Agen Terpercaya   Advertise
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG [TRUE STORY] BOBO SAMA CEWEK TERCANTIK BUAT DAPAT RUMAH

ratata7gh

Kakak Semprot
Daftar
30 May 2017
Post
182
Like diterima
4.381
Bimabet
1

Tokoh dalam cerita ini ada empat orang. Salah satunya Dodi yang tidak sengaja saya temui ketika saya sedang menjenguk teman saya yang sakit. Profesi saya sebagai agen asuransi mengharuskan saya stay di rumah sakit dari jam 10 pagi sampai kira-kira jam 3 sore untuk mengurusi klaim teman saya itu. Kebetulan di hari yang sama, teman saya itu dijenguk oleh Dodi. Kami akhirnya kenalan dan Dodi mengenalkan saya kepada tiga orang temannya.

Teman dia yang pertama bernama Amanda, seorang perempuan bertubuh mungil dengan rambut sebahu dicat cokelat gelap. Lalu ada Budi, laki-laki tinggi, berambut ikal, dan berkacamata. Yang terakhir Candra, badannya penuh otot, botak, tapi tampan. Bersama Dodi, keempat orang ini punya geng yang disebut geng kaya raya karena di usia mereka yang belum 35 tahun, mereka sudah mapan secara bisnis dan finansial. Dodi cerita pada saya kalau banyak teman mereka yang iri terhadap pencapaian mereka, sehingga mereka tidak punya banyak teman dan lebih nyaman nongkrong berempat saja.

Pada suatu hari di tahun 2018, Dodi dan ketiga temannya ini sedang makan di kafe Ibukota dan ada seorang perempuan tinggi semampai langsing dan cuantik luar biasa lewat di depan meja mereka. Dodi, Candra, dan Budi langsung menoleh dan lupa napas.

“Anjir, cakep banget,” kata Budi. “Punya pacar kayak begitu gimana rasanya, ya?”

“Cakepan mantan gue,” kata Candra.

“Percuma cakep tapi putus,” kata Amanda.

Dodi ingat sekali pada saat itu tidak ada satupun dari mereka yang sedang punya pacar.

“Udah lama enggak asik-asik, nih, semenjak putus. Pengen cari pacar yang tampangnya kayak begitu,” kata Budi.

“Cewek begitu mana mau sama orang macam lu, Bud,” ejek Candra.

Budi memang tidak tampan tapi menurut saya tidak jelek juga. Mukanya kayak Nadiem Makarim tapi versi putih karena dia blasteran Tionghoa.

“Sembarangan. Kalo gue mau itu cewek bisa jadi pacar gue. Gue ajak tidur bahkan,” sergah Budi.

“Berani taruhan gue kalo lu enggak akan bisa punya pacar macam begitu, apalagi bobo,” tantang Candra.

“Deal, ya. Gue ajak kenalan, tuh, cewek,” kata Budi.

“Itu dia sama cowoknya, Budi,” kata Amanda.

“Ya, udah, gue cari cewek lain yang lebih cantik. Gimana, Candra? Jadi taruhan?”

“Deal! Siapa takut?” kata Candra.

“Hadiahnya apa, nih?” tanya Amanda.

“Mobil,” kata Candra.

“Mobil, mah, enak di lu. Lu, kan, tinggal comot dari dealer,” kata Budi.

Memang benar karena Candra punya bisnis jual beli mobil.

“Ya, udah, lu mau apa?” tanya Candra.

“Rumah,” kata Budi.

“Anjir, sinting.”

“Berani enggak?”

“Berani! Tapi lu kalo gagal mesti beliin gue rumah juga. Deal?” kata Candra.

“Gini aja, kalian berdua lomba buat dapetin cewek paling cantik. Yang kalah beliin rumah,” Amanda memberi ide.

Candra dan Budi diam sebentar.

“Deal!” seru Budi.

“Deal juga!” kata Candra. “Dod, nanti kalo gue kalah kita patungan, ya?”

“Kenapa gue dibawa-bawa?” kata Dodi.

“Atau lu juga ikutan, deh,” kata Budi.

Dodi melirik Amanda. Amanda tidak bilang apa-apa.

“Fine, hajarlah. Rumah doang, mah, siapa takut?” kata Dodi.

“Mantap, gue jadi jurinya,” kata Amanda.

“Elu juga ikut, ah. Cari cowok yang tertampan,” kata Budi.

Amanda menoleh pada Dodi. Dodi tidak bereaksi.

“Tampan itu relatif. Yang kata gue ganteng menurut kalian bisa jadi enggak. Lagian kalian cowok, mana bisa nilai laki,” kata Amanda.

“Kalo gitu, ya, soal cantik juga sama,” kata Budi.

“Makanya gue jadi juri. Deal?” kata Amanda.

Budi, Candra, dan Dodi saling lihat-lihatan lalu semuanya mengangguk.

“Deal,” kata mereka.

Sesuai diskusi, Amanda membuat peraturan yang dia ketik di kertas lalu dia print dan diberikan kepada ketiga temannya untuk dibaca. Mereka kemudian ketemuan lagi keesokan harinya. Isi peraturan taruhan itu kira-kira seperti ini:

  1. Setiap orang harus dapat pacar yang bisa ditiduri sampai akhir tahun (waktu itu bulan Agustus jadi sekitar lima bulan)
  2. Kriteria pacar yang dicari adalah pacar yang beneran di-PDKT-in terus jadian terus tidur bareng secara sukarela (jadi enggak boleh sewa PSK)
  3. Juri penilai tampang pacar adalah Amanda
  4. Yang kalah harus belikan pemenang rumah seharga 800 juta (lokasi menyesuaikan)
  5. Setiap hari Rabu, semua harus ketemuan untuk laporan progress dan tunjukin bukti foto

Maka dimulailah taruhan dapat wanita paling cantik dengan hadiah rumah senilai 800 juta rupiah.
 
2

Sebelum masuk ke taruhannya, kita harus tahu dulu latar belakang keempat tokoh kita kali ini. Bagaimana mereka bisa menjadi kaya raya dan punya bisnis yang membuat mereka bisa taruhan buat beli rumah. Selain itu, kisah hidup mereka lumayan “berwarna”.

Kita mulai dengan Amanda dulu.

Amanda lahir di keluarga pengusaha. Ayah dan ibunya punya perusahaan pemasok frozen food ke supermarket-supermarket besar. Dari kecil hidupnya sudah terjamin secara finansial. Walaupun begitu dia mengaku sedikit kurang dapat perhatian dari orang tuanya. Amanda anak pertama dari dua bersaudara. Adiknya laki-laki yang sudah dipersiapkan bisa meneruskan bisnis sang ibu. Amanda sendiri tidak mau mengurusi bisnis ibunya karena dia ingin membuat bisnis sendiri.

Selepas SMA, Amanda kuliah di jurusan perhotelan. Selama kuliah, Amanda sempat magang di beberapa hotel dan punya penghasilan sendiri yang dia tabung. Setahun sebelum lulus, Amanda dapat kesempatan untuk magang di hotel di negeri Malaysia. Di Malaysia inilah dia dapat pengalaman tidak enak tapi membukakan jalan dan pikirannya menuju penghasilannya yang membludak.

Ketika dikirim ke Malaysia oleh kampusnya, Amanda berangkat bersama dua teman seangkatannya. Sebut saja si A (laki-laki) dan B (laki-laki). Mereka ditugasi berbagai macam tugas setiap minggunya selama tiga bulan untuk membiasakan diri di setiap divisi dan pekerjaan hotel. Bulan pertama tidak ada kendala. Bulan kedua, Amanda melihat gelagat aneh pada atasannya yang bernama Amir. Amir ini adalah manajer hotel yang tugasnya menyupervisi Amanda dan kedua temannya. Amir jugalah nanti yang akan menilai mereka dan memutuskan apa mereka lulus magang di Malaysia itu atau tidak ke kampus. Amir ini awalnya seperti laki-laki biasa saja. Sifat hidung belangnya baru terlihat ketika Amanda masuk ke bulan kedua dan disuruh memegang tugas manajemen yang langsung berada di bawah Amir.

Amanda diberi meja dengan laptop di sebelah meja Amir di ruang kerja Amir yang terpisah dari ruang kerja karyawan lainnya. Setiap kali Amir mengajarkan Amanda soal sistem atau cara input data, Amir selalu berdiri di belakang kursi Amanda lalu mencondongkan badan ke depan sehingga badan dia menempel ke badan Amanda. Awalnya Amanda biarkan, tapi lama-lama badan Amir makin nempel lebih dekat. Dadanya menekan kepala Amanda. Lalu si Amir menunduk sehingga kepalanya berada di pundak Amanda, tepat di samping kepalanya. Lama kelamaan si Amir sering mencuri-curi kesempatan menempelkan pipinya ke pipi Amanda.

Amanda risih dan bertanya pada si B apa waktu B bekerja di bawah Amir, Amir melakukan hal yang sama. B bilang tidak. Berarti ada yang aneh.

Suatu hari ketika Amanda sedang menginput data ke sistem, ada hal yang harus dia tanyakan. Malas, sih, karena si Amir pasti akan nempel-nempel lagi. Tapi apa boleh buat? Amanda meminta tolong Amir. Amir, seperti biasa, berdiri di belakang kursi Amanda lalu membungkuk. Tangannya memegang tangan Amanda yang memegang mouse komputer. Amanda langsung menarik tangannya. Amir mendekatkan wajahnya ke wajah Amanda. Amanda bergeser ke samping. Lalu tangan Amir memegang pundak Amanda dan mendorongnya mendekat supaya pipi mereka beradu. Amanda risih luar biasa. Tahu-tahu si Amir menengok dan bibirnya menyentuh pipi Amanda di dekat bibir. Amanda langsung bangun.

“Sorry, Sir, I am not comfortable with this,” kata Amanda. Dia langsung tembak bilang kalau dia tidak nyaman.

Amir diam lama. Matanya melotot dan wajahnya galak. “Fine,” kata dia. “I will simply write that you can’t cooperate with any of the work and hard to work with.”

Amanda marah. Mana ada tidak bisa diajak kerja sama atau sudah diajak kerja? Elu, Amir, yang kelewatan, pikir Amanda. Tapi dia tidak bilang ke Amir. Takut.

“Sorry, Sir,” kata Amanda.

“Sit down,” Amir menyuruh Amanda duduk.

Amanda menurut lalu dia duduk. Amir masih berdiri di belakang kursi.

“Hand,” kata Amir meminta Amanda memegang mouse komputer.

Amanda memegang mouse dan Amir memegang tangan Amanda untuk menggerakkan mouse. Amanda tahu Amir cuma mau pegang tangan dia doang karena si Amir cuma menggerak-gerakkan mouse secara asal.

Lalu tangan kiri Amir memegang pundak Amanda. Terus diremas. Amanda merinding. Matanya panas mau menangis tapi dia tahan. Kemudian tangan Amir turun ke dada Amanda dan meremas payudaranya. Amanda mematung. Matanya menatap monitor komputer yang tidak diapa-apakan oleh Amir. Tangan Amir meremas payudara kirinya lalu bergerak ke kanan. Lalu ke payudara kiri lagi. Napas Amir ngos-ngosan dan terdengar jelas oleh Amanda karena wajahnya berada tepat di sampingnya.

Amir terus meremas payudara Amanda selama beberapa menit. Bergantian dari yang kiri ke yang kanan. Terus begitu. Amanda tidak tahu berapa lama dia digerayangi. Akhirnya Amir selesai lalu menyelesaikan menginput data dan berjalan ke mejanya. Amanda bisa melihat penis Amir berdiri di balik celananya.

Langsung Amanda menangis.

“Don’t cry,” kata Amir.

Bajingan, mana bisa gue enggak nangis? Kata Amanda dalam hati.

“I am your boss. You have to do what I tell you. Or I can make you lose this semester. I can even make you never graduate at all,” ancam Amir.

Amanda takut diancam gagal di semester ini dan tidak bisa lulus. Untuk magang ini Amanda harus minta uang ke ayah dan ibunya padahal Amanda sudah berjanji akan jadi anak yang mandiri.

Semalaman habis kejadian itu Amanda tidur sambil menangis.

Beberapa hari kemudian, Amanda sedang kerja di kantor Amir lalu bosnya itu menghampiri dia. Amir menawarkan posisi yang lebih tinggi dan Amanda akan diberi uang saku lebih besar.

Oh, iya, untuk magang itu setiap mahasiswa harus bayar uang magang tapi dapat uang saku dari tempat magang. Kecil, sih, kata Amanda, saya lupa berapa, tapi lumayan buat jajan. Nah, si Amir menawarkan uang saku lebih besar dan pekerjaan supervisi yang tanggung jawabnya lumayan. Kalau Amanda berhasil mengerjakan dengan baik, ini bisa jadi tambahan yang bagus di CV dia nanti pas mau kerja.

Amanda mau sekali ditawari tapi ternyata tawaran itu tidak gratis.

“Stand up,” kata Amir menyuruh Amanda untuk berdiri di tengah ruangan.

Amanda menurut. Amir duduk di belakang meja kerjanya lalu duduk selonjoran. “Turn around.”

Sesuai instruksi, Amanda memutar badan.

“Good. Now lift up your skirt,” kata Amir menyuruh Amanda mengangkat roknya. Lalu kedua tangan Amir menghilang di bawah meja.

“Sorry, Sir?” Amanda sok-sok tidak dengar.

“Lift up your skirt.”

“Sir?”

“Remember, I am your boss,” ancam Amir.

Amanda mau tidak mau menurut. Dia menarik roknya sampai kira-kira satu jengkal di atas lutut.

“More,” kata Amir.

Amanda menaikkan roknya lagi sampai hampir kelihatan celana dalamnya. Amanda mulai kesal tapi bingung dia harus bagaimana. Matanya siap menangis lagi tapi dia tahan-tahan.

“Open two of your buttons,” kata Amir.

“My buttons?” Amanda memegang kancing kemejanya yang Amir suruh buka.

“Just do it,” Amir kesal karena Amanda banyak tanya.

Amanda membuka dua kancing sampai belahan dada dan branya kelihatan sedikit.

“Sit down on that couch,” Amir menyuruh Amanda duduk di sofa yang berada tepat di seberang meja kerjanya.

Amanda duduk. Dia mau mengancingkan bajunya lagi tapi dilarang Amir. Amir malah menyuruh Amanda mengangkang.

“Sir?”

“Amanda,” Amir mengancam lagi.

Amanda membuka kakinya sehingga Amir bisa melihat celana dalamnya dari meja kerja dengan jelas. Mata Amir menatap lurus ke dalaman Amanda lamaaa sekali. Mungkin setelah sekitar sepuluh menit, Amir mengambil tisu dan melap sesuatu di bawah meja. Lalu dia duduk tegak dan menyuruh Amanda membenarkan bajunya.

Si berengsek itu onani sambil lihat daleman gue.

Malamnya Amanda menangis lagi.

Amanda tidak menceritakan itu semua ke teman-temannya karena takut. Entah takut apa kalau dipikir sekarang. Mungkin karena waktu itu usianya masih 19 tahun?

Akhirnya Amanda dapat posisi yang lebih bagus, lebih menantang, lebih seru, dengan uang lebih banyak. Teman-temannya iri tapi tidak jadi menyebalkan. Mereka malah senang karena sering ditraktir sehabis kerja. Amir pun tidak lagi melakukan apa-apa pada Amanda jadi hari-hari Amanda menjadi tenang.

Kemudian datanglah hari hujan yang terburuk di sejarah hidup Amanda. Ada tamu keluarga kerajaan yang akan menginap di hotel mereka dan semua orang sibuk mendandani seluruh bagian hotel. Amanda kebagian menyiapkan kamar termahal dan terbaik di hotel itu. Cuma ada satu kamar seperti itu di hotel tempat dia bekerja dan cuma bisa disewa oleh keluarga kerajaan saking mahalnya.

Ketika Amanda menyiapkan kamar, tiba-tiba Amir masuk. Dengan teliti dia memeriksa seluruh sudut kamar dari debu dan segala macam kotoran. Dia lalu memeriksa mini bar. Periksa handuk. Pokoknya semua.

Amanda dan beberapa room service yang bekerja membersihkan kamar deg-degan menunggu hasil inspeksi Amir. Amir lalu keluar dari kamar yang isinya lemari baju dengan muka garang. Dia menemukan tutup lampu di kamar itu kotor. Ketika Amanda periksa, memang kotor tapi sedikit doang. Dilap pakai ludah juga hilang. Tapi Amir murka. Dia menyuruh staf room service keluar dan menghukum Amanda untuk membersihkan ulang kamar itu sendirian. Padahal Amanda tidak salah apa-apa.

Sebagai anak magang yang tidak punya power, Amanda menurut saja. Dia mulai membersihkan karpet, tembok dari pintu masuk sampai ke langit-langit. Setengah jam kemudian, Amir memanggil Amanda ke dalam kamar tidur. Di sana Amir berdiri dengan tangan di dada plus bermuka galak.

Di sini si Amir ngomong pakai bahasa Inggris yang saya lupa gimana tapi intinya dia memarahi Amanda karena kerjanya tidak bagus. Amanda minta maaf tapi si Amir ini mukanya tetap tidak berubah.

“Stand there,” kata Amir menyuruh Amanda berdiri di dekat kasur.

Perasaan Amanda langsung tidak enak. Polanya selalu begitu kalau Amir mau ngapa-ngapain Amanda. Dan benar, dong, Amir mendekat dan memegang pundak Amanda.

“I can make your future life miserable,” ancam Amir. Yes, Amanda tahu kalau Amir ini bisa kasih penilaian jelek, nama kampus jelek, yang nantinya bakal berimbas ke masa depan Amanda. Amanda sudah jauh-jauh datang ke Malaysia untuk merajut masa depan, masa mau dia sia-siakan.

Amanda tegang, takut, marah, dan semua perasaan negatif campur aduk. Mau menangis tidak bisa, mau lari apalagi.

Amir mendekatkan wajahnya dan mencium Amanda. Bibirnya kasar dan mulutnya bau rokok. Amanda mencoba menoleh menjauhi bibirnya tapi Amir memegang wajahnya dan mengarahkan bibirnya supaya menempel bibir Amir. Amanda menutup bibirnya rapat-rapat. Amir tidak berhenti. Setelah bibir, lidah Amir menjilat-jilat bibir Amanda.

Tangan Amir yang awalnya di pundak bergerak ke punggung dan menarik Amanda ke pelukannya. Satu tangan meremas payudara Amanda. Amanda bergidik. Marah dan takut. Tangan kiri Amir mengambil tangan Amanda yang kaku dan dia taruh di penisnya. Itu pertama kalinya Amanda memegang penis, penisnya tegang pula. Amir menggesek-gesekkan tangan Amanda ke penisnya yang keras. Amanda mencoba menarik tangan, tapi Amir menahannya.

Amir mendorong Amanda sampai dia terduduk di kasur. Kepala Amanda berada di depan penis Amir yang tegang. Lalu Amir membuka celananya lalu mengeluarkan penisnya. Amanda menutup matanya. Anjir, katanya. Pertama kalinya dia lihat penis tegang. Jijik. Jijiiik.

“Open your mouth,” kata Amir menyuruh Amanda buka mulut.

Demi Tuhan, Amanda lebih baik lompat keluar jendela daripada menurut karena dia tahu Amir akan menyuruhnya untuk mengulum penis dia.

“Remember, I am your-,” Amir mau mengancam Amanda tapi Amanda mengangkat satu tangannya.

“I know,” kata Amanda. “I will do anything. But…,” Amanda dapat ide. “But, let me clean myself. I am dirty and if you want me to do this, I want to clean myself up.”

Amanda bilang kalau dia kotor sehabis beres-beres kamar dan minta ijin untuk bebersih diri sebelum diapa-apakan. Amir diam lama. Dia berdiri menatap Amanda galak dengan celana melorot.

“No,” kata Amir. “Do it now.”

“I will scream,” ancam Amanda. Walaupun sebetulnya dia tahu berteriak di kamar ini tidak berguna karena tidak akan ada yang dengar.

Amir mundur lalu menyuruh Amanda masuk ke kamar mandi. Amanda bangun dan mengambil tasnya.

“Put it down,” Amir menyuruhnya untuk menaruh tasnya.

“I’m having my period. I’m changing my tampon,” Amanda berbohong kalau dia sedang mens dan mau ganti pembalut.

“Don’t lie to me. I will fail you,” Amir mengancam Amanda kalau dia berbohong.

“I swear. You want to see it?” tantang Amanda.

Amir diam.

“I will do whatever you want, just let me use the bathroom,” Amanda bilang kalau dia akan menurut asalkan dibolehkan ke kamar mandi dulu.

Amir mengangguk.

Amanda buru-buru masuk kamar mandi dan menguncinya. Air mata Amanda langsung meleleh. Dia sesenggukan di kamar mandi. Cukup lama dia menangis, dia mendengar pintu kamar mandi diketuk.

“Okay,” kata Amanda.

Amanda menarik napas panjang. Dia menjalankan idenya. Amanda membuka pintu dan melihat Amir sudah telanjang di kasur. Amanda mengeluarkan HP dari tas dan merekam Amir.

“You!” Amir melompat marah.

Amanda berlari ke pintu keluar. “Don’t come any closer!” dia menyuruh Amir menjauh.

Amir yang awalnya mengejar lalu berhenti dan mengambil pakaiannya.

“YOU THINK YOU CAN RAPE ME BECAUSE I’M A STUDENT? FUCK YOU! I WILL SEND THIS VIDEO TO THE COMPANY’S EMAIL AND GET YOU FIRED!” Amanda berteriak. Dia mengancam akan menyebarkan video Amir telanjang ke email kantor.

“AND IF YOU FAIL ME! I WILL SEND THIS VIDEO EVERYWHERE!” ancaman Amanda berlanjut. Kalau Amir sampai memberi nilai jelek di magang ini, Amanda akan menyebarkan videonya ke mana-mana.

Amir sibuk pakai baju dan sebelum dia selesai, Amanda lari keluar kamar. Dia membereskan barangnya lalu pulang ke wisma tempat dia dan teman-temannya tinggal. Amanda menangis lama sekali dan akhirnya ketahuan sama A dan B. Amanda dipaksa cerita dan akhirnya Amanda memperlihatkan video Amir ke pada teman-temannya.

Rekaman Amanda luar biasa jelas. Amir yang telanjang bulat dengan penisnya yang tegang, sampai suara-suara Amanda pun terdengar jelas.

A dan B murka. Mereka bersumpah akan memukuli Amir. Peduli amat dengan magang, A dan B lebih peduli pada Amanda.

Besoknya ketika Amanda datang ke hotel, A dan B menempel erat. Tapi Amir tidak kelihatan batang hidungnya. Mungkin mengurusi keluarga kerajaan pikir mereka. Amanda bersyukur tidak bertemu Amir dan bekerja dalam damai selama satu hari.

Sekitar pukul delapan malam ketika Amanda mau pulang, Amir masuk ke ruangan dan mereka saling tatap. Amanda panik dan memegang HP-nya. Takut diambil atau takut dirusak. Amir tidak bilang apa-apa. Dia cuma duduk di mejanya lalu kerja. Amanda diam lama. Bingung. Dia mau pulang tapi takut tidak dibolehkan. Tidak biasanya Amir sependiam itu. Amanda mau minta ijin pulang tapi dia masih trauma dengan kejadian kemarin. Dia jadinya berdiri mematung di ruangan.

Lama kelamaan Amir risih dan menyuruhnya pulang.

Waktu Amanda keluar ruangan, ada A dan B yang menunggu. Mereka memasang tampang garang dan menarik Amanda masuk ke ruangan Amir lagi. Keluarlah sumpah serapah dari A dan B. Amanda lupa seperti apa umpatannya tapi lumayan kasar dan jorok.

“Okay!” Amir membentak. “Just go home! My wife is coming!” Amir menyuruh mereka buru-buru pulang karena istrinya mau datang.

“Not before you say sorry to Amanda,” kata B.

“Sorry!” kata Amir tidak ikhlas.

“Say it like you mean it!” B bilang Amir harus lebih tulus bilang maafnya.

“Fine! Sorry! What more do you want? My wife is coming!” Amir mulai naik pitam.

“Don’t yell at my friends! I will show your wife the video!” Amanda memberanikan diri untuk balik mengancam Amir.

Berhasil.

Amir ketakutan.

“Please,” kata Amir.

“From now on, you will do as I say! You will give us better position and better pay! Or I will show your wife this video!” ancam Amanda.

“FINE!” Amir menggebrak meja. “NOW GO!”

Amanda, A dan B keluar. Mereka puas setengah mati. Amanda menangis lagi karena lega amarahnya tersalurkan. Semenjak kejadian itu, Amanda dan kedua temannya dapat tugas administrasi yang lebih mudah tapi dibayar uang saku lebih tinggi. Mereka pun jadi lebih bebas datang dan pulang kerja. Bahkan mereka sempat bolos dua hari tanpa dimarahi Amir. Amir sama sekali tidak pernah bicara pada mereka lagi.

Satu minggu sebelum kembali ke Indonesia, Amanda, A, dan B meminta nilai terbaik dari Amir dan semua diberi nilai A. Plus, Amir memberikan uang saku tambahan ketika mereka akan pulang. PLUS diberi acara makan-makan sebagai perpisahan. PLUUS diantar dengan mobil mewah milik hotel. PLUUUUUS dapat surat rekomendasi pekerjaan jadi ketika Amanda dan kedua temannya sampai di Indonesia, mereka mudah dapat kerja.

Di situlah Amanda baru menyadari kalau ternyata kejadian buruk yang menimpanya bisa dijadikan senjata. Amanda dapat ide. Kalau semua laki-laki sama, Amanda bisa memanfaatkan hal itu untuk keuntungannya.
 
Jav Toys
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd