Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

pesugihan nikmat

king2001

Semprot Baru
Daftar
17 Dec 2012
Post
44
Like diterima
400
Bimabet
Kisah ini terjadi sepuluh tahun silam, ketika aku baru kelas
satu SMU, semua itu terjadi karena usaha bisnis ibu tiriku
sepeninggalan almarhum ayahku yang semakin menurun.
Sementara aku anak satu-satunya belum bisa berbuat banyak
untuk membantu beban ibu tiriku itu.
Tibalah suatu ketika ibu tiriku mengajakku ke daerah Jawa
Tengah dimana konon katanya disana ada sebuah kuburan
yang memiliki kekuatan, dan apabila diyakini akan
mengabulkan segala keinginan kita dengan syarat bersedia
melaksanakan semedi serta segala persyaratan lainnya.
Tibalah aku dan ibu tiriku di daerah tersebut, terbayang rasa
ngeri seperti yang biasa kulihat di tayangan-tayangan
televisi dan film-film horror. Namun ibu tiriku memberi
tahuku agar bersikap tenang, dan selalu ingat tujuan kami
kesana, memang untuk merubah nasib.
Sesampainya disana kami disambut oleh seorang laki-laki
yang bertubuh agak tinggi besar, yang dikenal sebagai
penunggu gunung tersebut. “Tentu orang sakti nihâ
€�pikirku dalam hati.
Aku dan ibu tiriku diarahkan menuju sebuah rumah kecil
menyerupai gubuk ditengah hutan, saat itu hari sudah senja,
sehingga suasana mulai sepi dan hanya ada pelita kecil
untuk penerangan di rumah itu.
Kami pun istirahat di gubuk itu sambil menunggu Mang
Karsim si penunggu kuburan yang memandu kami tadi.
Tak seberapa lama Mang Karsim pun datang, lalu dia
menjelaskan syarat yang harus kami penuhi, memang dari
pengalaman yang sudah-sudah banyak yang sukses sepulang
semedi di sini asalkan bersedia memenuhi segala persyaratan
yang dikehendaki oleh kekuatan gaib disitu dengan sepenuh
hati.
Tampak ibu tiriku berbincang-bincang dengan Mang
Karsim dalam bahasa daerah, intinya kami harus berada di
gubuk itu selama lima hari sambil melaksanakan semedi di
kuburan yang ada di puncak gunung itu. Menjelang jam dua
belas aku dan ibu tiriku bersiap-siap menuju ke kuburan
keramat itu dengan membawa sesajen dan sebuah tikar, aku
sedikit heran saat itu ibuku mengenakan kain batik putih
garis-garis hitam dan baju kebaya, seperti mau ke undangan
saja pikirku dalam hati.
Kamipun berangkat menyusuri kegelapan dengan diterangi
sebuah lentera kecil. Sesampainya di kuburan, Mang Karsim
langsung memimpin ritual khusus di atas kuburan keramat
itu. Setelah berlangsung sekitar empat puluh lima menit,
Mang Karsim menggelar tikar yang dibawanya, lalu
mendekat ke arah kami sambil mengatakan bahwa syarat
terakhir sudah bisa dilaksanakan, yaitu aku harus
menyetubuhi ibu tiriku diatas tikar itu. Ya ampun kenapa
harus seperti itu sih, mana mungkin bisa begitu, pikirku
dalam hati. Aku saling menatap dengan ibu tiriku.
“Ya sudahlah….kalau memang itu syaratnya..!â€� kata
ibu tiriku dengan nada pasrah. Mendadak tatapanku jadi
kabur sesaat, dan agak limbung rasanya. Kulihat ibu tiriku
seperti bukan sosok yang biasanya, aku tidak mengerti
kenapa pikiranku jadi berubah seperti itu, saat itu ibu tiriku
seperti sosok perempuan yang menggairahkan birahiku.
Dalam keadaan seperti setengah sadar ibu tiriku,
membisikkan sesuatu padaku.
“Kamu nggak usah takut, ikuti saja yang ibu lakukanâ
€� ungkapnya dengan nada pelan sambil membaringkan
tubuhku di atas tikar itu.
Lalu dia lucuti semua celana dan bajuku, aku diam seperti
terkesima, saat ibu tiriku mulai mengusap-usap kontolku,
aku mulai merasakan rangsangannya, perlahan-lahan
kontolku mulai dikocoknya, akhirnya kontolku ngaceng
juga di tangan ibu tiriku. diapun hanya tersenyum melihat
kontolku yang dalam sekejap sudah tegang dan keras.
Sungguh tidak pernah kubayangkan sebelumnya, aku
diperlakukan seperti itu oleh ibu tiriku.
“Punyamu lumayan gede juga ya….â€�sambil terus
menggenggam batang kontolku sambil sesekali
mengocoknya. Gila ternyata nikmat sekali rasanya, tangan
ibu tiriku, ingin sekali rasanya meremas-remas seluruh
lekuk tubuhnya, tapi mana mungkin pikirku.
Dia pun mulai memasukan seluruh batang kontolku ke
dalam mulutnya, sampai mentok. “Aaakh…buuu…saya
geli….!!â€� jawabku spontan.
“Iya…ibu tahu…baru kali ini kamu merasakannya..!â
€� ungkap ibu tiriku, yang terus menjilati batang kontolku
berulang-ulang, sambil diselingi dengan kocokan, sampai-
sampai aku kelojotan menahan rasa geli bercampur nikmat.
Tanpa kusadari ternyata kejadian itu tak luput dari
pemantauan Mang Karsim, kira-kira dari jarak du meter
Mang Karsim memperhatikan gerakan ibu tiriku yang
tengah mengulum batang kontolku, lalu di memberi kode
kepada ibu tiriku agar segera memulai persetubuhannya
denganku. Ibu tiriku perlahan melepas kancing baju
kebayanya dan melepas bra yang membungkus
payudaranya. Woow bulat, mulus dan masih kencang,
mungkin karena ibu tiriku cukup lama menjanda, sehingga
payudaranya tidak pernah tersentuh tangan laki-laki
makanya terlihat masih utuh dan montok sekali.
Aku semakin bergairah, dan sangat terangsang ketika ibu
tiriku mulai melonggarkan lilitan kain batik putih yang
dipakainya, dan melilitkannya kembali secara asal-asalan di
pinggangnya, anggap saja memberi keleluasaan agar dapat
menyingkapkannya dengan mudah. Ternyata benar
dugaanku, ibu tiriku langsung terlentang dengan posisi
kedua pahanya yang sudah mengangkang.
“Ayo naik kesini…!â€�ungkapnya, sambil
mengarahkan tangannya agar aku segera menuju ke tengah-
tengah selangkangannya itu.
“Gimana bu…saya nggak ngerti..?â€�ungkapku
bingung.
“Ya uda sini…ibu yang masukin anumu ke punya ibu..!â
€� ungkapnya dengan manja.
“Blepp…plepp..cluppp..â€� dalam sekejap saja batang
kontolku terbenam seluruhnya ke dalam memek ibu tiriku
yang masih sempit dan empuk itu.
“Aaaakhh…..aaahh….ssshh…ooouh…ibuuu…!â
€�aku mendesis merasakan nikmat dan hangatnya lobang
memek ibu tiriku.
“Nggak apa-apa kan…..?â€�ungkap ibu tiriku sambil
mengusap-usap punggungku.
“Ya uda jangan ragu-ragu….terus teken yang dalam..!â
€�kata ibu tiriku mengajari aku.
Akupun mulai menggenjot kontolku keluar masuk lobang
memek ibu tiriku, lama-lama aku jadi terbiasa dan bisa
menikmatinya. Luar biasa sekali nikmatnya pikirku. Saat itu
tak terpikir lagi kalau yang sedang kusetubuhi itu adalah ibu
tiriku, yang pernah juga ditiduri oleh ayahku.
Sebelumnya tidak pernah terlintas dipikiranku untuk
bersetubuh dengan ibu tiriku, walaupun beberapa tahun
silam sering kulihat ayahku saat lagi mencumbu ibu tiriku
ini. Setelah kami tinggal di rumah berdua pun tidak pernah
terlintas pikiran kotorku terhadap ibu tiriku, sekalipun
dalam kesehariannya di rumah, ibu tiriku selalu berpakaian
seksi, seperti mengenakan daster yang sangat pendek,
bahkan tidak jarang ibu tiriku tidur bersamaku dengan
dasternya yang tersingkap kemana-mana sehingga dari paha
sampai pantatnya terlihat jelas tanpa sehelai benangpun
menutupinya, namun hal tersebut tidak pernah mengganggu
pikiranku, apalagi sampai membuatku ingin
menyetubuhinya.
Tapi kali ini aku benar-benar terangsang sekali, bahkan aku
tengah menyetubuhinya dengan penuh nafsu. Mang Karim
pun ikut terbelalak matanya sambil berkali-kali terlihat
menelan ludahnya, saat ibu tiriku berganti posisi
menungging sambil menyingkapkan kain batik yang
menutupi bagian pantatnya, sehingga terlihat jelas dua
bulatan pantatnya yang menonjol, padat, putih, mulus.
Akupun tidak menyia-nyiakan kesempatan itu, segera
kuelus-elus batang kontolku lalu kembali kuarahkan ke
lobang memek ibu tiriku dari belakang.
“Aaah…ssshhh…ooohh…ibuuu…nikmat
sekaliii..buu..!� ungkapku sambil terus meremas-remas
bulatan pantat ibu tiriku yang tengah menungging kearahku.
Ibu tiriku memaju mundurkan pantatnya sehingga terlihat
kontolku seperti sedang diasah dalam memek ibu tiriku.
Aku heran juga melihat Mang Karim yang kelihatan gelisah
sambil mengelus-elus kontolnya sendiri, rupanya di
terangsang melihat adeganku tadi. Dia pun mendekatkan
posisinya ke sebelahku, nampaknya dia penasaran ingin
melihat dari dekat adeganku dan mulusnya pantat ibu tiriku
yang lagi ku remas-remas dan kugenjot dengan kontolku
itu. Tiba-tiba saja Mang Karim pun menurunkan celana
kolornya, lalu dia keluarkan kontolnya yang sudah tegang
mengacung ke atas, sorot matanya terus tertuju ke pantat
ibu tiriku yang lagi ku genjot itu.
â€�Saya nggak tahan juga Mas….!â€�katanya kepadaku,
sambil mengocok kontolnya yang sudah ngaceng.
Kulihat ibu tiriku yang lagi nungging menoleh kebelakang
sambil tersenyum geli melihat tingkah Mang Karim yang
ikut-ikutan terangsang oleh tubuh montoknya.
Kukembalikan segera konsentrasiku pada tubuh ibu tiriku
yang sedang kutunggangi dengan penuh nafsu itu.
Genjotanku semakin kupercepat, aku tidak tahan seakan
batang kontolku lagi diremas-remas oleh dinding memek
ibu tiriku, seperti dipijit-pijit, rasa geli bercampur nikmat,
apalagi saat ibu tiriku memainkan lobang memeknya
menjepit batang kontolku saat kubenamkan seluruhnya ke
dalam.
“Aaaah….oouuw…iii..buuu…saa..ya…nggak tahaanâ
€¦buuu…!â€�aku mengerang dengan penuh nikmat.
“Iyaaa….ayo terusin..sayang…sampai keluar ya…!â€�
ungkap ibu tiriku terbata-bata karena hentakanku pada
pantatnya.
Aku mulai merasakan dorongan yang kuat yang hendak
meletus, air maniku seakan sudah di ujung kontolku, yang
akan segera memuntahkannya ke dalam lobang memek ibu
tiriku.
Tiba-tiba tubuhku terasa gemetar, darahku berdesir dengan
cepat diseluruh tubuhku, seakan menahan puncak birahi
yang luar biasa nikmatnya, seiring dorongan air maniku
yang akan ku*kan keluar dari batang kontolku.
“Aaaahh….ooouuhh…ibuuu…crott…crottt..crottt…
oouuuww..!!� akhirnya air maniku muncrat,
menyemprot keseluruh dinding lobang memek ibu tiriku,
sungguh betapa nikmatnya menyetubuhi ibu tiriku. Tidak
pernah terbayang olehku sebelumnya, kalau tubuh ibu tiriku
yang sehari-hari didepan mataku, ternyata bisa memberikan
kenikmatan yang luar biasa terhadapku.
Aku terkulai lemas diatas tikar, sementara ibu tiriku yang
masih dalam posisi nungging, terlihat membersihkan sisa air
maniku yang berceceran di atas memeknya dengan
menggunakan kain batiknya, dia pun tersenyum puas atas
kebolehanku tadi, sambil mengusap-usapkan kain batik tadi
ke batang kontolku yang mulai kembali ke ukuran semula.
Tinggallah Mang Karsim saat itu yang terus mengocok
kontolnya sendiri. Melihat hal itu ibu tiriku segera bangun
dan duduk di atas tikar, lalu diraihnya batang kontol Mang
Karsim yang sedang tegang-tegangnya itu. Aku jadi tambah
bingung, kok ibu tiriku mau megangin kontol Mang
Karsim, mungkin sekalian kotor barangkali, atau sebagai
bonus saja buat dia yang sudah memandu kami, pikirku
dalam hati.
“Aduh bu….enak tenan…bu..!â€� Mang Karsim
berguman sendiri. Karena sudah tidak tahan sejak tadi
melihat kemolekan dan kemulusan tubuh ibu tiriku, Mang
Karsim bagaikan ketiban durian runtuh, seumur-umur
baginya tidak pernah melihat tubuh semulus itu. Dia pun
mengerang sekuatnya berusaha menahan air maninya agar
tidak segera keluar, dia ingin lebih lama kontolnya dikocok
oleh ibu tiriku, maklumlah bagi dia kesempatan seperti ini
belum tentu dia dapatkan sepuluh tahun sekali. Namun apa
daya air mani Mang Karsim tak bisa dibendung lagi, ibu
tiriku memang sangat paham sekali bagaimana cara
memuncratkannya dengan cepat, melalui sedikit sentuhan-
sentuhan rahasia di bagian tertentu pada batang kontol Mang
Karsim, akhirnya air mani Mang Karsim tumpah ruah di
kain batik putih yang dipakai ibu tiriku, bahkan saking
bernafsunya air mani Mang Karsim sebagian menyemprot di
payudara ibu tiriku, air mani Mang Karsim terlihat kental
sekali, mungkin karena sudah sepeluh tahun dia menduda.
Tidak lama kami pun bergegas kembali ke gubuk untuk
istirahat, sementara Mang Karim malam itu dengan setia
menunggui kami sampai tertidur di emper gubuk.
Sementara aku berada satu kamar bersama ibu tiriku dalam
gubuk itu, tentu atas permintaan dari ibu tiriku sendiri agar
aku menemaninya. Malam ibu tiriku bertanya padaku
bagaimana perasaanku, sambil menghiburku agar tidak
kaget atas kejadian di kuburan keramat itu.
“Saya takut bu….sa..ya…bi…ngung…â€� sambil
terbata-bata.
“Iya ibu tahu…ibu ngerti…tapi kamu hebat…â€� ibu
tiriku memotong pembicaraanku.
“Maksud ibu hebat gimana…?â€� ungkapku dengan
penuh rasa heran.
“Itu lho…. ibu baru lihat…ternyata punyamu besar
sekali..� ungkap ibu tiriku sambil berbisik kepadaku.
Aku diam saja mendengar pernyataan itu.
“Ibu jadi tertarik aja melihatnya tadi….sampe sekarang
terbayang terus…!â€�kenangnya.
“Iya bu, saya juga baru tadi aja melihat tubuh ibu
dengan jelas…!â€� ungkapku dengan malu-malu.
“Kamu suka nggak…seperti tadi dengan ibu…?â€�
ungkap ibu tiriku sambil berbaring menghadap ke arahku.
“Hhmm…iya..iya..bu..saya suka.., enak bu..saya baru
merasakan begitu.!�
“Kalau kamu mau, ibu tidak keberatan kamu setubuhi
ibu seperti tadi kapan aja kamu mau, asal jangan ada orang
lain yang tahu..ya…!â€� tegasnya, sambil kembali meraih
kontolku yang sudah mengecil, lalu di usap-usapnya dengan
lembut.
“Kamu suka nggak ibu ginikan…?â€� ungkapnya
dengan nada yang genit, sambil sesekali batang kontolku
dikocoknya.
“I..ya..bu…ssshhh.. ge..li..buu..!â€� ungkapku terbata-
bata.
Ibu tiriku pun semakin jadi memainkan kontolku,
dikulumnya dalam-dalam, lalu dijilat-jilat ujungnya dengan
gemas.
“Aaahh…oouww…ibuuu…â€� aku mulai merintih
menahan geli bercampur nikmat. Dalam sekejap kontolku
sudah mengacung tegang keatas, melihat hal itu ibu tiriku
semakin bergairah melumat habis batang kontolku mulai
dari bijinya sampai ke ujung, terus berulang-ulang.
“Kamu juga boleh pegang-pegang memek ibu…!â€�
ungkapnya sambil menarik tanganku dan menempelkannya
di atas lobang memeknya persis. Rupanya ibu tiriku sudah
sejak tadi terangsang sewaktu melihat kontolku mulai
ngaceng, terlihat dari memeknya sudah terasa basah.
Tanganku yang satu lagi meraba payudara ibu tiriku yang
begitu menggemaskan. Kain batik putih yang dipakainya
pun sudah terlihat acak-acakan karena rabaan dan
remasanku yang mulai berani ke seluruh bagian tubuhnya
yang sangat menggairahkan itu.
“Ayo masukin…..ibu udah nggak tahan nih…!â€�
ungkapnya dengan nakal.
Tanpa pikir panjang lagi langsung kubenamkan seluruh
batang kontolku ke lobang memek ibu tiriku itu.
“Aaaah….oohhh…oooh…!!â€� aku mulai merancu
tidak karuan saking luar biasa nikmatnya. Aku langsung
menggenjot batang kontolku keluar masuk di dalam lobang
memek ibu tiriku itu.
Ibu tiriku terlihat begitu seksi sekali dalam keadaan
setengah bugil seperti itu. Kain batiknya melorot ketarik
oleh genjotanku. Tak lama kubalikan tubuh ibu tiriku agar
posisinya membelakangiku. Woow pantatnya yang montok
dan gempal terlihat menungging persis di depan kontolku
yang sudah sangat tegang, langsung saja kusodokkan ke
lubang syurga ibu tiriku.
“Aaw…aaw….ouww…nikmat sekaliii…!!â€� ibu
tiriku merintih sambil menahan hentakan batang kontolku
yang makin dalam. Tiba-tiba pantat ibu tiriku mulai terlihat
gemetar seakan sudah mendekati orgasme.
“Aaaaw….ibu mau keluaaar….creekk crerkk creekâ€�
air mani ibu tiriku muncrat sewaktu kontolku menusuk-
nusuk memeknya yang empuk dan padat itu.
Aku terus menggenjotnya, gerakanku semakin cepat, batang
kontolku pun terlihat semakin gencar menghunjam lobang
memek ibu tiriku. Ibu tiriku memang pandai, dia putar-
putar pantatnya bergoyang berlawanan dengan genjotanku,
sampai akhirnya aku merasa seperti di pilin-pilin nggak
karuan.
“Aaaaw…oouhh….crottt..crottt…crottt.. uuhh..!!â€�
air maniku tiba-tiba saja muncrat tak tertahankan dalam
lobang memek ibu tiriku. Gila aku benar-benar nggak kuat
lagi menahannya, memang luar biasa permainan ibu tiriku,
tidak kuduga sampai seperti ini kenikmatan yang tersimpan
dalam tubuh montoknya, ungkapku dalam hati.
Puas sekali rasanya, akupun kembali terkulai lemas
disebelah tubuh ibu tiriku, begitu gencarnya permainan tadi,
tanpa kusadari kain batik panjang ibu tiriku telah melilit
ketat dari kaki sampai kepinggangku, mengikatku jadi satu
dengan tubuh ibu tiriku, kami pun terbalut rapat sehingga
sulit bergerak, karena dinginnya udara malam di tengah
hutan saat itu, akhirnya aku dan ibu tiriku membiarkan
tubuh kami dalam keadaan berpelukan seperti itu sampai
pagi harinya.
bersambung
 
Lanjutkan gan
(y) ‎​‎​‎​ː̗̀☀̤̣̈̇ː̖́Mant@º°˚˚°º(y)
 
kaya nang gunung kemukus bae....syarate penak banget ya........heemmmmmmmmm pgin loh :semangat:
 
Pada hari ke lima, merupakan puncak acara ritual sebelum
kami kembali ke Jakarta, dimana sebelumnya selama empat
hari berturut-turut aku dan ibu tiriku tak henti-henntinya
melakukan persetubuhan baik siang maupun malamnya,
bukan sekedar memenuhi persyaratan ritual kami semata,
namun bagiku peritiwa tersebut merupakan sebuah
kenikmatan tersendiri yang sebelumnya tidak pernah aku
rasakan. Anggap saja suatu hal baru yang luar biasa,
mengenai siapa lawannya mainku saat itu yang
sesungguhnya adalah ibu tiriku sendiri, yang mana ayahku
pun pernah menikmati tubuhnya selama bertahun-tahun ya
anggap saja kecelakaan. Tapi sungguh aku merasakan suatu
kepuasan tersendiri dari petualangan pesugihan itu.
Di gubuk itu ibu tiriku jadi seperti istriku, melayaniku
setiap saat, apalagi bersetubuh saat itu bagiku adalah hal
baru, yang pasti aku lagi getol-getolnya, akhirnya ibu tiriku
jadi bulan-bulanan gairah birahiku hampir setiap jam,
bagaimana tidak kalau hampir setiap jam itu pula kontolku
ngaceng. Selama di gubuk itu tubuh ibu tiriku hanya
terbungkus kain batik panjang sebatas dada sampai lututnya,
separuh dari tubuh ibu tiriku yang montok dan mulus itu
dibiarkan terbuka tanpa sehelai benang pun yang
menutupinya, pemandangan itu setiap saat selalu terlihat di
depan mataku, mau nggak mau kontolku ngaceng terus,
terpaksalah setiap satu jam sekali ibu tiriku jadi sasaran
nafsu birahiku, dan memeknya jadi saluran pembuangan air
maniku.
Pokoknya melebihi dari persyaratan yang ditentukan, yang
sebenarnya dengan tujuh kali persetubuhan saja sudah
cukup. Sedangkan aku dan ibu tiriku sehari semalam bisa
sepuluh kali, jadi kalau lima hari berarti aku bersetubuh
dengan ibu tiriku sebanyak lima puluh kali. Wah hebat juga
ya…
Kini tibalah malam terakhir, atau lebih jelasnya puncak
ritual dari pesugihan yang kami tempuh. Saat itu seperti
biasa ibu tiriku hanya mengenakan kain panjangnya yang
berwarna coklat sebatas dada sampai lututnya, dengan
membawa peralatan seperlunya menunggu Mang Karsim di
emper gubuk. Tidak lama Mang Karsim pun datang dengan
seorang kakek, katanya orang sakti di situ, yang biasa
dipanggil eyang kuncen, singkat cerita kami pun berangkat
ke tengah hutan, ke kuburan keramat tempat ritual akan
dilaksanakan.
Sesampai di sana ritual pun dimulai, dipimpin eyang kuncen
tadi, aku dan ibu tiriku ikut bersemedi sambil duduk di atas
tikar yang telah disiapkan. Kurang lebih satu jam
berlangsungnya pembacaan mantra, si eyang kuncen
menyodorkan air putih kepada aku dan ibu tiriku, yang
telah dibacakan mantra-mantra olehnya.
Lalu eyang kuncen memberi isyarat agar ibu tiriku
duduknya mendekat didepannya, aku pun tidak mengerti
apa yang akan dilakukan selanjutnya, suasana saat itu benar-
benar sepi, yang terdengar hanya bunyi dedaunan yang
tertiup angin. Ibu tiriku dibaringkan di atas tikar tadi
dengan posisi terlentang, kulihat eyang kuncen kembali
membaca mantra-mantranya, tapi tangannya bergerak
menelusuri tubuh ibu tiriku, hampir identik dengan meraba,
sementara kain batik panjang yang berwarna coklat masih
tetap melekat di tubuh ibu tiriku. Lama kelamaan rabaan
tangan si eyang kuncen tadi makin liar, hampir keseluruh
bagian tubuh ibu tiriku, tak luput pada bagian-bagian
sensitifnya. Aku tetap berusaha tenang menyaksikan adegan
itu, tak ketinggalan Mang Karsim pun menyaksikan adegan
itu dengan penuh perhatian.
Tapi keadaan jadi agak panas saat rabaan si eyang mengarah
ke dalam kain panjang yang menutupi tubuh ibu tiriku,
tangannya menelusuri sela-sela kaki ibu tiriku menuju ke
selangkangannya, setahuku ibu tiriku tidak memakai celana
dalam lagi, berarti rabaan si eyeng itu langsung mengenai
memek ibu tiruku. Sepuluh menit sudah si eyang
mengobok-obok memek ibu tiriku, sementara tangan yang
satunya meraba payudara ibu tiriku sampai ikatan kain
panjang yang dipakai oleh ibu tiriku terlepas.
“Ooouh…ooouh…ssshh..!â€� ibu tiriku mendesis
pelah merasakan rangsangan tangan si eyang kuncen itu.
Aku jadi ikut-ikutan terangsang melihat ibu tiriku diraba-
raba seperti itu. Kontan saja kontolku jadi ngaceng juga
gara-gara si eyang itu.
Tapi betapa kagetnya aku ketika si eyang kuncen
menurunkan celana kolornya dan mengeluarkan kontolnya
yang belum begitu tegang. Lalu dia singkapkan kain
panjang ibu tiriku persis yang menutupi bagian sensitifnya,
sehingga terbukalah mulai dari selangkangan sampai terlihat
dengan jelas memek ibu tiriku yang gempal dan padat. Si
eyang terus mengocok kontolnya, sampai terlihat mulai
ngaceng sedikit, lalu diangkatnya kedua paha ibu tiriku
sehingga mengangkang di depannya, si eyang kuncen pun
mulai mengarahkan ujung kontolnya ke lobang memek ibu
tiriku, di gesek-gesekkannya terlebih dahulu batang
kontolnya oleh si eyang di sela-sela paha ibu tiriku yang
terlihat sangat putih, mulus dan menggairahkan itu,
mungkin biar tambah ngaceng, pikirku dalam hati. Tak
berapa lama dia dorong ujung kontolnya sampai terbenam
semua ke dalam lobang memek ibu tiriku. Anehnya ibu
tiriku tidak protes sedikitpun, seakan-akan dia pasrah atas
perlakuan si eyang itu. Tampak si eyang mulai menggenjot
kontolnya ke dalam memek ibu tiriku, sialan juga si eyang
ini, pikirku dalam hati.
“Ooo…iya…ah..aah..aah..cretts..cretts..crett..huuaah..!â
€� si eyang mengeluh saking lelahnya telah
menyemprotkan air maninya di dalam memek ibu tiriku.
Aku jadi kasihan melihat ibu tiriku dalam posisi tergeletak
diatas tikar dengan keadaan setengah telanjang seperti itu,
sementara si eyang selesai melampiaskan nafsunya tampak
terhuyung-huyung menuju ke bawah pohon untuk buang air
kecil. Begitu aku hendak menutupi memek ibu tiriku
dengan kain panjangnya yang tengah tersingkap, tiba-tiba
Mang Karsim melarangku sambil dia ambil posisi seperti si
eyang tadi, persis ditengah-tengah selangkangan ibu tiriku.
Tangannya mulai meraba-raba ke memek ibu tiriku,
sementara tangan satunya terus mengocok-ngocok batang
kontolnya sampe terlihat tegang sekali.
“Blesh…plept…crok..crok..â€� dalam sekejap saja
kontol Mang Karsim sudah terbenam dalam memek ibu
tiriku yang sudah basah terlumuri air oleh maninya si eyang
sialan tadi. Waduh gimana nanti giliranku, pasti sudah
banjir, pikirku dalam hati.
Mang Karsim dengan penuh nafsu terus menggenjot
kontolnya ke dalam memek ibu tiriku, tangannya sibuk
meraba-raba ke seluruh tubuh ibu tiriku dengan ganasnya.
“Uuuhh…ooow…jangan keras-keras…!â€� ujar ibu
tiriku mulai sadar kalau dirinya sedang diantri oleh orang-
orang sialan ini, pikirku.
“Ooouh..ooohh..sshh…aaah..aah..!â€� Mang Karsim
pun seperti mengigau menahan nikmatnya menyetubuhi ibu
tiriku. Hentakan demi hentakan kasar dihunjamkannya ke
memek ibu tiriku oleh Mang Karsim. Kelihatannya di
menggunakan ilmu aji mumpung, kapan lagi bisa dapat
mangsa yang molek dan mulus seperti ibu tiriku ini. Dia
puas-puasin aja, apalagi ini malam terakhir aku dan ibu
tiriku di kampung ini.
Tidak lama si eyang menghampiri kea rah kami sambil
memberi isyarat kepada Mang Karsim agar segera
menyudahi persetubuhannya terhadap ibu tiriku. Mang
Karsim pun segera menggenjot kontolnya lebih cepat lagi,
sampai kain panjang yang dipakai menutupi tubuh ibu tiriku
terlepas tidak karuan, kesempatan itu tidak disia-siakan ole
Mang Karsim untuk menggerayangi seluruh tubuh ibu tiriku
yang sudah hampir terbuka seluruhnya. Tampak payudara
ibu tiriku bergoyang dengan keras karena dorongan Mang
Karsim yang lagi menggenjot paksa memek ibu tiriku.
“Oooh…ohh…ohh..ohh…crotts…crottsâ
€¦crott..uuuhh..!â€� Mang Karsim nampaknya mengalami
orgasme, air maninya dibiarkan menyemprot di dalam
lobang memek ibu tiriku. Ampun deh, masa aku harus dapat
sisa-sisa dari orang-orang ini, pikirku.
Tapi apa mau dikata kalau memang itu syaratnya, ya apa
boleh buat. Mudah-mudahan saja tidak harus sampai kesitu,
pikirku. Disatu sisi aku kasihan terhadap ibu tiriku yang
sudah terlanjur dating ke kampong ini, di sisi lain aku tidak
tega dia disetubuhi orang lain terus yang tidak jelas pula
asal usulnya. Ternyata menurut si eyang ritual kami selesai,
artinya kami persiapan menuju ke gubuk lagi. Sambil
tertatih-tatih ibu tiriku berjalan bersama kami menuju
gubuk, lumayan jauh juga jaraknya.
Belum sampai ke gubuk, perjalanan kami dikagetkan
dengan segerombolan pemuda yang menghadang kami
dengan bersenjatakan golok-golok yang tajam. Kami pun
terhenti, tampak dari sekelompok anak-anak muda tersebut
mengusir Mang Karsim dan si eyang dengan bahasa daerah
yang sama sekali kami tidak memahaminya, mereka berdua
pun bergegas meninggalkan aku dan ibu tiriku di tengah-
tengah berandalan tadi.
Salah satu dari mereka tersenyum jahat sambil menatap ke
tubuh ibu tiriku mulai dari ujung kaki sampai ke kepala.
Lalu mereka saling berbisik sesama temannya, akhirnya
seorang anak berandalan itu maju dan mengancam ibu tiriku
agar melepas kain panjang yang melingkar ditubuhnya,
terlihat ibu tiriku mulai gemetar ketakutan. Akhirnya ibu
tiriku menuruti keinginan mereka, perlahan-lahan ibutiriku
melepas ikatan kain panjang yang dipakainya itu, lalu
perlahan-lahan melepasnya hingga kain itu melorot jatuh ke
tanah. Anak-anak berandalan tersebut tersenyum kagum
melihat kemolekan tubuh ibu tiriku yang montok dan mulus
itu.
Lalu satu dari mereka menghampiri kearah ibu tiriku berdiri
sambil mengusap-usap pipi ibu tiriku, terus tangannya
bergeser ke arah payudara, lantas kedua tangannya
meremmas-remas payudara ibu tiriku yang sudah tergantung
bebas itu. Satu lagi dari mereka menghampiri ibu tiriku,
lalu meremas-remas pantat ibu tiriku dengan penuh nafsu.
Aku terdiam dibawah ancaman senjata tajam mereka,
sementara kulihat ibu tiriku mulai dibaringkan paksa oleh
mereka, sambil digerayangi rame-rame. Ada yang mulai
menurunkan celananya, ada juga yang masih mengocok-
ngocok kontolnya, ada juga yang mengsesek-gesekan batang
kontolnya di pipi ibu tiriku, bahkan ada juga kulihat yang
kontolnya sudah sangat tegang. Terlihat satu orang yang
badannya paling besar mengangkat kedua kaki ibu tiriku
lalu membuka kedua paha ibu tiriku itu sambil mengelus-
elus kontolnya yang sudah ngaceng, tiba-tiba ibu tiriku
menjerit menahan sakit ketika anak itu membenamkan
batang kontolnya yang sudah sangat tegang ke dalam
memek ibu tiriku.
“Aduuuh……aduuuh…ampuun..sakiit…!â€� teriak
ibu tiriku karena memeknya ditembus oleh kontol anak itu
dengan paksa. Secara bergantian satu persatu, dari mereka
menyetubuhi ibu tiriku yang tergeletak tak berdaya diatas
rerumputan.
Kulihat memek ibu tiriku sudah dibanjiri ole air mani
mereka, ada juga yang menyemprotkannya ke muka ibu
tiriku, bahkan ada yang meminta ibu tiriku agar
mengulumnya sampai air maninya keluar dalam mulut ibu
tiriku. Dari mereka ada yang sampai orgasme berulang-
ulang lebih dari satu kali.
Kejadian di tengah hutan itu berlangsung kurang lebih tiga
jam, karena pada saat mereka meninggalkan kami terlihat
matahari sudah mulai terbit. Aku sangat prihatin melihat
kondisi tubuh ibu tiriku yang sudah lemas digilir tujuh
orang, berulang-ulang sampai pagi. Terlebih lagi bila
melihat sekujur tubuhnya yang terlihat licin dilumuri air
mani beberapa orang tadi. Akhirnya kami pun kembali ke
gubuk dan langsung berkemas pulang ke Jakarta dengan
kecewa.
Semenjak kejadian itu aku jadi makin sayang terhadap ibu
tiriku, bahkan aku dan ibu tiriku sepakat melupakan
kejadian sial itu untuk selama-lamanya.
Kini aku hidup tenang serumah dengan ibu tiriku,
sebagaimana layaknya suami istri, ibu tiriku tidak sungkan-
sungkan lagi mengatakan kepadaku kalau dirinya sangat
puas dengan keperkasaanku, bahkan hampir tiap hari aku di
buatkan ramuan-ramuan khusus agar lebih jantan lagi saat
bersetubuh dengannya.
Tidak kurang dari lima kali dalam sehari aku dan ibu tiriku
bersetubuh. Kunikmati terus tubuh ibu tiriku setiap saat aku
mau, diapun sangat menikmatinya. Hari demi hari penuh
dengan fantasi dalam kehidupan sex aku dengan ibu tiriku,
dari mulai yang normal-normal saja sampai dengan hal
yang aneh-aneh pun kami lakukan atas kesepakatan berdua
demi kepuasanku dan ibu tiriku tentunya.
Setelah dua tahun kami tinggal bersama, ibu tiriku hamil,
dia mengandung anak dari benihku, aku dan ibu tiriku
sepakat untuk tidak menggugurkan kandungan itu, dan akan
merawat anak tersebut dengan baik.
Sembilan bulan berikutnya anakku dari ibu tiriku itupun
lahir di sebuah kota yang kuanggap aman dari pandangan
orang-orang yang mengenaliku, seorang bayi perempuan
normal yang mungil dan kuberi nama Adinda, kamipun
menyambut gembira kelahirannya.
Kini Adinda telah menjadi seorang gadis jelita yang berusia
sepuluh tahun, dan kami tetap untuk merahasiakan
semuanya sampai kapanpun, sampai akhir khayatku bila
perlu.
TAMAT
 
Harta dunia tak sebanding dengan nikmatnya surga dunia......,
wah ane sange nie gan.......
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd