Aku mampu melakukannya, pasti akan kubalas semua perasaan mu” batin Yosef.

---

Di sebuah Café 5 jam setelahnya.


“lu kemana aja beb?”
“lah gue ada urusan bisnis, emang gue gabut terus apa?”
“bisnis apa? Investasi bodong? Gak kapok ketipu dulu? Atau ternak lele? “
“ya kali ternak lele terus bikin warung nasi pecel lele gitu, beb”
“nginep di apato sekarang…” pinta shani manja.
“yah elah, gue masih cape, baru nyampe dari Singapore barusan… lu pasti mau minta jatah kan?”
“lah biasanya lu yang minta duluan beb! Pasti kamu main perempuan ya?!”
“sembarangan! You are the one and only beb!” Andri mengenggam erat tangan shani, dan menatapnya dalam-dalam

“ya lu bilang gitu kesemua cewek yang lu suka bukan?” timpal shani
“sakit lu ya… sejak kapan gue demen selingkuh? Lah lu pan tau sendiri jadwal gue padet, lu bisa kontek bodyguard papa atau sewa detektif buat mantau aktifitas gue kalo perlu hadeh”
“maaf…”bibir Shani dimonyongkan.
Andrian mengecup mesra Shani, mereka berdua saling berbalas kecup.
Lalu Andrian melepasnya.

“kadang gue nyesel dengan kejadian waktu itu… gue ngerasa gak berguna.”
Ucap andrian lirih.

“Gue sadar… Gak ada istilahnya waktu yang gak tepat beb, semua udah diatur dalam garis waktunya”
“ya lu bener beb... kita hidup untuk berjuang demi hari esok”

“matahari terbenam emang indah yah…”

“pengagum senja dasar lu beb” ledek Andrian
“huuu biarin” timpal Shani
“anak indie.. indiera natio haha “

---
Sinka Graduation


Dengan gaun Layaknya Putri dongeng Sinka terlihat sangat cantik dan menawan.
Dikelilingi oleh orang-orang yang setia mendukungnya sampai akhir. Usahanya selama ini telah membuahkan hasil yang baik.
“Perjalanan ini bukan akhir, tapi awal untuk perjalanan berikutnya yang akan menuntunku menjadi sinka yang lebih tangguh. Tanpa ada dukungan kalian semua apalah artinya aku… semuanya… terimakasih. From Stronger to Strongest”
Teriakan gemuruh mengelu elukan nama sinka, memuji dan tepukan yang meriah. Acara berlangsung lancar.
Selepas runtutan semua acara, sinka duduk di dalam mobil menuju kediamannya, di depan kemudi ada Naomi dan disebelahnya ada Shani. Sinka duduk sendiri di belakang. Menyusul di belakang ada mobil keluarganya.

Entah kenapa ia malah terkenang ingatannya bersama Reinhart

“Dicintai oleh mu bagaikan oase di padang pasir"
Reinhart kepada Sinka
“Setiap saat bayangan mu hadir, ajaib! beban dan penat ku hilang"
Sinka to Reinhart


Tumbuh kembang bersama, namun harus dibayar oleh kenyataan pahit. Otomatis hal tersebut mengundang air matanya mengalir.
Sinka sebisa mungkin menutupi dirinya yang sedang menangis dikala shani dan Naomi yang sedang asyik berbincang.
“selama ini aku telah dibutakan, ya dibutakan cinta mu, tapi orang-orang yang menyayangiku memberikan penglihatannya padaku sehingga aku dapat memandang hidupku yang jauh lebih indah”
Sinka refleks memeluk Naomi dan ia terkejut, Shani juga sama, lalu karena jalanan macet, mereka berpelukan, menangis haru bersama.


"Kebahagian bukan kebohongan kan kubuktikan semuanya pada mu bahwa diriku telah banyak berubah karena dirimu"
ya meskipun kebahagian tidak harus didapat dengan bersama dirinya, tapi banyak cara lain dan tentunya akan lebih bervariasi.



FIN
 
Terakhir diubah:
"Kebahagian bukan kebohongan kan kubuktikan semuanya pada mu bahwa diriku telah banyak berubah karena dirimu"

"Berawal dari ciuman
Memeluk erat lehernya
Yaaa. Sebagai pengganti sala
m"
Uwooohh....
Ada OST nya juga??
 
Uwooohh....
Ada OST nya juga??
ooo ada donks... coba tebaks.


kalo merasa cerita ini kok alurnya terlalu cepat, ya ini kan oneshot, nyeritain satu kejadian aja. dan udah berakhir gitu aja.
Tapi gak nutup kemungkinan bakalan ada pengembangan spinoff-spinoff lainnya yang owe post, itu juga kalo lagi sadar.
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd