Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

[TAMAT] Work From Home with Benefit

Abis marathon bacaa.
Story yg sungguh menarik.
Keep up suhu hahaha
 
PART 3,5 - TATU (LUKA)

POV Mbak Hanna

Hari ini cukup menguras energi gue. Tentu calon klien, PT Y, harus diyakinkan buat make jasa law firm kita. Sebagai pihak yang digugat perusahaan rekanan, so pasti mereka pengen menang. Mana ada perusahaan atau orang yang pengen kalah dalam gugatan, selain biar gak bayar ganti rugi, mereka juga harus jaga nama baiknya. Sehabis dijamu makan siang, meeting pun diakhiri. Gue yang nggak bawa kendaraan segera mesen taksi online buat balik ke apartemen. Nggak enak kalo harus nebeng Farida, temen sekantor yang nemenin, rumahnya di daerah Jakarta Barat soalnya. Bisa dibilang ini cara gue buat bantu driver taksi online yang lagi sepi orderan, bukankah kita harus saling membantu dalam keadaan yang sulit ini ? Nggak lupa pake masker, gue segera masuk mobil Inova yang udah jemput.

Ponsel bergetar, sepertinya ada chat WA yang masuk dan kubaca.

[13.15] Anggi : Photo

Gila ya si tante girang ini, apa-apaan dia ngirim foto bugilnya ke gue. Emang gue doyan sesama cewek apa ?
Ya udah gue cuekin aja dia ngirim foto kayak gitu.

Nggak terasa perjalanan cuma habisin waktu setengah jam. Nggak seperti biasanya Jakarta yang terkenal sebagai kota termacet se-Asia Tenggara ini terasa lenggang. Gue pun bergegas masuk ke apartemen, nggak sabar ketemu Ubay. Setelah berulang kali mencet bel studio, nggak ada yang bukain pintu. Huh, pasti molor dia ! gumamku. Kutelpon Ubay agar dia segera membukakan pintu, atau seenggaknya kalau dia nggak di studio bisa naik ke atas buat ngebukain tuan putrinya ini hehehe.

"Halo yang, ada apa ?" jawab Ubay dari sambungan telepon.
"Hun, kamu dimana ? Aku udah nunggu di depan studio nih" kata gue ngasih tau.
"Oh ya, tunggu sebentar" jawab Ubay seakan bergegas nyambut gue.

Bukan pintu studio gue yang kebuka, tapi pintu studio depan, tempat Anggi tinggal. Dengan bertelanjang dada dan hanya mengenakan celana pendek selutut, ia menunjukkan batang hidungnya.

"Kamu kok di tempat Mbak Anggi ?" tanya gue curiga.
"Iya nih, eh kamu mampir dulu gih. Mbak Anggi mau ngomong" jawab Ubay kemudian narik tangan gue menuju studio Anggi.

Anggi menunggu gue di meja makan sambil menikmati makan siangnya. Dia senyum waktu lihat gue yang masuk sambil digandeng Ubay.

"Hai cantik, aku pinjem brondongnya dulu ya. Kamu udah makan belom ?" tanya Anggi sembari menginformasikan apa yang jadi kecurigaan gue.
"Udah mbak" jawab gue singkat.
Merasa gak tahan melihat semua ini gue pun meminta akses studio gue, "Mana kartu aksesnya ? Gue mau istirahat dulu".
Dengan sigap Ubay menyerahkan kartu akses studio ke tangan gue.

"Ya udah mbak, aku balik dulu" gue katakan sambil balik badan.

Gak kerasa air mata telah jatuh di pipi gue pas nempelin kartu akses buat buka studio. Dengan membanting pintu gue lepasin kesedihan dengan menangis. Ya, udah lama gue gak nangis. Bahkan waktu putus ama mantan gue setahun lalu nggak ada acara kayak gini. Han, lu kenapa sih ? Tanya gue sendiri dalam hati. Lu udah bukan cewek labil yang nangis gara-gara cinta han ! Kata gue pada diri sendiri dalam hati.

Bantal di kasur yang gue pake buat nutupin muka basah gegara air mata. Memang bener Ubay bukan punya gue, tapi lihat dia sama Anggi kok rasanya sakit hati ini. Inget kepolosan, kebaikan, sama sikapnya yang penyayang bikin meleleh air mata. Gue akui sih kalo salah mempersilahkan dia buat 'main' sama Anggi (Re: Lihat Part 2,5 hal. 10). Seolah dia bukan siapa-siapa gue, padahal selama tiga hari ini dia nemenin gue yang kesepian ini. Ah, bodohnya kamu han, kutuk gue dalam hati. Belum lagi gue kepikiran tawaran ortu di Bandung buat jodohin gue, umur udah segini tuanya masih belum bisa nemu pasangan !

"Ahhhh !!! Fuck This Life !!!!" teriak gue kesal.
Kenapa Tuhan mesti menumbuhkan rasa cinta kalau ternyata bikin gue sakit !
Seakan inget Tuhan, Sang Pencipta, gue mengambil air wudhu dan sholat dhuhur.
Ya, udah lama gue gak berbicara dengan-Nya. Padahal gue ini cuma makhluk yang lemah di hadapan-Nya.
Mungkin Tuhan sedang bermain dengan rasaku. Seolah ngingetin gue buat jangan lupa ama Dia.
Setelah sholat, sedih ini belum memudar. Gue pun tetap larut dalam kesedihan, rasanya perih karena luka di dalam hati.
Gue gak tau sampe kapan mesti begini, sampe besok pun gak kenapa.

POV Ketiga


Setelah Mbak Hanna meninggalkan studio Anggi, Ubay merasa ada yang janggal.
"Kok tumben Mbak Hanna nggak bicara banyak sama Mbak Anggi ? Padahal mereka akrab" tanyanya pada diri sendiri.
Makan siang sudah dihabiskan mereka berdua, Ubay dan Anggi.

"Yuk lanjut lagi" ajak Anggi menggandeng tangan Ubay menuju kamar. Memang waktu masih menunjukkan kalau pekerjaan mereka belum selesai sebagaimana perjanjian yang disepakati mereka berdua.

Bak pasangan baru yang menggelora karena syahwat, mereka melepas pakaian yang mereka kenakan masing-masing. Setelah mereka duduk di ranjang kedua bibir mereka pun bertemu dan saling berciuman liar. Tangan mereka pun tak hanya diam, rangsangan saling mereka berikan. Ubay meremas payudara besar milik Anggi yang tak cukup di tangannya, sedangkan Anggi memberi sentuhan nakal pada penis pasangannya yang masih tertidur.

"Gue pengen disodok dari belakang dong" pinta Anggi pada Ubay.
"Oke, siap ndoro" ucap Ubay menuruti perintah Anggi seolah pembantu kepada majikan.

Sementara Ubay mengambil kondom dan memasangkan pada penisnya sendiri, Anggi mengambil posisi doggy siap-siap akan digenjot dari belakang. Kedua tangan menahan tubuh bagian depan, kaki tertekuk, paha terbuka selebar mungkin, dan pantat ditunggingkan.

"Wow....Mbak Anggi emang nafsuin" ujar Ubay senang sambil menampar pantat Anggi yang sekal dan bundar itu.
"Ahhh" Anggi cuma mengerang pelan karena tamparan Ubay. Tanpa memakan waktu lama, Ubay langsung memasukkan kepala penisnya ke sela-sela bibir vagina Anggi yang sudah basah kuyup. Sambil memegang erat pinggul Anggi, Ubay mulai menekan pinggulnya dalam-dalam. "Shit, masih sempit aja ini memek" maki Ubay senang dalam hati, sambil menekan agak keras sehingga setengah batang kenikmatannya amblas.

SLEPP. "Akhhhhh..." erang Anggi agak keras, setengah kaget.

Sambil menoleh ke belakang, Anggi memohon, "Ayo bay, langsung dikocok....meki gue udah gatel banget nih..." rengeknya manja plus horny. Ubay semakin bersemangat untuk menggenjot Anggi dari belakang. Pantat Ubay dengan aktif mulai maju mundur, menghajar yoni milik Anggi dengan hujaman-hujaman lingganya yang cukup besar.

"Aaaahhhh....haaahhhh...ouugggghhhh.." lenguh Anggi.
"Hmmppff..buseet..***tel di dinding meki gue rasanya digaruk-garuk, enak banget....Gillaaaa....Mau teriak aja rasanya...aahhhhh.." batin Anggi yang semakin terbuai nafsu birahi. Akibat pompaan Ubay, tubuhnya pun terguncang-guncang maju mundur dengan kuatnya. Toketnya yang berukuran 36B tanpa ampun bergoyang-goyang heboh tak tentu arah. Ubay yang tidak puas cuma meremas-remas pantat Anggi, berusaha menggapaikan tangannya untuk meraih payudara Anggi yang bergoyang bebas.

Sambil meremas-remas sepasang daging kenyal bundar di dada Anggi, Ubay pun menceracau keenakan,
"Gila, susumu besar banget mbak.....lu demen kan gue remes-remes gini". Ubay tak perlu jawaban langsung, karena lenguhan Anggi yang semakin keras sudah menunjukkan betapa ia juga menikmati setiap remasan di toketnya. Tidak sampai 10 menit digempur dengan doggy style, tubuh Anggi sudah menegang. Lenguhannya semakin keras "Ahhh....ouuuggghhhh....yahh....yahh...cepetin....cepetin nyodoknya....ahh..ahhh.." Anggi menyerocos di sela-sela erangannya. Memenuhi request Anggi, Ubay meningkatkan genjotannya.

"Ouuuuugggghhhhh...Gue keluar....Gue Keluarrr....Aaahh" jerit Anggi sambil mengejang-ngejang. Ubay merasakan ada semprotan pelan di penisnya yang terbungkus kondom. Diturunkan kecepatan kocokannya, untuk membiarkan Anggi cooling down dan ambil nafas dulu.

"Hah....hah....hah...gila...enak banget beb.... "ujar Anggi yang nafasnya masih tersengal-sengal. Ubay pelan-pelan mencabut penisnya. Walaupun sudah pelan, tetap saja Anggi terpekik kecil ketika tonggak revolusi itu dicabut.
"Auh...kok dicabut ?"
tanya Anggi kaget. Ubay tidak berkata apa-apa, tapi langsung membalikkan tubuh Anggi sehingga terlentang. Payudara Anggi yang menggunung indah menjadi sasaran lumatan bibir Ubay. Sambil meremas-remas dengan kuat, puting Anggi dijilat-jilat dan dipermainkan dengan lidah oleh Ubay. Libido Anggi langsung naik lagi. Bahkan rasa gatal di lubang surgawinya kembali dengan lebih hebat.
"Sshhhhhh...hhmmppfffff..."
desis Anggi keenakan karena susunya sekarang sedang dikenyot dan dihisap kuat-kuat oleh Ubay.
"Hmmm....udah terserah lu mau main kayak gimana..." kata Anggi seolah menyerah karena sudah keempat kalinya mengalami orgasme.
"Anal mau ?" tawar Ubay.
"Ya....tapi slown down aja nyodoknya....udah lama nggak...." jawab Anggi terengah-engah .

Anggi pun mengubah posisinya agar menyamping, sementara Ubay ia perintahkan untuk rebahan menyamping di belakangnya.
"Posisi spooning aja yah, biar gak terlalu dalem masuknya...." jelas Anggi pada Ubay. Ubay kemudian mengarahkan penisnya ke lubang anus Anggi yang sangat kecil dan sempit itu. "Mmmm....Hmmm....Ohhhhh" desah Anggi saat batang kenikmatan Ubay menyentuh lubang analnya. Betapa susah dan sempitnya lubang itu. Semakin didorong, semakin kencang teriakan Anggi dan mimik wajahnya menunjukkan kesakitan. "Ohhhh....Mmmmm....Ahhhhh....Sakiiiiiitt" Anggi menggelengkan kepada dan Ubay berhenti sesaat. Berusaha agar pasangannya tidak terlalu merasakan sakit, Ubay mengobel vagina pasangannya.

"Ahhh...udah masuk dikit itu ayo dorong ahhhhhhh...." pinta Anggi. Ubay pun menambahkan tenaga agar bisa masuk dan menekannya dalam-dalam. "Ahhh...." erang mereka berdua merasakan penetrasi, Ubay merasa lubang ini lebih sempit dari vagina sedangkan Anggi merasa anusnya saat ini terasa penuh oleh penis Ubay. Dengan tempo yang sangat pelan dan intim Ubay mulai memompa sambil tetap mengobel vagina Anggi.

PLOK PLOK PLOK PLOK, suara pantat dan paha beradu.

"Ahhhh...aaahhh...hmmmm... ohhhh....ohhhh...." suara desah mereka berdua bersahutan. Rasanya sangat kencang dan sempit sekali.
"Awww....mbakk...kontolku rasanya diremas remasss...." desah Ubay.

Kontol Ubay di dalam lubang pantat itu rasanya seperti diremas-remas dan juga cukup nyeri. Gerakannya tak bisa cepat, karena takut menyakiti Anggi. Wajah sange dan sakit cukup jelas terpampang pada wajah Anggi. Kurang dari 15 menit, Anggi mendesah, "Terussss....terusss....yes...yes....yes....gue mau orgasmeee...cepetttt....". Ubay pun mempercepat sodokannya, PLOK PLOK PLOK PLOK PLOK.

"Hmmm....ahhhh....hmmmm....ahhhh....ahhh...." teriakan kencang Anggi menikmati. Ubay pun merasa sperma akan keluar dari penisnya.
Ubay pun memegangi tubuh Anggi sembari mempompanya. "Ahhh......ahhhh.....ahhhhhhhhhhh.......hmmmmm.......haaa.....hmmmmmm" teriak mereka berdua seperti orang kesurupan karena sebuah orgasme.

Ubay melepas kondom yang kini menampung spermanya dan langsung membuangnya ke tempat sampah.
Ia pun kembali memeluk janda kembang dan berbisik, "Makasih ya mbak".
"Lu buruan balik ke tempat Hanna gih" perintah Anggi.
"Emang kenapa mbak ?" tanya Ubay penasaran.
"Tadi lu gak liat apa waktu Hanna mampir bentar kesini ? Kayak sebel gitu liatin kita ? Pandangan matanya itu lho gak kayak biasanya" jelas Anggi. Mendengar penjelasan tersebut baru lah Ubay mengingat apa yang terjadi. Duh, ndlogok tenan kowe bay ! Makinya pada diri sendiri dalam hati. Apa iya Mbak Hanna cemburu ? Tanyanya pada diri sendiri dalam hati.

"Inget ya bay, yang tadi itu just sex, no love" kata Anggi mengingatkan.
"Iya, mana mungkin juga aku nikahin tante-tante hahaha" jawab Ubay bercanda yang kemudian menerima cubitan Anggi.
"Then you go, thanks for today" kata Anggi sambil mencium lembut bibir Ubay.

POV Ubay

Segera kukenakan pakaian dan keluar dari studio klien birahiku ini. Beberapa kali kupencet bel studio Mbak Hanna, namun sayangnya tak ada jawaban dari penghuninya. Wah, gawat nih jangan-jangan Mbak Hanna ngambek, gumamku khawatir. Tanpa membuang waktu, aku langsung menelpon Mbak Hanna. Telepon tersambung, namun direject olehnya. Waduh, gimana ini, batinku. Panik pun mulai melanda, pikiranku sudah mulai kemana-mana. Ah, mungkin ia perlu waktu untuk menenangkan diri sendiri, ujarku menyugesti diri meredakan kepanikan. Langsung saja aku mengirim pesan via WA kepada Mbak Hanna untuk memberi tahu.

[15.15] Ubay : Yang, aku ngopi dulu bentar. I know that you need time for yourself. Please forgive me, Sotyaku.

Kemudian aku turun ke lantai dasar apartemen dan mencari coffe shop yang buka. Setelah berjalan sekian lama mengitari area apartemen aku baru menemukan coffe shop yang buka, di tengah pandemi ini banyak tempat ngopi yang tutup, tak terbayang bagaimana nasib para pekerja yang menggantungkan hidup disana. Tua, muda, kaya, miskin, bos, maupun pegawai, semua tak luput dari dampak COVID-19. Aku jadi ingat dengan pesan almarhum eyangku agar hidup tetap ikhlas, bekerja keras, dan berserah diri pada Tuhan sesulit apapun keadaannya.

Setelah Vietnam Drip pesananku di antar, kunyalakan rokok favoritku, Sury@ 12. Biarpun dibilang rokok kuli, tapi rokok inilah yang sering memberiku inspirasi di kala buntu. Benar bahwa Mbak Hanna lagi ngambek, tapi solusinya gimana ? Masak aku harus ikutan ngambek ? Nggak lucu dong. Sejenak kuberpikir sambil menghisap rokok dan meminum kopi, entah ilham darimana aku teringat dengan kisah Panembahan Senopati, Sultan Mataram pertama. Kisah ini yang selalu diulang-ulang oleh kakekku ketika aku masih kecil.

Alkisah ketika Kesultanan Mataram dibawah Panembahan Senopati melancarkan penaklukan ke Kadipaten Purabaya (yang sekarang dikenal dengan nama Madiun), ia ditantang oleh Retno Dumilah, putri cantik dari Bupati Purabaya. Bukannya meladeni tantangan duel dari Retno Dumilah, Panembahan Senopati justru melancarkan rayuan-rayuan mautnya dan kemudian menikahinya. Pada akhirnya Kadipaten Purabaya bisa ditaklukkan oleh Mataram.

Dari cerita itu aku mendapat pencerahan bahwa Mbak Hanna harus kurayu. Entah bagaimana hasilnya, yang penting dicoba dulu. Tiba-tiba aku mendapat ide untuk membeli buket bunga, ya setidaknya aku tidak perlu merogoh kocek terlalu dalam untuk memberikan hadiah buat senior kantor yang kusayang ini. Teknologi memang memudahkan kita untuk bertransaksi, sekitar satu jam ojek online telah tiba membawakan pesananku ini. Setelah menghabiskan kopi dan rokok, aku bergegas menuju studio Mbak Hanna, bagai Panembahan Senopati yang bersiap menaklukkan Retno Dumilah.

Tombol bel kupencet sambil harap-harap cemas, apakah akan diabaikan seperti tadi. Dua kali kupencet bel. Tak lama berselang setelah percobaan kedua, pintu dibuka olehnya yang hanya mengenakan handuk untuk menutupi tubuhnya.

"Hanna sesotya ning atiku, aku minta maaf" kataku dengan penyesalan.
"Udah, masuk aja" kata Mbak Hanna mempersilahkanku untuk masuk.
Aku pun berlutut dan menyerahkan bunga yang kupegang kepadanya.
"Wah, makasih ya hun" ucapnya sambil menerima buket bunga yang kuserahkan dan dihirup olehnya. "Kamu taruh disana aja ya, aku belum selesai mandi" perintahnya kepadaku. Hampir 30 menit dia baru keluar dari kamar mandi.

"Gimana tadi sama Mbak Anggi ?" tanya Mbak Hanna seolah tidak terjadi apa-apa.
"Ya begitu deh, no love just sex, nggak seperti sama kamu" jawabku.
"Hmmm gombal... dikasih uang jajan nggak hun ?" tanyanya penasaran seperti penyidik KPK.
"Ditransfer 1 juta sih. Walaupun disamain kayak gigolo tapi mau gimana lagi, aku juga butuh duit" jawabku lugas.
"Wah udah pantes tuh jadi gigolo profesional, sini mami minta persenan hehehe" ditanggapi bercanda olehnya.
Tanganku pun menggelitiki tubuhnya, menghukum candaannya yang nakal. Tawa kita berdua pun memecahkan keheningan studio ini.
"Han, aku sayang kamu" bisikku lirih di telinganya.
"Bohong" sahutnya sambil menjulurkan lidah mengejekku.
"Serius, kamu mau aku sumpah pocong ? Hahaha" kataku sambil tertawa.
"Biarkan rasa sayang ini terus tumbuh ya" balasnya romantis.

Malam ini kami habiskan untuk deep talk dan bercerita tentang kehidupan masing-masing. Tak ada adegan bercinta seperti malam-malam sebelumnya. Biarkan Batara Kamajaya dan Batari Kamaratih, dewa-dewi pewayangan perlambang cinta sejati, merasuk ke dalam sanubari kami untuk menumbuhkan benih cinta diantara kami. Toh aku sudah lelah dengan persetubuhan tadi siang. Tak lupa aku berterima kasih pada Panembahan Senopati yang sudah mengilhamiku untuk meredam amarah perempuan cantik yang sedang bersandar manja di dadaku ini.

BERSAMBUNG

_____________________________________________________________________


Demikian update kali ini, dengan berat hati ane mengumumkan bahwa next part adalah part terakhir.
Mohon like dan cendol dawetnya ya hu.
Matur nuwun.
 
Terakhir diubah:
Hmmm... hanna kusayang... malah ga di eksekusi 😢

Eksenya nggak harus malem itu juga hu
Kan Ubay udah lelah ama pertempuran sengit sama Tante Anggi hehehe

Yakin nh part terakhir hu.? 🧐

Ga mau bikin side story dr 2 tokoh lain nya nh.? 🤓😁

Keliru hu, part terakhirnya part selanjutnya.
Tutup buku dulu deh hu, ide ane sudah mentok :Peace:
 
Waktu buka trit ini kok yo pas banget lagu yang didengerin Didi Kempot-Tatu.
Jadi ikut ngerasain tatu atinya Mbak Hanna dikala Ubay asik2nya genjot Tante Anggi :hua:
Tapi syukurlah Ubay pake intrik ala Mataram, pancen oye dramatisasinya. Cendol dawet buat sampeyan

Semangat hu @Bantengamuk buat next part, part pamungkas :semangat:
 
Waktu buka trit ini kok yo pas banget lagu yang didengerin Didi Kempot-Tatu.
Jadi ikut ngerasain tatu atinya Mbak Hanna dikala Ubay asik2nya genjot Tante Anggi :hua:
Tapi syukurlah Ubay pake intrik ala Mataram, pancen oye dramatisasinya. Cendol dawet buat sampeyan

Semangat hu @Bantengamuk buat next part, part pamungkas :semangat:

Chers dulu dong hu @perjaka_pendosa :beer:
Ayo ngambyar meneh hehehe

Nah loh..ubay dan hanna mulai baper-baperan kan..
Witing tresno jalaran soko ndemek-ndemek rogo..

Makasih updatenya suhu
:ampun:

Makasih kembali hu @harimau_sore yang setia mampir di trit ini
Sembah ndlosor kagem njenengan

Semoga mbak hanna hamil...

Aamiin....
semoga apa yang disemogakan tersemogakan ya hu hehehe
 
Baru selesai baca part barusan, jadi baper ane waktu POV Mbak Hanna :galau:
Untung si Ubay gak diusir Mbak Hanna dari apartemennya. Bisikin dong alur buat last part hehehe

Btw, gile juga ya si Ubay berani nusbol Tante Anggi. Jadi crot deh waktu baca anal seks nya.
Anal lover can relate :hati:
 
PART 3,5 - TATU (LUKA)

POV Mbak Hanna

Hari ini cukup menguras energi gue. Tentu calon klien, PT Y, harus diyakinkan buat make jasa law firm kita. Sebagai pihak yang digugat perusahaan rekanan, so pasti mereka pengen menang. Mana ada perusahaan atau orang yang pengen kalah dalam gugatan, selain biar gak bayar ganti rugi, mereka juga harus jaga nama baiknya. Sehabis dijamu makan siang, meeting pun diakhiri. Gue yang nggak bawa kendaraan segera mesen taksi online buat balik ke apartemen. Nggak enak kalo harus nebeng Farida, temen sekantor yang nemenin, rumahnya di daerah Jakarta Barat soalnya. Bisa dibilang ini cara gue buat bantu driver taksi online yang lagi sepi orderan, bukankah kita harus saling membantu dalam keadaan yang sulit ini ? Nggak lupa pake masker, gue segera masuk mobil Inova yang udah jemput.

Ponsel bergetar, sepertinya ada chat WA yang masuk dan kubaca.

[13.15] Anggi : Photo

Gila ya si tante girang ini, apa-apaan dia ngirim foto bugilnya ke gue. Emang gue doyan sesama cewek apa ?
Ya udah gue cuekin aja dia ngirim foto kayak gitu.

Nggak terasa perjalanan cuma habisin waktu setengah jam. Nggak seperti biasanya Jakarta yang terkenal sebagai kota termacet se-Asia Tenggara ini terasa lenggang. Gue pun bergegas masuk ke apartemen, nggak sabar ketemu Ubay. Setelah berulang kali mencet bel studio, nggak ada yang bukain pintu. Huh, pasti molor dia ! gumamku. Kutelpon Ubay agar dia segera membukakan pintu, atau seenggaknya kalau dia nggak di studio bisa naik ke atas buat ngebukain tuan putrinya ini hehehe.

"Halo yang, ada apa ?" jawab Ubay dari sambungan telepon.
"Hun, kamu dimana ? Aku udah nunggu di depan studio nih" kata gue ngasih tau.
"Oh ya, tunggu sebentar" jawab Ubay seakan bergegas nyambut gue.

Bukan pintu studio gue yang kebuka, tapi pintu studio depan, tempat Anggi tinggal. Dengan bertelanjang dada dan hanya mengenakan celana pendek selutut, ia menunjukkan batang hidungnya.

"Kamu kok di tempat Mbak Anggi ?" tanya gue curiga.
"Iya nih, eh kamu mampir dulu gih. Mbak Anggi mau ngomong" jawab Ubay kemudian narik tangan gue menuju studio Anggi.

Anggi menunggu gue di meja makan sambil menikmati makan siangnya. Dia senyum waktu lihat gue yang masuk sambil digandeng Ubay.

"Hai cantik, aku pinjem brondongnya dulu ya. Kamu udah makan belom ?" tanya Anggi sembari menginformasikan apa yang jadi kecurigaan gue.
"Udah mbak" jawab gue singkat.
Merasa gak tahan melihat semua ini gue pun meminta akses studio gue, "Mana kartu aksesnya ? Gue mau istirahat dulu".
Dengan sigap Ubay menyerahkan kartu akses studio ke tangan gue.

"Ya udah mbak, aku balik dulu" gue katakan sambil balik badan.

Gak kerasa air mata telah jatuh di pipi gue pas nempelin kartu akses buat buka studio. Dengan membanting pintu gue lepasin kesedihan dengan menangis. Ya, udah lama gue gak nangis. Bahkan waktu putus ama mantan gue setahun lalu nggak ada acara kayak gini. Han, lu kenapa sih ? Tanya gue sendiri dalam hati. Lu udah bukan cewek labil yang nangis gara-gara cinta han ! Kata gue pada diri sendiri dalam hati.

Bantal di kasur yang gue pake buat nutupin muka basah gegara air mata. Memang bener Ubay bukan punya gue, tapi lihat dia sama Anggi kok rasanya sakit hati ini. Inget kepolosan, kebaikan, sama sikapnya yang penyayang bikin meleleh air mata. Gue akui sih kalo salah mempersilahkan dia buat 'main' sama Anggi (Re: Lihat Part 2,5 hal. 10). Seolah dia bukan siapa-siapa gue, padahal selama tiga hari ini dia nemenin gue yang kesepian ini. Ah, bodohnya kamu han, kutuk gue dalam hati. Belum lagi gue kepikiran tawaran ortu di Bandung buat jodohin gue, umur udah segini tuanya masih belum bisa nemu pasangan !

"Ahhhh !!! Fuck This Life !!!!" teriak gue kesal.
Kenapa Tuhan mesti menumbuhkan rasa cinta kalau ternyata bikin gue sakit !
Seakan inget Tuhan, Sang Pencipta, gue mengambil air wudhu dan sholat dhuhur.
Ya, udah lama gue gak berbicara dengan-Nya. Padahal gue ini cuma makhluk yang lemah di hadapan-Nya.
Mungkin Tuhan sedang bermain dengan rasaku. Seolah ngingetin gue buat jangan lupa ama Dia.
Setelah sholat, sedih ini belum memudar. Gue pun tetap larut dalam kesedihan, rasanya perih karena luka di dalam hati.
Gue gak tau sampe kapan mesti begini, sampe besok pun gak kenapa.

POV Ketiga


Setelah Mbak Hanna meninggalkan studio Anggi, Ubay merasa ada yang janggal.
"Kok tumben Mbak Hanna nggak bicara banyak sama Mbak Anggi ? Padahal mereka akrab" tanyanya pada diri sendiri.
Makan siang sudah dihabiskan mereka berdua, Ubay dan Anggi.

"Yuk lanjut lagi" ajak Anggi menggandeng tangan Ubay menuju kamar. Memang waktu masih menunjukkan kalau pekerjaan mereka belum selesai sebagaimana perjanjian yang disepakati mereka berdua.

Bak pasangan baru yang menggelora karena syahwat, mereka melepas pakaian yang mereka kenakan masing-masing. Setelah mereka duduk di ranjang kedua bibir mereka pun bertemu dan saling berciuman liar. Tangan mereka pun tak hanya diam, rangsangan saling mereka berikan. Ubay meremas payudara besar milik Anggi yang tak cukup di tangannya, sedangkan Anggi memberi sentuhan nakal pada penis pasangannya yang masih tertidur.

"Gue pengen disodok dari belakang dong" pinta Anggi pada Ubay.
"Oke, siap ndoro" ucap Ubay menuruti perintah Anggi seolah pembantu kepada majikan.

Sementara Ubay mengambil kondom dan memasangkan pada penisnya sendiri, Anggi mengambil posisi doggy siap-siap akan digenjot dari belakang. Kedua tangan menahan tubuh bagian depan, kaki tertekuk, paha terbuka selebar mungkin, dan pantat ditunggingkan.

"Wow....Mbak Anggi emang nafsuin" ujar Ubay senang sambil menampar pantat Anggi yang sekal dan bundar itu.
"Ahhh" Anggi cuma mengerang pelan karena tamparan Ubay. Tanpa memakan waktu lama, Ubay langsung memasukkan kepala penisnya ke sela-sela bibir vagina Anggi yang sudah basah kuyup. Sambil memegang erat pinggul Anggi, Ubay mulai menekan pinggulnya dalam-dalam. "Shit, masih sempit aja ini memek" maki Ubay senang dalam hati, sambil menekan agak keras sehingga setengah batang kenikmatannya amblas.

SLEPP. "Akhhhhh..." erang Anggi agak keras, setengah kaget.

Sambil menoleh ke belakang, Anggi memohon, "Ayo bay, langsung dikocok....meki gue udah gatel banget nih..." rengeknya manja plus horny. Ubay semakin bersemangat untuk menggenjot Anggi dari belakang. Pantat Ubay dengan aktif mulai maju mundur, menghajar yoni milik Anggi dengan hujaman-hujaman lingganya yang cukup besar.

"Aaaahhhh....haaahhhh...ouugggghhhh.." lenguh Anggi.
"Hmmppff..buseet..***tel di dinding meki gue rasanya digaruk-garuk, enak banget....Gillaaaa....Mau teriak aja rasanya...aahhhhh.." batin Anggi yang semakin terbuai nafsu birahi. Akibat pompaan Ubay, tubuhnya pun terguncang-guncang maju mundur dengan kuatnya. Toketnya yang berukuran 36B tanpa ampun bergoyang-goyang heboh tak tentu arah. Ubay yang tidak puas cuma meremas-remas pantat Anggi, berusaha menggapaikan tangannya untuk meraih payudara Anggi yang bergoyang bebas.

Sambil meremas-remas sepasang daging kenyal bundar di dada Anggi, Ubay pun menceracau keenakan,
Gila, susumu besar banget mbak.....lu demen kan gue remes-remes gini". Ubay tak perlu jawaban langsung, karena lenguhan Anggi yang semakin keras sudah menunjukkan betapa ia juga menikmati setiap remasan di toketnya. Tidak sampai 10 menit digempur dengan doggy style, tubuh Anggi sudah menegang. Lenguhannya semakin keras "Ahhh....ouuuggghhhh....yahh....yahh...cepetin....cepetin nyodoknya....ahh..ahhh.." Anggi menyerocos di sela-sela erangannya. Memenuhi request Anggi, Ubay meningkatkan genjotannya.

"Ouuuuugggghhhhh...Gue keluar....Gue Keluarrr....Aaahh" jerit Anggi sambil mengejang-ngejang. Ubay merasakan ada semprotan pelan di penisnya yang terbungkus kondom. Diturunkan kecepatan kocokannya, untuk membiarkan Anggi cooling down dan ambil nafas dulu.

"Hah....hah....hah...gila...enak banget beb.... ujar Anggi yang nafasnya masih tersengal-sengal. Ubay pelan-pelan mencabut penisnya. Walaupun sudah pelan, tetap saja Anggi terpekik kecil ketika tonggak revolusi itu dicabut.
"Auh...kok dicabut ?"
tanya Anggi kaget. Ubay tidak berkata apa-apa, tapi langsung membalikkan tubuh Anggi sehingga terlentang. Payudara Anggi yang menggunung indah menjadi sasaran lumatan bibir Ubay. Sambil meremas-remas dengan kuat, puting Anggi dijilat-jilat dan dipermainkan dengan lidah oleh Ubay. Libido Anggi langsung naik lagi. Bahkan rasa gatal di lubang surgawinya kembali dengan lebih hebat.
"Sshhhhhh...hhmmppfffff..."
desis Anggi keenakan karena susunya sekarang sedang dikenyot dan dihisap kuat-kuat oleh Ubay.
"Hmmm....udah terserah lu mau main kayak gimana..." kata Anggi seolah menyerah karena sudah keempat kalinya mengalami orgasme.
"Anal mau ?" tawar Ubay.
"Ya....tapi slown down aja nyodoknya....udah lama nggak...." jawab Anggi terengah-engah .

Anggi pun mengubah posisinya agar menyamping, sementara Ubay ia perintahkan untuk rebahan menyamping di belakangnya.
"Posisi spooning aja yah, biar gak terlalu dalem masuknya...." jelas Anggi pada Ubay. Ubay kemudian mengarahkan penisnya ke lubang anus Anggi yang sangat kecil dan sempit itu. "Mmmm....Hmmm....Ohhhhh" desah Anggi saat batang kenikmatan Ubay menyentuh lubang analnya. Betapa susah dan sempitnya lubang itu. Semakin didorong, semakin kencang teriakan Anggi dan mimik wajahnya menunjukkan kesakitan. "Ohhhh....Mmmmm....Ahhhhh....Sakiiiiiitt" Anggi menggelengkan kepada dan Ubay berhenti sesaat. Berusaha agar pasangannya tidak terlalu merasakan sakit, Ubay mengobel vagina pasangannya.

"Ahhh...udah masuk dikit itu ayo dorong ahhhhhhh...." pinta Anggi. Ubay pun menambahkan tenaga agar bisa masuk dan menekannya dalam-dalam. "Ahhh...." erang mereka berdua merasakan penetrasi, Ubay merasa lubang ini lebih sempit dari vagina sedangkan Anggi merasa anusnya saat ini terasa penuh oleh penis Ubay. Dengan tempo yang sangat pelan dan intim Ubay mulai memompa sambil tetap mengobel vagina Anggi.

PLOK PLOK PLOK PLOK, suara pantat dan paha beradu.

"Ahhhh...aaahhh...hmmmm... ohhhh....ohhhh...." suara desah mereka berdua bersahutan. Rasanya sangat kencang dan sempit sekali.
"Awww....mbakk...kontolku rasanya diremas remasss...." desah Ubay.

Kontol Ubay di dalam lubang pantat itu rasanya seperti diremas-remas dan juga cukup nyeri. Gerakannya tak bisa cepat, karena takut menyakiti Anggi. Wajah sange dan sakit cukup jelas terpampang pada wajah Anggi. Kurang dari 15 menit, Anggi mendesah, "Terussss....terusss....yes...yes....yes....gue mau orgasmeee...cepetttt....". Ubay pun mempercepat sodokannya, PLOK PLOK PLOK PLOK PLOK.

"Hmmm....ahhhh....hmmmm....ahhhh....ahhh...." teriakan kencang Anggi menikmati. Ubay pun merasa sperma akan keluar dari penisnya.
Ubay pun memegangi tubuh Anggi sembari mempompanya. "Ahhh......ahhhh.....ahhhhhhhhhhh.......hmmmmm.......haaa.....hmmmmmm" teriak mereka berdua seperti orang kesurupan karena sebuah orgasme.

Ubay melepas kondom yang kini menampung spermanya dan langsung membuangnya ke tempat sampah.
Ia pun kembali memeluk janda kembang dan berbisik, "Makasih ya mbak".
"Lu buruan balik ke tempat Hanna gih" perintah Anggi.
"Emang kenapa mbak ?" tanya Ubay penasaran.
"Tadi lu gak liat apa waktu Hanna mampir bentar kesini ? Kayak sebel gitu liatin kita ? Pandangan matanya itu lho gak kayak biasanya" jelas Anggi. Mendengar penjelasan tersebut baru lah Ubay mengingat apa yang terjadi. Duh, ndlogok tenan kowe bay ! Makinya pada diri sendiri dalam hati. Apa iya Mbak Hanna cemburu ? Tanyanya pada diri sendiri dalam hati.

"Inget ya bay, yang tadi itu just sex, no love" kata Anggi mengingatkan.
"Iya, mana mungkin juga aku nikahin tante-tante hahaha" jawab Ubay bercanda yang kemudian menerima cubitan Anggi.
"Then you go, thanks for today" kata Anggi sambil mencium lembut bibir Ubay.

POV Ubay

Segera kukenakan pakaian dan keluar dari studio klien birahiku ini. Beberapa kali kupencet bel studio Mbak Hanna, namun sayangnya tak ada jawaban dari penghuninya. Wah, gawat nih jangan-jangan Mbak Hanna ngambek, gumamku khawatir. Tanpa membuang waktu, aku langsung menelpon Mbak Hanna. Telepon tersambung, namun direject olehnya. Waduh, gimana ini, batinku. Panik pun mulai melanda, pikiranku sudah mulai kemana-mana. Ah, mungkin ia perlu waktu untuk menenangkan diri sendiri, ujarku menyugesti diri meredakan kepanikan. Langsung saja aku mengirim pesan via WA kepada Mbak Hanna untuk memberi tahu.

[15.15] Ubay : Yang, aku ngopi dulu bentar. I know that you need time for yourself. Please forgive me, Sotyaku.

Kemudian aku turun ke lantai dasar apartemen dan mencari coffe shop yang buka. Setelah berjalan sekian lama mengitari area apartemen aku baru menemukan coffe shop yang buka, di tengah pandemi ini banyak tempat ngopi yang tutup, tak terbayang bagaimana nasib para pekerja yang menggantungkan hidup disana. Tua, muda, kaya, miskin, bos, maupun pegawai, semua tak luput dari dampak COVID-19. Aku jadi ingat dengan pesan almarhum eyangku agar hidup tetap ikhlas, bekerja keras, dan berserah diri pada Tuhan sesulit apapun keadaannya.

Setelah Vietnam Drip pesananku di antar, kunyalakan rokok favoritku, Sury@ 12. Biarpun dibilang rokok kuli, tapi rokok inilah yang sering memberiku inspirasi di kala buntu. Benar bahwa Mbak Hanna lagi ngambek, tapi solusinya gimana ? Masak aku harus ikutan ngambek ? Nggak lucu dong. Sejenak kuberpikir sambil menghisap rokok dan meminum kopi, entah ilham darimana aku teringat dengan kisah Panembahan Senopati, Sultan Mataram pertama. Kisah ini yang selalu diulang-ulang oleh kakekku ketika aku masih kecil.

Alkisah ketika Kesultanan Mataram dibawah Panembahan Senopati melancarkan penaklukan ke Kadipaten Purabaya (yang sekarang dikenal dengan nama Madiun), ia ditantang oleh Retno Dumilah, putri cantik dari Bupati Purabaya. Bukannya meladeni tantangan duel dari Retno Dumilah, Panembahan Senopati justru melancarkan rayuan-rayuan mautnya. Pada akhirnya Kadipaten Purabaya bisa ditaklukkan oleh Mataram.

Dari cerita itu aku mendapat pencerahan bahwa Mbak Hanna harus kurayu. Entah bagaimana hasilnya, yang penting dicoba dulu. Tiba-tiba aku mendapat ide untuk membeli buket bunga, ya setidaknya aku tidak perlu merogoh kocek terlalu dalam untuk memberikan hadiah buat senior kantor yang kusayang ini. Teknologi memang memudahkan kita untuk bertransaksi, sekitar satu jam ojek online telah tiba membawakan pesananku ini. Setelah menghabiskan kopi dan rokok, aku bergegas menuju studio Mbak Hanna, bagai Panembahan Senopati yang bersiap menaklukkan Retno Dumilah.

Tombol bel kupencet sambil harap-harap cemas, apakah akan diabaikan seperti tadi. Dua kali kupencet bel. Tak lama berselang setelah percobaan kedua, pintu dibuka olehnya yang hanya mengenakan handuk untuk menutupi tubuhnya.

"Hanna sesotya ning atiku, aku minta maaf" kataku dengan penyesalan.
"Udah, masuk aja" kata Mbak Hanna mempersilahkanku untuk masuk.
Aku pun berlutut dan menyerahkan bunga yang kupegang kepadanya.
"Wah, makasih ya hun" ucapnya sambil menerima buket bunga yang kuserahkan dan dihirup olehnya. "Kamu taruh disana aja ya, aku belum selesai mandi" perintahnya kepadaku. Hampir 30 menit dia baru keluar dari kamar mandi.

"Gimana tadi sama Mbak Anggi ?" tanya Mbak Hanna seolah tidak terjadi apa-apa.
"Ya begitu deh, no love just sex, nggak seperti sama kamu" jawabku.
"Hmmm gombal... dikasih uang jajan nggak hun ?" tanyanya penasaran seperti penyidik KPK.
"Ditransfer 1 juta sih. Walaupun disamain kayak gigolo tapi mau gimana lagi, aku juga butuh duit" jawabku lugas.
"Wah udah pantes tuh jadi gigolo profesional, sini mami minta persenan hehehe" ditanggapi bercanda olehnya.
Tanganku pun menggelitiki tubuhnya, menghukum candaannya yang nakal. Tawa kita berdua pun memecahkan keheningan studio ini.
"Han, aku sayang kamu" bisikku lirih di telinganya.
"Bohong" sahutnya sambil menjulurkan lidah mengejekku.
"Serius, kamu mau aku sumpah pocong ? Hahaha" kataku sambil tertawa.
"Biarkan rasa sayang ini terus tumbuh ya" balasnya romantis.

Malam ini kami habiskan untuk deep talk dan bercerita tentang kehidupan masing-masing. Tak ada adegan bercinta seperti malam-malam sebelumnya. Biarkan Batara Kamajaya dan Batari Kamaratih, dewa-dewi pewayangan perlambang cinta sejati, merasuk ke dalam sanubari kami untuk menumbuhkan benih cinta diantara kami. Toh aku sudah lelah dengan persetubuhan tadi siang. Tak lupa aku berterima kasih pada Panembahan Senopati yang sudah mengilhamiku untuk meredam amarah perempuan cantik yang sedang bersandar manja di dadaku ini.

BERSAMBUNG

_____________________________________________________________________


Demikian update kali ini, dengan berat hati ane mengumumkan bahwa next part adalah part terakhir.
Mohon like dan cendol dawetnya ya hu.
Matur nuwun.
Bagus Sekali Suhu.... emang udahmau berakhir ya ceritanya... semoga happy ending
 
Bimabet
Manteb Sudarsono updatenya hu @Bantengamuk
Nggak kerasa ya cerita ini mau selesai.
Boleh ane request buat pindah aja ke cerbung ? Hehehehe

Masih belum kuat kemampuan ane buat nulis di cerbung
Takutnya nggak kepegang, terus gak update2, dan di lockdown tritnya.
Pelan2 ane belajar nulis juga hu lewat cerita ini. Dan ane nggak nyangka kalo respon dari para semproters semeriah ini.
Padahal ceritanya baru mulai minggu lalu, tapi dilihat dari banyaknya komeng udah bisa nyalip cerita2 yang udah lama dipost. Anggap saja keberuntungan ane hu
:hore:

Baru selesai baca part barusan, jadi baper ane waktu POV Mbak Hanna :galau:
Untung si Ubay gak diusir Mbak Hanna dari apartemennya. Bisikin dong alur buat last part hehehe

Btw, gile juga ya si Ubay berani nusbol Tante Anggi. Jadi crot deh waktu baca anal seks nya.
Anal lover can relate :hati:

Makasih hu udah baca, buat last part masih jadi rahasia negara hu.
Kalo ane bisikin ke suhu malah crot duluan ntar hehehe
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd