Agen Terpercaya   Advertise
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Tono dan para wanitanya... Arc 2 : Intan

The EX 02 - Chapter 20
Timeline : 2011 April

--POV Intan--

Akhir-akhir ini aku jadi lebih sering menggunakan kb suntik yang kucuri dari ruang obat. Meski tidak setiap hari karena aku juga rutin meminum pil. Tapi setidaknya dalam seminggu aku bisa 1 kali menggunakan itu. Sempat ada kegaduhan di rekon bulanan untuk obat namun Indra bisa membantuku untuk berbohong. Dia mengatakan kalau dia yang membuang beberapa karena tak layak digunakan karena expired atau sealnya terlepas. Setidaknya 1 ampul seminggu masih masuk akal untuk dipalsukan data rekonnya. Karena bantuan Indra, jadinya aku juga harus “berterima kasih” dengan menggantikan posisi Ningsih.

Memang rasanya agak berlebihan kalau aku mengenakan kb suntik ini. Tapi mau bagaimana lagi, biar kelakuanku aman. Efek dari skandalku dengan adikku sendiri yang tak mungkin ku sudahi dan semakin lama Hasan semakin tak bisa ku kontrol lagi. Hampir tiap hari Hasan menyetubuhiku. Selain itu, aku juga punya skandal lain dengan Eko yang bisa lebih memuaskanku. Sebenarnya mengkonsumsi pil saja mungkin sudah cukup. Hanya saja aku ingin lebih aman lagi. Hal ini tentu saja berefek pada kenaikan berat badanku. Dari yang awalnya 60kg menjadi 65kg. Untungnya pertambahan berat badanku ini masih berada di “bagian” yang tepat. Yaitu dipinggul ku dan payudaraku. Sekarang payudaraku nampak menggembung tak cukup di cup nya.

Sudah 3 minggu sejak pertama kali aku menggunakan itu. Itu berarti sudah 3 minggu juga aku jadi budak pemuas Indra. Karena bisa saja dia membocorkan kelakuanku ke yang lain. Apalagi efek samping dari kb suntik yang kurasakan ini membuat mens ku telat. Seharusnya minggu ini tapi aku tak kunjung datang bulan. Yang aku ketahui memang bisa bikin telat datang bulan dan itu normal-normal saja. Dan juga menurut teori bisa menurunkan gairah sex ku, tapi ini tidak terbukti. Mungkin tidak berefek kepadaku karena sex drive ku tetap saja tinggi.

Seharusnya sex drive ku menurun karena efek hormon yang tidak stabil. Pengaruh dari kb suntik yang kugunakan. Tapi sekarang karena mungkin aku merasa “aman” jadinya nafsu sex ku semakin menjadi-jadi. Dalam sehari aku bisa berhubungan badan dengan 3 sampai 4 orang yang berbeda. Tono, Indra, Eko, dan Hasan. Bahkan pernah suatu ketika aku sendiri yang sengaja menggoda Hasan yang berujung pada Hasan memperkosaku. Entah murni pemerkosaan atau tidak karena aku sendiri yang memicunya. Aku sendiri juga yang mengharapkan itu terjadi karena Hasan bisa lebih tahan lama kalau bermain seperti itu.

Hubunganku dengan Eko juga masih aman-aman saja. Nampaknya tak ada yang mencurigai kami berdua. Walau sempat hampir kepergok Ramdan. Waktu itu aku yang shift sore baru pulang jam 11 malam langsung ke toko untuk menemui Eko. Aku dan Eko terlalu hanyut dalam nafsu sampai tak sadar kalau sudah hampir jam 3 pagi. Berkali-kali kami berhubungan badan sampai penis Eko sudah tak sanggup bangun lagi. Untung saja waktu itu Ramdan berpapasan dengan ku ketika aku keluar dari toko dan beralasan ada barangku yang tertinggal. Keesokan paginya Ramdan juga tidak melaporkan ke Tono kalau dia bertemu dengan ku jam 3 pagi. Meski demikian aku sering mengulanginya. Malam-malam ke toko hanya untuk dipuaskan oleh penis super milik Eko.

Sekarang aku juga punya pekerjaan tambahan, sampingan sebenarnya. Sudah seminggu ini aku memandikan bayi koh Liem dan cik Mira. Hampir tiap hari, aku cuma libur kalau tidak masuk shift pagi saja. Karena selain cik Mira masih khawatir salah pegang, dia juga sibuk urusan toko matrial yang dikelola bersama koh Liem. Terkadang mereka bergantian jaga bayi dirumah. Jarak dari pasar ke rumah mereka juga cukup dekat, cuma 10 menit naik motor.

Intan : “yank… aku kerumah koh Liem dulu ya.” pagi ini jam 8 aku mengabari Tono kalau aku akan berangkat. Hari ini aku mengenakan kaos dan celana jeans saja karena pasti akan sedikit basah. Dan pastinya aku membawa baju ganti juga.
Tono : “ok yank. Sampai jam berapa nih?”
Intan : “bentar aja paling selesai langsung ke toko aku. Kamu di toko kan hari ini?”
Tono : “enggak yank, aku jaga warnet nih. Mau kesini?”
Intan : “haha pacaran di warnet mu gitu.”
Tono : “iya dong. Sini-sini.”
Intan : “enggak deh aku pulang aja. Kerjain tuh skripsi biar cepet kelar.”
Tono : “ya… kesini dong.”
Intan : “nggak ah nanti gak kelar-kelar kamu. Lagian aku juga ini masih agak ngantuk nih. Semalem shift malam kan.”
Tono : “iya deh iya, ati-ati ya.”
Intan : “siap suamik. Hahahaha” aku pun berangkat menuju ke rumah koh Liem.

Jarak dari rumahku ke rumah koh Liem sekitar 30 menit. Aku pun langsung masuk saja kedalam karena pagar rumahnya tidak tertutup.
Koh Liem : “eh Tan. masuk-masuk.” koh Liem mempersilahkanku masuk kedalam rumahnya.
Intan : “giliran koh Liem nih yg dirumah? Cik Mira dimana koh?”
Koh Liem : “di toko dia. Katanya bosen kalau dirumah terus. Jadinya aku deh yang jaga baby. Gitu tuh pengen punya anak dari dulu susah. Sekarang ditinggal-tinggal.” koh Liem sedikit curhat kepadaku.

Sedikit gambaran tentang mereka, mereka ini ternyata sudah berumur 46 tahun dan baru dikaruniai anak. Perawakan mereka ya seperti engkoh-engkoh buncit dan tacik-tacik pada umumnya. Mereka memang mereka baru menikah di usia 30an. Tapi di usia ini cukup rentan bila baru memiliki anak. Katanya berkali-kali mereka mencoba tapi selalu gagal. Kata koh Liem juga paling banter bertahan 5 bulanan dan harus kuret.

Tetapi kata koh Liem setelah mereka punya baby, nampaknya cik Mira tak terlalu perhatian ke baby nya. Padahal baby mereka ini cukup lucu, menggemaskan, dan tampan. Seperti tidak gembira kalau mereka akhirnya berhasil punya keturunan. Kebanyakan juga yang menjaga sekarang koh Liem. Hanya ketika malam saja cik Mira berinteraksi dengan bayinya disaat menyusui. Selebihnya dia pumping asi nya dan diletakkan di freezer jikalau saat giliran koh Liem menjaga.

Sudah seminggu ini aku kerja disini jadi cukup tau ternyata ada aja konflik dalam rumah tangga mereka. Aku sendiri sempat curiga kalau-kalau sebenarnya cik Mira tak ingin punya anak dari koh Liem. Tapi masa iya begitu kan. Jadinya aku diam saja dan lebih banyak mendengarkan curhatan dari koh Liem. Padahal koh Liem sendiri orangnya cukup baik. Aku jadi heran dengan sikap cik Mira. Saat aku mengajarinya cara memandikan bayi juga sepertinya dia tidak terlalu ingin tahu bagaimananya. Cenderung cuek dan beralasan kalau takut bayinya kenapa-kenapa. Akhirnya aku dikontrak sebulan oleh koh Liem hanya untuk memandikan bayinya. Bayaran yang kudapat juga sama dengan sebulan aku kerja di RS.

Aku pun segera memandikan baby koh Liem dan setelah itu seperti biasa mendengarkan keluh kesah koh Liem. kasihan sebenarnya karena koh Liem seperti tidak punya teman ngobrol dirumah. Jadi biasanya kutemani dia mengobrol untuk beberapa saat.
Intan : “udah ada planning untuk anak ke 2 belum koh?”
Koh Liem : “belum ada nih Tan. 1 aja gak keurus ini sama Mira. mau nambah gimana?”
Intan : “haha ya bukan gak keurus kali koh. Mungkin cik Mira nya yang belum siap. Kaget kan dulu usaha lama tapi gak jadi-jadi.”
Koh Liem : “ya tapi masa gak diurus gini kebanyakan aku yang jagain.”
Intan : “kan biar deket sama bapaknya. Hehe. kalau malam kan cik Mira masih mau ngurusin kan koh.”
Koh Liem : “iya itu kalau malam aja Tan. aku nya sekarang yang jadi gak keurus. Haha”
Intan : “tuh kan bener pengen punya anak lagi kan. Gas terus koh. Hahaha”
Koh Liem : “emang sudah boleh?”
Intan : “ya belum sih, paling gak di kasih jeda lah koh. Kan program KB per 5 tahun. Jeda anak nya. Emang koh Liem ama cik Mira gak mau pasang KB dulu kah?”
Koh Liem : “gak pasang aja punya anak sudah susah tan.”

Intan : “tapi koh Liem sama cik Mira hebat lho. Masih semangat bikinnya.hihihi”
Koh Liem : “iya dibikin semangat tan. Demi keturunan. Haha. aslinya aku sendiri juga sudah gak nafsu nih. Udah tua juga kaminya. Kemarin itu sampai aku minum obat kuat biar bisa berdiri.”
Intan : “hah? Serius koh? Cik Mira kan masih cantik buat seusianya.”
Koh Liem : “udah gak nafsu tan. Bentukannya kayak papan penggilesan gitu. Apalagi kalau main kaku kayak mayat. Hahaha gak menarik deh.”
Intan : “masa sih koh?”
Koh Liem : “iya beneran. Eh kok aku jadi curhat masalah perabotan istriku sendiri ya. Maaf ya tan.”

Intan : “halah santai aja koh. Emang sukanya tipe cewek yang gimana koh? Maksud aku yang bisa bikin berdiri. haha” biar tidak canggung, aku membuka obrolan dengan bercanda karena nampaknya koh Liem seperti salah ngomong tadi keceplosan curhat masalah ranjang.
Koh Liem : “yang jelas gak kayak Mira tan. Aku tuh suka cewek yang agak berisi. Cuma si Mira itu emang bawaannya krempeng.”
Intan : “gitu gitu dinikahin aja loh koh dulu. haha”
Koh Liem : “ya demi bisnis tan. Tau lah orangtua dulu suka ngejodohin.”
Intan : “oalah jadi dulu hasil perjodohan koh?” dalam batin ku ternyata koh Liem juga gak sepenuh hati cinta sama cik Mira pantesan aja mereka gak harmonis.
Koh Liem : “yah gitu lah tan. Duh jadi curhat saya. Keenakan ngobrol sama kamu kayak ngobrol sama adik sendiri. Haha”
Intan : “sama ponakan kali om. Umur kita kan udah beda jauh. Aku lho masih kepala 2. Enak aja dibilang adik. Hahaha”
Tiba-tiba obrolan kamipun terpotong karena kami mendengar suara baby koh Liem menangis. Sebelumnya setelah aku mandikan dia bisa tertidur pulas. Aku dengan sigap melompat dan berlari ke arah kamar dimana baby koh Liem tidur. Segera kuambil dan kugendong baby nya agar tak menangis lagi.

Intan : “koh kayaknya laper nih dia. Ada ASI yang disiapin cik Mira di kulkas koh?”
Koh Liem : “ada masih banyak, sebentar aku siapkan.” koh Liem langsung ke dapur belakang, nampaknya dia mengambil ASI simpanan yang ada di kulkas. Mungkin karena insting ku sebagai seorang wanita, aku langsung duduk di tepian kasur dan menarik kaosku keatas dan mengeluarkan payudara kananku untuk menyusuinya tanpa pikir panjang. Meski aku tau tak mungkin keluar ASI, tapi tetap saja aku lakukan. Kusodorkan payudaraku ke baby koh Liem dan nampak dia melahapnya dengan gembira. Benar dugaanku dia kelaparan.

Tak lama kemudian koh Liem kembali dengan botol susu hangat.
Koh Liem : “ini tan, botol susunya.”
Intan : “oh iya koh.” aku pun mengambil botol susu itu dari tangannya dan perlahan melepas babynya yang lagi asik menyusu di payudaraku. Aku baru menyadari beberapa saat kalau pandangan koh Liem tak lepas dari tubuhku yang masih setengah terbuka tadi. Setelah baby nya meminum ASI dari botol susu ini, aku langsung membetulkan pakaianku lagi sambil tetap menggendongnya. Baby koh liem nampak tenang dan mulai tertidur kembali.
Koh Liem : “tan mau nanya dong.”
Intan : “tanya apa koh?”
Koh Liem : “memang tadi kamu susuin keluar ASInya?”
Intan : “ya enggak lah koh. Masa iya keluar. Haha. kan aku gak habis melahirkan. Tapi kadang cewe yang lagi hamil juga bisa keluar ASI nya sih koh. Tapi aku enggak kok. Tadi cuma reflek aja biar tenang baby nya.”
Koh Liem : “oh gitu ya tan.” pandangan mata koh Liem masih saja tertuju ke area payudaraku meski sudah tertutup lagi dengan kaos yang kukenakan.

Setelah baby nya tertidur kembali karena kenyang, kuletakkan dia di ranjang bayi yang ada disudut ruangan lalu aku pamit pulang ke koh Liem.
Intan : “koh aku balik dulu ya.”
Koh Liem : “iya Tan. besok kesini lagi?”
Intan : “iya koh, lusa yang aku gak bisa soalnya shift pagi. Gak apa kan?”
Koh Liem : “iya gak apa tan.”

Akhirnya aku pulang kerumah sekitar jam 10 pagi. Tapi sepanjang jalan aku berfikir yang tidak-tidak. Aku memikirkan bagaimana ya bila koh Liem aku godain. Memang sih sudah om om yang tidak menarik lagi. Tapi gimana ya rasanya penis om-om cina. Karena kebanyakan yang sudah aku rasakan itu jawa dan katanya mereka tidak pernah disunat. Aku jadi penasaran bagaimana bentuknya. Apalagi nampaknya koh Liem tadi sengaja curi-curi pandang. Aku tahu kondisi keluarganya yang tidak harmonis. Tapi aku sangat menyadari perilaku koh Liem seperti apa. Dia tampaknya juga “haus” kasih sayang seorang wanita. Seringkali dia memandangku saat memandikan baby nya. Sepertinya bakalan seru kalau aku benar-benar menggodanya. Dia sepertinya juga tertarik kepadaku. Coba besok aku pergi dengan pakaian yang lebih menggoda. Baru saja Tono membelikanku beberapa tanktop untuk kukenakan. Sejak pacaran dengan Tono, dia perlahan mengubah caraku dalam berpakaian.

Sejenak aku berhenti dipinggir jalan karena ada telpon masuk. Kulihat dilayar ternyata si Indra yang menelpon.
Intan : “kenapa ndra?”
Indra : “lagi dimana tan? Dijalan ya?”
Intan : “iya nih baru mau pulang. Kenapa?”
Indra : “oh pantes bbm ku gak dibaca dari tadi. Kerumahku dong, mumpung Ningsih shift pagi nih.”
Intan : “ah enggak ah ngantuk aku mau pulang.”
Indra : “ayolah mumpung sepi nih. Ningsih juga paling baru sampai rumah jam 3an. Nanti kamu kalau ngantuk tidur sini aja.hehe”
Intan : “ish mau nya. Otak jangan ngeres terus. Enggak ah gak mau aku. Rumahmu juga dekat sama rumahnya Ramdan. Gak mau aku kalau ketahuan. Apalagi tetanggamu kan usil-usil.”
Indra : “ayolah, aman-aman. Nanti motormu masukin ke ruang tamu biar gak kelihatan orang.” rumah Indra ini memang tak memiliki garasi karena di kampung yang tak ada halamannya. Jarak antar rumah pun berdekatan. Rumahnya pun sempit, rumah dengan 1 kamar tidur dan ruang tamu yang seperti rumah tipe 22.

Karena Indra terus-terusan membujukku agar mau kerumahnya dan otak ku masih melayang membayangkan ingin menggoda koh Liem besok. Akhirnya aku mau juga. Segera ku putar arah motorku menuju rumahnya. Sesampaiku disana, ternyata Indra sudah menungguku sambil merokok didepan rumahnya.
Indra : “lama amat tan?”
Intan : “yeee… sabar, harus muter dulu aku biar gak lewat depan rumah Ramdan. Sudah untung aku mau kesini.”
Indra : “masuk dulu tan, aku tak masukin motormu dulu.”

Aku segera masuk kedalam rumahnya agar tak ada tetangganya yang melihatku. Bisa-bisa Ningsih tahu nanti dan curiga kepadaku. Karena buat apa aku kerumahnya disaat dia tidak ada, ditambah lagi suaminya juga mantan pacarku dulu. Meski demikian aku juga masih was-was karena seperti rumah didesa pada umumnya di ruang tamu terdapat jendela yang cukup besar yang dapat dilihat dari luar kalau Indra tidak menutupnya dengan korden. Setelah aku masuk dan duduk di kursi ruang tamu, Indra juga sudah memasukkan motorku kedalam. Tanpa basa-basi lagi dia langsung menerkamku diatas sofa.
Intan : “ndra… ndra… pelan-pelan ih...mmmhhh...mmmhhh….” sambil menciumiku dengan mulutnya yang masih bau rokok, dia mulai melepaskan pakaian yang kukenakan. Kami berdua bergulat diatas sofa sampai semua pakaian terlepas.

Intan : “mmmhh...mmmhhh...mmuuah...mmmhhh...aahs...mmmhhh...” kami berdua yang sudah telanjang bulat berciuman panas diatas sofa panjang diruang tamu ini. Kurasakan penisnya sudah menegang menekan-nekan area perut bawahku. Tangannya pun tak tinggal diam, kedua payudaraku sudah diremasnya dengan kedua tangannya. Tanganku juga memeluk erat tubuhnya. Kami mulai bermandikan keringat karena selain cuaca siang ini panas, nafsu kami berdua ikut membuat suasana semakin panas.
Indra : “mmmmhh… susumu tambah gede aja tan...mmmhhhh...” dia tampak begitu gemas dengan payudaraku. Dia meremasnya keras membuat nafsuku perlahan naik. Payudaraku Pun nampak memerah karena perlakuannya.
Intan : “mmmhhh… ahhs...mmmhhh… ya… ahhs..***ra-gara kamu… ahhs… kamu mainin terus...jadi makin gede kan...ahhs...mmmhhh...”
Indra : “mmmhhh… gak aku aja kan yang mainin..hehe” kemudian dia mencubit putingku dan menariknya keras.
Intan : “AACHH… NDRA…. SAKIT….” aku menjerit karena kesakitan. Putingku cenut-cenut rasanya. Untung saja Indra segera melepaskannya dan berdiri dari sofa.

Indra : “hehehe… ssttt… pelan-pelan dong. Nanti kedengeran tetangga.”
Intan : “ya kamu sih… sakit tau...” aku pun terduduk sambil memegangi payudaraku yang masih cenut-cenut dengan kedua tanganku.
Indra : “hehehe… emutin dong tan...” dia memegang kepalaku dan menyodorkan penisnya yang sudah tegang ini kemulutku. Kelapa penisnya menyentuh bibirku.
Indra : “ayo tan… emutin dong… kamu kan suka biasanya...” akhirnya aku membuka mulutku dan mulai mengulum penisnya sambil kuremas-remas kantung zakarnya.
Intan : “mmmpppfhhhh...mmmmpppfhhhh...mmpppfhhhh….slurp….” Indra nampaknya menikmati service mulutku.
Indra : “uh..yes...terus tan...kamu memang beda sama Ningsih… lebih enak… terus tan...”

Intan : “mmmppphhh… enak gimana… kan sama aja… mmmppphh...”
Indra : “kan kamu lebih terlatih. Hehehe. Auch...” penis Indra sedikit ku kenakan gigiku.
Intan : “dasar… udah nih… burungmu kayak sudah gak tahan gini. Hihihi. Keluarin aja sudah ndra...” sambil kukocok dengan tanganku.
Indra : “enggak lah… gak bakal… aku tahan aja dulu...hehe masa keluar sekarang… pindah yuk tan...”
Intan : “hah? Kemana? Eh...” Indra menampik tanganku yang tadi mengocok penisnya lalu menggendongku. Aku dibawanya kekamar. Dia menjatuhkanku diatas kasur lalu menarik kaki ku ketepian. Aku pasrah saja, sudah tak mungkin terelakkan lagi Indra akan menyetubuhiku siang ini.

Intan : “ah..ndra...pake kondom dulu dong...” kaki ku yang menjuntai diangkatnya ke pundaknya dan kepala penisnya mulai menggesek-gesek kemaluanku yang sudah basah ini.
Indra : “gak usah lah tan… kan kamu masih pakai obat...” kepala penisnya perlahan-lahan menyibak labia mayoraku.
Intan : “iya… tapikan…. Aaaachh…. Ndra… aaaachh… pelan-pelan...aaach...” Indra menghujamkan penisnya langsung dengan kecepatan penuh membuat tubuhku terguncang hebat.
Intan : “aachh...ndra...aaachh...ooohhs...iiiihhh….nnnggghhhh...aaaaachh...” aku mulai meracau tak karuan dan tanganku meremas-remas kasur. Tak lama kemudian gejolak kenikmatan memuncak dalam tubuhku. Akhirnya akupun mengejan karena memperoleh orgasme pertamaku. Indra memegang erat kaki ku agar tak jatuh dari pundaknya dan dia juga terus menghujamkan penisnya.
Intan : “ACHH...NNGGGHHH...NDRAA...AAACHH...AAACHH...” cairan kewanitaanku muncrat seiring hujaman penisnya didalam vaginaku.

Indra yang melihat tubuhku terguncang-guncang nampaknya mulai gemas dengan payudaraku yang berayun bebas. Tangannya mulai meremas-remas kembali payudaraku. Sesekali dia kembali mencubit dan menarik putingku lagi. Sudah tak kurasakan lagi rasa nyeri diputingku. Yang ada hanya kenikmatan bertubi-tubi yang melanda.
Intan : “AACHH...NDRAAA...AAACCHH...AKU KELUAR...LAGI...AAAACHHH...” Indra juga sudah mengabaikanku saat aku menjerit-jerit keenakan. Dia tak lagi mencegahku dan menyuruhku untuk tak teriak. Entah kamarnya kedap suara atau dia juga sudah terhanyut dalam nafsu, yang jelas aku sudah tak menahan-nahan lagi suaraku.

Sekitar 15 menit kemudian, Indra menarik tubuhku sampai pantatku menggantung tak lagi diatas kasur. Dia juga menarik lepas penisnya dan membalikkan tubuhku. Kini aku bertumpu dengan kedua lututku di lantai walau sebagian tubuhku masih diatas kasur. Nampaknya Indra ingin ganti posisi ke doggystyle sekarang. Tangannya mengangkat pinggulku dan kembali menusukkan penisnya kedalam vaginaku.
Intan : “ACH...NNGGGHH...AACH...OOCH...NNGGGGHHH...NGGGHHH” aku membenamkan kepalaku dikasur merasakan orgasme yang terus menerus kurasakan. Kemaluanku serasa ngilu dan gatal saat dihujam penisnya membuatku orgasme tiada henti setiap semenitan.

Indra juga tak menurunkan kecepatannya sedikitpun. Bahkan aku merasakan dalam posisi ini dia semakin cepat. Walau tubuhku tak terayun-ayun seperti tadi karena tertahan kasur. Tangannya pun mencengkeram erat pinggulku. Kedua pahaku sekarang rasanya sudah sangat basah karena cairan ku sendiri yang sudah mengalir deras dari tadi membuat suara tepukan antara pahaku dan Indra semakin terdengar.
Intan : “AACH...NDRA….AAACH...NNGGGHH...NNGGGGHHH….NGGGHHH… ENAK NDRA...AACHHS...”

Intan : “AACHH...NDRA….OOCHHH...AAACHH....AACHH...” Indra menarik rambutku yang panjang dengan tangan kanannya membuatku harus mendongak dan menumpu badanku dengan kedua tanganku agar tak terlalu sakit saat ditarik olehnya. Hal ini membuatku yang membelakanginya tertarik kearahnya dan badanku sedikit tegak. Kini tangan kirinya meremas payudara kiri ku dari belakang sambil tetap menggenjotku sekuat tenaga. Dia tak perlu lagi memegangi pinggulku untuk ditariknya maju mundur karena aku sendiri juga sudah mengimbangi gerakannya.

Tak lama kemudian Indra menarik ku ke arahnya, tangan kanannya mengunci leherku dan mengarahkan muka ku ke mukanya.
Intan : “ACHH… NDRA…mmmhhh...mmmhhhh...mmmhhhh...” mulutku dibungkam dengan ciumannya. Sampai akhirnya kurasakan cairan hangat membanjiri rahimku. Indra berejakulasi sambil menciumku.
Indra : “ohs...enak tan… ohss..” dia akhirnya melepaskan ciumannya dan membiarkanku ambruk diatas kasur ngos-ngosan. Penisnya pun terlepas karena aku tak kuat lagi menyangga posisi kakiku. Lalu Indra mengangkatku ke atas kasur.
Intan : “huft...huftt… keluar gak bilang kamu ini… huft...”
Indra : “gak sempet tan... hehehe”

Indra : “makasih ya tan...” aku tak menjawabnya lagi karena masih kelelahan.
Indra : “ya udah istirahat dulu yuk tan...” Indra berbaring di sebelahku dan memelukku sampai akhirnya aku tertidur. Kami berdua tertidur berpelukan dalam keadaan masih telanjang bulat berdua diatas kasur. Aku sudah tak menghiraukan lagi saat tangan Indra memainkan payudaraku.

Sampai akhirnya Indra membangunkanku jam setengah 3 sore.
Indra : “tan… tan… udah setengah 3 sore… tan...” aku merasakan badanku diguncang-guncang oleh Indra. Perlahan-lahan aku pun bangun.
Intan : “oh… udah sore aja… bentar ya ndra...” aku duduk di tepian kasur bersandar dinding sambil mengumpulkan kesadaranku. Setelah itu aku bangkit dari kasur. Si Indra sudah mengenakan pakaian lagi. Dia mengenakan kaos dan celana pendek yang sebelumnya dia pakai.
Intan : “baju ku kamu lempar kemana aja ini ndra...” sambil memungut pakaianku yang berserakan di ruang tamu. Indra hanya tersenyum-senyum saja.

Indra : “hehe ya maaf tan...” dia hanya tersenyum saja sambil duduk di ruang tamu dan kembali merokok.
Intan : “eh aku numpang mandi dulu ya. Minta handuknya ndra.”
Indra : “pakai aja yang disana tan. Itu punya ku.” aku pergi ke kamar mandi dan membersihkan tubuhku. Setelah itu aku bersiap-siap untuk pulang.
Intan : “eh kamu bukannya masuk sore ndra?”
Indra : “enggak, aku masuk shift malam lagi nanti barengan sama kamu.”
Intan : “aduh… jangan minta aneh-aneh lagi ya nanti malam. Pegel nih.”
Indra : “iya liat nanti aja. Haha.”
Intan : “dasar… ya udah keluarin motorku dong. Aman gak di luar?”
Indra : “sepi kok di luar. Ya udah aku keluarin dulu.” setelah Indra mengeluarkan motorku, aku langsung tancap gas saja. Takut ada yang mencurigaiku karena namanya juga kampung yang penduduknya rumahnya rapat-rapat bisa saja ada yang melihatku dan jadi isu tidak enak nanti.
 
Jav Toys
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd