Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

Mari saya perkenalkan apa itu: PKI

jadi mereka dibantai untuk hal yang tidak mereka lakukan ya?
sejak masih sd saya sudah curiga ada yang g beres
 
mari ts dilanjut lg .
Ane numpang mojok ya .
Smbl nunggin lanjutannya
 
"MORAL SEORANG KOMUNIS"
Kisah ini tidak jauh beda dengan jutaan kisah manusia lainnya di indonesia:

Pada suatu hari di bulan September, beberapa tahun yang lalu, saya berhenti di sebuah rumah tukang jahit untuk menjahitkan salah satu celana yang robek. Ada pemandangan yang berbeda yang pertama kali saya temui di tempat ini: semua penghuni–penjahitnya ada empat orang–adalah pria dan wanita yang sudah sangat uzur. Tak ada saya lihat satupun pemuda atau anak kecil, bahkan bapak-ibu. Salah satu penjahit mengatakan kepada saya bahwa mereka berempat mengontrak rumah ini bersama-sama sejak tahun 2001. Sejak tahun 1977, mereka berempat sudah berpindah-pindah dalam menjalankan usaha kolektiv mereka. Pada salah satu penjahit, Pak Yasir, dengan lancang saya bertanya kenapa dan kemana. Kenapa mereka berpindah-pindah, kenapa mereka selalu berempat dan kemana sanak famili mereka. Awalnya Pak Yasir enggan untuk menjawab. Beliau hanya diam termangu memandangi jari yang sibuk bergerak-gerak mengatur arah kain yang dipatukin jarum besi. Namun karena seringnya saya menyinggahi mereka, kekakuan itu mulai pudar, dan rahasia-rahasia lama yang seharusnya hendak mereka simpan rapat di dalam relung hati mulai terbongkar.

Awal mulanya adalah ketika saya datang untuk mengepaskan ukuran jaket almamater yang terlalu kebesaran. Waktu itu entah kenapa saya begitu malasnya untuk mengobrol, hingga saya memutuskan untuk membaca saja. Kebetulan saya baru saja mendapatkan buku tua Pramoedya Ananta Toer yang berjudul Tjerita Dari Blora. Dari ekor mata, saya dapat melihat berkali-kali Pak Yasir melirik ke arah buku yang saya pegang. Ia kelihatan gugup ketika saya menutup buku dan memandanginya. Dengan terbata-bata ia berkata:

“Itu, bukunya dapat darimana, Nak?”

Kecurigaan saya selama ini akhirnya terjawab hanya karena sebuah buku. Sepertinya ia menganggap bahwa saya bukanlah seorang picik seperti generasi muda yang lahir di jaman orde baru pada umumnya, hingga akhirnya ia mulai berbicara lepas terhadap saya.

“Di jaman Kakek, itu buku ngetop. Tapi penulisnya… kamu tau dia siapa?” katanya. Saya tersenyum dan mengangguk. Lantas saya dengan kelancangan dan kekurang-ajaran masyarakat urban bertanya tanpa tedeng-aling aling kepadanya. “Bapak bekas PKI?” Ia diam. Menghentikan segala aktivitas jahitnya, lalu pergi begitu saja meninggalkan saya. Buk Gemuk–karena memang gemuk–mendatangi saya, tersenyum lalu meneruskan jahitan yang tadi ditinggalkan oleh Pak Yasir. Setelah menanyai saya–mengetes, apakah saya termakan oleh propaganda orba atau tidak–akhirnya Bu Gemuk menceritakan kisah Pak Yasir kepada saya. Kira-kira begini kisahnya:

Mereka berempat adalah aktivis kiri–entah kenapa, Bu Gemuk tetap tak mau disebut komunis–di jaman Presiden Soekarno. Pak Yasir adalah aktivis BTI (Barisan Tani Indonesia), Bu Gemuk tergabung dalam HSI (Himpunan Sarjana Indonesia), sedangkan dua yang lain tergabung dalam SOBSI. Di masa mudanya, menurut Bu Gemuk, Pak Yasir adalah seorang ahli dalam teori marxisme-leninisme. Ia berapa kali di ajak oleh Pak Asmu (ketua BTI pusat) untuk ikut dalam kongres PKI di Jakarta. Di kota saya sendiri (Medan) Pak Yasir adalah sahabat dari mantan Gubernur Sumatera Utara saat itu: Jenderal Ulung Sitepu. Sebelum G/30/S meletus, Pak Yasir menjalin persahabatan dengan orang-orang Nahdiyin (NU) dan orang-orang Marhaen (PNI). Beliau mengajak mereka untuk bersatu padu dalam membantu para petani yang berada jauh di pedalaman Deli Tua. Hampir setiap minggu, Pak Yasir dan teman-temannya datang ke daerah-daerah yang tak terjangkau kendaraan umum–mereka harus berjalan kaki sejauh 1 hingga 3 kilometer–untuk membawa pestisida, cangkul, dan segala macam kebutuhan para petani. Setiap sebulan sekali, mereka datang untuk mengambil panenan yang berlebih lantas menjualkannya ke kota. “Tak perlu bawa-bawa nama Tuhan jika hanya ingin membantu sesama manusia,”

Pak Yasir juga salah seorang tokoh yang sangat menentang poligami dan patriarkisme dalam rumah tangga. Bu Gemuk mengenang bagaimana ketika Pak Yasir harus berkelahi dengan adik kandungnya sendiri akibat keinginan sang adik yang ingin mengambil istri muda. “Itu sesuai anjuran moral dalam partai, Nak. Lah, Bung Njoto yang ganteng itu aja kena skorsing partai kan gara-gara mau kawin lagi, tau sama Bung Njoto?” katanya. Pak Yasir juga pernah menghukum beberapa petani yang ketahuan menampar istri mereka masing-masing. “Kita sedang memperjuangkan terhapusnya sisa-sisa feodalisme, lah gimana mau jalan kalau masih ada yang semena-mena sebagai suami.”

Sebagai tokoh penting BTI, Pak Yasir hidup sangat sederhana. Kedua anaknya tak diijinkannya untuk naik sepeda ke sekolah bila diantara teman-temannya masih ada yang jalan kaki. Dia juga sering bertengkar dengan istrinya karena sang istri teramat sering mengancam untuk pulang ke rumah orang tua karena aktivitas Pak Yasir yang terlalu jarang berada di rumah.

Maka, meletuslah G/30/S! Rumah Pak Yasir diserbu massa. Dibakar, barang-barangnya di jarah, begitupun rumah tetangga-tetangganya yang waktu itu terletak di daerah Simpang Tworiver. Istri dan kedua anaknya berhasil menyelamatkan diri. Namun yang membuat Pak Yasir sakit hati adalah: para penyerang ternyata adalah pemuda-pemuda Marhaen yang beberapa bulan sebelumnya ikut bersamanya menjenguk desa-desa terpencil! Dengan muka yang terus menunduk, Bu Gemuk menceritakan bagaimana para petani yang dulu sering dibantu oleh Pak Yasir cs dibantai hanya karena: namanya terdaftar dalam orang-orang yang menerima bantuan dari BTI/PKI. Kabarnya, ratusan petani itu dikumpulkan di sebuah gudang beras kosong di daerah Namurambe, lalu diberondong ratusan peluru oleh pasukan RPKAD. Setelah itu, Bu Gemuk tak tahu apa yang terjadi pada Pak Yasir, yang jelas Pak Yasir sempat ditahan di RTM Jl***ndhi.

Pada tahun1977 itulah Bu Gemuk bersama Pak Topi bertemu dengan Pak Yasir dan Pak Jenggot yang sedang mengemis di sekitar jalanan Waspada. Setuju untuk melanjutkan hidup bersama-sama, maka seperti sekaranglah mereka.

Suatu hari Pak Yasir pernah berkata kepadaku: “Moral yang luhur dari seorang manusia tak bisa lahir hanya karena sering membaca, sering berdoa, atau sering mendengar ceramah. Moral hanya bisa terbentuk ketika kau berada di tengah-tengah penderitaan manusia yang ada di sekitarmu.”
 
"MORAL SEORANG KOMUNIS"
Kisah ini tidak jauh beda dengan jutaan kisah manusia lainnya di indonesia:

Pada suatu hari di bulan September, beberapa tahun yang lalu, saya berhenti di sebuah rumah tukang jahit untuk menjahitkan salah satu celana yang robek. Ada pemandangan yang berbeda yang pertama kali saya temui di tempat ini: semua penghuni–penjahitnya ada empat orang–adalah pria dan wanita yang sudah sangat uzur. Tak ada saya lihat satupun pemuda atau anak kecil, bahkan bapak-ibu. Salah satu penjahit mengatakan kepada saya bahwa mereka berempat mengontrak rumah ini bersama-sama sejak tahun 2001. Sejak tahun 1977, mereka berempat sudah berpindah-pindah dalam menjalankan usaha kolektiv mereka. Pada salah satu penjahit, Pak Yasir, dengan lancang saya bertanya kenapa dan kemana. Kenapa mereka berpindah-pindah, kenapa mereka selalu berempat dan kemana sanak famili mereka. Awalnya Pak Yasir enggan untuk menjawab. Beliau hanya diam termangu memandangi jari yang sibuk bergerak-gerak mengatur arah kain yang dipatukin jarum besi. Namun karena seringnya saya menyinggahi mereka, kekakuan itu mulai pudar, dan rahasia-rahasia lama yang seharusnya hendak mereka simpan rapat di dalam relung hati mulai terbongkar.

Awal mulanya adalah ketika saya datang untuk mengepaskan ukuran jaket almamater yang terlalu kebesaran. Waktu itu entah kenapa saya begitu malasnya untuk mengobrol, hingga saya memutuskan untuk membaca saja. Kebetulan saya baru saja mendapatkan buku tua Pramoedya Ananta Toer yang berjudul Tjerita Dari Blora. Dari ekor mata, saya dapat melihat berkali-kali Pak Yasir melirik ke arah buku yang saya pegang. Ia kelihatan gugup ketika saya menutup buku dan memandanginya. Dengan terbata-bata ia berkata:

“Itu, bukunya dapat darimana, Nak?”

Kecurigaan saya selama ini akhirnya terjawab hanya karena sebuah buku. Sepertinya ia menganggap bahwa saya bukanlah seorang picik seperti generasi muda yang lahir di jaman orde baru pada umumnya, hingga akhirnya ia mulai berbicara lepas terhadap saya.

“Di jaman Kakek, itu buku ngetop. Tapi penulisnya… kamu tau dia siapa?” katanya. Saya tersenyum dan mengangguk. Lantas saya dengan kelancangan dan kekurang-ajaran masyarakat urban bertanya tanpa tedeng-aling aling kepadanya. “Bapak bekas PKI?” Ia diam. Menghentikan segala aktivitas jahitnya, lalu pergi begitu saja meninggalkan saya. Buk Gemuk–karena memang gemuk–mendatangi saya, tersenyum lalu meneruskan jahitan yang tadi ditinggalkan oleh Pak Yasir. Setelah menanyai saya–mengetes, apakah saya termakan oleh propaganda orba atau tidak–akhirnya Bu Gemuk menceritakan kisah Pak Yasir kepada saya. Kira-kira begini kisahnya:

Mereka berempat adalah aktivis kiri–entah kenapa, Bu Gemuk tetap tak mau disebut komunis–di jaman Presiden Soekarno. Pak Yasir adalah aktivis BTI (Barisan Tani Indonesia), Bu Gemuk tergabung dalam HSI (Himpunan Sarjana Indonesia), sedangkan dua yang lain tergabung dalam SOBSI. Di masa mudanya, menurut Bu Gemuk, Pak Yasir adalah seorang ahli dalam teori marxisme-leninisme. Ia berapa kali di ajak oleh Pak Asmu (ketua BTI pusat) untuk ikut dalam kongres PKI di Jakarta. Di kota saya sendiri (Medan) Pak Yasir adalah sahabat dari mantan Gubernur Sumatera Utara saat itu: Jenderal Ulung Sitepu. Sebelum G/30/S meletus, Pak Yasir menjalin persahabatan dengan orang-orang Nahdiyin (NU) dan orang-orang Marhaen (PNI). Beliau mengajak mereka untuk bersatu padu dalam membantu para petani yang berada jauh di pedalaman Deli Tua. Hampir setiap minggu, Pak Yasir dan teman-temannya datang ke daerah-daerah yang tak terjangkau kendaraan umum–mereka harus berjalan kaki sejauh 1 hingga 3 kilometer–untuk membawa pestisida, cangkul, dan segala macam kebutuhan para petani. Setiap sebulan sekali, mereka datang untuk mengambil panenan yang berlebih lantas menjualkannya ke kota. “Tak perlu bawa-bawa nama Tuhan jika hanya ingin membantu sesama manusia,”

Pak Yasir juga salah seorang tokoh yang sangat menentang poligami dan patriarkisme dalam rumah tangga. Bu Gemuk mengenang bagaimana ketika Pak Yasir harus berkelahi dengan adik kandungnya sendiri akibat keinginan sang adik yang ingin mengambil istri muda. “Itu sesuai anjuran moral dalam partai, Nak. Lah, Bung Njoto yang ganteng itu aja kena skorsing partai kan gara-gara mau kawin lagi, tau sama Bung Njoto?” katanya. Pak Yasir juga pernah menghukum beberapa petani yang ketahuan menampar istri mereka masing-masing. “Kita sedang memperjuangkan terhapusnya sisa-sisa feodalisme, lah gimana mau jalan kalau masih ada yang semena-mena sebagai suami.”

Sebagai tokoh penting BTI, Pak Yasir hidup sangat sederhana. Kedua anaknya tak diijinkannya untuk naik sepeda ke sekolah bila diantara teman-temannya masih ada yang jalan kaki. Dia juga sering bertengkar dengan istrinya karena sang istri teramat sering mengancam untuk pulang ke rumah orang tua karena aktivitas Pak Yasir yang terlalu jarang berada di rumah.

Maka, meletuslah G/30/S! Rumah Pak Yasir diserbu massa. Dibakar, barang-barangnya di jarah, begitupun rumah tetangga-tetangganya yang waktu itu terletak di daerah Simpang Tworiver. Istri dan kedua anaknya berhasil menyelamatkan diri. Namun yang membuat Pak Yasir sakit hati adalah: para penyerang ternyata adalah pemuda-pemuda Marhaen yang beberapa bulan sebelumnya ikut bersamanya menjenguk desa-desa terpencil! Dengan muka yang terus menunduk, Bu Gemuk menceritakan bagaimana para petani yang dulu sering dibantu oleh Pak Yasir cs dibantai hanya karena: namanya terdaftar dalam orang-orang yang menerima bantuan dari BTI/PKI. Kabarnya, ratusan petani itu dikumpulkan di sebuah gudang beras kosong di daerah Namurambe, lalu diberondong ratusan peluru oleh pasukan RPKAD. Setelah itu, Bu Gemuk tak tahu apa yang terjadi pada Pak Yasir, yang jelas Pak Yasir sempat ditahan di RTM Jl***ndhi.

Pada tahun1977 itulah Bu Gemuk bersama Pak Topi bertemu dengan Pak Yasir dan Pak Jenggot yang sedang mengemis di sekitar jalanan Waspada. Setuju untuk melanjutkan hidup bersama-sama, maka seperti sekaranglah mereka.

Suatu hari Pak Yasir pernah berkata kepadaku: “Moral yang luhur dari seorang manusia tak bisa lahir hanya karena sering membaca, sering berdoa, atau sering mendengar ceramah. Moral hanya bisa terbentuk ketika kau berada di tengah-tengah penderitaan manusia yang ada di sekitarmu.”

Dan kalau mereka yang menang maka jadilah kita harus berbaju abu abu semua, persis seperti RRC tahun 1960 an..

Jadilah kita dibuat menjadi masyarakat tanpa jiwa

Semua milik negara dan patuh jiwa raga hanya kepada partai

Ingat RRC baru bergeliat setelah perubahan dari komunis sejati dan juga runtuhnya komunis di dunia

Sekelumit kisah yang mau dibuat dramatis ini hanyalah sisa dari pola propaganda mereka (PKI) sejak dulu.. Di threat sebelah karena ada member yang salah kaprah membuatku posting tentang PKI sejak 1949 sampai 1965

Inilah salah satu buah reformasi maha bodoh itu yang membuat orang yang tidak mengerti persoalan mencob a menyampaikan pendapat dan mencoba mendapatkan empati padahal semua hanya hasil cuplikan2 tanpa mengerti masalah seutuhnya
 
Dan kalau mereka yang menang maka jadilah kita harus berbaju abu abu semua, persis seperti RRC tahun 1960 an..

Jadilah kita dibuat menjadi masyarakat tanpa jiwa

Semua milik negara dan patuh jiwa raga hanya kepada partai

Ingat RRC baru bergeliat setelah perubahan dari komunis sejati dan juga runtuhnya komunis di dunia

Sekelumit kisah yang mau dibuat dramatis ini hanyalah sisa dari pola propaganda mereka (PKI) sejak dulu.. Di threat sebelah karena ada member yang salah kaprah membuatku posting tentang PKI sejak 1949 sampai 1965

Inilah salah satu buah reformasi maha bodoh itu yang membuat orang yang tidak mengerti persoalan mencoba menyampaikan pendapat dan mencoba mendapatkan empati padahal semua hanya hasil cuplikan2 tanpa mengerti masalah seutuhnya

Saya bukan pendukung PKI tapi saya juga bukan pecinta Demokrasi...
Maaf sebelumnya disini saya hanya ingin memberikan presepsi saja..

Ideologi komunisme di Tiongkok agak lain daripada dengan Marxisme-Leninisme yang diadopsi bekas Uni Soviet. Mao Zedong menyatukan berbagai filsafat kuno dari Tiongkok dengan Marxisme yang kemudian ia sebut sebagai Maoisme. Perbedaan mendasar dari komunisme Tiongkok dengan komunisme di negara lainnya adalah bahwa komunisme di Tiongkok lebih mementingkan peran petani daripada buruh. Ini disebabkan karena kondisi Tiongkok yang khusus di mana buruh dianggap sebagai bagian tak terpisahkan dari kapitalisme.
 
Saya bukan pendukung PKI tapi saya juga bukan pecinta Demokrasi...
Maaf sebelumnya disini saya hanya ingin memberikan presepsi saja..

Ideologi komunisme di Tiongkok agak lain daripada dengan Marxisme-Leninisme yang diadopsi bekas Uni Soviet. Mao Zedong menyatukan berbagai filsafat kuno dari Tiongkok dengan Marxisme yang kemudian ia sebut sebagai Maoisme. Perbedaan mendasar dari komunisme Tiongkok dengan komunisme di negara lainnya adalah bahwa komunisme di Tiongkok lebih mementingkan peran petani daripada buruh. Ini disebabkan karena kondisi Tiongkok yang khusus di mana buruh dianggap sebagai bagian tak terpisahkan dari kapitalisme.

Demokrasi dan HAM adalah omong kosong terbesar di planet ini..

Point disini adalah upaya segelintir orang yang berusaha membuat dan mempengaruhi orang2 yang tidak mengerti untuk memutar balikan sejarah

Bahwa komunisme di Indonesia ditumpas adalah fakta dan itu sudah seharusnya, bahwa ada korban itu adalah harga yang harus dibayar

Bahwa reformasi 1998 adalah perbuatan maha bodoh adalah fakta dan menjadikan Indonesia mundur 5 dekade kebelakang adalah kenyataan

Bahwa dari macan Asia kita berubah jdi kucing kurap Asia sekarang ini adalah juga kenyataan

Aku jelas bisa membedakan Maoism, Leninism dan Marxism tapi diskusi soal itu disini akan jadi OOT nantinya
 
Demokrasi dan HAM adalah omong kosong terbesar di planet ini..

Point disini adalah upaya segelintir orang yang berusaha membuat dan mempengaruhi orang2 yang tidak mengerti untuk memutar balikan sejarah

Bahwa komunisme di Indonesia ditumpas adalah fakta dan itu sudah seharusnya, bahwa ada korban itu adalah harga yang harus dibayar

Bahwa reformasi 1998 adalah perbuatan maha bodoh adalah fakta dan menjadikan Indonesia mundur 5 dekade kebelakang adalah kenyataan

Bahwa dari macan Asia kita berubah jdi kucing kurap Asia sekarang ini adalah juga kenyataan

Aku jelas bisa membedakan Maoism, Leninism dan Marxism tapi diskusi soal itu disini akan jadi OOT nantinya

Iya memang saya sadari dari dulu:

Banyak korban salah PKI
Banyak korban yg tidak bersalah, salah PKI
Indonesia gak maju2, salah PKI
Pribumi keturunan banyak jadi korban, salah PKI
Jakarta banjir salah PKI
Sampai kalo terjadi kiamat juga nanti salahkan saja PKI

Demokrasi dan HAM omong kosong?
Hmm.. Coba katakan itu saat kakak perempuan, adik perempuan dan sepupu perempuan diperkosa beramai2 lalu saat anda lapor polisi dan president anda ingat kalo demokrasi dan HAM omong kosong..

Eh jangan bilang2 eyang soeharto ya nanti saya malah di cap PKI kalo nulis kayak beginian seperti paman saya yang hilang sekeluarga entah kemana setalah ditangkap TNI waktu saya masih kecil..
 
Iya memang saya sadari dari dulu:

Banyak korban salah PKI
Banyak korban yg tidak bersalah, salah PKI
Indonesia gak maju2, salah PKI
Pribumi keturunan banyak jadi korban, salah PKI
Jakarta banjir salah PKI
Sampai kalo terjadi kiamat juga nanti salahkan saja PKI

Demokrasi dan HAM omong kosong?
Hmm.. Coba katakan itu saat kakak perempuan, adik perempuan dan sepupu perempuan diperkosa beramai2 lalu saat anda lapor polisi dan president anda ingat kalo demokrasi dan HAM omong kosong..

Eh jangan bilang2 eyang soeharto ya nanti saya malah di cap PKI kalo nulis kayak beginian seperti paman saya yang hilang sekeluarga entah kemana setalah ditangkap TNI waktu saya masih kecil..

Ternyata bukan penilaian atau melihat permasalahan secara obyektif namun lebih kepada dendam belaka

Seperti tertulis


seperti paman saya yang hilang sekeluarga entah kemana setalah ditangkap TNI waktu saya masih kecil..

Ini juga bentuk jawaban irrasional yang tidak bertanggung jawab dan lebih kepada luapan emosi saja


Banyak korban salah PKI
Banyak korban yg tidak bersalah, salah PKI
Indonesia gak maju2, salah PKI
Pribumi keturunan banyak jadi korban, salah PKI
Jakarta banjir salah PKI
Sampai kalo terjadi kiamat juga nanti salahkan saja PKI

Korban karena ulah PKI banyak.. Termasuk yang tidak bersalah dan itu adalah akibat dari ulah PKI bukan salah aparat yang berusaha mempertahankan negara

Indonesia tidak maju maju salah para sengkuni yang menghasut rakyat utk melakukan reformasi maha bodoh dan tidak berguna

Coba dudukkan masalah pada masing posisinya ya mas ..

Demokrasi dan HAM omong kosong sdh terbukti

Saat "petrus" diberlakukan Indonesia aman

Saat demo demo yang tidak karuan dilarang Indonesia stabil, tidak ada mahluk-mahluk hina dina yang menutup/memblokir jalan, anarkis dll

Saat pemerintah tegas rakyat bisa bekerja dengan aman dan tenteram .. Indonesiapun di hargai negara lain bahkan selaku WN saat berkunjung ke negara lain masih jauh lebih dihormati dan dihargai oleh warga negara yang kita kunjungi

Pak Harto ? Kesalahan beliau satu, tidak menyiapkan kader .. Lihat Lee Kuan Yew atau Mahatir yang belajar dari Pak Harto .. Sampai sekarang negaranya stabil
 
Terakhir diubah:
oke, saya lanjutkan..

Saat pertama kali mendengar siaran RRI 1 Oktober, Soeharto dalam buku: "Pikiran, ucapan, dan tidakan saya" berkata: "Deg, saya segera mendapatkan firasat. Lagipula saya tahu siapa itu Letkol Untung. Saya ingat, dia dekat dengan PKI, malahan pernah jadi anak didik tokoh PKI, Alimin." Ia hendak menyatakan: telah menduga bahwa PKI lah yang mengorganisir G/30/S bahkan saat para Jenderal yang masih hidup belum dieksekusi mati. Waw! Betapa maha-hebatnya firasat sang Jenderal yang satu ini!

Penyesatan .....!

Firasat adalah hal yang umum....... namun TS menguatkan dengan (yang ku bold merah) ..... ITU ADALAH OPINI TS....

Satu cacat kasat mata dalam narasi rezim Soeharto pasca-1967 tentang Biro-Chusus adalah satu-satunya bukti mereka yang handal adalah kesaksian seseorang yang mengakui bahwa: menipu adalah pekerjaanya. Sjam, seorang tokoh tak dikenal, tak pernah muncul sebagai pemimpin PKI. Ia mengaku bahwa dirinya sangat dipercaya oleh Aidit sehingga ditugasi untuk masuk ke dalam tubuh Angkatan Darat. Seorang agen intelligen yang harus menipu dalam pekerjaannya menjadi satu-satunya bukti handal!

Bikin ketawa deh alinea ini...........kenapa nggak soal WIKANA sekalian diangkat mas TS ? :)

Tentang Syam :

Lahir dengan nama Sjamsul Qamar Mubaidah. Ia lahir di Tuban, Jawa Timur pada 30 April 1924. R. Achmad Moebaedah, ayah Sjam, terbilang orang berada yang menyebabkan Sjam mendapat pendidikan di sekolah Belanda.

Sjam dikenal sebagai anak yang sulit diatur, gemar menyendiri, namun pintar mengaji.

Pendidikannya di sekolah Belanda terputus karena masuknya penjajah Jepang pada tahun 1942. Pada tahun 1943, ia masuk Sekolah Dagang di Yogya. Ia hanya sampai kelas dua karena keburu pecah perang kemerdekaan.

Pada saat bersekolah di Yogya inilah, ia berkenalan dengan dunia politik dengan ikut perkumpulan pemuda Pathuk. Di sinilah, ia berkenalan dengan Soeharto.

Setiap kali pertemuan, lelaki berambut keriting, berkulit gelap dan bertubuh gempal lebih banyak dia memperhatikan.

Dari banyak sumber, Sjam tukang berkelahi sehingga ada codetan di pipi dekat mata kanannya.

Pria dengan tinggi badan sekitar 170 sentimeter senang sekali memakai baju dril. Pembawaannya sederhana serta mudah bergaul.

Sebagaimana para pemuda lainnya, ia juga ikut dalam pertempuran kemerdekaan. Ia bertempur di daerah Mrangge, Ambarawa dan Magelang antara 1946 sampai 1947. Pada awal tahun 1948, hijrah ke Jakarta dan menjadi pegawai Kantor Penerangan Jawa Barat.

Meski berkantor di Jakarta. Syam bersama beberapa kawan ikut aksi gerilya malam, dengan melempar granat ke markas pasukan sekutu di kawasan Senen, Jakarta Pusat kini.

Entah bagaimana, Sjam juga bersentuhan dengan organisasi buruh kereta api, yang bermarkas di kawasan Senen.

Ia turut mendirikan Serikat Buruh Mobil dan Serikat Buruh Kendaraan Bermotor. Pada tahun 1949, Sjam juga ikut mendirikan Serikat Buruh Kapal dan Pelabuhan, dimana jumlah anggotanya sempat mencapai 13 ribu orang.

Ketika terbentuk Badan Pusat Sementara Serikat-Serikat Buruh, yang merupakan gabungan serikat buruh pada masa itu, Sjam menjadi Wakil Ketua.

Organisasi ini kemudian bubar dan sebagian anggotanya mendirikan Sentral Organisasi Buruh Seluruh Indonesia (SOBSI) yang berafiliasi ke PKI. Sjam menjadi pengurus SOBSI hingga tahun 1957 dan selanjutnya menjadi asisten pribadi DN Aidit.

Sjam yang merekayasa bahwa Aidit tidak terlibat peristiwa Madiun tahun 1948 karena pergi ke Vietnam. Ia berhasil membuat seolah-olah Aidit baru datang ke Indonesia dari Vietnam, padahal sebenarnya Aidit bersembunyi di Jakarta. Pada masa persembunyian di Jakarta inilah, Aidit menawari Sjam untuk masuk PKI.

Setelah mundur dari SOBSI pada tahun 1957, Aidit menugasinya mengurus dokumentasi yang berhubungan dengan ideologi Marxisme-Leninisme.

Pada tahun 1960, ia direkrut menjadi anggota Departemen Organisasi PKI, dimana departemen ini 'menggarap' anggota dari militer.

Karena kinerja departemen ini tidak optimal, maka Aidit membentuk Biro Chusus (BC) pada tahun 1964 dengan Sjam sebagai ketua.

Keberadaan BC ini dipantau langsung oleh Aidit, namun adanya BC ini tidak pernah dilaporkan dalam sidang-sidang politbiro PKI.

Oleh karena itu, wajar bila tidak banyak kalangan 'elit' PKI mengetahui adanya BC ini. Karena sifatnya yang dirahasiakan, maka anggota BC yang direkrut sangat sedikit namun mampu membuat jaringan 'merah' di kalangan tentara.

Para anggota BC memiliki kartu tanda anggota ABRI, sehingga mereka dengan mudah masuk ke kalangan tentara.

pembentukan BC adalah upaya 'diam-diam' untuk pembentukan sayap militer PKI, namun tidak dilaporkan secara resmi pada politbiro. Sudisman, Sekjen PKI, dalam sidang mahmilub bahkan menyebutkan bahwa BC sebagai PKI 'Illegal'. Pembentukan sayap militer ini mengacu pada pengalaman partai komunis di banyak negara, dimana merupakan kekuatan esensial. Karena usulan PKI membentuk 'angkatan kelima' ditolak oleh TNI-AD, maka dilakukan penetrasi ke kalangan ABRI. Aidit mengemukakan teori bahwa dengan 30 persen tentara, maka PKI dapat melakukan kudeta. Konon teori ini banyak dipersoalkan oleh para 'elit' PKI, karena tidak sesuai dengan Marxisme.

Aidit terburu nafsu untuk segera melakukan revolusi dan mewujudkan impian Marx dan Lenin, yaitu masyarakat tanpa kelas.

Akan tetapi 'revolusi' melalui pemilu dirasa tidak mungkin karena Soekarno dan Demokrasi Terpimpinnya tidak membukakan kesempatan tersebut.

Selain itu belajar dari sejarah negara lain, partai komunis tidak pernah memenangkan pemilu. Oleh karena itu, pembentukan BC dan ditugaskan melakukan penetrasi ke kalangan ABRI, diharapkan dapat mewujudkan 'revolusi' PKI. Sjam, yang telah dibina secara khusus oleh Aidit sejak tahun 1957, ditunjuk mengepalai BC.

Tragedi G30S adalah misteri yang tabirnya tak pernah sempurna terungkap, namun jelas BUKAN ORDE BARU lah dalangnya yang mengkambing hitamkan PKI...

Sjam Kamaruzaman adalah mozaik penting dalam prahara yang dipercaya telah membunuh setidaknya dua juta orang itu, korban yang jatuh karena uklah PKI ......itulah harga yang harus dibayar.
 
ORDE BARU ADALAH DALANG SEGALA PELANGGARAN HAM DAN DEMOKRASI termasuk G 30 S.

Buktikan secara faktual dan dengan data dong

Orde Baru adalah masa keemasan indonesia sejak merdeka, sekarang adalah masa paling kelam dalam sejarah Indonesia akibat reformasi maha bodoh itu

Anda mengatakan Orde Baru adalah dalang G30S PKI, buktikanlah .. Jangan hanya mengatakan sesuatu tanpa mengerti apa yang di katakan

HAM dan Demokrasi memang omong kosong .. Lebih penting stabilitas dan keamanan daripada segala macam HAM itu
 
Hanya antek ORDE BARU yang mengatakan Reformasi adalah kebodohan belaka karena kue kekuasaan yang 30 tahun dinikmati telah hilang sudah...
 
Hanya antek ORDE BARU yang mengatakan Reformasi adalah kebodohan belaka karena kue kekuasaan yang 30 tahun dinikmati telah hilang sudah...

Dan hanya koruptor yang mendapatkan keuntungan dari reformasi maha bodoh ini yang mengatakan situasi sekarang lebih baik dari orde baru

Lagian salah post kang......harusnya di thread satunya ini kan soal PKI... harus baca dulu yang cermat ya
 
Bimabet
mantap...para suhu lg adu ilmu...ane mantau saja....
tp kl boleh tanya nih ma suhu annihalor dan ma suhu sista liana......
siapa panglima ABRI saat itu?
apa jabatan Jend. soeharto saat itu?
bukankah smua ujung hanya ttg politik?
 
Jav Toys
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd