Agen Terpercaya   Advertise
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG The Last Man Standing

Bukan_Jilbabsange

Semprot Addict
Daftar
12 Dec 2017
Post
487
Like diterima
12.731
Lokasi
Nomaden
Bimabet
THE LAST MAN STANDING


Bunyi klakson kendaraan menjadi hal yang biasa menghiasi keseharian warga Jakarta yang sedang terjebak macet untuk pulang ke rumah mereka sore ini. Diantara banyak orang itu, Josh dan teman-temannya, Peter, Hermann, dan Rumi juga sedang menunggu macet yang tidak kunjung selesai ini, mereka sekelompok remaja yang baru saja menyelesaikan semester keempatnya di sebuah univeritas terkemuka di kota itu. Empat bersahabat yang sudah saling mengenal sejak duduk di bangku SMA.

Josh adalah mahasiswa yang sedang menjalani pendidikannya pada studi ilmu pemerintahan, seorang aktivis dari sebuah organisasi internal kampusnya, tipikal pemimpin dengan banyak pertimbangan, ia yang paling bijak dari mereka berempat, pertemanan mereka bisa terus akrab karena Josh bisa menjadi penengah yang memiliki banyak solusi. Rumi adalah seorang yang jago beladiri taekwondo, peraih medali pada kejuaraan tingkat nasional, seorang yang sangat hati-hati dan responsif. Berbeda dengan Hermann, arogan, seorang anak dari keluarga yang berpengaruh dalam kendali besar dalam bisnis shipping dan pertambangan. Selain itu, Hermann juga seorang juara tinju tingkat daerah. Diantara mereka hanyalah Peter yang bukan seorang pusat perhatian di kampus, karena ia sendiri adalah orang yang asik dengan dunianya sendiri, namun dibalik itu semua, Peter lah yang paling cerdas, ia adalah pemenang olimpiade sains dan karya tulis ilmiah, Peter juga sangat menguasai segala hal di bidang komputer. Cukup beri dia kabel dan papan sirkuit, maka ia akan mengambil alih sistem keamanan rumahmu.

Sementara itu...

“Gila! Makin parah aja ni macet.” Ucap Josh yang sedang mengemudi membuka pembicaraan, “ya iyalah, jam segini tuh ya, jam nya orang pada pulang ngantor.” ucap Hermann dengan nada Betawi nya. Rumi sedang mengutak-atik radio berharap mengetahui informasi apa yang sedang terjadi di ujung kemacetan itu...

“Ss-se-sed... sedang terjadi keributan massal yang di jalan Mal... sssssssss...” tiba-tiba siaran radio itupun mengalami gangguan.

“yah kenapa nih? Radio lo jelek nih... makanya punya mobil dirawat”. Celetuk Rumi “btw, katanya ada bentrokan di sana, makanya jadi macet gini” lanjut Rumi. “iya-iya! Lo kata gue budek!? Semuanya denger kali” ucap Hermann. “sudah-sudah ribut aje lo pada!” ucap Josh.

Tiba-tiba orang-orang berlarian dari arah depan, penuh kepanikan, orang-orang yang melihat kejadian itu, keluar dari mobil keheranan dan memastikan apa yang terjadi di luar, tampak dari kejauhan orang-orang itu saling menerjang satu sama lain. Di tengah-tengah kerusuhan itu seseorang berlari dan menabrakan dirinya ke mobil mereka hingga membuat kaca depan mobil itu retak. Perdebatan mereka terhenti sejenak akibat kejadian itu, mereka saling memandang terkejut sekaligus bingung.

“eh eh! Apa-apaan nih? Sampai kesini bentroknya??” ucap Hermann yang dengan cepat keluar dari mobil. Namun, Hermann terpaku melihat seorang wanita berwajah pucat bermata putih dengan mulut yang berdarah-darah mengalami kejang dihadapannya. “itu orang gak apa-apa?” tegur Josh. Wanita itu bersikap semakin aneh, mulutnya mulai membuka dan menutup dengan sangat cepat, seperti hendak menggigit, tulang-tulangnya pun mulai bergemeretak berbunyi berusaha untuk bangun. Hermann mulai kebingungan dengan apa yang telah ia hadapi itu. Sangat jelas kekhawatiran terlukis di wajahnya.

Semakin lama semakin banyak. Suara klakson berganti menjadi suara teriakan yang amat memekikkan telinga, kepanikan terjadi disekeliling mereka. Ada sesuatu yang sedang terjadi dihadapan mereka. Tiba-tiba wanita yang ada di depan Hermann menerjangnya, Josh dan yang lainnya pun langsung keluar dari mobil mereka berusaha membantu Hermann yang sedang dalam bahaya. Dengan cepat Rumi bergerak menendang wanita itu, Hermann lalu mendorong wanita itu sangat kuat sampai terjatuh mengenai bahu jalan dan melukai kepalanya. namun, wanita itu masih saja bergerak berusaha bangun dan menerkam mereka. Dengan ketakutan Rumi menendang wanita itu, dan menginjak kepalanya keujung bahu jalan, mematahkan tulang leher dan memecahkan kepala wanita itu. Bercak darahpun mengenai Rumi, Josh, dan Hermann. Jumlah orang yang berlari menuju mereka pun semakin banyak, bagaikan orang-orang lapar yang haus akan darah mencicipi setiap potong daging dari orang lainnya.

Kekacauan semakin memuncak, orang-orang berlarian menyelamatkan diri dari sesuatu yang mereka tidak tahu. Para pemuda itu melihat sekelompok orang sedang menggigiti tubuh orang lain yang terjatuh sampai terkoyak. Mereka tidak tahu apa yang sedang terjadi, dengan kebingungan mereka berlari di tengah kerumunan mencari tempat berlindung.
“Cepat! Cepat! Rumi bantu aku mencari mobil, Peter! Hermann! Bergegaslah ambil barang-barang yang tertinggal” ucap Josh dengan tergesa-gesa. Beruntunglah mereka karena Hermann adalah seorang anggota komunitas menembak pula, dengan cepat Hermann mengambil senapan angin yang ada di kursi belakang, Peter masih saja berkutat dengan ponsel cerdasnya, kali ini Peter dikejutkan dengan berita mengenai fenomena yang terjadi di ujung jalan itu, tentang bentrokan yang tidak diketahui asalnya, digambarkan bahwa kejadian itu berlangsung sangat cepat, orang-orang yang dibunuh pun tiba-tiba mengalami kejang dan seketika ikut mengejar orang lainnya.

Josh dan Rumi dengan tergesa-gesa mencari mobil. “cepat! Masuk kesini.” Lanjut Josh yang menemukan sebuah mobil dan langsung memecahkan kacanya. Hermann dan Peter segera menyusul mereka, dengan raut wajah yang masih bingung diantara mereka, “itu apaan! Gila kali itu cewek bisa kuat begitu! Ini ada apaan sih sebenernya!” ucap Josh kepada teman-temannya. “A-aku tidak tau, tidak ada yang tau mengenai kejadian ini! semuanya terjadi begitu saja, tidak ada konfirmasi mengenai apapun yang terjadi, bahkan dari pemerintah sekalipun! kemungkinan kejadian ini tidak hanya terjadi di kota ini, tapi di seluruh Pulau!” lanjut Peter dengan terbata-bata menahan rasa lelah dan syok. Dengan cepat mereka pergi dari tempat itu. “hei! Sebentar kita harus membeli peluru!” ucap Hermann. Josh dengan cepat menancap gas menuju toko swalayan terdekat.

Kekacauan terjadi diseluruh kota, penjarahan terjadi dimana-mana, kali ini tidak hanya berhadapan dengan manusia yang sakit itu, tetapi juga dengan orang-orang yang panik, menjarah barang-barang di toko mengambil persedian agar bisa hidup jika sesuatu yang lebih buruk yang akan terjadi. Semua orang hanya sibuk menyelamatkan dirinya masing-masing. Pembunuhan terjadi hanya untuk mengambil apa yang mereka perlukan. Sadis memang tapi itulah kenyataannya, naluri manusia untuk bertahan hidup seketika muncul ditengah-tengah kepanikan, memperlihatkan betapa kejamnya umat manusia ketika dalam keadaan terdesak. Para pemuda itu dengan cepat memasuki toko swalayan, mengambil hal-hal yang mereka perlukan.

“Peter, ambil obatan-obatan itu! Rumi dan Hermann akan menuju blok perlengkapan rumah tangga. “segera! Kita bertemu di mobil...” ucap Josh kepada Peter. Dengan kompak mereka bergerak menuju tempat masing-masing. Hermann dan Rumi mengambil alat-alat yang mungkin bisa mereka gunakan untuk mempertahankan diri. Setelah semua terkumpul mereka segera meninggalkan toko itu. Saat berlari Hermann pun terdiam sejenak melihat sesuatu di blok perlengkapan bermain. “Ini akan menyenangkan, seperti film laga thriller yang aku lihat di TV!” ucap Hermann sambil mengambil sebuah tongkat Baseball. “Hei! Cepatlah! Kita tidak ada waktu untuk becanda!” ketus Rumi yang sudah khawatir dengan keadaan.

Dengan cepat mereka keluar dari toko swalayan itu, Josh dan Peter yang sudah siap untuk berangkatpun langsung menancapkan gas ketika Rumi dan Hermann menaiki mobil, dengan segera Rumi memutar-mutar frekuensi radio berharap ada informasi yang bisa didapatkan.
- - dalam frekuensi radio - -​
“Untuk *ssss*-*se*-seluruh warga yang mendengarkan siaran ini, kumpulkanlah bahan makanan sebanyak mungkin, hindari jalanan, kuncilah rumah anda, bantuan akan segera datang selambat-lambatnya besok. Kita tidak tahu apa yang sedang kita hadapi, belum ada konfirmasi resmi dari pemerintah mengenai hal ini, fenomena ini terjadi di seluruh wilayah. Semoga kita selalu di dalam lindungan Tuhan...”



Apa yang dikatakan oleh pria yang ada pada siaran itu, membingungkan mereka mengenai apa yang sebenarnya yang sedang terjadi seperti ada sesuatu yang salah, namun keheningan mereka tiba-tiba pecah karena sekejab sebuah mobil menyambar mobil mereka dari samping kiri ketika hendak melawati perempatan, mobil yang mereka tumpangi pun langsung terbalik. Beruntungnya tidak mencelakai mereka, hanya sedikit luka kecil dan lecet. Dengan terhuyung-huyung, suara yang teredam di telinga Josh mulai kembali normal, dengan sadar Josh yang lebih dulu keluar dari mobil menolong teman-temannya. Mereka melihat kearah pengemudi yang menabrak mereka, tubuhnya mulai tidak berdaya dengan warna matanya yang mulai memudar. Mereka menyadari bahwa orang itu akan menjadi bagian dari kerumunan orang-orang yang mereka lihat saat terjebak macet tadi. Dari kejauhan mereka melihat banyak orang yang berlarian dengan keadaan berdarah, luka, bahkan kehilangan anggota tubuh mereka. Josh menyadari bahwa itu bukan lagi seorang manusia, melainkan sesuatu yang menguasai tubuh orang-orang malang itu.

Mereka langsung bergegas berlari menuju sebuah bangunan perkantoran yang telah kosong, bangunan yang tinggi, cukup untuk dijadikan tempat berlindung dan pertahanan yang baik dari serangan orang-orang itu. Segera mereka masuk, namun kerumunan itu dengan cepat pula masuk mengejar mereka. Listrik yang padam membuat mereka hanya bisa menggunakan tangga darurat. Dengan segera mereka menutup pintu dan mengganjalnya dengan sapu dan pel lantai, segera mereka menaiki tangga dan menutup pintu pada tangga darurat di lantai dua, lalu mereka berlari lagi menuju lantai tiga sampai empat mengganjal pintu dengan perlengkapan kebersihan yang biasanya ada di kantor dan memblok tangga itu dengan kursi-kursi kantor sampai menutup total tangga itu. Untuk sementara, mereka bisa merasa aman.

Bersambung...
 
cerita The Last Man Standing adalah tulisan pertama gw di tahun 2012, gak pernah gw post dimana2 karna takut aja, namanya juga karya pertama, sudah gw sadari kalo jelek dan jelek banget..
jadi gw membranikan diri buat post di mari, itung2 blajar, karna ngeliat SF di mari cukup aktif, thank u ya yg udah baca.. semoga agan2 suka :ampun:
oyaa... mohon sarannya... itu akan sangat membantu.
 
THE LAST MAN STANDING


Bunyi klakson kendaraan menjadi hal yang biasa menghiasi keseharian warga Jakarta yang sedang terjebak macet untuk pulang ke rumah mereka sore ini. Diantara banyak orang itu, Josh dan teman-temannya, Peter, Hermann, dan Rumi juga sedang menunggu macet yang tidak kunjung selesai ini, mereka sekelompok remaja yang baru saja menyelesaikan semester keempatnya di sebuah univeritas terkemuka di kota itu. Empat bersahabat yang sudah saling mengenal sejak duduk di bangku SMA.

Josh adalah mahasiswa yang sedang menjalani pendidikannya pada studi ilmu pemerintahan, seorang aktivis dari sebuah organisasi internal kampusnya, tipikal pemimpin dengan banyak pertimbangan, ia yang paling bijak dari mereka berempat, pertemanan mereka bisa terus akrab karena Josh bisa menjadi penengah yang memiliki banyak solusi. Rumi adalah seorang yang jago beladiri taekwondo, peraih medali pada kejuaraan tingkat nasional, seorang yang sangat hati-hati dan responsif. Berbeda dengan Hermann, arogan, seorang anak dari keluarga yang berpengaruh dalam kendali besar dalam bisnis shipping dan pertambangan. Selain itu, Hermann juga seorang juara tinju tingkat daerah. Diantara mereka hanyalah Peter yang bukan seorang pusat perhatian di kampus, karena ia sendiri adalah orang yang asik dengan dunianya sendiri, namun dibalik itu semua, Peter lah yang paling cerdas, ia adalah pemenang olimpiade sains dan karya tulis ilmiah, Peter juga sangat menguasai segala hal di bidang komputer. Cukup beri dia kabel dan papan sirkuit, maka ia akan mengambil alih sistem keamanan rumahmu.

Sementara itu...

“Gila! Makin parah aja ni macet.” Ucap Josh yang sedang mengemudi membuka pembicaraan, “ya iyalah, jam segini tuh ya, jam nya orang pada pulang ngantor.” ucap Hermann dengan nada Betawi nya. Rumi sedang mengutak-atik radio berharap mengetahui informasi apa yang sedang terjadi di ujung kemacetan itu...

“Ss-se-sed... sedang terjadi keributan massal yang di jalan Mal... sssssssss...” tiba-tiba siaran radio itupun mengalami gangguan.

“yah kenapa nih? Radio lo jelek nih... makanya punya mobil dirawat”. Celetuk Rumi “btw, katanya ada bentrokan di sana, makanya jadi macet gini” lanjut Rumi. “iya-iya! Lo kata gue budek!? Semuanya denger kali” ucap Hermann. “sudah-sudah ribut aje lo pada!” ucap Josh.

Tiba-tiba orang-orang berlarian dari arah depan, penuh kepanikan, orang-orang yang melihat kejadian itu, keluar dari mobil keheranan dan memastikan apa yang terjadi di luar, tampak dari kejauhan orang-orang itu saling menerjang satu sama lain. Di tengah-tengah kerusuhan itu seseorang berlari dan menabrakan dirinya ke mobil mereka hingga membuat kaca depan mobil itu retak. Perdebatan mereka terhenti sejenak akibat kejadian itu, mereka saling memandang terkejut sekaligus bingung.

“eh eh! Apa-apaan nih? Sampai kesini bentroknya??” ucap Hermann yang dengan cepat keluar dari mobil. Namun, Hermann terpaku melihat seorang wanita berwajah pucat bermata putih dengan mulut yang berdarah-darah mengalami kejang dihadapannya. “itu orang gak apa-apa?” tegur Josh. Wanita itu bersikap semakin aneh, mulutnya mulai membuka dan menutup dengan sangat cepat, seperti hendak menggigit, tulang-tulangnya pun mulai bergemeretak berbunyi berusaha untuk bangun. Hermann mulai kebingungan dengan apa yang telah ia hadapi itu. Sangat jelas kekhawatiran terlukis di wajahnya.

Semakin lama semakin banyak. Suara klakson berganti menjadi suara teriakan yang amat memekikkan telinga, kepanikan terjadi disekeliling mereka. Ada sesuatu yang sedang terjadi dihadapan mereka. Tiba-tiba wanita yang ada di depan Hermann menerjangnya, Josh dan yang lainnya pun langsung keluar dari mobil mereka berusaha membantu Hermann yang sedang dalam bahaya. Dengan cepat Rumi bergerak menendang wanita itu, Hermann lalu mendorong wanita itu sangat kuat sampai terjatuh mengenai bahu jalan dan melukai kepalanya. namun, wanita itu masih saja bergerak berusaha bangun dan menerkam mereka. Dengan ketakutan Rumi menendang wanita itu, dan menginjak kepalanya keujung bahu jalan, mematahkan tulang leher dan memecahkan kepala wanita itu. Bercak darahpun mengenai Rumi, Josh, dan Hermann. Jumlah orang yang berlari menuju mereka pun semakin banyak, bagaikan orang-orang lapar yang haus akan darah mencicipi setiap potong daging dari orang lainnya.

Kekacauan semakin memuncak, orang-orang berlarian menyelamatkan diri dari sesuatu yang mereka tidak tahu. Para pemuda itu melihat sekelompok orang sedang menggigiti tubuh orang lain yang terjatuh sampai terkoyak. Mereka tidak tahu apa yang sedang terjadi, dengan kebingungan mereka berlari di tengah kerumunan mencari tempat berlindung.
“Cepat! Cepat! Rumi bantu aku mencari mobil, Peter! Hermann! Bergegaslah ambil barang-barang yang tertinggal” ucap Josh dengan tergesa-gesa. Beruntunglah mereka karena Hermann adalah seorang anggota komunitas menembak pula, dengan cepat Hermann mengambil senapan angin yang ada di kursi belakang, Peter masih saja berkutat dengan ponsel cerdasnya, kali ini Peter dikejutkan dengan berita mengenai fenomena yang terjadi di ujung jalan itu, tentang bentrokan yang tidak diketahui asalnya, digambarkan bahwa kejadian itu berlangsung sangat cepat, orang-orang yang dibunuh pun tiba-tiba mengalami kejang dan seketika ikut mengejar orang lainnya.

Josh dan Rumi dengan tergesa-gesa mencari mobil. “cepat! Masuk kesini.” Lanjut Josh yang menemukan sebuah mobil dan langsung memecahkan kacanya. Hermann dan Peter segera menyusul mereka, dengan raut wajah yang masih bingung diantara mereka, “itu apaan! Gila kali itu cewek bisa kuat begitu! Ini ada apaan sih sebenernya!” ucap Josh kepada teman-temannya. “A-aku tidak tau, tidak ada yang tau mengenai kejadian ini! semuanya terjadi begitu saja, tidak ada konfirmasi mengenai apapun yang terjadi, bahkan dari pemerintah sekalipun! kemungkinan kejadian ini tidak hanya terjadi di kota ini, tapi di seluruh Pulau!” lanjut Peter dengan terbata-bata menahan rasa lelah dan syok. Dengan cepat mereka pergi dari tempat itu. “hei! Sebentar kita harus membeli peluru!” ucap Hermann. Josh dengan cepat menancap gas menuju toko swalayan terdekat.

Kekacauan terjadi diseluruh kota, penjarahan terjadi dimana-mana, kali ini tidak hanya berhadapan dengan manusia yang sakit itu, tetapi juga dengan orang-orang yang panik, menjarah barang-barang di toko mengambil persedian agar bisa hidup jika sesuatu yang lebih buruk yang akan terjadi. Semua orang hanya sibuk menyelamatkan dirinya masing-masing. Pembunuhan terjadi hanya untuk mengambil apa yang mereka perlukan. Sadis memang tapi itulah kenyataannya, naluri manusia untuk bertahan hidup seketika muncul ditengah-tengah kepanikan, memperlihatkan betapa kejamnya umat manusia ketika dalam keadaan terdesak. Para pemuda itu dengan cepat memasuki toko swalayan, mengambil hal-hal yang mereka perlukan.

“Peter, ambil obatan-obatan itu! Rumi dan Hermann akan menuju blok perlengkapan rumah tangga. “segera! Kita bertemu di mobil...” ucap Josh kepada Peter. Dengan kompak mereka bergerak menuju tempat masing-masing. Hermann dan Rumi mengambil alat-alat yang mungkin bisa mereka gunakan untuk mempertahankan diri. Setelah semua terkumpul mereka segera meninggalkan toko itu. Saat berlari Hermann pun terdiam sejenak melihat sesuatu di blok perlengkapan bermain. “Ini akan menyenangkan, seperti film laga thriller yang aku lihat di TV!” ucap Hermann sambil mengambil sebuah tongkat Baseball. “Hei! Cepatlah! Kita tidak ada waktu untuk becanda!” ketus Rumi yang sudah khawatir dengan keadaan.

Dengan cepat mereka keluar dari toko swalayan itu, Josh dan Peter yang sudah siap untuk berangkatpun langsung menancapkan gas ketika Rumi dan Hermann menaiki mobil, dengan segera Rumi memutar-mutar frekuensi radio berharap ada informasi yang bisa didapatkan.
- - dalam frekuensi radio - -​
“Untuk *ssss*-*se*-seluruh warga yang mendengarkan siaran ini, kumpulkanlah bahan makanan sebanyak mungkin, hindari jalanan, kuncilah rumah anda, bantuan akan segera datang selambat-lambatnya besok. Kita tidak tahu apa yang sedang kita hadapi, belum ada konfirmasi resmi dari pemerintah mengenai hal ini, fenomena ini terjadi di seluruh wilayah. Semoga kita selalu di dalam lindungan Tuhan...”



Apa yang dikatakan oleh pria yang ada pada siaran itu, membingungkan mereka mengenai apa yang sebenarnya yang sedang terjadi seperti ada sesuatu yang salah, namun keheningan mereka tiba-tiba pecah karena sekejab sebuah mobil menyambar mobil mereka dari samping kiri ketika hendak melawati perempatan, mobil yang mereka tumpangi pun langsung terbalik. Beruntungnya tidak mencelakai mereka, hanya sedikit luka kecil dan lecet. Dengan terhuyung-huyung, suara yang teredam di telinga Josh mulai kembali normal, dengan sadar Josh yang lebih dulu keluar dari mobil menolong teman-temannya. Mereka melihat kearah pengemudi yang menabrak mereka, tubuhnya mulai tidak berdaya dengan warna matanya yang mulai memudar. Mereka menyadari bahwa orang itu akan menjadi bagian dari kerumunan orang-orang yang mereka lihat saat terjebak macet tadi. Dari kejauhan mereka melihat banyak orang yang berlarian dengan keadaan berdarah, luka, bahkan kehilangan anggota tubuh mereka. Josh menyadari bahwa itu bukan lagi seorang manusia, melainkan sesuatu yang menguasai tubuh orang-orang malang itu.

Mereka langsung bergegas berlari menuju sebuah bangunan perkantoran yang telah kosong, bangunan yang tinggi, cukup untuk dijadikan tempat berlindung dan pertahanan yang baik dari serangan orang-orang itu. Segera mereka masuk, namun kerumunan itu dengan cepat pula masuk mengejar mereka. Listrik yang padam membuat mereka hanya bisa menggunakan tangga darurat. Dengan segera mereka menutup pintu dan mengganjalnya dengan sapu dan pel lantai, segera mereka menaiki tangga dan menutup pintu pada tangga darurat di lantai dua, lalu mereka berlari lagi menuju lantai tiga sampai empat mengganjal pintu dengan perlengkapan kebersihan yang biasanya ada di kantor dan memblok tangga itu dengan kursi-kursi kantor sampai menutup total tangga itu. Untuk sementara, mereka bisa merasa aman.

Bersambung...

wah genre zombie apocalypse nih, mantap!
 
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
Jav Toys
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd