Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT Ternyata Suamiku Nakal

salvarions

Adik Semprot
Daftar
19 Apr 2014
Post
112
Like diterima
537
Bimabet
Cerita ini adalah cerita ke tiga di forum ini. Cerita yang sudah dimuat antara lain:
1. Dalam mimpi aku disetubuhi (Cerita Sedarah)
2. Pemuja kenikmatan (Cerpan Bersambung)

dan inilah cerita saya yang ketiga. Ingat cerita ini hanya rekaan. Syarat dan ketentuan berlaku. Keep healthy keep sehat keep baca!

Episode 1: Terlahir (ada dibawah)
Episode 2: Sang Pengintai (scroll ke bawah aje)
Episode 3: Ah....
Episode 4: Kejutan
Episode 5: Datangnya malaikat
Episode 6: Aku Ketahuan
Episode 7: Rahasia Suamiku
Episode 8: Ternyata Istriku Nakal (Juga)
Episode 9: Bonus - UPDATED
Episode 10: Perfect Dream
Episode 11 : Resolusi - Tamat

KAPAN TAMATNYA SIH, SUSAH KALI BIKIN ENDINGNYA.

Sudah ada beberapa Tokoh yang muncul antara lain Wijaya (Papa), Revita (Mama), Marni (cucu mbok imah + anak angkat Papa dan Mama), Susan (Anaknya Pak Dhe Jarwo)



Episode 1: Terlahir


Siapa yang tahu isi hati seorang.
Pepatah mengatakan dalam laut dapat ditebak dalam hati siapa yang tahu.
Begitulah kisah ini bermula siapa sangka suamiku yang begitu setia punya hasrat kepada wanita lain.
Apa salahku? Tidak. Aku sudah cukup sempurna.
Lalu apa?
Ah...ku pikir memang laki-laki semua sama.
Tapi suamiku tetaplah yang terbaik walau sudah berapa wanita yang dia tiduri aku tak peduli karena aku sadar aku tak benar-benar sanggup melayaninya sendiri atau memang suamiku yang terlalu perkasa.Yang pasti aku mencintainya.

Alkisah, pagi yang cerah di salah satu sudut Kota Jakarta.

“Selamat pagi, mama.”sapa suamiku

“Pagi Pah!”Jawabku.

“Gimana Mah udah siap?”tanya suamiku.

“Sebenarnya Mamah ragu Pah, tapi mau bagaimana lagi, Papah harus tugas ke sana ya Mama ikut aja.”jawabku sekenanya.

“Tiga hari lagi Papa pulang kok Ma.”balas Suamiku.

Tak beberapa lama taksi yang dipesan suamiku datang.

“Yaudah hati-hati yah Pa!”sambil ku lambaikan tanganku.

Ku lihat suamiku masuk ke dalam taksi dan segera berlalu dari hadapanku.

Hari ini memang adalah hari dimana suamiku harus pergi dinas ke luar pulau. Maklumlah sebagai salah satu Pejabat di kementrian sosial mengharuskan suamiku harus sering pergi ke daerah-daerah tertinggal.

Eit..sebelum lanjut lebih dalam, perkenalkan namaku Revita Sari Puspitasari, seorang istri dari seorang suami bernama Wijaya Saputra. Saat ini aku berumur 24 tahun masih mudakan? Selisih usia dengan suamiku terpaut tahun. Aku jelas masih sangat cantik dan tentu saja dengan PD aku bisa mengatakan bahwa aku dianugerahi tubuh dan wajah yang nyaris sempurna. Meski terlahir dari keluarga Jawa, aku memiliki kulit kuning langsat dan mulus serta onderdil yang bisa dibilang wow. Bokong seksi membulat dan payudara ukuran 36D dengan tinggi badan 172 cm,, berat badan idealah.

Suamiku sendiri bisa dibilang seorang lelaki yang tampan. Badannya kekar berotot. Tinggi badan 175 cm. Sebenarnya lebih cocok jadi model menurutku. Ssatu hal yang jelas aku selalu kangen dengan suamiku ini bukan hanya karena kehangatannya tapi karena layanan di ranjang benar-benar hebat ditambah dengan penis suamiku yang terbilang besar dan panjang menurutku. Pernah iseng selepas kami bercinta ku ukur penisnya panjangnya hampir 19 cm dan diameter 5 cm. Hmmm...benar-benar besar menurutku dibandingkan dengan beberapa penis yang pernah aku lihat di film-film porno.

“Yah harus sendirian lagi nih. Mana Bi Imah sedang pulang kampung.”gerutuku.

Mengenai kehidupan kami, kami merupakan orang yang cukup berpenghasilan. Namun, suamiku sendiri lebih suka hidup sederhana. Meskipun, dia bekerja sebagai pegawai di pemerintahan sebenarnya warisan keluarga suamiku sangat banyak ditambah aku sendiri sebenarnya juga mempunyai usaha butik di beberapa mall di Jakarta ini. Kami sendiri tinggal di sebuah perumahan di pinggiran Jakarta, tidak besar memang rumah berukuran 120 m persegi berlantai 2. 3 kamar dibawah 2 kamar seingkali tak terpakai 1 kamar merupakan kamar pembantu, kamar Bi Imah Sedangkan lantai atas terdapat 2 kamar serta balkon yang cukup lapang. Maklumlah kami berkeinginan punya banyak anak. Namun, menginjak usia kedua pernikahan, kami masih belum diberi momongan.

Tiga hari kemudian.

“Mama, Papa pulang!”suamiku berteriak dari luar rumah.

Memang suamiku punya kebiasaan seperti itu, sehingga seringkali aku malu dengan tetangga.

“Muach...”suamiku menciumku.

“Ih nakal deh.”sambil ku cubit perutnya.

“Aduduh...”jerit suamiku kesakitan.

“Sini Pah duduk dulu. Mama bikinin minum yah Pa.”kemudian aku segera ke dapur dan membuat minuman untuk suamiku.

Ku lihat suamiku kecapekan, dia duduk sambil merebahkan badannya di kursi sambil memegang remote mencari saluran TV yang cocok.

“Nih Pa.”Sambil ku uluran segelas es jeruk untuk suamiku.

Tanpa menunggu lama langsung diseruput bergitu saja.

“Ah...segar!”suamiku nampak puas.

“Mah, papa mau cerita deh.”ujar suamiku serius.

“Apaan sih Pa kayaknya serius banget?”tanyaku.

“Kemarinkan Papa tugas ke Lampung eh disana Papa ketemu Pak Dhe Jarwo, kakaknya Bapak.”cerita suamiku.

“Terus terus?”aku semakin kepo.

“Nah, diakan punya anak perempuan semata wayang baru lulus SMA rencananya mau kuliah di Jakarta. Aku minta aja dia tinggal disini daripada haris nge kos
atau kontrak lagian kita juga punya kamar kosongkan di bawah.”ujar suamiku.

“Mama sih gak masalah Pa, lagian Mama jadi ada temennya kalo Papa pergi dinas.”jawabku.

“Yaudah Papa sekarang mandi dulu udah sore nih, dan mmmm.....”sengaja aku berlama-lama.”

“Mmmmm....apa sih Ma?”tanya suamiku.

“Ada deh...”sambil mengerling nakal.

Suamiku sendiri sendiri paham maksudku tapi pura-pura tetep biasa saja.

“Iya entarlah lihat aja.”jawabnya.

Menjelang malam. Aku dan suamiku bersiap makan malam. Terdengar ada suara bel berbunyi.

“Ting tong ting tong.”

“Siapa yah Pa?”tanyaku.

“Bentar papa cek dulu deh Ma”jawab suamiku sambil segera menuju ke ruang depan.

Aku segera menyusul suamiku ke depan rupanya Bi Imah pulang.

“Eh rupanya Bi Imah, kirain tamu darimana. Ayo masuk sini saya bantu bawa barangnya. Papa ini gimana sih kok malah bengong?”

“Eh iya Mah sini papa bantu.”sambil meraih bawaan dari tanganku.

“Ndoro, saya mohon maaf, saya bawa cucu saya ke sini.”ujar Mbok Imah.

“Lho gapapa Mbok, mbokkan sudah seperti keluarga kami sendiri. Jadi, cucu Mbok ya keluarga kami juga.”jawabku.

Aku sendiri baru sadar rupanya di belakang Mbok imah berdiri sosok gadis remaja masih ABG. Terlihat sangat polos dimataku. Tanpa dandanan apapun, hanya memakai kaos oblong berlapis jaket sederhana dan rok sepanjang lutut.

“Sini Mar!”suruh Mbok Imah.

“Iya Mbok.”

“Ndoro ini cucu saya Marni. Terpaksa saya ajak kesini karena Bapak dan Ibunya meninggal 3 hari yang lalu kecelakaan.”cerita Mbok Imah.

“Kami turut berduka Mbok.”ujar suamiku.

“Marni, kenalkan saya Wijaya, ini istri saya Revita,”kata suamiku sambil mengenalkan aku kepadanya.

“Kamu gak usah sungkan anggap aja rumah sendiri.”imbuh suamiku.

“Ya sudah ayo masuk semuanya.”ajakku.

Malam itu, rumah kami jadi ramai sekali dengan datangnya satu lagi penghuni rumah ini. Aku sih tidak mempermasalahkan jika harus menampung 1 atau 2 orang
lagi karena memang kami serba berkecukupan. Kami berkumpul dan bercerita di ruang makan. Maklum kami tidak pernah membedakan pembantu dengan status kami.

“Marni, nanti kamu tidur di kamar yang itu yah.”sambil ku tunjuk sebuah pintu kamar di sebelah kanan.

“Iya Ndoro”jawab Marni.

“Duh Marni, jangan panggil Ndoro, mbak, tante atau gimana deh asal jangan Ndoro.”jawabku

“Iya Mbak.”jawab Marni kikuk.

Seusai makan malam. Kami beranjak ke tempat kami masing-masing. Aku dan suamiku segera beranjak ke kamar kami di lantai atas.

----

“Ssssshhhh....enak sekali Pa....”erang Revi Istriku.

Dengan gerakan semakin cepat jari-jariku semakin genjar ku kocok dalam vaginanya. Ku ciumi wajahnya dan tanganku satunya meremas-remas payudaranya
bergantian. Tidak berapa lama Istriku mengejang.

“Pa pa pa papa mamah sampai....”erangnya.

Tubuh istriku kaku mengejang kemudian melemah.

“Enakkan Ma?”tanyaku

“Pah enak banget...”jawabnya tersengal-sengal.

“Sini Pah, gantian.”

Istriku yang nampak lelah namun tetap menggairahkan segera meraih penisku. Mengocok- penisku pelan namun pasti. Penis itu nampak tak cukup dalam genggaman tangan Revi istriku. Sambil rebahan di ranjang ku biarkan istriku berbuat sesukanya. Ku rasakan kepala penisku hangat serasa lembab dan basah. Rupanya kulihat istriku sedang berusaha memasukkan penisku ke dalam mulutnya. Namun jelas dia kesulitan karena mulut istriku terlalu mungil untuk menerima penis besarku. Tapi dapat tetap ku rasakan sensasinya.

“Ah.... Ma lebih dalam lagi ma... ah...”. desahku menikmati blowjob istriku.

Melihat istriku semakin bernafsu menggumuli penisku aku tidak mau kalah ku tarik pinggang istriku hingga akhirnya kepalaku berada tepat di depan gua basahnya. Tanpa menunggu lama. Ku lijati bibir bawah istriku sambil sesekali ku sedot-sedot dan ku masukkan lidahku ke dalam vagina istriku. Istriku pun mendesah menggeliat-geliat meski mulutnya tersumpal penis besarku.

15 menit lebih ku rasa dalam posisi ini, terlihat istriku sudah mulai kelelahan.

“Ah ah sh shshs s...Pa... ca....pek nih penis.... Pa pa em...ang perkasa ah..... Mamah gak sanggup kalo harus gini terus.” Kata istriku sambil menoleh padaku yang masih asyik menjilati vaginanya sembil meremas bokong seksinya.

“Pa...pa...masu...kin.....aja...ah.....”tiba-tiba tubuh istriku mengejang lagi untuk kedua kalinya dan mukaku disemprot cairan kewanitaannya.

“Ah........”desah istriku puas. Pahanya mengapit kepalaku sehingga aku agak kesulitan bernafas.

Setelah jepitannya meregang segera ku balikkan badannya. Tanpa menunggu lama ku tempatkan kepala penisku tepat di bibir vagina istriku yang nampak sangat
kepayahan setelah mendapat dua kali orgasme. Pelan-pelan ku gosok kepala penisku ke bibir vagina istriku.

“Sh...ss.s.s.s.s.s.....”desahan demi desahan istriku.

Ku gosok lagi sesekali ku tekan dan ku tarik lagi bergitu berulang kali.

Desahan istriku semakin hebat.

“Ss...s....s...ss ah ah pa pa...ss ayo dima...suk...kan.....ah..”desah istriku.

Tangannya memegang pantatku seolah tidak ingin aku melepas penisku dari vaginanya dan sekali sentak amblas seluruh penisku ke dalam kemaluan istriku
disertai jeritan kecil istriku.

“Ah....”penisku tertancap sempurna.

Pelan-pelan dengan ritme pasti ku maju mundurkan penisku dalam kemaluan istriku. Sesekali ku tarik penisku hingga tinggal ujungnya saja tetap berada di
dalam vagina istriku. Kemudian ku sentak lagi hingga amblas. Hingga mentok ke dalam lebih dalam. Vagina istriku memang sempit sekali walau sudah berulang kali ku nikmati dan ke genjoti setiap saat. Namun, rasanya tetap masih sama seperti waktu pertama kali.

30 Menit dengan posisi misionary membuatku bosan, ku miringkan badan istriku, kemudian ku genjot lagi vaginanya dari samping sambil ku angkat sebelah kakinya. Ku genjot dengan frekuensi yang cepat.

“Ah....ah....ah.....”istriku mendesah.

“Ku ciumi lehernya dari samping dengan tetap menjaga frekuensi genjotanku sepuluh menit kemuadian ku rasakan ada yang mendesak keluar. Sepertinya aku sudah tidak tahan lagi. Tak beberapa lama ku semprotkan maniku ke dalam vagina istriku berbarengan dengan kejangnya istriku. Malam ini aku cukup puas. Ku peluk istriku dari belakang kemudian kami berciuman cukup lama dan akhirnya istriku tertidur.
Sementara aku sendiri seperti masih belum puas. Namun, ku lihat istriku sudah terlelap. Tidak mungkin aku tega melanjutkan lagi dengan istriku meski penisku masih ingin. Untuk menghilangkan keinginanku aku pun ke luar kamar ke lantai 1 bermaksud melihat tayangan TV di ruang tengah dengan hanya bercelana kolor tanpa CD. Aku tak mau mengganggu istriku yang terlelap jadi ku putuskan ke bawah meski pun kamar kami sendiri memiliki TV.
Ku pencat-pencet tombol remote namun tidak ada acara yang dapat menghiburku. Ku lihat jam di dinding rupanya sudah jam 01.17 pantas saja sudah sepi bergini. Pikiranku menerawang akhirnya timbul niat isengku.

“Bukankah disini ada gadis remaja cucu mbok Imah bukankah dia cukup cantik dan montok untuk ukuran anak desa seperti dia”.pikirku.

Ku matikan TV kemudian setengah berjingkat ku hampiri kamar Marni. Ku putar gagang pintu itu pelan tanpa menimbulkan suara. Aku hampir berteriak saat ku lihat Marni tidur tak berselimut dan hanya mengenakan BH dan Celana Dalam saja. Pantas saja mungkin dia gerah kepanasan karena ku lihat AC di dalam kamar tidak dinyalakan. Mungkin Marni tidak tahu cara menyalakan AC pikirku.

Ku perhatikan gadis itu dengan seksama, sempurna. Untung saja lampu tidur masih nyala sehingga dengan jelas dapat ku perhatikan lekuk-lekuk tubuh remaja ini. Dapat ku lihat dada Marni naik turun seiring dengan dia bernafas. Penisku pun mengeras lagi mengacung-ngacung ke atas hingga ke luar dari celana yang ku pakai.

Aku tak mau terburu-buru. Bisa konyol jadinya kalau samapi dia terbangun. Pelan pelan ku goyangkan badan Marni mencoba membangunkannya. Namun rupanya Marni tidak bergeming.

“Kesempatan nih.”pikirku.

Meskipun bisa dikatakan aku memiliki istri yang sempurna namun bagaimana pun aku laku-laki. Pelan-pelan ku pentangkan kaki Marni. Dalam posisi telentang tentu saja sangat mudah melakukannya. Aku segera melepas celana kolorku. Penisku seperti sudah ingin masuk ke dalam sarangnya. Namun, aku berusaha bersabar meski nafsu sudah diubun-ubun. Pelan dan pasti ku remas pelan payudara Marni yang sedang tumbuh berkembang itu. Ku naikkan BH nya tanpa melepaskannya hingga dapat ku lihat dengan jelas payudara membulat indah dengan puting susu mungil menghiasinya. Ku sedot pelan payudara Marni.

“Ah....Ss...”desah Marni

Aku sempat kaget ku pikir dia akan terbangun. Namun dugaanku salah. Marni hanya mendesah saja sesekali menggeliat. Pasti dia merasakan nikmat.
Bosan dengan payudara Marni ku geser CD marni ke samping dan hanya dapat ku lihat celah lembab dihiasi bulu halus yang sangat jarang.

“Masih perawan rupanya dia.”batinku.

Segera ku tempatkan kepala penisku di bibir kemaluan Marni. Pelan-pelan ku gosok-gosokkan kepala kemaluanku di bibir vagina Marni. Hasilnya Marni merintih dan mendesah tertahan. Untung saja Marni masih tertidur kalau tidak apa jadinya.
Ku dorong masuk ke dalam pelan. Ku lihat Marni meringis seperti kesakitan, ku dorong lagi sedikit demi sedikit akhirnya kepala penisku sudah tertanam dalam vagina Marni. Ku rasakan kepala penisku seperti di selimuti cairan. Terangsang juga dia pikirku. Akal sehatku masih menguasaiku. Sehingga aku tak melanjutkan aksiku lebih jauh.

Dengan kepala penis yang sudah dimakan vagina Marni segera ku maju mundurkan penisku hanya sampai kepalanya saja. Rasanya ternyata enak juga. Sang pemilik vagina pun ku rasa merasakan hal yang sama dengan yang ku rasa. 15 Menit aku merasa ada yang mau keluar. Baru kali ini ku rsakan sensasi seperti ini. Serasa memperkosa seorang gadis. Semakin ku percepat sodokanku dan tepat sebelum spermaku menyembur ku tarik penisku dari dalam vagina Marni dan spermaku menyemprot tepat ke perut Marni. Nasib masih dipihakku Marni masih terlelap mungkin karena masih capek jadi dia tetap terlelap. Segera ku bersihkan spermaku di atas perut Marni tapi dengan apa.

“Aha...ku ambil kolorku dan segera ku lap spermaku. Ku rapikan kembali BH dan CD Marni kemudian aku keluar dari kamar Marni tanpa memakai celana lagi dengan penuh kepuasan.

Aku berharap malam-malam berikutnya dapat ku rasakan lagi hal seperti ini. Aku segera masuk ke dalam kamar dan kemudian tertidur memeluk istriku.

Bersambung.......

Bila ada yang menyukai cerita ini jangan lupa comment, gak suka harus comment juga. Kalau pada minta lanjutin bakal ada lanjutannya kalau tidak ada cukup sampai di sini ketemu cerita lainnya.
 
Terakhir diubah:
Episode 2: Sang Pengintai.

Semenjak kedatangan Marni suamiku seakan bertambah semangat. Apa yang terjadi padanya. Padahal ku lihat tak sekalipun Marni dan suamiku terlibat dalam sebuah percakapan yang intim/ Aku masih berpikir positif tak tahu apa yang telah dilakukan suamiku. Selama ini aku sangat percaya suamiku adalah orang yang sangat setia dan bertanggung jawab jadi tidak mungkin dia akan menghianatiku. Ah..mungkin dia mendapat hiburan karena sampai sekarang belum diberi momongan aku sendiri juga senang ada teman di rumah. Walau sebenarnya aku juga sibuk mengurus butik-butik ku.

Suamiku semakin sibuk pula dengan pekerjaannya selain bekerja sebagai pegawai pemerintahan orang tua suamiku juga menyuruh suamiku mengurus perkebunan kelapa sawit keluarga mereka. Jadilah suamiku semakin sibuk. Namun, dia tetap memberikan kepuasan batin padaku. Meski ku sadari sepertinya suamiku masih belum puas dengan pelayananku. Aku pun bertekad untuk lebih bisa memuaskan suamiku. Suamiku sendiri kemudian mengubah kamar lantai atas satunya untuk ruang kerja lengkap dengan perpustakaan dan multimedia. Beberapa kali aku lihat ke dalam ruang itu. Wow..suamiku benar-benar gila. Ruang itu benar-benar lengkap kecuali dapur tidak ada. Suamiku pun menyediakan ranjang di kamar itu. Sudahlah aku pikir suamiku ingin bekerja sambil bersantai.
Sudah sebulan lamanya Marni tinggal di rumah kami. Rasanya baru kemarin dia datang ke rumah kami. Hari ini Papa Suamiku bermaksud mendaftarkan Marni ke SMA, maklumlah Marni di desa hanya mampu mengenyam pendidikan hingga SMP saja. Aku bisa paham karena memang kehidupan keluarga Mbok Imah memang serba apa adanya. Untunglah suamiku juga bukan orang pelit. Selain, Marni suamiku punya beberapa anak asuh lainnya.

“Pa, papa, jadi mau daftarin Marni sekolah?”tanyaku.

“Jadilah Ma, kasihan jugakan anak masih umur 16 tahun harus putus sekolah. Seenggaknya sampai SMA lah Ma. Tapi kalau memang Marni punya potensi bias jadi
Papa bantu sampai kuliah.”Papar suamiku.

“Mama bangga deh sama Papa,”sambil ku kecup pipi Suamku.

---

Hari itu kami berdua mengantar Marni mendaftarkan sekolah. Tidak ada proses berbelit-belit karena suamiku termasuk orang yang cukup di kenal di sekolahan Marni mendaftar. Yayasan sekolah tersebut merupakan milik sahabat Ayah mertuaku, ayah suamiku. Selain itu, ini bukan pertama kalinya. Ku lihat Marni cukup cantik untuk gadis desa, perawakan yang kecil namun terlihat tubuh itu memiliki bentuk yang indah. Aku sendiri yakin 2-3 tahun lagi Marni akan tumbuh menjadi gadis yang cantik. Apalagi hari ini dia memakai rok di atas lutut dan baju yang serasi. Mungkin harus ku ajari berdandan pikirku.

“Maaf Ndoro Marni jadi ngrepoti!”ujar Marni.

“Lho kan sudah dibilangin jangan panggil saya Ndoro, panggil saja Mas, Kak, Abang atau Papa juga gapapa.”ku dengar obrolan suamiku dan Marni di dalam mobil.

“Iya nih Marni sering gitu lho Pa, masa Mama dipanggil Ndoro.”ujarku.

Ku perhatikan suamiku dari belakang. Nampak suamiku sesekali melirik paha Marni yang terekspos. Tapi biarlah namanya juga laki-laki.

“Tuhkan, dibilangin.” Tutur suamiku

“Gini aja deh Mar, kita buat kesepakatan gimana kamu mau panggil kami. Gimana Mar?”Tanya suamiku.

“Iya Mar.”aku pun menyetujui.

“Mmm....”tampak Marni berpikir.

Hingga belokan terakhir menuju rumah kami, kami masih belum mendapat jawaban dari Marni. Sementara suamiku masih fokus menyetir. Memang kami tidak punya sopir jadi suamiku sendiri seringkali menjadi sopir buatku karena memang aku lebih suka duduk di belakang. Sedangkan Marni ku biarkan duduk di sebelah suamiku.

Tiba-tiba Marni berujar,”Boleh saya Panggil Pak Wijaya dengan Papa, dan Ibu Revita Mama?”

Aku agak terkejut mendengarnya, ku rasa suamiku pun sama karena sempat suamiku menginjak rem mobil.Mungkin Marni masih menyimpan kesedihan karena kehilangan orang tuanya.

“Gimana Ma?”tanya suamiku.

“Boleh sih Pa, lagian kayaknya mama juga pengen cepet punya anak sendiri siapa tahu bisa jadi pancingan.”ujarku.

“Oke deh kalo begitu.”balas suamiku.

“Kamu boleh panggil Papa dan Mama ke kita, ya kan Ma.”tanya suamiku

Aku mengiyakan dengan isyarat anggukan kepala.

“Makasih Ndo,,,, eh Pa makasih Ma.”tutur Marni.

“Oh iya besok kamu sudah bisa masuk sekolah, Mar.”tutur suamiku.

“Ma seragamnya sudah adakan?”tanya suamiku.

“Sudah Pa, sudah Mama mintakan ke sekolah.”jawabku

Tidak lama kemudian mobil kami sampai di depan rumah. Suamiku membunyikan klakson mobil yang kemudian di sambut Mbok Imah. Sampai di rumah aku pun bergegas ke kamar Mandi, rasanya gerah lagian juga sudah sore. Ku nyalakan shower. Ku dinginkan kepalaku. Entah apa yang ku pikirkan. Aku rasa suamiku memiliki ketertarikan terhadap Marni. Tapi apa iya?

“Ma, mama, papa ikut mandi dong,”suamiku tiba-tiba nyelonong ke kamar mandi.

“Ih papa nakal.”ujarku merajuk manja.

Bagaimana tidak, tiba-tiba suamiku masuk ke kamar mandi dan langsung memelukku dari belakang sementara di bawah sana ku tahu Penis suamiku sudah menegang terjepit diantara sela pahaku.

“Aduh cantik bener nih, seksi lagi. Istri siapa sih?”rayu suamiku sambil memainkan payudaraku dengan tangannya.

“Ah papa, nanti dulu. Kita mandi dulu Pa.”cegahku tidak bersungguh-sungguh.

“Ah mama kelamaan Ma, Papa udah gak tahan nih.”kata suamiku sambil mengangkat satu pahaku sementara tangan yang lain memandu penisnya memasuki vaginaku
dari belakang.

Aku hanya dapat berpegangan pada dinding kamar mandi. Vaginaku memang sudah basah dari tadi. Ku akui aku memang cepat basah.

“Bless.”penis suamiku masuk ke dalam vaginaku.

Suamiku tidak buru-buru, di diamkan sejenak penis besar itu di dalam vaginaku. Aku semakin bernafsu, nafasku semakin tidak teratur. Tidak berapa lama suamiku mulai memaju mundurkan penisnya. Ditarik- didorong begitu pelan berulang-kali, kemudian semakin cepat dan semakin cepat. Tangan suamiku tidak tinggal diam begitu saja. Sementara penisnya bekerja, payudaraku menjadi sasaran, bibirnya pun ikut menjelajahi leher jenjangku.

“ah.....ssh...ah....ah...ah....ah....”desahku tak tertahan.

Untung saja kamar kami ada di lantai atas dan memang kamar mandi ini berada di dalam kamar. Jadi aku tidak terlalu risau jika ada yang mendengar jeritan dan desahanku.

“Ah....e...nak....Pa....”aku menceracau tak karuan penis itu benar-benar enak menggosok setiap inchi rongga vaginaku.
Aku merasa tidak tahan lagi.

“Pa...ma....ma...u..da...ma...u...sa...sam pe....”ujarku tertahan tahan.

“Ben...tar Ma...Pa...Pa ju.*** u...da...”

Belum sempat suamiku menyelasaikan kalimatnya, aku sudah mencapai puncak kenikmatan ku.

“Ah...................”aku mendesah panjang tubuhku mengejang di pelukan suamiku.

Tak berapa lama vaginaku mendapat serangan lagi. Suamiku tiba-tiba menghujamkan penisnya kuat-kuat ke dalam vaginaku.

“Crot....crot...crot....”sperma suamiku menyembur ke dalam lobang surgaku.

Kami berdua terengah-engah. Nafas kami tidak beraturan sementara aku sendiri sudah sangat letih. Cukup lama kami bersetubuh di kamar mandi. Suamiku masih memelukku sementara penisnya masih tertancap di vaginaku. Pertama kalinya kami bersetubuh di kamar mandi di bawah air shower. Sungguh luar biasa. Ku selesaikan acara mandi bersama suamiku.

“Makasih Pa...”ku kecup bibir suamiku.

----

Pukul tujuh Malam, setelah ritual seks di kamar Mandi dengan Istriku Revita. Seperti biasanya kami makan malam bersama, kecuali jika aku sedang dinas ke luar kota atau sedang ke perkebunan kelapa sawit di kalimantan.

“Ayo kita makan!”Ajakku.

“Tapi sebelum itu berdoa dulu yah.”sambungku lagi.

Sejenak suasana hening kami berempat, aku, istriku, marni dan Mbok Imah khusyuk berdoa.
Tidak lama terdengar suara kunyahan dan gigi-gigi beradu.

“Mbok,”ujarku membuka percakapan.

“Iya, Ndoro.”jawab Mbok Imah. Kalau untuk urusan Mbok Imah memanggil Ndoro itu adalah karena masalah kebiasan sejak lama jadi memang sudah jdi adat.

“Gini Mbok, Mbok gak usah kaget kalo misal Marni memanggil saya Papa atau manggil Revi mama. Kita sudah sepakat Mbok.”terangku.

“Iya Mbok lagian kita sudah seperti keluarga sendiri,”tambah Istriku.

“Iyakan Mar?”tanya Istriku.

“Iya Mah.”jawab Marni.

“Oh iya Mar nanti kamu ke kamar saya bentar yah. Mama mau kasih kamu baju buat tidur lagian masa kamu tidur pake baju kayak gitu.”Istriku lagi.

“Iya, Ma.”jawab Marni.

Aku ikut senang mendengarnya. Setelah acara makan malam selesai seperti biasa Mbok Imah kembali ke kamarnya dan seperti biasa Mbok Imah selalu sembahyang sebelum dia tidur dan berdoa sangat lama. Aku pernah sekali melihat Mbok Imah, ketika terjaga di dini hari sedang berdoa dan sembahyang dengan khusyuk sewaktu aku hendak mengambil air di dapur.

Aku sendiri biasanya akan duduk di depan TV di ruang tengah di lantai 1. Namun, hari ini aku ingin masuk ke ruang kerjaku yang baru di lantai 2. Ruang kerjaku sangat lengkap, mulai dari edukasi hingga entertainment ada semua. Sehingga aku sangat nyaman disini. Apalagi aku juga menyediakan ranjang yang cukup untuk satu orang. Alhasil ruang kerjaku memiliki banyak kegunaan. Satu hal yang tidak ku beritahu isteriku adalah di kamar ini aku dapat melihat segala aktivitas di rumah ini bahkan hingga ke luar rumah. Yah, berbarengan dengan renovasi kamar yang kemudian ku ubah menjadi ruang kerja aku memasang beberapa kamera CCTV yang tidak disadari oleh orang. Selain untuk keamanan aku punya tujuan lain.

“Klik.”ku tekan mouse komputerku.

Layar monitorku langsung menampilkan pemandangan di depan rumah. Cukup lengang pikirku. Aku pindah lagi ke belakang rumah. Aman. Oh iya monitor komputerku tidak hanya satu tapi ada tiga sehingga sangat mantap. Aku sendiri tidak khawatir jika nantinya istriku tahu jika rumah ini sudah ku pasang CCTV. Toh dia hanya bisa melihat CCTV di luar rumah dan di ruang tamu melalui komputer tersebut bila tidak memasukkan password tertentu dan cuma aku yang tahu.

Setelah memastikan keadaan sekitar aman, aku segera mengalihkan perhatianku kepada pekerjaanku. Lima belas kemudian aku sudah bosan dengan pekerjaanku. Ku lirik jam di monitor menunjukkan 19.45. Tiba-tiba terbersit sesuatu dalam pikiranku.

“Aha...aku mau lihat Marni dulu.”pikirku.

Segera ku buka monitor komputerku.

“Jebret.”gambar kamar tidur Marni terlihat jelas di layar.

“Lho kok gak ada?”pikirku kecewa.

Sejenak aku berpikir, bukankan dia sama Revita, coba cek dulu. Ku lihat lagi layar monitor. Terlihat kamar tidur kami.

Sungguh suatu kejutan. Aku lihat Marni sedang bertelanjang hanya memaki CD dan BH saja. Oh rupanya dia sedang mencoba-coba baju yang diberikan oleh istriku. Ku kira istriku hanya memberikan baju tidur saja ternyata baju lainnya pun diberikan dan Marni langsung mencobanya. Ku lihat di monitorku mereka berdua tertawa nampak bahagia. Bahkan kali ini ku lihat istriku ikutan membuka baju. Sungguh pemandangan yang luar biasa. Nampak, Marni sangat mungil di banding istriku. Kalau ditaksir mungkin Marni hanya setinggi pundak istriku.

Ah...benar-benar sempurna kedua bidadari ini. Ku lihat di monitor dengan jelas keduanya berpelukan ku lihat Marni menangis di pelukan istriku entah kenapa Marni menangis aku tidak mendengar apa pun karena memang aku tidka memasang perangkat audio untuk mendengar percakapan. Yang terlihat hanyalah istriku mengelus kepala Marni dan mendekap erat ke dadanya.

“Deg...”jantungku sempat terhenti ketika ku lihat di monitor istriku dan Marni kemudian berciuman seperti sepasang kekasih. Apakah istriku biseks, tanyaku sendiri.

Aku hanya bisa menahan gejolak hati. Kedua wanita itu masih asyik berciuman. Dua orang wanita yang keduanya hanya berpakaian dalam saja. Aku harus bagaimana. Apakah harus ku labrak atau ku biarkan saja. Aku mengalami pertarungan batin.
Cumbuan keduanya semakin panas. Ku lihat keduanya bergerak ke ranjang dan akhirnya keduanya rebahan sambil tetap berciuman mesra. Ku lihat di layar istriku mulai menggerayangi Marni, dia meremas-remas bokong Marni. Marni sepertinya memang masih polos nampak sekali dia pasif. Justru istriku yang mengarahkan tangan marni menuju selangkangan istriku.

Pemadangan ini benar-benar membuatku tidak tahan. Tanpa dikomando penisku sangat keras dan tegang bahkan tanpa permisi nongol keluar celana kolorku. Permainan Revita Istriku semakin memanas entah kapan keduanya melepas pakaian terakhir mereka yang pasti sekarang keduanya bugil dan saling menjilati vagina mereka. Sungguh tidak terduga ku lihat posisi enam sembilan dilakukan oleh dua orang wanita. Mereka nampak sangat bernafsu.
Ah...peduli setan aku nikmati saja pemandangan ini. Lagipula istriku tidak selingkuh dengan pria lain. Tidak lamaku lihat keduanya berganti posisi. Layaknya senggama dengan laki-laki keduanya saling menggesekan vagina satu dengan yang lain.

Tidak lama keduanya mengejang dan terkapar lemah di ranjang. Lalu 5 menit kemudian istriku beranjak ke kamar mandi sambil mengajak Marni. Entah apa yang mereka lakukan di kamar mandi. Yang jelas keduanya hilang dari monitor. Kenapa tidak ku pasang juga di kamar mandi pikirku.
15 menit berlalu, nampak dua tubuh bugil, dua sosok tubuh wanita. Satu memiliki wajah dan tubuh bagai bidadari dan satunya lagi masih mungil dan masih terus tumbuh namun sudah menampakkan pesonanya.

Keduanya, duduk di tepi ranjang dan terlihat sedang mengobrol, kemudian ku lihat istriku beranjak mengambil baju di lemari. Dia mengulurkan sebuah baju kepada Marni dan dai sendiri kemudian memakai daster. Rupanya istriku memberikan daster kepada Marni. Terlihat marni memakainya. Wow terlihat sangat cocok Marni dengan daster warna merah muda tanpa lengan dan hanya sebatas paha saja. Keduanya kemudian memakai celana dalam dan kemudian istriku merapikan kamar kami. Sedangkan Marni ke luar sambil membawa banyak baju.

“Eh sebentar. Marni gak pake BH dong.”aku bicara sendiri.

---
Bersambung...
 
Keep posting suhu.. mau di mana lokasinya yg penting alur cerita mantep dan diusahakan update rutin
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd