permisiiiiiiiiiiiiiiiii.... teriakku memasuki rumah yang sebenarnya asing bagiku
lho ini siapa ini kok cantik banget? ucap seorang nenek kepadaku
aku rani, nek dan ini ibuku. aku itu adiknya kak arya nek, bolehkan nek jadi adiknya kak arya? ucapku
iya boleh, kalau jadi adiknya kak arya dipeluk dulu sama nenek ucapnya
Aku dan nenek kemudian saling memeluk dengan erat...
ini ibu kamu ya? ucap nenek itu
i... iya bu, saya ibunya rani, nama saya arni. Maaf merepotkan, dan maaf atas kelancangan anak saya ini ucap ibu
sudah, kalau sudah keluarga kan ya ndak papa kan. Saya neneknya arya, ayu... ucap nenek
siapa nek? ucap seorang wanita dari dalam
aku mbak... ucap tante asih yang datang setelahku
owh asih, lho ini siapa? ucap perempuan itu
kamu ini, tadi suruh bawa barang malah masuk duluan ucap tante asih kepadaku
habis, kangen sama kak arya tan ucapku
kak arya belum ada disini huh... eh, mbak ini rani yang dulu aku ceritakan. Yang satunya tuh masih di mobil malu katanya ucap tante asih
Owh rani, sini sama tante... ucap perempuan tersebut
tante siapa? ucapku polos
ibunya kakak kamu ucapnya
eh, mama diah ya? ucapku langsung memeluknya karena tante asih pernah bercerita kepadaku
bolehkan manggil mama? Jadi rani punya dua ibu, yang satu panggilannya ibu yang satu mama ucapku
iya ndak papa, apa kabar mbak? Aku diah ucap mama diah menyalami ibuku
Kami bersendau gurau sejenak di ruang tamu, ada juga om heri yang tiba-tiba muncul dan menganggetkan aku. Kalau om heri sih, aku sudah kenal kan adiknya tante asih jadi sudah tahu. Aku diajak masuk kedalam ruang keluarga, bertemu dengan anak-anak dari tante asih yang lucu-lucu. Kemudian aku diperkenalkan satu persatu dengan keluarga dari kakak baruku ini, semuanya ramah dan ramai. Ada juga tuh om askha yang sudah standby disana, ih itu sih om judes! Bukan judes sih tapi suka ngerjain aku sama eri. Eri... aku harap dia mau masuk.
---
Keluarga baru? Apakah mereka mau menerimaku? Aku takut sekali untuk masuk lagi ke dalam keluarga baru. Dulu ibu juga sama seperti itu, aku masih takut. Tapi mereka adalah keluarga dari arya yang sudah kuangkat menjadi kakakku. Aku masih enggan untuk keluar dari mobil, tante asih dari tadi membujukku tapi aku masih takut. Istilah keluarga baru bagiku menjadikan aku trauma... ibu menjadi hilang karena seorang laki-laki yang menjadi keluarga baruku hiks...
Ceklek...
kenapa masih didalam mobil, ayo keluar kumpul bareng ucap seorang wanita yang sangat cantik sekali
eh, anu itu... ucapku terkejut
sudah tidak usah takut ayo masuk ucapnya lagi
tante siapa? ucapku
mama kamu... ucapnya, aku memandangnya sekilas wajah kak arya terlukis diwajahnya
ibunya kak arya? ucapku, dia mengangguk
iya... mama kamu... ucapnya yang masuk ke dalam mobil dan langsung memelukku
kamu jangan takut, kami juga merasakan hal yang sama denganmu jadi ayo berkumpulah ucapnya memeluk kepalaku dan mengelusnya
aku masih takut tan... ucapku, dan memeluk erat tubuhnya, hangat. Aku rindu ibu.
sudah tidak usha takut lagi, dan jangan panggil dengan sebutan tante, mama atau ibu ya? kalau arya manggilnya ibu, kala rani manggilnya mama, kamu pengen yang mana? ucapnya
mama... hiks... ucapku terisak, memeluknya erat sudah lama aku tidak merasakan pelukan seorang ibu
sudah jangan nangis, semua sudah aman... ucapnya, aku mengangguk, aku kini berani beranjak dari tempatku duduk dalam mobil
Dengan penuh kelembutan ibu baruku ini menggandeng tanganku keluar dari mobil. Wajahnya selalu tersenyum memandangku. Air mata yang mengalir dipipiku diusapnya dengan penuh kasih sayang.
ayo masuk, sekarang kamu punya keluarga baru. Dan mama punya anak cewek cantik sekali ucapnya membenarkan kerudung yang aku pakai
Aku diajak kedalam dan bertemu dengan keluarga baruku. Semuanya tersenyum, senyum ikhlas. Membuat ketakutanku menjadi hilang. Kulihat dan kurasakan pandangan mereka bukan pandangan topeng yang pernah aku lihat sebelumnya, ya pandangan dari ayah angkatku.
iiih... keponakanku sudah gedhe semua ucap serang wanita
eh, iya tante... saya eri ucapku sambil tersenyum
ini namanya tante ratna, dia musuhnya kakak kamu ucap mama diah
mbak apaan sih? Ndak ding, tante Cuma lawan tarung kakak kamu hi hi hi ucap tante ratna
eh, maksudnya? ucapku bingung
iya tuh dulu tante kamu itu benci tapi sekarang jadi sayang sama keponakannya hi hi hi... eh, sudah, dukuk, kok berdiri terus... sini ucap seorang wanita cantik menggandengku untuk duduk
yeee mbak ika itu apaan sih, budhe kamu itu dulu juga suka ngejek kakak kamu tapi sekarang sayang juga ha ha ha ucap tante ratna
sudah sudah, kalian berdua itu sukanya berantem terus ucap seorang nenek, aku masih kebingungan dan hanya tersenyum
jangan malu, masih bingung ya, ya ini siapa itu siapa? ucapnya dan aku mengangguk
iya itu budhe, pemalu banget tuh eri... ucap rani yang nampak sudah bisa menyatu dengan mereka
dah duduk sini, budhe itu budhenya arya budhe ika dan itu... satu persatu budhe ika memperkenalkan anggota keluarga baruku dan seorang nenek yang melerai tante ratna dan budhe ika adalah nenek ayu.
ih cantik banget deh kamu, pinter pakai kerudung. Nanti budhe diajari caranya pakai kerudung ya? ucap budhe ika, aku mengangguk dan tersenyum kepada budhe ika
Tawa canda riuh menjadi satu... ya, ini keluarga baruku, tapi aku tidak akan melupakanmu ibu, ayah. Sekilas aku melihat ibu dan ayah kandungku, tersenyum melihatku diantara mereka. Ingin rasanya menangis tapi tidak, aku tidak boleh bersedh aku tidak ingin ayah ibuku ikut sedih.
budhe, aku mau duduk disamping mama diah ucapku, semua bengong
yaelah, manjanyaaaaaaa... iya tinggal duduk saja kok repot, minta ijin segala ha ha ha ucap om askha
ih, om apaan sih! ucapku
iya tuh... nek, om askha tuh suka ngejahilin kita masa mbuatin teh dikasih garam ucap rani
ha ha ha... emang enak ha ha ha ucap om askha
askha sudah, jangan digodain terus... sih itu mas kamu, kasihan eri ucap budhe ika
iya mbak iya, mas sudah mas jangan di godain terus. Tapi yang kalian minum itu masih mending, dulu tante malah kopi rasa merica. Awas kalau berani ngerjain lagi! ucap tante asih sambil mencubit om askha
siap istriku muach muach... ucap om askha
sudah sana kalau mau duduk sama mama kamu. ucap budhe ika
sini sayangnya mama... ucap mama diah, dengan kedua tangan terbuka lebar aku langsung menghampirinya. Aku duduk dan memandang wajah ayu wanita yang sekarang menjadi ibuku, ibu baruku.
ada apa? ucap mama diah yang tersenyum kepadaku
ndak papa seneng. Mama cantik banget ucapku langsung memeluk mama baruku, tak ingin lepas rasanya pelukan ini.
kamu juga cantik, kan anak mama jadi nuruni mamanya dong ucap mama diah seakan aku adalah anak kandungnya. Hangat, hangat sekali pelukan ibu baruku ini...
---
eh... ini kok malah pada santai? Ayo kerja lagi, tuh yang buat kue kering siapa tadi ntar gosong ucapku berdiri kembali
oh iya aku lupa mbak ucap ratna
yah, itu anak kamu di manja-manja dulu saja. biar mereka istirahat dulu ucapku kepada diah
heem mbak, ni kayaknya juga ndak mau lepas. Manjanyaaaaa... ucap diah kepada anak barunya
Kami kembali bekerja, ada yang membuat kue, membuat jajana khas juga buat besok. Menyambut kedatangannya. Ah, padahal Cuma keponakan saja, ribetnya minta ampun tapi ini memang ide dari keluarga Dasar jomblo, dulu kalau tidak ada kamu mungkin aku akan berpisah dengan mas andi. Kamu memang benar-benar huh!
adeeee... mikirin apa? ucap mas andi dari belakang ketika aku membuat adonan
mikirin kamu! ucapku ketus
aku tahu kamu ingat lagi kan? Maaf... tolong jangan diingat lagi ucap mas andi
inget tuuuuuuh... ati-ati nanti lempar-lemparan kursi lagi hi hi hi ucap diah yang datang bersama rani dan eri
ya iyala ingat, masa lupa gitu saja ucap ku
Kalau aku lihat dari wajah diah dia tahu semuanya, nampaknya arya bercerita semuanya kepada ibunya. Brak brak brak... suara ketika aku mengolah adonan dengan sedikit membantingnya.
ck ck ck ck... mas andi ati-ati tuh.... ucap diah
ma... sudah dong... ucap mas andi manja kepadaku
iiih pak dhe sama budhe pamer kemesraan deh. Kan ndak boleh, kita kan belum punya pasangan. kasihan aku sama eri ucap rani
tuh, denger dah balik ke ruang keluarga saja sana ucapku
ndak ah, nemenin istriku tersayang saja disini ucap mas andi
hi hi hi, sudah deh jangan dibahas lagi. Sekarang yang penting sudah klir, tul ndak?
ati-ati, kalau arya pulang bisa dimarahi lho kalian ucap diah
ooo jadi arya cerita sama kamu ya? ucapku
secara aku kan ibu yang cantik, baik hati dan tidak sombong jadi arya pasti cerita sama aku ucap diah
iiih mama bisa juga ya nglebay ucap eri
bisa dong sayang... ucap diah
tapi kalau didepan anaknya ndak bisa tuh, jarang bisa lebay ucapku
apa lihat-lihat, weeek! ucapku kepada mas andi sambil melet-melet
eh, mau ada perang dunia ya? ucap ratna tiba-tiba datang
kalian itu, kakaknya lagi susah bukannya ngademin malah manasin ucap mas andi
iya kakak, kita diem hi hi hi ucap diah dan ratna, aku tersenyum
Hi hi hi hi hi.... ha ha ha ha ha ha ha.... tawa kami bersama. aku senggol bahu mas andi yang sedang duduk memandangku membuat adonan kue. Mas andi berdiri dan mengecup bibirku tanpa diketahui oleh mereka yang sedang bercanda. Mas... mas... apapun yang kamu lakukan, apapun kesalahanmu tapi kamu kembali lagi padaku dan berjanji tidak akan mengulanginya... aku akan selalu mencintaimu.
Anak ingusan itu ternyata yang menyadarkan aku.... tentang membangun pondasi yang kokoh untuk keluargaku...
---
Aku benar-benar tidak menyangka jika semua terjadi begitu saja. semua kembali seperti semula lagi, semula lagi karena anak yang selalu aku caci maki dahulu kala. Sering mengambil komik dan buku-buku cerita kesayanganku. Tapi kalau bukan dia yang memegang kakiku hingga aku tidak tergantung.
buat apa rat? ucap ibu dari belakangku
Haha wa... Watashi no odoroki, koreha chokorēto no sandoitchi o tsukura rete imasu (ibu menganggetkan aku saja, ini sedang buat roti isi coklat) ucapku
makanya kalau buat roti jangan sambil melamun, tahu saja roti kesukaan arya? ucap ibu
ya tahulah bu... secara musuh bebuyutannya hi hi hi ucap mbak diah
apaan sih mbak diah itu, diem napa? Dasar jahil, coba saja kalau besok arya disini ndak bakal tuh berani lebay seperti itu ucapku
ya masihlah secara sudah ada dua anak cewek, jadi wajar kan kalau lebay ucap mbak diah
iya tante... ucap eri dan rani
eh eh eh ikut-ikutan juga?! ucapku dengan tangan berpinggang
mama takuuuuuuuuut ucap eri dan rani
kalian itu apa-apa takut, mau kekamar mandi saja harus mbangunin tante ucap asih tiba-tiba muncul
kaya kamu ndak aja sih ucap mbak ika
itu pengencualian mbak, kan waktu itu di villa sepi mbak ucap asih
Kami tertawa lagi ketika mengingat betapa takutnya adikku asih ketika hendak ke kamar mandi villa. Sejenak aku melamun lagi bagaimana bocah itu telah menyelamatkan hidupku dan menunjukan kepadaku lelaki yang pantas untuk mendapingiku, walau dalam perjalanan hidupku hingga sekarang aku selalu berantem dengan anak itu. arya.... arya... terima kasih sekali lagi.
---
Aku memasukan adonan yang sudah di bentuk mbak ika ke dalam oven. Kulihat sebuah gambar tempel yang menempel di kulkas tua tak jauh dari oven. IM A FIGHTER begitu tertulis disitu, sebuah gambar tempel huruf yang disusun oleh keponakanku sendiri. aku adalah seorang petarung begitu katanya. Ya, memang kamu seorang petarung yang selalu membuat rusuh. Entah kenapa kamu dan sahabat kamu bisa sangat takut denganku. Kalau dulu salah satu dari kalian pernah bilang habis tante bawel banget daripada bawel terusan mending nurut sama tante saja ada juga dari kalian yang bilang tante kalau sudah ngomong susah berhentinya, jadi kami nurut tapi kalian serempak bilang karena tante adalah tante kami semua yang cantik, manis dan tante adalah salah satu orang yang selalu mengingatkan kami agar tidak brutal... dan yang merawat kami kalau kami terluka ha ha ha. Dasar kalian itu ada-ada saja, merepotkan saja dan membuat hari-hariku semakin indah.
mama kak arya kapan datangnya? Aku sudah pengen diajarin main game lagi sama kak arya ucap anakku arman
iya, besok datang kok ucapku
kamu sudah kangen sama kak arya man? Ndak kangen sama kakakmu yang cantik ini? ucap rani
yeee... kan sudah ketemu tiap hari, kalau kak arya kan jarang ucap arman
ih sebel ah, ntar ndak mbak buatin gambar super-man lagi ucap rani
aaaaa... buatin lagi... ucap arman sambil memeluk rani
iya adikku sayang hi hi hi ucap rani
Aku hanya mampu melihat kebahagiaan ini buah dari jerih payah keponakanku itu. tiba-tiba lenganku disenggol mbak ika, membuatku tersadar kalau hampir saja aku mengangis. Ya jelaslah, dulu kalau bukan arya yang mencariku ketika aku tersesat di hutan mana mungkin aku bisa melihat arman tumbuh. Wongso, anton, joko, parjo, karyo, hermawan, aris, tugiyo, udin, dewo dan sudira sahabat-sahabat arya yang memang benar-benar KOPLAK! Hi hi hi hi....
---
taraaaaaaaaaa.... ucapku memasuki dapur
kaya peri saja kamu her ucap mbak ika
peri cantik gitu, ini tadi aku sama ibu nyari pisang. Lumayan besok pagi bisa kita goreng sama beberapa buah-buaha ucapku
herni tadi beli banyak sekali, tuh masih ada di mobil ucap ibuku, ibu umi
oh iya sampe kelupaan, eri, rani ambilin ya? ucapku
iya tanteeee... jawab mereka serempak
kita lihat mereka saja mbak, sudah tua capek ucap ibu kepada budhe ayu
iya, kalian yang semangat ya. ini ide kalian lho... ucap budhe ayu
Iyaaaaaa... siaaaaaaaaap... ucap kami para perempuan di keluarga ini
saya bisa bantu apa ya? ucap ibu dari eri, mbak arni
sudah mbak santai saja ucapku
saya malah ndak enak.. merepotkan kalian ucap mbak arni yang seumuran dengan tante ifah dan tante laila
bantu ini saja mbak... ucap mbak diah yang mengajak membuat adonan kue
Aku mengangkat buah-buahan untuk aku masukan kedalam kulkas. Setelahnya aku bersandar pada kulkas melihat kebahagiaan dari mereka semua. Ayah dan ibuku sudah lama meninggal, tinggal mereka yang aku punya. Mas heri adik dari mbak asih, adalah suamiku yang sangat aku cintai. Aku masuk kedalam keluarga ini dalam kondisi yang buruk tapi mas heri selalu menerimaku apa adanya. Aku sempat khawatir akan kelangsugan dari keluarga ini, tapi bocah yang selalu saja ada ketika aku dan mas heri dalam bahaya telah menyelematkan keluarga ini. aku bahagia? ya pasti karena kami berkumpul kembali, karena arya, yang selalu mengatakan mulai sekarang daerah ini daerah koplak! Kalau ada yang berani mengganggu om dan tanteku, akan aku ratakan kalian dengan tanah!. Tapi tanggapan sahabat-sahabatnya selalu saja aneh, kalau aku ingat setelah arya mengatakan itu ada temannya yang bilang dan untuk pembayaran pajak, bayar sama negara jangan dengan kami, karena kami tidak tahu pajak!
Dasar koplak!
---
sini aku bantuin ucapku
eh... iya tante... ucap rani tersenyum kepadaku
eh, jangan tante kakak kamu saja kalau manggil aku mbak kok ucapku
iya santai saja ya, manggil aku juga mbak saja... ucap alya
Aku anak dari ibuku laila sedangkan alya anak dari suami kedua ayahku, mama ifah. Akur? Jelas kami aku karena kehidupan kami selalu dalam penderitaan. Tapi karena bocah cengeng itu semua telah berubah, kini aku memiliki keluarga yang lebih besar lagi. Keluarga yang sangat indah. Aku dan mereka bertiga masuk dengan membawa barang bawaan mbak herni sebenarnya lebih pantes dipanggil tante tapi ya mau bagaimana lagi urutan keluarga. kulihat kedua ibuku sudah berkumpul dengan mereka didapur.
mbak herni ini ucapku
oh iya terima kasih, yang jajan dibuka aja buat camilan sambil kerja ucap mbak herni
alsa, itu ibu kamu dibantu tuh lagi nyuci piring ucap mbak diah
iya mbak.. ucapku
aku bantu ma... ucapku kepada ibu yang sedang mencuci piring
iya... bahagia sekali? ucap ibuku laila
yeee... dari dulu aku kan selalu bahagia ucapku
bahagia tuh, sebentar lagi bisa ngambil eskrim keponakannya lagi ucap mbak ratna
yeee... paling mbak ratna nanti juga minta weeeek... ucapku
alah paling ratna nanti yang ngrebut duluan ucap mbak ika
aku dulu yang ngrebut, dulu kan aku yang ngrebut duluan weeeek... ucapku
ha ha ha iya-iya... tawa mereka semua
Aku bahagia walau tak ada ayahku disini, aku sudah tahu semuanya dari kedua ibuku. aku tidak peduli lagi apa yang akan terjadi nanti, yang jelas kehidupanku sudah berubah mulai saat ini. bersama mereka yang selalu menganggap kami sebagai keluarga walau sebenarnya harusnya hubungan ini sudah tidak ada lagi semenjak ayahku tiada. Ayah... arya yah yang telah menyelamatkan kami, bocah yang selalu menangis karena es krimnya selalu aku rebut.
---
sini kamu bantu ibu hias pekarangan belakang rumah ucap ibuku, ifah
iya mah... ucapku
Alya dan yang lainnya berada didapur sedangkan aku dan ibuku menghias belakang rumah. Ku lihat senyum yang lepas dari ibuku, senyum yang selama ini tak pernah aku lihat sebelumnya. Bahagia sekali aku sekarang, lebih bahagia lagi karena aku tetap berada dikeluarga ayahku. Pahit memang masa kecilku lepas dari mereka, kenytaan pahit juga aku alami selama itu. semua hal tentang orang yang telah menghancurkan kehidupan keluarga kami sudah aku ketahui. Bocah itu yang selama ini menurut ibu tidak pernah diharapkan oleh ibunya sendiri, bahkan hampir dibunuh adalah penyelamat dari keluarga ini.
alsa coba kamu rapikan tanaman disana ya? ucap ibuku
iya mah... jawabku
Aku beranjak menata bunga-bunga ditaman kecil ini. teringat akan sebuah kenangan bersama ayahku kalian berdua adalah bungan untuk ayah sama halnya ibu-ibu kalian, lihatlah bunga-bunga itu walah mereka mengembang pada batang yang sama mereka tidak pernah iri dan tetap rukun. Ya, itu adalah kata-kata ayah agar aku dan mama laila serta alya tetap akur dan rukun. Aku bersyukur sampai saat ini aku dan mereka tetap rukun, seperti halnya keluarga ini...
---
(sudut pandang orang ketiga)
kenapa yah? ucap andi kepada ayahnya
kalian masih ingat ketika arya lahir? Mungkin yang tidak tahu andra dan askha ya? ucap warno kepada semua laki-laki yang masih bersantai di ruang keluarga ini
tentu saja... ucap heri dan andi
hanya dengar dari asih pak dhe ucap askha
ratna cerita ke aku kok pah ucap andra
mas itu bisa-bisanya mengingat masa lalu ucap wardi adik warno
aaaah... aku tidak tahu bagaimana ini semua bermula, mungkin memang sudah tergaris dalam catatan kehidupan keluarga ini. datang seorang yang ingin menghancurkan tapi yang datang itu telah membuat penghancurnya sendiri ucap warno
sudahlah yah, seandainya tidak ada arya dan laki-laki itu (mahesa-red)... kita belum tentu bisa melewati kehidupan kita, ada banyak hal yang telah arya lakukan untuk keluarga ini. menyelamatkan nyawa ratna, dan keluargaku ucap andi
kalau tidak ada arya, mungkin aku selalu pulang dalam keadaan babak belur pak dhe ucap heri
lihat sendiri kan mas apa kata mereka, arya datang dalam keluarga ini bukan hanya sebagai penyelamat tapi datang sebagai penyeimbang keluarga kita ucap wardi
aaaaaah.... arya... arya.... seandainya wicak masih ada, mungkin dia akan tersenyum bahagia sekarang... ucap warno
ayah selalu tersenyum... ucap diah yang tiba-tiba datang membawa minuman untuk para lelaki
kamu ngagetin saja nduk ucap warno
jelaskan, mereka pergi dalam pelukan cucu kesayangannya ucap diah tersenyum
Heing sesaat, dan diah meninggalkan mereka semua. Senyum di bibir mereka hadir mengingat satu persatu kejadian yang telah mereka lewati bersama... Arya.
---
mas tadi mandi kok ndak mau ade keluarin sih? ucapku
yeee... keluarin terus mas ntar lemes ucap kekasihku
kunyahin dulu baru dimasukin ke mulut adeeee... manjaku
iya bentar... nyammm nyammm nyammm... kunyahnya dan kemudian kami berciuman, makanan itu di masukan ke dalam mulutku.
benerkan belepotan lagi, sudah dibilang kunyah sendiri ucapnya
ya sudah, mana kalau ndak suka... ade makan sendiri, tidur sendiri saja ngambekku
iiih ngambek deh, tambah cantik lho godanya
ngambek tambah cantik, senyum tambah cantik, gombal! masih ngambek akunya
nyamm... nyammm.... mmm mmm ucapnya sambil menyodorkan mulutnya, langsung aku cium dan kubuka mulutku. Dengan telaten dia memasukan makanan yang berada dibibirku
enak? ucapnya, aku mengangguk dengan senyum
nanti sore pas mandi, ade keluarin ya? manjaku
ade kok seneng banget? ucapnya
ndak tahu mas, seneng saja waktu mainin punya mas... takut tapi hi hi hi seneng candaku
jangan dimasukan dulu ya mas, masih takut punya mas gede... lanjutku dengan memasang wajah takut
takut ndak sama mas? ucapnya, aku menggeleng
syukurlah kalau begitu, berarti kalau tidur tidak diruang tamu he he he ucapnya
Aku hanya tersenyum memandang wajah bloon itu. entah kenapa aku bisa semanja ini dihadapan lelakiku ini, apapun yang ingin aku lakukan harus menyuruh dia. Mandi, makan, ganti pakaian, bahkan pipis saja minta dicebokin. Tapi kalau BAB, ya ndak lah aku usaha sendiri kasihan kan.
sudah... minum obatnya dulu ya, biar cepet sembuh luka kamu ucapnya
kamu? siapa itu kamu? balasku
eh... maaf, luka ade ulangnya
heem... mimik obat ucapku
Glek.. glek... glek...
mau jalan-jalan keluar? ucapnya, aku menggeleng
kenapa? ucapnya
kalau jalan-jalan, jauh.. ucapku
deket kok, cuma ditaman jawabnya
jauh dari mas.. ucapku lagi
yeee kan sama mas balasnya, aku langsung memeluknya
jauh... jauh banget, kalau jalan-jalan pasti mas jalan disampingku... Cuma bisa meluk tangan mas saja... kalau dikamar, ade bisa peluk mas ucapku
bu doseeeeen bu dosen, manjanyaaaa.... godanya sambil mengelus-elus kepalaku
mas pasti pegen ngerokok kan? ucapku tanpa menggubris godanya tadi, aku mengangkat kepalaku memandangnya
emmm ndak kok yang, nemenin ade lebih enak ucapnya sambil tersenyum kecut karena belum ngrokok dari kemarin
kalau nanti ade bobo, mas boleh keluar tapi ndak boleh lama-lama, 15 menit. Habis itu balik lagi, kamarnya dikunci sama mas dari luar ya ucapku
mas disini saja nemenin ade.. ucapnya
ade tahu itu... nanti kalau keluar jangan lama-lama ucapku sembari memainkan pipinya
Mas AC-nya di dinginkan saja, kok panas bangetucapku
iya dia kemudian berdiri dan mengambil remote AC di kamar ini
segini cukup? sembari duduk disampingku dan menunjukan angka pada remote
heem.. jawabku, langsung aku masuk dalam pelukannya. Kedua kakinya terbuka lebar dan aku berada dalam dekapannya
mas dingin... ucapku
oh ya, mas naikan lagi ya suhunya ucapnya
peluuukk... manjaku
eh... seakan dia tahu maksudku, ditariknya selimut dan kemudian memelukku
Rasa kantuk perlahan datang menemaniku, entah karena pengaruh obat atau pengaruh dari pelukannya. Pelukan hangat membuatku tak sadar akan suasana, hangat... nyaman dan...
---
Akhirnya tidur juga ini ade kesayanganku bathinku
Aku segera mengangkat tubuhnya dan memposisikannya tidur. Dia butuh istirahat yang cukup karena mungkin kelelahan setelah pertempuran malam itu. kukecup keningnya dan bibirnya yang manis itu, segera aku bangkit dan keluar dari kamar. aku kemudia berjalan ke atap gedung untuk menyulut sebatang dunhill mild.
sudah ada disini nton? ucapku kepada anton yang sedang merokok menikmati pemandangan kota
kamu cat, lama banget didalam? Berapa ronde? ucap anton
gundulmu! Masih sakit dia, bisa tambah parah kalau pake ronde-ronde segala candaku
haaaaaaaayah... oh ya, tadi ibu kamu sama mertua kamu kesini. Menemui tuh ucapnya dan aku mengerti
kok ndak mampir ya? ucapku
paling tahu lah kalau kamu lagi merusak tempat tidur ucap anton
ah matamu! Ndak nton, aku ndak sampe gituan jawabku jujur, anton memandangku dengan pandangan penuh tanya
yakin nton, nggak nglakuin, suwer! ucapkku dengan dua jari aku angkat
ha ha ha ha biasa saja kaleeee... jawab anton
Hening sesaat, semburan nafas berlumuran asap keluar dari bibir kami masing-masing. Pandangan kami menyapu luas semua pemandangang di kota ini.
aku sebenarnya bingung hufffffffthh... apa saja yang mereka lakukan kepada semua orang? aku tidak tahu apakah akan ada yang datang lagi ucapnya
banyak nton... Kakekku Tian, Ibuku, Ibunya Dian, Ayahnya Mbak erlina, kakek wicak dan nenek mahesawati... warga di desa banyu abang dan biru, rani, eri ah banyak lah nton... huftttth ucapku
tadi saja perawat masuk dan melihat kondisi mereka dalam keadaan mengenaskan. Celana dalam dan juga bra tersumpal di mulut mereka, juga ada cairan... tahu sendirilah, yang terakhir masuk itu ibunya dian sama suaminya. Kalau ibumu hanya bermain kata-kata kayaknya karena aku tidak dengar apa-apa hanya suara tawa keras dari ibu kamu tapi kalau ibu dian hadeeeeeeh... bikin cepet pengen ketemu anti ucap anton
kamu ngintip? ucapku
gundulmu! Lawang ketutup rapete koyo ngono piye carane ngintik (pintu ketutup rapatnya kaya gitu bagaimana caranya ngintip) ucapnya
Kalau aku memang tidak tahu apa yang akan mereka lakukan kepada dua orang itu. tapi yang jelas motif mereka semua adalah dendam, begitupula ibuku. tapi kalau ibunya dian sampai gitu ya wajarlah ucapku
Wussssh.... hembusan angin menyapa kami berdua
memang kamu tahu perlakua mereka kepada ibunya dian? ucap anton
parah nton, lebih dari sekedar apa yang akan mereka lakukan di malam itu. 20 tahun lebih lho nton disekap ucapku
hmm... gila bener... ucap anton
Tulilit tulilit... Hp anton berbunyi
ya halo sayang
iya ini mau pulang
kangen sayang, kangen...
ini lagi ngobrol sama arya
iya , mas pulang, dadah sayang tut
anti? ucapku
pulang bro... kuda-kudaan ha ha ha ucap anton
hati-hati ucapku
oke bro... jawabnya
Setelah salam perpisahan aku sendirian di atap gedung ini. kupandangi langit yang biru ini dengan matahari yang terututup oleh awan putih. Suasan tak sepanas ketika matahari tak tertutup awan, adem. Kupandangi kota ini sekali lagi...
ah... aku hadir disini karena dia, tapi aku juga yang telah membuat mereka terbaring lemah bathinku
Kuhirup nafas dalam-dalam dan ku hembuskan nafasku sekuat-kuatnya. Mungkin memang ini adalah jalan dimana aku harus berjalan, jalan dimana aku harus mengalami semuanya. Keluarga ini telah terluka, tapi semuanya telah sembuh. Dan tak akan ada lagi yang khawatir akan kota ini, kota yang selama ini aku tinggali. Aku tidak menyangka jika laki-laki yang pernah aku temui dalam perjalanan pulangku saat tu akan menjadi sahabat-sahabatku, koplak.
Aku tersenyum, geli dengan ingatanku. Langkahku kembali menuju ke ratu hatiku, ku buka pintu dia masih terlelap dalam tidurnya. Tubuhnya miring ke kiri dan aku langsung merebahkan tubuhku di hadapannya. Kupeluk tubuh itu...
manjalah terus agar bertambah dewasa ketika menghadapimu... ucapku lirih
heem... jawabny dalam kondisi tidur
Setengah sadar ternyata...
---
Hingga menjelang sore dan acara mandi bersama tak berani mereka melakukan hal yang sama seperti ketika mereka bertemu pertama kali. manjanya prempuan itu membuat laki-lakinya lebih bersikap sabar kepada perempuannya. Setiap basuhan, setiap rengekan, setiap keinginan selalu dikabulkan oleh lelakinya. Kadang sang wanita meminta untuk digendong dipunggung dan berjalan memutari ruang VVIP tersebut, hanya didalam ruangan tidak keluar kemana-mana. Aneh jika dilihat tapi itulah sayang, cinta, ah tak ada yang tahu makna sebenarnya dari cinta dan tak ada yang pernah tahu arti cinta. Banyak yang mengungkapkan arti cinta, ada banyak... seperti...
Cinta itu seperti udara,
tak terlihat.. tak berbau.. tak berasa..
tapi selalu ada disekitar kita,
hanya saja sedikit orang yang bisa merasakannya..
Cinta itu sebagian dari perasaan dan juga sebagian dari logika...
Tergantung bagaiman kita mengendalikan cinta...
Terlalu mengendalikan cinta dengan perasaan,
Kita sendiri yang akan menjadi seorang yang mudah mewek,
Selalu takut bertindak,
Selalu ragu dalam menentukan,
Terlalu mengendalikan cinta dengan logika,
Cinta bukan perhitungan, bukan rumus matematika, kimia, fisika atau bahkan ilmu perhitungan lain
Jangan gunakan logika berlebihan karena cinta bukan ilmu pasti
Bukan 1 + 1 = 2, bukan... Karena cinta bisa saja 1 + 1 = 3, 4, 5 bahkan 11, benar bukan?
Terlalu berlogika dengan cinta hanya akan membuatmu memperhitungkan semuanya
Dan membuat cinta menjadi sesuatu yang kaku...
Cinta butuh keseimbangan antara logika dan perasaan,
Perasaan karena cinta memang muncuk dari reaksi perasaan kita dengan pasangan kita,
Logika karena cinta memang butuh logika, agar kita tahu mana serius mana tidak
Semua tergantung bagaimana memperlakukan cinta
cinta itu tidak pernah berbohong, cinta akan mengangkatmu
membawamu lebih tinggi ketika tinggi saja tidak cukup
karena cinta lebih kuat dari sebuah logam yang terkuat
butuh hati dan emosi untuk menyembuhkannya
dan kebenarannya cinta memang tidak pernah berbohong
lihatlah kedalam mata yang kamu cintai
akan terlihat disana sebuah kebohongan atau sebuah kejujuran
cinta itu...
kuat dan liar,
lambat dan mudah,
hati dan jiwa,
sempurna bukan?
Cinta itu...
Tak perlu seseorang yang sempurna,
Tapi cukup temukan seseorang yang mebuatmu..
Bahagia dan berarti lebih dari siapaun...
ugh hoaaam.... aku terbangun di tengah malam
mas... mas bangun... ucapku
egh... ngantuk adeeee... ucapnya
langitnya bagus tuh ucapku sembari melihat keluar jendela
eh... aku terkejut ketika tubuh itu memelukku, kepalanya berada di bahu kiriku
emmmh... cup kecupan medarat di pipi kiriku
Kuraih bagian belakang kepalanya dan kudorng kedapan, aku daratkan bibirku ke bibirnya. Hanya menyentuhkan saja tanpa harus melumatnya, terasa lebih romantis. Kluihat dia berdiri dan menggeser dua sofa, satu sofa menghadap ke jendela satunya tepat berada didepan sofa satunya lagi. Dia kemudan beranjak dan mematikan lampu kamar, kemudian dibopongnya aku menuju sofa itu. aku duduk menghadap ke jendela menikmati pemandangan langit malam serta cahaya rembulan, dia duduk tepat berada dibelakangku.
bagus ya mas langitnya... ucapku
mereka selalu sama, bahkan bulan itu pun sama... maafkan aku jika aku terlalu banyak berbuat kesalahan selama ini ucapnya memelukku. kuremas tangnnya dengan tangan kiriku
memang sama... aaaah... aku menyandarkan tubuhku kebelakang, kepalaku tepat didadanya
semua sama hanya nama yang berbeda, kesalahan adalah hal yang wajar. Tapi ada hal yang berbeda dalam diriku tapi entah dalam dirimu...
rasa sayangku, rasa cintaku, tidak sama seperti ketika kita bertemu mereka bertambah setiap harinya untukmu yang selalu mencoba untuk memperbaiki diri untukku... ucapku lirih sembari melihat ke wajahnya
rasa sayangku, rasa cintaku kepadamu, berada disamping rasa sayangmu, rasa cintaku kepadaku... the feeling inside you is feeling like i do ucapnya, aku tersenyum mendengarnya
Bibir kami berpagutan, saling mengecup beberapa kali dibawah sinar rembulan yang menjadi saksi kembali tentang kami berdua...