Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT THE GREATNEES

PART 16


Pukul 10 pagi.

Spada.....!

Spada....!

Suara seseorang memanggil dari luar rumah.


"Ewiiii.... Ada tamu...!" Teriakku memanggil Ewi.


"Spadaaa..!" Orang yang di luar kembali berteriak.


Aku menggerutu sendiri dan beranjak untuk membukakan pintu. Dari tadi aku memang belum melihat Ewi.


"Ada surat untuk Pak Argon...!"


Ternyata pak pos yang datang. Aku menerima surat tersebut setelah menandatangani surat tanda terima. Aku masih bingung, siapa yang mengirim surat untukku dengan memakai alamat rumah Ewi. Aku membalik amplopnya, tapi aku tidak melihat alamat si pengirim dan juga namanya.


"Pamit bang...!" Ujar si tukang Pos.


"Eh... Iya bang... Maksih ya bang..!"
Aku langsung masuk kekamar, dan membuka amplop tersebut.




Untuk suamiku tercinta.

Bagaimana kabar Abang..?

Aku harap sehat...!


Bang.. ! Masih ingat nggak waktu kita pacaran dulu. Abang selalu bilang ingin menjadi panutan buat anak anak kita nanti. Abang tidak akan memperdulikan setiap goda'an di dunia ini. Abang juga akan melakukan apapun untuk membahagiakan keluarga kecil abang kelak.


Aku sangat bahagia mendengarnya waktu itu. Akupun membuat janji untuk diriku sendiri. Aku akan mendampingi abang selamanya. Dan aku telah membuktikannya dengan tanpa pernah sekalipun mengeluh terhadap abang. Apa yang abang berikan kepadaku, aku ihklas menerimanya, dan aku sangat bahagia hidup dengan segala kekurangan bersama abang. Dan aku yakin kalau abang tau akan akan hal itu.
Bang..! Aku hanya berharap kalau abang bisa berguna bagi diri abang sendiri.
Tapi setelah melihat vidio yang abang lakukan di warung tuak itu. Membuat hatiku sakit bang. Hancur hatiku bang..!


Aku mencoba untuk bersabar, apalagi ketika melihat anak kita. Aku luluh bang. Aku mencoba untuk mema'afkan abang. Aku juga intropeksi diri. Mungkin abang melalukannya karena tidak puas dengan pelayananku di ranjang. Apalagi semenjak aku melahirkan, abang tidak pernah mendapatkan kepuasan itu dariku.


Akupun berpikir. Mungkin ini adalah kesalahanku karena tidak bisa menjadi istri yang sempurna untuk abang. Hingga akhirnya aku memutuskan untuk pulang kerumah dan menunggu abang datang. Tapi apa yang kudapatkan. Ketika aku pulang kerumah, malamnya Aku menerima kiriman vidio tentang perbuatan abang yang lain. Melihat isi Vidio itu, aku tidak lagi membenci abang, tapi aku jijik melihat abang. Aku juga marah terhadap diriku sendiri, kenapa aku bisa menikahi seorang laki laki bermoral binatang seperti abang, aku sangat menyesali dan mengutuk diriku sendiri bang, karna telah membuat keputusan untuk percaya kepada abang.


Sungguh bang. Aku tidak habis pikir kalau abang mempunyai nafsu binatang, dan yang paling aku tidak mengerti, abang bisa bisanya berpesta birahi dengan dengan banyak wanita, bahkan abang sanggup melampiaskan nasfu bejat abang dengan istri teman abang sendiri. Kalaupun abang di ajak, kenapa abang harus mau...!


Bang...! Sebaiknya memang aku harus pergi dari hidup abang selamanya.
Tapi aku sadar kalau aku masih istri abang. Untuk itu, sebelum aku pergi dan membawa anak kita. Aku ingin melaksanakan kewajibanku sebagai istri abang. Aku ingin menyadarkan abang kalau apa yang abang lakukan itu adalah dosa besar.


Dan semoga dengan kematianku dan anak kita, abang bisa menjadi manusia yang lebih baik.


Ma'afin aku bang, kita tidak akan bertemu lagi. Hanya ini yang bisa kulakukan agar abang kembali kejalan yang benar.




Dari istrimu
Anum.


--------------------------




Kakiku tiba tiba lemas tak berdaya. Aku ambruk terduduk bersimpuh, air mata keluar mencoba meringankan kesedihanku, tapi sia sia, aku malah semakin rapuh.


Amarhku mulai memburu, akupun menjerit dengan menyebut satu nama.


"EWIIIIIIII.....!"


Ya...! Hanya satu nama itu yang bisa menjawab pertanya'anku, karena yang aku tau hanya Ewi yang memiliki pesta sex di rumah ibu Tanggang.


"Ewiii...! Dimana kau Anjing...!


Aku kemudian mencari Ewi kedapur, kekamar mandi, stiap sudut rumah kucari. Tapi Ewi tidak ada. Amarahku sudah mencapai puncak, Aku keluar rumah. Ketika aku membuka pintu, Ewi sudah berdiri di hadapanku.


"Sini kau..!" Aku membentak dan menarik tangan Ewi dengan kasar kedalam rumah.


"Apa apa'an kau Gon..?? Sakit tau..!" Ewi berusa melepaskan tangannya dari cengramanku.


Aku kemudian mendorong tubuhnya hingga punggungnya menghantam kedindung rumah, Ewi mengerang kesakitan.


"Kau jawab dengan jujur, atau aku akan menghabisimu..!" Ujarku dengan mata melotot.


Aku melihat ketakutan di wajahnya. Air mata Ewi mulai keluar.


"Siapa kau sebenarnya...!" Bentakku lagi.


"A..akuu.. Ti ...dak mengerti maksudmu.. Hikkss.....hikkss... Sakit Gonnn..!!!"


Ewi mulai terisak isak, dia juga mulai kesulitam bernafas karena aku sudah mencengkram batang lehernya.


"Jangan bohong. Aku tau kau yang menghancurkan rumah tanggaku. Kau ingin balas dendamkan..!??"


Ewi semakin kesulitan untuk bernafas, bahkan untuk bicara. Karena cengkramanku begitu kuat di lehernya. Ewi memukul mukul tanganku dengan tangan lentiknya agar aku melepaskan cengkramanku.


"Aaa....aaaaa...kkkuuuu.....mmmmeennn......cciiinnn....taaaaiiiii....mmmuuuu.....!"


"BOHOOONGGG..!" Bentakku dengan melayangkan pukulan kewajahnya.


Aku kemudian menariknya kembali hingga Ewi terjungkal kelantai. Aku melayangkan tendangan kearah kepalanya.


"Aku akan membunuhmu seperti orang tuamu. Dasar Anjing, binatang betina. Gara gara gara kau istri dan anakku meninggal...!"
aku kembali menghujamkan tendangan kearah perutnya.
Aku benar benar kalap. karena yang aku tau hanya Ewi yang memiliki rekaman vidio pesta sex di rumah ibu Tanggang.
 
Terakhir diubah:
Sabar Gon.....sabar Gon......:galau:


Thx updatenya hu......
 
LANJUTAN 16



Malam ini aku duduk dikamar rumahku yang lama. Aku menangis sejadi jadinya tanpa suara. Segenap penyesalan tumpah ruah di sanubariku yang paling dalam.

Aku membuka celanaku hingga telanjang bulat.


"Ini semua gara gara kau, pangkal masalah ini gara gara kau, kalau kau bukan bagian dari hidupku, pasti sudah kupotong potong dan ku jadikan kau sate Padang...hikks.....hiksss..!" Aku menggerutu sendiri sambil menunjuk nunjuk penisku yang layu.


Aku kembali dalam keheninganku. Terbayang wajah istri dan anakku. Di rumah ini begitu banyak kenangan yang tidak bisa kulupakan. Luka hatiku bertambah perih ketika tetanggaku memutar lagu Samson dengan keras yang judulnya kenangan terindah.


Aku ngelap air mataku, dan kembali memakai celanaku. Aku tidak boleh seperti ini terus. Aku harus harus mencari si Sumanggor Anjing. Kalau bukan Ewi yang mengirimkan Vidio tersebut, berarti si Sumanggor.


Kemarin. Sebelum Ewi meninggal dunia, dia sempat mengatakan kepadaku agar aku mengambil bukuan hariannya di laci meja riasnya.


Dari buku hariannyalah aku mengetahui kalau Ibunya meninggal dunia ketika melahirkannya. Sedangkan Ayahnya meninggal akibat serangan jantung. Dan semenjak itu dia tinggal di rumah neneknya. Dan dari buku hariannya itu, aku tau kalau dia benar benar mencintaiku semenjak kami melakukan hubungan badan di rumah Ibu Tanggang.
Rasa bersalah dan penyasalan semakin kuat menusuk hatiku.


Setelah merapikan seluruh isi rumah yang berantakan akibat amukanku, aku menguburkan Ewi di halaman belakang rumah tadi malam. Setelah itu aku langsung pulang kerumahku.


Sekarang. Aku hanya punya sedikit waktu untuk mencari si Sumanggor, sebelum orang orang terdekat Ewi menyadari kalau Ewi menghilang dan melaporkannya ke Polisi.


Langkah pertama yang harus kulakukan malam ini adalah kembali kerumah Ewi untuk melihat, apakah Sumanggor telah pulang kerumahnya.


Emosi dan sifat binatangku kambuh lagi. Dan aku juga mewajibkan diriku untuk mencabut nyawanya. Aku tidak menyadari betapa liciknya permainannya. Kalau memang dia dendan denganku, seharusnya dia langsung membunuhku, tidak perlu harus menarik keluargaku dalam permainannya, bahkan istrinya sendiri.


Aku keluar rumah dari pintu belakang. Dengan kereta sang Legenda Aku menuju kerumah Sumanggor. Aku sangat berharap kalau dia sudah pulang, dan secepat mungkin menghabisinya, kemudian pergi meninggalkan kota kecil ini.


Sesampainya aku di rumah Sumanggor, suasananya masih tetap sama seperti waktu kutinggal tadi malam. Gelap, hanya lampu teras depan rumah yang hidup.


"Masih jam 10 malam..!" Batinku sambil melirik jam tanganku.


Akupun memutuskan untuk kebelakang rumah, sekalian aku ingin melihat kuburan Ewi.


Sebuah gundukan kecil dengan sandal jepit tertancap di ujung gundukan yang kutanam sebagai ganti batu nisannya. Aku kemudian jongkok di sisi kuburannya sambil mengelus ngelus gundukan tanah kecil itu.


"Ma'afkan aku Wi. Aku sangat menyesal, seandainya aku memberimu kesempatan untuk bicara, dan seandainya aku bisa menguasai amarahku, mungkin ini tidak akan terjadi.."


Air mata mulai mengalir di pipiku. Apalagi aku memang orangnya gampang menangis. Aku menarik nafasku dengan dalam, kemudian menghembuskannya dengan berat, berharap rasa bersalahku menghilang.


Begitu banyak kesan yang tertinggal dihatiku ketika aku bersamanya, walaupun yang kami lalui hanya sebentar..


Hampir 5 jam sudah aku disisi makam ewi sambil menunggu sumanggor pulang, tapi hingga mataku mulai mengantuk, belum ada juga tanda tanda kalau dia akan pulang.


Akupun memutuskan pulang kerumahku untuk istirahat. Dan besok mulai mencari Sumanggor lagi. Apapun yang terjadi aku harus menemukannya.


"Wi..! Sekali lagi ma'afkan aku. Aku akan sering mengunjungimu jika aku masih di kota ini. Aku pulang dulu..!" Ujarku disisi makamnya.


Grrrtrt......grrrrtttt....


Aku merasakan getar dari hp yang ada dikantong celanaku. Aku mengangkat panggilan.


"Halooo..!"

...................

"Aku di rumah..! Kenapa..?

....................

" Ohhhh..! Ya udah. Aku besok kerumahmu.....!"


Sepertinya besok aku harus menunda untuk mencari Sumanggor, Tika menyuruhku untuk datang kerumahnya, aku tidak bisa menolaknya. Mudah mudahan otak dan batinku bisa lebih tenang jika aku kesana..
 
Terakhir diubah:
Waduh banyak bunuh bunuhannya ini.......hiii ngeri:mati:
Btw great job hu.......:tepuktangan::tepuktangan:
 
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
PART 17

"Mukamu kok kecut kali Gon...?" Tanya Tika ketika aku sampai di rumahnya.
Aku langsung masuk tanpa menjawab pertanya'an Tika. Tubuhku yang letih ku hempaskan ke sofa bersama pikiranku yang kacau.


Semalaman aku tidak bisa tidur, pikiranku benar benar kalut. Padahal aku sudah meminum obat tidur, tapi tetap saja tidak berpengaruh, malahan yang tidur si "UCOK" ( sebutan untuk penisku).
Tika menghampiri dan duduk di sampingku, kemudian merebahkan kepalanya di pangkuanku.


"Tik.. Duduk yang bagus dong. Kakiku lagi lemas nih..!"


"Ada apa sih sayang...! Aku kan ingin manja manj'an sama kamu..!" Ujar Tika yang kemudian bangun dari pangkuanku.


"Lagi mumet aja aku Tik...!"


Aku mencoba menyimpan masalahku dari Tika, walaupun sebenarnya kalau sikapku telah menceritakan ke Tika kalau aku mempunyai masalah yang ruwet. Aku tau dengan sikapku seperti ini membuat Tika kehilangan Moodnya.
Tapi mau gimana lagi. Aku tidak bisa menetralisir ke gundahanku ini.


"Ya udah....! Aku buatkan Kopi ya...!" Ujar Tika yang kemudian pergi ke arah dapur.


Sedih, penyesalan dan amarah masih menyerang perasa'anku secara bersama'an. Tangan kananku mengepal dan memukul telapak tangan kiriku untuk menumpahkan kekesalanku.


"Ni... Minum dulu biar hatimu tenang..!" Kata Tika dan menyodorkan secangkir kopi.


"Letakkan aja di atas meja. Masih panaskan..!"


Tika mengangguk dan meletakkan kopi panas itu diatas meja.


"Gi mana kalau kita jalan jalan, biar pikiran lebih fres dikit..!" Ajak Tika.


"Boleh...!" Jawabku singkat.


"Ya udah.. Kamu mandi dulu. Aku mau ganti baju...!" Ujar Tika.


Dengan malas aku beranjak kekamar mandi untuk membersihkan diri. Sesampai di kamar mandi aku sangat terkejut. Didepan pintu kamar mandi aku melihat istriku berdiri dan menatap tajam ke arahku. Raut wajahnya memancarkan amarah yang begitu besar.


"Anum...! Ma'afkan aku Anum, aku tidak bermaksud untuk menyakiti hatimu Anum. Itu semua salah Sumanggor, dia yang sudah menjerumuskanku..."! Kataku dengan penuh penyeselan.


" kau brengsek.... Kau brengsek...... Kau tidak layak menjadi seorang Ayah...! Kau brengsek...!"


Mendengar kata kata istriku seperti itu, membuat hatiku benar benar hancur. Aku menangis sejadi jadinya hingga sesenggukan.


"Kau tidak layak jadi seorang Ayah.... Kau tidak layak jadi seorang Ayah....!" Anum terus mengulang ngulang kalimat tersebut, perlahan tubuh Anum menjauh dari pandanganku hingga akhirnya di lenyap entah ke mana.


Setelah Anum menghilang. Kalimatnya tersebut masih terngiang di telingaku, aku sudah mencoba untuk menutup kupingku dengan kedua tanganku, tetap saja kalimat kalimat terakhir dari Anum masih terdengar dengan jelas.


"Tidak..... Tidakkkk..... Aku tetaplah seorang Ayah.... Aku adalah seorang Ayahhh...."


Aku terus berteriak dengan mengucapkan kalimat " aku adalah seorang Ayah.." berharap dengan teriakanku itu mampu meredam suara Anum yang terus terngiang di telingaku.


"Argonnnn.... Argooonnn... Kamu kenapa...!"


"Pergi jangan dekati aku..!" Ujarku seraya mendorong tubuh seseorang yang mendekatiku.


"Argoonnnn.... Sadar Argonnn... Kau kenapa.."


Sepasang tangan mendekapku begitu erat.


"Argooonnn sadarlah...! Ini aku Tika....! Kau kenapa Gonnn...?"


Aku baru sadar kalau orang yang mendekapku itu adalah Tika. Aku langsung memeluknya dengan erat menumpahkan segala kekalutanku. Aku tidak mengerti apa yang terjadi pada diriku. Kenapa aku bisa serapuh ini, atau mungkin ini akibat besarnya rasa cintaku terhadap keluarga kecilku, sehingga aku belum bisa menerima kepergian mereka.


"Gonnnn ... Kau kenapa sayang..!" Tanya Tika lagi.


Aku hanya diam dan menangis sesenggukan dalam pelukan Tika. Aku tidak ada rasa malu lagi untuk menangis di hadapan seorang perempuan, aku hanya ingin menumpahkan segala kesedihanku ini.


"Yau sudah... Tenangkan dirimu..! Sebaiknya kau istrahat dulu.. Jalan jalannya kita tunda.!" Ujar Tika lagi. Dan menuntunkan masuk kedalam kamarnya. Aku batal mandi.


Dengan segala kelembutan dan perhatiannya, Tika membantuku rebahan di atas kasur yang empuk. Dia juga memperbaiki posisi bantal agar kepalaku nyaman untuk ku letakkan. Tika juga dengan sabar menyelimutiku. Dengan lembut Tika mengelus pipiku.



Sebentar lagi dendamku akan terbalaskan. Aku tidak akan membunuhmu seperti kau membunuh orang tuaku Argon. Aku akan membunuh perasa'anmu. Aku akan menghancurkan hatimu. Kau akan tetap hidup Argon. Tapi kau akan merasakan kematian di setiap kehidupanmu.



######



Ketika aku bangun, Aku melihat Tika ada di sebelahku. Tidurnya begitu pules, kelihatan dari ilernya yang menetes. Aku tersenyum simpul. Aku tidak menyangka gadis secantik dia bisa ileran ketika tidur.


Aku melihat jam dinding sudah menunjukkan pukul 7 pagi. Aku kemudian beranjak dari tempat tidur dengan perlahan agar tidak membangunkan Tika.


"Kau sudah bangun Gon..!"


Ternyata Tika tebangun juga akibat pergerakanku. Tika meregangkan kedua tangannya sehingga kedua payudranya membusung.


"Lanjutkan saja tidur kau.. Aku akan membuatkan sarapan untuk kita..!" Ujarku kepada Tika.


"Memangnya kau bisa masak..?" Tanya Tika dengan senyum meledek.


"Kalau cuma Nasi Goreng sama Mie Garong itu gampang..!"


"Hahahhahaha... Itu bukan jago namanya... Sudah...! Kau mandi saja dulu.. Biar aku yang buat sarapan untuk kita. Kau mau di masakin apa..?" Ujar Tika.


Akupun kemudian ke kamar mandi untuk membersihkan diri, setelah mandi dan berpakaian ala rumahan, aku langsung menuju meja makan. Aku melihat di meja makan sudah ada secangkir Teh hangat. Aku langsung meneguk Teh itu. Rasasa hangatnya langsung mengalir keperutku.
Tika datang membawa hindangan sarapan yang sudah di masak dan menatanya di atas meja makan. Kemudian mengambilkan satu porsi nasi berserta lauk pauknya.


Dengan suasana bisu kami menyantap hidangan yang telah di siapkan Tika, aku hanay makan sedikit. Rasa laparku tidak sekuat selera makanku.


"Makannya kok dikit. Masakanku nggak enak ya..??" Tanya Tika.


"Enak kok.. Cuma aku lagi nggak selera aja...!" Jawabku dengan sikap dingin. " Tik..! Aku keluar bentar ya. Aku adaran urusan..!"


"Loh... Kau mau kemana..? Baru satu tadi malam datang uda mau pergi..! Aku kan rindu, apalagi semalam kau lagi nggak mood..!"


"Ma'af..! Aku janji nanti malam bakalan memuaskanmu..!" Aku mencoba menghibur.


"Ya sudah kalau gitu.. Tapi cepat pulang ya..!"


"Ia ... Aku bakalan cepat pulang..! Tapi aku butuh uang Tik..!"


"Berapa..?" Tanya Tika.


"Tiga Juta aja..!"


"Tunggu sebentar.. Aku ambil di kamar dulu..!"


Tidak ada pertanya'an. Tika langsung menuju kamarnya. Beberapa sa'at kemudian Tika kembali dengan membawa uang dan langsung memberikannya padaku.


"Makasih ya...! Aku langsung berangkat saja.!"Aku berdiri dari tempat dudukku dan mencium kening Tika.


" Loh... Kau langsung pergi..! Nggak ganti pakaian dulu..!" Ujar Tika yang melihatku hanya memakai kaos oblong tipis yang membuat putingku tercetak jelas, dan celana jens pendek sebatas lutut yang warnanya sudah luntur.


Aku hanya tersenyum dan mengangkat kedua bahu sedikit pertanda kalau aku nggak perduli dengan gaya pakaianku.


Akupun berangkat dari rumah Tika. Hari ini tujuanku ke terminal Untuk menjumpai teman temanku. Dengan uang yang di berikan Tika, aku bisa meminta bantuan temanku untuk membantu mencari keberada'an si Sumanggor kampret.

.
.
 
Terakhir diubah:
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd