Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA Terlanjur Sayang #ATAU

Bimabet
IMG-20191219-193709.jpg



Awal.

Awal gak selalu harus dengan perkenalan. Gak selalu harus nyebutin nama, baik itu nama lengkap ataupun nama panggilan. Gak juga harus nyebutin usia, alamat, tempat tinggal, tempat tanggal lahir, hobi, warna favorit, makanan favorit, minuman favorit atau yang lainnya.
Karena ini bukan lagi ada murid pindahan yang masuk ke kelas barunya.
Awal adalah permulaan untuk memulai sesuatu.
Cailaaahh... Apa'an sih.


Jadi... Siapa gue?
Dan ini cerita tentang apa?
Kalian akan tau nanti..
nigalin jelak dlu hu
 
Update yg sangat membagongkan
ckckck
Welcome back
iyesss..
Setelah sekian lama ternyata nunggu mang ole terseok 2 dulu wkwkwk
thx up nya
nunggu tahun baru..,
haduh kok topi pink muncul disini wkwkwk
karena saya suka yang masih pink
feel nya membaca :adek:
okeh
Kak Bii aku mau pamer.,
ikan aku dari tadi kentut terus lho, tapi gak bikin bau kayak kentut Kak Bii.,
kata Ce Pio, klo orang kentut di dalam air, bunyinya kan blekutuk-blekutuk, dari tadi airnya bunyi blekutuk-blekutuk terus. Keren kan ikan aku. Kak Bii gak boleh iri.,
Aku udah kasih nama lho ikannya. Yang biru namanya Ono, yang kuning namanya Sugi. Baguskan namanya, Kak Geri emang selalu keren klo ngasih nama.,
Dah ahhhh., aku mau nonton tv di kamar Kak Bii. Ono & Sugi lagi dimandiin sama kak Viny, aku disuruh jangan ngintip katanya. Dahhh bye Kak Bii...
Teruslah halu..
UNREALESED UNREALESED UNREALESED scene kagak mau tau saya

Ditunggu yaaaa
apa'an??!
Kirain g mau diterisin biii... Bagus lah kalo masih lanjut
lanjut lah..
Perpanjang aja bi.. Masih butuh lawakan

#olestay🤭
kalo butuh lawakan, nonton acara komedi aja bukan sepakbola
Lanjutkan⏩⏩⏩
hmm
apa??
lanjutkan gaann......
iye.., iyee
mantap ceritanyaaaaaaaa................
jelas dong
mntp gannn
sip
Asemmm lanjutannyaa mnaaa BI penasaran ini loh
sama, saya juga penasaruuuunnn...
Masih memantauu
okey
Baru muncul udah ilang lagi
teori mengghosting
Mantap di bioskop
mantap di kamar or--
Masih menunggu

Dan selalu menunggu
Now Playing: Menunggumu by Peterpan ft. Chrisye
nigalin jelak dlu hu
silahkan
Teori blom ganti poto blom apdet

Tau juga situ yak
seluruh multiverse kayaknya udah tau..,
Pasang tenda
anak gunung?
Mang ole dah dganti siapa tau nanti ada up
hadeh..
Ok blom oN cuma ngasih like doank
ehe
Yok bisa yok
bisa!!
Kasihan Christy :'(
kasihan chika
Makasih kak ads apdetnya:mindik:
kok kak ads?
Akhirnya comeback..😅
siapa?
 
Study with Bii


"AAAAHHHHHH~~ KAK BIIIII...~"

Itu orgasme ketiga Chika hari ini. Tapi kali ini ada yang beda dari orgasme dia sebelumnya. Sekarang gue udah berhasil nyentuh memeknya secara langsung pake jari gue..
Dan juga, kali ini gue bikin Chika orgasme bukan di bioskop lagi, kami berdua udah ga di sana.

Karena percuma punya TV baru sama PS5 kalo kelakuan di bioskop masih kayak gitu.. *ups
Lagian itu juga bisa mengganggu akses penum-- penonton lain. Bisa-bisa mereka malah dapet tontonan baru. Gue kan ga mau tubuh indah Chika sampe jadi tontonan banyak orang, cukup buat gue aja.. Hehe.

"Haah..~ Hah...~ Haah..~" Chika berusaha mengatur nafasnya kembali setelah mendapat orgasme di atas sofa ruang keluarga rumahnya.

Yap, kali ini gue sama Chika udah ada di rumahnya. Rumah Chika lagi sepi, ga ada orang. Itu yang ngebuat Chika tadi pergi ke mall, karena dia bosen di rumah sendirian. Lagian kalo ada orang, mana mungkin kan gue ngelakuin hal kayak gini sama Chika.

Oh iya, tadi gue bilang kalo yang tadi itu orgasme ketiga Chika hari ini kan. Itu karena gue emang udah bikin Chika orgasme dua kali di rumahnya.
Tadi begitu kami nyampe di dalem rumahnya, Chika langsung nyium bibir gue dengan sangat liar yang pastinya gue bales dengan tak kalah liarnya karena emang gue sendiri juga udah nafsu gara-gara sepanjang perjalanan ke rumahnya tadi, Chika dengan nakalnya ngelus selangkangan gue beberapa kali. Kemudian dengan tetap sambil ciuman, Chika menggiring gue ke sofa yang kami tempati sekarang ini.

Dan di sofa ini lah gue berhasil bikin Chika orgasme dua kali, yang pertama dengan proses yang hampir mirip sama pas di bioskop tadi, gue ciumin bibirnya, lehernya dan tangan gue juga mainin toketnya. Tapi ga cuma itu, memeknya kali ini juga jadi sasaran jari jemari gue. Meskipun masih kehalang CD waktu itu, tapi itu udah cukup bikin Chika dapetin orgasmenya.

Lalu setelah gue rasa Chika udah cukup istirahat, kembali gue serang memeknya pake jari gue setelah sebelumnya udah gue lucuti tubuh bagian bawahnya. Kini hanya kemeja dengan kancing kebuka semua yang menjadi satu-satunya pakaian yang tersisa di tubuh Chika. Seolah ga mau kalah, Chika juga berusaha buat ngelepas celana gue yang tentunya gue bantu dengan sukarela. Jadinya kini kami berdua udah sama-sama ga make bawahan dan saling merangsang kemaluan satu sama lain, gue elus-elus permukaan memek Chika sedangkan dia sendiri ngocokin kontol gue. Dan ga lupa juga bibir kami saling bertaut, menambah kesan mesra diantara kami berdua. Bibir Chika yang lembut dan terasa sedikit manis bener-bener jadi candu buat gue.

"Mmpphhh..."

Kami terus saling merangsang satu sama lain. Tangan Chika yang mulus kerasa enak buat ngocokin kontol gue, dan perlahan kocokannya pun makin cepet. Dirinya seolah pengen bales apa yang udah gue perbuat ke dia tadi.
Namun karena jam terbang gue yang lebih tinggi gue berhasil nahan buat ga keluar duluan. Dan justru sebaliknya, Chika yang mulai kelabakan ketika gue mulai nyerang klitorisnya juga. Selama tangan kanan gue sibuk ngerangsang memeknya, tangan kiri gue pun punya tugasnya sendiri, yaitu nyerang toket ranum Chika.

Diserang sedemikian rupa tentunya ga akan bisa ngebuat Chika bertahan lebih lama lagi. Bener aja, ga lama kemudian kocokan tangan Chika di batang kontol terhenti, sekarang dia cuma megangin itu batang kebanggaan gue. Badan Chika menegang, pegangan tangannya di batang kontol gue pun terasa makin kenceng. Dan hasilnya...,

"AAAAHHHHHH~~ KAK BIIIII...~" Chika orgasme untuk ketiga kalinya, bahkan kali ini dia squirting yang akhirnya ngebuat sofa yang kami duduki pun basah kuyup.

Bukan cuma sofa, jari gue pun juga terkena dampaknya. Dan jari gue yang basah oleh cairan orgasmenya itu segera gue arahin ke deket bibir Chika. Seperti mengerti, dengan sigap Chika mulai menjilati jari jemari gue satu persatu, sesekali juga dihisapinya dengan penuh penghayatan seolah jari gue itu adalah sebatang kontol. Bahkan entah disengaja atau tidak, Chika juga melirik ke arah gue ketika dia menghisap dengan sedikit kuat.

Gue bales dengan sebuah senyuman, dan kemudian gue masukin dua jari sekaligus ke dalam mulut Chika lalu mulai gue gerakin seolah sedang mengorek isi mulutnya, beradu dengan lidah Chika yang juga sengaja ia gerakkan. Tak tahan dengan kelihaian lidahnya, gue pun mencium pipinya yang memerah dengan lembut sebelum kemudian gue bisikin sesuatu ke telinganya.., "3-0 nih, Chik.."

Chika yang denger hal itu kemudian natap gue sebentar, lalu wajahnya dia tekuk seperti sedang ngambek. Tapi sedetik kemudian dirinya tersenyum, dan tanpa perlu adanya perintah apapun, Chika dengan sendirinya mulai menggerakkan tubuhnya untuk bersimpuh di depan gue yang gue respon dengan melebarkan kedua kaki guna memberikan ruang lebih untuknya. Tapi dia ga langsung menyerang, Chika justru natap ke arah mata gue lagi seolah memiliki niat terselubung. Dari tatapan matanya terlihat jelas kalo dia mau 'bales dendam'.

Chika juga masih sempet-sempetnya ngegodain gue dengan majuin kepalanya ke arah kepala kontol gue dan membuka bibirnya sedikit. Tapi kemudian dengan cepat dia langsung mundurin lagi kepalanya menjauh dan langsung memberikan senyuman mengejek.
Gue sih santai aja nanggepinnya, gue justru mulai menyenderkan punggung dan sebelah tangan ke sandaran sofa.

Lalu tanpa adanya peringatan apapun, secara tiba-tiba gue merasakan rasa hangat nan basah menyelimuti batang kontol gue. Chika dengan cepat mencaplok kontol gue dengan mulutnya, memberinya kehangatan dan kenikmatan. Gue yang kurang siap dengan serangan dadakan itu pun cuma bisa meringis menahan nikmat yang diberikan oleh Chika.

SLLLRRRPPP..
SLLLRRRPPP...
SLLLRRRPPP....

Kemudian gue merasa lidah Chika mulai bergerak membelai kepala kontol gue yang berada di dalam mulutnya. Lalu kepalanya juga udah mulai bergerak naik turun dengan bibir yang terus mengatup rapat menggesek batang kontol gue.

Ketika gue merasa kalo pemandangan wajah Chika dengan mulut yang dipenuhi oleh kontol gue adalah pemandangan yang sudah sangat 'mahal', secara tiba-tiba Chika justru melepaskan batang kontol gue dari mulutnya dan membiarkan batang kebanggaan gue membelai wajahnya. Bahkan Chika memejamkan matanya seolah menikmati hal itu. Pemandangan yang benar-benar mahal.

Karena merasa bakal cepet keluar kalo terus-terusan ngeliatin Chika yang lagi asyik nyepongin kontol gue dengan penuh konsentrasi, gue pun mutusin buat ngeliat hal lain. Gue liatin rumah Chika karena tadi emang ga sempet, keburu fokus sama Chika. Ada satu benda yang menarik perhatian gue, yaitu foto keluarga Chika yang terpasang di dinding ga jauh dari tempat gue duduk.

Dari apa yang gue liat, bisa disimpulkan kalo Chika itu anak tunggal. Soalnya di foto itu cuma ada Chika dan dua orang lain yang pastinya adalah orang tuanya. Dan karena ngeliat foto itu, akhirnya gue paham kenapa Chika bisa secakep ini.. Pabrikannya bagus.

Oh iya, biasanya kalo di sebuah keluarga hanya ada satu anak tunggal, dan anak itu adalah perempuan, pastinya si anak akan dijaga baik-baik oleh kedua orang tuanya. Tapi mungkin karena terlalu dijaga ketat, malah ngebuat Chika sedikit 'berontak' dan justru salah pergaulan (baca: bertemen sama Eli) dan akhirnya berakibat memiliki rasa penasaran berlebih soal hal-hal berbau seks seperti sekarang ini. Tapi untungnya, gue adalah cowok beruntung yang mampu ngejawab rasa 'penasaran'nya itu. Hehe...

Saat ini, gue lagi duduk santai di sofa empuk dimana ada seorang anak gadis bersimpuh di hadapan gue dengan asyiknya menggunakan batang kontol gue untuk membelai wajah cantiknya. Setelah itu gadis cantik itu kembali masukin kontol gue ke dalam mulutnya dan digerakkannya lagi kepalanya naik turun. Dan semua itu gue nikmatin dengan sesekali mengusap lembut puncak kepalanya sebagai tanda kalo yang dia lakuin udah bener sambil sesekali juga gue ngelirik ke arah foto keluarganya. Kurang ajar banget kesannya..

Ga kebayang kalo terus tiba-tiba orangtua Chika pulang dan ngeliat anak gadisnya lagi nyepongin cowok asing yang baru mereka liat. Gimana reaksinya ya? Bisa-bisa gue digebukin sama bokapnya terus dimasukin ke penjara.

Eh, tapi apa yang gue lakukan sama Chika sekarang ini kan atas dasar suka sama suka, tanpa ada unsur paksaan sama sekali. Jadi kalo emang seandainya gue bakal dituntut, mungkin gue tinggal bersikap sopan aja pas di pengadilan biar terbebas dari semua tuduhan. Goks..

Mungkin emang kelakuan gue ini kurang ajar. Tapi jangan salah, gue bisa lebih kurang ajar lho.
Ga percaya? Oke, ga masalah..

"Chika.." gue berhentiin sejenak kegiatan Chika yang lagi asyik ngemut kepala kontol gue. "Pindah ke kamar aja yuk"

Tanpa bantahan, Chika langsung berdiri lalu gandeng tangan gue buat ngikutin dia. Tapi gue ga langsung nurut gitu aja, gue tahan tarikan tangan Chika yang ngebuat dirinya terheran-heran.

"Kita mau ke kamar siapa?" tanya gue kemudian.

"Kamar aku kan.."

Gue cuma senyum-senyum aja nanggepinnya.

~~~​

"Kak.." panggil Chika yang kini malah nampak ragu.

Setelah melepaskan sisa pakaian yang ada di tubuh gue hingga benar-benar telanjang bulat, gue segera menghampiri Chika yang sekarang lagi duduk di pinggir ranjang. Dia pun juga udah telanjang duluan.

"Ini beneran gapapa disin?" kalo harus jujur, ya sebenarnya ga boleh.

"Gapapa" tapi gue jawab aja dengan penuh percaya diri.

"Di kamar aku aja deh, kak.." pinta Chika kemudian.

"Kalo di kamar kamu, nanti kalo ada bekasnya bisa ketahuan"

"Tapi..,"

"Tapi kalo di kamar orangtua kamu, kalopun ada bekasnya, pasti mereka pikir itu perbuatan mereka sendiri" gue jelasin. Sebenernya bukan 'pasti' sih, masih 'mungkin'.

Yap, gue berniat buat ngelakuinnya di kamar orangtuanya Chika.
Gimana? Udah cukup kurang ajar?
Merawanin anak orang di kamar orangtuanya.. Hehe.

"Udah, sekarang kamu tiduran aja dulu"

Chika bener-bener pasrah nurutin omongan gue. Dirinya kini berbaring terlentang di atas ranjang orangtuanya dan gue pun juga segera gue lebarin kedua kakinya dan ngambil posisi berlutut di depannya.

Engga, gue bukan bermaksud untuk langsung tancap gas. Memek sebagus punya Chika yang belum pernah dijamah orang lain selain dirinya sendiri (dan mamanya pas dia masih kecil) itu sayang banget kalo langsung diporak-porandakan.
Gue pengen bener-bener nikmatin memek Chika dengan seksama dan dalam tempo yang selambat-lambatnya.

Kepala gue bergerak mendekat ke arah memeknya. Setelah jaraknya hanya tinggal beberapa inchi saja, gue dengan sengaja hembusin nafas gue perlahan yang langsung mendapat respon dari Chika dengan menggelinjangkan badannya pertama dirinya merasa kegelian hanya dengan sebuah hembusan nafas.

"Aaahhhh~~" Chika mendesah dan sungguh terdengar begitu seksi.

Setelah hembusan nafas, kini giliran bibir gue yang menyentuh permukaan memeknya.

"Kak..~" panggil Chika lirih.

Lalu gue lanjutin serangan gue ke memeknya, kali ini gue ciumin memek Chika dengan ngikutin garis bibir memeknya.

"Kak.. ssshh...,"

Chika nampak makin ga tahan dengan semua rangsangan gue pada permukaan memeknya. Baru permukaan memeknya.
Dan ngeliat Chika yang bergerak-gerak menggelinjang kesana kemari berusaha untuk bertahan, justru bikin gue semakin tertantang untuk segera bikin kembali orgasme.

"Mmmpphhh..."

Dan selanjutnya adalah giliran lidah gue. Dengan perlahan gue sentuhin lidah gue ke permukaan bibir memeknya, bergerak perlahan ngikutin garis bibir memeknya. Lalu untuk sentuhan terakhir, gue sentil klitorisnya dengan ujung lidah. Sampai akhirnya terjadilah...,

"AAAASSSSSHHHHHH~~ KAK BIIIII...~"

Lemas namun enak dan puas. Pasti itulah yang dirasakan Chika saat ini. Mendapatkan 4 kali orgasme tentu membuat tubuhnya terasa lemas, tak bertenaga, bahkan untuk menggerakkan satu jarinya pun mungkin ia tak sanggup.

Tapi gue ga terlalu peduli. Karena sekarang adalah giliran gue.. Giliran gue buat ngerasain yang enak-enak juga.
Jadi gue pun segera memposisikan tubuh Chika untuk tiduran terlentang di ranjang namun kali ini dengan kepalanya berada di ujung ranjang. Gue pengen ngentotin mulut nakalnya itu. Karena daritadi pas dia nyepongin gue, dia keliatan binal banget, jadi gue rasa mulut Chika emang cocok buat dikontolin.

"Kak~" Chika kembali berusaha bersuara. Tapi suaranya tak begitu terdengar jelas, bahkan cuma buat gerakin bibirnya aja Chika udah ga sanggapu lagi saking lemasnya.

"Chik, tahan bentar ya..."

Chika yang awalnya nampak kebingungan seketika berusaha buat buka mulutnya lebar-lebar ketika gue arahin kontol gue ke deket bibirnya dengan posisi masih seperti itu, seolah tau apa yang emang harus dia lakuin.
Gue masukin kontol gue ke dalam mulut Chika yang terbuka secara perlahan sampe akhirnya hampir seluruh kontol gue masuk kedalam bibir seksinya, hanya menyisakan beberapa senti saja.

Gue coba gerakin kontol gue maju mundur, gue tarik dan kemudian gue dorong lagi kedalam mulutnya secara perlahan guna menyesuaikan. Di saat Chika udah mulai terbiasa barulah gue menyentak beberapa kali hingga menyentuh dinding tenggorokannya.

GLOKKKHH
GLOOKKKHH
GLLLOKKKHHH

Bunyi mulut Chika ketika dijejali oleh batang kontol gue dari atas terdengar nyaman di telinga. Terlihat sedikit air mata Chika menetes beserta liurnya yang terlihat juga ikut menetes.

GLOKKKHH
GLOOKKKHH
GLLLOKKKHHH

Chika yang tenaganya udah sedikit pulih berusaha nepuk-nepuk paha gue. Mengerti akan maksudnya gue pun narik kontol gue dari mulutnya guna memberi jeda.
Dengan nafasnya yang masih ngos-ngosan, Chika sekarang mandangin kontol gue yang penuh oleh air liurnya sendiri. Dan hal berikutnya yang terdiri di luar dugaan gue..

"Lagi..," Chika justru minta gue buat ngentotin mulutnya lagi. "Lagi, kak.. Lagi... Kakak belom muncrat kan" okay, that's make sense.

Maka kembali gue masukin kontol gue ini memenuhi mulut Chika sekali lagi. Tapi sekarang posisi kepala Chika udah balik lagi, ngga lagi di ujung ranjang kayak tadi.
Gue berada di atas dada Chika dengan kontol memenuhi mulutnya dan kedua tangan yang megangin kepalanya.

Gerakan gue yang awalnya lambat, makin lama makin cepet. Hal itu ngebuat kontol gue sesekali harus kena giginya karena mungkin gue emang agak kasar, tapi gue tetep nikmatin kehangatan mulut Chika. Dan Chika sendiri juga ngga keliatan kalo dirinya keberatan mulutnya gue pake dengan sedemikian rupa.

Nafsu gue yang udah ga mau gue tahan-tahan lagi akhirnya tersalurkan dengan semestinya(?)
Dengan gerakan pinggul gue yang makin cepet ngentotin mulut Chika, jutaan benih pejuh yang terkumpul selama ini, secara cepat mulai merangsek untuk keluar. Hingga pada akhirnya...,

CROOOTT..
CROOOTT...
CROOOTT....
CROOOTTZZ....
CROOOTTZZZZ....
CROOOTTZZZZZZ...

Entah berapa banyak pejuh gue yang langsung masuk ke tenggorokan Chika, berapa banyak juga yang tertampung oleh mulutnya gue ga tau.
Tapi yang jelas itu banyak sekali karena emang udah cukup lama ga dikeluarin..

Bahkan setelah terlepas dari mulut Chika karena dia terbatuk, kontol gue masih aja ngeludahin wajah cantik Chika, ngebuat hidung, pipi, bibir, dan lehernya belepotan oleh pejuh gue.

Kemudian gue ambil pejuh gue yang berceceran di wajah Chika lalu gue masukin ke mulutnya yang dia terima dengan senang hati, terbukti dari senyuman yang terpancar di wajah cantiknya itu. Lalu gue rebahin badan gue di sampingnya, tapi sedetik kemudian Chika justru bangkit.
Ternyata dia menuju ke arah selangkangan gue. Chika kembali masukin batang kontol gue ke dalam mulutnya untuk dibersihkan.

Ngeliat Chika yang daritadi selalu nampak antusias dan juga telaten tiap kali nyepongin kontol gue bikin gue punya niatan untuk mengabadikan momen itu. Maka gue ambil hape gue yang ada di dekat sana dan..., tiba-tiba gue kaget gara-garanya pada saat yang bersamaan ada panggilan masuk dari Febi.

Tanpa pikir panjang gue langsung reject panggilannya lalu segera membuka aplikasi kamera. Tapi ga lama ada panggilan masuk lagi yang juga dari Febi. Ga pake mikir dua kali, gue reject lagi panggilannya. Dan ternyata Febi ga nyerah, dia kembali nelfon gue..

Karena itu udah yang ketiga kali, maka gue putusin buat terima panggilan telfon dari Febi. Karena siapa tau ternyata penting.
Tapi sebelumnya gue nepuk dulu pundak Chika dan ngasih isyarat ke dia buat jangan berisik.. Chika yang masih asyik aja sama batang kontol gue cuma ngangguk sebagai jawaban.

"Halo, Feb.. Ada ap--"

"Kak, bisa pulang sekarang engga!!!?" suara Febi kedengeran kayak yang lagi panik. Belom sempet gue nanya lagi, dia udah ngomong lagi.. "Angel..., Angel, kak.."

"Angel? Christy? Christy kenapa, Feb??"

"Kakak cepet pulang aja deh pokoknya..." dan panggilan itupun lalu diputus secara sepihak.

Karena panik, gue langsung aja bangkit dari ranjang, ngambil pakaian gue dan segera berpakaian kembali. Tapi sebelum gue keluar kamar, gue baru keinget akan sesuatu. Gue nengok ke arah ranjang dimana Chika yang sekarang lagi duduk ngeliatin gue dengan tatapan bingung.

"Maaf ya, Chika.." gue deketin dan gue usap lembut pipinya. "Aku harus balik, tadi--"

"Aku paham kok, kak. Aku denger tadi" potong Chika dengan sebuah senyuman dibibirnya yang mungkin dia berikan supaya gue ga terlalu khawatir. "Aku cuma kaget aja kakak bisa sepanik itu"

"Kapan-kapan kita lanjutin lagi ya" gue nenangin dia

"Janji?"

Gue merespon bukan dengan kata-kata, namun dengan sebuah kecupan di keningnya.

"Aku balik dulu.." gue pamitan, tapi Chika dengan cepat nahan dengan narik tangan gue.

"Cium aku, kak.." pinta Chika lalu dengan memejamkan matanya.

~~~~~​

"FEBIII!!" gue masuk rumah sambil teriak-teriak. "Christy kenap...," gue ga ngelanjutin kalimat gue begitu ngeliat pemandangan yang tersaji di depan mata gue.

"Kak Febi, aku duluan.."

"Aku dulu, aku dulu.."

"Ga bisa!! Aku dulu dong"

"Eits, gantian!!"

Febi keliatan tengah kebingungan dikelilingi 4 bocah yang salah satunya adalah..., Christy.
Bentar, Christy keliatan baik-baik aja tuh. Eh, bukan berarti gue ngarepin Christy kenapa-napa ya. Mana ada seorang kakak yang ngarepin adeknya kenapa-napa.
Tapi ini cuma ga sesuai esmentasi aja..

"Lho, KakBii Brian udah pulang?"

"Udah selesai pacarannya?"

"Cie..~ Cie...~ Yang baru jadian sama kak Chika"

Tunggu dari mana para bocah ini tau kalo gue habis sama...,

"Christy..!!"

"Kak.., bantuin aku.." rengek Febi tiba-tiba yang ditujukan ke gue. "Aku ga bisa handle mereka semua sendirian"

"Eh?!!"

"Ide bagus itu.., Kak Bii~~" panggil salah satu dari keempat bocah itu yang adalah Jessi. "Ikut bantuin kita belajar ya" tambahnya kemudian.

Baiklah, sekarang kalian pasti udah bisa nebak kan empat bocah ini siapa aja. Mereka ada empat orang, dan dua diantaranya adalah Christy dan Jessi.
Yap, mereka adalah Geng Gila alias kreji gengs.

"Eh, iya dong kak.. Bantuin dong. Minggu depan soalnya kita UTS" sahut bocah lain yang kalau tidak salah namanya Olla.

Iya, bener.. Olla kok.
Gue masih inget, gue kan manusia, bukan taneman. Kalo taneman mungkin suka lupa. *ups

Tapi gue juga emang ga ada niatan buat jadi taneman sih. Ngapain juga?
Apalagi kalo sampe jadi pohon, amit-amit. Bisa-bisa nanti malah dapet salam. Salam dari anjayyy...

"Tolong ya, KakBii Brian.." seseorang bersuara lagi, dan kali ini adalah Muthe. Siapa lagi kan..

Jadi ini keadaan urgent yang dimaksud Febi tadi?
Sebenernya gue maunya ga terlalu peduli aja sih. Tapi ngeliat Febi yang kayaknya kesusahan dan juga berhubung ini (mungkin) menyangkut masa depan adek gue, maka gue putusin buat bantuin mereka belajar aja.

"Ya udah, iya.." jawab gue akhirnya.

"Iihh.. Giliran Muthe yang minta langsung diiyain!!" ada yang protes. Nih bocah udah dibeliin ikan cupang masih ngambek aja ceritanya? Lagian emang tadi dia sempet nanya? Bukannya cuma Jessi sama Olla sebelum Muthe?

"Ya udah, kalian mau dibantuin gimana?" tanya gue kemudian, nyuekin si bocil ngambek.

"Kita bakal belajar sendiri-sendiri kok, nanti kalo ada yang kita ga tau, baru kita langsung panggil kakak buat nanya-nanya" jawab Jessi cepat.

Oke, kurang lebihnya gue paham lah..

"Emm, tapi nanyanya gantian ya nanyanya.., Jangan rusuh" gue ga mau pusing kayak Febi tadi.

"Kalo manggilnya pake 'woi' boleh kan, kak Bii" nih bocil ngambek mulai kurang ajar ternyata. "Biar cepet" pake ngasih alesan lagii.

"Kalo gitu aku manggil pake 'weh' aja ya" sahut Olla yang juga mulai ikut kurang ajar. "Biar beda"

"Eh?!! 'Weh' itu kasar tauk.." bales Jessi.

"Emang 'weh' kasar?" tanya Muthe.

"Kak Bii??"

Apa nih?
Apa ini udah mulai nanya-nanya ceritanya?

"Enggak kok, 'weh' itu ngga kasar" jawab gue. "Yang kasar itu amplas, kerikil, pasir.. Itu kasar" gue tambahin sedikit candaan biar ga terlalu tegang.

"Kalo aku manggilnya 'koko' gimana?" tanya Jessi tiba-tiba. "Aku ngerasa lebih nyaman kalo manggil kakak laki-laki pake 'koko' soalnya"

Belum sempet gue jawab, Muthe udah nambahin aja..., "Kalo manggil 'sayang' gapapa, kak?"

"Iihhh...!! Apa-apaan sih kalian berdua, kak Bii kan kakak aku!!" bocil ngambek ga terima.

"Apa sih, Angel.. Kakak aku juga tauk!!" belum selesai satu masalah, Febi malah nambahin lagi. "Kan mas Bii dan mbak Bii" makin banyak aja variant panggilan gue..

"Kak Febi jangan ikut-ikutan!! Jangan rangkul-rangkul kak Bii aku juga!!" bocil ngambek berubah jadi bocil cemburuan.

Eh, bentar..
Bener juga, kenapa Febi tiba-tiba main rangkul-rangkul aja nih?

"Woi!!"

"Ga usah cemburu dong, Angelina Christy.." sahut Febi.

"Aku mau nanya ke kak Bii kok" balas Christy dengan nada jutek. "Woi, Bii.. Aku mau nanya" dasar bocil cemburuan kurang ajar, dibiarin makin lama makin ngelunjak. Untung gue sayang.

"Ya udah, mau nanya apa?" gue udah terlalu males buat protes.

"Emang bener ya hewan kaki 1000 itu kakinya ada 1000?"

Huft~
Baru pertanyaan pertama, gue udah hela nafas lho.
Oke, gue akan coba jawab sebisa gue.

"Sebenernya ga sampe 1000, cuma biar gampang aja nyebutnya, jadi dianggep 1000" jawab gue. Ini masih jawaban normal, sans.

"Terus kalo ga sampe 1000 kenapa dinamainnya kaki 1000?" Christy masih belum puas sama jawaban gue.

"Kan tadi udah kakak bilang, biar gampang disebutnya.."

"Emang sebenernya kakinya ada berapa, kak?" masih nanya aja dia..

"Sembilan ratus dua puluh tiga" gue jawab asal aja, ga mungkin juga kan kakinya ada ganjil.

"Kenapa bukan disebut 'kaki banyak' aja kalo gitu?"

"Karena kalo 'kaki 1000' lebih gampang buat diinget juga, gitu Christy"

"Weh.." oke, bisa kasih gue nafas dulu engga sih? Baru pertanyaan pertama kepala gue udah mulai pusing lho.

"Iya, Olla?"

"Tokek itu ngomong tokek karena namanya tokek? Atau tokek namanya tokek karena dia ngomongnya tokek?" bentar.., bentar.. Bisa pelan-pelan ngga?

"Woi!!"

"Bentar, Angel.. Aku belom selesai nanyanya" Olla nyuruh Christy diem. "Jadi gimana, kak?"

"Kalian tau pikachu?" tanya gue balik yang dibalas dengan anggukan kepala, tak hanya dari Olla, Christy, Jessi dan Muthe yang ikut nyimak juga ngangguk. Bahkan Febi juga ikutan, ngapain coba..

"Yang pokemon itu kan, kak.." sahut Muthe.

"Menurut kalian Pikachu terinspirasi dari hewan apa?" gue bertanya lagi.

"Kelinci kan, soalnya warnanya kuning.." jawab Christy cepat.

"Iya.. Eh?!!" mending Christy diem dulu deh.

"Kelinci, soalnya telinganya panjang" ralat Jessi setelah sebelumnya mukul pelan lengan Christy.

"Salah, sebenernya pikachu itu terinspirasi dari tokek" ucap gue. "Karena mereka sama-sama menyebut nama mereka sendiri" untung tadi ada jeda sedikit dari Christy yang bisa gue pake buat mikir. Meskipun ini jawaban super ngasal sih.

"KakBii Brian sayangku, Aku mau tanya dong"

Kenapa beneran dipanggil gitu sih?
Mana pake ditambahin lagii. Malah kedengeran makin panjang.

"Kenapa hewan kayak kura-kura sama ubur-ubur itu namanya diulang?" tanya Muthe dengan wajah penasarannya.

"Eh, iya ya? Kenapa harus diulang ya? Lumba-lumba juga kan.." Febi pake nambah-nambahin lagi, bukannya bantuin.

"Kenapa diulang? Soalnya pada bingung, kok ga ada barca.. Jadi diulang" eh ini beda konteks ya. Tapi ya mau diulang berapa kalipun, bakal ada dua tim yang tetep bakal ketemu kok. Gue ga ada nyebut tim mana lho ya, jadi ga usah pada tersinggung.

"Kok bawa-bawa barca?" Febi kesel.

Yang harusnya kesel itu gue!!
Lagi enak-enak sama Chika, atau mungkin lebih tepatnya 'lagi mau enak-enak' malah ditelfon.
Katanya ada hal yang penting, gue kira apa'an.. Gue udah buru-buru balik, eh taunya cuma buat nemenin para bocil belajar.
Gue hampir 'enak' sama Chika malah dibuat nanggung.
Awas lo, Feb.. Harus tanggung jawab pokoknya.
Ya karena ga mungkin kan gue lampiasin perasaan nanggung ini ke Jessi, Muthe, Olla apalagi Christy.
Engga, bukan.. Bukan karena ini lagi ngga di aplikasi oren, tapi ya karena gue masih normal aja. Masa nafsu sama bocil. Bocilnya pada lucu-lucu juga, meskipun kada emang ngeselin sih kayak sekarang ini.

"Woi, kak Bii!! Kenapa manusia tinggal di bumi?" ampun dah..

Emang pertanyaan kayak gitu bakal muncul di soal ulangan anak sekolah jaman sekarang ya?
Kalo iya, gue sedikit bersyukur sih lahir lebih cepet..
Pertanyaan mereka daritadi bikin gue pusing, terutama pertanyaan dari Christy.
Untungnya ga mereka semua yang kayak gitu, pertanyaan Jessi masih di tahap normal kok. Cuma daritadi emang ga diketik aja, selain karena ada kemungkinan kurang seru, males juga..

"Koko Brian.. Apakah boleh seorang manusia menganggap dirinya ikan?" baru gue anggep dia normal, tiba-tiba ngelontarin pertanyaan level alien.

"Eh, Jessi.. Kok menyerang??" Christy merasa ga terima.

Ah, gue nemu jawabannya.

"Ga boleh!! Seorang manusia ga boleh menanggap dirinya ikan" jawab gue tegas. "Karena itu aneh.., sama halnya kayak seorang manusia yang menganggap dirinya jerapah"

"Ada masalah apa sih?" sekarang Febi yang merasa ga terima.

"KakBii Brian sayangku.. Kenapa manusia minum susu sapi ya? Siapa yang punya ide itu terlebih dahulu?" tanya Muthe. "Maksudnya kan, siapa orang yang pertama kali ngide buat ngambil susu sapi terus diminum?"

Iya ya, gue juga penasaran kalo ini.
Maksudnya sapi sendiri aja, dan bahkan semua hewan mamalia lainnya hanya minum susu dari induknya pas kecil doang. Kalo mereka udah dewasa minumnya ya air.
Tapi kenapa manusia meskipun udah dewasa masih aja ada yang doyan susu. Dan ironisnya gue adalah salah satunya.

Jangan berfikiran kotor dulu. Kan gue udah pernah jelasin kalo gue sarapan itu pake roti sama minum susu atau makan sereal yang dicampur susu.

"Weh.., jam berapa penemu jam nemuin jam ya, kak?" Olla peringkat kedua sebagai pemberi pertanyaan aneh. Masih di bawah Christy tapi tetep ngeselin.

"Jam 00.00" jawab gue. "Karena begitu jam itu ditemukan, saat itulah waktu dimulai.." sekali lagi gue ngasih jawaban asal.

"Koko..~ Orang pertama kali nemuin TV, liat apa ya?" oke, Jessi.. Kamu peringkat ketiga ya. Selamat.

"Yaaa..., TV!!" gue mulai emosi. "Jadi TV nya diliatin doang sama dia, sambil mikir.., 'kenapa gue bikin benda ini ya?' gitu"

"Woi, kak!! Apakah semua hewan di laut saling mengenal?"

"Iya" gue jawab singkat aja.

Tadinya mau gue jawab begitu doang, tapi biar sekalian dia overthinking.. Jadi gue tambahin jawaban gue.

"Tapi cuma saling mengenal, belum tentu akrab lho ya" tambah gue. "Kayak misalnya gini, kalian ada di satu grup yang isinya ada 30-an orang. Meskipun kalian saling kenal, tapi pasti akan ada circlenya sendiri-sendiri kan.."

Kenapa gue pake perumpamaan 'grup' ya?
Kan gue bisa pake perumpamaan 'kelas'.

Huft~
Padahal katanya One.

"Koko Brian..~ Burung unta itu sebenarnya unggas atau mamalia?" Jessi kayaknya pengen naik peringkat deh.

"Burung unta itu unggas, dia burung.. Bisa dilihat kan bentukannya kayak burung" gue sebisa mungkin nyoba buat nahan emosi.

"Tapi kalo burung kok dia ga bisa terbang?" Jessi masih nanya.

"Ga semua unggas bisa terbang" jawab gue lagi. "Pinguin itu juga termasuk unggas, tapi keahliannya bukan terbang, melainkan berenang. Dan ayam, keahliannya... digoreng(?), dibakar(?), dipanggang(?), digeprek(?), sama ketawa" ada kan yang namanya ayam ketawa.

"Tapi pinguin sama ayam kan ga ada embel-embel 'burung' di depan namanya.." Jessi ini kayak sengaja bikin gue emosi. "Maksudnya kenapa nama dia burung unta? Kenapa dia harus pake nama 'burung' kalo dia sebenernya ga bisa terbang?"

"Oke, jadi gini.. Dia dinamain burung unta karena ukurannya yang besar, kayak unta" cuma itu jawaban yang bisa gue pikirin saat ini.

"Kalo gitu, kenapa namanya bukan burung gajah?" Olla nimbrung. "Gajah kan juga besar, lebih besar malah.. Kalo hewan besar kan orang pasti kepikirannya gajah duluan"

"Iya bener.. Habis itu jerapah" Febi ga usah ikut-ikutan!! "Lagian kenapa bukan burung jerapah aja ya? Kan bentuknya juga mirip, sama-sama punya leher panjang.."

"Eh iya.. Bener juga ya" Christy manas-manasin. "Kenapa tuh ya, kak.."

"Gini.., ini bukan karena bentuknya" gue ngomong sambil masih mikir ini sebenernya. "Tapi itu..., karena lingkungan tempat tinggal dia itu mirip sama unta" gue ga tau bener apa engga sih ini, tapi ya udahlah ya.

"Lho.. Lho... Lho...," mau apa lagi sih, Feb? "Terus gimana sama kuda laut, anjing laut sama singa laut? Kan mereka tinggalnya ga mirip sama kuda, anjing, ataupun singa"

Lo itu harusnya bantuin gue dong, Feb..
Bukannya memperkeruh suasana.

"Kita bisa fokus ke burung unta dulu aja engga sih?" apa salah gue ya, Tuhan.

"Burung unta bertelor juga ya?"

"Namanya unggas pasti bertelor, Christy" jawab gue yang kayaknya bentar lagi udah mau nyerah. "Hewan yang termasuk dalam unggas, reptil, dan ikan itu semuanya bertelor.."

"Berarti telornya gede ya, kak?" Muthe keliatan penasaran. "Kan burung unta gede"

"Iya!! Semakin gede burungnya, semakin gede juga telornya!"

Astaga.., gue salah ngomong kayaknya. Itu kedengeran ambigu ga sih?

"Kak.." Febi nyenggol gue.

"Kenapa? Ga percaya? Mau dikasih liat?" gue mandang sinis ke arah Febi yang nampak kaget dengan respon yang gue kasih. Fix, bakal gue lampiasin ke dia habis ini.. Ga mau tau pokoknya.

"Oh iya.. Sebenernya duluan telor atau ayam sih??" pertanyaan soal burung unta belom selesai lho, Jessi nambahin lagi.

"Ayam" jawab gue cepet.

"Telor dong, ko.." malah dibantah dong. "Kan aku nyebutinnya telor duluan"

"Iya, lagian adanya itu telor ayam, bukan ayam telor" Christy ga usah ikut-ikutan deh. Kayak yang paham aja nantinya..

"Gini, logikanya.. Ayam itu bisa ngenalin telor, sedangkan telor ga bisa ngenalin ayam" gue coba ngasih penjelasan. "Telor ga akan bisa netes jadi ayam kalo ngga ada ayam yang mengerami. Sedangkan sebaliknya, ayam tetep bisa ngehasilin telor.."

"Tapi kan berarti ayam butuh pasangan buat bertelor" sahut Olla.

"Belum tentu.." jawab gue cepet. "Kalian tau engga, telor yang biasanya kalian konsumsi itu sebenernya bukanlah telor yang nantinya bisa jadi ayam"

"Maksudnya, kak?" Muthe bingung.

"Kalian semua cewek kan, udah pada pernah datang bulan?" sebagian dari mereka mengangguk. "Nah, telor yang biasanya dikonsumsi itu sebenarnya adalah hasil dari dateng bulannya ayam.."

"Hah?!! Mang iya? Iyuwh...~"

"Iihhhh..."

"Burung puyuh itu juga bertelor, kak?" tanya Muthe kali ini.

"Kan tadi udah kakak jelasin, Muthe..." saking gemesnya, gue uyel-uyel kedua pipinya. "Unggas, reptil, dan ikan itu semuanya bertelor"

"Kalo angin puyuh? Bertelor juga, kak?" Olla nyari masalah. Pertanyaan apa ini!!!?

"Angin puyuh itu.., angin yang disebabkan oleh kepakan sayap burung puyuh"

Karena pertanyaannya absurd, gue kasih jawaban absurd aja sekalian.
Tapi ternyata hal itu adalah sebuah blunder. Karena setelahnya, pertanyaan-pertanyaan level alien makin sering mereka lontarkan. Malahan, pertanyaan-pertanyaan mereka ga ada hubungannya sama pelajaran sekolah. Emang udah daritadi ga ada hubungannya sih kayaknya..

"Kenapa dinamainnya nasi kotak ya, kak? Padahal kan nasi bentuknya ga kotak, tapi bulet" pertanyaan ga penting dari Christy.

"Emang nasi bentuknya bulet?" gue tanya balik aja yang langsung bikin Christy bengong mikir.

Dari bocil ngambekan, ke bocil cemburuan, sekarang jadi bocil overthinking dia.

"Kenapa nasi kucing dinamainnya nasi kucing? Padahal bentuknya ga kayak kucing.." pertanyaan ga penting lagi dari Olla.

"Dinamain nasi kucing bukan karena bentuknya, tapi karena porsinya sedikit, kayak orang kalo ngasih makan ke kucing.."

"Emang kucing makan nasi? Bukannya ada makanannya sendiri?" Christy support temennya.

"Lah, terus kalian pikir sebelum makanan kucing ditemukan, para kucing itu makan apa?"

Mereka berdua kini mikir..
Mampus, jadi ada dua bocah overthinking sekarang.

"Kalo ikan sapu-sapu itu emang bentuknya kayak sapu?" pertanyaan ga penting lain dari Muthe.

"Dia dinamain ikan sapu-sapu bukan karena bentuknya yang kayak sapu" gue jawab sepengetahuan gue aja sih ini. "Tapi karena dia itu tugasnya 'menyapu' air, biar jadi bersih, biar jadi jernih gitu.."

"Emang iya, kak??" Christy heboh.

"Bukannya karena dia makan apa aja, kak?" Jessi mempertanyakan jawaban gue. Kalo udah tau, kenapa pake nanya sih..

"Iya, yang dimaksud dengan 'makan apa aja' itu adalah, dia makan kotoran juga.." gue jelasin. "Makanya kalo ada dia, air bisa jernih. Tapi jernih, belom tentu sehat ya.."

"Koko~~" panggil Jessi.

"Kenapa? Mau nanya soal 'bentukan' juga?" lagian kenapa daritadi mereka nanya soal bentuk sih?

"Bukan.. Ini soal ikan lagi" balas Jessi. "Apa bener ikan COD itu suka belanja online?"

Ya tuhan.. Apa salah hambamu ini?

Gue kali ini cuma bisa garuk-garuk kepala kebingungan. Harus gue jawab apa pertanyaan kayak gitu?

"Aku boleh ikutan nanya engga sih?" kenapa Febi malah mau ikutan, harusnya bantuin gue!! "Kenapa namanya roti sobek, padahal kan semua roti juga bisa disobek?"

"Namanya roti sobek itu karena dia lebih mudah untuk disobek, sobekannya bisa jadi lebih rapih gitu lho maksudnya.."

"Oohhh..." keempat bocah yang ikut denger cuma ngangguk-ngangguk aja.

Eh, tapi pertanyaan roti sobek tadi sempet ngalihin perhatian para bocah itu dari pertanyaan ikan COD ya..
Oh, mungkin itu cara Febi bantuin gue kali ya.

"Feb, mau roti sobek?" gue nawarin sebagai rasa terimakasih atas bantuannya.

Tapi muka Febi malah langsung panik dan kemudian dia mukul lengan gue pelan.

"Lah?" tentunya gue jadi bingung.

"Ada banyak anak kecil.." kenapa juga dia harus pake bisik-bisik segala.

Setelah itu, makin banyak aja pertanyaan alien yang keluar dari mulut mereka..

"Kenapa tukang nasi goreng demi mencari sesuap nasi, dia jualan nasi goreng?" Olla sepertinya akan kembali memulai rentetan pertanyaan absurd.

"Karena dia maunya nasi kuning, sedangkan dia bisanya cuma bikin nasi goreng, bukan nasi kuning.."

"Kenapa ga barter aja nasi goreng sama nasi kuning?" pertanyaan tambahan dari Christy.

"Tukang nasi kuningnya lebih suka nasi uduk?" Muthe nyoba nebak jawaban gue.

"Bukan" sahut gue.

"Oh, aku tau.. Tukang nasi kuningnya lagi diet, jadi ga mau makan nasi goreng" Jessi juga nyoba ikutan nebak.

Kenapa jadi main tebak-tebakan sih?

"Bukan.. Salah semua" bales gue. "Jawabannya adalah karena nasi gorengnya ga enak. Kualitas berasnya jelek" ini jawaban gue udah mulai ngasal. Atau daritadi ya?

"Kak, air mineral kalo dimasukin ke batok kelapa, apakah jadi air kelapa?" tanya Christy tiba-tiba.

"Jadi air minum, karena pada akhirnya dia diminum" tadinya mau gue jawab air kencing sebenernya, cuma gue pikir itu terlalu jorok.

"Kenapa kuntilanak jadi kuntilanak? Padahal pas mati dia dibungkus kayak pocong.." temanya kenapa tiba-tiba jadi agak horor.

"Iya, weh.. Kenapa pocong dibungkus ya? Kenapa ga makan di tempat?" Christy lagi-lagi mensupport temannya, kali ini Muthe. Tapi apa itu tadi?

"Tergantung selera fashionnya, sama arwah fashion designer yang dia temuin pas di kuburan sih sebenernya.." jawaban gue udah makin ngasal aja ini.

"Kalo kita rajin bermalas-malasan, apakah kita orang yang rajin atau orang yang malas?" yang ngeselin dari Jessi adalah, tiap kali dia ngelontarin pertanyaan.. Dia pasti bakal senyum-senyum. Sebenernya senyumannya itu manis, tapi karena pertanyaannya, jatohnya malah ngeselin.

"Orang nganggur mungkin.." gue hampir nyerah. "Jessi bisa nanya yang lain aja engga sih?"

"Oke.. Biru muda sama biru tua bedanya berapa tahun, kak?" astagaaa....!! Pertanyaan macam apa ini?

Maksud gue minta dia buat nanya yang lain itu, ngasih pertanyaan yang levelnya normal!!
Gue ini pengen nyelametin kamu lho, dedek Jeci..
Kurang-kurangin lah bertukar pikiran sama Christy.

"Huft~~" gue hela nafas sebentar sebelum kemudian gue jawab pertanyaannya. "Sebenarnya agak jauh sih, karena masih ada biru telor asin, biru secengan sama biru lazio"

"Hahaha..."

"Apa sih anda ketawa-ketawa aja?" gue terlalu berfikir positif soal Febi, bukannya bantuin gue, dia malah nambah beban. Pake ketawa-tawa segala lagi sekarang. "Ayo, kalian mau nanya apa lagi? Pasti kakak jawab kok.."

Udah kesiram, sekalian mandi aja..

"Apakah tulang kering kalo kena air, bisa jadi tukang basah?" ambil aku ya tuhan..

"Apakah orang yang mulutnya ember bisa buat nampung air hujan, kak?" gue belom sempet jawab, Muthe udah ngasih pertanyaan tambahan yang ga kalah absurd.

"Kalo orang yang mata keranjang, apakah bisa buat naroh pakaian kotor?" dan kemudian dicombo dong sama Christy.

"Itu cuma istilah.." jawab gue. "Gendang telinga kan juga ga bisa buat ngiringin Ayu Tingting ngelawak" eh, Ayu Tingting itu penyanyi atau pelawak sih?

"Kalo misal mata kaki kelilipan, gimana cara nguceknya ya?" dan sekarang Febi mulai menikmati perannya sebagai penambah beban pikiran.

"Cuci kaki!!"

"Kenapa kalo kita beli es batu, kita dapet es-nya aja? Batunya kemana?" tanya Olla lagi.

"Batunya disimpen, buat nimpuk orang yang nanya-nanya kayak gitu!! Kalo ga percaya, tanyain aja ke penjual es batu" Olla lantas geleng-geleng panik.

"Fungsi huruf E di kata ES itu apa ya?" Jessi kenapa makin lama, makin ikutan absurd sih. Dia udah mulai ikutan ga normal kayak temen-temennya nih..

"Buat nemenin huruf S" gue jawab singkat dan cepat.

"Oh..., karena S itu artinya Sepi?" celetuk Muthe.

"Atau Sendirian?" Christy nanggepin. "Bisa juga kan"

"Jadi Sepi atau Sendirian, kak?"

"Bisa lanjut pertanyaan lain aja?" gue bener-bener udah hampir nyerah kali ini.

"Belut listrik bayar tagihan listriknya dimana ya?" Christy tiba-tiba jadi petugas PLN.

"Bayar ke ubur-ubur.., trio ubur-ubur"

"Apakah penari latar boleh menari di latar belakang kehidupan orang lain?" Muthe tiba-tiba jadi crew batavia dancer.

"Ga boleh!! Karena kita ga boleh ikut campur kehidupan orang lain"

"Apakah Limbad kalo baik namanya jadi LimGood?" Olla menjelma jadi petugas kelurahan.

"Iya, tapi dia males kalo mau ganti nama karena harus syukuran dulu. Repot"

"Apakah kalo nikah ga ada wali bisa digantiin sama armada?" Febi kebelet minta cepet-cepet dinikahin.

"Ga bisa. Armada lagi padet jadwalnya" terusin aja, terusin. "Tapi mau ada wali atau engga, yang paling penting dan harus ada itu SETIA"

"Oohh..., S itu Setia, kak?" kenapa pake di call back sih. Jessi, kamu resmi di peringkat kedua menggeser Olla.

"STRES!!"

Bener-bener stres gue nanggepin pertanyaan-pertanyaan dari mereka ini.

"Belalang sembah itu nyembah apa ya, ko?" astaga... pertanyaan apa lagi ini, hei!!!

"Yang pasti dia bukan nyembah boyband!!" yang namanya Tuhan itu kan cuma satu, bukan tujuh. *ups

"Tapi masih mending belalang ya.." Christy tiba-tiba nyeletuk dan gue kayaknya tau ini arahnya mau kemana. "Padahal kan cuma seminggu sekali tapi tetep ga mau ke gereja"

Sebuah siklus evolusi: bocil ngambekan -> bocil cemburuan -> bocil overthinking -> bocil menyerang

"KakBii Brian sayangku, cintaku.." malah makin panjang ini Muthe manggilnya. "Kenapa penjual rujak naruh buah di dalem aquarium?"

"Itu bukan aquarium" kalo yang ini masih bisa gue jawab dengan normal. "Itu namanya etalase.. Engga semua yang ada kacanya itu aqurium"

"Sea World" celetuk Jessi. Kenapa pake nyeletuk segala sih.

Oke, selamat Jessi.. Kamu sekarang menduduki peringkat pertama.

"Kenapa sih, Jeci?" gemesh juga gue lama-lama sama bocil satu ini. "Kamu pengen kesana? Nanti ya, kapan-kapan ya.."

Jessi cuma bisa kaget, terdiam, bingung harus respon gimana. Dia lalu nunduk nyembunyiin pipinya yang memerah.

~~~~~​

Pertanyaan soal aquarium tadi mengakhiri sesi belajar bersama Bii kali ini. Dan ga akan ada sesi belajar selanjutnya.. Ga akan pernah ada.

Ga lama setelahnya para bocil itu pulang semua, tapi kali ini bukan dijemput Eli, kakaknya Muthe. Mereka dijemput sama kakaknya Jessi, yang tadi sempet nemenin Christy beli ikan.

Febi? Dia juga pulang. Mau pulang..
Masih numpang toilet. Katanya sih habis itu dia mau pesen taksi online.
Dia ga enak kalo tiba-tiba ikut nebeng. Selain karena pasti bakalan sempit nanti, belom begitu kenal juga kan. Gitu sih alesan yang dia bilang.

Soal ngelampiasin ke Febi? Lupain aja lah. Gue udah terlalu capek gara-gara mikirin jawaban buat pertanyaan-pertanyaan random dari keempat bocah + satu cewek freak tadi. Kepala gue juga agak pusing jadinya.

Oke, sekarang mendingan gue tidur. Syukur-syukur mimpiin Chika terus ngelanjutin yang tadi..

"Kak.." tapi tiba-tiba Christy manggil dengan nada sok galak.

"Hmm?"

"Maksud kakak tadi apa?"

Gue diem, selain males nanggepin, juga ga tau dia ini lagi apa sebenernya.

"Ngapain manggil Jessi pake 'Jeci' segala? Itu apa? Panggilan kesayangan? Ga cukup udah ngasih panggilan kesayangan ke Muthe?"

Lah, gimana sih?
Bukannya sebelumnya dia juga sempet manggil 'Jeci' ya?

"Terus juga kakak ngapain pake ngajakin Jessi ke Sea World??"

Oke, dia sekarang lagi balik ke mode bocil cemburuan ternyata.

"Kakak bahkan ga pernah ngajakin aku kesana"

Oke itu udah mode lebay.

"It's my dream, kak.. Not her!!"

Lho, heh..??

Tanpa berkata apa-apa, gue langsung naruh telapak tangan gue di puncak kepalanya dan kemudian ngelus-ngelus kepalanya.

"Maksud kakak itu, ya ngajakin kalian semua. Kamu... sama temen-temen kamu juga" gue nyoba buat nenangin bocil cemburuan.

"Hmm.., Bener ya.. Janji?"

"Iya.."

"Tapi kakak jangan gitu ya lain kali?" apa'an?!! Waterfall, men.

"Kebalik, harusnya kakak yang bilang kayak gitu.. Jangan gitu ya lain kali" watercannon, men. "Jangan tiba-tiba minta Febi nelfon kakak buat nyuruh kakak pulang kalo tujuannya cuma buat ngerjain kakak.."

"Eh?!! Maksudnya? Aku ga ada minta kak Febi buat nelfon kakak kok.." jawab Christy kok. "Aku bahkan ga tau kalo kak Febi nelfon kakak"

Christy bingung, gue pun juga bingung.
Disana gunung, disini-- STOP!!

Tapi ini berarti cuma ada satu penjelasan..,

"Christy kamu kakak tinggal sebentar gapapa kan ya.." ucap gue kemudian yang langsung ngambil jaket dan kunci motor.

"Eh.. Eh?!! Kak Bii mau kemana?"

"Nganterin Febi.."

Iya, cuma Febi yang bisa ngejelasin semuanya.
Kenapa tiba-tiba dia nelfon gue?
Kalo emang dia mau minta bantuan, kenapa harus pake bohong?
Apa dia bohong karena sebenernya ada maksud lain?

Dan kayaknya.., bakal bener-bener gue lampiasin semuanya ke dia.

"Oh iya, Christy.. Hati-hati sama kuntilanak yang harusnya jadi pocong ya.."

"EH?!!! AAAHHHH....., KAAAK BIIIIIII"


-つづく-
 
Catatan Penulis:

"Yeay..~
Akhirnya update juga.."


Tidak perlu repot, sudah saya wakilkan

Oke, di catatan penulis kali ini saya hanya mau bilang kalau...,
Di tahun yang baru, saya akan berusaha sebisa mungkin untuk update dengan lebih sering
Saya ga janji, tapi saya akan berusaha..

Okay, see ya~


Screenshot-20211210-203850-1.jpg


Makasih
• TTD H4N53N
 
Jav Toys
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd