Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT Ternyata Suamiku Nakal

sabar brada. ane matengin dulu chapter berikutnya. tapi mungkin agak bgg bagi yg takterbiasa dengan POV yg berubah2 dr tiap tokoh. Smg ttp pada suka.
 
lanjut gannnnnnn
 
Episode 3: Ah...

Malam itu selepas acara lesbi dengan Marni aku merasa sangat lelah apalagi suamiku sebelumnya telah menghajar vaginaku. Aku sendiri juga heran bagaimana bisa aku melakukan seks dengan sesama wanita. Tapi biarlah toh aku tidak berselingkuh dengan pria lain. Pukul 9 malam lewat aku merasa sangat ngantuk sekali. Aku sendiri tidak tahu apa yang sedang dilakukan suamiku di ruang kerja biarlah saja suamiku memang orang sibuk. Akan tetapi dia adalah pria yang bertanggung jawab, sekalipun aku punya penghasilan sendiri dia tetap memberiku nafkah baik secara materi maupun nafkah batin. Mataku terasa berat, entah sejak kapan aku telah terlelap.

--

Aku berjalan menuju lantai satu, aku mendengar suara-suara yang sedikit aneh. Seperti orang yang sedang dikejar-kejar sesuatu. Suara itu aku sangat yakin berasal dari kamar Marni. Semakin dekat semakin jelas bukan suara biasa tetapi suara desahan. Aku sangat yakin suara itu salah satunya Marni. Namun, suara satunya membuat jantungku sempat berhenti berdetak. Itu suara Suamiku.

“Yah...terus Marni...kamu...pinter banget.”suara suamiku

“Ah....ah...ah....e..nak...Pa.”suara Marni.

Pintu kamar Marni ku dekati dengan pelan-pelan tanpa menimbulkan suara. Pintu kamar itu tidak tertutup rapat sehingga dari luar masih dapat melihat apa yang terjadi dalam kamar itu. Untung saja pencahayaan di luar kamar Marni lebih gelah dibandingkan di dalam kamar itu.
Aku mengintip ke dalam celah pintu. Astaga. Ku lihat suamiku sedang menggenjot Marni dari belakang sedang tangannya sibuk meremasi payudara Marni. Aku masih shock dengan pemandangan itu. Aku hanya terdiam terpaku melihat persetubuhan suamiku dengan Marni. Sungguh, aku tak dapat berkata apapun. Aku hanya merasa ada yang aneh. Tubuhku serasa panas. Aku merasa ada yang merembes keluar dari celah pahaku. Rupanya pergulatan antara suamiku dengan Marni membuatku terangsang.

Pelan-pelan tanganku ku turunkan ke selangkanganku. Sambil menonton suamiku bersenggama dengan Marni ku rangsang diriku sendiri.

“Ah....Sssss.....”suaraku ku tahan.
Sementara tangan kananku sibuk menggosok vaginaku. Tangan kiriku meremas-remas payudaraku sendiri. Di dalam kamar rupanya sudah hampir mendekati klimaks.

Ku lihat suamiku sudah mulai menegang.

“Mar...Pa...pa...uda...ma...u ke..luar....”desah suamiku

“Mar...ni...ju...ja....pa.”balas Marni.

Tidak beberapa lama ku lihat keduanya menegang dan semenit kemudian mereka terengah-engah. Marni yang di setubuhi dalam posisi doggy style tengkurap di bawah badan suamiku yang masih erat memeluknya. Aku pun hampir mencapai puncakku.

“Ah........”aku melenguh merasakan kenikmatan.

Namun, sungguh fatal aku kehilangan keseimbangan. Aku pun mencari pegangan sialnya daun pintu kamar Marni yang jadi pegangan dan hasilnya.

“Gubrak!”aku terjatuh masuk ke dalam kamar Marni.

Suamiku dan Marni kaget. Tapi, aku lebih kaget mendengar suara suamiku.

“Mama.”

Aku pun terbangun dari tidurku. Ku dapati suamiku ada disampingku sementara ku lirik jam masih menunjukkan pukul 3 pagi. Tiba-tiba suamiku bertanya.

“Kenapa Mah, mimpi buruk?”tanya suamiku setengah sadar.

“Gak pah, Mama mimpi...mm.....”aku ragu.

“Mimpi apa Ma?”tanya suamiku

“Tapi Papa jangan marah ya.”

“Apaan sih Ma?”tanya suamiku lagi.

“Janji Papa gak marah”.

“Iya Ma.”

“Mama mimpi Papa selingkuh.”aku tidak bilang kalau itu dengan Marni.

“Ah Mama ada ada aja. Sudah tidur lagi.”

Suamiku kemudian memeluk tubuhku dan aku pun akhirnya terlelap lagi dengan perasaan agak-agak cemas.

--

Jam 3 pagi istriku terbangun dari tidurnya. Dia bilang dia bermimpi aku berselingkuh. Ah...apa ini firasat atau memang aku harus hati-hati. Terutama tindakan mesumku pada Marni. Untung saja istriku tidak tahu kenakalanku terhadap Marni. Aku sejenak memperhatikan istriku yang ku peluk. Rupanya dia sudah terlelap dalam tidurnya. Sejenak pikiranku menerawang apa yang telah ku lakukan tadi tengah malam.
Jam 11.30 malam yang lalu.

“Hehe sudah waktunya nih aku menjalankan rencanaku. Mama uda terlelap, Marni juga sudah tidur di rumah ini Cuma tinggal aku yang masih terjaga.”aku bicara sendiri.

Aku pun segera turun ke lantai 1 menuju kamar Marni. Aku ingin mengulangi perbuatanku tempo hari. Perbuatan nakal yang pernah ku lakukan dan ingin ku ulangi lagi. Pelan-pelan ku masuki kamar Marni dan seperti tempo hari kamar itu tidak terkunci seakan Marni memang sengaja.

Aku kemudian memasuki kamar Marni dan wow...ku dapati Marni tidur telentang dengan daster yang tersingkap hingga ke perutnya. Sementara bagian bawahnya hanya tertutup celana dalam. Aku tahu Marni tidak memakai BH juga karena semalam aku lihat setelah permainan panas dengan istriku dia hanya mengenakan celana dalam saja.

Sungguh beruntungnya aku malam ini. Pelan-pelan ku goyangkan badan Marni. Rupanya memang anak ini benar-benar susah dibangunkan. Apa memang kebiasaan atau karena dia kelelahan setelah main dengan istriku.

“Asyik. Malam ini aku bisa melakukannya lagi.”batinku.

Tanpa menunggu perintah lagi. Ku tanggalkan seluruh bajuku. Penisku yang sejak tadi menginginkan bertemu dengan vagina Marni menegang keras. Ku perhatikan Marni dengan seksama. Marni memang anak remaja yang cantik. Pastinya sebentar lagi dia tidak akan kalah cantik dibanding istriku. Ku perhatikan dadanya naik turun. Payudara Marni pun ikut bergerak seirama dengan hembusan nafasnya.

Aku benar-benar sudah tidak tahan. Pelan-pelan ku elus paha Marni. Mulu sekali. Dengan gerakan lembut ku pelorotkan celana dalam Marni dan akhirnya terlihat vagina mungil yang ku idam-idamkan, diatasnya dihias bulu-bulu halus yang masih jarang.
Seperti yang ku lakukan tempo hari. Ku renggangkan kedua paha Marni. Sehingga celah vagina Marni semakin terlihat merangsang birahi. Pelan-pelan ku gosok vagina Marni dengan jari-jariku. Sensasinya benar-benar luar biasa.

Ku dekatkan bibirku ke vagina Marni. Tercium bau khas kewanitaan. Ah....sungguh menggoda. Pelan-pelan ku cium bibir vagina Marni. Sang pemilik seolah merasakan sentuhan di bibir vaginanya. Ku jilat permukaan vagina Marni dan dengan lembut ku sisipkan lidahku di dalam celah goa lembab itu. Nikmat sungguh nikmat. Tanganku pun aktif merabai kedua paha mulus Marni. Aku tidak tahan lagi. Lubang vagina Marni semakin basah. Aku semakin tidak tahan. Segera ku tempatkan diriku.

Ku pegang batang penisku tepat di depan bibir vagina Marni. Pelan-pelan ku gosok bibir kemaluan Marni. Nampak Marni meringis keenakan dalam tidurnya.

“Ah....enak sekali.”batinku,

Kepala penisku ku gosok-gosokkan di celah vagina basah Marni. Setengah jongkok ku ciumi payudara Marni dari balik daster tipis yang membalut tubuhnya. Sementara penisku masih aktif menggosok-gosok vagina Marni. Pelan dan pasti kepala penisku mulai terjepit di bibir vaginanya. Ku lihat Marni semakin beringsut tak karuan. Betapa nikmatnya. Tak habis pikirku, kenapa Marni tidak juga bangun dari tidurnya. Apakah memang dia lelah atau memang sengaja. Ah sudahlah yang pasti ini benar-benar momen yang mengasyikkan.

Ku dorong pinggulku pelan. Aku tidak mau membuat Marni terbangun kaget, bisa habis aku. Kepala penisku sudah tertelan ke dalam lubang vagina Marni. Sejenak aku menimbang-nimbang apakah harus ku bobol keperawanan Marni.

“Tidak, tidak.”batinku. Aku masih waras.

Ku dorong penisku lebih dalam hingga ada sesuatu yang menghalangi. Cukup sampai disini saja. Pelan-pelan ku maju mundurkan pinggulku. Tangan kiriku tetap menjaga agar penisku tidak masuk lebih dalam.

Sensasi yang ku rasakan sungguh nikmat sekali. Sesekali ku lirik weker di samping ranjang Marni. Sudah cukup lama rupanya. Beberapa lama kemudian ku rasakan ada yang akan keluar dari dalam diriku. Aku benar-benar tidak tahan. Segera ku cabut penisku dari lubang vagina Marni.

“Ah.....”desahku tertahan ku semprotkan spermaku tepat di atas vagina Marni. Sebagian besar menempel di bulu kemaluan Marni. Ku nikmati momen itu. Setelah
reda aku lekas memakai bajuku dan berlalu dari kamar Marni. Ku peluk istriku dan akhirnya terlelap.

“Ada yang kelupaan.”pikirku. Tapi apa aku bertanya sendiri.

“Ya ampun spermaku belum ku bersihkan dan celana dalam Marni belum ku pakaikan.”aku tidak dapat tidur lagi dengan perasaan gelisah. Namun, ternyata aku salah. Tahu-tahu istriku sudah membangunkanku.

“Bangun Pa udah jam 6 lho.”sambil mengecup dahiku.

Aku masih terbayang-bayang kecerobohanku tapi biarlah.

--

Pagi hari ini langit nampak sangat cerah. Seperti biasa keluarga ini serasa sangat ramai. Papa Wijaya dan Mama Revita biasa aku memanggil kedua orang itu,
pasti lagi seru-serunya. Bukan ribut karena berantem tapi karena memang sudah jadi rutinitas. Semenjak kedatanganku ke rumah mereka aku merasa sangat nyaman, aku merasa seperti di rumah sendiri. Kesedihanku karena kehilangan orang tua sudah mulai dapat ku lalui. Simbok, nenekku sudah lama kerja di keluarga ini jadi memang sudah seperti sendiri. Beruntung aku memperoleh perlakuan yang cukup istimewa. Mungkin karena Papa dan Mama belum punya anak sendiri.

Pagi itu kami duduk di satu meja makan. Tidak ada hal yang istimewa semua merupakan rutinitas pagi hari. Hanya saja kali ini ada yang sedikit berbeda.

“Mar, sarapan yang banyak”kata Papa Wijaya.

“Nih Mar.”Mama Revita menyodorkan telur dadar ke piringku.

“Makasih Ma.”aku sudah tidak canggung lagi memanggil Papa dan Mama ke mereka.

Sarapan kami tetap diiringi obrolan ringan seputar diriku yang hari ini merupakan hari pertama masuk sekolah. Ah, siapa sangka gadis desa sepertiku dapat melanjutkan sekolah lagi.

“Mar, kamu sudah siap dengan hari pertama kamu?”tanya Papa.

“Udah Pa.”jawabku.

“Seragam itu cocok sekali buat kamu, iyakan Pa.”Mama Revita menyela.

“Iya Ma.”Jawab Papa Wijaya.

“Yaudah gih sarapan agak cepetan udah siang.”kata Mama

Aku pun segera menyelesaikan sarapanku. Segera setelah itu ku beresi semua. Jangan disangka aku jadi nona muda disana. Aku tetap cucu Simbok pembantu di rumah ini.Tapi bukan karena status itu tapi karena aku memang dari dulu sudah mandiri.

Aku ambil tas dan segera melangkah keluar. Namun, segera Mama Revita mencegah.

“Lho Mar, kok buru-buru gitu?”tanya Mama

“Takut telat Ma.”jawabku.

“Kamu bareng Papa aja. Lagian juga searah sama sekolah kamu.”kata Mama.

“Pa..pa..papa...buruan....Marni keburu telat.”

“Iyah Mah.”jawab Papa

Papa kemudian masuk ke mobil ke bagian kemudi, karena memang Papa sopirnya. Aku segera masuk ke belakang. Namun, tiba-tiba Papa mengatakan padaku untuk
pindah ke depan. Bukan apa-apa sih tapi aku merasa ada yang salah.

“Kamu ke depan sini dong Mar. Masa Papa dijadiin supir gini.”Canda Papa.

“Iya deh Pa, kirain Marni harus dibelakang. Kebiasaan naik angkot sih Pa.”jawabku

Pelan-pelan mobil meninggalkan pelataran rumah menuju jalanan. Cukup ramai pagi itu. Ku lirik sepintas Papa disebelah kananku. Memang Papa cukup tampan dan sangat serasi dengan Mama.

“Kenapa Mar ada yang salah?”tanya Papa.

“Gak, Gak kok Pa.”jawabku agak kaget. Rupanya Papa menyadari perbuatanku. Malu rasanya.

Pikiranku melayang kembali ke pagi hari ketika aku terbangun dari tidurku. Ku dapati cairan lengket di beberapa bagian tubuhku dan yang lebih mengagetkan celana dalamku sejak kapan terlepas. Aku yakin betul aku memakainya ketika aku keluar dari kamar Mama. Satu-satunya yang mungkin ku curigai hanya Papa. Satu-satunya laki-laki di rumah. Tapi aku tidak punya bukti apapun. Biarpun aku gadis desa aku tidak kolot-kolot amat. Beberapa temanku di desa sudah ada yang memiliki handphone yang bisa mengakses internet. Jadi, sangat wajar jika aku juga ikut kena imbasnya, termasuk urusan orang dewasa.
Tanpa ku sadari ada yang basah di bawah sana. Astaga, aku mengompol. Tapi tidak mungkin ini sangat berbeda. Rasanya aku ingin Papa mnyentuhku tapi apa mungkin. Sudahlah aku tidak tahu.

Beberapa menit kemudian kami sampai di depan sekolah. Aku cium tangan Papa kemudian berpamitan. Papa hanya mengatakan agar aku belajar serius.

--

“Curirut curirut.”HP ku berbunyi.

Rupanya ada pesan dari Papa. Dalam pesan itu Papa menanyakan apakah aku sudah pulang atau belum.

“Sdh plg blm Mar?”

“Blm Pa”

“Papa jemput ya. Papa udah kelar kerjaan di kantor”

“Iya Pa, tunggu Mar di dpn yah.”

Aku beruntung selain mendapat perhatian, biaya untuk sekolah aku juga diberikan fasilitas yang cukup. Handphone aku juga diberi walau bukan hp yang canggih-canggih banget.

Tidak lama kemudian ku lihat mobil Papa sudah ada di depan gerbang sekolah. Segera aku menyongsongnya.

“Ayo Pa kita pulang.”ajakku setelah masuk ke mobil.

“Yuk.”jawab Papa.

Aku pikir Papa agak terkejut dengan penampilanku. Secara pulang sekolah aku tidak lagi mengenakan seragamku. Memang hari ini, hari pertama aku masuk
sekolah dan hari ini pula aku ikut dalam ekskul basket. Jadi yah, hanya memakai kaos olahraga dan celana training. Jelaslah lekuk tubuhku terlihat menonjol. Aku sendiri sadar aku tidak seksi banget. Biarlah orang lain yang menilai. Sepintas ku lihat Papa melirikku bukan Cuma sekali. Beberapa kali. Apa mungkin Papa tertarik kepadaku.

“Pa Marni cantik gak Pa?”tanyaku

Pertanyaan itu keluar begitu saja dari mulutku.

“Mmmm...cantik kok Mar”jawab Papa

“Serius Pa?”tanyaku meyakinkan

“Iya Papa serius.”tegas Papa.

“Seksi gak Pa?”tanyaku sambil membusungkan dada menghadap Papa Wijaya.

Sejenak Papa melirik melihatku, matanya kemudian kembali ke jalanan.

“Seksi lho. Coba 2 atau 3 tahun lagi. Mama Revi pasti kalah sama kamu Mar.”

Seneng juga aku mendengarnya, walau dibandingin sama Mama Revita yang memang sudah seksi. Aku hanya tersenyum sendiri. Tidak ada lagi obrolan lagi sampai
di rumah.

--

“Ah...apa benar semalam perbuatan Papa?”tanyaku sendiri.

“Ah sudahlah aku mandi saja.”

Aku segera melucuti seluruh baju yang aku kenakan. Sumpek, gerah rasanya. Mandi merupakan solusi yang bagus. Untung saja kamar di rumah ini masing-masing memiliki kamar mandi sendiri. Jadi, tidak akan ada kata antri. Istimewanya lagi ada pemanas air juga. Padahal biasanya di desa aku mandi di bilik yang serba apa adanya. Shower ku nyalakan dan segera membasahi tubuh telanjangku. Segar sekali rasanya. Sesekali ku sentuh daerah-daerah kewanitaanku. Rasanya enak. Pikiranku melayang jauh. Seandainya Papa. Ah tidak Papa sangat baik Padaku. Segera ku tepis keinginanku jauh-jauh. Ritual mandi pun selesai. Ku keringkan badanku dengan handuk. Kemudian ku lilit tubuh telanjangku dengan handuk.

“Tlebuk!”

“Aduh.......”aku mengaduh cukup keras. Aku terpeleset di depan kamar mandi kamarku.

“Tok tok tok.”ku dengar pintu kamarku di ketuk.

“Ada Mar?”ku dengar suara Papa.

Aku tetap saja hanya mengaduh pinggangku sakit. Tanpa mengunggu persetujuan dariku Papa masuk ke dalam kamarku.

“Ya ampun Marni.”Papa kaget melihatku masih mengaduh di lantai.

“Marni jatuh Pa, aduh pinggang Marni sakit ni.”keluhku.

Tanpa di duga Papa langsung membopong aku, kemudian di baringkan aku di ranjangku. Namun, rupanya tanpa aku sadari lilitan handukku sudah longgar dan akhrinya seluruh lekuk tubuhku terekspos.

Ku lihat Papa hanya bengong saja. Segera ku tutup badanku dengan handuk. Namun tidak dapat menutup sempurna. Aku malu juga bergairah ada dorongan dari dalam. Aku mau Papa Wijaya. Sejenak ku lihat Papa hendak beranjak pergi. Entah setan mana yang mendorongku ku cegah Papa keluar kamarku.

“Pa...”ku panggil Papa sambil tanganku memegang tangan Papa.

Satu tanganku memegang ujung handuk, satu tangan lain memegang tangan Papa.

“Kenapa Mar?”tanya Papa

“Marni....”suaraku tercekat.

Papa yang sudah duduk di tepi ranjang nampak kebingungan. Kesadaranku sudah hilang tanpa menunggu persetujuan dari Papa ku dekatkan wajahku dekat dengan wajah Papa. Ku cium bibir Papa. Papa hanya diam saja. Ku pikir Papa marah. Aku kemudian agak menjauh.

“Maaf Pa.”bisikku lirih.

Ku pikir Papa marah ternyata tidak. Papa justru menarik mukaku dan kemudian memberikan ciuman yang sangat-sangat panas kepadaku. Aku yang baru sekali ini merasakannya sempat kewalahan. Seakan aku kehabisan nafas. Namun, Papa Wijaya sudah berpengalaman. Semakin lama aku semakin menikmati ciuman Papa, lidah kami saling membelit saling hisap. Aku yang tadinya pasif semakin panas. Pertahananku jebol, kedua tanganku memeluk leher Papa. Ciuman yang sangat panas. Papa kemudian membaringkan tubuhku dengan tetap mencium bibirku. Aku setengah menjerit ketika ku rasakan kedua payudaraku disentuh tangan besar Papa. Rasanya enak.

“Hmmph....”hanya itu yang keluar dari bibirku.
Papa kemudian melepas pagutannya dan bibirnya turun menjelajah leherku. Enak. Geli. Panas. Semua campur aduk. Bibir itu kemudian bermain di atas payudaraku. Aku merasa melayang seakan-akan ada yang hendak keluar.

Ciuman Papa di kedua payudaraku semakin menjadi-jadi. Tangannya tidak kalah sibuk meremasi payudaraku yang masih tumbuh. Aku merintih-rintih dan mendesah-desah tak karuan. Lebih hebatnya lagi ku rasakan ada tangan yang menyentuh bibir vaginaku. Aku hampir....ya hampir seperti setengah mati ku rasakan kenikmatan ini. Aku pun tidak sadar sejak kapan Papa sudah telanjang bulat.

Ku rasakan ada benda lain. Benda tumpul menggesek-gesek vaginaku. Nikmat sekali rasanya. Vaginaku rasanya basah sekali.

“Ah...shshs....ssss....en...nyak Pa....”aku mendesah tak karuan.

Tiba-tiba.

“Tin...tin...tintin.”suara klakson mobil.

“Ya ampun Mama pulang.”Papa terperanjat. Aku pun demikian juga.

Bersambung...
 
mantap nih ceritanya..
yg bikin beda dgn lainnya tuh cerita ini melihat bukan hanya dr satu sudut pandang pemeran aja, tp menceritakan dr sudut pandang semua pemeran.

nice gan
 
kasih :cendol: ah biar TS nya semangat update :semangat:
 
makin seru nih!!!!

ayo diperlanjut lagi....

bisa threesome nih semuanya ntar!!!!
 
Ingetin hari senin buat update. kali uda jdi sih besok jg upload. yang cuma baca aja awas gue doain makin horny. wajib komen.
 
Mantaaaplp..
Baru kali ini baca cerita bsa sampe horny..
Udh pro bgt kayanya suhu satu ini..
+1 laah buat suhu!!
 
Arghhhhhhh............kenapa Malah ane yang jadi panas gini.


Ya sudah nih Update lagi.....


Episode 4: Kejutan

Ku lihat suamiku membukakan gerbang depan rumah. Maklumlah rumah kami Cuma punya satu pembantu yaitu Mbok Imah. Lagipula kami memang tidak mau terlalu banyak pembantu. Ribet malah dan kebetulan Mbok Imah ikut bersamaku belanja bulanan.
Aku memakirkan mobilku tepat di belakang mobil suamiku. Sesaat kemudian kami sudah repot membawa belanjaan yang begitu banyak.

“Marni dimana Pa?”tanyaku Pada suamiku.

“Di kamar deh kayaknya tadi.”jawab Suamiku.

Lalu ku bisikkan pada suamiku sesuatu.

“Pa Mama punya kejutan.”kataku berbisik.

“Apaan sih Ma?”tanya Papa.

“Tunggu aja entar malam.”jawabku meninggalkan Suamiku yang masih kebingungan.

Malam ini akan ku berikan surprise pada suamiku. Biar saja sekarang dia bertanya-tanya.

--

Malam pun tiba. Setelah makan malam segera aku beranjak ke kamar bersiap memberikan kejutan untuk suamiku. Tidak berapa lama suamiku pun masuk ke kamar.
Suamiku kemudian bertanya kepadaku.

“Ma, ngapain sih Mama selimutan gitu? Katanya mau ngasih surprise?”tanya Papa.

“Ah Papa sini Pa.”Aku mengajak suamiku mendekat.

Pelan-pelan suamiku mendekat dan ku suruh dia masuk ke dalam selimut. Ku bimbing tangan Suamiku ke selangkanganku.

“Oh....”Suamiku Kaget.

“Gimana Pa?”tanyaku.

“Asyik nih.”kata suamiku.

Secepat kilat dibukanya selimut yang menutupi kami.

“Mama seksi banget. Papa jadi pengen nih.”

Tidak salah pilih aku. Kebetulan sewaktu belanja tadi aku sempat mampir ke toko pakaian dalam. Sengaja ku pilih Pakaian dalam satu set yang memang seksi menurutku.

“Tumben Mama pake G-String biasanya gak mau.”komentar suamiku.

“Jadi gak mau nih?”tanyaku menggoda.

“Ya mau dong.”jawab suamiku.

Kami akhirnya terlibat pergumulan birahi yang hebat. Suamiku memagut bibirku dengan ganas. Tangan suamiku menjelajah seluruh titik tubuhku. Aku mendesah, menggeliat menikmati setiap sentuhan di tubuhku. Suamiku memasukkan jari tengahnya ke dalam vaginaku tanpa melepas g-string yang aku pakai. Jari Suamiku bermain-main di lubang vaginaku, rasanya sungguh nikmat.

Rupanya suamiku tidak puas. Entah kapan suamiku membuka celananya kini penis kokoh suamiku sudah ada di depanku. Aku tahu apa yang dia mau. Posisi ini sangat nikmat. Kami saling menjilati kemaluan, mengulum dan saling menghisap.

“Ah...enak... Ma.”erang Suamiku.

“Papa juga enak....Shhhss”desahku kemudian ku hisap lagi penis Suamiku.

Posisi ini bertahan cukup lama hingga akhirnya aku merasa ada yang akan jebol. Sedetik kemudian.

“Ah..........”aku mengejang.

“Mama sampai Pa.”

Rupanya suamiku masih asyik menikmati cairan vaginaku. Aku merasa tenaga sudah cukup terhisap. Suamiku kemudian merebahkan tubuhnya di sampingku. Aku segera bangkit dan menempatkan diriku di atas tubuh suamiku.

Ku pegang penis suamiku yang besar dan panjang kemudian ku arahkan ke dalam lubang vaginaku. Pelan-pelan ku turunkan pantatku.

“Ah.....yeah....”begitu keseluruhan Penis suamiku amblas di dalam vaginaku.

Aku gerakkan naik turun badanku di atas tubuh suamiku. Setengah lemas memang karena sudah ku dapat orgasme pertamaku.

“Ayoh Ma lebih kenceng lagi..”suamiku menyemangatiku.

“Ah...ah...ah...ah....”aku semakin kesetanan dan kemudian tubuhku ambruk di tubuh suamiku.

Aku mendapat orgasme keduaku. Aku masih terengah-engah. Rasanya nikmat. Aku sendiri baru sadar kalau daritadi aku masih mengenakan BH dan G-string. Rupanya daritadi G-string itu hanya di sisihkan ke samping saja pantas aku merasa ada yang aneh.

Dengan penis yang masih tertancap di vaginaku suamiku kemudian pada posisi duduk dia menaik turunkan pantatku. Hasilnya aku ikut terbawa suasana. Aku kembali terangsang.

“Oh...Pa....nik....mat....”lenguhku.

Bagian tubuh bawah kami beradu. Ku rasakan tangan suamiku memeluk pundakku dan kemudian melepas BH yang ku kenakan. Kemudian dengan tetap memelukku,
Suamiku menyedot dan menghisap puting susuku. Enak sekali, rasanya sungguh luar biasa.

“Pa....ma...amma....ud...ahhhh....ham...pir...nyam...pe....”aku merasa ada yang akan jebol lagi.

“Tunggu Mah....Ba...re...ngan...”

“Ah........”kami melenguh berbarengan. Ku rasakan ada yang menyemprot keras di dalam rahimku. Rasanya hangat. Aku lelah, capek, namun nikmat. Kami pun akhirnya terkulai dan tertidur. Sungguh nikmat. Penis suamiku masih bersarang di lubang vaginaku. Biarlah. Ku terlelap.

--

Aku terbangun dari tidurku. Ku dapati diriku memeluk istriku dan ku lirik jam menunjukkan pukul 12.13. Sungguh malam ini istriku Revita benar-benar hot. Aku puas sangat puas dengan pelayanannya malam ini. Dia sungguh sempurna. Pelan-pelan aku beranjak. Ku lepas pelukkan dan juga penisku dari vaginanya kemudian ku selimuti tubuh bidadariku ini.

Aku pun segera ke kamar mandi, membersihkan diri. Rasanya segar. Rasa lelahku sedikit terobati.Teringat dengan Marni tadi sore dan dengan permainan dengannya yang tertunda. Penisku berdiri lagi di bawah shower.

“Marni....marni...”aku panggil nama Marni dalam pIkiranku sambil menimbang-nimbang.

“Ah masa bodoh...malam ini aku mau ke kamar Marni lagi.”pikirku.

Segera ku sudahi acara mandi malamku. Ku kenakan celana kolorku dan kaos singlet saja. Aku keluar dari kamarku pelan-pelan takut membangunkan Revita Istriku. Nasib mujur masih di pihakku, kamar Marni memang tidak pernah terkunci, seakan dia mengundangku. Bedanya dengan malampmalam sebelumnya Marni tidak tahu bahwa aku sudah setengah menyetubuhinya. Malam ini, kalau pun dia bangun, aku yakin Marni tidak keberatan. Apalagi setelah sore tadi.
Ku lihat sejenak Marni, gadis kecil yang seksi dan mulus. Apalagi malam ini tubuhnya hanya di balut daster mini. Seperti malam sebelumnya ku goyangkan badan Marni. Tiba-tiba Marni terbangun.

“Papa....”

Aku sempat kaget juga. Namun, hanya sesaat. Kemudian tangan Marni menarikku ikut rebahan di ranjang. Marni membelakangiku sementara kedua tanganku memeluknya dari belakang. Marni kemudian bertanya kepadaku.

“Papa menginginkan Marni?”tanya Marni.

Aku terdiam tak berani menjawab.

“Marni uda lama nunggu Papa. Kirain Papa gak datang.”kata Marni

Aku serba salah juga mendengar perkataan Marni.

“Pa kok diem sih?”tanya Marni

“Gak, Papa sayang Marni". Ku pererat pelukanku ke Marni.

Marni kemudian beringsut berbalik arah. Kini kami saling berhadapan, nampak sekali Marni sudah dikuasai birahi. Nafasnya tidak teratur, matanya sayu.

“Pa cium Marni.”

Tanpa menunggu lama segera ku pagut bibir mungil Marni. Kami bagai kekasih yang lama tidak bertemu. Tanganku tidak tinggal diam ku remas bokong bulat
Marni. Kami berguling-guling tak karuan di ranjang. Kali ini permainan kami benar-benar panas.

Marni berada di posisi yang menguntungkan karena sekarang tubuhku di bawah Marni. Marni menduduki perutku. Sejenak Marni tersenyum kemudian melepas daster yang ia pakai. Dua buah payudara Marni seakan minta untuk segera disentuh. Tanpa menunggu lama,ku mainkan kedua payudara Marni dengan lidahku. Ku jilati dan ku hisap pelan puting susunya sesekali ku gigit kecil.

“Ah..enak Pa...”Marni merintih-rintih tidak karuan.

Ku balik badan Marni. Sekarang Marni ada dibawahku. Ku perhatikan sejenak tubuh mungil seksi itu. Benar-benar indah, semua ukuran pas dan proporsional. Ku dekatkan lagi bibirku ke payudara Marni. Ku hisap dan ku jilati lagi payudara muda itu. Marni mendesah-desah, menggeliat seperti cacing kepanasan. Tangan kananku segera merangsek masuk ke dalam celana dalam Marni. Ku gosok pelan dan ku tusuk-tusuk dengan jariku.

“Ah...Pa....enyak....”Marni semakin tidak karuan.

Ciumanku semakin turun, dari payudaranya ke pusar kemudian menuju lembah basah yang masih tertutup celana dalam. Dengan lembut ku tarik celana dalam itu. Marni sendiri membantu dengan menaikkan bokongnya. Nampak kini bibir basah yang sangat menggoda dengan sedikit bulu-bulu halus di atasnya. Tanpa menunggu lama ku jilati vagina Marni.

“Ah.....”Marni mendesah kedua tangannnya memegang kepalaku seakan membenamkan kepalaku ke dalam vagina Marni.

“Pa.....pa...papa........”tiba-tiba tubuh Marni mengejang dan ku rasakan ada yang menyemprot ke wajahku rasanya asin-asin gurih. Ku nikmati cairan Marni dan ku lahap semua hingga habis. Enak rasanya cairan perawan. Berangsur-angsur ketegangan Marni mereda nampak wajah puas tersirat.
Segera ku telanjangi diriku. Penisku sudah tidak kompromi lagi melihat tubuh remaja muda telanjang bulat siap untuk disantap. Sekilas nampak raut wajah kaget Marni melihat selangkanganku. Mungkin ini pertama kali bagi Marni melihat penis laki-laki dewasa.

“Ih...Pa gede banget...”kata Marni.
Aku hanya tersenyum.

“Kamu mau Mar?”tanyaku

“Mmma...u...Pa...pi apa muat di vagina Marni?”tanya Marni.

“Pasti muat kalo pelan-pelan. Sini kocokin dulu penis papa.”

Marni kemudian jongkok di depanku. Penisku tepat di wajah Marni.

“Ayo Mar kocok penis Papa. Dihisap sama diemut juga kayak kamu lagi makan es krim.”perintahku.

Pintar juga anak ini tanpa belajar dia sudah bisa melakukannya insting wanita pikirku. Cukup lama Marni mengoral penisku. Aku merasa sudah akan ada yang mendesak.

“Lebih cepat Mar....”

Tidak berapa lama. Spermaku menyembur kuat. Marni tersentak namun tak dapat berbuat banyak karena kepalanya ku pegang erat. Mau tidak mau Marni menelan spermaku. Marni tersedak dan terbatuk-batuk.

“Uhuk...Papa jahat.”kata Marni

“Maaf Mar, habis kamu enak.”kataku.

Ku lihat spermaku meleleh di celah bibir Marni.

“Apaan sih ni Pa, rasanya enak.”tanya Marni.

“Itu namanya Sperma Mar.”jelasku

“Oh begini toh rasanya, ternyata enak juga. Marni mau lagi dong Pa”.pinta Marni
Rupanya anak ini sudah ketagihan sperma.

“Iya nanti Papa kasih lagi.”

Marni tersenyum Manja.

“Pa kapan itu dimasukin kesini.”tanya Marni sambil menunjuk kemaluan kami.

“Kamu yakin Mar?”tanyaku.

“Yakin Pa, Marni rela keperawanan Marni buat Papa.”Jawabnya

Sungguh nasib baik. Sungguh keberuntungan masih bersamaku. Terus terang aku bukan laki-laki yang benar-benar baik. Entah sudah berapa perawan ku bobol dengan penisku. Tapi, terus terang semua ku lakukan tanpa memaksa.

“Kamu nungging deh Mar.”kataku.

Marni kemudian menunggingkan bokong seksinya. Aku malah sempat terpesona.

“Ayo Pa.”

“Iya Papa panasin dulu yah.”

Ku jilati lubang vagina marni dari belakang. Sapuan lidahku sesekali mengenai lubang anus Marni.

“Ah....Pa....enak....pa....”desah Marni.

Setelah ku rasa cukup basah. Segera ku tempatkan diriku. Ku gosokkan kepala penisku ke lubang vagina Marni.

“Ah....ssssss....sh....ss..s.sss.s.....enak Pa.”Desah Marni.

Dengan dibimbing tangan kananku kini kepala penisku sudah terjepit di dalam lubang vagina Marni. Ku pegang pinggul Marni dengan gerakan pelan ku dorong penisku.

“Ah.......enak.......Pa...”Marni semakin tidak karuan. Nampak jelas dia ikut menggerakkan bokong seksinya mundur.

Ku dorong semakin dalam dan ku rasakan ada penghalang disana. Selaput dara Marni pastinya. Sebentar lagi dengan sekali hentak aku akan memerawani Marni.
Kedua tanganku memegang pinggul Marni bersiap melakukan serangan.

“Ayo Pa....Marni enak......ah....”desah Marni sambil memutar-mutar bokong seksinya.

Aku sudah sangat bernafsu sekali. Seperempat penisku sudah tenggelam di telan vagina Marni. Sementara Marni nungging pasrah dengan kepala ditaruh di bantal dan bokong yang mencuat tinggi siap digempur. Tiba tiba....

“Papa!”

Bersambung.....


Harus dan wajib komen. Jangan lupa kasih ijo2....tapi jangan kolor ijo ye...
 
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
Papaaaaaa.....ikuuuuuuuuuttttttttt.....
Hehehe...mudah2an jd threesome..
 
Bimabet
mantap..
update-nya cepet bgt gan..
seperti biasa, ceritanya bikin penasaran..wkwkwk..

rikues, jgn ampe ketauan dl gan..
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd