Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT THE GREATNEES

lanjutan part 18


Setelah membunuh Sumanggor aku kabur ke rumah Tika. Dan aku juga meneceritakan semuanya kepada Tika. Dari hilangnya Istriku hingga dia mengirimkan surat. Aku juga menceritakan kalau aku sudah membunuh Ewi dan Sumanggor. Dan itu semua aku lakukan karena Ewi dam Sumanggor adalah dalang dari hancurnya rumah tanggaku.


Aku bersukur ternyata Tika mau menampungku untuk bersembunyi di dalam rumahnya dan percaya akan ceritaku.


Tidak semua dalam pengakuanku kepada Tika adalah kebenaran. Aku juga menambahkan sedikit kebohongan dalam ceritaku dengan membawa bawa nama Ewi dari hancurnya rumah tanggaku.


Kalau aku mengatakan kepada Tika bahwa aku salah membunuh orang. Pasti Tika tidak akan mau menerimaku bahkan dia akan mengusirku atau akan melaporkanku kepada Polisi.


Hampir dua minggu aku bersembunyi dari kejaran Polisi di dalam rumah Tika. Di dalam kamar aku duduk sambil membaca koran yang di bawa Tika tadi pagi sepulang dari pasar untuk belanja keperluan dapur.


Dari surat kabar lokal tersebut aku memgetahui kalau kuburan Ewi telah di temukan dan di pindahkan Ke T.P.U setempat. Begitu juga dengan Sumanggor yang telah di makamkam di dekat kuburan Ewi.


Dari surat kabar lokal itu. Aku juga melihat wajahku masuk dalam daftar pencarian orang oleh pihak kepolisian.


Masih dalam kolom pembunuhan Sumanggor Aku melihat Foto sepasang suami Istri yang sudah sangat Tua. Di bawah foto tersebut tertulis " Tua Sapolangit dan Ruhti Pakpak orang tua Korban."


Aku sangat terkejut. Apa benar ini foto kedua orangtua Sumanggor. Aku penasaran, aku terus membaca surat kabar yang memuat pembunuhan Sumanggor. Ternyata benar, mereka adalah orang tua Sumanggor dan mereka masih hidup.


Tiba tiba tubuhku gemetar, kepalaku sangat sakit. Ternyata kedua orang tua yang kubunuh beberapa tahun silam bukanlah orang tua Sumanggor. Berarti bukan sumanggor biang kerok dari setiap masalah keluargaku..


"AAAAAAAAHHHHHHHHH.....!"


Aku menjerit sekuatnya. Aku memukul dinding rumah sekuat kuatnya hingga tanganku pecah mengeluarkan darah. Tidak ada rasa sakit yang kurasakan di tanganku. Semua itu hilang di telan oleh rasa sakit di hatiku.


Orang yang selama ini sering membantuku dalam kesusahan. Seorang teman yang selalu ada ketika aku membutuhkan bantuan. Aku telah membunuhnya bahkan aku juga membunuh istrinya yang sangat menyayangiku..


"Hikksssss...... Hiks..........!!"


"Akhhhhhh....... Brengseeekkkkkk..!!!!"


Teriakku lagi dengan membenturkan kepalaku ke tembok rumah. Penyeselanku dan rasa bersalah telah menikamku dengan sangat kuat. Aku merasa sudah tidak pantas untuk hidup lagi. Aku tidak layak di sebut manusia. Emosiku tidak dapat ku kendalikan, tanpa berpikir lebih dulu aku telah merenggut nyawa orang yang tidak bersalah.


"Argonnn.... Hentikan......!"


Tika yang tiba tiba sudah ada di dalam kamar telah memelukku dengan erat. Di mencoba menghentikanku.


"Lepaskan aku Tik.. Aku tidak layak untuk hidup...!"


"Hentikan....!"


"Plaaaakkkk..... Plaaakkk...... Plaaakkk...!"


Tiga tamparan mendarat di pipiku dari tangan lembut Tika. Aku tersadar dengan apa yang aku lakukan. Aku memeluk Tika dengan erat dengan menumpahkan semua kesedihan dan penyesalanku. Sungguh sa'at ini aku sangat rapuh.


"Sudah...!! Kau tidak perlu menyesalinya. Aku akan selalu ada untukmu..!" Ujar Tika mencoba menghiburku.


"Terima kasih Tik...!!!"


"Ya sudah...! Kau istrahat ya... Aku mau keluar sebentar, ada urusan. Ingat.!


Jangan lakukan hal yang bodoh. Kalau bukan untuk dirimu, paling tidaknya untukku..!" Ujar Tika dan memberikan ciuman di bibirku.


Tikapun pergi. Sekarang aku tinggal sendiri dalam kesedihan. Aku mencoba mengontrol kelabilanku. Agar aku tidak mengambil keputusan yang salah dan untuk menghilangkan pikiran pikiran buruk. Aku lari lari di tempat.


Hampir setengah jam aku lari lari ditempat. Keringat sudah bercucuran dari tubuhku.


"BRAKKK..."


Aku mendengar suara pintu rumah terbuka dengan sangat keras.


"Takk.... Taakkk.... Takkk...!"


Suara langkah kaki mendekat ke arah kamarku. Tapi aku merasa aneh, karena suara langkah kaki itu begitu ramai, pasti lebih dari dua orang.


Aku mendekati pintu kamar dan membuka pintu sedikit untuk mentintip. Dan ternyat tiga orang polisi yang mendekati kamarku.


"Dia ada di kamar..!"


Brengsek... Aku ketahuan. Salah satu Polisi itu ternyata melihatku mengintip dari balik pintu kamar. Aku langsung menutup pintu kamar dan menguncinya.


"Saudara Argon... Kami tau anda ada didalam kamar. Serahkan diri anda...!"


Aku panik. Aku tidak menyangka kalau polisi akan menemukanku di rumah Tika. Padahal aku tidak pernah sekalipun keluar dari rumah Tika semenjak aku bersembunyi di sini.


"BRAKKK..... BRAKKKK....!" Pintu di dobrak.


Aku semakin panik. Aku tidak tau harus berbuat apa. Sejenak aku sempat berfikir untuk menyerah. Tapi aku teringat kepada Tika. Jika aku menyerah maka aku akan akan di penjara dengan waktu yang cukup lama atau di penjara seumur hidup. Dan bisa di pastikan aku tidak akan bisa bertemu Tika lagi. Padahal sekarang tujuan hidupku hanyalah dia.


"Brakkk....!" Pintu kamar terbuka.


Dua orang Polisi masuk dengan menodongkan senjata ke arahku. Refleks aku melompat dari jendela yang terbuat dari kaca.


"Doooorrrr....!"


"Dooooorrrr...!!"


Aku merasakan panas di bahu kiriku dan pinggangku.


"Buuukkhhh...!"


Aku terjatuh di tanah setelah menembus jendela kamar. Darah menetes dari kepalaku. Aku mencoba untuk bergerak, tapi tidak bisa. Tubuhku terasa kaku.
Sesa'at kemudian Gelap....




.
 
ahahaha, dugaan sementara Tika lah sang sutradara.
pemblasan itu memang kejam Argon.
matilah kau bujang.
 
Eh mati kau gon..
Tamat sudah ceritamu gon..
Sebelum kau mati Tika kau titipkan dulu lah sama aku gon.. biar ku balas kan dedammu gon , akan ku goyang sampai habis tika itu.. hhh..
Selamat atas label tamat nya ceritanya lae.. di tungguh epilognya lae..
 
Di kamar lantai 5 sebuah hotel di kota Medan, seorang gadis berumur 30 tahun sedang berdiri di sisi jendela sedang menatap kosong keluar jendela. Pemandangan malam kota Medan tidak membuat suasana hatinya bahagia.
Wanita itu kemudian berjalan ke arah tempat tidur dan mengambil tasnya dan membukanya.


Wanita itu mengambil sebuah buku dan Bulpoin dari tasnya, kemudian menuju ke sebuah meja kecil.


"Iwa peye... Iwa.. Peyee.... Iwa peye nasi jagung."


Nada dering hp nya berbunyi. Wanita itu kemudian menekan tombol hijau yang ada di hp nya.


"Halooo..."

...................

"Berarti penerbanganku besok pukul 9 pagi..?"

....................

"Yaudah...!"

................

"Makasih..!"


Wanita itu kemudian menutup telponnya dan meletakkannya di atas meja.
Di hempaskannya pantatnya yang montok di kursi. Buku yang ada di tangannya di buka kemudian menulis sesuatu.


2015 September.


The Greatness. Sebuah keberuntungan pasti akan menghampiri setiap manusia. Tapi terkadang keberuntungan itu bukanlah keberuntungan. Ada kalanya yang kita anggap keberuntungan itu adalah musibah, dan adakalanya musibah itu sebuah keberuntungan.
Seperti halnya yang aku aku alami. Ketika aku bertemu dengannya bersama istrinya. Dan dengan rela aku akan membantu masalahnya karena hanya merasa tidak enak hati dengan istrinya yang notabenya adalah teman baikku.


Aku merasa suatu malapetaka menghampiriku ketika aku sadar dan ingat dengan wajahnya. Wajah orang itu, dialah orang yang telah membunuh kedua orang tuaku, bahkan dia memperkosa ibuku. Aku kesal, aku emosi dan marah dengan diriku sendiri. Bagaimana mungkin aku akan membantu kehidupan orang yang telah merenggut nyawa kedua orang tuaku.
Tapi yang ku anggap masalah dan musibah itu ternyata menjadi suatu keberuntungan bagiku.


Tapi keberuntungan itu tetap ada sisi negatifnya. Teragantung kita membawa arahnya kemana. Seperti keberuntungan yang kudapatkan tahun ini. Aku membawa keberuntunganku kejalan yang salah dengan menyisipka dendam. Dan itu membuatku hampir sama dengannya.


Hanya sedikit perbeda'anku dengannya. Aku mengarahkan dendamku dengan nalar bukan emosi yang membabi buta..
Dengan meredam emosi dan mengedepankan isting dan nalar. Aku memulai skenarioku dengan memanfa'atkan teman satu arisanku.
Ketika aku berkunjung kerumahnya aku menyelipkan foto kedua orangtuaku di lemarinya. Aku juga tanpa sengaja menemukan vidio persetubuhan pria itu di warung, tempat arisan kami. Di sinilah awal petaka yang tidak ku inginkan.


Aku hanya ingin membunuh hatinya. Membunuh perasa'annya tanpa harus ada korban jiwa. Aku ingin membuat hidupnya menjadi hampa dengan menjauhkannya dari istri dan anaknya.
Tapi semuanya telah terjadi, Tidak dapat untuk di elakkan.


Emosi dan amarah pria itu lebih mendominasi daripada akalnya yang telah di berikan sang pencipta untuknya.
Sekarang pria itu hidup tanpa ada tanpa tau untuk apa dia hidup. Akibat luka yang cukup dalam dibagian kepalanya dikarenakan pecahan kaca merobek urat syarafnya.


Aku sangat menyesalkan kejadian itu harus terjadi. Aku seharusnya bisa menjadi orang yang penyabar dan ikhlas. Apalagi aku mengetahui kalau dia selama ini telah berubah menjadi manusia yang lebih baik. Seharusnya sebagai manusia aku memberinya kesemapatan itu.


Didasar hatiku yang paling dalam aku sangat menyesali semua ini. Aku hanya ingin memberi dia pelajarn hidup. Untuk itulah aku melaporkan ke polisi tempat persembunyiannya.


Tapi hari ini. Dari kejadian ini, aku yang mendapatkan pelajaran hidup. Dendam dalam bentuk apapun akan mendatangkan resiko yang sangat besar.
Aku juga berjanji akan menebus kesalahanku ini.

................


#####


Jakarta.


Di dalam sebuah taksi seorang perempuan dengan wajah sedih sambil mengelus ngelus perutnya.


"Aku akan membesarkanmu dengan cinta anakku..!"
Batin wanita itu dalam hati.


Air mata perlahan jatuh di pipinya. Wanita itu telah membulatkan tekadnya untuk meninggalkan kampung halamannya. Dia ingin mengubur semua kenangan masalalunya. Dia ingin membuka lembaran baru bersama anaknya yang belum lahir.


"Kita sudah sampai Bu..!" ujar si supir taksi.


Didepan sebuah rumah yang sangat sederhana taksi itu berhenti. Wanita itu kemudian keluar dari dalam taksi. Di hembuskannya nafasnya dengan pelan.


"Tunggu sebentar ya bang..!" ujar wanita itu.


Dengan mantap langkahnya menuju rumah tersebut. Ketika langkahnya menginjak teras rumah. Seorang wanita keluar dari dalam rumah itu.


" Tika... !"


"Anumm...!


Kedua wanita itu saling berpelukan.


"Nggak usah masuk ya..! Aku hanya sebentar Num. Aku hanya mau bilang kalau aku akan tinggal di bandung. Dan aku akan membiayai keperluan anakmu..!" Ujar Tika.


"Tapi kenapa Tik. ? Bukannya kau bilang akan tinggal di sekitar sini dengan suamimu..?"


"Nggak Num..Suamiku pengennya tinggal di Bandung..!"


"Yaudahlah... Kalau itu keinginanmu..!"
Kedua wanita kembali berpelukan.


Tikapun kembali masuk kedalam taksi.
Tika berbohong kepada Anum. Kalau dia Tinggal di bandung bersama suaminya. Tika hanaya tidak ingin kalau Anum tau kalau dia belum menikah, apalagi sekarang Tika mengandung anak dari suami Anum.


Tapi dalam hati Tika akan selalu ada jika Anum membutuhkan sesuatu.


"Jalan pak..!"


Dengan perasa'an sedih dan bahagia tika kembali mengelus perutnya. Dan berkata dalam hati.


"Aku akan menjadikanmu anak yang baik
Dan penyabar..!"


( THE END)
 
Dah tamat hu ?

sudah suhuuu....

;)


Eh mati kau gon..
Tamat sudah ceritamu gon..
Sebelum kau mati Tika kau titipkan dulu lah sama aku gon.. biar ku balas kan dedammu gon , akan ku goyang sampai habis tika itu.. hhh..
Selamat atas label tamat nya ceritanya lae.. di tungguh epilognya lae..

maksih suhu ...

;)

tapi Argon nggak mati...
 
Ane kira kebruntungannya Untuk Argon ...
Selamat untuk tamatnya cerita ini ,

Mudah mudahan kepala suku ketemu Argon di alam roh ,biar bisa titip salam...
 
Jav Toys
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd