Agen Terpercaya   Advertise
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

Zoporn [LKTCP 2021]

seravi_yvi

Guru Semprot
Daftar
6 Jun 2017
Post
553
Like diterima
632
Bimabet

Terima kasih kepada staff, admin, panitia dan semua yang menyukseskan event ini.

Tidak mudah survive di bawah tindihan, himpitan, dan jepitan pandemi yang entah kapan berhenti bergoyang.

Berkat event ini, jiwa mesum yang hampir mati, perlahan hidup saat mengelus huruf di atas tonjolan keyboard sambil meremas-remas mouse yang mulus licin.

Lumayanlah dapat menghasilkan deretan kata tanpa motivasi.

Semoga yang membaca bisa terhibur.


ZOPORN






KAORACI VS OTAME
____________________

Nyala redup api lilin menyamarkan ruangan kumuh berdebu. Meja, kursi, tv, kulkas, lemari dan barang lain berantakan. Tembok retak, lantai kotor tertutup gumpalan tanah yang mengering.

Bau busuk menyengat dari pembungkus makanan yang teronggok menggunung di pojok ruangan. Sistem ventilasi sangat buruk. Jendela tidak terbuka. Pintu tertutup rapat. AC di tembok tidak menyala, kipas angin tua karatan penuh jaring laba-laba. Sesak! Pengap!

Dalam remang tampak enam orang mengelilingi meja kayu berbentuk persegi panjang. Tidak tampak makanan atau minuman di meja. Sama kosongnya dengan tatapan mata keenam orang itu. Mereka masih muda, berumur dua puluh tahunan tapi tampak menanggung beban hidup berat. Wajah layu, senyum kering, kantung mata tebal menghitam menandakan kalau mereka kurang tidur.

TOK-TOK-TOK

“PAKEEETTTTT !!! “

“ASSIIIIYYYAAAAP!”

Pintu diketuk. Mereka menjawad serentak. Merra berdiri, gadis tinggi berdaster merah kedodoran di bahu tersebut kemudian melangkah menuju pintu. Tidak lama berselang, dia kembali dengan langkah gontai.

“Merra, dapat apa kita hari ini?” Tanya Yella, wanita semok berbaju kuning.

“Cuma ini!” Merra membentulkan daster merah yang kedodoran, kemudian mengangkat tas plastik berisi roti dan meletakan di atas meja.

“Ada rokok?” tanya Viona, wanita dengan potongan rambut pendek ala polwan, berbaju ungu lengan pendek. “Kepala gue mau pecah kelamaan kaga ngerokok!”

“Kaga ada, Vi.”

Viona menarik nafas dalam dengan rahang mengeras. Tangan bergetar meremas kuat korek api dalam gengaman.

Zoporn anjing!!”

Tangannya mengayun cepat, melempar korek ke dinding.

PRAAAKK

Korek hancur berkeping menghantam tembok yang mengelupas. Lirikan lima pasang mata mengarah pada Viona. Gadis kurus itu mendengus, menggebrak meja kuat, kemudian kepalanya lunglai dengan kening menyentuh meja.

“Sekarang. Nyari apapun susah! Dasar Zoporn bedebah!”

Zoporn yang mereka kutuk adalah kumpulan manusia yang terinfeksi virus, menjadi seperti mayat hidup dengan hasrat seksual tidak wajar.

“Gara-gara bedebah mesum itu. Gue nyepong kakek-kakek,” Yella mengacak-acak rambut yang berwarna cokekat, kemudian meludah jijik.

“Waaaaw. Elo hebat! Tuh aki-aki pasti sange liat bokong seksi mantan ketua cheerleader tercantik sejagad ini?” Putri, wanita berbaju putih polos dengan logo nike, menepuk bokong kenyal Yella yang terbungkus rok setengah paha. “Titit tuh kakek gimana? Bisa ngaceng?”

“Bisalah! Kalo kaga ngaceng, gue udah mampoooss!” Yella menjawab ketus, ”Tapiiiii, tititnya keriput bau pesing. Kayaa-nya tuh kakek doyan pipis di celana.”

Kata-kata itu disambut gelak tawa penuh cemoh. Tapi tawa itu tidak bertahan lama. Mereka kembali kepada kenyataan hidup yang pahit. Raut wajah mereka kembali menunjukan kegetiran.

“Kita kualat kali ya? Gara-gara kita sering ngeledek si Tian ?” Rossita berkata lirih. Gadis dengan body proporsional, bermata sayu tertutup kacamata bulat tebal merapikan dress bermotif rose yang dikenakan.

“Untung aja Tian enggak dendam. Dia sering ngirimin kita makan,” ujar Merra sambil memainkan ujung bawah daster merahnya.

“Laki culun munafik itu pasti ada maunya. Bisa jadi dia tertarik ama keseksian tubuh kalian ?” Raka satu-satunya lelaki di sana, ikut berbagi pendapat negatif.

“Tian tertarik ama kita? Kayaknya enggak deh. Buktinya dia betah jadi Kaoraci,” Rossita membela si target gosip.

Kaoraci atau kaum orang suci adalah sebutan bagi kelompok orang yang tidak diserang Zoporn. Mereka seolah bersahabat dengan makhluk mesum itu.

“Iya, si Tian baik. Beda ama si Tito.”

“Tito? Maksud lo si item keriting yang sekarang jadi Healer, kan?” Yella menimpali. “Kalo elo kena Zoporn, mau nggak diobatin ama dia?”

“Kalo ga ada pilihan, ya mau aja. Titit item gak masalah,” Merra menyahut santai, ”Gue masih pengen hidup. Mati karena zoporn itu ngeri!”

Healer atau penyembuh adalah orang yang mempunyai kemampuan spesial untuk menyembuhkan orang yang terinfeksi Zoporn.

Pembicaraan terhenti sesaat. Ruangan kumuh kembali hening. Mereka merenungi nasib buruk semenjak virus Zoporn menjangkit hampir seisi Bumi. Mimpi mereka menjadi model dan selebriti sudah pupus. Foto-foto mewah nan elegan mereka, hanya menjadi kenangan di Instagram yang sudah setahun lebih tidak bisa diakses. Listrik terbatas, internet mati, peralatan elektronik tidak berfungsi.

Zombie porno atau Zoporn menjadi wabah ngeri yang sudah hampir dua tahun memporak-porandakan dunia. Hampir semua negara hancur oleh virus ini. Populasi manusia berkurang lebih dari 60 persen. Kota besar hampir menjadi kota mati. Seperti yang terjadi di kota Domire, tempat tinggal enam orang ini. Siang hari seolah malam karena mereka harus bersembunyi di gedung terbengkalai gelap tanpa listrik.

Zoporn adalah virus yang telat diantisipasi oleh seluruh dunia. Awal virus ini muncul dan menginfeksi, orang yang terjangkit tidak menunjukan gejala apapun selama 100 hari. Tidak sakit, belum berubah jadi Zoporn dan bersikap layaknya manusia. Mereka disebut OMTG, Orang Mesum Tanpa Gejala. Itulah bencana awal. Virus zoporn ternyata menggunakan manusia sebagai inang untuk berubah bentuk dan bermutasi.

Awalnya banyak teori konspirasi berkembang. Ada yang menganggap Zoporn adalah hasil kejahilan Mas Elon, tukang mobil listrik yang sering ngerjain pemain kripto. Billy Gerbang pembuat jendela yang baru saja cerai dengan istrinya juga dianggap biang kerok. Bahkan Mak Zulkabeh yang punya mukabuku tidak bebas dari pencetus teori. Tapi semua teori itu patah saat semua orang penting tersebut meninggal karena zoporn.

Ilmuwan, pemimpin dunia, elit global menjadi Zoporn sebelum sempat meluncurkan senjata pembunuh masal. Dunia berubah. Menyisakan tiga golongan manusia yang hidup di bumi. Kaoraci si kaum orang suci, Otame kelompok otak mesum, dan Zoporn si makhluk mesum penuntut kepuasan.

“Eh! Si Kevin kok lama?” pertanyan Rossita memecah keheningan, yang lain angkat bahu tanda tidak tahu.

TAK PRANG

Terdengar suara ribut di luar ruangan. Mereka bangkit dari kursi pasang sikap siaga.

Tiba-tiba seorang lelaki muda gondrong berwajah pucat, berlari kacau ke arah mereka dengan nafas ngos-ngosan.

“Kenapa Vin?”

“Gawat!! Ada Kisser Zoporn!”

“Jenis?”

“Dua Male, satu Female,” pria itu menenangkan dadanya yang naik turun saat memberi laporan.

Raut wajah wanita lebih tegang dari para lelaki. Itu berkaitan dengan prilaku makhluk mesum itu. Zoporn tidak akan menyerang manusia berjenis kelamin sama dengan si makhluk mesum. Zoporn wanita menyerang pria, dan Zoporn pria menyerang wanita. Kalau jenis kelamin sama dengan Zoporn, semua dijamin aman asal tidak menggangu mereka.

Cara kerja otak Zoporn tidak seribet manusia. Kalau target sesuai, mereka akan serang. Tidak peduli Ras, Agama, Suku. Tidak peduli korban gay atau lesbi.

“Kita pikirin cara agar selamat!”

Keenam temannya mengagukan kepala. Mereka berusaha bersikap tenang tapi rasa tegang tidak hilang. Jantung berdetak kencang saat tiga sosok manusia berkepala hijau muncul, berjalan sempoyongan seperti orang mabuk, mata sayu penuh nafsu, ludah menetes, dan kulitnya pucat seperti mayat.

Meskipun diberi nama zombie, mereka tidak mirip zombie galak di film-film yang doyan makan otak. Tidak ada darah di bibir dengan gigi menyeramkan, tidak ada mata mendelik mau meloncat keluar. Bentuk tubuh mereka sama seperti saat hidup. Cantik ya cantik, jelek ya jelek.

Efek serangan si zombie horny sangat ditakutkan manusia. Penis pria akan diremas sampe gepeng, testis akan dikeplok sampai pecah. Kalau target wanita, lubang vagina akan diobok-obok pake tangan kemudian dirobek lagi sampai kepala zoporn bisa masuk. Setelah itu dibiarkan meraung kesakitan dan tidak mati begitu saja. Perlu waktu berhari-hari sampai ajal menjemput. Itu karena zoporn memasukan zat yang membuat manusia terjaga dan merasakan sakit luar biasa menyiksa.

Kabar baiknya, Zoporn ini bisa dijinakan dan juga bisa ditipu alias dibodohi. Tentu ada efek samping, orang yang menjinakan Zoporn akan tertular virus dan memiliki potensi menjadi Zoporn kalau tidak diobati oleh Healer.

KRONTANG PRANG

Perabotan berjatuhan menghantam lantai.

“Kita tipu dan jinakan mereka. Tidak ada jalan untuk kabur!” teriak Kevin.

Dua Zoporn laki berpakaian robek dan Zoporn wanita tanpa baju semakin mendekat ke arah tujuh manusia berdempetan berdiri gemetar. Pancaran warna hijau dari kepala mereka sebagai penanda jenis. Mereka adalah Kisser Zoporn, makhluk mesum pendamba ciuman.

Kisser Zoporn adalah jenis yang paling banyak, hampir 90% dari semua Zoporn. Level diatas Kisser adalah Licker-Zoporn, si mesum pendamba jilatan alat kelamin dengan kepala berwarna kuning, jenis ini tidak banyak, tetapi lebih banyak ada dibandingkan level merah atau Fucker-Zoporn. Si kepala merah penikmat bercinta. Jenis ini sangat langka dan baru muncul beberapa hari lalu.

“Kita berempat menipu mereka. Gue ciuman ama Yella. Raka ama Putri. Kalian bertiga jinakan mereka!” Kevin memberi perintah. Mereka sepakat menjalankan trik jitu melawan zoporn. Menipu Female-Zoporn dan menjinakan Male-Zoporn.

Berciuman dengan lawan jenis adalah cara menipu atau membodohi Kisser-Zoporn. Nyepong atau jilmek menipu Licker-zoporn, dan bercinta menipu Fucker-zoporn.

Rencana dimulai. Kevin-Yella berciuman, begitu juga Raka-Putri. Itu bukan ciuman bohong, bibir mereka saling mengecap, lidah membelit menikmat rasa. Meskipun ciuman sungguhan, tetapi kenikmatanya tidak penuh, berciuman di dekat Zoporn sudah pasti menimbulkan rasa awas. Namanya juga menipu, pasti khawatir akan ketahuan.

Zoporn wanita clingak-clinguk bingung mencari mangsa karena dua pria yang dijadikan target sedang berciuman. Female-Zoporn kecewa, kemudian keluar meninggalkan kedua Male-Zoporn yang asik mengejar target buruan.

“Dasar mesum menjijikan!!”

Jeritan histeris nan emosional terpekik dari bibir tiga gadis tanpa pasangan yang berlari panik menghidar. Mengitari meja, melempar bungkus makanan ke sembarang arah, mengambil sapu untuk menggebuk Zoporn karena merasa putus asa.

Si makhluk mesum tidak bisa dibunuh dengan senjata buatan manusia. Kekebalan tubuh dan kemampuan regenerasi sel mereka tidak terbatas. Ditusuk, ditembak, dipukul tidak mempan karena tubuh kayak karet. Dibakar malah keras mirip besi. Di bom sampe hancur, kembali menyatu. Hebat kan? Tapi anehnya, beberapa dari mereka ditemukan mati dengan penyebab yang masih menjadi misteri.

KHeee-khee-kheee.

Zoporn seperti mengeluarkan tawa melihat target yang putus asa. Keduanya membentangkan tangan lebar, memojokan mereka ke tembok, menghilangkan jalan menghindar. Terdengar suara penuh nafsu dari mulut makhluk mesum yang menganga dengan cairan kental menetes.

Ketiga target yang terjebak di dinding semakin panik dan geram. Dalam situasi darurat, mereka saling lempar pandang memberi isyarat. Jinakan!

“Gue ama Merra jinakin mereka. Vion, elo mesti waspada! ” Rossita berkata lantang sambil membetulkan kacamata kemudian maju dengan heroik ke arah pria kepala hijau. Lompat barengan dengan Merra yang baru selesai merapikan daster. Mereka memeluk leher zoporn, kemudian mencium bibirnya.

NGoookkk ngooookkkk, guiiik guuiiiikkk, Zoporn mengeluarkan suara aneh ketika berciuman.

Ciuman bibir dengan zoporn tidak senikmat ciuman dengan manusia. Ekspresi jijik ditunjukan kedua gadis yang melumat bibir makhluk mesum. Wajah memerah, mata terpejam kuat. Mual! Mau muntah! Tapi mereka tahan sekuat tenaga.

Menjinakan Kisser-Zoporn paling gampang tapi beresiko. Seperti orang horny pada umumnya, makhluk mesum ini bisa saja tidak puas hanya dengan berciuman. Dia bisa menuntut lebih. Indikatornya adalah kepala mereka. Kalau warna hijau di kepala mereka meredup dan hilang, mereka sudah jinak. Tetapi kalau warna hijau di kepala mereka menjadi berwarna kuning, mereka akan menjadi Licker Zoporn. Cara menjinakan harus dengan nyepong.

Kisser bermutasi menjadi Licker dalam prosesi menjinakan jarang terjadi, tetapi pernah terjadi dengan persentase 1 berbanding 6969. Kali ini, mutasi tak terduga itu terjadi. Kepala makhluk mesum yang dicium Merra berubah warna menjadi kuning.

“Bangsaatt! Dia jadi licker. Vion, tolongin gue!” Merra yang dasternya kembali kedodoran memekik panik.

Rossita berhasil menjinakan satu zoporn. Dia bergerak gesit hendak membantu kedua temannya. Wanita berkacamata itu dengan lincah menurunkan celana sang makhluk mesum yang ada dalam pelukan Merra. Penis hitam tegang berurat terlihat kokoh di selangkangan manusia berkepala kuning.

“Vioon! Cepat sepong! jangan bengong!” Rossita histeris.

Viona ragu tapi mau karena taruhannya adalah nyawa. Dia membungkuk, mengulum penis zoporn dengan cepat. Matanya terpejam kuat tidak ingin melihat apa yang ada di dalam mulutnya.

Viona tersika penis kotor menjijikan yang menyumpal mulutnya. Terpakasa dikocok-kocok, diemut-emut. Crooottt crooot crooot. Sperma sang zoporn menyembur menghujam bibir Viona. Kemudian si makhluk mesum rebahan dengan kaki mengangkang. Warna kuning di kepala meredup.

“ Anjiiing! Tititnya bau bangke! Huuuuueeeeeekkkkk!” Si gadis baju unggu membungkuk sambil menekan ulu hati. Dia memuntahkan cairan kental bercampur sisa roti.

“Untung pasangan gue mulutnya kagak bau. Wajahnya juga lumayan cakep tuh, Zoporn newbie kali yaa,” Rossita masih sempat menatap Zoporn yang tadi diajak ciuman.

Rencana tujuh orang itu untuk menipu dan menjinakan Zoporn sukses meskipun ada usaha ekstra dari sang penjinak. Zoporn akan kembali liar dalam satu jam, kepala mereka akan mengeluarkan warna sesauai level.

“Kita harus cari healer!”Putri meraba lengan Merra dan Rossita yang mengeluarkan warna hijau, dan lengan Viona yang berwarna kuning.

Nasib buruk belum usai. Sebelum mereka keluar, ruangan kembali gaduh saat seorang wanita dengan baju dan celana ketat motif garis warna-warni mirip pelangi berhambur panik masuk ke ruangan.

TOLOOOOOOOOONG!!

Wanita muda cantik dengan sepatu hak tinggi itu berlari kesurupan, sling bag yang dibawa dilempar sembarangan. Tujuh orang yang sedari tadi di dalam, saling pandang kebingungan, kemudian menatap wajah wanita asing yang bibirnya terpoles lipstik tebal.

Beberapa detik kemudian, satu Male-Kisser-Zoporn berlari memburu si gadis. Si mesum horny memepet gadis baju pelangi kedinding. Mereka berciuman, wanita itu berusaha menjinakan, tetapi masalahnya tidak hanya sampai di situ.

Grudug grudug

Keadaan tambah kacau kala belasan Zoporn, Male dan Female menyerbu ruangan. Si gadis yang sedang berjuang keras menjinakan Zoporn mendelik panik. Dia melepaskan ciuman sebelum sempat menjinakan zoporn pertama. Dia khawatir Zoporn lain akan menjamah tubuhnya. Melayani satu Zoporn saja susah apalagi belasan.

Vion, Rossita dan Merra tidak melakukan apapun. Mereka aman dari serangan Zoporn karena sudah terinfeksi. Sebentar lagi mereka juga akan menjadi Zoporn kalau tidak diobati healer. Itulah mengapa orang yang sudah terinfeksi tidak akan menjadi target Zoporn.

Raka-Putri, Kevin-Yella mengambil keputusan cepat, dua pasangan otame berciuman mengelabui Zoporn. Kali ini mereka tidak berdiam di tempat itu, bibir mereka berciuman sementara kaki mereka bergerak pelan selangkah demi selangkah hendak meninggalkan ruangan berbau busuk yang semakin sesak penghuni.

Musuh utama manusia tetaplah manusia dengan segala keegoisannya. Salah satunya adalah wanita berpakaian pelangi yang baru masuk. Dia berniat menjalankan aksi sebagai pelakor kelas elit meskipun dalam posisi terjepit di waktu sempit.

Wanita baju pelangi berlari cepat menuju Raka dan Putri yang berciuman. Meloncat menerjang kedua pasangan itu.

Hap!

Jari wanita dengan kuku warna-warni berhasil mencengkeram rambut Putri. Menyentak sekuat tenaga sampai tubuh Putri terhuyung kebelakang. Tautan bibir Putri dan Raka lepas, pelukan mereka melonggar.

Heyyyyaaaat

Si baju pelangi mendorong tubuh Putri ke arah kerumunan Zoporn yang mengejar.

Aaaarrrgghhh

Putri memekik panik saat satu Male-Zoporn menangkap pinggangnya yang ramping. Dia meronta sampai kaos putihnya robek, untungnya berhasil bebas. Kemudian berlari terhuyung, dan apesnya dia terpojok di tembok.

Raka jatuh telentang dengan wajah meringis menahan sakit. Dia berusaha bangkit mencari Putri. Sial! Mampus gue! Tubuhnya mendadak kaku saat beberapa Female-Zoporn berhambur ke arahnya.

BRUUUGGG

Tubuh gadis berpakaian pelangi menindih Raka. Tanpa basa-basi bibir berlisptik merah tebal mencium bibir pemuda di bawahnya. Mata Raka terbelalak tak percaya, tetapi dia sadar kalau keselamatan dirinya lebih penting. Dia meladeni ciuman wanita itu demi menipu Zoporn.

Putri, yang bertelanjang dada terpojok di tembok. Dia mencium satu zoporn mencoba menjinakan, bangsatnya zoporn lain ikut menuntut kepuasan. Satu bibir hanya bisa melayani ciuman satu bibir. Untuk menjinakan butuh waktu sekitar lima menit. Sangat susah! Putri tidak mampu, kalah jumlah dan waktu. Puluhan tangan zoporn lain yang tidak diajak ciuman menuntut kepuasan dengan menggerayangi tubuh si gadis, merobek paksa celana jeans-nya.

“Tolongin gue! Aaarrrkkkkhhhhhh!!”

Raungan pilu memenuhi ruangan saat para makhluk mesum mencabik, mencakar, menggigit tubuh telanjang Putri. Satu tangan si makhluk mesum masuk ke dalam lubang kemaluan Putri. Tangan itu mengobok-obok dengan kasar. Mata Putri mendelik, mulut terbuka, bibir merintih tapi tidak mati karena Zoporn memasukan cairan yang membuat Putri terjaga sementara waktu. Saat tubuh Putri berdarah-darah di dinding tak mampu bergerak. Satu demi satu Zoporn meninggalkannya.

Merra, Rossita, dan Viona gemetar. Tubuh ketiga perempuan cantik itu tidak mampu bergerak saat mendengar jeritan Putri yang menyayat hati membuat bulu kuduk berdiri. Tidak ada yang bisa mereka lakukan untuk menyelamatkan temannya yang kehabisan waktu menjinakan Zoporn.

~*~​

Siang terik, jalanan kota Domire sepi aktivitas manusia. Sialnya, banyak Zoporn berkeliaran mencari mangsa. Bus, truk, mobil, sepeda motor bersererakan di jalan, tidak terpakai bagai sampah. Semua itu ditinggalkan pemiliknya sampai karatan, penuh debu. Empunya sudah mati atau menjadi Zoporn.

Seorang pemuda wajah biasa-biasa berperawakan sedang, berkacamata, memakai hodie putih dan celana panjang, berjalan di antara kerumunan Zoporn. Tubuh bergoyang pelan menikmati lagu dari headset yang membekap kepalanya. Tangan pemuda menenteng bungkusan, meliuk menghindari kerumunan Zoporn.

Aneh bin ajaib! Zoporn wanita yang asik garuk-garuk pusar bertingkah cuek tidak menyerang si pemuda. Itu karena si pemuda adalah Kaoraci, kelompok orang yang tidak diserang Zoporn.

Jomblo dari lahir bukan kutukan lagi, tetapi menjadi bekah. Belum pernah ciuman dengan lawan jenis, belum penah BJ, Jilmek, dan bercinta, maka orang ini berpeluang besar menjadi Kaoraci. Cara paling gampang memverifikasi Kaoraci atau bukan, dengan pergi ke kumpulan Zoporn beda jenis kelamin. Kalau diabaikan dan tidak diserang, berarti Kaoraci. Hanya mereka yang sudah masuk masa pubertas saja yang bisa menjadi Kaoraci, lelaki bisa keluar sperma, perempuan bisa menstruasi. Anak-anak yang belum mencapai pubertas tetap tidak aman dari si makhluk mesum.

Enak banget kan jadi Kaoraci? Tidak diserang zoporn di tengah situasi gawat ini. Tapi, ada harga mahal yang harus dibayar. Kaoraci tidak boleh berciuman, apalagi bercinta.

Otame adalah kebalikan dari Kaoraci. Kelompok Otak Mesum adalah orang yang sudah pernah berciuman atau bercinta dengan lawan jenis. Mereka target utama Zoporn.

Huuaaahhhmmm

Si kaoraci berkacamata menguap malas, kemudian berhenti di gang sempit, menuju bangunan kumuh tak terawat. Dia clingak-clinguk memastikan tidak ada zoporn yang mengikutinya.

“PAKEEEETTTTT!”

Tidak perlu lama menunggu, daun pintu terbuka sedikit, menyembul kepala seorang wanita wajah pucat karena kurang makan.

“Hanya dapat jatah segini. Stok makanan menipis,” lelaki itu menyodorkan bungkusan.

Si wanita tersenyum kecut dan berujar lirih, “Bastian, terima kasih ya.”

Pintu kemudian ditutup. Lelaki pengantar paket gratis bernama Bastian menuju motor matic yang parkir di tengah jalan. Dia lega karena itu adalah paket terakhir yang diantarkan. Sebagai Kaoraci yang aman dari ancaman sang makhluk horny, Bastian bebas melakukan banyak hal. Akhir-akhir ini, Dia melakukan kegiatan amal mencari makanan yang masih layak, kemudian dibagikan ke manusia yang membutuhkan.

Beberapa bulan sebelumnya, saat serangan Zoporn sedang ganas-ganasnya, banyak mayat bergelimpangan di jalan. Bastian dan beberapa Kaoraci lain membersihkan mereka dari jalan dan menguburkan di kuburan masal. Sekarang setelah hampir dua tahun zoporn menyerang, tidak banyak ditemukan mayat, tetapi jumlah makhluk mesum itu bertambah banyak.

Teman Kaoraci-nya berkurang drastis ketika metode penyembuhan Healer ditemukan saat popolasi manusia tersisa mendekati 50 persen. Lebih dari setengah Kaoraci memutuskan menjadi healer.

Bastian melanjutkan misi. Mengemudikan motor masuk gang berpaving bekas perumahan, kemudian berhenti di depan bangunan tinggi berlantai tiga. Bagian bawah bangunan berdinding kaca tebal. Dia hendak membuka pintu tetapi ada Female-Zoporn yang bersandar di pintu kaca. Wanita muda cantik berkepala hijau bertelanjang dada dengan toket menantang menggemaskan. Kulitnya masih mulus, belum dekil pertanda zoporn newbie.

Bastian tersenyum, pemandangan seperti itu sudah tidak asing di matanya. Dia mengabaikan dan membuka pintu kaca. Masuk dan menguncinya kembali dari dalam. Naik tangga melingkar menuju lantai dua, masuk ke dalam ruangan bersih, rapi, dan beraroma kopi.

“Ooooh…aaahhh!” Desahan nikmat menyambut Bastian.

Seorang pemuda kurus hitam rambut keriting duduk di Sofa dengan kaki mengangkang tanpa celana. Penisnya berada dalam kuluman wanita cantik bertelanjang dada yang memiliki lengan memancarkan warna kuning pertanda infeksi Licker-Zoporn. Si healer kulit hitam sedang melakukan proses pengobatan. Cara menyembuhkanya ada dua, dengan meberi service blow job kepada healer atau membiarkan healer mencium vagina pasien.

Si healer bernama Tito mengabaikan Bastian. Jarinya yang kurus asik menggerayangi toket mulus kenyal gadis yang memiliki potongan rambut ala polwan.

“Ahhh.Terus emut tititku..! Sayangku!”

Bastian risih dengan pemandangan mesum di depan matanya, tetapi menganggap itu perbuatan terpuji. Baginya, Healer adalah penyembuh penyakit dan penyelamat nyawa.

Ada tiga jenis infeksi virus zoporn. Infeksi Kisser, Licker, dan Fucker. Infeksi Kisser didapat langsung saat menjinakan Kisser-Zoporn. Tingkat bahaya paling rendah karena memiliki waktu 3 x 24 jam sebelum menjadi zoporn. Kabar buruknya, kalau dalam 1x24 jam pertama infeksi Kisser tidak disembuhkan oleh ciuman healer, level infeksi akan auto-update menjadi Licker.

Infeksi Licker bisa didapat dengan dua cara, via auto-update Kisser yang tidak diobati dalam 24 jam , dan penularan langsung dari Licker Zoporn. Cirinya lengan yang terinfeksi berwarna kuning. Pengobatan dengan cara menjilat kemaluan, tentu saja melibatkan healer.

Infeksi Fucker juga bisa didapat dengan auto-upate dari licker yang tidak diobati selama 24 jam dan dari menjinakan Fucker-Zoporn. Infeksi tipe ini sudah masuk zona merah. Pilihanya ada dua, kalau mau sembuh harus bercinta dengan healer sebelum 24 jam infeksi. Kalau tidak sembuh akan menjadi Zoporn.

“Husssshh nikmat aahhh,” erang Tito saat penisnya disedot kencang. Dia menjambak rambut pendek sang pasien. Si kurus hitam menggerakan bokong agar penisnya keluar masuk bibir gadis yang sibuk di selangkangannya.

Arrrrhhhhh. Titik puncak kenikmatan membuat tubuh jangkung Tito mengejang. Sperma sang healer menyembur ke mulut si wanita, kemudian cairan kental itu ditelan. Ajaibnya, setelah proses itu, warna kuning di tangan si pasien hilang. Pertanda dia sudah sembuh dan kembali menjadi manusia normal.

“Hai sayang, karena elo temen SMA gue. Jadi elo kagak perlu bayar,” Tito mengecup bibir gadis itu. Wanita itu pasang wajah keruh dan mendelik tidak senang. Dia bergegas mengenakan pakaian, keluar dari ruangan itu lewat pintu belakang yang jauh dari kerumunan Zoporn.

“Elo kenal kan ama cewe tadi? Viona temen SMA kita!” ujar Si Healer bangga. “Gue enggak nyangka bisa disepong bibir seksinya. Hahhaha.”

Bastian cuek.

“Bas. Mending lo jadi healer kaya gue. Daripada jadi kaoraci, kerja kaga jelas, hasil enggak ada.”

“Healer? Kagak mau,” Bastian sibuk membolak-balikan halaman majalah usang yang ada di atas meja kaca.

“Guuooblok lu! Padahal jadi healer itu nikmat. Kayak yang lo liat tadi! Hahaha.”

“Gak ada yang lebih enak daripada kaoraci.”

“Enak dari hongkong! Kaoraci enggak bakal nikmatin cewe seumur hidup! Gak tau rasa toket kenyal, gak tau enaknya dijepit lubang becek!”

“Yang penting gue aman dari Zoporn! Makan enak tidur nyenyak.”

“Udah ah! Gue mandi dulu. Males debat ama orang keras kepala pendamba cinta sejati macam elo.” Tito kemudian masuk ke dalam kamar mandi sambil tersenyum puas.

Semua Healer dulunya adalah Kaoraci. Tito adalah salah satu Kaoraci yang menjadi healer. Resikonya, mereka tidak lagi aman karena akan menjadi buruan Zoporn. Buruknya lagi, sekali terkena virus Zoporn tidak pernah kembali menjadi healer.

Healer hanya bisa mengobati pasien beda jenis kelamin. Healer ada dua level yaitu Juniro dan Seniro. Juniro-Healer hanya bisa mengobati efek Kisser-Zoporn. Kalau memaksakan diri mengobati efek licker dan fucker, dia auto menjadi otame dan pasien auto jadi zoporn. Sedangkan Seniro-Healer bisa mengobati efek kisser, licker, dan fucker. Seorang koaraci, pertama-tama harus menjadi Juniro-Healer. Setelah 1 x 24 jam, akan automatis ter-upgrade mejadi Seniro-Healer.

Tito muncul dengan penampilan lebih segar setelah selesai mandi. Dia duduk di samping sahabatnya yang sedang asik makan camilan miliknya.

“ Gini Bas, gue pengen ngajak elo ke Silasol. Gue dapet undangan Healer Festival dari Partai Orasuci,” Tito mengutarakan tujuannya mengundang Bastian ke tempatnya.

“Kenapa gue mesti ikut?” Tentu saja Bastian ragu meninggalkan kota kelahiranya.

“Lo tau, kan. Kota kita udah sekarat pangan, sedangkan di Silasol, persediaan makanan masih banyak. Kita tinggal di benteng Orasuci. Mereka nyediain tempat buat kita.” Tito berusaha meyakinkan Bastian. “Kalo misal elo bosen. Elo bisa balik lagi ke sini. Gimana? Setuju?”

“Ok!”

Kota Domire sudah sangat berbeda sejak terserang Zoporn. Tidak ada lagi akses internet gratis. Buah segar langka, nasi pun susah didapat. Saluran komunikasi sudah putus, listrik tidak ada, satelit tidak berfungsi.

~*~​

Bastian super sibuk mencari mobil yang layak dikendarai dengan persediaan bahan bakar yang memadai, akhirnya dia menemukan Inova yang cukup bagus. Tito tidak banyak membantu. Menjadi healer berarti menjadi musuh besar Zoporn. Makhluk mesum itu bisa kapan saja menyerangnya.

Senja berganti malam, sahabat karib itu bersiap untuk berangkat. Mereka memilih perjalanan malam hari agar lebih mudah menghindari Zoporn warna merah, kuning, hijau yang terpancar dari kepala Zoporn terlihat jelas dalam gelap. Selain itu Zoporn mirip manusia normal, tidak agresif ketika malam hari.

Tidak ada lampu jalan yang menyala. Hanya bintang dan bulan di langit membantu mengurangi gelap. Fungsi Bastian selama perjalanan adalah sebagai asiten Tito. Bastian akan turun untuk menyingkirkan mobil, motor, kayu dan beda yang menghalangi jalan. Kadang menyingkirkan zoporn nakal yang tiduran seenaknya di tengah jalan. Meskipun malam hari agresifitas zoporn menurun tetapi mereka tetap bisa menggangu dan menyerang.

Setengah jalan sudah dilalui dan mereka tidak pernah berpapasan dengan satu mobil pun. Gedung dan rumah di pinggir jalan benar-benar terbengkalai tak terurus. Gelap, sunyi, tanpa tanda kehidupan.

Tito mendapat giliran menyetir dan Bastian tidur di kursi dengan kepala miring. Tiba-tiba mata jeli Tito menangkap sesosok wanita cantik berperawakan sedang mengenakan celana panjang dan sweeter. Berdiri di depan supermaket yang sudah tidak beroperasi.

CKIIITTT

Tito ngerem mendadak, kalau urusan wanita cantik, dia selalu bereaksi cepat. Dia memutar kendaraan mendekati sang wanita berambut sebahu bermata jelita. Menghentikan kendaraan di dekatnya. Mata lelaki itu berbinar saat mengenali sosok wanita berkulit bersih kecoklatan. Mantan teman sekelas yang dulu terkenal pintar, dingin, cantik tapi kutu buku.

“Emmelyn?! Ngapain di sini?” Tito tidak turun, hanya menurunkan kaca mobil sedikit, dia khawatir ada Zoporn tiba-tiba muncul.

Wanita itu memicingkan mata menatap Tito lekat kemudian bergumam, “Si item keriting, ya? Eh, Tito maksudnya.”

Tito tidak tersinggung. Item keriting memang julukan Tito, sangat sesuai dengan penampilanya. Bedanya, pas SMA dia adalah item keriting yang culun dan mendapat banyak penolakan wanita. Sekarang dia menjadi healer yang dicari ratusan wanita.

“Elo mau kemana? Kok malem-malem di sini?” Tito mengulangi pertanyaan.

“Mau ke Silasol. Kamu ke mana?”

“Kebetulan. Gue juga ke Silasol. Elo ikut kita aja.”

“Kita? Kamu sama siapa, To?”

“Sama Bastian. Musuh bebuyutanmu. Dia lagi molor di mobil.” Kata-kata Tito membuat Emmelyn tersenyum karena sekelebat kenangan terlintas di kepalanya.

“Aku sama temen juga. Boleh ajak dia?” Tanya si gadis.

“Berapa orang?”

“Cewe, satu. Lagi di dalem nyari skincare dan pakaian.”

“Boleh!”

Sesuai intruksi Emmelyn, Tito mendekatkan mobil ke pintu supermarket yang gelap. Hanya Emmelyn yang masuk ke dalam mencari temannya. Tidak berapa lama dia keluar bersama seorang wanita memakai topi lebar menjinjing tas besar. Dengan sigap Tito membuka pintu mobil, setelah keduanya masuk dan duduk di kursi belakang, Tito menutup pintu dengan cepat.

Bastian tersentak mendengar suara pintu dibanting keras. Lelaki yang belum pulih kesadaran sehabis tidur, kaget saat menyadari ada dua wanita berparas ayu duduk di belakangnya. Dia menatap mereka silih berganti sambil mengejapkan mata mencoba mengenali.

“Emmi? Delfina?”

Ini adalah pertemuan pertama mereka semenjak kelulusan 3 tahun lalu. Seperti mimpi bagi Bastian. Kedua wanita itu memberi kesan yang mendalam bagi hidupnya. Mereka dulu sekolah di tempat yang sama. SMA 13 Domire. Sekolah khusus murid yang minus perhatian oran tua. Yatim, piatu, yatim-piatu, dan cerai.

Emmelyn teman yang merupakan saingan terberatnya di kelas. Mereka juara kelas bergiliran. Bastian unggul di Matematika dan kalah telak di Bahasa Ingris. Bastian dan Emmelyn sering terlibat debat panas saat pelajaran.

Delfina adalah teman Bastian beda kelas. Cantik, seksi, populer. Hampir semua lelaki sadar akan keindahan bokong bulat Delfina. Dan lebih wow, buah dada Delfina yang menonjol seperti tidak muat dalam seragam SMA-nya.

Delfina tidak sepintar Emmelyn, bahkan termasuk golongan di bawah rata-rata. Gadis itu sering meminta bantuan Bastian untuk mengerjakan PR dan tugas sekolah. Itu menimbukan rasa suka di hati Bastian, rasa terpendam terhadap Delfina belum terungkapkan sampai saat ini.

“Hey, Tian. Apa kabar?” Suara Delfina merdu membelai telinga Bastian. Wajah perempuan yang pernah bercita-cita jadi actress itu sekarang lebih matang, lebih mengagumkan di mata si lelaki.

“Baik. Kamu apa kabar?” Bastian tersenyum lebar. Jantungnya berdegup keras, memompa darah lebih cepat sehingga membuat wajahnya hangat. Ada gairah yang tiba-tiba hidup dalam hatinya setelah sekian lama tidur.

“Kabarku? Tentu saja buruk.” Wajah Delfina tertekuk.

“Kenapa?”

“Gue Otame.”

“Tenang aja. Gue Healer,” sahut Tito. “ Kalo elo kena virus mesum. Gue kasi pengobatan gratis.”

Delfina tertawa renyah. Bastian dan Emmelyn ikut bercerita tentang status mereka sebagai Kaoraci.

“Emie. Kalo elo jadi healer, gue jamin pasien elo bakal rame!” Tito melirik wajah ayu Emmelyn yang sedang menatap keluar kaca mobil. “Jarang ada healer wanita. Apalagi cantik macam elo.”

“Enggak. Aku enggak minat jadi healer!” Sahut Emmelyn tanpa menoleh.

“Kalo elo gimana, Bas?”Delfina bertanya dengan suara lembut. “Elo mau ngobatin gue kalo gue kena zoporn? Elo mau jadi healer demi gue?”

Bastian tidak menjawab, tetapi dalam hati dia mulai goyah. Kalau Delfina kena virus Zoporn, apa dia tega membiarkanya? Status Kaoraci yang dibanggakan dan dipertahankan selama ini mulai goyah oleh ucapan seorang wanita. Hebat sekali Delfina.

“Baaaas, elo pindah ke belakang, duduk ama gue. Biar Emie duduk di depan ama si Titit,” pinta Delfina manja. “Gue kangen ama elo. Pengen ngobrol.”

Bastian tersanjung dan merasa terbang. Siapa yang tidak meleleh mendengar rayuan wanita yang dikagumi?

“Oke. Aku pindah kedepan!” Emmelyn menggebuk jok mobil, memerintah Tito untuk menghentikan mobil di pinggir jalan. Kemudian Bastian dan Emmelyn bertukar tempat.

“Woiiiyy. Kalian jangan ciuman!” Tito memberi peringatan. “Inget Bas, Lo auto jadi Otame kalo ciuman ama Delfie.”

“Gue tau! Gue bisa jaga diri! Enggak nafsuan kaya elo!”

Jadi Kaoraci banyak pantangan, jangankan bercinta, ciuman aja dilarang. Kalau ciuman dengan healer atau otame, kaoraci akan menjadi otame. Spesialnya, kalau berciuman mengobati pasien yang terkena infeksi level Kisser, Kaoraci akan menjadi Jeniro-Healer.

~*~​

Matahari baru terbit saat mobil yang dikendarai Tito sampai di jembatan penghubung Domire-Silasol. Jembatan selebar enam meter itu berdiri kokoh membentang sepanjang 273 meter di atas Sungai Takitaki.

Di atas jembatan sesak oleh kendaraan tak bergerak. Bus miring di jalan, truk menghantam pembatas jembatan, beberapa mobil dan sepeda motor bertumbukan. Pecahan kaca, plastik, helm tergeletak mengotori jalan.

Tito mengendarai mobil pelan. Meliuk, zigzag mencari celah. Mata awas menatap sekitar.

Setelah sampai di ujung jembatan jalanan lebih rapi dan lenggang. Gapura penanda masuk kawasan Distrik silasol tampak megah saat kendaraan yang dikemudikan Tito melewatinya. Perjalanan memakan waktu beberapa jam untuk mencapai Benteng Orasuci.

Distrik Silsasol adalah kawasan minim penghuni. Sebelum Zoporn menyerang, area itu dianak-tirikan pemerintah. Menurut perhitungan elit politik, investasi di Silasol tidak menguntungkan karena hanya akan menghasilkan sedikit suara dalam pemilu. Meskipun begitu, banyak pejabat yang membeli tanah dan membangun villa saat ada acara cuci uang hasil korupsi.

Silasol adalah daerah kaya sumber daya alam. Gunung, lembah, danau, dan sungai terdapat di sana. Meskipun memiliki banyak pepohonan, namun daerah ini bukan daerah tidak terjangkau manusia. Jalan yang diaspal halus kebanyakan menuju villa megah di pegunungan milik pejabat dan pengusaha Domire. Semua kampung dihubungkan dengan jalan meskipun itu berupa jalan setapak kecil.

Jalan ke Benteng Orasuci naik turun dan banyak tingkungan tajam. Mebelah area persawahan dan perkebunan yang kering menguning karena kemarau tak kunjung berganti hujan. Kendaraan Bastian melaju pelan dan hati-hati. Terkadang angin berhempus cukup kencang mematahkan ranting tua atau menyapu dedaunan gugur yang menutupi aspal.

Mereka tiba di benteng Orasuci saat matahari sudah mendekati waktu terbenam. Keempat tamu disambut hangat oleh dua penjaga, kemudian diijinkan melewati gerbang yang menyatu dengan tembok kokoh setinggi lima meter.

Partai Orasuci adalah perkumpuan yang berisi Kaoraci dan Healer terbanyak di dunia. Mereka juga menampung Otame dan anak di bawah umur. Orasuci rutin mengambil anak-anak yang kehilangan orang tua untuk diajak tinggal di partai mereka.

Area yang mereka miliki sampai ribuan hektar. Terdapat pohon buah, padi, sayuran dan bahan obat herbal. Mereka juga memiliki ayam, sapi, kambing yang dikembang-biakan sebagai makanan. Listrik tenaga air mereka maanfaatkan saat ada acara tertentu.

~*~​

Bastian dan Emmelyn mendapat tempat tinggal sementara. Rumah kayu sederhana yang dikelilingi pepohonan besar dan rindang. Bangunan dengan dua kamar tidur itu mempunyai teras di bagian depan, lengkap dengan kursi dan meja rotan untuk bersantai. Di depan teras ada taman bunga. Di tengah-tengah tampak pohon mangga berdaun rimbun.

Emmelyn duduk di kursi taman di bawah pohon berdaun rimbun sambil menatap sinar keemasan sang mentari saat menerpa pucuk pepohonan. Celana panjang longgar dan kaos lengan panjang biru muda melekat pas di badannya. Tubuhnya jauh lebih segar setelah melewati malam pertama di Orasuci dengan tidur pulas. Rasa lelah di malam sebelumnya karena hampir tidak tidur saat perjalanan Domire-Silasol sudah hilang.

Bastian muncul di belakangnya sambil membawa secangkir kopi mengepulkan asap beraroma nikmat. Teman satu rumah Emmelyn tersebut berdiri di samping sang gadis. Rambutnya acak-acakan dan wajahnya kusut.

“Bas. Aku kok ngerasa aneh. Sepanjang jalan aku enggak liat Zoporn sama sekali.” Gadis itu meletakan telujuk di bawah bibir tanda berpikir.

“Kamu kan tidur, wajar engak liat.”

“Enak aja! Kamu tuh yang ngorok di jalan,“ Emmelyn jengkel atas tanggapan tidak serius Bastian. “Kamu enggak ngerasa janggal, ya?”

“Enggak.”

Emmelyn merasa lelaki itu tidak tertarik dengan bahan percakapan mereka. Sering bengong, tatapan kosong, raut wajah kuyu, letih, lesu, tanpa semangat. Sudah menjadi bukti kuat bagi Emmelyn kalau ada yang tidak beres pada Bastian.

“Kamu pasti mikirin Delfina. Iya kan?” Emmelyn mengubah topik pembicaraan sambil merapikan rambut sebahunya dengan jari tangan.

Bastian tersenyum kecut. Tatapan Emmelyn yang tajam saat pandangan mata mereka beradu seperti bisa membaca isi hati lelaki yang sedang gundah. Bastian tidak mungkin berbohong, dia masih memikirkan Delfina.

Delfina terpisah dengan mereka, begitu juga Tito. Itu sesuai aturan di Orasuci. Mereka semua mempunyai area masing-masing sesuai status.

“Kamu udah pernah ungkapin perasaan suka ama Delfie? Nembak dia?” Tanya Emmelyn.

“Enggak,” Lelaki yang 10 cm lebih tinggi dari Emmelyn menggelengkan kepala.

“Penakut! Pantes kamu jadi Kaoraci. Nembak cewe aja enggak berani,” ucapan pedas gadis itu membuat telinga Bastian panas. Emmelyn memang jengkelin, bukannya ngibur malah manes-manesin.

“Trus? Apa bedanya aku ama kamu? Kaoraci Perawan tua!” Bastian membalas.

“Beda bangeet lah!“ Emelyn meloncat dari duduknya, berkacak pinggang sambil lempar senyum mengejek. “Aku wanita dan kamu pria.”

“Bedanya apa? Sama-sama kaoraci. Jomblo dari lahir”

“Bedanya! Aku banyak yang mau. Kamu banyak yang nolak! ” Ujar Emmelyn pongah. “Kamu tau? Aku udah nolak puluhan cowo yang pengen jadi pacar aku. Kalo aku mau. Aku bisa punya pacar dengan gampang. Enggak kaya kamu, Kaoraci karena enggak laku.”

“Sok tau! Aku belum pernah ditolak cewe!” Mata Bastian mendelik kesal.

“Buktinya kamu enggak punya pacar?”

“Males pacaran.”

“Males pacaran tapi memendam cinta. Pengecut!”

Bastian melirik kesal gadis yang berdiri di sampingnya. Ekspresi wajah Emmelyn yang ceria penuh senyum kemenangan membuat Bastian jengkel. Dari dulu semenjak kenal, saat si gadis merasa berada di atas anggin selalu bertingkah meremehkan Bastian. Hati Bastian cepat sekali panas kalau menghadapi gadis ini.

Bastian sangat percaya pengakuan Emmelyn tentang banyak lelaki yang ingin menjadi pacar gadis itu.

Siapa sih lelaki yang tidak tertarik pada gadis langka macam Emmelyn? Cantik penuh energi! Apalagi sorot matanya yang luar biasa menggoda, terutama saat emosi. Meskipun mengakui kelebihan Emmelyn, tapi tetap saja Bastian butuh kemenangan kalau berdebat dengan gadis ini.

“Kenapa kamu enggak nerima cowo yang nembak kamu? Jelek semua. Iya kan? ” Bastian memulai serangan.

“Enggaklah. Aku nolak karna aku pengen fokus belajar.”

“Halah Bohong! Alasan klasik. Atau jangan-jangan kamu lesbian ?”

“Enak aja! Aku normal!”

“Bo’ong. Ngaku aja!”

“Ish, maksa. Kamu kali yang homo!”

“Kagaklah, aku bisa buktiin!”

“Bukti?”

“Kamu mau aku cium,..” Bastian pelan-pelan mendekatkan wajah ke wajah Emmelyn.

Sontak si gadis menghindar panik. Tangan terjulur kedepan menahan wajah Bastian. Dengan gemas mencengkeram pipi si lelaki.

“Udah ah! Canda’anmu kelewatan!” Wajah Emmelyn merah, membuang muka tidak mau menatap Bastian yang tertawa penuh kemenangan.

“Awas! Jangan deket-deket!” Ancam si gadis dengan wajah cemberut. “Aku enggak mau jadi Otame gara-gara kamu.”

Matahari semakin meninggi. Pertengkaran kecil dengan Emmelyn sudah usai tetapi Bastian tidak betah di sana. Dia memutuskan menemui Tito.

Area para Healer jauh lebih megah. Bangunan tinggi bertingkat, besar dan mewah. Taman tertata rapi dengan banyak bunga. Tidak banyak pohon besar seperti di area Kaoraci. Jalan paving penghubung setiap bangunan sangat bersih dan terawat. Itu mengingatkan Bastian pada keadaan Domire sebelum terserang Zoporn.

“Itu ruangan gue untuk healer Festival nanti,” tangan Tito menunjuk sebuah bangunan bertulisan TITO THE CURLY BLACK. Bangunan yang menyerupai stadion sepakbola mini itu berdiri berjejer dengan bangunan serupa yang memiliki tulisan berbeda sesuai nama sang healer.

Bastian penasaran dengan Healer Festival tetapi tidak bertanya lebih lanjut. Ada hal yang lebih penting yang ingin ditanyakan pada Tito, tentang Delfina.

“Tit, area Otame di mana?”

“Tuh, di luar sana,” telujuk Tito menunjuk sebuah tembok pembatas setinggi lima meter. “Mau ngapain?”

“Eemmm..” Bastian ragu untuk berterus terang. “Pengen nyari Delfina.”

“Eh Kaoraci munafik! Ngapain elo nyari dia? Nyium kagak, ngentot juga enggak! Kangen liat bokong ama toket-nya?”

“Anjay, mulut elo sembarangan aja!” Bastian menyanggah. “Ada yang pengen gue omongin ama dia.”

“Mau bilang cinta?”

“Enggaklah!” wajah Bastian merah padam. “ Pengen ngobrol aja.”

“Itu namanya suka, Baaass. Awas jatuh cinta! “ Tito tertawa terbahak. “Gawat nih! Ada kaoraci jatuh cinta!”

“Kaga! Gue kaga jatuh cinta!”

“Jangan-jangan elo nyari bacolan! Gawat ada kaoraci horny!” Tito menggoda makin kurang ajar membuat Bastian kehabisan kata.

“Jangan nyesel ya kalo Delfina nanti gue embat,” Tito tertawa keras. ”Bas! Mending bejat daripada munafik!”

~*~​

Matahari bersinar teduh menembus celah daun pepohonan yang menaungi rumah persinggahan saat Bastian kembali. Lelaki ringan tangan itu sempat membantu Kaoraci lain bekerja. Membuat kue, memetik buah, dan merawat ternak.

Saat masuk halaman, dia melihat Emmelyn mencabut rumput yang tumbuh di sekitar kebun bunga mawar. Bastian berlalu di samping sang gadis tanpa mengeluarkan kata, dia masih jengkel dengan kejadian tadi pagi sehingga malas menyapa gadis yang membuat emosinya mudah naik.

“Bas, tunggu! Aku dapet kabar kalo Delfie kena virus habis jinakin Zoporn.”

Bastian refleks menghentikan langkah dan menoleh. Sorot matanya berubah tajam, tidak melepas pandangan dari gadis manis yang menyeka butiran peluh di dahi dengan lengan.

“Serius?”

“Iya. Masih dikarantina. Nunggu giliran healer buat ngobatin,” lanjut Emmelyn. “ Kamu tenang aja. Infeksi level Kisser.”

Tenang? Tidak bisa! Mana mungkin Bastian bisa tenang saat gadis yang dia suka kena virus. Bastian menghempaskan tubuhnya di kursi rotan di teras. Dia terdiam cukup lama sambil mengelus-elus dagu.

Bastian berpikir keras. Demi orang yang disuka, dia memang harus berani berkorban. Menjadi Healer adalah salah satu cara menjadi pahlawan bagi gadis pujaan hatinya. Sekaranglah kesempatan itu. Dia harus bertindak sebelum terlambat.

“Aku mau jadi healer buat nyembuhin Delfina!” ujar Bastian tiba-tiba.

“HAH!?”

Emmelyn terperangah tidak percaya mendengar pernyataan Bastian. Si gadis kemudian duduk di kursi dekat Bastian. “Kamu tau kan resiko jadi healer. Bakal diuber-uber zoporn.”

“Ya! Aku tau. Demi Fina aku rela!”

“Mending kamu pikirin lagi Bas.” Emmelyn menarik nafas panjang kemudian lanjut berucap, ”Lagian kamu belum pernah ungkapin rasa cinta ama Delfina. Bisa aja kamu ditolak.”

“Tidak masalah. Aku tulus pengen dia sembuh.”

“Bas. Banyak yang enggak kamu tau tentang Delfina.” Emmelyn hendak bercerita tetapi pandangan mata Bastian yang berapi-api menghentikannya.

“Emmie! Itu keputusanku! Kamu enggak bisa ikut campur. Kalo kamu enggak bisa bantu, setidaknya jangan halangi.”

Kata Bastian terlalu pedas bagi telinga Emmelyn. Si gadis sulit percaya apa yang didengarnya. Wajah Bastian mendadak terasa asing baginya. Lelaki yang biasanya lembut dan logis jadi penuh amarah .

“Ya udah. Terserah kamu. Toh Kamu yang bakal tanggung resikonya!” Emmelyn bangkit. Menghentakan kaki pertanda kesal. Kemudian berlalu dengan wajah keruh kepala menunduk masuk ke dalam kamar.

Keseokan paginya, Bastian melihat Emmelyn sibuk di kebun mawar. Gadis itu tahu kalau si lelaki yang menjadi teman ributnya kemarin sore keluar kamar, tetapi dia cuek.

Bastian berhenti di dekat Emmelyn dan berharap gadis itu melempar senyum, tetapi itu tidak terjadi. Bastian sadar kalau kemarin dia terbawa emosi. Dia hendak minta maaf, tapi saat mulutnya terbuka hendak mengucap kata, Emmelyn mendahului.

“Bas. Aku minta maaf. Aku egois. Enggak seharusnya aku ngelarang kamu jadi healer. Kamu paling tau yang terbaik buat kamu.”

Bastian mematung. Dia tidak menduga kata itu bisa meluncur dari bibir Emmelyn. Kata permintaan maaf yang manis dan menyejukan hati.

“Aku juga minta maaf, Emie.”

“Oh ya, sampe’in salamku ama Delfie,” ujar Emmelyn dengan senyum terpaksa. Si Gadis melangkah masuk ke dalam rumah. Tidak ada lagi kata yang terucap. Bastian hanya mampu menatap gadis yang perlahan hilang dari pandanganya.

Bastian melangkah ke tempat pengelola benteng dan mengutarakan keinginannyamenjadi healer. Dia disambut baik, semua berjalan lancar.

~*~​
 
Terakhir diubah:
Healer Festival
_______________

Cuiiiiihhhh

Bastian meludah ke wastafel. Kemudian membasuh bibir dengan air mengalir dari keran, mengosok-gosok dengan jari tangan beberapa detik. Hmmmmm! Ekspresi wajahnya tidak puas, mulutnya masih terasa kotor. Dia kemudian menangkup air dengan tangan dan memasukan ke mulutnya. Kumur-kumur.

Aaaahhhhhh. Rasanya lebih bersih. Dia berdecak beberapa kali kemudian tersenyum.

First Kiss selalu berkesan!

Ciuman pertama sangat membekas di kepala Bastian. Pergulatan lidah yang terpaksa dilakukan dengan wanita gemuk rambut keriting yang terinfeksi Kisser Zoporn. Si wanita sembuh, Bastian sukses menjadi Juniro-Healer.

Bastian membasuh muka kemudian tersenyum meninggalkan kamar mandi hendak menuju tempat isolasi pasien.

Delfina!

Nama itu terngiang saat sepatu Bastian beradu dengan lantai marmer di lorong basemen menunju tempat karantina. Kepala lelaki itu clingak-clinguk mencari Delfina di deretan ruangan berjeruji besi mirip jeruji penjara.

“Bassstiiiiiiiiiiiiiaaannnnn…” Delfina meloncat histeris sambil berlari kecil menyambut Bastian. Si lelaki tersenyum menatap gadis yang berdiri terpisah jeruji besi dengannya.

“Gue kangen banget ama elo, Bas.” Lengan mungil Delfina terjulur keluar jeruji, mencubit pipi lelaki yang mengembang sempurna menampilkan senyum manis. Pipi Bastian panas membara merasakan kelembutan jari gadis yang membelai pipinya.

“Fie, kamu enggak apa-apa, kan?” Bastian menatap khawatir lengan Delfina yang berwarna kuning. Delfiana menggeleng yakin.

“Oh ya Fie. Aku udah jadi healer. Aku bisa nyembuhin kamu.”

“Beneran, Bas? Serius lo udah jadi healer? Gue seneng banget!” Mata Delfina berbinar menatap Bastian.

“Iya,” Bastian mengangguk mantap.

“Makasih ya, Bas. Elo paling ngertiin gue. Elo emang debest dari SMA.” Tangan gadis itu meremas jemari Bastian, membuat si lelaki merasa jiwanya melayang.

“Aku masih Juniro healer, belum bisa ngobatin kamu sekarang. Masih perlu sehari buat bisa jadi Seniro healer,” si lelaki tersenyum kecut.

“Enggak masalah. Gue juga masih level kuning,” Delfina memutar bola mata ke atas sambil meletakan telujuk di bawah bibir tanda berpikir. ”Kita bahas besok aja, habis Healer Festival. Gimana?”

“Iya, Fie.” Bastian tersenyum lega menatap wajah gadis yang selalu membuat dia menderita rindu. ”Aku balik ya.Mau berkemas pindahan. Daaahhh.”

“Daaahhh Bastian! Sampai jumpa. Makasih ya udah jenguk gue.” Delfina melambaikan tangan kemudian memberi kecupan jarak jauh.

Bastian senyum-senyum sendiri saat keluar dari ruang isolasi. Langkah ringan tanpa beban ketika berjalan di bawah pohon menuju rumah rumah singgah kaoraci. Dia merasa rubuhnya melayang. Bahagia luar biasa.

Si Juniro Healer ingin mengucapkan kata perpisahan dengan Emmelyn tetapi gadis itu tidak tampak. Bastian mengetuk pintu tetapi tidak terdengar sahutan. Empat jam berlalu. Emmelyn belum nongol. Tidak mungkin gadis itu betah di kamar cukup lama. Dia pasti perlu ke luar kamar. Ke kamar mandi, ke dapur, atau sekedar melihat kebun favoritnya.

Bastian mengemasi barang dan menuju tempat para Healer. Dia mendapat kamar khusus yang jauh lebih luas dibandingakan kamar Kaoraci.

Si lelaki rebahan menatap langit-langit kamar. Dia tidak sabar menunggu hari esok saat statusnya terupdate menjadi Seniro-Healer. Dia akan mengobati Delfina.

Delfina akan bercinta dengannya! Jantung Bastian langsung berdegup kencang.

~*~​

Keeseokan harinya, Healer Festival dimulai.

Di dalam bangunan bulat seluas ribuan meter persegi yang menyerupai stadion sepakbola mini terpasang lampu bercahaya remang. Bangku penonton berundak, melingkar mengelilingi panggung utama berukuran 6 x 6 meter. Para Kaum Orang Suci sangat antusis menyaksikan proses pengobatan. Tua-muda,kurus-gemuk, dan semuanya lelaki.

Di empat arah mata angin, masing-masing tergantung layar yang sangat besar. Gambar di layar menunjukan adegan yang terjadi di panggung secara live. Fungsinya untuk memperjelas adegan pengobatan.

Tiga orang berjalan ke panggung utama. Tidak lama kemudian, cahaya terang menyorot panggung memperlihatkan ketiga sosok yang berdiri di dekat tempat tidur lebar dengan sprei warna merah.

Ah-kuci sang MC, memakai setelan kemeja warna cream. Kepala botak pria tua itu terlihat mengkilap di bawah cahaya lampu.

“Wahai sahabatku yang baik hati. Apa kalian siap ngaceng pagi ini?!” Lelaki yang penuh rasa percaya diri tersebut melambaikan tangan ke arah penonton.

“YYYAAAAAAA!!!” Suara gemuruh para Kaoraci memenuhi ruangan.

“Saya perkenalan Seniro-Healer asal Domire yang siap membuat kalian ngaceng maksimal.”

“ Kita sambut…. Tito The Curly Black!”

Tito berdiri gagah dengan pakain SMA. Di sampingnya berdiri seorang wanita cantik berpostur tubuh lebih pendek dari si healer, wanita itu juga memakai seragam SMA.

“Perkenalkan nama saya Tito, umur 23 tahun, saya lahir di Domire. Dulu saya tinggal dengan tante saya,.. “ Tito mulai meperkenalkan diri. Senyum menawan tersebar ke arah penonton yang bersorak histeris kepadanya.

“ Wanita cantik di samping saya adalah teman masa SMA, sekaligus pasien yang akan saya sembuhkan, “ Tito menoleh kesamping, ke arah wanita berlengan merah pertanda dia harus disembuhkan dengan metode fucking.

“Dia sangat spesial bagi saya. Dulu, saat masa putih-abu, dia pernah menolak pernyataan cinta saya lebih dari tiga kali.”

“ Kita sambut gadis super cantik SMA 13 Domire. Penyabet predikat gadis terseksi di sekolah selama periode 2015-2018.”

“DEL-FIIII-NAAA !”

Tepuk tangan riuh terdengar dari bangku penonton saat lampu menyorot ke arah gadis berwajah manis dengan rambut tergerai. Bokong yang membulat indah tampak menggoda dalam balutan ketat rok abu-abu di atas lutut. Kemeja putih dengan lambang OSIS di saku kiri, telalu sempit untuk menutup buah dadanya yang besar membusung.

“Bagaimanaaaaa?! Apa dia mirip anak SMA?”

YEEEEEEAAAAHHHHHH!!!

Kaoraci yang semuanya lelaki melonjak-lonjak histeris melebihi reaksi K-popers wanita ketika melihat oppa-oppa idolanya.

“Delfina?!” Bastian berguman diantara jeritan Kaoraci di kursi penonton. Tubuh Bastian panas dingin berkeringat. Wajahnya pucat keruh.

Semua yang terjadi di panggung tidak luput dari pengamatanya. Dia tegang, marah, takut membayangkan adegan yang akan terjadi. Delfina, gadis yang membuat pikirannya kacau beberapa hari, akan bercinta dengan Tito sahabat baiknya.Tidak bisa dipercaya. Apa dia akan membiarkan proses pengobatan berlangsung? Kalau iya, berarti pengorbanannya menjadi healer akan sia-sia?

Dia ingin berlari ke panggung dan mencegah proses pengobatan itu, tetapi dia tidak punya keberanian. Dia takut sorakan para Kaoraci. Dia takut Delfina menolaknya. Dia tidak ingin Tito menertawakanya.

Tangan Bastian mengepal hebat menahan emosi saat dia kembali mendengar suara Tito.

“Delfie. Elo mau kan ngentot ama gue?” Suara si helaer terdengar ke seluruh penonton karena ada pengeras suara. Delfina membisu menunduk malu sambil mengigit-gigit bibirnya yang merah basah.

“Jawab dong sayang. Aku pengen denger suara seksi kamu? Penonton juga ingin denger. Iya kan penonton?!”

YEEEEAAAAHHHHHH

“Gimana sayang? Elo mau kan gue obatin? Elo mau sembuh. Iya kan?” Tito membelai rambut Delfina, menyibakan rambut di dekat telinga kemudian mengecup telinga yang mungil bersih.

“Iiiiyaa.. aku mau.”

“Mau apa sayang? Yang jelas dong ngomongnya?” Tito mengulum telingga si gadis, Delfina memalingkan muka menghindar.

“Saya mau sembuh! Aku mau diobati.”

“Caranya gimana sayang?”

Delfina geram tetapi berusaha menahan diri. Perlakuan lelaki itu memang kurang ajar. Gadis cantik yang berdiri tegang di samping sang healar merasa malu dilecehkan di depan banyak orang.

“Ayoo dong sayang. Kasi tau penonton gimana caranya supaya kamu sembuuuhh,” jari hitam Tito merayap di pinggiran bawah rok abu-abu, mengelus lutut dan naik ke paha. Delfina mendesis marah.

“Maaf penonton, “ Tito menjauh dari tubuh Delfina. “ Pasien saya malu-malu.”

HUUUUUUUUUUUU

“Mau ngentot ya tinggal bilang! Pake malu segala!”

“Dasar Otame munafik!”

“Lanjoetkan suhu Tito. Pepet terus! Buat dia takluk!”


Cemohan yang datang dari berbagai arah membuat Delfina menunduk sambil memejamkan mata kuat-kuat.

“Ayo dong sayang! Kalo mau sembuh kamu harus bilang ama penonton,” bisik Tito sambil mengelus lengan Delfina yang berwarna merah. “Elo mau warna ini segera ilang. Iya kan?”

Delfina masih enggan membuka mulut.

“Delfina sayang. Apa yang mesti elo lakuin biar sembuh?” Tito mengulang ucapan. Mata Delfina mendelik marah ke arah lelaki hitam jelek gigi kuning yang menyeringai menyebalkan.

“Gueee… guee harus ngentot ama Tito,” Delfina berkata terbata sambil memejamkan mata. Penonton langsung riuh.

Bastian terbelalak tidak percaya apa yang terjadi. Beginikah kelakuan kaum orang suci di Orasuci? Beginikan cara healer menyembuhkan pasien? Apakah semua helaer sebejat itu. Bahkan sahabatnya yang memang mesum itu tega berbuat bejat di hadapan banyak orang, tega melecehkan orang yang Bastian sayangi?

“Beneran elo mau ngentot ama gue? ” Bisik Tito, kemudian memeluk pinggang ramping si gadis dari belakang. Tangan hitam merayap membelai pusar, kepala turun mengecup leher jenjang gadis yang tidak berdaya dalam dekapannya.

“Iya, gue pengen sembuh.”

“Enggak jijik lagi ama gue?”

Delfina menggelengkan kepala.

“Kalau beneran mau. Panggil gue ‘ Tito Sayang’!”

“Iya, Tito sayang.”

Penonton bersorak.

“Cepet entot!”

“Ayooo jangan kasiii ampun!”

“Hajar booos!!”


Terikan Kaoraci menggema dimana-mana. Raut wajah mereka sudah cukup tegang menahan birahi. Beberapa di antara mereka memasukan tangan ke dalam celana sambil mengelus penis. Apakah Kaoraci akan tetap menjadi kaoraci apabila mereka bermasturbasi? Iya, mereka akan tetap menjadi kaoraci.

“Kalian siap menyaksikan pertunjukan selanjutnya?” ujar Tito ke arah penonton.

YYAAAAAAAAA

Adegan di atas panggung berlanjut. Tito memapah Delfina ke ranjang embuk yang ada di tengah-tengah panggung. Mereka layaknya pasangan masih sekolah sedang dimabuk asmara. Tangan Tito melingkar di pinggang ramping gadis yang pasrah menuruti kemauan sang penyembuh.

“Cium gue!”

Penuh nafsu membara, bibir Tito bergerak mencari bibir Delfina. Memaksa terbuka kemudian melumat bibir kemerahan yang hangat dan basah. Lidah si healer hitam memaksa masuk ke dalam bibir si gadis dalam dekapannya. Mengecap, menyedot, membelit lidah yang lembut penuh rasa memabukan.

Tangan sang healer bergerak sangat aktif, seimbang gerak lidahnya di rongga bibir Delfina. Jemari tangan bermain liar di permukaan seragam SMA. Meraba, meremas, memijat setiap tonjolan menggoda di tubuh seksi gadis yang sudah tidak berdaya melawan.

Kecupan bibir turun ke leher jenjang, tangan menangkup payudara jumbo terbungkus baju. Jari tangan pelan-pelan melepaskan kancing kemeja SMA yang dipakai Delfina. Satu demi satu. Pelan tapi mendebarkan.

Seragam tersibak ke sambing tanpa terlepas dari tubuh sang gadis. Payudara mulus kenyal menyembul menantang seolah mau meloncat dari Bra hitam yang membungkus. Tito membebaskan buah dada kencang itu dengan melepaskan kait Bra yang ada di punggung. Dua bukit kembar menggoda terpampang jelas di depan wajah mesum sang healer.

Adegan menegangkan disaksikan penuh rasa nikmat oleh Kaoraci yang ada di bangku penonton. Keindahan tubuh bagian depan sang pasien seksi terekspos. Kulitnya bersih putih mulus, buah dadanya kencang, kenyal, dan membusung indah. Puting payudara menghias dengan pas, membentuk keseksian payudara yang hampir sempurna.

Sorak riuh penonton mengiringi dimulainya terapi sang healer ke tahap yang lebih tinggi. Jari kurus Tito menangkup buah dada lembut kenyal tanpa bungkus. Mencengkram, meremas, mengusap. Meremas, meremas, meremas. Dilakukan berulang berapa kali, dengan lembut, kemudian keras, semakin keras dan kasar.

Delfina memejamkan mata, meringis, menggelinjang. Dia tidak menolak diobati, dia ingin sembuh, itu berarti dia mengijinkan perlakuan sang healer di tubuhnya tanpa protes. Saat Tito melepaskan tangan dari payudaranya, gadis yang matanya mulai sayu itu hanya menunggu kelanjutan pengobatan.

Sang healer kemudian membungkuk, kepala mengarah ke buah dada yang mengantung dengan puting menantang.

HUP

Puting payudara kiri berhasil ditangkap kecupan sang helaer, tonjolan puting kemerahan berada dalam bibir hangat Tito. Lidah menari memoles, menjilat, menyedot. Tangan sang healer ikut bermain di puting kanan. Membelai, mengelus dan menjepit.

“HSsssshhh….mmpppppp”

Desahan tertahan keluar dari bibir gadis yang tadi malu-malu kucing. Hasrat dan gairah yang berusaha dia pendam berhasil dibangkitkan si healer. Gadis itu menunduk menyaksikan kepala sang healer yang terbenam di gunung kembar miliknya. Terapi sang healer pada buah dada kesayanganya membuat darahnya bergolak. Geli saat disedot. Mengeras saat diremas. Membuat punggung sang gadis melengkung menikmati.

Delfina semakin menuntut kenikmatan. Dia membusungkan dada sambil menjambak rambut keriting Tito. Punggungnya mendorong maju sehingga buah dada besar kenyal semakin menekan wajah Tito. Seringai puas terlihat di wajah sang healer saat si pasien cantik mulai menunjukan hasrat kuat untuk disembuhkan.

“Mau lanjut sayang?” Tito berujar sambil berdiri setelah melepas ciuman di payudara Delfina.

“Iya.”

“Iya apa?”

“Iya, Tito sayang.”

Gadis cantik wajah memerah melihat lelaki kurus yang berdiri di depannya melepas ikat pinggang. Menurunkan celana panjang abu-abu berserta celana dalam, dengan sedikit hentakan elegan, celana itu terbang ke sembarang arah.

Tito berdiri tanpa celana di hadapan Delfina. Penis hitam sang helaer mengacung tegak. Delfina tidak sempat merapikan baju SMA yang masih nyangkut di bahu saat pria berkulit hitam itu menyodorkan penis ke wajahnya. Memberi tawaran yang tidak mungkin dia tolak.

“Emut dong sayang!”

Delfina tidak ada niat melawan. Batang keras berotot milik Tito dia genggam kemudian kocok. Membasahi dengan ludah ujung penis bulat. Menjilat lembut, kemudian memasukan daging tegang itu ke dalam rongga mulut hangat dan basah. Keluar masuk dengan irama.

“Ahhh… Aooouuchhh.. Pinter banget elu nyepong! Udah pengalaman ya?”

Si pasien cantik tentu saja tidak menjawab. Mulutnya tersumpal penis hitam sang penyembuh yang hampir tidak muat di rongga bibir, saking besarnya.

“Teruss sayang. Iseep yang kenceng. Dari dulu gue emang pengen banget ngersain bibir seksi elo!”

Sedotan kuat disertai kocokan, serta permainan lidah sang pasien di penisnya membuat healer berpantat hitam itu tidak bisa mengontrol ucapan. Desahan, jeritan, dan kata-kata kotor meluncur deras.

“Ahhh.. terus sayangg!” Pantat Tito bergerak maju mundur menyodok bibir Delfina.

Tito tidak sanggup menahan gejolak kenikmatan yang dibangkitkan Delfina. Dia menahan pipi mulus gadis itu dengan kedua tangan, kemudian menarik keluar batang kesayangannya yang becek oleh air liur.

“Kamu suka ini?” Tito menunjuk penisnya. Delfina mengaguk. “Sabar sayang, sebentar lagi aku kasi buat kamu.”

Tito memeluk tubuh Delfina dan menuntun gadis itu berdiri. Dia mengecup bibir yang terbuka kemudian berbisik dengan mesra.

“Kamu nungging aja sayang!”

Gadis bertubuh seksi dengan pakaian berantakan mengambil posisi menungging membelakangi Tito. Sang healer menahan nafas menyaksikan bokong bulat indah terbungkus rok pendek berantakan.

Tito melepaskan resleting belakang rok yang membungkus bongkahan pantat si gadis, kemudian menaikan ujung bawah rok abu Delfina sampai tersangkut di pinggang. Dengan tidak sabaran, tangan hitam sang healer menarik turun celana dalam yang membungkus bokong mulus pasien, melewati pahanya yang halus kemudian dibiarkan tersangkut di mata kaki.

“Bokong elo emang super mantap! Seksi luar biasa sayaaang!”

Tito benar-benar tidak mampu menahan diri melihat bongkahan pantat kenyal yang merupakan bagian tubuh wanita yang paling disukainya. Rahangnya mengertak menahan gairah dan hidung mendengus penus nafsu.

PLAAAAAAKKKK

“Aoouuuucchhh!”

Tito menampar bongkahan pantat Delfina hingga bergetar. Gadis itu memekik sampai tubuhnya yang menungging terdorong ke depan.

Plak plak plak

Tito kembali menampar bokong indah mulus di hadapannya. Warna kemerahan bekas tampar tangan sang healer menghiasi bokong yang putih mulus.

Tito bersimpuh di belakang pantat Delfina yang menungging . Wajah si healer kemudian terbenam di bongkahan pantat milik si gadis. Bergerak liar ke segala arah sambil memoles dengan lidah yang hangat basah.

Delfina memejamkan mata mencengkeram ranjang. Dia merasakan gelora nafsu luar biasa saat lidah kasar sang healer turun dari pantat menjilat pahanya. Jilatan itu bergerak semakin liar ke atas.

“Aooouuuchhh aassshhh oooohhhh!”

Bibir Delfina menjerit mendesah. Gelombang kenikmatan semakin menyerbu tubuhnya saat kecupan Tito mendarat di kemaluanya. Menyapu dengan lidah, membelai klitorisnya, menjilat pemukaannya yang mulai berlendir.

Delfina memejamkan mata kuat-kuat. Tubuh seksinya melengkung beberapa kali mencoba menetralkan kenikmatan yang diberikan sang penyembuh. Semua sia-sia, tubuhnya menuntut kenikmatan yang lebih tinggi.

Tito sadar kalau sang pasien sudah siap untuk proses puncak penyembuhan. Dia menghentikan ciuman di selangkangan gadis itu kemudian berdiri membelakangi sang pasien seksi. Nafsu sang healer juga semakin memuncak ditunjukan dengan penis hitam berkedut berapa kali.

“Ayo sayang. Saatnya prosesi puncak!” bisik Tito.

Tito kemudian memegang penis dan mengarahkan ke vagina wanita dalam posisi menungging sempurna di depannya. Benda panjang hitam miliknya digesekan naik turun diantara belahan pantat Delfina. Gadis itu mendesah menggerakan paha tidak sabar menunggu benda itu memasuki lubang kemaluannya.

Tito mendorong pantatnya. Penisnya masuk ke dalam lubang vagina yang basah. Daging berotot yang panjang itu masuk cukup mudah menandakan kalau Delfina sudah pernah memasukan penis lain ke dalam vaginanya sebelum Tito.

Plak Plok

Tito mengerakan pantatnya maju mundur menyodok kemaluan Delfina. Payudara kenyal Delfina yang menggantung bergetar indah, seolah melambai memanggil tangan Tito untuk mencengkeram dan meremas.

Suara benturan paha Tito dengan pantat bahenol Delfina menggema di udara. Suara alat kelamin yang ditumbuk keras membuat tubuh penonton meriang panas oleh pemandangan erotis sang penyembuh dengan pasiennya.

Cukup lama penis Tito menyodok kemaluan gadis cantik primadona SMA itu dari belakang. Delfina berulang kali merintih, menjerit dan mendesah. Rasa nikmat mengalahkan rasa malu Delfina. Dia ikut mengimbangi gerakan Tito dan tanpa sadar meneriakan nama sang healer.

Jepitan kemaluan Delfina yang becek membuat Tito semakin bergairah dan menyodok liar. Remasan di payudara. Tamparan di bokong dan gigitan di leher belakang Delfina penanda gairah yang semakin liar tak terkendali.

Desahan mereka menjadi senandung pengiring proses pengobatan yang luar biasa. Mereka seolah lupa kalau mereka berada di ruangan banyak penonton. Mereka terlalu fokus untuk merengkuh kenikmatan.

“Ouuuchhh aaahhh”

Plak-plok-plok

Puncak kenimatan semakin dekat. Tito menghentakan tubuh semakin keras dan cepat. Tubuh Delfina sampai terlonjak. Bibir gadis itu mengigit sprei saking tidak tahan oleh dorongan yang menuntut terus ke puncak.

“Ahhh.. ossh aaahh!”

Ranjang berdecit karena gerakan liar mereka.

“Arrrrgggghhhh”

Jeritan penuh kenikmatan menjadi penutup proses pengobatan. Pria dan wanita yang bersama mengarungi puncak kenikmatan berpelukan dengan mesra.

Lampu di panggung kemudian redup setelah proses pengobatan berlangsung sempurna. Si pasien dan healer saling tatap dalam remang dengan senyum puas. Mereka berbagi ciuman penanda proses berakhir.

Bisik-bisik para Kaoraci tedengar membahas adegan yang membuat mereka sangat tegang. Senyum lebar tersungging di raut wajah puas karena bisa memenuhi fantasi seksual.

“Anjriiittt, gue ampe crooot tiga kalii!”

“Iya, pasiennya seksi banget coooyy. Baru liat aja, peni gue udah basah. Bokong ama tokeknya wwaaoow banget! ”

“Healer-nya jelek, beruntung banget dapet cewe bening macam itu!”

“Gue lebih demen pasien perawan!”

“Aku suka yang pake hijab.”

“Ayo. Kita nonton healer lain. Ada tuh, healer yang bawa mamaknya buat disembuhin.”

Meskipun selera mereka beda, tetapi mereka masih tetap satu golongan, Kaum Orang Suci.

~*~​

Bastian keluar ruangan Tito dengan tangan bergetar hebat. Kepalanya panas seolah melepuh. Pandangan mata nanar menangkap bayangan wanita yang medekat ke arahnya.

Delfina!

Bastian muak. Gadis itu terasa asing baginya. Rasa rindu lenyap. Rasa suka berubah jadi rasa benci luar biasa. Saat Delfina memanggil manja, Bastian mengunci mulut, buang muka, merasa jijik.

“Baaaasss…. Gimana akting gue tadi?” Senyum mekar di bibir gadis yang belum melepas pakaian SMA-nya. “Bagus gak? Udah cocok kan gue jadi actress? ”

“Maksudmu?” Mata Bastian melotot terperangah.

“Akting di panggung ama Tito. Itu semua settingan. Buat lomba dan ngibur para kaoraci. Masa elo engga sadar, Bas?”

Bastian seperti tersambar geledek mendengar kata-kata Delfina. Adegan percintaan yang membuat hatinya remuk hanya sebuah akting?

“Fie. Kamu udah janji kalo aku yang bakal nyembuhin kamu?” Bastian protes, nafas memburu, mata berapi-api. “Kok kamu malah milih si Tito?”

“Iiiihhh. Elo cemburu ya?” Wanita itu menatap lekat. “Elo jadi healer kok baperan?”

“Baperan?”

“Healer itu enggak boleh jatuh cinta. Enggak boleh punya pasangan. Tugasnya nyembuhin pasien. Elo niat gak sih jadi healer?”

Kata-kata Delfina menampar wajah Bastian dengan telak. Mengembalikan kesadaran lelaki itu yang telah terpedaya cinta.

“Kalo elo mau nyembuhin gue. Ada banyak waktu kok Bas,” Delfina berujar santai, “ Gue tinggal jinakin zoporn. Habis itu elo bisa ngobatin.”

“Elo mau cium gue, boleh! Mau isep tokep gue, bebas! Mau jilat memek gue, terserah! Ngentot juga oke! Gue udah pernah kena virus. Jadi gue enggak mungkin hamil.”

Mulut Bastian menganga sukar percaya yang didengar. Kata-kata yang meluncur dari bibir Delfina membuat Bastian jijik. Lelaki itu menggelengkan kepala tidak percaya kalau gadis yang disukainya sebusuk itu. Dia melangkah mudur kemudian bergegas meninggalkan gadis itu dengan perasaan remuk berkeping-keping.

Bastian menumpahkan emosi lewat kaki. Menyepak debu, krikil, batu sehingga menghambur ke segala arah. Dia bertekad meninggalkan benteng Orasuci sekarang juga. Tidak ingin melihat Delfina lagi.

Suara tawa kaoraci yang berpapasan denganya seolah menertawakan kebodohan Bastian. Lelaki itu menunduk, menutup telinga.

Sebelum pergi, dia mengunjungi rumah singgah semasa jadi Kaoraci. Saat dia masuk, rumah itu sepi. Emmelyn tidak ada. Tidak satupun barang gadis itu tertinggal. Bastian menduga Emmelyn benar-benar pergi. Dia semakin terpukul.

Rasa benci kepada tempat itu memaksa Bastian bangkit dari kursi rotan, melangkah terburu menuju penjaga benteng untuk berpamitan.

“Kebetulan sekali. Kami ada mobil ke jembatan Tikitaka. Kamu bisa ikut,” ujar sang penjaga.

Bastian mengangguk mengiyakan. Dia sudah pasrah seandainya harus berjalan kaki dan menjadi mangsa Zoporn. Semangat hidup sudah terkikis hilang lebih dari dari 80%. Si patah hati menyeret langkah menuju mobil SUV tanpa menoleh kebelakang. Ransel hijau gelap menempel di punggung menambah beban. Jari tangan tak bertenaga saat meraih handle pintu.

HUUUFFF

Dia masuk ke mobil kemudian menghempaskan tubuh. Bersandar di kursi di belakang sopir dengan mata terpejam. Mencoba melepaskan penat di kepalanya yang berat.

sret sret

Suara kaki diseret mendekat, Bastian tidak peduli. Bahkan ketika pintu mobil dibuka kemudian dibanting keras, si lelaki enggan membuka mata, tetap cuek. Dia tidak ingin digangu.

“Hey..!”

Suara familiar membuat Bastian tersentak membuka mata. Tatapan tajam wanita rambut sebahu yang duduk nyaman di sebelahnya sambil mendekap ransel mungil di pangkuan memberi efek kejut menyentak jantung. Bastian tidak menyangka wanita yang memakai jeans dan kaos biru tersebut akan kembali satu mobil dengannya.

“Emmie? Kok di sini?”

“LAH!” Gadis itu memicingkan mata heran. “Bukan-nya aku yang harusnya nanya kamu mau kemana?”

Bastian tidak menyahut. Perasaannya campur aduk. Sedih, kaget, gembira jadi satu.

“Gimana-gimana-gimana? Enak jadi healer? Senang dong udah bisa ngerasain ciuman pertama!“ Tatapan Emmelyn mengandung sejuta makna. Bastian memilih diam. “Trus! Delfina gimana? Udah sembuh?”

“Aku gagal nyembuhin Delfina. Jangan dibahas lagi! ” Bastian menjawab singkat, padat, dan jelas.

“Ooooohh giiitchuuu. Kasiiiyaaan.” ejek Emmelyn. “Ya udah. Aku mau tidur. Jangan ganggu ya! ”

Nada bicara dan bahasa tubuh Emmelyn menjadi bukti kalau gadis itu sengaja memancing amarah. Untungnya, Bastian tidak punya energi untuk bertengkar. Daripada mikirin tingkah menyebalkan si gadis Kaoraci, mending ikut tidur.

Perjalanan panjang nan melelahkan tetapi Bastian tidak bisa tidur. Otaknya begitu aktif memutar kejadian menyakitkan di ruangan Tito. Dia berapa kali menggeser pantat, miring kiri, miring kanan, luruskan kaki, menekuk lutut agar bisa tidur.

Mobil sampai di dekat jembatan Takitaki saat sudah sore. Emmelyn dan Bastian berhenti dan turun di sebuah rumah kecil berlantai dua milik Orasuci. Tidak ada orang selain mereka di sana. Rumah itu sangat dekat dengan sungai Takitaki.

Rumah itu dikelilingi tembok setinggi 3 meter. Ada taman di bagian tengah tetapi sudah minim perawatan terlihat dari banyaknya rumput liar yang tumbuh. Ranting kering dan daun rontok yang bersererakan membuat penampilan makin tidak enak dilihat.

Emmelyn dan Bastian duduk cukup lama di atas rumput pendek di tengah taman. Bastian yang membisu dan sering bengong membuat Emmelyn khawatir. Kepala lelaki itu lunglai seolah kehilangan semangat hidup. Saat Emmelyn menawarkan makanan, respon Bastian slow. Melirik lemas, bengong, kemudian menggeleng tanpa tenaga.

Emmelyn mencoba membuat Bastian bercerita tetapi tidak berhasil. Jawabanya pendek, ya, tidak, ah, oh. Mirip orang linglung. Emmelyn memberanikan diri membahas Delfina, saat itu juga raut wajah Bastian menjadi menyeramkan. Rahang mengeras, mata berapi-api, dan tangan mengepal. Tetapi lelaki itu tetap tidak mau bercerita.

“Kalo kamu ga mau cerita, ya udaaah. Sekalian aja seumur idup enggak ngomong ama aku.” Ekspresi wajah Emmelyn menjadi jelek. Dia menghembuskan nafas kuat kemudian berdiri sambil menepuk pantat menyingkirkan debu yang menempel di celana.

“Bye Bastian!” Emmelyn melangkah menuju serumpun bunga aneka warna. Bibirnya komat-kamit berbicara dengan ngengat yang terbang mengelilingi bunga.

Bastian menarik nafas panjang. Dia mengamati tingkah gadis itu cukup lama, kemudian berdiri, melangkah menuju Emmelyn.

“Delfina milih Tito.” Bastian buka suara mencoba bercerita pada gadis yang berdiri memunggunginya.

“Oooohh..” Emmelyn menyahut pendek, enggan menoleh si lelaki. Tatapannya terkunci pada telapak tangannya yang berisi ulat hijau tanpa bulu yang asik rebahan sambil memakan daun muda. Kemudian Emmelyn menjatuhkan pantat di rumput.

Bastian mendorong nafas kuat kemudian memberanikan diri bercerita tentang semua yang terjadi di Healer Festival. Emmelyn terbawa cerita Bastian. Dia geram, serta paham kenapa lelaki itu menjadi hilang semangat. Semua yang dialaminya pasti merusak mental.

“Baaasss…. Jangan bunuh diri ya. Aku butuh temen bertengkar,” ujar Emmelyn sendu sambil mengelus pundak Bastian. “Aku bakal nemenin kamu sementara.”

Kata-kata itu berhasil membuat secercah senyum tumbuh di wajah Bastian.

~*~​

Tidak kembali ke Domire dan menjelajah Silasol adalah keputusan Bastian dan Emmelyn. Alasannya banyak. Ingin pengalaman baru melupakan patah hati, daerah Silasol lebih aman dari Zoporn, makanan lebih gampang didapat.

Setelah menginap semalam di rumah singgah tanpa berjumpa orang lain mereka bangun pagi-pagi. Baju dan celana panjang membungkus tubuh. Topi menutup kepala serta sepatu melindungi kaki. Ransel di punggung mereka selalu menjadi teman. Berisi pakaian dan sedikit makanan kering yang mereka dapat di Orasuci.

Sebelum mentari muncul, mereka berjalan kaki, memilih jalan setapak ketimbang jalan besar, menyusuri area sekitar sungai.

Silasol adalah daerah pegunungan. Udara sejuk segar minim polusi. Banyak pohon besar, semak, rumput, bunga, buah dan isi alam lain. Jalan tidak datar, kadang naik-kadang turun, kemudian menajak lagi.

Bastian bukan Kaoraci lagi, di tidak aman dari Zoporn. Dia lebih waspada alias was-was. Kepalanya clingak-clinguk saat mendengar suara asing di telinga. Suara burung, jangkrik, tengeret, dan bintang lain membuyarkan konsentrasi. Gemerisik daun, ranting, batang pohon yang bergesekan tertiup angin berapa kali membuat dia terlonjak kaget. Istirahat menjadi tidak tenang. Bahkan saat buang air atau menyantap camilan, matanya selalu awas menatap sekitar.

Bersandar di batang pohon rindang, duduk di atas batu besar, makan camilan di pematang sawah yang sudah tak terurus adalah cara mereka melepas lelah. Duduk, jalan, berdiri atur nafas, jalan, duduk, makan. Peluh membasahi tubuh, kering lagi saat mereka beristirahat di bawah hembusan angin. Pagi menjadi siang, siang menjadi sore. Waktu cepat berlalu dengan beberapa momen baru memenuhi kepala mereka.

Matahari tertutup awan saat mereka sampai di lapangan luas tidak terawat.

“Bas!! Ada tempat mandi!”

Emmelyn berlari kecil menerobos rumput liar di atas lapangan saat melihat sungai dengan aliran tenang selebar lima meter. Ada titian kecil dari enam batang bambu diikat mejadi satu sebagai penghubung area yang dipisahkan sungai, yaitu sawah dan lapangan.

“Airnya jernih banget. Aku mau nyebur. Kamu jagain bekal, sapa tau ada tikus ato monyet nakal nyolong bekal kita.”

“Emang aman mandi di sini? Bahaya kalo ada bintang buas.”

“Kayaknya aman deh. Ini mirip pemandian umum. Tuh ada sampah plastik bekas sampo, deterjen dan odol, ” gadis cantik penuh semangat menatap sekeliling, “entar kalo ada yang enggak beres, aku teriak.”

Emmelyn meletakan topi dan ransel di tanah. Melepas celana panjang dan baju, kemudian meletakan di atas batu besar di pinggir sungai. Di tubuhnya kini hanya melekat bra dan celana dalam putih. Bokong, payudara, leher, betis, paha, semua proporsional. Tidak gemuk dan tidak kurus.

“Gak dilepas semua?” tanya Bastian dengan mata berbinar.

“Liat aja entar!”

Sebelum zoporn menyerang. Emmelyn sudah pasti risih hanya mengenakan bra dan celana dalam secara live di depan lelaki. Tetapi kemunculan Zoporn merubah pandangan hidup. Si Kaoraci cantik sering melihat wanita atau pria telanjang di depan umum demi menyelamatkan nyawa. Selain itu Emmelyn percaya Bastian tidak akan macam-macam.

Emmelyn melangkah hati-hati di titian Bambu yang agak licin. Saat di tengah-tengah, dia melepas bra dan celana dalam, kemudian meletakan di atas titian.

BYUUUURRR

Gadis cantik tanpa pakaian melompat dari titian ke sungai sambil berteriak ceria. Air jernih terciprat ke atas, kemudian menciptakan riak gelombang seheboh sikap sang gadis. Emmelyn menyelam sampai tubuh tidak tampak, kemudian kepala yang basah menyembul di tempat lain. Gadis telanjang itu seperti kesurupan. Meninju, menampar, bergulat dengan air. Juga mendorong air dengan gaya kamehameha.

Tertawa, berteriak, memekik kecil melonjak-lonjak dalam air sungai. Semua itu tidak lepas dari pandangan mata si lelaki yang duduk mengawasi dari pinggir sungai. Mata Bastian merekam semuanya. Saat Emmelyn menggosok kulit yang mulus sambil bersenandung. Ketika menangkup air dengan telapak tangan untuk membasuh wajah manisnya.

Kala Emmelyn menyelam-menyembul, berputar, melonjak di air yang jernih bening. Buah dada yang kencang bergoyang menggoda. Benda kenyal dengan kulit bersih itu seperti menghipnotis mata Bastian dari kejauhan.

Air jernih membiaskan cahaya yang masuk ke air. Menyamarkan rambut hitam di antara kedua paha gadis itu saat Bastian mencoba fokus mengamati isi selangkangan yang membuat jantung si lelaki berdetak keras.

“BASTIIIIAAAANNNN!!!”

Emmelyn menjerit meneriakan nama si lelaki disertai gerakan panik melonjak dalam air sambil menunjuk-nunjuk ke arah Bastian.

Melihat wajah gawat Emmelyn, Bastian ikut panik. Tanpa pikir panjang, dengan pakaian lengkap melekat di tubuh, lelaki itu melompat ke dalam air. Berenang mendekati gadis telanjang berwajah pucat.

“Kenapa Em? Ada ular? buaya? kadal?” Bastian menatap Emmelyn dengan wajah khawatir.

“Ittuuuu! Female Zoporn !” Emmelyn menujuk semak di lapangan, di dekat tempat Bastian duduk sebelum loncat ke sungai.”Kamu ceroboh banget! Sampe gak sadar ada mahluk nafsuan itu.”

Pandangan Bastian mengikuti arah telujuk Emmelyn. Dia terbelalak melihat dua wanita berkepala hijau mengenakan rok tanpa baju. Kulit pucat dengan payudara keriput menggelantung, beda jauh dengan payudara kencang gadis telanjang di sampingnya. Kedua makhluk mesum itu bergerak lambat tetapi tidak melepaskan pandangan dari Bastian.

Kedua Zoporn berhenti di pinggir sungai, mereka bertukar pandang kemudian bercermin di air sungai. Setelah itu kembali saling pandang sambil geleng-geleng kepala. Tidak lama kemudian mereka duduk di pinggir sungai sambil memperhatikan Bastian.

“Zoporn takut air!”

Emmelyn teringat ucapan itu. Si gadis telanjang berenang ke titian bambu. Memakai celana dalam dan bra tanpa menunggu tubuhnya kering. Kemudian berjalan ke pinggir sungai untuk mengenakan pakaian.

“Bas. Diem di air!”

Bastian menurut. Emmelyn mengetuk kening dengan telujuk memikirkan cara menyelamatkan Bastian.

Ada tiga opsi dikepalanya.

Pertama, dia akan menyuruh lelaki itu lari ke sawah seberang sungai. Kemudian dia akan menjatuhkan titian hingga hanyut agar kedua zoporn tidak bisa lewat. Ide briliant! Emmelyn tersenyum senang, tapi hanya sesaat. Saat dia mencoba mengangkat titian dan gagal wajahnya langsung masam.

Opsi kedua menjinakan Zoporn. Menjinakan mereka tentu saja berbahaya karena Bastian sendirian dan zoporn berdua. Bastian kalah jumlah. Sebelum berhasil menjinakan satu zoporn, kemungkinan besar kemaluan lelaki itu sudah hancur lebur karena diremas zoporn yang satunya.

Opsi ketiga adalah menipu mereka. Itu berati dia dan Bastian akan berciuman. Tidak! Dia tidak mau jadi Otame. Dia tidak akan melepas status Kaoraci.

Sudah satu jam berlalu, dia berharap Zoporn itu pergi tetapi itu tidak terjadi. Kalau zoporn sudah mengunci target, mereka susah dialihkan kecuali ada mangsa lain. Mereka betah duduk di pinggir sungai sambil menunggu Bastian keluar dari sana.

Sebagai Kaoraci, Emmelyn memiliki pantangan. Dia tidak boleh menggangu para zoporn. Kalau boleh, tentu saja dia sudah mendorong zoporn supaya nyebur ke air. Siapa tau makhluk mesum itu hanyut karena tidak bisa berenang.

“Em.. udah nemu solusi?!” Bastian berteriak dari dalam sungai dengan gigi gemertak tubuh mengigil, dia sudah bosan bermain air.

“Aku masih mikir!”

“Jangan kelamaan. Aku bisa mati kedinginan.”

“Iya tau! Aku juga enggak mau kamu mati!”

Emmelyn mengusap muka berapa kali sambil mondar-mandir. Mulutnya komat-kamit berdoa. Alisnya terpecuk berpikir keras. Dia memutuskan untuk menjalankan opsi pertama.

Menyuruh Bastian lari ke sawah, kemudian kabur secepat dan sejauh mungkin. Itu berarti kekuatan lari lelaki itu harus lebih cepat dari kedua zoporn. Itu adalah cara terbaik sebelum si lelaki mati kedinginan dalam air.

“Bassss….. !”

SREK SREK SREK

Astaga! Belum selesai Emmelyn berucap, tiba-tiba dari semak di belakanganya muncul satu Female-Zoporn lagi. Makhlukmesum kurus pucat kepala hijau memakai daster kumal, gerakannya cepat dan ngawur. Sangat berbeda dengan kedua zoporn yang terlebih dahulu di sana, zoporn yang baru datang ini sangat agresif dan tidak sopan. Garuk sana sini. Kegatelan!

Pandangan matanya sangat tajam ke arah Bastian. Kakinya yang kurus terus bergerak gelisah. Dia naik ke titian bambu tanpa melepaskan pandangan pada target. Kemudian kembali ke pinggir sungai dan mondar-mandir panik. Kakinya bahkan sempat terjulur menyentuh air sungai, kemudian ditarik lagi.

Emmelyn mengamatinya dengan semakin cemas. Kalau Bastian lari, Zoporn ini pasti berhasil mengejar. Agresif luar biasa. Pusing! Tapi tiba-tiba sekelebat ide muncul di kepalanya.

“Coba kamu berenang ke ujung dekat sawah!”

Bastian menuruti perintah Emmlyn. Berenang menjauhi lapangan dan mendekat ke area sawah. Saat bastian bergerak, Female-Zoporn berdaster langsung ikut bergerak berlarian ke titian dan hendak menuju sawah. Berbeda dengan kedua zoporn yang duduk, mereka baru berdiri hendak melangkah.

“Balik ke tempat tadi!”

Bastian kembali menurut dan diam di tengah sungai. Zoporn berdaster kembali bergerak nafsuan, bolak-balik di titian, kemudian mondar-mandir di pinggir sungai dekat dua Zoporn lain yang kembali duduk.

Jinakan Zoporn agresif!

Emmelyn membulatkan tekad menjalankan rencananya. Menjinakan zoporn berdaster! Dia memberi perintah kepada Bastian untuk masuk ke area sawah dan berlari sekuat tenaga. Dia berencana memisahkan zoporn berdaster dengan kedua zoporn lain.

Bastian keluar dari sungai menuju hamparan sawah luas, menyelinap dan berlari cepat. Zoporn berdaster mengejar Bastian yang masuk ke dalam rumpun padi.

Burung pipit yang asik makan padi berhambur berterbangan saat lelaki yang dikejar zoporn itu menerobos sawah.

Emmelyn menatap kedua zoporn yang menunggu Bastian di pinggir sungai. Keduanya juga bangkit untuk mengejar Bastian. Gerakan mereka masuk katagori lambat dan malas, agresifitas sangat rendah. Si gadis sedikit lega.

Emmelyn mendahului kedua zoporn naik titian. Si gadis berjalan zigzag lambat sehingga jalan kedua zoporn juga ikut lambat.

Hup-hup-hup

Kaki Bastian melangkah cepat. Lengan kanan kedepan melindungi wajah dari semak yang menampar. Beberapa kali dia menunduk menghindar ranting kayu yang hendak mencabik kulitnya. Lengan, leher, kaki, dan wajah beberapa kali tertampar dan tergores semak berduri. Perih sekali! Wajah meringis. Dia tahan. Dia memaksa kakinya terus bergerak.

Dia tidak melihat jalan, dia tidak tahu arah. Tujuannya hanya satu, menghindari si zoporn sejauh mungkin.

Breet breett

Pakaian tersangkut ranting kecil.

Aduuh!

Dia terjatuh saat kaki terlilit semak merambat. Dengan cepat bangkit berdiri, berlari lagi. Kaki terjebak di lumpur, angkat paksa, lari lagi. Dia menoleh, zoporn berdaster ada di belakangnya penuh nafsu mengincar tubuhnya.

Bastian masuk ke area penuh pohon besar. Tubuhnya mulai kelelahan. Nafas kembang kempis tersengal. Sang pengejar tidak pernah kehabisan tenaga. Makhluk kepala hijau berdaster itu menyeringai sange saat buruannya sudah mulai kelelahan.

Langkah Bastian terseok-seok saat sang zoporn semakin dekat. Kakinya lemas. Nafasnya hampir mencapai limit. Bastian sudah tidak kuat. Bersandar di pohon besar saat si Zoporn penuh nafsu menerjang kearahnya.

Jinakan! Itu pesan Emmelyn yang dia ingat. Si lelaki membentangkan tangan lebar menyambut.

KISS ME! Lagu Sixpence None the Richer, terputar automatis di kepala Bastian saat bibirnya bertemu bibir zoporn itu.

Anjing! bau apa ini? Bastian hampir muntah tidak tahan. Dalam ciuman keterpaksaan mata Bastian awas melirik dalam remang. Khawatir ada makhluk sejenis yang memancarkan cahaya di kepala.

Bastian bersandar lemas di batang pohon melayani lumatan bibir zopornt. Dia pasrah diperkosa wanita kepala hijau berdaster bolong dengan aroma tubuh busuk mampu membunuh lalat. Permainan bibir si zoporn memang luar biasa. Lidah yang membelit menyapu bibir mangsa dengan ganas. Lendir lengket menjijikan mengalir deras, menetes sampai ke dagu, membasahi pakaian Bastian.

Lima menit berlalu. Warna hijau di kepala si zoporn meredup, berganti tangan Bastian yang menjadi hijau. Si lelaki lunglai lemas tak berdaya.

“Baaassss….” Emmelyn berhambur ke arah Bastian dengan wajah khawatir. Dia sangat bersyukur menemukan lelaki itu dalam keadaan selamat. Jejak kaki di ladang dan semak yang acak-acakan membantunya mencari jejak Bastian. Kedua Zoporn yang tadi mengikuti sudah kabur karena Bastian sudah terinfeksi.

Mata Emmelyn berkaca-kaca saat menyaksikan kondisi Bastian yang terobrak-abrik. Wajah penuh goresan, baju robek, tubuh mengigil dan nafas ngosngosan. Lengan berwarna hijau membuat dia bingung antara harus senang, sedih, geli, atau cemas.

“Bas, apa kita mesti ke Benteng Orasuci mencari healer?”

Bastian muak mendengar kata Orasuci. Dia tidak ingin ke tempat terkutuk itu. “Kita cari di sini!”

“Emang ada healer di hutan gini? Manusia aja jarang,” Emmelyn ragu.

“Kalau kepepet, kamu kan bisa jadi healer. Mau kan?”

“Enak aja. Aku enggak mau jadi healer!”

Mereka berjalan menyusuri jalan kecil saat gelap mulai turun. Mereka merasa beruntung saat melihat rumah di tengah-tengah hamparan sawah luas. Bangunan berukuran 4x4 meter berdinding bata. Rumah itu kumuh dan tak terawat dan tidak ada penghuni.

Bale bambu reot, selimut bekas, pakaian bekas, kursi, dan meja lumayan layak untuk tempat tinggal sementara. Atap berlubang tetapi tidak masalah karena sekarang musim kemarau. Mereka sepakat untuk tinggal di sana. Tinggal di tempat kotor tanpa penerangan bukan hal yang menakutkan. Makanan tidak masalah. Mereka masih punya bekal meski sekarat.

Malam pertama setelah dicium zoporn meninggalkan trauma bagi Bastian. Dia terbaring lemah dengan tubuh mengigil. Lengan hijau terasa panas, gatal, perih, nyeri dan sakit. Kadang hilang kadang muncul, sangat mengganggu.

~*~​

Pagi hari, Bastian bangun dengan tubuh yang lebih oke. Masih bisa berjalan dan demam sudah berkurang. Lengan hijau miliknya memang terkadang masih gatal dan perih.

Pencarian healer di area yang 80% didominasi tumbuhan tidak gampang. Mereka mencari petunjuk kesana-kemari tetapi zonk. Satu, dua, tiga jam terlewat tanpa hasil. Menyisakan kekecewaan serta rasa putus asa di wajah mereka.​

Mereka tidak sadar kalau itu yang disebut tersesat. Punya tujuan, ada tekad, tetapi salah jalan. Mereka berputar-putar tanpa arah pasti.

Perjalanan mereka selama sehari seolah sia-sia. Jalanan tidak selamanya bagus, kadang terhalang rumput dan semak yang terpaksa mereka terobos. Mereka hanya menemukan buah pisang yang masak kemudian mereka makan. Begitu juga nasib buah-buahan lain seperti jambu, mangga, rambutan, kelengkeng, salak dan hasil kebun lain. Mereka coba masukan ke dalam perut, kalau tidak muat ya masuk ransel. Pemilik kebun sudah menghilang dan semua itu dikembalikan ke alam. Mereka mencuri dari alam.

Burung hinggap di pohon kemudian terbang. Tupai melompat-lompat mencari makan. Kupu-kupu hinggap di bunga. Kodok bernyanyi di sekitar sungai dan sawah. Itu yang mereka temukan selama sehari berputar-putar. Tidak bertemu manusia, apalagi Healer.

Musuh bilogis mereka adalah nyamuk penghisap darah yang nguingnguing di sekitar tubuh, semut yang merayap dan menggigit, ulat bulu yang bikin kulit gatal dan panas, lebah dan tawon yang kadang terbang di sekitar kepala saat mereka tidak sengaja menerobos bunga.

Di tengah raut wajah lelah dan putus asa karena sore akan segera berganti malam. Mereka tanpa sengaja sampai di dekat sawah. Melihat asap mengepul dari rumah berdinding bata, beratap seng yang sudah berkarat.

“Yay. Ada orang!”

Emmelyn mendahului Bastian. Penuh nafsu berlari ke halaman rumah yang berdebu tebal. Kegaduhan yang dia ciptakan membuat bebek dan ayam yang asik bermandi debu berlarian ke sana-kemari. Debu berterbangan membuat Bastian menutup mata, hidung, dan mulut.

GUK GUK GUK

“Wooooaaa…. ada anjing!” Emmelyn memutar tubuh saat seekor anjing kecil warna cokelat mengejarnya. Anjing itu mengendus kaki Emmelyn sambil mengogong. Gadis yang awalnya ceria dan enerjik mendadak jadi kalem. Langkah kaku mengendap-endap sambil mencengkeram lengan Bastian yang menertawakannya.

Empunya rumah keluar. Pria botak berkulit sawo matang, postur pendek berotot memakai celana selutut.

“Kalian mau kemana?”

“Saya mau cari healer,” Bastian menunjukan lengan yang berwarna hijau. “Sudah muter-muter seharian tapi tidak nemu. Bapak tau tempat healer?”

“Saya sarankan kalian ke timur, arah matahari terbit, di sana ada pemukiman.“ Si lelaki tua tebar senyum polos ramah, “ tapi sekarang sudah gelap. Kalian bisa nginep di sini. Besok berangkat pagi-pagi.”

Bastian dan Emmelyn setuju dengan tawaran lelaki itu. Mereka diberikan kamar yang terpisah. Mereka diajak duduk di atas bale menatap hamparan padi siap panen. Bapak itu menyediakn kedua tamu makanan dari hasil kebun. Nasi, jagung, singkong, keladi dan buah-buahan.

Sialnya, di tengah kegembiraan itu. Ada hal baru yang hampir membunuh Bastian. Siklus pergantian level infeksi zoporn. Setiap mendekati 24 jam sebelum berganti warna lengan muncul rasa perih dan sakit luar biasa menyiksa. Susah bernafas, susah menelan, ulu hati terasa ditindih batu berat. Tulang ngilu bukan main, otot susah digerakan. Buruknya lagi, kemaluan terasa super gatal, digaruk dimana dan bagaima pun rasa gatal itu tidak lenyap selama satu jam. Sungguh menyiksa.

 
Terakhir diubah:

Orasuci Konspirasi
_________________
Pekat malam menyamarkan warna dan rupa. Deretan pohon besar menjadi siluet hitam. Suara belalang di semak-semak menjadi pengiring pergulatan kata Emmelyn dan Bastian yang duduk di kursi kayu diterangi cahaya samar lampu minyak.

Bastian benar-benar bernasib buruk karena cinta. Pengorbanan sebagai Healer gagal total. Dia hanya pernah mengobati satu pasien yang terinfeksi Kisser Zoporn. Tanpa pernah merasakan kegelian licker dan kenikmatan fucker.

Sekarang dia terinfeksi zoporn. Hasil sudah pasti, kalau sembuh menjadi Otame, kalau tidak sembuh dia akan menjadi Zoporn.

“Emie. Aku minta maaf karena udah banyak salah ama kamu,” ujar Bastian. Raut wajah lelaki itu murung penuh beban. Rasa sakit di tubuh karena pergantian level infeksi sudah hilang. Beganti dengan kehampaan di hatinya.

“Kamu kenapa sih? Kok tiba-tiba minta maaf?”

“Siapa tau kita enggak nemu healer, kemudian aku jadi zoporn,” sahut Bastian lemah. Dia memaksakan senyum sambil melirik gadis di sebelahnya.

24 jam pertama infeksi sudah lewat. Sekarang Emmelyn pun tidak bisa mengobatinya karena level infeksi Bastian sudah masuk level Licker. Sementara itu, kemampuan si gadis kaoraci hanya bisa mengobati infeksi Kisser.

Emmelyn tertawa kecil. “Aku pasti nemu healer buat kamu. Aku janji!”

“Kalau enggak nemu gimana?”

Emmelyn diam menatap gelap malam. Dia juga memiliki kekhawatiran yang sama dengan Bastian tetapi dia merasa yakin akan menemukan penyembuh untuk lelaki itu.

“Masih ada waktu. Kita tidak boleh menyerah.”

Bastian senang saat merasakan aura penuh semangat si gadis. Sekaligus sedih memikirkan seandainya dia menjadi Zoporn dan tidak bisa melihat Emmelyn lagi.

“Seandainya kita udah berusaha tapi tetap enggak nemuin healer. Mau kamu ngabulin permintaan terakhirku?”

“Permintaan apa?” Emmelyn menatap lekat lelaki di sebelahnya. Dia mengusap bahu Bastian saat melihat tatapan lelaki itu begitu mengiba.

“Inget, kan? Waktu kamu mandi di sungai sebelum aku kena virus?”

“Iya.”

“Aku belum puas liat kamu telanjang. Pengen liat kamu telanjang sekali lagi. Boleh?”

“Mau liat sekarang?” Emmelyn berdiri.

“Emangnya boleh?” Mendadak mata Bastian berbinar.

“Boleh,” sahut Emmelyn sambil tersenyum manis.

Tangan kanan si gadis mengepal, mengayun cepat ke wajah Bastian. Untung saja, Bastian menghindar sehingga pundaknya yang kena pukul.

BUGHH

Aduuuhh, Bastian meringis memegang pundak yang nyeri kena hantaman.

“Sana liat dalam mimpi!” Emmelyn menghentakan kaki kesal. ”Kamu belum jadi zoporn aja udah mesum. Gimana kalo beneran jadi zoporn?”

Gadis itu bergegas masuk ke dalam kamar dengan raut wajah cemberut diikuti pandangan mata Bastian. Lelaki itu gembira melihat tingkah ngambek Emmelyn. Senyum mekar di wajahnya, tetapi tidak bertahan lama karena kembali ditelan oleh perasaan kosong yang menyergap hatinya.

Ketakutan nyata membayangi. Tidak bisa berjumpa Emmelyn. Tidak pernah lagi melihat wajah gadis energik itu. Hati Bastian sedih teriris.

Apapaun yang terjadi. Aku tidak boleh menjadi Zoporn. Bastian bertekad kuat.

Malam semakin larut. Lelaki tua si tuan rumah berjalan bolak-balik di depan kamar kedua tamunya. Dia memastikan Bastian terlelap. Kemudian empunya rumah melirik kamar Emmelyn. Dengan langkah pasti dia menuju kamar gadis itu. Masuk dan tinggal di dalam cukup lama, kemudian dia keluar dengan senyum puas menghias wajah.

~*~​

Ada beban tambahan di wajah Emmelyn saat meninggalkan rumah si bapak tua. Perasaan tidak nyaman yang dia coba sembunyikan dari Bastian. Ada yang hampa dari senyum manisnya. Ada yang hilang dari tatapan mata jelitanya.

Saat mentari muncu, mereka bersiap melanjutkan perjalanan mencari healer. Ikut arahan si bapak tua, berjalan ke arah timur. Melalui tanah kering retak berdebu. Saat tersapu angin partikel tanah super kecil itu mudah sekali berterbangan, terhirup hidung dan menyebabkan bersin. Hujan masih enggan turun membasuh Bumi.

Jalan yang mereka lalui hanya jalan kecil diantara luasnya kebun dan hutan. Jalan itu tidak mungkin bisa dilalui kendaraan bermotor karena tidak selalu mulus dan rata, kadang berbentuk undakan saat menanjak, sesekali terhalang ranting dan batang pohon yang melintang.

Pohon yang berjejer di tepi jalan membantu mereka. Bisa gunakan sebagai pegangan, acuan dan tumpuan agar tubuh terdorong ke atas, naik mendaki jalan menanjak.

Bastian sering membungkuk memegang dada dengan nafas berat pendek. Dia bersandar di batang pohon besar sekedar melepas lelah sekaliguh memulihkan tenaga meskipun otot kaki dan paha sudah terasa berat untuk digerakan.

Peluh membasahi tubuh, lelah menyergap cepat. Emmelyn menggigit bibir kecewa karena hampir empat jam perjalanan belum menemukan siapapun. Dia kemudian berhenti di area terbuka yang datar, duduk di akar pohon besar yang menonjol dari permukaan tanah. Jemari tangan memainkan daun tua kekuningan yang baru jatuh dari pohon.

Lereng di bawah mereka memberi pemandangan menakjubkan. Gunung di kejauhan berwarna biru berpadu indah dengan langit cerah dihias gumpalan awan putih. Deretan pepohonan rimbun tampak menyatu dan membentuk pola yang indah.

“Bas! Ada orang!”

Emmelyn memekik senang. Dia berdiri, melangkah, berlari menyongsong perempuan tua memakai kamben dan kebaya usang yang berjalan pelan. Di atas kepala wanita itu terdapat seikat kayu kering.

“Namanya Wulan. Pagar rumah warna ijo. Kalian bisa ikuti jalan ini, nanti pasti ketemu.” Jawaban perempuan tua itu membuat mata Emmelyn berbinar ceria.

“Ayo Bas! Cepetan!” Emmelyn mengguncang tubuh Bastian, memaksa si lelaki berdiri.

Perjalanan kali ini lebih menanjak tetapi Emmelyn seperti tidak pernah kehabisan energi. Tidak sampai satu jam mereka tiba di perkampungan, ditandai dengan adanya beberapa rumah bata berjejer di dekat jalan. Tidak lama kemudian mereka tiba di tikungan seperti yang wanita tua sebutkan.

YES! Emmelyn memekik senang. Matanya bercahaya cerah saat melihat pagar dari bambu di cat hijau.

Mereka masuk melalui pintu lebar yang bersebelahan dengan pohon beringin tua. Pohon besar itu memiliki ratusan akar gantung menjuntai ke tanah. Tampak unik tapi menyeramkan.

“Permisi. Wulan ada? Teman saya sakit dan mau berobat,” tanya Emmelyn pada seorang lelaki yang menjijnjing ember berisi air. Mereka berpapasan di halaman rumah yang luas dengan beraneka macam tanaman yang terawat rapi.

”Dia masih ada terapi,” lelaki tua menunjuk ke rumah panggung. “ Kalian bisa tunggu di teras.”

Emmelyn dan Bastian melangkah di atas tanah yang agak basah tanpa debu pertanda habis disiram. Mereka berjalan beriringan menuju rumah panggung. Rumah kayu yang seolah melayang di permukaan tanah dengan puluhan batang kayu besar berdiri kokoh sebagai penyangga.

Setelah naik melalui tangga kayu, mereka sampai di teras yang luas lengkap dengan perabotan kayu. Meja, kursi,dan lemari kecil. Rumah itu berlangit-langit tinggi. Lantai rumah terbuat dari papan berukuran identik yang dibuat sejajar dan bergaris.

Sebuah kamar megah dengan tulisan ‘RUANG PENYEMBUHAN’ memiliki pintu penuh ukiran antik. Dindingnya dihiasi tanduk rusa dan beberapa lukisan yang menggantung sejajar. Itu adalahn ruangan pengobatan milik Wulan.

Tidak ada orang di teras. Pintu ruang penyembuhan tertutup tetapi terdengar suara orang di dalamnya. Bastian duduk di kursi yang menghadap pintu ruang penyembuhan sambil menyandarkan kepala di dinding. Tidak lama kemudian dia terlelap karena kelelahan. Emmelyn duduk gelisah di samping Bastian, tumitnya bergerak berirama memukul lantai.

Ishh! Suara apa sih?

Alis Emmelyn mengerut, tergangu suara aneh gedebak-gedebuk yang keluar dari ruang penyembuhan. Rasa penasaran mendorong gadis itu berjalan mengendap, lalu mengintip dari lubang kecil yang ada di pintu penuh ukiran antik.

Astaga!

Mata Emmelyn terbelalak lebar menyaksikan adegan yang sedang berlangsung di dalam ruangan. Cukup lama gadis itu diam mengintai. Wajah berubah pucat, tarikan nafas berat pendek. Tubuh menengang dan keluar keringat dingin.

Emmelyn berhenti mengintip, melangkah gelisah menuju Bastian yang sudah bangun dan sedang membuka mulut lebar menguap.

“Emie. Kamu kenapa? laper?” Muka gadis yang pucat tidak lepas dari pengamatan lelaki yang sedang mengumpulkan kesadaran. Pertanyaan Bastian tidak dijawab. Gadis itu menunduk mengiggit jari. Bengong cukup lama kemudian menoleh pelan ke arah Bastian.

“Bassss…”

CKLEK KRIIIEETTT

Belum selesai Emmelyn berujar, pintu ruangan penyembuhan terbuka. Bastian bangkit dari duduknya dengan penuh semangat. Mengabaikan tatapan Emmelyn yang penuh rasa khawatir kepadanya.

“Addduuuuuuuhhhh!”

Suara mengaduh lemah dari lelaki muda bertelanjang dada yang menyeret langkah keluar dari pintu berukir. Wajahnya kuyu pucat lemas, rambut acak-acakan. Dia pincang sambil menekan pinggang dengan telapak tangan. Melangkah terseok sambil lempar senyum masam ke arah Emmelyn dan Bastian.

Bastian heran melihat sekujur tubuh lelaki yang berwarna kemerahan tetapi tidak sempat bertanya karena lelaki itu menuruni tangga rumah panggung kemudian menghilang dari pandangan.

BUG BUG BUG

Suara kaki beradu dengan lantai kayu dari dalam ruang penyembuhan membuat rumah bergetar. Bastian mengalihkan pandangan ke depan, ke sumber suara. Seorang perempuan berdiri di pintu berukir, dekat Bastian. Matanya awas menatap kedua tamu yang terasa asing olehnya.

Waduh! Bastian menahan nafas saat beradu pandang dengan sosok di hadapannya.

Perempuan bertubuh luar biasa gemuk berkulit sawo matang penuh bulir keringat. Pandangan mata tajam tersembunyi oleh rambut acak-acakan yang menutup wajah. Gumpalan lemak berbentuk gelembung besar tampak jelas di lengan yang menyembul dari daster putih berpotongan rendah yang dia kenakan. Alamak! Lengannya lebih besar dari paha Bastian. Perut dan pinggang yang penuh lemak menonjol hampir sejajar dengan payudara. Rata, mirip gentong raksasa!

Krieet Kriiiettt

Lantai kayu berdecit saat si wanita gemuk memutar badan membelakangi Bastian untuk mengambil sisir di lemari kayu dekat pintu, si lelaki bengong ternganga menatap gumpalan pantat jumbo yang bergetar saat tubuh wanita itu melangkah.

“Ada yang bisa saya bantu?” Suara besar ngebas, senyum ramah tersunging menatap Bastian yang mendadak grogi. Mata wanita itu sampai hilang tertelan pipi gemuk saat tersenyum.

“Saya.. saya nyari Bu Wulan.” Bastian menunjukan lengan warna kuning. Perasan tidak enak merayap menciutkan nyali saat melihat penampakan manusia di depannya.

“Saya wulan, “ Dia menjulurkan tangan mengajak bersalaman, Bastian menyambut sambil menyebutkan namanya. Tanganya gemetar saat dia memperkenalkan Emmelyn yang masih berdiri agak jauh darinya.

“Kapan saya diobati?” tanya Bastian ragu plus ngeri saat melihat bentuk dan ukuran tubuh sang healer.

“Besok!”

“Sekarang tidak bisa?”

“Level kuning. Berarti masih ada waktu! “ ujar perempun gemuk itu dengan senyum penuh arti. Bola matanya naik turun menatap lelaki yang bediri di depannya. “Saya cape hari ini setelah ngobatin pasien tadi.”

Adegan itu tidak lepas dari pengamatan Emmelyn. Ada ketidaknyamanan besar mengganjal di hatinya. Wajah sumringah saat menemukan healer untuk Bastian, mendadak berubah menjadi wajah keruh penuh beban.

Emmelyn berjalan mendekati Bastian dan mengengam tangan lelaki itu.

“Ayo. Kita kembali besok!”

Mata Wulan mendelik tak senang saat ada wanita cantik menyerobot calon pasiennya tanpa basa-basi.

“Kamu pacarnya? Otame?” Bibir healer gemuk menyunging senyum tipis sinis saat menatap tubuh Emmelyn yang tiga kali lebih kecil dari tubuhnya.

“Saya temen Bastian. Kaoraci,” sahut Emmelyn dengan senyum manis mencemoh.

“Kaoraci? Kumpulan orang munafik. hihihi,” sahut Wulan dengan tawa manis menghina. Tangan gendutnya melambai kepada Bastian. “Bastian, sampai jumpa besok. Jam 10 pagi. Oke?”

“Iya Mbak,” Bastian mengangguk berpamitan.

Kata Bastian dibalas kerlingan genit Wulan. Emmelyn muak, bola matanya memancar kilatan penuh amarah. Tanpa kata dia berlalu, mendengus, menghentakan kaki, menyeret Bastian menjauh dari wanita yang membuatnya sebal.

Gerakan kaki Emmelyn sangat cepat saat turun tangga, melalui halaman, dan keluar dari pintu gerbang rumah itu. Bastian berlari kecil mengimbangi.

“Kita cari healer lain! Aku enggak suka Wulan,” ujar Emmelyn setelah cukup jauh dari rumah itu.

Emmelyn menghembuskan nafas kuat kemudian duduk di atas batu kecil yang berjejer di tepi jalan. Pohon besar berdaun rindang di atas kepalanya memberi peneduhan dari kerasnya sengat mentari siang itu. Dia membuka ransel, mengambil air, kue kering. Mengunyah untuk meredakan emosi.

Lelaki tua berwajah lesu memakai baju lengan pendek lusuh menampilkan infeksi Kisser-Zoporn berlalu tanpa kata melewati mereka. Tidak berapa lama, lelaki itu berbalik arah. Raut wajahnya semakin jelek. Warna hijau di tangannya masih ada pertada infeksi tidak hilang.

“Tidak diobati, Pak?” Rasa penasaran mengugah Emmelyn untuk bertanya.

“Wulan tidak mau ngobatin. Saya akan dikirim ke Orasuci, “ ujar lelaki itu dengan raut wajah sedih.

“Bagus kalau bapak dikirim ke sana. Orang di sana baik-baik.”

“TIDAK!!” Lelaki itu setengah berteriak.”Saya tidak akan diobati. Saya dikirim kalo udah jadi zoporn!”

“Hah?! Maksudnya?” Emmelyn dan Bastian saling pandang .

Lelaki tua kemudian bercerita kalu sudah tiga hari kampung itu terserang Zoporn. Semua zoporn wanita tanpa zoporn lelaki. Beberapa orang sudah terinfeksi karena menjinakan. Hanya saja pengobatannya menjadi ribet karena hanya Wulan satu-satunya healer di sana.

“Kalau mau cerita lebih detil. Kalian bisa ikut saya.”

Mereka mengikuti bapak tersebut. Menuju deretan rumah bata yang terletak di dekat lereng tidak jauh dari sana. Selain rumah bata, juga tampak deretan tiga rumah panggung sederhana, berumur tua terlihat dari warna kayu pucat mengelupas.

Jalan penghubung antar rumah terbuat dari batu-batu kecil yang tertanam di tanah, tertata rapi sehingga tidak berdebu. Pagar setiap rumah terbuat dari tanaman hias yang tingginya setengah manusia dewasa. Hal itu membuat mereka bisa saling mengawasai dengan tetangga.

Lelaki itu mempersilahkan kedua tamu duduk di bale bambu yang memiliki pemandangan indah menakjubkan. Tempat itu cukup tinggi sehingga garis lika-liku sungai di bawah mereka tampak jelas. Garis itu putus nyambung saat terhalang oleh kumpulan pepohonan.

“Si Wulan! Lonte tengik kurang ajar! “

Cerita kembali mengalir dari bibir pucat bapak tua bernama Karto. Pandangan mata penuh amarah mengutuk kebusukan sifat Wulan. Healer gemuk itu sengaja tidak mengobati infeksi kisser dan licker, dia hanya mau mengobati infeksi Fucker.

Dulu, ketika Zoporn sedang nge-trend. Penduduk desa yang berjumlah ratusan orang bisa menghindar dengan mudah dengan naik pohon, ke sungai atau ke tengah danau. Mereka punya tempat sembunyi yang aman. Tapi semua tidak lagi mudah saat ada kampanye permbersihan Zoporn dari Partai Orasuci.

“Saya tidak tahu kesepakatan apa yang Wulan dan Orasuci buat!”

Lelaki itu berucap dengan pandangan berapi-api kemudian melanjutkan cerita. Semenjak Partai Orasuci berhubungan baik dengan Wulan. Gerombolan Zoporn sering menyerang dengan tiba-tiba di waktu yang tidak mereka duga. Saat hajatan kampung atau acara penting lain yang mebuat warga susah menghindar ke tempat aman. Akibatnya banyak yang menjadi korban. Sekarang penduduk yang tersisa puluhan orang didominasi oleh lelaki muda.

“Hik hik..”

Suara tangis wanita paruh baya berperawakan kurus dengan tubuh dililit kamben membuat Emmelyn dan Bastian menoleh. Si perempuan memeluk erat lelaki berkulit cokelat gelap yang terinfeksi Kisser-Zoporn.

“Dia Ningsih, tetangga saya. Suaminya terinfeksi untuk kesekian kalinya,” Karto menjelaskan.

“Sebelum ada Zoporn. Ningsih dan Wulan pernah berselisih. Mereka memperebutkan Sapto,” Karyo menunjuk ke arah lelaki yang ada dalam pelukan Ningsih. “Wulan punya dendam kesumat pada Ningsih karena kalah dalam persaingan mencari suami.”

Ningsih seolah tahu dia menjadi bahan pembicaraan. Dia mengusap mata yang sembab sambil membawa kelapa muda yang sudah terbuka di atas nampan kayu kemudian meletakan di samping kedua tamu.

“Kami hanya punya ini. Mohon nikmati seadanya.” Senyum penuh kepedihan tampak di wajah kuyu Ningsih.

Mereka kemudian melanjutkan cerita. Bastian menceritakan hal yang terjadi pada dirinya. Emmelyn bercerita tentang statusnya dia sebagai Kaoraci.

Ningsih tidak melepaskan pandangan ke wajah Emmelyn. Wanita kurus berkamben itu berjalan lurus mendekati si Kaoraci.

“Mbak.. saya mohon sembuhkan suami saya!”

Tubuh Ningsih limbung menubrukEmmelyn. Bahunya berguncang keras. Tangis wanita itu tumpah di dada Emmelyn.

“Saya enggak mau tersiksa wanita jahanam itu lagi! ”

Emmelyn menarik nafas pelan sambil mengusap lengan wanita yang memeluknya. Ningsih mengangkat wajah yang berurai air mata. Tatapan menyayat hati wanita kurus berpipi cekung seolah menembus jantung Emmelyn saat mereka beradu pandang.

Suara serak parau mengiringi cerita dari bibir Ningsih yang bergetar. “Wanita busuk haus sex itu memaksa saya menonton pengobatan! Dia menyiksa saya dan Kang Sapto!”

Lebih dari sepuluh kali Ningsih dipaksa menonton adegan pengobatan suaminya dengan Wulan. Raungan pilu, jeritan menyayat hati, teriakan kesakitan sang suami selalu menjadi mimpi buruk di kepala Ningsih. Hatinya perih menyaksikan sang suami tercinta dicakar, ditindih, diikat, dipecut, ditetes lilin. Dia tidak bisa melakukan apapun karena tidak ingin suaminya meninggal atau menjadi Zoporn.

Bukan hanya suaminya yang menjadi korban. Puluhan pemuda lain juga disiksa oleh Wulan. Busuknya lagi, Wulan hanya mau mengobati orang muda, sementara yang tua dikirim ke Partai Orasuci sehingga semakin lama penduduk di sana semakin berkurang. Bahkan anak-anak di bawah umur yang dibawa Orasuci tidak ada yang kembali.

Emmelyn teringat adegan mengerikan saat mengintip. Terjawab sudah kenapa metode pengobatan wanita itu sangat kejam. Terbayang jelas saat kepala si pemuda yang ukuran tubuhnya setengah tubuh Wulan megap-megap diantara jepitan kedua payudara jumbo wanita itu. Lepas dari payudara, pindah ke jepitan paha.

Emmelyn menunduk memejamkan mata sambil mengepalkan tangan mencoba menghapus ingatan metode pengobatan kejam yang Wulan lakukan.

“ Saya mohon, bantulah kang Sapto. Mau mati rasanya melihat orang yang saya cinta disiksa wanita biadab itu.” Ningsih mengiba saat tidak mendapat jawaban dari Emmelyn.

“Saya akan mengobati kalian!”

“Emmie… ?“ Bastian terbelalak tidak percaya. Tangan lelaki itu menyentuh pundak Emmelyn agar sadar dengan apa yang barusan diucapkan. “Kamu mesti pikirin lagi. Jadi healer penuh resiko!”

“ Aku tidak akan membiarkan Wulan bersikap seenaknya.”

Bastian menatap nanar Emmelyn. Dia marah mendengar kelakuan Wulan tapi juga tidak rela kalau Emmelyn membahayakan diri dengan menyelamatkan kedua lelaki itu. Lelaki yang baru mereka kenal di tempat asing ini

“Tapi Em.. kamu…”

“Ini keputusanku, aku siap menangung resikonya!” Emmelyn begitu yakin.

Bastian meradang. Keputusan Emmelyn menjadi pukulan telak buatnya. Sangat mendadak tanpa minta pertimbangan darinya. Emmelyn sudah hilang akal! Apa karena suami Ningsih lebih keren dari Bastian sehingga dia mau mengobatinya? Apa Bastian tidak ada artinya bagi Emmelyn sehingga gadis itu tidak mau mengobatinya dulu saat masih level Kisser? Apa dendam semasa sekolah masih ada di hati wanita itu?

Beberapa detik lagi Emmelyn akan resmi menjadi Juniro-Healer! Tidak!

Mata Bastian mendelik saat prosesi penyembuhan dimulai. Tubuh bergetar hebat melihat bibir Emmelyn bersentuhan dengan bibir Sapto, saling melumat, saling membuai dan menikmati kelembutan. Itu bukan mimpi. Itu kenyataan yang terjadi di depan matanya. Kejadian buruk terulang kembali. Bayangan sakit hati karena Delfina kembali menghantui.

Bangsaaat! Semua terjadi begitu cepat tanpa Bastian bisa protes. Si lelaki berwajah keruh memilih memejamkan mata karena tidak sanggup melihat bibir Emmelyn memoles bibir lelaki itu.

ARRRRRGGGGGGHHH

Bastian mengacak rambuk. Meninju kening berapa kali. Rahangnya mengeras menahan amarah. Dia melirik Emmelyn yang terlihat sangat lega. Senyum manis mekar di wajah Emmelyn setelah lengan Sapto berwarna normal. Senyum manis memuakan!! Senyum Emmelyn seperti akan membunuh Bastian, membuat lelaki itu frustasi luar biasa.

Emmelyn kembali berciuman dengan Karto si lelaki tua. Bastian semakin meradang.

Bangsat! Bastian memaki dalam hati. Dia ingin, sangat ingin berlari kencang kemudian meloncat di lereng terjal tidak jauh dari tempatnya. Dia ingin semua kejadian di depan matanya menghilang begitu saja. Lupa dan lenyap.

“Terima kasih Emmie.”

Tangis haru Ningsih sampai ke telinga Bastian. Lelaki itu melihat tangan Emmelyn mengusap punggung wanita kurus dalam pelukannya. Emmelyn dan Bastian beradu pandang, si lelaki langsung buang muka.

Bastian berdiri cepat sambil mendengus. Mengambil ransel dan hendak meninggalkan tempat itu tanpa pamit. Emmelyn merasakan gelagat tidak beres. Dengan cepat dia mendorong tubuh Ningsih, melepas pelukan. Mengejar Bastian yang sudah keluar dari halaman rumah.

“Bas! kamu kemana?”

Bastian tidak menoleh. Menyepak batu sebesar kepalan tangan hingga melayang menghantam pohon. Hati lelaki itu belum puas, tangannya meraup kerikil, mencengkeram erat kemudian mengayunkan ke arah lembah.

SRAAAKKKKK

Suara kerikil menghujam dedaunan menggema.

“Bas, kamu kenapa sih?”

Marah! Tentu saja dia marah. Tapi kenapa gadis itu malah bertanya? Apa dia tidak mengerti yang dia rasakan sekarang?

“Aku mau pergi biar enggak nyusahin kamu lagi!” Bastian mempercepat langkah.

Emmelyn menahan lengan Bastian, membuat lelaki itu berhenti. Pandangan mata mereka kembali beradu. Bola mata Bastian bergerak liar penuh kebencian.

“Aku minta maaf. Aku terburu-buru ambil keputusan tanpa minta persetujuanmu,” ucapan Emmelyn tulus menyentuh hati. Gadis itu bisa merasakan pacaran api amarah dalam tubuh Bastian. “Bas, kamu jangan pergi ya..”

Bastian diam.

“Aku enggak mau semua terlambat, Bas…”

“Terlambat? Mereka semua level hijau. Masih banyak waktu. Kamu aja yang gegabah! ” Ucapan Bastian mengelegar menampar telingga Emmelyn.

“Bukan mereka Bas. Tapi untuk kamu!” jerit gadis itu.

“Untuk aku? Maksudmu?”

“Aku mau nyembuhin kamu!”

BLUGGGGH

Kepala Bastian seperti dihantam batu besar. Kata Emmelyn singkat padat tapi memberi efek luar biasa kepadanya. Lelaki itu mematung memutar otak. Nyembuhin kamu? Memang itu yang diucapkan gadis yang sekarang berdiri di hadapannya. Bastian yakin kalau dia tidak salah dengar. Gadis itu ingin mengobatinya.

“Tapi Em… “ Bastian seperti kena skakmat. Dia bingung harus mengucap apa.

Emmelyn tidak mengeluarkan kata. Gadis itu menubruk dan memeluk tubuh Bastian. Merangkul kuat seolah tidak mau melepaskan lelaki itu dari pelukannya. Air matanya banjir di pundak Bastian.

“Aku enggak mau kehilangan kamu, Bas.” Suara Emmelyn bercampur tangis haru penuh emosi. “Aku enggak rela kamu bercinta ama Wulan. Aku engak mau kamu disiksa.”

Bastian berdiri kaku. Dia merasa tanah runtuh dan tubuh melayang. Kemudian tangan mungil mengapainya, mengangkat tubuhnya dan menjejakan kembali ke dunia. Bastian memejamkan mata, beribu kata maaf diungkapkan dengan pelukan erat di tubuh Emmelyn. Pelukan yang tidak ingin dia lepaskan. Dia juga tidak ingin kehilangan wanita ini.

~~​

Senja datang, warna jingga menghias langit. Belasan penduduk mengadakan pesta perayaan kesembuhan Sapto dan Karto. Asap mengepul dari ayam panggang beraroma mengugah selera. Ningsih sibuk membuat kue dibantu Emmelyn. Mereka cepat sekali akrab. Tertawa riang bersama menyambut malam.

Hal buruk kembali menimpa Bastian. Rasa sakit menyiksa selama proses perubahan warna lengan dari kuning ke merah. Bastian mencoba melawan sekuat tenaga sampai matanya berair. Kapok! Dia kapok terkena serangan Zoporn. Untung saja warga di sana sudah berpengalaman dan memberikan obat sehingga rasa sakit berkurang.

Malam turun. Bastian sudah kembali normal tapi dengan lengan berwarna merah pertanda dia punya waktu kurang dari 24 jam sebelum menjadi Zoporn. Lelaki itu kalut tetapi kata-kata Emmelyn berhasil menguatkannya. Memekarkan senyum yang sempat hilang.

Mereka kumpul sambil menyantap makanan. Di sela tawa penuh cinta dengan Bastian, ada hal yang cukup mengangu Emmelyn. Besok saat dia sudah terupgrade menjadi Seniro-Healer. Apa dia benar-benar bisa menyembuhkan Bastian? Dia tidak tahu caranya. Dia hanya punya teori tanpa pernah mepraktekan. Dia tidak pernah bercinta.

Bastian merasakan hal sama seperti Emmelyn. Dia juga ragu, bingung, dan bimbang. Rasa penasaran membuat dia ikut gelisah. Berapa kali pandangan matanya bentrok dengan Emmelyn. Kemudian mereka berdua tertawa sambil buang muka malu.

“Aku tau kamu mikirin apa?” Emmelyn menggoda Bastian saat duduk berdempetan di bale bambu beralaskan tikar sambil menatap jutaan bintang di langit malam yang indah.

“Mikir apaan?”

“Mikir mesum,” bisik Emmelyn sambil tertawa cekikikan. Dia kemudian menyandarkan kepala di bahu Bastian. Meremas jari tangan lelaki itu sambil memejamkan mata.

PLak

“Hayo lagi ngapain!” Ningsih mendadak muncul dan menepuk bahu Emmelyn. Membuat pasangan itu serentak menoleh. “Pasti mikirin proses pengobatan besok. Deg-degan ya?”

“Iiih.. apaan sih? Itu hanya pengobatan taaau!” Emmelyn berkilah dengan wajah memerah.

“Emie, gak usah malu. Kalau kamu butuh ilmu. Nanti aku ajarin. Hihihi.”

Emmelyn menepuk pundak perempuan kurus yang mengodanya, kemudian mereka tertawa.

“Oh ya. Kamar buat kalian besok udah disiapin. Aku jamin enggak ada yang ngintip.”

Emmelyn tidak menolak ketika Ningsih mengajaknya ke sebuah kamar dengan tembok warna biru muda. Kamar itu bersih dan rapi. Ada meja dan lemari serta tempat tidur dengan sprei biru motif angsa.

“Kasurnya empuk. Dipan tidak ribut. Besok kamu bisa melakukan proses penyembuhan dengan aman dan nyaman di sini,” Ningsih kembali menggoda sambil tertawa kecil, “sekarang, kalian sebaiknya istirahat buat simpen tenaga.”

Malam semakin pekat dan suara binatang malam tidak lagi terdengar. Bastian mendapat kamar bersebelahan dengan Emmelyn. Gelisah sekaligus tidak sabar membayangkan dirinya bercinta dengan Emmelyn membuat dia susah tidur. Momen ketika gadis itu mandi telanjang kembali menghiasi kepalanya.

Bibir yang lembut akan dia cium dengan penuh cinta. Lidah Emmelyn yang mungil meruncing pasti memberi rasa hangat di kulitnya. Payudara kencang dengan puting kemerahan akan dia cium dan remas. Bokong kenyal, paha halus, semua bayangan itu membuat kemaluan Bastian tegang. Dia ingin kencing.

KUKURUYUK

Kokok ayam berulang tapi matahari belum muncul. Bastian merasa tergangu karena dia hampir saja terlelap. Dia mengucek mata, turun dari dipan mencoba mengumpulkan kesadaran. Lelaki itu membuka pintu kamar hendak keluar buang air.

KYYAAAAAAAHHH

Pekik histeris Emmelyn memecah hening.

“Gawat! Zoporn laki!” Bastian berlari panik ke kamar gadis itu saat melihat lelaki kepala hijau berkolor pink tanpa baju mengdobrak pintu kamar Emmelyn. Pintu kamar gadis itu rusak dan terbuka.

“Emie..! Lariii..!”

Emmelyn berhambur keluar. Bastian menerjang mahkluk mesum itu dengan pukulan dan tendangan sekuat tenaga.

Bak buk bug drak duag

Makhluk itu bagai karet. Hantaman, tendangan, terjangan, cakaran Bastian tidak berefek sama sekali di tubuhnya. Bastian geram, mengambil kursi di dekatnya dan memukul makhluk menyebalkan itu.

DUUUAKKKKKK

Suara ribut kursi pecah bergema ke lembah. Tetapi Zoporn tidak kesakitan, makhluk kebal itu tidak mengacuhkan orang yang menyerang. Dia melangkah ke arah Emmelyn yang terpaku tidak bergerak.

CIIIIATTTT

Bastian cepat melompat menerkam manusia kepala hijau. Dia berhasil memeluk dan kemudian mereka berguling bergumul di tanah. Makhluk itu mendelik, mengerang, meronta dan memukul ke sembarang arah.

BUG BRUG

Bastian kena hantaman di kening, dagu, pipi, pundak. Mata lelaki itu berkunang-kunang. Dia tidak bisa bangkit saat melihat Zoporn itu menyerang Emmelyn.

Aooouuucccchhh

Emmelyn memekik saat berusaha melawan Zoporn yang berhasil mencengkeram bahunya. Dengan kasar si makhluk mesum menarik tubuh Emmelyn hingga terhuyung hampir terbanting di tanah.

“MESUM BEDEBAH!!”

Terdengar teriakan lelaki yang ternyata adalah Sapto. Dia menghantam kepada hijau dengan cangkul. Anehnya cangkul itu terpental dan memutar balik hampir menghantam Sapto. Bagusnya hal itu bisa membebaskan Emmelyn dari cengkeraman zoporn.

Suara gaduh membuat penghuni rumah berhamburan keluar. Lima lelaki lain ikut menyerang ke arah zoporn. Mereka mencoba mengikat makhluk itu dengan tali anyaman rotan yang cukup besar. Berhasil tetapi hanya sementara. Hentakan kuat dengan energi tanpa batas membuat tali itu terputus.

Enam lelaki saling pandang heran. Mereka kembali mencegah makhluk itu menyerang Emmelyn. Memegang kaki dan tangan si kepala hijau. Memukul kepala dengan sabit tetapi semua hampir sia-sia. Zoporn agresif itu kuat luar biasa. Tidak bisa dibunuh, susah dihentikan.

Perlawanan keenam manusi itu seolah sia-sia. Zoporn itu menyerang balik dengan tendangan, cakaran, gigitan, dan pukulan. Mengamuk sejadi-jadinya. Membuat pekik kesakitan manusia yang mencoba melawannya.

KEEEEKKKKKKEEEKKK

Si kepala hijau mengeluarkan suara aneh. Kemudian melompat ke arah Emmelyn yang enggan menjauh karena mengkhawatirkan Bastian. Beruntungnya gadis itu memiliki reflek tubuh yang bagus. Dia menghindar ke samping, hilang keseimbangan, terhuyung dan jatuh terjengkang.

Khekkkehhehekkk

Si mesum jelek seperti menertawakan calon korbannya. Dengan liur menetes kisser zoporn perlahan mendekat.

“Jangan ganggu temanku!”

BRUUUKKKK

Terdengar teriakan wanita dibarengi suara benda beradu keras. Seorang perempuan kurus berkamben bergulat di tanah dengan Zoporn. Memekik dan menyerang zoporn dengan penuh amarah.

“Dasar mesum!”

“Enyah kau!”

“Mampus!”

Teriakan itu kemudian diakhiri serangan pamungkas, bibir ke bibir. Mereka berciuman sambil berguling di tanah.

Nafas Emmelyn tersengal. Dia mencoba mencerna semua hal yang terjadi begitu cepat. Tangannya bergetar hebat.

“Kamu enggak apa?” Bastian memeluk Emmelyn. Memapah tubuh sang gadis agar bangkit berdiri. Mereka kemudian bersandar di tembok dikerumuni beberapa warga.

“NINGSIH ! ”Emmelyn berteriak saat teringat sang sahabat, kemudian berhambur kabur dari pelukan Bastian menuju wanita yang sedang menatap langit dengan lengan berubah hijau. Dia berhasil menjinakan zoporn sekaligus menyelamatkan Emmleyn.

“Untung saja aku berhasil!” Wanita kurus itu berdiri kemudian merapikan kamben yang acak-acakan.

“Dimana kamu akan cari healer?” Air mata Emmelyn mengambang menatap wanita yang rela berkorban demi dirinya.

“Jangan pikirkan itu !” Tatapan Ningsih tajam penuh keyakinan. “Kalian harus capat kabur. Aku tidak bisa menjamin kalian aman kalau terus ada di sini!”

Emmelyn dan Bastian mengangguk.

“Maaf, aku tidak bisa mengantar kalian. Kami harus segera menyingkirkan bedebah mesum ini! ” Mata Ningsih berubah berapi-api.

“Pergilah! Kalian ikuti jalan di lereng. Pergi ke lembah. Di sana ada sungai besar, kalain lebih aman di sana!” Karto ikut menimpali.

Ningsih kemudian memeluk Emmelyn. “Pastikan pengobatan Bastian beres. Jangan sampai pengorbanmu sia-sia.”

Emmelyn mendekap Ningsih kuat sambil mengucapkan terimak kasih.

“Aku yakin semua ini ulah Wulan! Kami ingin membuat perhitungan dengan perempuan keparat itu!”

~*~​

Emmelyn dan Bastian menuruni jalan kecil curam di dekat lereng. Mereka berpegangan tangan erat menjaga keseimbangan agar tidak tergelincir di jalan licin berbahan tanah liat berair.



Dengan susah payah mereka sampai di sungai selebar belasan meter dengan aliran air tenang . Mereka menemukan rakit bambu sesuai petunjuk penduduk kemudian mendayung menuju gubuk kecil yang berada di tengah-tengah sungai.

Gubuk berukuran 3x3 meter berdinding anyaman bedek dengan atap ilalang kering. Kayu penyangga di keempat sudut sangat kokoh, berdiri cukup kuat menahan hempasan angin. Di dekat gubuk ada batu dengan permukaan luas yang bisa menampung belasan orang rebahan.

Matahari sudah melewati kepala saat Emmelyn dan Bastian keluar dari gubuk menuju batu besar. Nyeri di wajah si lelaki akibat gebukan zoporn sudah berkurang setelah beristirahat beberapa jam. Mereka meletakan tikar di atas permukaan batu, sebagai alas kasur kapas usang yang mereka temukan dalam gubuk. Kemudian duduk berdekatan di atas kasur sambil menikmati hembusan angin.​

Status Emmelyn sudah ter-upgrade menjadi Seniro-Healer.

“Kamu yakin?” Mata Bastian menjelajah wajah cantik Emmelyn. Mengagumi keindahan mata, bibir, hidung, rambut dan semua yang melekat pada diri sang malaikat yang bersedia menjadi penyelamat hidupnya.

“Iyaaa,” Emmelyn mengaguk.

Bastian bingung memulai proses penyembuhan dirinya dari mana. Keraguan itu tertangkap mata Emmelyn.

“Cepetan Baass, waktu kita enggak banyak.”

“Ciuman dulu ato buka baju dulu?” tanya Bastian.

“Terseraaah!”

“Kok terserah? Kan kamu healer-nya.”

“Iiiisshhh. Aku belum punya pengalaman.”

“Sama, aku juga belum punya pengalaman.”

“Isssshhhh!”Emmelyn meletakan kedua lengan di bahu Bastian, kemudian mendaratkan kecupan di bibir lelaki itu. Tubuh mereka mendekat dan semakin rapat, bibir lembut saling melumat, menautkan lidah.

Mereka melepaskan ciuman kemdudian saling pandang, wajah mereka merah antara menahan gairah atau rasa malu.

“Buka pakaian sekarang aja,” pinta Emmelyn. Tanpa ada bantahan. Bastian melucuti celana dan baju sendiri sampai telanjang bulat. Emmelyn juga menelanjangi diri.

“Ih. Punyamu kok udah berdiri?” Emmelyn geli melihat penis Bastian yang mengacung tegak.

Bastian nyengir. Bagaimana mungkin dia tidak turn on melihat tubuh seksi gadis telajang di hadapannya. Kulit mulus lembut, bibir merah basah, payudara membuncah kencang. Semuanya menggoda mengairahkan terutama di bagian selangkangan.

“Masukin sekarang?” Tanya Emmelyn polos. Mereka berdua memang noob masalah bercinta sehingga bingung memulai darimana.

“Iya boleh. Kamu di bawah ya!”

“Iya.”

Bastian menindih tubuh Emmelyn. Wanita di bawahnya membuka paha ragu-ragu. Pengalaman baru, ilmu yang sangat minim serta misi berbatas waktu membuat si gadis cantik tegang. Dia tidak bisa rileks sehingga vaginanya ikut bereaksi melakukan penolakan terhadap penis Bastian yang hendak memasuki lubangnya. Bukanya lancar masuk, malah menyempit dan menolak. Emmelyn menggeser tubuh, kakinya menyepak dan memberontak.

“Iiissshh, Sakiiiitt Bas!” pekik si gadis. Tanganya reflek menampar punggung lelaki yang menindihnya. Bastian menjauh karena khawatir, sedangkan gadis yang telanjang bulat itu merapatkan paha sambil meringis.

“Sakit ya, Em? Maaf, “ ujar Bastian dengan wajah penuh rasa bersalah.

“Iya, sakiiitt,” Emmelyn menggigit bibir. ”Aku tadi belum siap, kita ulang lagi aja.”

“Gimana kalo kamu di atas, aku di bawah,“ usul Bastian.

Mereka sepakat. Gadis telanjang itu berposisi di atas tubuh Bastian yang telentang. Penis Bastian yang tegak mengacung dia genggam, coba dimasukan ke dalam lubang kemaluanya. Kejadian tadi terulang lagi, vagina Emmelyn menolak penis yang hendak menerobos masuk dari bawah. Emmelyn memekik. Perih, sakit, kaget, tegang membuat Emmelyn hilang keseimbangn dan ambruk di atas Bastian.

BRUUUKK

“Akhhh..” Bastian menjerit saat bola testis-nya terhantam bokong Emmelyn. Lelaki itu merasakan nyeri sampai ke hulu hati.

“Kenapa?” Emmelyn menjauh dari tubuh Bastian.

“Telurku ketindih. Skiiiiiittt!”

“Maaf Bas,” sekarang giliran Emmelyn yang mengigit jari karena merasa bersalah.

Mereka sejenak menghentikan proses penyembuhan. Duduk termenung menenangkan diri menatap aliran air. Proses penyembuhan tidak segampang yang mereka duga. Tegang, ragu, malu menimbulkan kekacauan.

“Em, kalau kamu belum siap. Aku cari healer lain aja. Gimana?”

“Cari dimana? Si Wulan? Kamu cari mati sama dia? Kita udah enggak ada waktu Bas!”

Emmelyn pasang wajah cemberut sambil menutup paha telanjangnya dengan baju. Niat baik kepada Bastian hampir gagal karena ketidak-mapuan dirinya. Dia kecewa pada diri sendiri.

“Aku enggak tega liat kamu menderita demi aku. Seandainya dulu aku dengerin kamu, aku akan tetep jadi kaoraci. Aku egois gara-gara Delfie.”

“Trus maumu apa, Bas? Bercinta ama Delfie?” Nada bicara Emmelyn mulai meninggi. “Cari aja lonte itu. Ajak bercinta sepuasnya! Syukur-syukur kamu masih hidup sampe di sana!”

“Bukan gitu Em…”

“Aku enggak suka kamu bahas Delfie!” Emmelyn memekik emosi, “aku sakit hati denger nama dia terus!”

“Maaf..” Bastian kehabisan kata untuk mebela diri.

HikHik. Emmelyn menangis sambil menyembunyikan kepala di antara kaki yang ditekuk. Punggung gadis itu bergetar saat mencoba menahan air mata yang tumpah.

Bastian mendekat hendak memeluk tubuh Emmelyn tetapi gadis itu berotak. Menolak, menghindar dan mendorong tubuh Bastian menjauh. Lelaki yang hendak memeluk jatuh terjengkang dia atas kasur, untung saja tidak tercebur ke sungai.

Bastian tidak menyerah, dia kembali mendekat.

“Pergi aja kamu! Aku benci kamu. Aku gak mau liat kamu!”

Bastian ngotot mendekat, tangan Emmelyn mengayun cepat ke wajah lelaki yang mencoba memeluknya.

PLAAAKKK

Telapak tangan Emmelyn tepat mengenai wajah Bastian. Lelaki korban tamparan tidak melawan. Saat tangan Emmelyn kembali terayun dia tidak menghindar.

PLAK

Satu pukulan telak, kembali diterima wajahnya.

Tangan Emmelyn terayun kembali, tetapi kemudian berhenti di udara.

Emmelyn menunduk. Air matanya banjir di pipi. Bastian mendekap tubuh telanjang Emmelyn dengan kuat. Gadis itu kembali berontak tetapi Bastian tidak mau kalah, dia mempererat dekapan.

Emmelyn tidak melawan lagi. Dia menyembunyikan tangis di dada lelaki yang membuat emosinya campur aduk. Membiarkan air mata tumpah dan membasahi dada lelaki yang membuatnya jatuh cinta.

Bastian membelai rambut gadis yang sudah banyak berkorban demi hidupnya sambil berbisik tulus di telinga Emmelyn. “Aku sayang kamu, Em. Aku enggak mau kamu menderita. Aku merasa enggak pantas mendapat semua ini. Aku malu.”

Emmelyn tidak bereaksi. Dia hanya ingin menangis dan menumpahkan emosi.

“Kamu mau maafin aku, kan? Aku janji enggak akan bahas masa lalu lagi,” bisik si lelaki lembut.

Pelan-pelan si gadis mengangkat wajah, menatap pemuda yang mengucapkan kata meluluhkan hatinya. Dengan suara serak dia berucap, “Kalo kamu beneran sayang. Kamu harus sembuh demi aku. Aku engga mau kesepian tanpa kamu, Bas.“

Bastian menganguk, dia mengusap air mata di wajah Emmelyn dengan jari. Kemudian lelaki itu menyentuh bibir gadis cantik di hadapanya. Jari tangannya membelai lembut penuh cinta, kemudian kepalanya mendekat. Dia mendaratkan ciuman. Mengulang ciuman yang pertama tetapi dengan porsi emosi yang berbeda. Hangat, penuh cinta, dan gairah.

Tangan gadis yang matanya sembab, membelit leher Bastian dengan erat sehingga tubuh telanjang mereka berdempetan. Kulit menggesek kulit. Menuntut kehangatan lebih dari satu-satunya lelaki yang mampu merenggut hatinya.

Insting mereka menuntun naluri alamiah, keraguan yang sempat hadir diantara mereka lenyap akibat pertengkaraan sesaat penuh cinta. Tangan Bastian merayap membelai sekujur tubuh Emmelyn. Punggung, leher, pundak, bahu, dan terus ke bagain lain.

Emmelyn menggelinjang menikmati saat tangan Bastian menangkup buah dadanya yang lembut. Remasan lelaki itu membangkitkan gairah. Puting payudara yang indah menjadi mainan jari tangan Bastian.

“Aaaahhhh..”

Lenguhan kecil muncul dari bibir basah kemerahan si gadis saat kulit lehernya yang halus mulus diserang oleh lidah Bastian. Tubuhnya yang indah otomatis terdorong kebawah, memberi keleluasaan pada Bastian untuk mengeksplorasi setian inci tubuhnya.

“Basssss..aku sayang kamuu… Ooooouccchh!”

Ceracau penuh kenikmatan meluncur tanpa sadar saat tubuh Emmelyn yang telentang dicumbu oleh Bastian. Punggung gadis itu melengkung berberapa kali menahan sensasi nikmat ketika pria itu memberi jilatan dan kecupan hangat pada sekujur payudara yang membusung indah. Emmelyn tidak tahan, tanganya ikut bergerak liar membelai tubuh Bastian.

Bibir Bastian kembali mencari bibir Emmelyn. Berciuman dengan lebih panas, bergairah, dan rakus. Tubuh Bastian mendesak tubuh telanjang di bawahnya. Memaksa paha mulus si gadis terbuka lebar, membiarkan jari Bastian menyusup dan leluasa membelai kemaluanya.

Bastian merasakan bibir vagina Emmelyn basah saat tersentuh jari. Lelaki itu menggesek dan membelai, membuat Emmelyn menggelinjang sambil mendesah.

“Masukin sekarang. Boleh, kan?”

“He‘eh. Tapi pelan-pelan, Baaas.“

Rasa khawatir masih tampak di wajah Emmelyn. Bastian menganguk, kemudian mengecup bibir gadis yang terbaring pasrah di bawah tubuh telanjangnya.

Ujung penis Bastian mulai menggesek permukaan lubang vagina Emmelyn. Kemudian benda besar berotot itu mendorong masuk ke lubang vagina sempit. Si gadis mengernyitkan wajah meringis sambil mengigit bibir menahan sakit.

Tubuh telanjang Emmelyn tegang dan menggeliat di bawah tubuh Bastian. Si lelaki memperdalam ciuman sambil mendorong pantatnya agar penis bisa masuk lebih dalam.

“Auuuooochhh!”

Pekikan tertahan Emmelyn saat lapisan perawan di vaginanya berhasil dibobol. Tubuh gadis itu menegang kaku untuk sesaat, matanya terpejam kuat. Tangan si gadis menahan tubuh Bastian agar tidak bergerak.

Lumatan lembut Bastian di bibirnya mebuat Emmelyn lebih rileks. Lelaki itu dengan sabar menunggu gadis kesayangannya tenang, dia tidak mau buru-buru memasukan penis lebih dalam. Dia ikut diam sambil menatap mata bening Emmelyn yang kelopaknya basah.

“Kamu baik-baik saja?”

Gadis di bawah tubuhnya mengangguk yakin. Tatapan mata dan bahasa tubuh bebicara lebih banyak ketimbang bibir mereka. Bastian tahu ini saatnya dia harus melanjutkan ritual pengobatan dirinya.

Tubuh telanjang healer pemula yang mulus sudah benar-benar pasrah di bawah tindihan si pasien. Bastian menggerakan bokong menusuk lebih dalam membuat kemaluan mereka menyatu lebih erat. Awalnya lelaki itu bergerak pelan penuh keraguan karena takut menyakiti sang kekasih. Hanya saja, saat paha Emmelyn membuka semakin lebar, Bastian berani menggenjot lebih kencang.

Gairah, rasa nyaman, dan kenikmatan, perlahan menghilangkan rasa nyeri di area selangkangan Emmelyn. Ini adalah pengalaman pertamanya, sudah pasti dia merasa agak canggung dan takut. Tetapi ajaibnya, tubuh wanita itu bereaksi lebih hebat dari perkiraanya. Penyatuan kelamin mereka berjalan hampir sempurna. Pergesekan kelamin saling memberi rasa memabukan yang mendambakan kenikmatan puncak.

Desahan dan lenguhan penuh gairah. Cengkraman dan cakaran menahan nikmat. Tubuh bergesekan, bibir saling bertaut, tangan bergerak liar meraba kehalusan kulit. Melengkapi prosesi penyembuhan yang berjalan hampir mencapai puncak.

Cahaya matahari semakin redup. Desir angin semilir menyapu sungai membelai tubuh telanjang mereka yang bergulat merengkuh nikmat. Gemercik suara air berpadu dengan desahan sepasang kekasih yang memadu cinta.

Daun-daun tua berguguran hanyut terbawa aliran sungai. Suara kodok bersahutan. Binatang kecil meloncat di permukaan air memberi semangat.

Gerakan Bastian menusuk semakin liar dan cepat. Gadis seksi dibawah tubuhnya merintih tanpa henti. Kaki Emmelyn terangkat dan membelit pinggang Bastian, mengimbangi tusukan penuh kenikmatan di kemaluanya yang semakin basah.

Tubuh mereka mengejang saat merengkuh puncak kenikmatan. Tempo menurun perlahan sampai keduanya terdiam. Pandangan mata mereka bertaut penuh cinta seriring nafas mereka yang mulai lebih halus dan tenang.

Mereka kembali berciuman sebelum telentang menatap langit biru dihias awan. Senyum puas dan lega menghias wajah mereka. Proses penyembuhan sukses, lengan Bastian sudah normal.

~~​

Mulan tidak mampu berbuat banyak saat belasan warga yang marah seperti kesurupan mengikat tangan dan kakinya di keempat ujung dipan kayu. Mereka menyumpal mulut Wulan kemudian melilit dengan kain memutari kepala.

Wulan tidak bisa berciuman untuk menjinakan Male-zoporn yang di bawa warga setelah dijinakan Ningsih. Si makhluk kepala hijau marah. Mencabik pakaian Wulan dan melemparkan ke segala arah. Tubuh gemuk itu menjadi sasaran empuk. Cakaran, gigitan, pukulan ganas sebelum menyerang kelamin si healer. Tubuh gemuk itu meronta tetapi kalah. Darah mulai membasahi selangkangnya berbarengan dengan air mata yang mengucur deras saat rasa sakit tak tertahankan menyerang seluruh saraf di tubuhnya.

Belasan pasang mata menatapnya puas. Terutama mata seorang gadis berkamben dengan pipi kurus dan lengan warna hijau. Rintihan kesakitan Wulan seperti nyanyian merdu menghibur hatinya.

Dia merasa puas membalas perlakuan keji wanita itu pada suaminya. Masih ada waktu beberapa hari lagi untuk menikmati raungan kesakitan Wulan.

~~​

Pikiran Emmelyn melayang kembali pada kejadian dua hari lalu di rumah si bapak tua dekat sawah.

“Kamu betah jadi koaraci. Buat apa?”

“Saya harus survive.

“Untuk apa bertahan hidup kalau sekedar hidup. Makan, minum, tidur, bangun. Tanpa kamu sadari kamu akan semakin tua.”

“Kamu suka Bastian, kan? Kamu sudah menyia-nyiakan satu kesempatan mengobati dia.” Si bapak tua mengusap jari Emmelyn penuh kasih. “Kalau ada kesempatan lagi. Apa kamu sia-siakan juga?”

Emmelyn membisu.

“Saya ini juga Kaoraci,” lelaki itu kemudian menuturkan kisah tentang kesepian yang setiap saat menyiksanya karena menyia-nyiakan cinta seorang wanita.

“Berjuang dengan orang tersayang jauh lebih menyenangkan daripada bertahan hidup sendiri.”

Si lelaki tua kemudian keluar dari kamar Emmelyn dengan senyum lega.

~~​

Emmelyn berdiri di tepi sungai dengan tubuh terlilit handuk sehabis mandi.

“Emmie! Ada zoporn!”Bastian berteriak.

Kepala Emmelyn clingak-clinguk melihat sekitar. Matanya jeli menatap batang pohon, semak, rumput, batu besar yang barangkali dipakai si makhluk mesum bersembunyi.

“Male ato Female?”

“Male. Level merah! Kita harus menipunya!” Sahut Bastian yang tiba-tiba berdiri di hadapannya. Tubuh lelaki itu memepet si gadis sampai bersandar di pohon. Bibirnya turun mengecup, menyedot, bibir Emmelyn yang lembut.

Tangan Bastian cepat dan terampil melepas handuk Emmelyn sehingga gadis itu telanjang bulat. Jemari Bastian mengusap selangkangan yang mulus. Emmelyn mendesah.

Bastian menurunkan celana beserta celana dalam. Semakin merapat ke tubuh Emmelyn yang mengangkang menempel di batang pohon. Kemaluan mereka bertemu. Saling sapa dengan usapan, kemudian bergesekan saling menikmati. Tarik dorong tarik dorong putar dorong.

Desahan mereka menjadi pewarna nada sore di tengan hutan. Tubuh menyatu membentuk keindahan yang hampir sempurna. Mereka mencoba menggali rasa terpendam. Merengkuh kenikmatan yang hampir tidak bosan mereka nikmati.

Sampai akhirnya tubuh mereka berpelukan dengan senyum puas menghias wajah. Mata bertatapan penuh cinta.

“Eh! Zoporn nya mana?”

Bastian tertawa, Emmelyn gemas dan mencubit pinggang si lelaki.

“Iiihh. Dasar mesum! Aku kayaknya harus mandi lagi deh!”

“Ikuuuuttt!”

Mereka melompat ke dalam sungai. Tertawa riang kemudian berciuman penuh cinta.

Setelah pengobatan Bastian, Emmelyn memutuskan menjadi Otame. Dia ingin bercumbu dengan bebas bersama lelaki yang dia cintai. Sebagai healer, dia tidak bisa melakukanya karena healer hanya punya waktu selama 24 jam bercumbu dengan pasien dalam proses penyembuhan.

Pekerjaan mereka adalah menipu Zoporn yang mereka temui. Berciuman dan bercinta di dekat Zoporn menjadi tantangan penuh kenikmatan bagi mereka.

Bersama mereka bisa melakukan hal gila. Apalagi saat Zoporn kepala kuning dan merah semakin banyak, Keduanya sangat senang menipu si mesum. Bercinta di alam bebas di saksikan makhluk mesum memberi mereka kenikmatan lebih.

“Ternyata Otak mesum paling asik, paling bebas, paling nikmat. Syaratnya harus ada orang tercinta di samping kita.”

~TAMAT~​
 
Terakhir diubah:
nyimak :baca: sambil rebahan

Romancenya dapet dikahir cerita 👍

Feel percintaan nya dapat di akhir cerita. Mantap untuk suhu

Terima kasih sudah apdet... ijin membaca dan selamat berjuang

mantap ceritanya hu
Makasi semuanya udah mampir ..
:alamak:
aih keren :semangat:
paket lengkap nih. ide luar biasa, background mesum, pengenalan situasinya rapih, percintaannya terasa, diujungnya dikasih wild fantasy
Makasi Om..
Bagi saya, agak berat bikin tema survival karena kemampuan riset saya minim.

Jadi.. saya bikin imajinasi ngawur... Setidaknya enggak gagal posting...:hore:
 
Boleh boleh boleh

Menarik ide nya
Bisa dibuat cerita bersambung ini

Keren suhu
Semoga sukses
:beer:
 
Pokok'na ane ikut dukung bang yvi aja deh....
 
Terakhir diubah:
Jav Toys
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd