Agen Terpercaya   Advertise
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Tono dan para wanitanya... Arc 2 : Intan

The EX 02 - Chapter 18
Timeline : 2011 Maret
Hari yang sama dengan Chapter 17

--POV Eko--

Namaku Eko, mungkin aku termasuk orang yang tak tahu diri. Bagaimana tidak, aku pernah mencuri celana dalam dari pacar bos ku. Jujur saja, aku juga terpesona dengan mbak Intan. Dia begitu cantik dan supel, mudah akrab dengan semua orang. Bahkan sebelum aku bekerja di toko ini, sering aku curi-curi pandang kepadanya. Jarang sekali di area pasar ini ada cewek yang secantik dia.

Saat aku masih jadi kuli panggul lepas yang tak tentu penghasilan di pasar ini, mas Ramdan dan mas Tono sering menyuruhku untuk bongkar muat barang. Disaat itulah aku mulai kenal akrab dengan mereka dan mereka mempekerjakan ku disini. Gaji yang kudapat juga sangat mending daripada saat jadi buruh lepas. Aku bisa mendapatkan gaji 300 ribu per bulan ditambah aku juga mendapatkan tempat tinggal gratis. Mereka mengizinkan ku tidur di toko ini.

Dengan bekerja disini, semakin sering aku bisa berinteraksi dengan mbak Intan. Orangnya yang ceplas ceplos dan suka bercanda membuatku semakin terpesona. Andai mbak Intan bukan pacar mas Tono, mungkin aku sudah berusaha mendekatinya. Tapi apa daya, aku hanya orang putus sekolah yang kerja serabutan. Ditambah lagi, aku seperti hutang budi dengan mas Tono. kalau bukan karena dia mungkin sekarang aku masih tidur di pelataran toko dan terkadang tidak makan karena tak punya uang.

Sampai suatu ketika, aku memergoki mas Tono dan mbak Intan sedang berhubungan sex di gudang. Saat itu aku mengintip mereka dari sisi tumpukan barang dan gudang yang agak gelap cukup aman untuk ku bersembunyi. Meski demikian, cukup buatku untuk melihat jelas lekuk tubuh mbak Intan. Suatu hal yang membuatku penasaran dari dulu adalah payudaranya yang cukup besar itu dan sekarang aku bisa melihatnya sedang bergoyang-goyang dan diremas-remas mas Tono.

Setelah saat itu aku semakin tak tahan rasanya dengan kemolekan tubuh mbak Intan. Terkadang sering aku mengintipnya diam-diam saat dia mandi di Toko. Bahkan mbak Intan sudah jadi objek onani ku setiap hari dan akhirnya aku nekat mencuri celana dalam yang dia tinggalkan di dalam tasnya. Keberanian ku hanya sebatas itu saja. Celana dalamnya sering ku gunakan untuk mengocok batangku sambil kubayangkan bagaimana kalau aku yang diposisi mas Tono. Ingin rasanya kujejalkan batangku ini ke dalam kemaluannya sambil meremas-remas payudaranya yang besar itu.

Sampai akhirnya tadi pagi mbak Intan menemukan cd nya yang sering aku pakai onani. Padahal sudah aku sembunyikan di tempat yang mungkin tidak dapat dia temukan. Untung saja mbak Intan tidak marah. Tetapi malah memberikan ku kenikmatan di pagi hari. Meski aku juga takut ketahuan orang. Tapi masa iya rejeki aku tolak. Aku tak menyangka pagi ini batangku merasakan kelembutan bibir mbak Intan. Sepertinya, mbak Intan tidak akan menolak bila aku minta lebih dari sekedar blowjob dan sekarang aku rasanya akan lebih berani lagi untuk menggodanya. Tentunya tanpa sepengetahuan mas Tono.

Eko : “sini mbak aku bantuin, aku aja yang ngangkatin barang.” aku yang melihat mbak Intan sedang memindahkan barang segera membantunya.
Intan : “makasih ko.” sambil curi-curi kesempatan aku memegang tangannya saat mengangkat barang berdua. Mbak intan hanya tersenyum genit penuh arti kearahku. Sudah jam 6 sore jadi sudah waktunya untuk menata beberapa barang. Hari ini otak ku membayangkan hal-hal yang ingin kulakukan dengan mbak Intan. Bisa dibilang sepanjang hari rasanya penis ku tegang terus.

Aku melihat mbak Intan menata di rak atas yang membuat kaos nya tersingkap sehingga menampakkan perutnya yang putih mulus itu membuatku gemas. Ku colek saja pinggangnya dan dia pun terkejut.
Intan : “eh… ko… ssstt… jangan usil deh. Gak takut kamu dilihat mas Tono?”
Eko : “hehe maaf mbak… bercanda. Mas Tono lagi ke toilet tuh.”
Intan : “berani ya sekarang, kalau ketahuan nanti dipecat lho kamu. Hahaha”
Eko : “hehe ya mbak sih. Bikin gak tahan aja.”
Intan : “sssttt.. Udah udah… bantuin nih biar cepet selesai.”
Eko : “siap mbak.”

Saat membantunya, aku masih sesekali curi-curi kesempatan. Seperti menggesek penisku yang masih tegang maksimal ini di pantat montok mbak Intan. Mbak Intan juga sedikit tersentak ketika aku melakukan ini.
Intan : “aish… ko… nanti dilihat mas Tono lho… masih tegang aja kamu nih...” aku hanya tersenyum-senyum sendiri. Mbak Intan celingak-celinguk seperti takut ketahuan. Untungnya mas Tono tidak ada.
Intan : “udah ya ko. Nanti malam deh, habis mas Tono pulang, aku kesini lagi.”
Eko : “iya mbak aku tungguin ya. Jam berapa nih?”
Intan : “suka-suka aku. Nanti jam berapa. Kalau kamu ketiduran ya udah aku balik lagi.”
Eko : “iya deh mbak.” sambil kuraba pantatnya.
Intan : “aish… ko...” tangan ku di tepuk.

Tono : “udah selesai belum yank? Sini aku bantuin.” mas Tono datang dan membantu kami disini membuatku jadi tak bisa menyentuh mbak Intan lagi.
Intan : “eh yank, ini dikit lagi. Skripsimu gimana?”
Tono: “udah nih tinggal tunggu balesan dosen.”
Intan : “nah gitu dong. Mmmuuah...” mbak Intan mencium bibir mas Tono didepanku.
Tono : “heh, nyium didepan Eko gak malu? Haha”
Intan : “biarin aja. Cium pacar sendiri ini. Hehe”
Tono : “ya udah yuk abis ini makan malam.”
Intan : “ayo yank. Eko, nitip lanjutin beresin ya.”
Eko : “siap mbak. Mas Tono ini saya yang lanjutin aja.”
Tono : “ya udah kalau gitu nitip beresin ya ko.”
Akhirnya mas Tono dan mbak Intan pergi. Aku lanjut membereskan barang dan membersihkan toko. Sambil menunggu nanti malam, apa benar mbak Intan mau datang lagi ke toko malam-malam. Semoga saja benar dan aku bisa menuntaskan nafsuku yang sudah menumpuk seharian ini. Aku bahkan sampai lupa diri dan seharusnya aku tak boleh seperti ini. Seperti tak menghargai mas Tono yang sudah banyak membantuku. Tapi kalau mbak Intan nya sendiri seperti ini juga siapa yang bisa menolak. Dia sangat cantik untuk orang selevel aku yang tidak jelas ini.

Apakah mbak Intan memang seperti ini? Apakah dia memang cewek yang gampangan? Apakah mas Tono tahu kelakuan mbak Intan? Tiba-tiba pertanyaan ini muncul disaat aku sedang menikmati malam sambil merokok di depan toko. Kalau misal memang benar kelakuan mbak Intan seperti ini, kira-kira siapa saja yang sudah menikmatinya ya. Rasanya bidadari seperti dia banyak yang menginginkannya juga. Tak terasa aku melamun sampai jam 9 malam dan mbak Intan belum kesini juga. Aku putuskan untuk masuk kedalam dan mengunci rolling door. Rasanya ini semua hanya khayalanku saja, tak mungkin wanita secantik mbak Intan mau bermain denganku lagi. Aku anggap saja yang tadi pagi rejeki yang gak akan terulang lagi begitu saja. Kalau memang mbak Intan tidak ke toko seperti janjinya maka besok aku anggap sudah tak ada apa-apa dan kembali seperti biasa.

Kalau ku ingat-ingat lagi kejadian pagi tadi rasanya sungguh-sungguh tak mungkin kulupakan. Bibir lembutnya mencium penisku dan aku bisa melesakkan nya kedalam mulutnya. Sambil merokok kulanjutkan untuk menghayalkan kejadian tadi yang membuat penisku tegang kembali. Tapi tak lama kemudian ada suara motor berhenti di depan toko. Aku kembali membuka rolling door toko.

Eko : “eh mbak beneran kesini lagi.”
Intan : “iya dong kan sudah janji. Kamu sudah makan belum? Ini aku bawain nasi padang.” mbak Intan beneran datang kembali sekitar jam 10 malam. Dia sudah mengenakan pakaian kerjanya. Kulihat di sekitar juga masih agak ramai. Ini membuatku sedikit was-was takut ketahuan.
Eko : “makasih mbak. Shift malam nih?”
Intan : “iya nih.” mbak intan masuk gitu saja kedalam toko.
Eko : “mbak, motornya mau dimasukin?”
Intan : “boleh ko, masukin aja.” aku langsung memasukkan motornya ke dalam dan menutup kembali rolling doornya. Aku melihat mbak Intan berjalan perlahan ke belakang, kearah gudang setelah menaruh tas nya di meja kasir depan. Seakan memancingku untuk membekapnya dari belakang. Ditambah lagi suasana mendukung, pencahayaan dalam toko kalau malam remang-remang karena tak semua lampu aku nyalakan.

Aku berjalan dibelakang mengikutinya, lalu memeluknya.
Intan : “eh ko… main peluk aja belum ijin. Mana bau kamu nih belum mandi ya?”
Eko : “udah gak tahan nih mbak Intan… mana kamu wangi banget mbak malam ini.”
Intan : “kalau lagi berdua gini gak usah panggil mbak biar gak canggung. Panggil Intan aja ya.” tampaknya mbak Intan memang memberiku kesempatan karena dia tak melawan saat tangan ku mulai menggerayangi payudaranya. Aku pun mendorongnya ke arah gudang dan aku memepetnya ke area tumpukan karung beras sampai Intan tertunduk berpegangan. Aku mulai menciumi area punggung dan tanganku mulai meremas-remas payudaranya sambil perlahan kubuka kancing bajunya. Wangi tubuhnya semakin membuatku terhanyut.

Intan balik badan setelah aku buka semua kancing baju seragamnya. Nampak jelas payudaranya yang masih terbungkus bra dan kulitnya yang mulus ini.
Intan : “ish… sudah gak sabar ya? Burungmu tuh dari tadi nekan-nekan pantatku.” memang sedari tadi aku sudah tidak sabar lagi dan menekan-nekan penisku ke belahan pantatnya.
Eko : “hehe… maaf mbak… gak tahan...”
Intan : “ssstt… masih panggil mbak. Emang nya aku mbak mu apa. Haha. panggil Intan ya.”
Eko : “iya deh Intan yang cantik...”
Intan : “nah gitu dong… mmmmmmhhhh….” Intan memejamkan matanya dan mulai menciumku. Dia tidak segan-segan menciumku padahal mulutku masih bau rokok. Lidahnya mulai bermain mencoba masuk ke dalam mulutku. Dan akhirnya kami pun berciuman panas sambil aku kembali meremas-remas payudaranya.

Eko : “tan… aku buka ya...” dia hanya mengangguk sambil menggigit bibirnya. Rasanya Intan juga sudah terhanyut dalam nafsu. Akhirnya aku membuka jilbab, baju luar, dan bra nya yang membuat tubuh bagian atasnya sudah terpampang didepan ku. Hal yang selama ini kubayangkan akhirnya bisa kurasakan malam ini.
Intan : “ahhss… ko… nngghh… aaahs...” Intan mulai melenguh ketika payudaranya jadi bulan-bulananku. Kuhisap dan ku gigit pelan bergantian putingnya yang sudah mencuat sambil terus meremasnya kasar. Intan memejamkan mata dan menikmati rangsangan yang kuberikan. Tangannya pun meremas rambutku. Kedua payudaranya sampai memerah karena remasan ku terlalu kuat.

Semua area payudaranya tak luput dari mulutku yang melahapnya bergantian.
Intan : “auch… ko… sakit ko...” Intan mendorongku karena gigitanku diputingnya terlalu keras.
Intan : “iiih… nafsu banget sih… perih nih kamu gigit nya kekencengan...”
Eko : “hehe maaf maaf… kebawa nafsu tan...”
Intan : “hmm pasti ini sudah tegang banget ya?” Intan lalu jongkok dan membuka celana ku.
Intan : “astaga…. Gede banget ko… kok rasanya lebih gede dari tadi pagi ya?” aku hanya tersenyum menanggapinya. Intan menggenggam penisku dengan tangan kanan nya dan mengurutnya perlahan. Nampak jari tangannya tak bisa melingkari penisku yang sudah tegang maksimal ini.

Intan : “duh… gede banget sih… muat gak ya… kok bisa sih lebih gede dari tadi pagi?”
Eko : “ya gimana gak makin gede tan, liat body mu langsung sekarang bikin aku gak nahan.”
Intan : “iya... sampai pentil ku digigit. Perih nih...”
Eko : “hehehe ya maaf Tan...” kemudian Intan mulai mengulum penisku. Dia nampak kesusahan dan tak bisa memasukkan semua batang penisku kedalam mulutnya. Wanita cantik ini kembali mengulum penisku.
Intan : “mmmhh... mmmhhh… gede banget sih… mmmhhh...” hanya sepertiga bagian saja yang bisa masuk kemulutnya.

Aku yang semakin tak tahan lagi mendorong penisku agar masuk lebih dalam dimulutnya. Tapi ternyata mentok di tenggorokannya dan Intan mendorong pahaku.
Intan : “iseng banget sih didorong masuk?”
Eko : “hehehe sudah gak tahan nih Tan.” mendengar ucapan ku, Intan berdiri dan menyudahi mengulum penisku.
Intan : “hmmm…. Kalau gitu… ngapain lagi ya enaknya...eh...” Intan kaget ketika kuangkat dirinya dan ku gendong ke tempatku biasanya beristirahat. Kemudian ku baringkan dia di atas tikar tempatku tidur biasanya dan dia hanya tersenyum.
Intan : “mau diapain nih aku? Auch… ahs… ahhs...” aku menindihnya dan kembali melahap payudaranya yang montok ini. Ku gesek kan selangkangan ku dengan selangkangannya, meski Intan masih mengenakan celana tapi rasanya nikmat sekali. Lebih nikmat daripada sekedar coli sendiri. Intan juga terlihat sekali menikmatinya. Dia juga mendesah-desah sambil memejamkan mata ketika kuciumi lehernya.

Eko : “tan… aku buka ya...” dia hanya mengangguk memberi persetujuan. Lalu ku lepaskan celana nya.
Intan : “ko… sebentar… pakai kondom dulu ya...” tiba-tiba Intan duduk dan mengambil sebuah bungkusan di saku celananya. Ternyata dia sudah menyiapkan kondom. Aku pun berdiri dan dia kembali mengulum penisku sambil duduk di bawah sebelum memasangnya.
Intan : “sini ko...” Intan kembali terlentang dan menarik tangan ku. Aku pun menindihnya lagi dan mulai memposisikan penisku didepan vaginanya.
Intan : “pelan-pelan ya ko...sshhh…” Intan seperti sedikit meringis ketika ku tempelkan kepala penisku dan mulai menggesek-gesek menekan masuk.
Eko : “iya tan… mmmhhh...mmhhh..” sambil terus mencium bibirnya, aku menusukkan penisku perlahan. Dia pun memelukku erat sambil membalas ciuman ku.

Akhirnya kepala penisku sudah masuk kedalam vaginanya. Kutarik keluar sedikit dan langsung kusentakkan dalam-dalam.
Intan : “ACK…oohs...pelan-pelan ko...” Intan meringis ketika merasakan penisku membentur area dalam kemaluannya. Rasanya memang belum semua penisku masuk kedalam, tapi sudah membentur dinding rahimnya.
Eko : “aku gerakin ya tan...”
Intan : “iya ko… achs… achhs….” Intan memelukku lebih erat ketika aku menggenjotnya. Akhirnya aku bisa merasakan tubuh indah yang selama ini aku impikan. Intan yang cantik ini sekarang kelojotan dibawahku. Wajahnya yang semakin cantik ketika kusetubuhi ini membuatku tak tahan dan kuciumi bibirnya dengan ganas. Tangan kanan ku pun meremas-remas payudara kirinya.

Intan : “mmmhhh...mmmhhh...ngggghhh… ko… aachhsss… aachh… oohss..” tubuhnya terguncang kencang seirama dengan tusukan penisku. Tubuhnya semakin berkeringat dan kedua payudaranya yang besar ini bergoyang bebas membuatku gemas. Ku cengkeram kedua payudaranya dengan tanganku sambil kugunakan untuk tumpuan.
Intan : “aahss.. Ko… ahhs… aahh… oohhss...” Intan mendesah-desah tak karuan dan kedua tangannya meremas-remas tikar yang kami gunakan untuk alas. Aku pun semakin kencang menggenjotnya. Payudaranya seperti tertarik-tarik oleh tanganku. Desahannya juga semakin kencang seiring dengan semakin cepat tusukanku.

Intan : “ughs… AHHS… AH… OOCKSS…. ACHHS...” vaginanya yang sudah basah mempermudah ku untuk masuk lebih dalam. Bertubi-tubi kepala penisku menghajar dinding rahimnya. Rasanya sudah cukup lama aku menggenjotnya dalam posisi ini sampai akhirnya aku sudah tak tahan lagi. Tangan ku berpindah dari payudaranya ke kakinya untuk merentangkannya lebih lebar lagi yang membuat penisku bisa kutusukkan lebih dalam lagi.
Intan : “ACHSS… KO.. ACHHSS… AACCHHSS…” nampaknya Intan kesakitan dan berusaha mendorong tubuhku dengan tangannya karena penisku kupaksakan masuk kedalam. Kurentangkan kakinya dan terus ku hajar dengan tusukan yang semakin kencang.
Eko : “ah… tan.. Ahh… ” ku tekan dalam-dalam penisku saat ejakulasi dan terasa membentur tepat di rahimnya. Intan terbelalak tapi tetap berusaha mendorong tubuhku. Kubiarkan semua sperma ku keluar dulu karena seharusnya aman ketika aku mengenakan kondom.

Ku diamkan dulu sekitar 1 menitan sebelum kucabut penisku dari dalam.
Intan : “ach….” Intan sudah tampak ngos-ngosan dan terkapar kelelahan. Kulihat kondom yang kukenakan juga menggembung karena cairan sperma ku yang terlalu banyak. Kulepas dan kutunjukkan ke Intan.
Intan : “heff… banyak banget ko… ” Intan duduk dan mengambil kondom bekas dari tangan ku.
Intan : “kamu baru pertama kali ya ko ngesex sama cewek?”
Eko : “iya tan, baru pertama nih sama kamu.”

Intan : “haha dapet perjaka nih aku…. Glek glek...” tak kuduga Intan akan meminum sperma ku yang masih tertampung di dalam kondom.
Eko : “gak jijik tan kamu minum itu?”
Intan : “enggak, kenapa jijik. Protein tauk...” Intan tersenyum menggodaku lagi sambil menghisap kondom dimulutnya.
Intan : “masih bisa berdiri gak nih?”
Eko : “bisa dong, nih masih tegang aku.” aku merasa tertantang meski sudah tak sekeras tadi tapi penisku masih berdiri tegak.

Intan lalu berdiri dan membelakangiku dan bertumpu pada tembok didepannya.
Intan : “ya udah sini lagi ko...”
Eko : “boleh nih tan gak pakai kondom?”
Intan : “boleh aja tapi jangan keluar didalam ya. Aku tadi cuma bawa 1 soalnya. Aku gak ngira kamu masih bisa berdiri.”
Eko : “iya deh siap bu bos. Hehe” aku memeluk pinggangnya dan mulai memposisikan diriku dibelakangnya. Intan juga sedikit menungging agar penisku tepat di lubang vaginanya.

Eko : “aku masukin ya tan...”
Intan : “iya ko… achs… ohs.. aahhs...yes.. Terus ko.. Aahhs...” aku mulai menggenjotnya lagi. Langsung saja ku hajar dengan kecepatan penuh. Ditambah lagi tanganku yang memegang pinggulnya mempermudah untuk menarik nya maju mundur.
Intan : “achh..yes ko...aachhs...aahhss...terus...aachhs...aachhss...”

plak pak plak plak…. Erangannya beriringan dengan suara tepukan dari pahaku dan dia.
Eko : (apa aku keluarin didalam saja ya. Kalau Intan hamil, kan aku bisa memilikinya nanti.) sekilas terbersit didalam pikiranku.
Intan : “ach...aaahhs...oohhss...enak ko...oohhss… ooohhss...nggghhh…. Aachs...” tak henti ku hajar dengan kecepatan penuh dan berulang kali Intan squirting. Smapai akhirnya Intan tak kuat lagi berdiri. Kurasakan beban tubuhnya semakin lama semakin berat. Meski begitu tak kukurangi kecepatan ku menggenjotnya.

Intan : “ko… aahhs.. Ko… gak kuat lagi aku...aaahhss...” sebelum dia terjatuh, aku menangkap tangannya dan kutarik kebelakang untuk menjaga nya tetap dalam posisi menungging sambil ku genjot sekuat tenaga. Nafas kami berdua pun semakin memburu dan akhirnya Intan tak kuat lagi berdiri. Rasanya memang cukup lama sekitar setengah jam aku menyetubuhinya. Intan pun ambruk dibawah dengan posisi masih menungging dan nafasnya sudah sangat ngos-ngosan. Penisku pun tercabut karena ini.

Eko : ”tan aku lanjutin ya...”
Intan : “iya..ko...nggghh...ngghhh...aahhhss..” kini lanjut aku menyetubuhinya dalam posisi doggystyle. Tanganku kembali bertumpu di pinggulnya sambil terus menghajarnya tanpa ampun.
Intan : “nnggghh...nggghhh...nggghhh...ngggghhh….” Intan sampai tak bisa lagi mendesah dan hanya melenguh saja. Nampaknya dia sudah kehabisan energi. Kutarik tangannya agar dia sedikit tegak kemudian tanganku berpindah bertumpu di payudaranya sambil meremas-remasnya kasar dan sesekali ku pilin putingnya yang sudah mencuat tegang. Kulihat dari samping mukanya nampak benar-benar kelelahan.
Eko : “tan… aku mau keluar… tan... ” kujilati leher dan telinga kirinya sambil kubisikkan. Namun Intan tak ada respon karena sudah sangat kelelahan.

Seperti tak mendapatkan penolakan akhirnya aku nekat. Tanganku kupindahkan ke pinggulnya lagi yang membuat tubuhnya tak seimbang dan ambruk kedepan. Dengan posisi masih menungging, ku genjot dengan sekuat tenaga sampai akhirnya….
Eko : “AH… TAN… TAN… OOOH...” croott croott croooott croott...
Akhirnya ku semprotkan semua spermaku didalam kemaluannya saat kutusukkan penisku tepat membentur dinding rahimnya. Begitu puas rasanya aku malam ini. Bahkan saat ku cabut, penisku masih menyemburkan sperma yang membasahi pantat dan punggungnya. Aku dan Intan akhirnya ambruk berhadap-hadapan. Nampak muka mengernyit dan masih memejamkan mata seperti kelelahan setelah berlari maraton. Aku takut Intan pingsan rasanya. Tapi mukanya yang kelelahan seperti ini memancingku untuk ingin menciumnya. Aku dekati dia dan kupeluk sambil mencium bibirnya. Intan masih diam saja sampai akhirnya dia punya cukup tenaga untuk berbicara.

Intan : “huff… huff… nakal ini… hufff… huff...” dia masih ngos-ngosan.
Eko : “maaf tan, habisnya enak sih… hehe” Intan mencoba berdiri dan berjalan tertatih ke arah kamar mandi. Spermaku nampak mengalir di kakinya saat dai berjalan. Intan nampak sangat kesusahan berjalan, sampai-sampai pegangan ke dinding saat menuju ke kamar mandi. Aku pun kembali mengenakan pakaianku dan kulihat jam ternyata sudah jam 12 malam. Kurapikan pakaian Intan yang berserakan dan kuberikan kepadanya.
Eko : “tan.. Tan...” ku ketok pintu kamar mandi.
Intan : “iya bentar...”
Intan : “kenapa ko?” Intan membuka pintu kamar mandi sedikit.
Eko : “ini bajumu tan. Sama ini aku bawain handuk ku.”
Intan : “makasih ko...” kemudian dia kembali menutup pintu kamar mandi. Saat tadi melihatnya basah, serasa nafsuku bangkit lagi. Ingin rasanya aku masuk ke kamar mandi bersamanya. Tapi tak lama kemudian dia sudah keluar dari kamar mandi dengan berpakaian rapi lagi.

Intan : “jam berapa sekarang ko?”
Eko : “jam 12 tan.”
Intan : “ASTAGA!!! Telat absen aku. Duh… keluarin motor ku ko.”
Eko : “siap bu bos.” aku mengeluarkan motornya dan Intan berdandan sebelum pergi.
Eko : “makasih ya bu bos. Sering-sering dong kayak gini, ngunjungin pegawainya malam2. Hehe”
Intan : “iya… tapi inget, kalau ada mas Tono jangan aneh-aneh ya. Kalau gak gara-gara ini mu paling aku juga gak mau. Haha” kata Intan sambil mencengkeram penisku.
Eko : “jangan dipegang Tan, nanti tegang lagi aku. Hehe”
Intan : “halah, ya udah aku pergi dulu ya.”
Eko : “hati-hati bu bos.” Intan langsung meng-gas motornya pergi. Mimpi apa aku kemarin, seharian dapat rejeki seperti ini. Kulanjutkan malam ku dengan kopi dan rokok sambil jaga karena tak bisa tidur.


--------------------------------
credit :

rankambera


Yeesss... Makin mantaaff story nya suhu @haze1998 , Intan makin binal....
Nafsuin....
Thanks update nya, dan pasti lancrotannya gw tunggu dg setia.. :)

Btw, Arc 4 nya mau release nih?
Mantaabbb suhuuu....
:mantap:
 
The EX 02 - Chapter 17
Timeline : 2011 Maret

--POV Intan--

Hari ini aku jadwal masuk sore, jadi tak bisa membantu Tono di toko. Dan juga hari ini hari terakhir shift di minggu ini. Besok aku libur karena tukar shift dengan Ratna. Semoga saja Tono lancar mengerjakan skripsi nya. Jam menunjukkan pukul 6 malam waktu shift ku hari ini bersama dengan Ningsih. Entah kenapa dia hari ini seneng banget hawanya.
Intan : “kenapa kamu hari ini ning? Bawaan nya girang banget.”
Ningsih : “hehe, cerita gak ya...”
Intan : “kenapa-kenapa? Abis dapet warisan?”
Ningsih : “yee… pikirannya duit terus kamu Tan Tan.”
Intan : “lah terus apa?”
Ningsih : “hehe. Aku positif Tan. positif hamil. Hihi”
Intan : “wah… selamat Ning. dijaga, jangan di gas terus sama Indra lho.”
Ningsih : “iya lah namanya juga hamil muda masa di gas terus. Bisa keguguran aku.”
Intan : “ya kali aja kan si Indra gak bisa ngerem. Apalagi pengantin baru juga kalian kan.”
Ningsih : “udah dari kemarin-kemarin itu gak aku kasih jatah. Haha”
Intan : (Aduh bakalan gawat ini nanti minta jatah ke aku...) pikirku

Ningsih : “ngiri ya? Hehe. kalau dah nikah enak lho bisa ML tiap hari”
Intan : “haha enggak lah masa aku ngiri.” Ningsih gak tau aja kalau Indra sering minta jatah mantan ke aku.
Ningsih : “mangkanya Tan, cepetan nikah. Nunggu apa lagi sih?” sambil menepuk pundak ku.
Ningsih : “Tono kayaknya orangnya baik lho Tan, udah punya penghasilan juga kan kalian.”
Intan : “iya sih tapi dia belum lulus kuliah. Katanya mau selesaiin kuliahnya dulu baru ngelamar aku.”
Ningsih : “yaelah, kelamaan nanti keburu kamu dimainin lagi lho kayak yg udah udah.”
Intan : “iya di mainin ama mantan, termasuk suami mu. Hahaha”
Ningsih : “yee kalau itu sih emang jodohku aja mampir bentar di kamu Tan.”

Intan : “iya deh iya, semoga lancar sampai hari H ya Ning. kamu mau ngelahirin disini juga kan ya?”
Ningsih : “iya lah kan dapet potongan kalau pegawai sini. Hehe”
Intan : “ih kalau aku gak ya. Ogah nanti vaginaku di obok obok kalian. Haha”
Ningsih : “mau lahiran di Surabaya ya? Ngikut Tono?”
Intan : “iya lah. Ngikut suami. Hehe. eh Ningsih, keliling yuk, nge cek in pasien.”
Ningsih : “ayo Tan. biar cepet kalau berdua.”

Ningsih : “Tan Tan… tau gak gosip baru?”
Intan : “apa nih?”
Ningsih : “itu Tan, kamu besok kan tukar shift sama Ratna, tau gak, dia mau liburan ke Bali sama dr.Danu.”
Intan : “hah? Beneran?”
Ningsih : “iya beneran Tan. 3 hari juga.”
Intan : “itu liburan apa mau bikin anak jangan-jangan. Hahaha”
Ningsih : “suka bener loh kalau ngomong. Haha”
Intan : “ya habisnya aku pernah nge gep langsung sih mereka berbuat di ruang prakteknya dr.Danu”
Ningsih : “iya keliatan banget kan ya. Hahaha ”

Intan : “terus istrinya dr.Danu gimana ya? Gak curiga apa sama mereka?”
Ningsih : “gak tau juga sih kalau ini Tan. lagian dr.Danu kan istrinya udah usia. Dah 60 juga seumuran sama dr.Danu.”
Intan : “hahaha, dah kisut ya. Mangkanya cari yang mudaan. Dasar laki-laki tetep aja mau usia berapapun.”
Ningsih : “aku tuh ya, khawatirnya si Ratna cuma manfaatin dr.Danu doang buat dapet duitnya.”
Intan : “iya lah apalagi coba kalau gak urusan duit. Masa iya Ratna yang masih seumuran kita mau sama yang jauh lebih tua kalau gak urusan duit kan.”
Ningsih : “bener. Itu katanya sih, katanya, dibeliin sawah kaplingan.”
Intan : “waaahh… istrinya dr.Danu masa beneran kagak tau sih ini skandal suaminya.”
Ningsing : “palingan juga tau cuma gak bisa apa-apa kan udah tabiat suaminya gitu Tan.”

Intan : “terus ke Bali alesan apa mereka?”
Ningsih : “seminar. Hahahaha”
Intan : “pantesan… bisa aja ya cari alesannya.”
Ningsih : “iya tuh. Hahaha. Aku sih penasaran juga, emang dr.Danu masih kuat apa ya?”
Intan : “kuat apa nih?”
Ningsih : “itu… begituan… kan udah tua juga.”
Intan : “aduh kalau ini aku gak tau deh ning. Hehe gak bisa komen. Kali aja masih kuat kan.”
Ningsih : “haha. Ah udah yuk ghibah terus kita.”

Aku dan Ningsih melanjutkan jaga shift. Nampaknya semua aman aman saja sampai akhirnya kami tukar shift selanjutnya dan aku kembali pulang kerumah. Besok pagi jam 5 aku berniat ke Toko membantu si Tono. Aku sampai dirumah sekitar jam 12 malam. Rumah sudah gelap seperti biasanya. Aku juga masuk lewat pintu samping langsung ke kamar ku. Untungnya malam ini si Hasan sudah tidur juga.

Sedikit flashback, 2 hari lalu Hasan memperkosaku. Sejak saat itu aku merasa ada keanehan dalam diriku sendiri. Terkadang, aku tak ingin dia berbuat seperti itu. Seperti aku tak bisa mengendalikan adik ku sendiri. Pastinya akan gawat kalau sampai-sampai aku kebobolan. Ditambah lagi kenangan buruk yang pernah kualami dulu. Membayangkan itu saja sudah cukup membuatku merinding. Tapi disisi lain, entah kenapa aku seperti ingin didominasi lagi.

Dulu pernah aku jatuh dalam pelukan mantan yang sangat-sangat mengontrol diriku. Sambil duduk di atas kasur dan scrolling galeri FB, aku mengingat-ingat kembali masa lalu ku dengan mantanku yang bernama Dwi. Mantan ku Dwi ini memang terlalu dominan sampai membuatku jadi pasangan yang submisif. Entah karena rasa sayangku kepadanya, atau rasa terimakasih ku karena dia menolongku saat aku kebingungan. Dwi yang membantu ku dulu saat aku hamil anak hasil pemerkosaan kala itu. Ataukah memang aku yang ingin diperbudak lagi. Apakah jiwa submisif ku kembali muncul.

Dulu Dwi rasanya punya kendali penuh terhadap diriku. Entah kenapa aku bisa menurut saja dengan dia. Bahkan ketika dia menjualku ke teman-temannya, aku pun tak melawan dan menurutinya. Ya, aku pernah dijual oleh Dwi beberapa kali sebelum dia menghilang dan meninggalkanku begitu saja. Beberapa rekaman video juga masih kusimpan di galeri FB ku. Itu juga atas permintaannya. Ku buka lagi galeri ku yang sudah ki hidden ini sambil mengenang masa laluku. Sampai sekarang, aku tak sanggup untuk menghapus ini semua. Aku juga belum cerita tentang ini ke siapapun termasuk Tono.

Sambil ku ingat-ingat lagi kejadian kala itu, ku putar beberapa video pendek yang masih tersimpan di galeri ku secara random. Video yang kuputar sekarang ini kejadian ketika aku harus memuaskan 2 orang di dalam hutan sedangkan Dwi hanya merekam. Di dalam video itu aku sedang berbaring beralaskan rumput sambil digenjot 1 orang dalam posisi misionaris sedangkan tanganku dipegang oleh orang satunya lagi. Anehnya raut muka ku saat itu seperti menikmati. Dwi hanya tertawa saja melihatku demikian sambil terus merekam.

Aku bahkan tak mengenal siapa 2 orang yang sedang kulayani saat itu. Yang ku tahu mereka hanyalah teman dari Dwi. yang kuingat setelah video ini, mereka berdua berkali-kali bergantian menyetubuhiku. Sampai kondom yang mereka bawa habis dan mereka puas lalu membayar Dwi. Setelah itu giliran Dwi yang menikmatiku ketika aku sudah kelelahan. Fetish nya dia memang ingin menikmati pacarnya yang sudah tak berdaya lagi.

Ku buka lagi video lainnya. Kali ini aku ingat, saat itu aku harus melayani 1 orang di hotel daerah pandaan. Entah kenapa mengingat ini semua membuat nafsuku naik. Aku yang sedari tadi belum melepas baju dinas ku, mulai kubuka kancing baju lalu tangan kiriku masuk kedalam bra dan meremas-remas payudaraku sendiri.
Intan : “mmmhhh…. Mmmmhhhh…. Mmmhhh….” aku pun memejamkan mata dan membayangkan kejadian waktu itu. Nafsuku makin naik dan perlahan aku membuka pakaian ku 1 per 1 sampai akhirnya pakaian ku tak karuan.

Hape ku sudah kuletakkan dan sekarang aku terhanyut dalam fantasi ku. Sambil membayangkan masa lalu, aku mulai merangsang tubuhku sendiri. Tangan kananku meremas-remas payudaraku dan tangan kiri ku mulai meraba kemaluanku.
Intan : “mmmhh...mmmhhh...ahs….mmmmmmhhh...” jariku tengahku mulai masuk kedalam dan mengocok kemaluanku sendiri. Membayangkan beberapa penis pria yang tak kukenal bergantian masuk menusuk kedalam.
Intan : “eihs...ahhs...ahhss….nggggh...” tak kusadari kocokan jari ku semakin cepat dan remasan ku dipayudaraku sendiri juga semakin kuat yang akhirnya membuatku meraih orgasme. Aku pun mengejan-ngejan diatas kasur, vagina ku berkedut-kedut sambil memuncratkan cairannya. Sampai akhirnya aku kelelahan dan tertidur begitu saja.

--keesokan paginya--
Aku terbangung karena suara alarm ku seperti biasa nya. Segera aku mandi dan berangkat ke Toko untuk membantu Tono. Hari ini sudah ku niatkan untuk seharian membantu Tono dan aku ingin mengejutkannya juga. Hari ini aku kaos biasa ditutupi luaran jaket jumper dan celana jeans tanpa mengenakan jilbab seperti biasanya. Karena bakalan gerah dan berkeringat kalau panas nanti. Aku juga ingin membantu menata bagian gudang. Bakalan ribet nanti, belum lagi kena debu. Semoga Tono kaget dengan penampilanku hari ini. Setelah pamit ke ibu, aku segera berangkat ke Toko dan sampai disana sekitar setengah 6 pagi.

Sesampaiku di Toko, aku hanya bertemu Eko disana.
Intan : “Eko… mas Tono kemana? Kok gak kelihatan.”
Eko : “mas Tono lagi keluar mbak katanya nganter barang sebentar.”
Intan : “oh ya udah kalau gitu, kok gak ngabarin aku dulu tadi. Yuk Ko, aku bantuin tata barang.” setelah aku menaruh tas di meja, aku membantu Eko merestock barang. Toko Tono dan Ramdan ini lumayan laris dan banyak pelanggannya. Yang sering habis minyak goreng dan beras karena harga yang dijual jauh lebih murah berkat koneksi Ramdan. Jadi harga juga cukup bersaing.

Aku melihat di tempat display depan, bagian sabun cuci juga mulai kosong.
Intan : “ko sabun colek ini tolong bawa ke depan ya, terus di tata di tempat biasa.”
Eko : “iya mbak” sambil melihat-lihat gudang dan memikirkan kira-kira apa yang bisa dibawa untuk dipajang kedepan. Sampai akhirnya aku melihat celana dalam ku yang hilang kemarin di sudut gudang. Aku cukup kaget dan bertanya-tanya ini masa Tono yang ambil. Kalau Tono buat apa. Karena ini celana dalam juga bukan yang sedang aku pakai saat bersetubuh dengannya jadi tidak mungkin juga ini dilempar sampai sini.

Celana dalam ku yang hilang ini juga sudah sangat kotor tapi segera ku masukkan saja ke dalam kantong celanaku. Sambil duduk di kursi depan aku berpikir, jangan-jangan si Eko yang diam-diam ambil kemarin. Karena tasku yang berisi pakaian ganti juga ku tinggalkan di Toko saat itu. Masa iya Eko berani, apa Eko menggunakan celana dalam ku ini buat pelampiasan nafsunya. Tapi cuma Eko saat itu yang ada di toko dan cuma dia yang tinggal disini. Apa dia diam-diam tertarik kepadaku. Ah pikiran ku semakin menduga-duga. Wajar saja, dia juga laki-laki normal yang bisa tertarik ke lawan jenis. Hmmm… apa aku godain aja ya mumpung Tono juga belum datang. Untuk membuktikan apa benar semua dugaan ku ini.

Entah kenapa aku dapat ide kali ini. Aku meminta Eko membantuku mengubah letak barang di gudang. Karena gerah juga sedari tadi aku mondar-mandir angkat barang, akhirnya aku lepas jaket ku dan mengenakan kaos saja sekarang. Aku penasaran apakah Eko akan mencuri-curi pandang ke celah di kerah bajuku nanti karena kaos yang kukenakan sudah sangat longgar. Maklum saja kaos lama.
Intan : “ko sini ko, bantuin angkat beras ini pindahin ke pojok sana.” sambil aku jongkok untuk mengangkat karung berasnya.
Eko : “biar saja saja mbak yang pindahin.”
Intan : “ah gak apa ko biar cepet aku bantuin.” akhirnya berdua aku memindahkan karung beras ke sisi yang lebih kedepan. Seperti dugaanku, Eko mencuri-curi pandang ke arah kerah bajuku dan mengintip belahan payudaraku. Memang mana ada kucing yang menolak kalau di beri ikan.

Dugaan ku sepertinya benar, Eko yang mencuri celana dalamku. Karena terlalu kelihatan kalau sedang memandang ke arah payudaraku, aku coba sedikit menghardiknya.
Intan : “hayo… liat apaan matanya?” sambil kuangkat kerah kaosku untuk menutupi payudaraku.
Eko : “eh… enggak mbak.. Maaf mbak...” Eko nampak malu kepergok sedang curi-curi pandang.
Intan : “haha, ketahuan curi-curi pandang. Mangkanya cari pacar ko.”
Eko : “emang kalau sudah punya pacar bisa gitu mbak bebas ngelihatin?”
Intan : “ya tergantung pacarmu mau apa enggak. Haha. emang udah punya pacar?”
Eko : “hehe gitu ya mbak. Belum sih mbak, gak berani saya pacaran. Saya orang gak punya apa-apa gini mbak.”
Intan : “halah, gak usah minder gitu ko, masih banyak cewek yang gak mandang harta.”
Eko : “oh gitu ya mbak.”

Intan : “eh ko, aku pegel nih, bisa pijitin pundak ku bentar gak?”
Eko : “mbak Intan sih dibilangin biar saya aja yang angkat-angkat tadi.”
Entah kenapa aku ingin godain Eko lagi. Aku menyuruhnya memijat pundak ku agar dia bisa menyentuh tubuhku.
Intan : “sini ko.” aku duduk di kursi yang ada di depan. Tempat biasanya Tono duduk sambil mengerjakan skripsi. Eko langsung memijat pundakku, serasa kontras kulitku yang putih ini dipijat tangan nya yang hitam legam.
Eko : “udah mbak nanti saya aja yang angkat-angkat. Bu bos kok ikutan ngangkatin.”
Intan : “yeee… meremehkan ya.”
Eko : “ya bukan gitu mbak, daripada pegel pegel kan.”
Intan : “kalau pegel kan tinggal minta tolong kamu pijitin ko.”
Eko : “siap deh mbak.”

Intan : “mas Tono lama amat ya gak balik-balik, sudah hampir jam 7 padahal.”
Eko : “kurang tau saya mbak. Mampir rumah mas Ramdan mungkin.”
Intan : “oh ya udah.” sambil tetap dipijat Eko, aku nge chat Tono.
Intan : “ping!”
Intan : “yank, dimana? Aku di toko nih.” tapi Tono tak menjawab, mungkin dia sedang dalam perjalanan. Eko nampaknya kembali melirik ke dalam celah kerah kaos ku yang memang kali ini sengaja aku turunkan. Apalagi saat Eko memijat pundakku membuatnya sedikit terbuka. Tangannya yang kasar menyentuh langsung kulitku yang halus ini.

Eko : “mbak mbak, kalau mbak pacaran sama mas Tono gitu ngapain aja sih mbak?”
Intan : “yeee… mau tau aja nih.”
Eko : “ya kan saya belum pernah pacaran mbak?”
Intan : “emang kamu sekarang usia berapa ko?”
Eko : “19 mbak.”
Intan : “sekalipun belum pernah pacaran?”
Eko : “iya mbak, gak berani saya, apalagi saya kan begini mbak. Gak punya apa-apa, tampang juga pas pas an.”
Intan : “biasanya kan seumuran kamu gini udah disuruh nikah. Hahaha”
Eko : “siapa juga yang mau nyuruh saya nikah mbak, orang tua juga gak ada disini. Saya juga tinggalnya numpang di toko mas Tono. lagian mau di kasih makan apa istri saya nanti mbak.”

Intan : “kasih makan ini… hahaha” aku langsung balik badan dan menggenggam penisnya. Eko nampak kaget karena tiba-tiba aku menggenggam penisnya. Sebenarnya aku juga kaget, penisnya sudah tegang banget dan cukup panjang.
Eko : “eh… mbak...”
Intan : “haha bercanda ko. Kok tegang banget ini. Hayo ngaceng gara-gara mijitin aku ya?”
Eko : “eh, enggak mbak… maaf mbak...” Eko nampaknya kembali kikuk dan aku melepaskan cengkraman ku di penisnya sambil tertawa.
Intan : “belum pernah pegang cewek nih jadinya gampang ngaceng ya kamu?”
Eko : “ya bukan gitu sih mbak. Aku juga memang belum pernah sih.”
Intan : “dasar, perjaka. Mangkanya banyakin teman cewek.”
Eko : “duh, takut gak tahan aku mbak.” kepolosannya membuatku tertawa.

Intan : “ko, ikut aku bentar.” aku mengajak Eko kembali ke area gudang. Eko pun mengikutiku dari belakang. Aku berjalan ke sudut gudang tempatku menemukan celana dalam ku tadi. Lalu kembali aku cengkeram penis Eko yang masih berada di dalam celananya sambil tersenyum nakal.
Eko : “eh mbak...mbak...”
Intan : “hihi… masih tegang aja nih...”
Eko : “mbak… mbak… ngapain mbak...” aku melepaskan cengkraman ku dan mengeluarkan cd yang kutemukan tadi.
Intan : “ini celana dalam ku kemarin sempat hilang, aku temuin disini, kamu kan yang ambil ko?”
Eko : “eh... i… iya mbak...” dia tampak ketakutan sampai akhirnya mengaku.

Intan : “kamu ini, nyuri cd ku buat coli ya?” Eko hanya terdiam malu. Sampai akhirnya aku cengkeram lagi penisnya.
Eko : “ii… iya mbak.. Maaf ya mbak… jangan lapor ke mas Tono… nanti saya di pecat mbak...”
Intan : “haha enggak, aku gak lapor kok.”
Eko : “makasih mbak… makasih…”
Intan : “tapi...”
Eko : “tapi apa mbak?”
Intan : “aku pengen tahu seberapa besar punya mu.” aku mendekat dan mengecup pipinya lalu jongkok di depannya sambil membuka zipper celana Eko. Aku terkejut ketika melihat penisnya yang sudah terbebas dari dalam celana dan terpampang di depan muka ku. Penis yang masih ada di genggaman ku ini mengingatkanku pada ukuran penis warga desa tempatku PKL dulu. Jempol dan jari telunjuk tangan ku tak bisa saling bersentuhan karena diameter penisnya yang cukup besar.
Intan : “gede juga ya punya mu, gak sakit nih kalau tegang? Celana mu pasti sempit tuh.” tanganku mulai mengocoknya pelan.
Eko : “duh mbak.. Mbak...” Eko nampak makin panik sepertinya dia takut ketahuan.
Intan : “udah gak usah takut ko, gak ada siapa-siapa ini. Nikmatin aja.” aku mulai menjilat kepala penisnya lalu ku pejamkan mata ku dan mengulum penisnya.
Intan : “mmmhhh… mmmhhh...mmmmppphhh...” mulutku bahkan tak mampu menampung semua penisnya karena terlalu panjang. Masih tersisa seukuran genggaman tanganku.
Eko : “ohs… mbak… ohs… ohs...”

Aku mengulum penisnya cukup lama, sampai hampir pegal mulutku rasanya. Kocokan tangan ku juga semakin kupercepat. Aku juga semakin tak tahan sebenarnya ingin memasukkan batang besar ini ke kemaluanku. Area bawahku sendiri sudah basah dan berkedut-kedut. Kalau dia bisa bertahan lebih lama lagi, mungkin aku akan lepas kendali dan menginginkannya menyetubuhiku sekarang.
Intan : “tahan lama banget sih kamu... kalau mau keluar... keluarin aja ko...” tangan ku tak berhenti mengocok penisnya.
Eko : “ohs… iya mbak… dikit lagi...” kedua tangan Eko memegang kepalaku dan menarik ke arah penisnya. Kepala penisnya kembali menyentuh bibirku. Nampaknya dia ingin aku melanjutkannya.

Intan : “mmmmppfftt...mmmfffftt...mmmpppfttt….oorrghhhs...” Eko menekan-nekan kuat penisnya didalam mulutku sampai kedalam tenggorokanku membuatku tersedak. Tapi dia tetap menjejalkan penisnya. Kini Eko tak lagi pasif, mulutku seperti sedang diperkosa oleh penis besarnya ini. Eko terus menjejalkan penisnya sampai bibirku sekarang menempel erat di pangkal penisnya. Aku yang kesusahan bernafas berusaha mendorong pahanya.
Eko : “ohs… mbak...” sampai akhirnya Eko ejakulasi, beberapa semprotan spermanya masuk didalam mulutku dan muncrat di wajahku karena aku berhasil mendorong pahanya yang membuat penisnya tercabut dari dalam. Aku diam saja menikmati semburan sperma di muka ku. Eko yang sudah terpuaskan akhirnya terduduk didepanku. Kami berdua sama-sama kehabisan energi.

Intan : “heftt… banyak banget ko keluarnya... hihi enak ya?”
Eko : “mbak juga sih… duh mbak aku takut ketahuan mas Tono nih.”
Intan : “udah, kalau kamu gak bilang, aku juga gak bakal bilang sih.” Eko pun terdiam seperti masih punya perasaan bersalah.
Intan : “dah ya ko, aku mau ambil tisu dulu nih, kamu keluarin banyak banget di muka ku.” aku pun berjalan ke depan mengambil tisu basah di dalam tasku. Tapi ternyata di toko ada pembeli yang membuatku kaget.

Intan : “eh koh Liem… butuh apa koh? Eko… ini bantuin koh Liem belanja.” aku panggil Eko yang masih berada di gudang belakang. Aku langsung mengambil tisu basah dan berlari kebelakang, berharap tadi koh Liem gak melihat ada yang aneh di muka ku. Setelah aku yakin bersih, aku kembali kedepan membantu Eko.
Intan : “beli apa aja nih koh?”
Koh Liem : “ini Tan… mau beli perlengkapan bayi sama beras.”
Intan : “oh ya koh, sini aku bantuin juga.”

Koh Liem ini tetangga toko Tono, dia jual material bangunan di sebelah. Koh Liem ini berumur 50th dan istrinya (Cik Mira 45th) dia baru saja dikaruniai anak. Minggu ini harusnya sudah masuk ke rumah sakit bersalin tempatku kerja. Agak kasihan sebenarnya, sudah usia tapi baru diberi anak.
Intan : “istrinya kapan masuk ke rumah sakit koh? Besok ya?”
Koh Liem : “iya Tan, besok ni mangkanya mau siap-siap dulu kebutuhan dirumah sama besok. Eh ko sekalian minyak goreng sama handuk ya. Minyak telon juga.” Eko pun mengambilkan pesanan yang koh Liem.
Koh Liem : “udah ini aja, berapa ko?”
Eko : “yang ngitung biar mbak Intan aja ya koh.”
Intan : “iya koh saya aja yang ngitungin, nanti biar barang-barangnya di anter Eko ke tokonya koh Liem ya.”

Koh Liem : “Tan, kamu kan bidan ya. Bisa bantuin mandiin bayi gak?”
Intan : “bisa koh, asal biayanya cocok ya. Hehe”
Koh Liem : “ya udah nanti setelah keluar dari RS, bantuin saya ya. Saya bayar buat sebulan gimana? Soalnya saya sama istri masih takut-takut ini, maklum lah anak pertama.”
Intan : “bisa koh bisa, nanti pagi-pagi sebelum saya dinas sama sore setelah pulang dinas saya kesana. Tapi gak pasti jam nya ya koh, soalnya shift-shiftan masih.”
Koh Liem : “iya gak apa apa Tan. ya sudah makasih ya.”
Intan : “makasih juga koh udah belanja disini. Eko bantuin bawa kesana ya.”
Eko : “siap mbak.”

Tak lama kemudian Tono datang.
Intan : “kemana aja yank?” kulihat sudah jam 8:30 pagi.
Tono : “ini nganter barang sama sekalian sarapan tadi.”
Intan : “oh pantes lama. Tau gitu aku bikinin sarapan tadi. Oh ya, tadi baru ada pembeli 1 nih koh Liem.”
Tono : “ok yank, kan kamu semalam baru pulang jam 12 masa iya aku suruh masak.”
Intan : “gak apa biar hemat. Udah sekarang biar aku aja yang jaga toko, kamu duduk sini lanjutin skripsinya ya.”
Tono : “iya deh iya...” aku memaksanya untuk segera mengerjakan skripsi, kalau gak begini dia bakalan malas-malasan seperti biasanya. Aku tahu memang agak berat tapi tetap harus dikerjakan. Kalau tidak, Tono tidak akan lulus-lulus dan akhirnya aku sendiri yang gak nikah-nikah.



----------
credit to : @Manic_attack , @hjaika , @dudewhy
Suhuuu...
Akan ada Intan vs koh Liem gak?
Seru juga tuh genre "Cute girl vs Old Man / Mature :genit:
#ngarep ... :panlok2:
 
The EX 02 - Chapter 19
Timeline : 2011 Maret
Hari yang sama dengan Chapter 18

--POV Intan--

Kegilaan ku dalam urusan sex ternyata tak hilang. Entah apa yang kupikirkan hari ini mengijinkan Eko menikmati tubuhku. Tapi memang sih batangnya yang jumbo itu membuatku lupa diri. Tadi pagi rasanya udah cukup besar, tapi kenapa malam ini nampak lebih besar lagi. Tak habis pikir aku membayangkannya tadi. Sampai mengganjal rasanya sekarang di bagian kemaluanku. Apalagi tadi Eko menggenjotku seperti orang kesetanan. Sepertinya vaginaku memar ini sekarang.

Aku ngebut dari toko sampai RS cukup 10 menit dan akhirnya sampai jam 12:30. Untung kalau malam sepi dijalan dan aku tak sampai celaka. Malam ini aku jaga shift bersama Lisa.
Intan : “Lis… maaf ya telat aku. Hehe. ketiduran aku tadi.” alasan ku.
Lisa : “iya gak apa tan.”
Intan : “eh kamu udah keliling cek pasien?”
Lisa : “udah kok ini tadi abis serah terima shift tadi.”
Intan : “maaf ya lis aku ngaret ini. Nanti aku traktir sarapan deh ya buat minta maaf.”
Lisa : “iya bebas tan.”
Intan : “ya udah aku mau keliling dl ya nge cek ulang.” nampaknya Lisa agak jengkel denganku karena telat.

Setelah menaruh tas dan absen, aku langsung keliling. Pura-pura mengecek pasien sih, tapi sebenarnya aku ke ruang obat. Aku mengambil obat suntik KB agar aman. Tadi si Eko nembakin spermanya banyak banget. Meski aku tadi pagi sudah minum pill kb untuk pencegahan, setidaknya sekarang aku memastikan agar tidak kebobolan. Memang ada efek sampingnya kalau obat suntik seperti ini bisa mengganggu jadwal menstruasi dan mood ku tidak terkontrol. Tapi mau bagaimana lagi. Kesalahan ku juga tadi cuma bawa 1 kondom tidak bawa cadangan. Tak ku prediksi ternyata Eko masih sanggup “berdiri”.

Diam-diam aku menyelinap ke ruang penyimpanan obat untuk mengambil suntikan KB karena aku tak ijin untuk mengambilnya. Beruntung ketika malam begini tak ada yang menjaga. Ruang obat juga di ujung dekat gudang jadi cukup sepi malam ini.
Intan : “dimana ya… ah ketemu.” aku mengambil 1 ampul dan 1 suntikan baru untuk kugunakan. Segera ku suntikkan di lengan ku.
Intan : “huff… aman sudah seharusnya.”
Tapi ternyata ada yang memergoki ku di ruang obat dan menepuk pundakku sampai lenganku berdarah karena kaget tergores suntikan.
Intan : “auch...”
Indra : “ngapain tan? Hayo nyolong obat ya?”
Intan : “sssttt… Indra ngagetin aja ih.”

Indra : “ketahuan nih, ngambil apa kamu?”
Intan : “ini aja kok.” sambil ku tunjukkan yang aku ambil tadi.
Indra : “ngapain pake itu? Hayo habis berbuat sama pacarnya ya terus kelepasan?”
Intan : “iya nih. Mana keluar didalam banyak banget lagi.” aku berbohong saja. Karena Indra juga tak tahu skandal ku dengan Eko.
Intan : “kamu jangan lapor-lapor ya ndra!”
Indra : “beres tan. Kayak sama siapa aja. Tapi tumben kamu gak pakai pill aja kayak biasanya?”
Intan : “iya buat jaga-jaga aja.” Indra tampak senyum-senyum sendiri sepertinya membayangkan ku sedang having sex tadi.

Intan : “heh. Senyum-senyum gak jelas.” aku menepuk lengannya.
Indra : “hehehe sorry tan. Aku ngebayangin seheboh apa kamu sama pacarmu tadi. Sampai kamu takut gini.”
Intan : “kan kan… beneran di bayangin. Otakmu tuh jorok mulu.”
Indra : “ya habisnya kamu juga sih. Hahaha”
Intan : “ah udah udah. Yuk keluar.” aku mendorong Indra keluar dari ruang obat bersama ku. Tapi malah akhirnya aku dipeluk olehnya.

Intan : “ish… apa sih ndra. Inget istri dirumah lagi hamil tuh. Malah main peluk-peluk aja.”
Indra : “hehehe… main yuk tan.”
Intan : “apaan sih… enggak enggak. Lagi gak enak semua nih badan ku.” memang aku masih terlalu capek. Terlebih lagi kemaluanku rasanya memar. Jadi aku berusaha menolak permintaan Indra. Tapi dia tetap memaksa sambil meraba-raba tubuhku.
Indra : “ayo lah tan. Bentar aja kok. Sudah lama nih gak main. Gak dikasih jatah sama Ningsih.”
Intan : “iya gila aja kamu ngajakin istri berhubungan padahal masih hamil muda. Udah ih...”

Aku berusaha menolaknya tapi tangan Indra dengan gesitnya melepas kaitan bra yang kukenakan.
Intan : “hmmm… kan… kok dilepas sih. Pasangnya susah nih.” Indra hanya tersenyum dan melepaskan pelukannya.
Indra : “bentar yuk tan...” dia membenarkan posisi penisnya di celana.
Intan : “aduh ndra... jangan hari ini dong...”
Indra : “ya mumpung kamu habis pakai obat KB nih tan.”
Intan : “eh… mau tembak dalam ya? Enggak enggak enggak...” aku berjalan keluar ingin ke kamar mandi untuk membetulkan bra ku yang kaitannya dilepas oleh Indra. Tapi indra malah mendahuluiku dan mengunci pintu ruang obat lalu mematikan lampunya.

Intan : “ndra udah deh jangan dulu… eh eh...” Indra memelukku kembali dan mendorongku sampai terjatuh di lantai.
Intan : “ndra ! mmmmpppffftt...mmmmhhhh...” Indra malah menindihku dan mulai menciumi bibirku.
Intan : “ndra ! maksa banget sih… mmmppphhhh…. Mmmmhhhh...mmmhhh...” Indra mulai memagut bibirku dan tangannya mulai menggerayangi payudaraku. Apakah aku harus melayani 1 orang lagi malam ini.

Indra : “hehehe ayolah tan...mmmmhhh...mmmhhh...” Indra terus memaksa, tangan kirinya menahan kedua tanganku agar aku tak berontak dan tangan kanan nya mulai membuka kancing baju ku sampai akhirnya terlepas semua. Indra mulai meremas-remas payudaraku lagi. Nyeri rasanya karena tadi sudah diremas-remas keras oleh Eko. Ciuman Indra mulai turun dari mulut, ke leher, lalu berhenti di payudaraku. Payudaraku yang masih memerah kembali jadi bulan-bulanan Indra sekarang.

Intan : “ahs.. Ndra… udah dong… ahhs...nggghh.. Ndra...” pertahanan ku perlahan melemah.
Indra : “udah jangan berontak tan, nanti kedengeran orang lho.”
Intan : “kamu sih… ahhs…. Nggghhh… ahhs...”
Indra : “sudahlah tan pasrah aja… hehe” Indra mulai mengeluarkan penisnya dan digesek-gesekkan ke paha ku.
Intan : “nnggghh… ndra… nnggghhh… ahhs...” Indra kembali menghisap puting ku. Kini tangan nya sudah tak menahan tanganku lagi.

Tak lama kemudian Indra mulai melepaskan celana ku.
Indra : “hehe udah becek banget nih tan...” tangannya mulai bermain di kemaluanku. Dia mengobel vaginaku dengan jari jemarinya.
Intan : “ahs… ndra… jangan dicolok-colok...ahhs...” aku rasakan perlahan-lahan jarinya masuk 1 per 1. Sampai akhirnya 3 jarinya mulai keluar masuk di vaginaku dengan mudah karena sudah basah sedari tadi.
Intan : “ahs.. Ndra… perih ndra… ahhs… jangan kamu...masukin semua… ahhs...” aku kesakitan ketika Indra mulai memasukkan 1 jari lagi.
Indra : “perih apa enak tan? Ini udah basah banget gini...nih...”
Intan : “ACK….nnggghhhh… nggghhhh...ngghhhh….” 4 jarinya keluar masuk secara cepat didalam vaginaku yang membuatku kelojotan dan akhirnya squirting sampai membasahinya. Aku pun mengejan sampai pinggul ku terangkat. Terpaksa aku menutup mulutku sendiri dengan kedua tangan ku agar suaraku tak terdengar kencang. Ingin rasanya aku berteriak keenakan.

Indra : “hehehe… enak ya tan?”
Intan : “acks...” aku tersentak ketika dia mencabut jarinya dari dalam.
Intan : “ihs… jahat kamu nih...eh eh… ndra ! achs….” Indra langsung saja memasukkan penisnya dan mulai menggenjotku sekarang.
Intan : “ahs.. Ach… ndra… aachhs… jangan… keluar… didalam… aachss..”
Indra : “kan… sudah aman.. Tan… kamu baru pakai obat kan...”
Intan : “achs… iya...achhs… tapi… aaachhs… jangan… aachhss… aah...” aku berpikiran, Ningsih saja sudah berhasil dihamili oleh Indra. Aku tak mau bila itu terjadi kepadaku. Mau bilang apa aku ke sahabatku nanti.
Intan : “oohs.. Ndra… jangan ya… oohss.. Ahhs….” Indra tak merespon ku dan terus saja menggenjotku sekuat tenaga. Nampaknya memang sudah lama hasratnya tak tersalurkan.

Sudah 30 menit rasanya Indra menyetubuhiku dengan posisi misionaris seperti ini. Aku pun hanya pasrah saja tak melawan. Bahkan cenderung menikmatinya juga karena sudah berulang kali aku orgasme duluan.
Intan : “achh.. Oohhs.. Oohhs,,, ooohs,,, ngghhhh… aach...”
Indra kemudian mengangkat kaki ku dan diletakkannya di atas pundaknya. Kini rasanya hujaman penisnya semakin dalam. Walau tak sebesar dan sepanjang punya Eko, tapi cukup untuk menyentuh dinding rahimku.
Intan : “ahs.. Ndra.. keluarin diluar… ahhs...”
Indra : “aku.. Keluarin didalam aja tan..”
Intan : “ahhs.. Ndra !! jangan… ahhss… NNGGHHHH” aku pun melenguh seiring kurasakan cairan hangat mengalir dan membanjiri rahimku. Indra menahan ku sampai dia selesai mengeluarkan semua spermanya sekitar 1 menitan. Sampai akhirnya dia melepaskan ku dan aku masih terkapar dilantai.

Indra : “hehehe makasih ya Tan...”
Intan : “ish… jahat loh… aku bilang jangan keluar didalam...”dengan sisa-sisa tenaga ku, aku beringsut duduk bersandar di tembok.
Indra : “ya maaf Tan… tadi kamu juga udah pake obat kan? Kamu juga pasti tadi pagi udah minum pill juga kan?”
Intan : “iya tapi jangan kayak anak baru deh yang gak ngerti ginian. Kan ini cuma buat pencegahan dan mengurangi potensi kehamilan…. Bukan bikin gak bisa hamil… gimana sih!! Lagian tuh si Ningsih udah sukses kamu bikin hamil kan. Inget anak istri ndra. Udah ambilin tisu di meja sana cepet.”
Indra : “iya iya tan… nih...” Indra memberiku tisu.
Intan : “kamu ngapain sih tadi tiba-tiba maksa gini?” sambil ku bersihkan kemaluanku yang penuh lelehan spermanya.
Indra : “ya udah lama gak main sama Ningsih sih Tan. kamu juga akhir-akhir ini gak mau kan. Lagi sering sama pacarmu apa udah dapet partner baru nih?”

Intan : “apaan sih. Suka-suka aku dong ndra.”
Indra : “haha, dapet partner baru ya? Siapa nih? Penasaran aku sampai bikin kamu takut hamil gini dan nyolong obat suntik.” Indra yang kepo terus mengorek informasi. Dia tahu kebiasaan ku selama ini. Agar dia tidak bertanya-tanya lagi akhirnya aku berbohong saja.
Intan : “enggak, gak ada partner baru ndra. Siapa juga yang dapet partner baru. Lagian aku udah mau serius sama Tono.”
Indra : “halah bohong, kayak aku gak tau kamu aja tan tan. Emang Tono doang bisa puasin kamu? Denger-denger dia belum melamar kamu juga kan.”
Intan : “iya beneran, kok kepo sih.”

Indra : “iya deh. Gak usah marah2 napa. Haha. terus kenapa kamu sampai nyolong obat suntik?”
Intan : “iya adik ku nih si Hasan. Akhir-akhir ini lagi gak bisa di atur.” akhirnya aku berbohong kalau habis main dengan Hasan. Karena Indra juga tahu aku punya skandal dengan adik ku dari dulu.
Indra : “gak bisa di atur gimana Tan?”
Intan : “iya akhir-akhir ini kayak orang kesetanan kalau main dan sering maksa. Aku jadinya kayak diperkosa gitu.” Indra hanya tersenyum mendengar bualanku. Tak mungkin aku bilang kalau tadi aku habis main dengan Eko.
Intan : “napa senyum-senyum gitu?”
Indra : “iya aku paham sih yang dialami sama Hasan. Gimana gak sange punya mbak kayak kamu tan. Apalagi sering ketemu dirumah. Kalau aku jadi Hasan mungkin juga bakalan ngelakuin hal yang sama sih.”

Intan : ”ih apaan sih.”
Indra : “haha… kamu juga seneng aja lho digituin Hasan.”
Intan : “ya enggak lah, was-was aku jadinya. Tapi emang sih kadang aku juga menikmati. Apalagi kalau sudah gitu gak cepet keluar dia. Gak kayak biasanya yang 5 menitan udah K.O. eh ambilin tisu lagi ndra.”
Indra : “wah bagus dong.” sambil memberiku tisu lagi.
Intan : “bagus apanya? Sakit semua iya. Dia tuh kalau ngajak main maksa. Sama kadang nekat.”
Indra : “nekat? Nekat gimana?”
Intan : “iya nekat. Masa malem-malem aku lagi nyuci baju, di tarik sama dia ke belakang rumah. Terus ya udah, diperkosa aku dibelakang rumah. Mana pas itu bapak sama ibu belum tidur juga. Takut ketahuan aku. Tapi si Hasan tetep aja nekat.”

Indra : “hahaha. Udah gede ya si Hasan sekarang. Terus ini tadi kamu telat absen gara-gara si Hasan juga?”
Intan : “iya. Pas mau berangkat tadi Hasan masuk ke kamar ku terus ya gitu lah. Sampai pegel aku sekarang. Mangkanya aku gak mood sekarang nih. Kamu juga ikut-ikutan maksa kayak Hasan.” aku berbohong lagi.
Indra : “ya maaf tan, lagi gak dapet jatah dari Ningsih nih. Daripada dia keguguran nanti. Kamu juga dapet enak aja lho tadi.”
Intan : “yee… enak dari mana?”
Indra : “buktinya tadi ndesah-ndesah kan. Hehe” aku pun tersipu malu. Karena memang tadi aku menolak karena capek. Tapi didalam diriku juga merasakan kenikmatan yang tak bisa ko tolak.

Intan : “udah udah rapiin lagi tuh baju mu. Masa iya harus aku rapiin juga.” aku mulai memakai kembali pakaian ku yang tadinya acak-acakan karena Indra.
Indra : “mau dong dipakein baju. Haha”
Intan : “ish… pake sendiri lah. Eh...kok tegang lagi?” Indra berdiri dan aku melihat penisnya menegang lagi.
Indra : “iya nih gara-gara kamu ceritain habis di perkosa Hasan jadi pengen lagi.”
Intan : “ah udah-udah jangan sekarang, besok aja deh. Tadi kan udah. Nanti aku juga di cariin Lisa tuh gara-gara lama.” karena aku sudah selesai merapikan pakaianku, aku segera berlari menuju pintu dan meninggalkan Indra sendiri karena aku tak mau lagi bermain malam ini. Sudah cukup lelah rasanya. Bahkan sekarang aku ingin tidur saja di counter tempat ku jaga dan cepat pulang setelah shift ku berakhir. Tapi ternyata keesokan paginya, aku tak bisa pulang cepat karena harus membantu menangani kelahiran istri koh Liem yang tiba-tiba harus segera ditangani.
 
The EX 02 - Chapter 19
Timeline : 2011 Maret
Hari yang sama dengan Chapter 18

--POV Intan--

Kegilaan ku dalam urusan sex ternyata tak hilang. Entah apa yang kupikirkan hari ini mengijinkan Eko menikmati tubuhku. Tapi memang sih batangnya yang jumbo itu membuatku lupa diri. Tadi pagi rasanya udah cukup besar, tapi kenapa malam ini nampak lebih besar lagi. Tak habis pikir aku membayangkannya tadi. Sampai mengganjal rasanya sekarang di bagian kemaluanku. Apalagi tadi Eko menggenjotku seperti orang kesetanan. Sepertinya vaginaku memar ini sekarang.

Aku ngebut dari toko sampai RS cukup 10 menit dan akhirnya sampai jam 12:30. Untung kalau malam sepi dijalan dan aku tak sampai celaka. Malam ini aku jaga shift bersama Lisa.
Intan : “Lis… maaf ya telat aku. Hehe. ketiduran aku tadi.” alasan ku.
Lisa : “iya gak apa tan.”
Intan : “eh kamu udah keliling cek pasien?”
Lisa : “udah kok ini tadi abis serah terima shift tadi.”
Intan : “maaf ya lis aku ngaret ini. Nanti aku traktir sarapan deh ya buat minta maaf.”
Lisa : “iya bebas tan.”
Intan : “ya udah aku mau keliling dl ya nge cek ulang.” nampaknya Lisa agak jengkel denganku karena telat.

Setelah menaruh tas dan absen, aku langsung keliling. Pura-pura mengecek pasien sih, tapi sebenarnya aku ke ruang obat. Aku mengambil obat suntik KB agar aman. Tadi si Eko nembakin spermanya banyak banget. Meski aku tadi pagi sudah minum pill kb untuk pencegahan, setidaknya sekarang aku memastikan agar tidak kebobolan. Memang ada efek sampingnya kalau obat suntik seperti ini bisa mengganggu jadwal menstruasi dan mood ku tidak terkontrol. Tapi mau bagaimana lagi. Kesalahan ku juga tadi cuma bawa 1 kondom tidak bawa cadangan. Tak ku prediksi ternyata Eko masih sanggup “berdiri”.

Diam-diam aku menyelinap ke ruang penyimpanan obat untuk mengambil suntikan KB karena aku tak ijin untuk mengambilnya. Beruntung ketika malam begini tak ada yang menjaga. Ruang obat juga di ujung dekat gudang jadi cukup sepi malam ini.
Intan : “dimana ya… ah ketemu.” aku mengambil 1 ampul dan 1 suntikan baru untuk kugunakan. Segera ku suntikkan di lengan ku.
Intan : “huff… aman sudah seharusnya.”
Tapi ternyata ada yang memergoki ku di ruang obat dan menepuk pundakku sampai lenganku berdarah karena kaget tergores suntikan.
Intan : “auch...”
Indra : “ngapain tan? Hayo nyolong obat ya?”
Intan : “sssttt… Indra ngagetin aja ih.”

Indra : “ketahuan nih, ngambil apa kamu?”
Intan : “ini aja kok.” sambil ku tunjukkan yang aku ambil tadi.
Indra : “ngapain pake itu? Hayo habis berbuat sama pacarnya ya terus kelepasan?”
Intan : “iya nih. Mana keluar didalam banyak banget lagi.” aku berbohong saja. Karena Indra juga tak tahu skandal ku dengan Eko.
Intan : “kamu jangan lapor-lapor ya ndra!”
Indra : “beres tan. Kayak sama siapa aja. Tapi tumben kamu gak pakai pill aja kayak biasanya?”
Intan : “iya buat jaga-jaga aja.” Indra tampak senyum-senyum sendiri sepertinya membayangkan ku sedang having sex tadi.

Intan : “heh. Senyum-senyum gak jelas.” aku menepuk lengannya.
Indra : “hehehe sorry tan. Aku ngebayangin seheboh apa kamu sama pacarmu tadi. Sampai kamu takut gini.”
Intan : “kan kan… beneran di bayangin. Otakmu tuh jorok mulu.”
Indra : “ya habisnya kamu juga sih. Hahaha”
Intan : “ah udah udah. Yuk keluar.” aku mendorong Indra keluar dari ruang obat bersama ku. Tapi malah akhirnya aku dipeluk olehnya.

Intan : “ish… apa sih ndra. Inget istri dirumah lagi hamil tuh. Malah main peluk-peluk aja.”
Indra : “hehehe… main yuk tan.”
Intan : “apaan sih… enggak enggak. Lagi gak enak semua nih badan ku.” memang aku masih terlalu capek. Terlebih lagi kemaluanku rasanya memar. Jadi aku berusaha menolak permintaan Indra. Tapi dia tetap memaksa sambil meraba-raba tubuhku.
Indra : “ayo lah tan. Bentar aja kok. Sudah lama nih gak main. Gak dikasih jatah sama Ningsih.”
Intan : “iya gila aja kamu ngajakin istri berhubungan padahal masih hamil muda. Udah ih...”

Aku berusaha menolaknya tapi tangan Indra dengan gesitnya melepas kaitan bra yang kukenakan.
Intan : “hmmm… kan… kok dilepas sih. Pasangnya susah nih.” Indra hanya tersenyum dan melepaskan pelukannya.
Indra : “bentar yuk tan...” dia membenarkan posisi penisnya di celana.
Intan : “aduh ndra... jangan hari ini dong...”
Indra : “ya mumpung kamu habis pakai obat KB nih tan.”
Intan : “eh… mau tembak dalam ya? Enggak enggak enggak...” aku berjalan keluar ingin ke kamar mandi untuk membetulkan bra ku yang kaitannya dilepas oleh Indra. Tapi indra malah mendahuluiku dan mengunci pintu ruang obat lalu mematikan lampunya.

Intan : “ndra udah deh jangan dulu… eh eh...” Indra memelukku kembali dan mendorongku sampai terjatuh di lantai.
Intan : “ndra ! mmmmpppffftt...mmmmhhhh...” Indra malah menindihku dan mulai menciumi bibirku.
Intan : “ndra ! maksa banget sih… mmmppphhhh…. Mmmmhhhh...mmmhhh...” Indra mulai memagut bibirku dan tangannya mulai menggerayangi payudaraku. Apakah aku harus melayani 1 orang lagi malam ini.

Indra : “hehehe ayolah tan...mmmmhhh...mmmhhh...” Indra terus memaksa, tangan kirinya menahan kedua tanganku agar aku tak berontak dan tangan kanan nya mulai membuka kancing baju ku sampai akhirnya terlepas semua. Indra mulai meremas-remas payudaraku lagi. Nyeri rasanya karena tadi sudah diremas-remas keras oleh Eko. Ciuman Indra mulai turun dari mulut, ke leher, lalu berhenti di payudaraku. Payudaraku yang masih memerah kembali jadi bulan-bulanan Indra sekarang.

Intan : “ahs.. Ndra… udah dong… ahhs...nggghh.. Ndra...” pertahanan ku perlahan melemah.
Indra : “udah jangan berontak tan, nanti kedengeran orang lho.”
Intan : “kamu sih… ahhs…. Nggghhh… ahhs...”
Indra : “sudahlah tan pasrah aja… hehe” Indra mulai mengeluarkan penisnya dan digesek-gesekkan ke paha ku.
Intan : “nnggghh… ndra… nnggghhh… ahhs...” Indra kembali menghisap puting ku. Kini tangan nya sudah tak menahan tanganku lagi.

Tak lama kemudian Indra mulai melepaskan celana ku.
Indra : “hehe udah becek banget nih tan...” tangannya mulai bermain di kemaluanku. Dia mengobel vaginaku dengan jari jemarinya.
Intan : “ahs… ndra… jangan dicolok-colok...ahhs...” aku rasakan perlahan-lahan jarinya masuk 1 per 1. Sampai akhirnya 3 jarinya mulai keluar masuk di vaginaku dengan mudah karena sudah basah sedari tadi.
Intan : “ahs.. Ndra… perih ndra… ahhs… jangan kamu...masukin semua… ahhs...” aku kesakitan ketika Indra mulai memasukkan 1 jari lagi.
Indra : “perih apa enak tan? Ini udah basah banget gini...nih...”
Intan : “ACK….nnggghhhh… nggghhhh...ngghhhh….” 4 jarinya keluar masuk secara cepat didalam vaginaku yang membuatku kelojotan dan akhirnya squirting sampai membasahinya. Aku pun mengejan sampai pinggul ku terangkat. Terpaksa aku menutup mulutku sendiri dengan kedua tangan ku agar suaraku tak terdengar kencang. Ingin rasanya aku berteriak keenakan.

Indra : “hehehe… enak ya tan?”
Intan : “acks...” aku tersentak ketika dia mencabut jarinya dari dalam.
Intan : “ihs… jahat kamu nih...eh eh… ndra ! achs….” Indra langsung saja memasukkan penisnya dan mulai menggenjotku sekarang.
Intan : “ahs.. Ach… ndra… aachhs… jangan… keluar… didalam… aachss..”
Indra : “kan… sudah aman.. Tan… kamu baru pakai obat kan...”
Intan : “achs… iya...achhs… tapi… aaachhs… jangan… aachhss… aah...” aku berpikiran, Ningsih saja sudah berhasil dihamili oleh Indra. Aku tak mau bila itu terjadi kepadaku. Mau bilang apa aku ke sahabatku nanti.
Intan : “oohs.. Ndra… jangan ya… oohss.. Ahhs….” Indra tak merespon ku dan terus saja menggenjotku sekuat tenaga. Nampaknya memang sudah lama hasratnya tak tersalurkan.

Sudah 30 menit rasanya Indra menyetubuhiku dengan posisi misionaris seperti ini. Aku pun hanya pasrah saja tak melawan. Bahkan cenderung menikmatinya juga karena sudah berulang kali aku orgasme duluan.
Intan : “achh.. Oohhs.. Oohhs,,, ooohs,,, ngghhhh… aach...”
Indra kemudian mengangkat kaki ku dan diletakkannya di atas pundaknya. Kini rasanya hujaman penisnya semakin dalam. Walau tak sebesar dan sepanjang punya Eko, tapi cukup untuk menyentuh dinding rahimku.
Intan : “ahs.. Ndra.. keluarin diluar… ahhs...”
Indra : “aku.. Keluarin didalam aja tan..”
Intan : “ahhs.. Ndra !! jangan… ahhss… NNGGHHHH” aku pun melenguh seiring kurasakan cairan hangat mengalir dan membanjiri rahimku. Indra menahan ku sampai dia selesai mengeluarkan semua spermanya sekitar 1 menitan. Sampai akhirnya dia melepaskan ku dan aku masih terkapar dilantai.

Indra : “hehehe makasih ya Tan...”
Intan : “ish… jahat loh… aku bilang jangan keluar didalam...”dengan sisa-sisa tenaga ku, aku beringsut duduk bersandar di tembok.
Indra : “ya maaf Tan… tadi kamu juga udah pake obat kan? Kamu juga pasti tadi pagi udah minum pill juga kan?”
Intan : “iya tapi jangan kayak anak baru deh yang gak ngerti ginian. Kan ini cuma buat pencegahan dan mengurangi potensi kehamilan…. Bukan bikin gak bisa hamil… gimana sih!! Lagian tuh si Ningsih udah sukses kamu bikin hamil kan. Inget anak istri ndra. Udah ambilin tisu di meja sana cepet.”
Indra : “iya iya tan… nih...” Indra memberiku tisu.
Intan : “kamu ngapain sih tadi tiba-tiba maksa gini?” sambil ku bersihkan kemaluanku yang penuh lelehan spermanya.
Indra : “ya udah lama gak main sama Ningsih sih Tan. kamu juga akhir-akhir ini gak mau kan. Lagi sering sama pacarmu apa udah dapet partner baru nih?”

Intan : “apaan sih. Suka-suka aku dong ndra.”
Indra : “haha, dapet partner baru ya? Siapa nih? Penasaran aku sampai bikin kamu takut hamil gini dan nyolong obat suntik.” Indra yang kepo terus mengorek informasi. Dia tahu kebiasaan ku selama ini. Agar dia tidak bertanya-tanya lagi akhirnya aku berbohong saja.
Intan : “enggak, gak ada partner baru ndra. Siapa juga yang dapet partner baru. Lagian aku udah mau serius sama Tono.”
Indra : “halah bohong, kayak aku gak tau kamu aja tan tan. Emang Tono doang bisa puasin kamu? Denger-denger dia belum melamar kamu juga kan.”
Intan : “iya beneran, kok kepo sih.”

Indra : “iya deh. Gak usah marah2 napa. Haha. terus kenapa kamu sampai nyolong obat suntik?”
Intan : “iya adik ku nih si Hasan. Akhir-akhir ini lagi gak bisa di atur.” akhirnya aku berbohong kalau habis main dengan Hasan. Karena Indra juga tahu aku punya skandal dengan adik ku dari dulu.
Indra : “gak bisa di atur gimana Tan?”
Intan : “iya akhir-akhir ini kayak orang kesetanan kalau main dan sering maksa. Aku jadinya kayak diperkosa gitu.” Indra hanya tersenyum mendengar bualanku. Tak mungkin aku bilang kalau tadi aku habis main dengan Eko.
Intan : “napa senyum-senyum gitu?”
Indra : “iya aku paham sih yang dialami sama Hasan. Gimana gak sange punya mbak kayak kamu tan. Apalagi sering ketemu dirumah. Kalau aku jadi Hasan mungkin juga bakalan ngelakuin hal yang sama sih.”

Intan : ”ih apaan sih.”
Indra : “haha… kamu juga seneng aja lho digituin Hasan.”
Intan : “ya enggak lah, was-was aku jadinya. Tapi emang sih kadang aku juga menikmati. Apalagi kalau sudah gitu gak cepet keluar dia. Gak kayak biasanya yang 5 menitan udah K.O. eh ambilin tisu lagi ndra.”
Indra : “wah bagus dong.” sambil memberiku tisu lagi.
Intan : “bagus apanya? Sakit semua iya. Dia tuh kalau ngajak main maksa. Sama kadang nekat.”
Indra : “nekat? Nekat gimana?”
Intan : “iya nekat. Masa malem-malem aku lagi nyuci baju, di tarik sama dia ke belakang rumah. Terus ya udah, diperkosa aku dibelakang rumah. Mana pas itu bapak sama ibu belum tidur juga. Takut ketahuan aku. Tapi si Hasan tetep aja nekat.”

Indra : “hahaha. Udah gede ya si Hasan sekarang. Terus ini tadi kamu telat absen gara-gara si Hasan juga?”
Intan : “iya. Pas mau berangkat tadi Hasan masuk ke kamar ku terus ya gitu lah. Sampai pegel aku sekarang. Mangkanya aku gak mood sekarang nih. Kamu juga ikut-ikutan maksa kayak Hasan.” aku berbohong lagi.
Indra : “ya maaf tan, lagi gak dapet jatah dari Ningsih nih. Daripada dia keguguran nanti. Kamu juga dapet enak aja lho tadi.”
Intan : “yee… enak dari mana?”
Indra : “buktinya tadi ndesah-ndesah kan. Hehe” aku pun tersipu malu. Karena memang tadi aku menolak karena capek. Tapi didalam diriku juga merasakan kenikmatan yang tak bisa ko tolak.

Intan : “udah udah rapiin lagi tuh baju mu. Masa iya harus aku rapiin juga.” aku mulai memakai kembali pakaian ku yang tadinya acak-acakan karena Indra.
Indra : “mau dong dipakein baju. Haha”
Intan : “ish… pake sendiri lah. Eh...kok tegang lagi?” Indra berdiri dan aku melihat penisnya menegang lagi.
Indra : “iya nih gara-gara kamu ceritain habis di perkosa Hasan jadi pengen lagi.”
Intan : “ah udah-udah jangan sekarang, besok aja deh. Tadi kan udah. Nanti aku juga di cariin Lisa tuh gara-gara lama.” karena aku sudah selesai merapikan pakaianku, aku segera berlari menuju pintu dan meninggalkan Indra sendiri karena aku tak mau lagi bermain malam ini. Sudah cukup lelah rasanya. Bahkan sekarang aku ingin tidur saja di counter tempat ku jaga dan cepat pulang setelah shift ku berakhir. Tapi ternyata keesokan paginya, aku tak bisa pulang cepat karena harus membantu menangani kelahiran istri koh Liem yang tiba-tiba harus segera ditangani.
Terimakasih suhu updatenya. Penasaran kapan Intan digangbang sama eko
 
Jav Toys
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd