Kisah ini terjadi sepuluh tahun silam, ketika aku baru kelas
satu SMU, semua itu terjadi karena usaha bisnis ibu tiriku
sepeninggalan almarhum ayahku yang semakin menurun.
Sementara aku anak satu-satunya belum bisa berbuat banyak
untuk membantu beban ibu tiriku itu.
Tibalah suatu ketika ibu tiriku mengajakku ke daerah Jawa
Tengah dimana konon katanya disana ada sebuah kuburan
yang memiliki kekuatan, dan apabila diyakini akan
mengabulkan segala keinginan kita dengan syarat bersedia
melaksanakan semedi serta segala persyaratan lainnya.
Tibalah aku dan ibu tiriku di daerah tersebut, terbayang rasa
ngeri seperti yang biasa kulihat di tayangan-tayangan
televisi dan film-film horror. Namun ibu tiriku memberi
tahuku agar bersikap tenang, dan selalu ingat tujuan kami
kesana, memang untuk merubah nasib.
Sesampainya disana kami disambut oleh seorang laki-laki
yang bertubuh agak tinggi besar, yang dikenal sebagai
penunggu gunung tersebut. âTentu orang sakti nihâ
�pikirku dalam hati.
Aku dan ibu tiriku diarahkan menuju sebuah rumah kecil
menyerupai gubuk ditengah hutan, saat itu hari sudah senja,
sehingga suasana mulai sepi dan hanya ada pelita kecil
untuk penerangan di rumah itu.
Kami pun istirahat di gubuk itu sambil menunggu Mang
Karsim si penunggu kuburan yang memandu kami tadi.
Tak seberapa lama Mang Karsim pun datang, lalu dia
menjelaskan syarat yang harus kami penuhi, memang dari
pengalaman yang sudah-sudah banyak yang sukses sepulang
semedi di sini asalkan bersedia memenuhi segala persyaratan
yang dikehendaki oleh kekuatan gaib disitu dengan sepenuh
hati.
Tampak ibu tiriku berbincang-bincang dengan Mang
Karsim dalam bahasa daerah, intinya kami harus berada di
gubuk itu selama lima hari sambil melaksanakan semedi di
kuburan yang ada di puncak gunung itu. Menjelang jam dua
belas aku dan ibu tiriku bersiap-siap menuju ke kuburan
keramat itu dengan membawa sesajen dan sebuah tikar, aku
sedikit heran saat itu ibuku mengenakan kain batik putih
garis-garis hitam dan baju kebaya, seperti mau ke undangan
saja pikirku dalam hati.
Kamipun berangkat menyusuri kegelapan dengan diterangi
sebuah lentera kecil. Sesampainya di kuburan, Mang Karsim
langsung memimpin ritual khusus di atas kuburan keramat
itu. Setelah berlangsung sekitar empat puluh lima menit,
Mang Karsim menggelar tikar yang dibawanya, lalu
mendekat ke arah kami sambil mengatakan bahwa syarat
terakhir sudah bisa dilaksanakan, yaitu aku harus
menyetubuhi ibu tiriku diatas tikar itu. Ya ampun kenapa
harus seperti itu sih, mana mungkin bisa begitu, pikirku
dalam hati. Aku saling menatap dengan ibu tiriku.
âYa sudahlahâ¦.kalau memang itu syaratnya..!â� kata
ibu tiriku dengan nada pasrah. Mendadak tatapanku jadi
kabur sesaat, dan agak limbung rasanya. Kulihat ibu tiriku
seperti bukan sosok yang biasanya, aku tidak mengerti
kenapa pikiranku jadi berubah seperti itu, saat itu ibu tiriku
seperti sosok perempuan yang menggairahkan birahiku.
Dalam keadaan seperti setengah sadar ibu tiriku,
membisikkan sesuatu padaku.
âKamu nggak usah takut, ikuti saja yang ibu lakukanâ
� ungkapnya dengan nada pelan sambil membaringkan
tubuhku di atas tikar itu.
Lalu dia lucuti semua celana dan bajuku, aku diam seperti
terkesima, saat ibu tiriku mulai mengusap-usap kontolku,
aku mulai merasakan rangsangannya, perlahan-lahan
kontolku mulai dikocoknya, akhirnya kontolku ngaceng
juga di tangan ibu tiriku. diapun hanya tersenyum melihat
kontolku yang dalam sekejap sudah tegang dan keras.
Sungguh tidak pernah kubayangkan sebelumnya, aku
diperlakukan seperti itu oleh ibu tiriku.
âPunyamu lumayan gede juga yaâ¦.â�sambil terus
menggenggam batang kontolku sambil sesekali
mengocoknya. Gila ternyata nikmat sekali rasanya, tangan
ibu tiriku, ingin sekali rasanya meremas-remas seluruh
lekuk tubuhnya, tapi mana mungkin pikirku.
Dia pun mulai memasukan seluruh batang kontolku ke
dalam mulutnya, sampai mentok. âAaakhâ¦buuuâ¦saya
geliâ¦.!!â� jawabku spontan.
âIyaâ¦ibu tahuâ¦baru kali ini kamu merasakannya..!â
� ungkap ibu tiriku, yang terus menjilati batang kontolku
berulang-ulang, sambil diselingi dengan kocokan, sampai-
sampai aku kelojotan menahan rasa geli bercampur nikmat.
Tanpa kusadari ternyata kejadian itu tak luput dari
pemantauan Mang Karsim, kira-kira dari jarak du meter
Mang Karsim memperhatikan gerakan ibu tiriku yang
tengah mengulum batang kontolku, lalu di memberi kode
kepada ibu tiriku agar segera memulai persetubuhannya
denganku. Ibu tiriku perlahan melepas kancing baju
kebayanya dan melepas bra yang membungkus
payudaranya. Woow bulat, mulus dan masih kencang,
mungkin karena ibu tiriku cukup lama menjanda, sehingga
payudaranya tidak pernah tersentuh tangan laki-laki
makanya terlihat masih utuh dan montok sekali.
Aku semakin bergairah, dan sangat terangsang ketika ibu
tiriku mulai melonggarkan lilitan kain batik putih yang
dipakainya, dan melilitkannya kembali secara asal-asalan di
pinggangnya, anggap saja memberi keleluasaan agar dapat
menyingkapkannya dengan mudah. Ternyata benar
dugaanku, ibu tiriku langsung terlentang dengan posisi
kedua pahanya yang sudah mengangkang.
âAyo naik kesiniâ¦!â�ungkapnya, sambil
mengarahkan tangannya agar aku segera menuju ke tengah-
tengah selangkangannya itu.
âGimana buâ¦saya nggak ngerti..?â�ungkapku
bingung.
âYa uda siniâ¦ibu yang masukin anumu ke punya ibu..!â
� ungkapnya dengan manja.
âBleppâ¦plepp..cluppp..â� dalam sekejap saja batang
kontolku terbenam seluruhnya ke dalam memek ibu tiriku
yang masih sempit dan empuk itu.
âAaaakhhâ¦..aaahhâ¦.ssshhâ¦ooouhâ¦ibuuuâ¦!â
�aku mendesis merasakan nikmat dan hangatnya lobang
memek ibu tiriku.
âNggak apa-apa kanâ¦..?â�ungkap ibu tiriku sambil
mengusap-usap punggungku.
âYa uda jangan ragu-raguâ¦.terus teken yang dalam..!â
�kata ibu tiriku mengajari aku.
Akupun mulai menggenjot kontolku keluar masuk lobang
memek ibu tiriku, lama-lama aku jadi terbiasa dan bisa
menikmatinya. Luar biasa sekali nikmatnya pikirku. Saat itu
tak terpikir lagi kalau yang sedang kusetubuhi itu adalah ibu
tiriku, yang pernah juga ditiduri oleh ayahku.
Sebelumnya tidak pernah terlintas dipikiranku untuk
bersetubuh dengan ibu tiriku, walaupun beberapa tahun
silam sering kulihat ayahku saat lagi mencumbu ibu tiriku
ini. Setelah kami tinggal di rumah berdua pun tidak pernah
terlintas pikiran kotorku terhadap ibu tiriku, sekalipun
dalam kesehariannya di rumah, ibu tiriku selalu berpakaian
seksi, seperti mengenakan daster yang sangat pendek,
bahkan tidak jarang ibu tiriku tidur bersamaku dengan
dasternya yang tersingkap kemana-mana sehingga dari paha
sampai pantatnya terlihat jelas tanpa sehelai benangpun
menutupinya, namun hal tersebut tidak pernah mengganggu
pikiranku, apalagi sampai membuatku ingin
menyetubuhinya.
Tapi kali ini aku benar-benar terangsang sekali, bahkan aku
tengah menyetubuhinya dengan penuh nafsu. Mang Karim
pun ikut terbelalak matanya sambil berkali-kali terlihat
menelan ludahnya, saat ibu tiriku berganti posisi
menungging sambil menyingkapkan kain batik yang
menutupi bagian pantatnya, sehingga terlihat jelas dua
bulatan pantatnya yang menonjol, padat, putih, mulus.
Akupun tidak menyia-nyiakan kesempatan itu, segera
kuelus-elus batang kontolku lalu kembali kuarahkan ke
lobang memek ibu tiriku dari belakang.
âAaahâ¦ssshhhâ¦ooohhâ¦ibuuuâ¦nikmat
sekaliii..buu..!â� ungkapku sambil terus meremas-remas
bulatan pantat ibu tiriku yang tengah menungging kearahku.
Ibu tiriku memaju mundurkan pantatnya sehingga terlihat
kontolku seperti sedang diasah dalam memek ibu tiriku.
Aku heran juga melihat Mang Karim yang kelihatan gelisah
sambil mengelus-elus kontolnya sendiri, rupanya di
terangsang melihat adeganku tadi. Dia pun mendekatkan
posisinya ke sebelahku, nampaknya dia penasaran ingin
melihat dari dekat adeganku dan mulusnya pantat ibu tiriku
yang lagi ku remas-remas dan kugenjot dengan kontolku
itu. Tiba-tiba saja Mang Karim pun menurunkan celana
kolornya, lalu dia keluarkan kontolnya yang sudah tegang
mengacung ke atas, sorot matanya terus tertuju ke pantat
ibu tiriku yang lagi ku genjot itu.
â�Saya nggak tahan juga Masâ¦.!â�katanya kepadaku,
sambil mengocok kontolnya yang sudah ngaceng.
Kulihat ibu tiriku yang lagi nungging menoleh kebelakang
sambil tersenyum geli melihat tingkah Mang Karim yang
ikut-ikutan terangsang oleh tubuh montoknya.
Kukembalikan segera konsentrasiku pada tubuh ibu tiriku
yang sedang kutunggangi dengan penuh nafsu itu.
Genjotanku semakin kupercepat, aku tidak tahan seakan
batang kontolku lagi diremas-remas oleh dinding memek
ibu tiriku, seperti dipijit-pijit, rasa geli bercampur nikmat,
apalagi saat ibu tiriku memainkan lobang memeknya
menjepit batang kontolku saat kubenamkan seluruhnya ke
dalam.
âAaaahâ¦.oouuwâ¦iii..buuuâ¦saa..yaâ¦nggak tahaanâ
¦buuuâ¦!â�aku mengerang dengan penuh nikmat.
âIyaaaâ¦.ayo terusin..sayangâ¦sampai keluar yaâ¦!â�
ungkap ibu tiriku terbata-bata karena hentakanku pada
pantatnya.
Aku mulai merasakan dorongan yang kuat yang hendak
meletus, air maniku seakan sudah di ujung kontolku, yang
akan segera memuntahkannya ke dalam lobang memek ibu
tiriku.
Tiba-tiba tubuhku terasa gemetar, darahku berdesir dengan
cepat diseluruh tubuhku, seakan menahan puncak birahi
yang luar biasa nikmatnya, seiring dorongan air maniku
yang akan ku*kan keluar dari batang kontolku.
âAaaahhâ¦.ooouuhhâ¦ibuuuâ¦crottâ¦crottt..crotttâ¦
oouuuww..!!â� akhirnya air maniku muncrat,
menyemprot keseluruh dinding lobang memek ibu tiriku,
sungguh betapa nikmatnya menyetubuhi ibu tiriku. Tidak
pernah terbayang olehku sebelumnya, kalau tubuh ibu tiriku
yang sehari-hari didepan mataku, ternyata bisa memberikan
kenikmatan yang luar biasa terhadapku.
Aku terkulai lemas diatas tikar, sementara ibu tiriku yang
masih dalam posisi nungging, terlihat membersihkan sisa air
maniku yang berceceran di atas memeknya dengan
menggunakan kain batiknya, dia pun tersenyum puas atas
kebolehanku tadi, sambil mengusap-usapkan kain batik tadi
ke batang kontolku yang mulai kembali ke ukuran semula.
Tinggallah Mang Karsim saat itu yang terus mengocok
kontolnya sendiri. Melihat hal itu ibu tiriku segera bangun
dan duduk di atas tikar, lalu diraihnya batang kontol Mang
Karsim yang sedang tegang-tegangnya itu. Aku jadi tambah
bingung, kok ibu tiriku mau megangin kontol Mang
Karsim, mungkin sekalian kotor barangkali, atau sebagai
bonus saja buat dia yang sudah memandu kami, pikirku
dalam hati.
âAduh buâ¦.enak tenanâ¦bu..!â� Mang Karsim
berguman sendiri. Karena sudah tidak tahan sejak tadi
melihat kemolekan dan kemulusan tubuh ibu tiriku, Mang
Karsim bagaikan ketiban durian runtuh, seumur-umur
baginya tidak pernah melihat tubuh semulus itu. Dia pun
mengerang sekuatnya berusaha menahan air maninya agar
tidak segera keluar, dia ingin lebih lama kontolnya dikocok
oleh ibu tiriku, maklumlah bagi dia kesempatan seperti ini
belum tentu dia dapatkan sepuluh tahun sekali. Namun apa
daya air mani Mang Karsim tak bisa dibendung lagi, ibu
tiriku memang sangat paham sekali bagaimana cara
memuncratkannya dengan cepat, melalui sedikit sentuhan-
sentuhan rahasia di bagian tertentu pada batang kontol Mang
Karsim, akhirnya air mani Mang Karsim tumpah ruah di
kain batik putih yang dipakai ibu tiriku, bahkan saking
bernafsunya air mani Mang Karsim sebagian menyemprot di
payudara ibu tiriku, air mani Mang Karsim terlihat kental
sekali, mungkin karena sudah sepeluh tahun dia menduda.
Tidak lama kami pun bergegas kembali ke gubuk untuk
istirahat, sementara Mang Karim malam itu dengan setia
menunggui kami sampai tertidur di emper gubuk.
Sementara aku berada satu kamar bersama ibu tiriku dalam
gubuk itu, tentu atas permintaan dari ibu tiriku sendiri agar
aku menemaninya. Malam ibu tiriku bertanya padaku
bagaimana perasaanku, sambil menghiburku agar tidak
kaget atas kejadian di kuburan keramat itu.
âSaya takut buâ¦.sa..yaâ¦biâ¦ngungâ¦â� sambil
terbata-bata.
âIya ibu tahuâ¦ibu ngertiâ¦tapi kamu hebatâ¦â� ibu
tiriku memotong pembicaraanku.
âMaksud ibu hebat gimanaâ¦?â� ungkapku dengan
penuh rasa heran.
âItu lhoâ¦. ibu baru lihatâ¦ternyata punyamu besar
sekali..â� ungkap ibu tiriku sambil berbisik kepadaku.
Aku diam saja mendengar pernyataan itu.
âIbu jadi tertarik aja melihatnya tadiâ¦.sampe sekarang
terbayang terusâ¦!â�kenangnya.
âIya bu, saya juga baru tadi aja melihat tubuh ibu
dengan jelasâ¦!â� ungkapku dengan malu-malu.
âKamu suka nggakâ¦seperti tadi dengan ibuâ¦?â�
ungkap ibu tiriku sambil berbaring menghadap ke arahku.
âHhmmâ¦iya..iya..bu..saya suka.., enak bu..saya baru
merasakan begitu.!â�
âKalau kamu mau, ibu tidak keberatan kamu setubuhi
ibu seperti tadi kapan aja kamu mau, asal jangan ada orang
lain yang tahu..yaâ¦!â� tegasnya, sambil kembali meraih
kontolku yang sudah mengecil, lalu di usap-usapnya dengan
lembut.
âKamu suka nggak ibu ginikanâ¦?â� ungkapnya
dengan nada yang genit, sambil sesekali batang kontolku
dikocoknya.
âI..ya..buâ¦ssshhh.. ge..li..buu..!â� ungkapku terbata-
bata.
Ibu tiriku pun semakin jadi memainkan kontolku,
dikulumnya dalam-dalam, lalu dijilat-jilat ujungnya dengan
gemas.
âAaahhâ¦oouwwâ¦ibuuuâ¦â� aku mulai merintih
menahan geli bercampur nikmat. Dalam sekejap kontolku
sudah mengacung tegang keatas, melihat hal itu ibu tiriku
semakin bergairah melumat habis batang kontolku mulai
dari bijinya sampai ke ujung, terus berulang-ulang.
âKamu juga boleh pegang-pegang memek ibuâ¦!â�
ungkapnya sambil menarik tanganku dan menempelkannya
di atas lobang memeknya persis. Rupanya ibu tiriku sudah
sejak tadi terangsang sewaktu melihat kontolku mulai
ngaceng, terlihat dari memeknya sudah terasa basah.
Tanganku yang satu lagi meraba payudara ibu tiriku yang
begitu menggemaskan. Kain batik putih yang dipakainya
pun sudah terlihat acak-acakan karena rabaan dan
remasanku yang mulai berani ke seluruh bagian tubuhnya
yang sangat menggairahkan itu.
âAyo masukinâ¦..ibu udah nggak tahan nihâ¦!â�
ungkapnya dengan nakal.
Tanpa pikir panjang lagi langsung kubenamkan seluruh
batang kontolku ke lobang memek ibu tiriku itu.
âAaaahâ¦.oohhhâ¦ooohâ¦!!â� aku mulai merancu
tidak karuan saking luar biasa nikmatnya. Aku langsung
menggenjot batang kontolku keluar masuk di dalam lobang
memek ibu tiriku itu.
Ibu tiriku terlihat begitu seksi sekali dalam keadaan
setengah bugil seperti itu. Kain batiknya melorot ketarik
oleh genjotanku. Tak lama kubalikan tubuh ibu tiriku agar
posisinya membelakangiku. Woow pantatnya yang montok
dan gempal terlihat menungging persis di depan kontolku
yang sudah sangat tegang, langsung saja kusodokkan ke
lubang syurga ibu tiriku.
âAawâ¦aawâ¦.ouwwâ¦nikmat sekaliiiâ¦!!â� ibu
tiriku merintih sambil menahan hentakan batang kontolku
yang makin dalam. Tiba-tiba pantat ibu tiriku mulai terlihat
gemetar seakan sudah mendekati orgasme.
âAaaawâ¦.ibu mau keluaaarâ¦.creekk crerkk creekâ�
air mani ibu tiriku muncrat sewaktu kontolku menusuk-
nusuk memeknya yang empuk dan padat itu.
Aku terus menggenjotnya, gerakanku semakin cepat, batang
kontolku pun terlihat semakin gencar menghunjam lobang
memek ibu tiriku. Ibu tiriku memang pandai, dia putar-
putar pantatnya bergoyang berlawanan dengan genjotanku,
sampai akhirnya aku merasa seperti di pilin-pilin nggak
karuan.
âAaaawâ¦oouhhâ¦.crottt..crotttâ¦crottt.. uuhh..!!â�
air maniku tiba-tiba saja muncrat tak tertahankan dalam
lobang memek ibu tiriku. Gila aku benar-benar nggak kuat
lagi menahannya, memang luar biasa permainan ibu tiriku,
tidak kuduga sampai seperti ini kenikmatan yang tersimpan
dalam tubuh montoknya, ungkapku dalam hati.
Puas sekali rasanya, akupun kembali terkulai lemas
disebelah tubuh ibu tiriku, begitu gencarnya permainan tadi,
tanpa kusadari kain batik panjang ibu tiriku telah melilit
ketat dari kaki sampai kepinggangku, mengikatku jadi satu
dengan tubuh ibu tiriku, kami pun terbalut rapat sehingga
sulit bergerak, karena dinginnya udara malam di tengah
hutan saat itu, akhirnya aku dan ibu tiriku membiarkan
tubuh kami dalam keadaan berpelukan seperti itu sampai
pagi harinya.
bersambung
satu SMU, semua itu terjadi karena usaha bisnis ibu tiriku
sepeninggalan almarhum ayahku yang semakin menurun.
Sementara aku anak satu-satunya belum bisa berbuat banyak
untuk membantu beban ibu tiriku itu.
Tibalah suatu ketika ibu tiriku mengajakku ke daerah Jawa
Tengah dimana konon katanya disana ada sebuah kuburan
yang memiliki kekuatan, dan apabila diyakini akan
mengabulkan segala keinginan kita dengan syarat bersedia
melaksanakan semedi serta segala persyaratan lainnya.
Tibalah aku dan ibu tiriku di daerah tersebut, terbayang rasa
ngeri seperti yang biasa kulihat di tayangan-tayangan
televisi dan film-film horror. Namun ibu tiriku memberi
tahuku agar bersikap tenang, dan selalu ingat tujuan kami
kesana, memang untuk merubah nasib.
Sesampainya disana kami disambut oleh seorang laki-laki
yang bertubuh agak tinggi besar, yang dikenal sebagai
penunggu gunung tersebut. âTentu orang sakti nihâ
�pikirku dalam hati.
Aku dan ibu tiriku diarahkan menuju sebuah rumah kecil
menyerupai gubuk ditengah hutan, saat itu hari sudah senja,
sehingga suasana mulai sepi dan hanya ada pelita kecil
untuk penerangan di rumah itu.
Kami pun istirahat di gubuk itu sambil menunggu Mang
Karsim si penunggu kuburan yang memandu kami tadi.
Tak seberapa lama Mang Karsim pun datang, lalu dia
menjelaskan syarat yang harus kami penuhi, memang dari
pengalaman yang sudah-sudah banyak yang sukses sepulang
semedi di sini asalkan bersedia memenuhi segala persyaratan
yang dikehendaki oleh kekuatan gaib disitu dengan sepenuh
hati.
Tampak ibu tiriku berbincang-bincang dengan Mang
Karsim dalam bahasa daerah, intinya kami harus berada di
gubuk itu selama lima hari sambil melaksanakan semedi di
kuburan yang ada di puncak gunung itu. Menjelang jam dua
belas aku dan ibu tiriku bersiap-siap menuju ke kuburan
keramat itu dengan membawa sesajen dan sebuah tikar, aku
sedikit heran saat itu ibuku mengenakan kain batik putih
garis-garis hitam dan baju kebaya, seperti mau ke undangan
saja pikirku dalam hati.
Kamipun berangkat menyusuri kegelapan dengan diterangi
sebuah lentera kecil. Sesampainya di kuburan, Mang Karsim
langsung memimpin ritual khusus di atas kuburan keramat
itu. Setelah berlangsung sekitar empat puluh lima menit,
Mang Karsim menggelar tikar yang dibawanya, lalu
mendekat ke arah kami sambil mengatakan bahwa syarat
terakhir sudah bisa dilaksanakan, yaitu aku harus
menyetubuhi ibu tiriku diatas tikar itu. Ya ampun kenapa
harus seperti itu sih, mana mungkin bisa begitu, pikirku
dalam hati. Aku saling menatap dengan ibu tiriku.
âYa sudahlahâ¦.kalau memang itu syaratnya..!â� kata
ibu tiriku dengan nada pasrah. Mendadak tatapanku jadi
kabur sesaat, dan agak limbung rasanya. Kulihat ibu tiriku
seperti bukan sosok yang biasanya, aku tidak mengerti
kenapa pikiranku jadi berubah seperti itu, saat itu ibu tiriku
seperti sosok perempuan yang menggairahkan birahiku.
Dalam keadaan seperti setengah sadar ibu tiriku,
membisikkan sesuatu padaku.
âKamu nggak usah takut, ikuti saja yang ibu lakukanâ
� ungkapnya dengan nada pelan sambil membaringkan
tubuhku di atas tikar itu.
Lalu dia lucuti semua celana dan bajuku, aku diam seperti
terkesima, saat ibu tiriku mulai mengusap-usap kontolku,
aku mulai merasakan rangsangannya, perlahan-lahan
kontolku mulai dikocoknya, akhirnya kontolku ngaceng
juga di tangan ibu tiriku. diapun hanya tersenyum melihat
kontolku yang dalam sekejap sudah tegang dan keras.
Sungguh tidak pernah kubayangkan sebelumnya, aku
diperlakukan seperti itu oleh ibu tiriku.
âPunyamu lumayan gede juga yaâ¦.â�sambil terus
menggenggam batang kontolku sambil sesekali
mengocoknya. Gila ternyata nikmat sekali rasanya, tangan
ibu tiriku, ingin sekali rasanya meremas-remas seluruh
lekuk tubuhnya, tapi mana mungkin pikirku.
Dia pun mulai memasukan seluruh batang kontolku ke
dalam mulutnya, sampai mentok. âAaakhâ¦buuuâ¦saya
geliâ¦.!!â� jawabku spontan.
âIyaâ¦ibu tahuâ¦baru kali ini kamu merasakannya..!â
� ungkap ibu tiriku, yang terus menjilati batang kontolku
berulang-ulang, sambil diselingi dengan kocokan, sampai-
sampai aku kelojotan menahan rasa geli bercampur nikmat.
Tanpa kusadari ternyata kejadian itu tak luput dari
pemantauan Mang Karsim, kira-kira dari jarak du meter
Mang Karsim memperhatikan gerakan ibu tiriku yang
tengah mengulum batang kontolku, lalu di memberi kode
kepada ibu tiriku agar segera memulai persetubuhannya
denganku. Ibu tiriku perlahan melepas kancing baju
kebayanya dan melepas bra yang membungkus
payudaranya. Woow bulat, mulus dan masih kencang,
mungkin karena ibu tiriku cukup lama menjanda, sehingga
payudaranya tidak pernah tersentuh tangan laki-laki
makanya terlihat masih utuh dan montok sekali.
Aku semakin bergairah, dan sangat terangsang ketika ibu
tiriku mulai melonggarkan lilitan kain batik putih yang
dipakainya, dan melilitkannya kembali secara asal-asalan di
pinggangnya, anggap saja memberi keleluasaan agar dapat
menyingkapkannya dengan mudah. Ternyata benar
dugaanku, ibu tiriku langsung terlentang dengan posisi
kedua pahanya yang sudah mengangkang.
âAyo naik kesiniâ¦!â�ungkapnya, sambil
mengarahkan tangannya agar aku segera menuju ke tengah-
tengah selangkangannya itu.
âGimana buâ¦saya nggak ngerti..?â�ungkapku
bingung.
âYa uda siniâ¦ibu yang masukin anumu ke punya ibu..!â
� ungkapnya dengan manja.
âBleppâ¦plepp..cluppp..â� dalam sekejap saja batang
kontolku terbenam seluruhnya ke dalam memek ibu tiriku
yang masih sempit dan empuk itu.
âAaaakhhâ¦..aaahhâ¦.ssshhâ¦ooouhâ¦ibuuuâ¦!â
�aku mendesis merasakan nikmat dan hangatnya lobang
memek ibu tiriku.
âNggak apa-apa kanâ¦..?â�ungkap ibu tiriku sambil
mengusap-usap punggungku.
âYa uda jangan ragu-raguâ¦.terus teken yang dalam..!â
�kata ibu tiriku mengajari aku.
Akupun mulai menggenjot kontolku keluar masuk lobang
memek ibu tiriku, lama-lama aku jadi terbiasa dan bisa
menikmatinya. Luar biasa sekali nikmatnya pikirku. Saat itu
tak terpikir lagi kalau yang sedang kusetubuhi itu adalah ibu
tiriku, yang pernah juga ditiduri oleh ayahku.
Sebelumnya tidak pernah terlintas dipikiranku untuk
bersetubuh dengan ibu tiriku, walaupun beberapa tahun
silam sering kulihat ayahku saat lagi mencumbu ibu tiriku
ini. Setelah kami tinggal di rumah berdua pun tidak pernah
terlintas pikiran kotorku terhadap ibu tiriku, sekalipun
dalam kesehariannya di rumah, ibu tiriku selalu berpakaian
seksi, seperti mengenakan daster yang sangat pendek,
bahkan tidak jarang ibu tiriku tidur bersamaku dengan
dasternya yang tersingkap kemana-mana sehingga dari paha
sampai pantatnya terlihat jelas tanpa sehelai benangpun
menutupinya, namun hal tersebut tidak pernah mengganggu
pikiranku, apalagi sampai membuatku ingin
menyetubuhinya.
Tapi kali ini aku benar-benar terangsang sekali, bahkan aku
tengah menyetubuhinya dengan penuh nafsu. Mang Karim
pun ikut terbelalak matanya sambil berkali-kali terlihat
menelan ludahnya, saat ibu tiriku berganti posisi
menungging sambil menyingkapkan kain batik yang
menutupi bagian pantatnya, sehingga terlihat jelas dua
bulatan pantatnya yang menonjol, padat, putih, mulus.
Akupun tidak menyia-nyiakan kesempatan itu, segera
kuelus-elus batang kontolku lalu kembali kuarahkan ke
lobang memek ibu tiriku dari belakang.
âAaahâ¦ssshhhâ¦ooohhâ¦ibuuuâ¦nikmat
sekaliii..buu..!â� ungkapku sambil terus meremas-remas
bulatan pantat ibu tiriku yang tengah menungging kearahku.
Ibu tiriku memaju mundurkan pantatnya sehingga terlihat
kontolku seperti sedang diasah dalam memek ibu tiriku.
Aku heran juga melihat Mang Karim yang kelihatan gelisah
sambil mengelus-elus kontolnya sendiri, rupanya di
terangsang melihat adeganku tadi. Dia pun mendekatkan
posisinya ke sebelahku, nampaknya dia penasaran ingin
melihat dari dekat adeganku dan mulusnya pantat ibu tiriku
yang lagi ku remas-remas dan kugenjot dengan kontolku
itu. Tiba-tiba saja Mang Karim pun menurunkan celana
kolornya, lalu dia keluarkan kontolnya yang sudah tegang
mengacung ke atas, sorot matanya terus tertuju ke pantat
ibu tiriku yang lagi ku genjot itu.
â�Saya nggak tahan juga Masâ¦.!â�katanya kepadaku,
sambil mengocok kontolnya yang sudah ngaceng.
Kulihat ibu tiriku yang lagi nungging menoleh kebelakang
sambil tersenyum geli melihat tingkah Mang Karim yang
ikut-ikutan terangsang oleh tubuh montoknya.
Kukembalikan segera konsentrasiku pada tubuh ibu tiriku
yang sedang kutunggangi dengan penuh nafsu itu.
Genjotanku semakin kupercepat, aku tidak tahan seakan
batang kontolku lagi diremas-remas oleh dinding memek
ibu tiriku, seperti dipijit-pijit, rasa geli bercampur nikmat,
apalagi saat ibu tiriku memainkan lobang memeknya
menjepit batang kontolku saat kubenamkan seluruhnya ke
dalam.
âAaaahâ¦.oouuwâ¦iii..buuuâ¦saa..yaâ¦nggak tahaanâ
¦buuuâ¦!â�aku mengerang dengan penuh nikmat.
âIyaaaâ¦.ayo terusin..sayangâ¦sampai keluar yaâ¦!â�
ungkap ibu tiriku terbata-bata karena hentakanku pada
pantatnya.
Aku mulai merasakan dorongan yang kuat yang hendak
meletus, air maniku seakan sudah di ujung kontolku, yang
akan segera memuntahkannya ke dalam lobang memek ibu
tiriku.
Tiba-tiba tubuhku terasa gemetar, darahku berdesir dengan
cepat diseluruh tubuhku, seakan menahan puncak birahi
yang luar biasa nikmatnya, seiring dorongan air maniku
yang akan ku*kan keluar dari batang kontolku.
âAaaahhâ¦.ooouuhhâ¦ibuuuâ¦crottâ¦crottt..crotttâ¦
oouuuww..!!â� akhirnya air maniku muncrat,
menyemprot keseluruh dinding lobang memek ibu tiriku,
sungguh betapa nikmatnya menyetubuhi ibu tiriku. Tidak
pernah terbayang olehku sebelumnya, kalau tubuh ibu tiriku
yang sehari-hari didepan mataku, ternyata bisa memberikan
kenikmatan yang luar biasa terhadapku.
Aku terkulai lemas diatas tikar, sementara ibu tiriku yang
masih dalam posisi nungging, terlihat membersihkan sisa air
maniku yang berceceran di atas memeknya dengan
menggunakan kain batiknya, dia pun tersenyum puas atas
kebolehanku tadi, sambil mengusap-usapkan kain batik tadi
ke batang kontolku yang mulai kembali ke ukuran semula.
Tinggallah Mang Karsim saat itu yang terus mengocok
kontolnya sendiri. Melihat hal itu ibu tiriku segera bangun
dan duduk di atas tikar, lalu diraihnya batang kontol Mang
Karsim yang sedang tegang-tegangnya itu. Aku jadi tambah
bingung, kok ibu tiriku mau megangin kontol Mang
Karsim, mungkin sekalian kotor barangkali, atau sebagai
bonus saja buat dia yang sudah memandu kami, pikirku
dalam hati.
âAduh buâ¦.enak tenanâ¦bu..!â� Mang Karsim
berguman sendiri. Karena sudah tidak tahan sejak tadi
melihat kemolekan dan kemulusan tubuh ibu tiriku, Mang
Karsim bagaikan ketiban durian runtuh, seumur-umur
baginya tidak pernah melihat tubuh semulus itu. Dia pun
mengerang sekuatnya berusaha menahan air maninya agar
tidak segera keluar, dia ingin lebih lama kontolnya dikocok
oleh ibu tiriku, maklumlah bagi dia kesempatan seperti ini
belum tentu dia dapatkan sepuluh tahun sekali. Namun apa
daya air mani Mang Karsim tak bisa dibendung lagi, ibu
tiriku memang sangat paham sekali bagaimana cara
memuncratkannya dengan cepat, melalui sedikit sentuhan-
sentuhan rahasia di bagian tertentu pada batang kontol Mang
Karsim, akhirnya air mani Mang Karsim tumpah ruah di
kain batik putih yang dipakai ibu tiriku, bahkan saking
bernafsunya air mani Mang Karsim sebagian menyemprot di
payudara ibu tiriku, air mani Mang Karsim terlihat kental
sekali, mungkin karena sudah sepeluh tahun dia menduda.
Tidak lama kami pun bergegas kembali ke gubuk untuk
istirahat, sementara Mang Karim malam itu dengan setia
menunggui kami sampai tertidur di emper gubuk.
Sementara aku berada satu kamar bersama ibu tiriku dalam
gubuk itu, tentu atas permintaan dari ibu tiriku sendiri agar
aku menemaninya. Malam ibu tiriku bertanya padaku
bagaimana perasaanku, sambil menghiburku agar tidak
kaget atas kejadian di kuburan keramat itu.
âSaya takut buâ¦.sa..yaâ¦biâ¦ngungâ¦â� sambil
terbata-bata.
âIya ibu tahuâ¦ibu ngertiâ¦tapi kamu hebatâ¦â� ibu
tiriku memotong pembicaraanku.
âMaksud ibu hebat gimanaâ¦?â� ungkapku dengan
penuh rasa heran.
âItu lhoâ¦. ibu baru lihatâ¦ternyata punyamu besar
sekali..â� ungkap ibu tiriku sambil berbisik kepadaku.
Aku diam saja mendengar pernyataan itu.
âIbu jadi tertarik aja melihatnya tadiâ¦.sampe sekarang
terbayang terusâ¦!â�kenangnya.
âIya bu, saya juga baru tadi aja melihat tubuh ibu
dengan jelasâ¦!â� ungkapku dengan malu-malu.
âKamu suka nggakâ¦seperti tadi dengan ibuâ¦?â�
ungkap ibu tiriku sambil berbaring menghadap ke arahku.
âHhmmâ¦iya..iya..bu..saya suka.., enak bu..saya baru
merasakan begitu.!â�
âKalau kamu mau, ibu tidak keberatan kamu setubuhi
ibu seperti tadi kapan aja kamu mau, asal jangan ada orang
lain yang tahu..yaâ¦!â� tegasnya, sambil kembali meraih
kontolku yang sudah mengecil, lalu di usap-usapnya dengan
lembut.
âKamu suka nggak ibu ginikanâ¦?â� ungkapnya
dengan nada yang genit, sambil sesekali batang kontolku
dikocoknya.
âI..ya..buâ¦ssshhh.. ge..li..buu..!â� ungkapku terbata-
bata.
Ibu tiriku pun semakin jadi memainkan kontolku,
dikulumnya dalam-dalam, lalu dijilat-jilat ujungnya dengan
gemas.
âAaahhâ¦oouwwâ¦ibuuuâ¦â� aku mulai merintih
menahan geli bercampur nikmat. Dalam sekejap kontolku
sudah mengacung tegang keatas, melihat hal itu ibu tiriku
semakin bergairah melumat habis batang kontolku mulai
dari bijinya sampai ke ujung, terus berulang-ulang.
âKamu juga boleh pegang-pegang memek ibuâ¦!â�
ungkapnya sambil menarik tanganku dan menempelkannya
di atas lobang memeknya persis. Rupanya ibu tiriku sudah
sejak tadi terangsang sewaktu melihat kontolku mulai
ngaceng, terlihat dari memeknya sudah terasa basah.
Tanganku yang satu lagi meraba payudara ibu tiriku yang
begitu menggemaskan. Kain batik putih yang dipakainya
pun sudah terlihat acak-acakan karena rabaan dan
remasanku yang mulai berani ke seluruh bagian tubuhnya
yang sangat menggairahkan itu.
âAyo masukinâ¦..ibu udah nggak tahan nihâ¦!â�
ungkapnya dengan nakal.
Tanpa pikir panjang lagi langsung kubenamkan seluruh
batang kontolku ke lobang memek ibu tiriku itu.
âAaaahâ¦.oohhhâ¦ooohâ¦!!â� aku mulai merancu
tidak karuan saking luar biasa nikmatnya. Aku langsung
menggenjot batang kontolku keluar masuk di dalam lobang
memek ibu tiriku itu.
Ibu tiriku terlihat begitu seksi sekali dalam keadaan
setengah bugil seperti itu. Kain batiknya melorot ketarik
oleh genjotanku. Tak lama kubalikan tubuh ibu tiriku agar
posisinya membelakangiku. Woow pantatnya yang montok
dan gempal terlihat menungging persis di depan kontolku
yang sudah sangat tegang, langsung saja kusodokkan ke
lubang syurga ibu tiriku.
âAawâ¦aawâ¦.ouwwâ¦nikmat sekaliiiâ¦!!â� ibu
tiriku merintih sambil menahan hentakan batang kontolku
yang makin dalam. Tiba-tiba pantat ibu tiriku mulai terlihat
gemetar seakan sudah mendekati orgasme.
âAaaawâ¦.ibu mau keluaaarâ¦.creekk crerkk creekâ�
air mani ibu tiriku muncrat sewaktu kontolku menusuk-
nusuk memeknya yang empuk dan padat itu.
Aku terus menggenjotnya, gerakanku semakin cepat, batang
kontolku pun terlihat semakin gencar menghunjam lobang
memek ibu tiriku. Ibu tiriku memang pandai, dia putar-
putar pantatnya bergoyang berlawanan dengan genjotanku,
sampai akhirnya aku merasa seperti di pilin-pilin nggak
karuan.
âAaaawâ¦oouhhâ¦.crottt..crotttâ¦crottt.. uuhh..!!â�
air maniku tiba-tiba saja muncrat tak tertahankan dalam
lobang memek ibu tiriku. Gila aku benar-benar nggak kuat
lagi menahannya, memang luar biasa permainan ibu tiriku,
tidak kuduga sampai seperti ini kenikmatan yang tersimpan
dalam tubuh montoknya, ungkapku dalam hati.
Puas sekali rasanya, akupun kembali terkulai lemas
disebelah tubuh ibu tiriku, begitu gencarnya permainan tadi,
tanpa kusadari kain batik panjang ibu tiriku telah melilit
ketat dari kaki sampai kepinggangku, mengikatku jadi satu
dengan tubuh ibu tiriku, kami pun terbalut rapat sehingga
sulit bergerak, karena dinginnya udara malam di tengah
hutan saat itu, akhirnya aku dan ibu tiriku membiarkan
tubuh kami dalam keadaan berpelukan seperti itu sampai
pagi harinya.
bersambung