Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT This is Destiny

ehh lah....:kacau: si Vivi minggat!


perlu tumpangan:polisi: nggak, Vie.. om anter kamu biar nggak muter-muter naik turun angkutan.. nggak aman lho malem-malem di kota anak gadis jalan sendirian...
:cool:

ini bisa jadi masalah dengan hilangnya Vivi apalagi bila nggak nyampai rumah orang tuanya...
:pandajahat:
 
ehh lah....:kacau: si Vivi minggat!


perlu tumpangan:polisi: nggak, Vie.. om anter kamu biar nggak muter-muter naik turun angkutan.. nggak aman lho malem-malem di kota anak gadis jalan sendirian...
:cool:

ini bisa jadi masalah dengan hilangnya Vivi apalagi bila nggak nyampai rumah orang tuanya...
:pandajahat:


tenang om vivi aman. sekarang sama ane naek :motor1: keliling kota. trus cek in karena udah malem. besok baru tak anter kerumah ortunya.

hehehe :pandajahat:
 
Lanjut ya suhu...

Chapter 25

***


*Terminal*, akhirnya vivi pun sampai di tambah nyasar-nyasar dikit, berharap uangnya cukup untuk pulang, sesampainya sudah malam loket pun sudah tutup dan memilih menunggu sampai pagi karena bus ke daerahnya baru ada jam 5 pagi. Tampilannya saat itu seperti layaknya dulu orang kampung, duduklah vivi di ruang pembelian tiket sampai loket di buka pukul 5.30 pagi, vivi pun segera ke bus dan berangkat jam 7 pagi. Perjalanan di tempuh cukup jauh 6 jam perjalanan dengan bus, 1 jam dengan angkot, 30 menit berjalan kaki.

"huaaaahh... sampe juga" ucapnya sambil menghirupp udara, vivi pun sampai hampir jam 3an, hamparan sawah yang luas, vivi pun berjalan kaki menelusuri jalan yang rusak penuh bebatuan, dan sampailah di rumah yang sangat sederhana, rumahnya tercinta yang di tinggalkannya hampir 3 tahun, suasana masih sama ada kandang sapi, ayam, dan bebek di sekitar rumahnya.

"ma... paaaa... " teriak vivi dari luar rumah, di peluknya langsung yang kebetulan lagi santai di ruang tamu.

"lohh.. kamu siapa kesni?" ucap mamanya vivi.

"sendiri hehe.. lagi liburan.." pelukan hangat dari kedua orang tuanya yang rindu karena hanya mendengar kabarnya saja. Wajahnya terlihat sangat lelah.

"kamu gemukan vi.. pasti keluraga bapak hen kash kamu makan cukup ya." ucap papanya , sambil membawakan tas vivi ke tempat duduk depan, terlihat senyumnya melihat anak perempuannya satu-satunya itu lebih berisi.

"hehe ia... papa gak ke sawah?" ucap vivi melihat papanya yang sudah setengah baya tidak ada perubahan.

"ngakk.. 3 hari lagi pada panen.. baru kesawah" ucapnya.

"nihh.. vi minum dulu, pasti kamu capek kan jalan" ucap mama sambil mebawakan segelas teh.

"ihh anak sendiri kayak tamu aja di kasih minum, vivi kan bisa ambil sendri.." ucapnya menerima suguhan teh.

"hehe.. yah gpp, kangen aja gak liat kamu.. kok pake pakian gini lagi?" tanya mamanya melihat penampilannya vivi.

"uhmm iah.. kangen aj pakai kayak gini" ucapnya beralasan.

"ya udah.. papa cari pakan sapi dulu ya.. kamu istirahat dulu" ucap papa vivi yang langsung keluar dari. Vivi pun langsung ke kamarnya yang pasti sama seperti dulu, rumahnya yang tidak ada pelapon yang bertatap langsung dengan genteng rumah, rumah yang beralaskan tidak pakai ubin.

"huaaah..." di rebahkannya tubuh vivi sambil memeluk boneka teddybear yang dulu setia temenin dia tidur. Perjalanan yang melelahkan membuat vivi tertidur.
Suasana malam di kampung masih terasa, malam ini di hiasi lampu neon dan suara jangkrik di sekitar rumah, karena setiap rumah jaraknya cukup jauh di tambah penerangannya yang kurang memadai. Vivi dan orangtuanya makan ala kadarnya ikan asin, tahu, tempe, sambal terasi dan nasi hangat. Makanan yang dulu sehari-hari vivi konsumsi sebelum ke kota. Di ceritakannya pengalaman semasa sekolah, termasuk rendra sampai detail, tetapi tidak untuk masalah yang di hadapinya sekarang.

"viii,, masuk udah malam" ucap mamanya melihat vivi melamun di bale depan rumah,

"iaah.. " ucapnya langsung masuk ke dalam, lamunan tentang rendra malam itu kembali ketempat tidurnya yang paling nyaman.

***

waktu pun berlalu sudah tak terasa sudah 3 hari setelah vivi meninggalkan rumah rendra, kondisi rendra sudah membaik.

"gimana.. dok kondisinya rendra?" ucap tante nia di dalam ruang dokter.

"sudah membaik, dan emosinya sudah stabil. Hari ini juga rendra boleh pulang dan istirahat di rumah kurang lebih 1 mingguan " ucap dokter memberi kabar baik.

"baguslah. Rendra boleh pulang" om hen memegang tangan erat tante nia.

Om hen pun segera mengurus keperluan rendra di rumah sakit, dan hari ini rendra pun pulang di sambut bi inah dengan senang.

"rendra ke kamar ya" ucapnya berjalan menaiki tangga.

"gak makan malam dulu?" ucap tante nia melihat rendra begitu lesu. Dan tak berani kasih tau tentang vivi,

"gak ma.. masih kenyang" ucapnya terus melangkah, dan berhenti di depan pintunya.

"vivi kenapa gak sambut gue? Apa dia masih marah ?" rendra mencoba mengintip di kamar vivi.

"kreeeeekk.." suasana gelap di kamar vivi,

"kagak ada orang.?" Rendra menyalahkan lampu, melihat tempat tidur vivi masih tertata rapih. Rendra pun duduk di ranjangnya, memikirkan kemana vivi sekarang.

"reennn.. eh kamu disini rupanya" ucap tante nia yang langsung memasuki kamar vivi.

"vivi kemana ma?" ucap rendra memandangi sekeliling kamar vivi.

"ituu... " ucap tante nia ragu.

" bilang aja gpp kok ma.." ucap rendra santai dan tersenyum.

"vivi pulang ke kampung ren... kata papa habis kamu marah-marah ke vivi, vivi kelihatan shock dan mama suruh pulang. Tapi pas mama pulang dia udah gak ada,

mama papa sengaja gak kasih tau takutnya kamu teriak-teriak gak jelas lagi" di elusnya rambut rendra.

"rendra gak bermaksud gitu ma,... " ucapnya menyesal,di pegang kepalanya sambil mengingat kembali saat dia bentak-bentak vivi, rendra tak menyangka ucapannya membuat vivi pulang ke kampung.

"vii.. vii.. kok nekat gini sih.." ucap rendra dalam hati, tante nia pun segera keluar kamar, membiarkan rendra sendiri. terasa sepi gak ada vivi, rendra pun merenung dan mengingat kembali kenang-kenangan yang sangat manis dengan vivi, senyam senyum sendiri saat mengingat hal konyol dengan vivi, tapi kali ini suasana rumah hening seperti dulu.

"sepi banget ternyata lo gak ada di sini vi, gue harus minta maaf dan harus pergi ke rumah vivi di kampung" gumam rendra yang langsung keluar kamar vivi ke kamar tante nia dan om hen, untuk memberitahukan rencananya.


***

(kamar )

"gimana maa?" ucap om hen.

"rendra yang tanya sendiri, mama biarin dia sendiri dulu" ucap tante nia langsung berganti pakaian.

"papa udah tenang kok rendra mulai pulih," di tariknya tangan tante nia tiduran di atas om hen.

"hmm ih papa, mau ganti baju dulu.. nakal lagi deh" ucap tante nia manyun mencium maksud om hen.

"heheeh.. anggap aj sebagai perayaan rendra udah pulang ke rumah" di elusnya pipi tante nia manja.

"hehee.. iah. Bentar mama mau tunjukin koleksi mama terbaru" tante nia pun langsung ke lemarinya dan di cari body stocking dan menyuruh om hen pejamkan mata.

28539-1.jpg


"gimana pa.." body stocking kali ini lebih menggoda dengan belahan yang sudah siap santap.

"hehe dah lama gak liat mama pakai ginian" ucap om hen mematikan lampu kamar dan menyalahkan lampu kecil sehingga suasana menjadi remang-remang,

"hihihi.. yuk.. tempur" tante nia langsung menindih tubuh om hen, di bukanya seluruh pakian om hen, om hen pun tidak kalah langsung memainkan buahdada tante
nia begitu juga tante nia langsung hand job kontol om hen.


***

"aaahh,,, aahh,,, " desah tante nia saat om hen terus genjot sangat nafsu melihat tante nia pakai body stocking.

5_3112225.jpg


" shitt.. lagi main pula.." rendra yang mendengar desah dari dalam kamar, memilih kembali ke kamar vivi.

"awwhh... " rendra mencoba menggerakan lengan kanannya, terlihat perban menggugulung bahunya membuat tidak bisa leluasa bergerak. Rendra pun berbaring di tempat tidurnya vivi, perasaanya sangat menyesal membentak vivi seperti itu, rendra pun memilih ke balkon depan kamar, udara malam di hiasi bintang-bintang kecil.

"huffff.. hawa panas bangett.." gumam vivi yang tidak bisa tidur, ia pun memilih ke belakang rumah. Duduk di bale rumah, memamandangi langit.

"vii... andai gue gak emosi saat itu, mungkin kita lagi menikmati bintang-bintang bersama ya" ucap rendra sambil menghela nafas.

"renn, gue sebenernya kangen lo dan hubungan kita kayak dulu.. mungkin kalau gak ada kejadian kayak gini, kita lagi nikmati berduan ya sambil melihatat bintang-bintang , tapi itu hanya khayalan aja" ucap vivi sambil tersenyum dan menghela nafas melihat bintang-bintang.

Mereka berdua pun sama sedang memandang langit yang sama, di tempat berbeda. Terasa rasa rindu di hati melihat kekasih tak jumpa untuk sekian hari. Setelah cukup rendra pun kembali ke tempat tidur vivi dan berusaha kembali tidur.


***

"traakk.." benda yang jatuh dari dalam tasnya yang tak sengaja ia senggol.

"kok bisa kebawa ya.. hmm" ucapnya yang kelupaaan menyimpan vibrator dari tante nia di tempat aman yaitu dalam tas nya.

"keluar sekali kali ya biar bisa tidur" vivi pun langsung mengangti celananya yang agak pendek dan membuka bra nya. Tangan vivi pun meremas buah dadanya sendiri lembut serta di pilin-pilin. Dan tanganya satunya memasuki dan meraba belahan memeknya sendiri.

"ngghh ahh" tubuhnya menggeliat di tambah libidonya semakin naik, di selipkannya vibrator ke dalam memeknya, di tekan tombol on dengan getaran lembut, tanganya pun mencari-cari klitorinysa dan di gesekannya lembut di tambah getaran di vibrator.

"aaahhh..rendrraaa" desahnya menyebut nama saat mencapai klimaks, tubuhnya mengejang hebat. Di remasnya kedua buah dadanya sambil pahanya menjepit vibratornya.. nafasnya terputus-putus di ikuti lelehan sperma dari memeknya.

Vivi pun mencabut egg vibtaronya, langsung ke kamar mandi membersihkan liang memeknya , dan kembali ke kamar untuk tidur.


***

Rendra pun mencari celana dalam yang biasa vivi pakai, di ciumnya sebentar dan rendra tidur sambil memegang celana dalam vivi. Perilaku yang tiba-tiba aneh.
"den.. rendra.. bangun.. bibi bawain sarapan nih, abis itu kata ibu ganti perban" ucap bi inah membangunkan rendra..

"ugghhhhhh,,ngghh. awwhh" rendra menggeliat dan tak sengaja tanganya tertarik, matanya pun langsung melek.

"heheh.. den.. pegang apaan? Kayak celana dalam den.." bi inah ketawa kecil rendra memengan celana dalam vivi.

"itu.. ngk kok." Rendra langsung sembunyiin celana dalam di bawah bantal dan rendra pun langsung sarapan, mandi . rendra pun ke bawah menemui tante nia yang duduk sambil menikmati teh.

"maaa.." ucap rendra.

"kenapa? Ganti perban ? bii.. bi inah ambilin perban donk yang tadi saya taruh" ucap tante nia.

"bukan itu.... " tante nia pun dengan pelan mencabut perban di kepala rendra sambil mengganti yang baru.

"teruss??"

" rendra mau ke rumah vivi ma...aaawwhhh... pelan-pelan ma sakit" ucap rendra kesakitan saat membalut bahu rendra dan mengikatnya kencang.

"maaf, hehe.. mama kaget aja kok kamu kepikiran gitu?" tante nia penasaran.

"hmm ia.. rendra udah maafin vivi kok, dan rendra juga mau minta maaf karena ucapan rendra vivi kabur dari rumah." Ucap rendra menjelaskan.

"tapi mama sama papa gak bisa ikut ya... banyak perkejaan yang ke tunda.. " ucapnya.

"iah gpp, rendra ngerti kok. Rendra pinjam pak agus aja yah kesana?" tante nia pun kurang setuju karena rendra harus banyak istirahat sesuai dengan anjuran dokter, tetapi rendra tetep kekeh pergi hari ini juga. Tante nia akhirnya mengizinkan rendra dengan catatan, jagan terlalu capek dan mebawa obat serta perban.

"ya udah.. mama siap-siap ke kantor. Kamu mau berangkat jam berapa?"

" jam 8an ma.." ucap rendra senyum . tante nia pun bersiap berangkat dan begitu om hen yang sudah siap berangkat, rendra pun ke kamarnya persiapin pakiannya yang kemungkinan ngindap disana. Tubuhnya masih kurang vit tetap memaksakan pergi.


***

"yuk pak agus.." ucap rendra,

"iah den,," ucap pak agus langsung mencapkan gas.

"kira-kira berapa jam sampai?" ucap rendra yang duduk di kursi depan.

"6 – 7 jam karena jalan kea rah non vivi agak rusak" ucap pak agus yang pernah kesana saat menjemput vivi.

"wahh jauh banget ya, ( vivi sendiri balik kesana? Apa gak nyasar ya?)" gumam rendra sambil geleng-geleng dengan vivi yang nekat pulang.

" hufttt.. " rendra memikirkan apa vivi mau ketemu rendra, atau memilih menghindar. Persaaan tiba-tiba gugup, perjalan pun masih jauh rendra memilih tidur dan sesekali memegang bahunya yang masih terasa sakit dan perjalanan panjang pun di mulai menuju rumah vivi.

" pak aguss.. berhenti bentar ya.. pegel banget nih pantat.." gerutu rendra yang pantatnya terasa pegel.

"ia.. den,, padahal sebentar lagi mau sampai loh, " ucap pak agus sambil keluar mobil.

"ouhh.. kemana abis ini berapa lama lagi?" ucap rendra yang ikut keluar.

"yah... lumayan sih. 1 jam lah, soalnya jalannya kemungkinan masih rusak den, soalnya cuman sampai daerah sini ada angkutan, kita nanti ke dalam lagi " pak agus menjelaskan secara detail.

"ya udah yuk lanjut.. udah jam 2 lewat.." ucap rendra, dan kembali melanjutkan perjalanan.tak lama kini sudah memasuki daerah kampung vivi, jalanan yang bertahun-tahun tidak perbaiki, tetapi pemandangan sawah-sawah yang masih sangat luas membuat kekaguman tersendiri bagi rendra.

"wah. Pak agus, masih jauh?" ucap rendra yang tak sabar..

" nah itu di depan," pak agus membelok mobilnya ke jalan lebih kecil.

"nah itu den rumahnya.." pak agus menunjuk sebuah rumah sederhana.

"ituu? ( itu rumah vivi?, gedean garasi rumah dari pada rumahnya)" rendra tersentak kaget dan merasa tak enak hati, rumah yang berkali-kali lipat besarnya daripada rumah vivi. Rendra dan pak agus pun turun.


***

"permisi.... " ucap pak agus mengetuk pintu depan rumah. Rendra pun kebauan karena bau kotoran hewan, dan menunggu di dalam mobil.

"iaaah... siapa" keluarlah mama vivi dengan santai.sambil membawa centong nasi.

"masih inget saya?" pak agus mencoba mengingatkan

"ohhh ia ia,, saya inget.. bapak supirnya pak hen sama ibu nia ya" ucapnya.

"ia iah betull..." pak agus pun di persilakan ke dalam rumah.

"oh ia.. bapak sama ibu kemana kok gak turun?" ucap mama vivi.

"anu.. ibu sama bapak gak ikut. Tapi saya kesini sama anaknya.." pak agus menjelaskan, mama vivi terlihat kaget mendengar anaknya om hen dan tante nia datang kesini, dan pak agus pun memanggil rendra yang di dalam mobil.

"soreee..tante " ucap rendra sopan yang masih merasa kebauan kotoran hewan.

"iaahh.. silahkan duduk. Maaf rumah kami seadanya..hehe" mama vivi menjadi salah tinggkah melihat rendra yang kemarin-kemarin di ceritakan langsung ada di depannya, mama vivi pun langsung memanggil papanya.

"siang om, saya rendra..." sapa rendra melihat papa dari vivi dan berjabat tangan.

"iah silahkan duduk lagi.. ada apa nak rendra ke sini ya?" ucap ayah vivi membuka pembicaraan.

"den... kok dieemm cepet ngomong" bisik pak agus, melihat rendra yang gugup..

"saya kesni mau ketemu vivi om, tante" ucap rendra sambil melihat ke kiri dan ke kanan.

"ouhh vivi... wah tapi lagi gak ada di rumah, dia lagi cari pakan sapi" ucap ayah vivi.

"hmmm jauh gak ya om??" ucap rendra yang masih agak canggung.

"lumayan, kalau jalan kaki 30 menitan dari sini, mau nunggu? Kemungkinan jam 5an baru balik sih biasanya" lanjutnya.

"mau di anter? Kalau naik motor 15 menitan kok dari sini.. " sambungnya menawarkan bantuan,

"boleh omm." Jawab rendra, papa vivi pun mengeluarkan motor tuanya , di boncengnya rendra di belakang, jalannya agak lambat karena jalannya rusak, dan penuh bebatuan, rendra sesekali memegang bahu nya yang sakit karena jalannya yang rusak.


***

Cukup lama berjalan motor pun berhenti di pinggiran sawah

"kenapa berhenti om, udah sampai?" ucap rendra kebingungan,

"itu vivi nak rendra," sambil di tunjuknya sesosok wanit yang menarik gerobak penuh dengan rumput-rumput untuk pakan sapi.

"itu vivi?" rendra terdiam melihat vivi yang lakuin pekerjaan lelaki menarik gerobak yang penuh rumput, rendra berpikir harus seperti itu kah hidup di kampung, tak tega rasanya melihat vivi seperti itu.

"rendra mau kesana?" ucap papa vivi menghentikan lamunan rendra.

"iaaah om.. om pulang duluan aja yah gpp. Nanti saya sama vivi hehe" ucap rendra sangat sopan.

"ouhh ya udah.. " papa vivi pun langsung berbalik arah dengan kuda besinya.

Rendra melihat dari kejauhan, vivi berhenti di pinggiran sawah yang agak jauh dari jalan dan duduk ke tempat seperti ada bale di hiasi atap mirip saung. Rendra pun dengan ragu melangkah mendekati vivi. Hatinya sangat berdebar melihat vivi sedang mengelap keringetnya dengan handuk yang di lilitkanya di leher dan sedang beristirhat sejenak.

Vivi belum menyadari rendra sudah di belakangnya, rendra menarik nafasnya dalam-dalam dan mulai mendekatinya lagi dan duduk di pinggir bale tersebut, tetapi vivi seperti melamun melihat hamparan sawah sambil sesekali minum.

"ehheemmm" rendra mencoba kasih tanda bahwa ada orang di sampingnya. Vivi pun menengok ke arah tersebut.

"haaaaaa?" vivi sangat terkejut, sampai matanya melotot melihat di hadapannya ternyata itu rendra, nafas vivi seperti berhenti sesaat.

Vivi pun masih tak percaya di depannya itu rendra, rendra memandangi vivi yang rambutnya terikat ke bekalang, wajahnya dan pakianya yang kotor tetapi tak mengurangi kecantikannya bagi rendra. Mereka berdua terdiam sesaat.

"hiii..." rendra menyapa sambil duduk di samping vivi.

"hi.." ucap vivi yang agak cangung. Dan sama terdiam kembali karena sama-sama canggung. Vivi pun duduk agak ke pinggir.

"vi... lo tau alasannya gue kesini?" ucapan rendra yang merasa tidak cocok untuk memakai kata aku dan kamu saat kondisi sekarang.
"ngggk." vivi geleng-geleng sambil mengalihkan perhatiannya ke rendra.

"gue kesini... mau minta maaaf, buat pas yang di Rumah sakit vi.." di pegangnya tangan kanan vivi oleh rendra.

"nggghh." Vivi sangat terkejut dengan ucapan rendra dan kembali nunduk membiarkan tangnya di pegang erat.

"gue memang kecewa sama lo, tapi gue udah berusaha menerima apa yang terjadi vi." Ucap rendra duduk lebih dekat dengan vivi.

"....." tak ada jawaban dari vivid an hanya menunduk.

"vi... gue tau ucapan gue bikin lo tersinggungkan, makanya gue kesini mau perbaikin semuanya, " di genggam eratnya tangan vivi.

"tapi ren.. gue udah buat kecewa tante nia, om hen, lo, dan teman-teman karena keputusan gue pass itu" tanpa sadar vivi menitikan air matanya.

"iahh gue memang kecewa banget. Tapi gue bakal lebih kecewa kalau kehilangan lo dari hidup gue vi" ucap rendra dengan terus menggenggam erat. Vivi pun tersentak mendengar ucapan rendra dan langsung melihat rendra.

"vii...pliss." Rendra mengusap air mata vivi dengan tangan kirinya yang menetes di pipinya.

"gue mau kita kayak dulu... dan seharusnya gue gak pakai kata gue lo lagi, tetapi aku kamu vi.. " sambungnya terus memujuk vivi.

"entah ren,, tapi lo pasti belom terima kan, tubuh gue di mainin orang lain selain lo" ucap vivi kembali nunduk.

"demi hubungan kita kayak dulu, gue ikhlasin kejadian itu terutama tubuh lo yang di pakai sama ben, " ucapnya.

"yang terpenting sekarang,, bukan itu lagi vi,, hubungan kita kayak dulu, normal kayak dulu." Rendra pun memberanikan rangkul vivi.

"awwwhhh" rendra berusaha menggerakan lengan kanannya untuk memeluk vivi tetapi masih terasa sakit,

"rendra kenapa?" vivi pun langsung kaget melihat rendra.

"bahu gue.. masih sedikit sakit" ucapnya sambil memegang bahu kanannya.

"hmm kita pulang aja.. hmm" ucap vivi bangun dari bale memegang tangan rendra yang menjadi kwahtir.

"ngaakk.. lo jawab dulu..." di tariknya tubuh vivi sampai tiduran di bale.

"gue gak pergi sebelum lo jawab, kita mulai dari 0 lagi" rendra mendekatkan wajahnya ke vivi.

"hmm..." vivi tarik nafas panjang..

"iaaahh... gue mau, tapi masih mau tubuh gue setelah di gituin ben " ucap vivi menatap mata rendra

"tentu aja, karena gue yang dapat perawan lo" ucapnya senyum, rendra pun langsung melumat bibir vivi dengan rasa yang rindu. Vivi pun membalas lumatan dari rendra.

to be continue.
 
akhirnya baikan deh vivi ama rendra....

lanjutin suhu. bales si ben.....
 
[size=+2]main di sawah..[/size] :horey:

[size=+2]main di:horey: sawah..[/size]

:horey:[size=+2]main di sawah..


mungkin:pandaketawa: nggak yaa..
[/size]​
 
Hadeeehhh.... bnyak typo dan kalimat yg janggal nya suhu..
Lagi semangat ngetik buat update yach

Tks buat update nya

Besok ane coba cari error nya yg mana aja
 
tanpa sadar sarung mereka jadi alas.
mirip demo memasak rendra mulai berakting di depan vivi.
masang...masang... alat...alat...kontraa sep siii....

:bata: ngomong opo ane
 
Buahahahahha,,
Kayanya adegan main di sawah menarik
Udah sikat aja Ren,,
:pandaketawa:

Ga sabar menunggu pembalasan buat Ben
"three cheers for sweet revenge"
:pandajahat:

Thanks for nice update suhu
:beer:
 
baikan juga akhirnya.semua karenan cinta
 
Harusnya bagus ....tpi agak gimna ya :ngupil:

Kalau dalam film sang sutradara mesti teriak" mana expresinya brooo " :capek:

Nah thu ...klo dalam cerita gak tau namanya apa ....yg jelas kok kayaknya expresinya kurang mengena gan ...apa lgi pas rendra ktemu vivi ....
Mmmm itu mnurut aku yy gan :ampun:....maaf so lanjutin aja gan ....
 
Wehee dah update aja ni suhu
Tinggal bales si ben lah suhu biar pnya kapok dikit lahh
 
Chapter 26

***


"bau keringet kamu ehehe." bisiknya saat menciumi leher vivi.

"ihh siapa suruh di cium uhmm." ucap vivi mendorong rendra pelan, rendra pun pun menghentikan ciumannya, waktu sudah mulai petang. Vivi pun segera kembali ke gerobak menuju arah pulang, rendra menemani vivi di sampingnya.

"kenapa liatin gitu.." vivi manyun, sikapnya yang berubah menjadi lebih manis seperti dulu.

"cocok aja rambut kamu di iket ke belakang sama keringetan, sama gak kuat di ranjang kuat narik gerobak juga" ucap rendra menghibur sambil memegangi bahunya.

"ihh mulai deh hehe.. cowok kota mah mana bisa narik gerobak.." ucap vivi membalas ledekan rendra.

"siapa bilang, tunggu bahu aku sembuh, aku buktiin bukan narik gerobak aja, narik, gotong sama kendarain kamu aja kamu pasti bisaa" ucapnya tertawa menggoda vivi.

"au ah seperti biasa ngebetein,, hm kepala kamu gimana ?" vivi baru menyadari ada balutan di sekitar kepala rendra.

"masih agak pusing sih, tapi gpp kok udah ketemu kamu" vivi menjadi salah tinggah di puji seperti itu. Vivi anya tersenyum kecil.

Vivi dan rendra pun meneruskan perjalanannya karena hari semakin petang, terlalu banyak ngobrol saat di pinggir sawah, rendra dan vivi pun mulai bersikap seperti dulu. Terkadang rendra membantu mendorong dari belakang melihat dengan bangga kekasihnya seorang pekerja keras. Mereka pun sampai di rumah vivi.


***

"maaa.. paaa vivi pulang" ucap vivi sambil mengelap keringetnya bersama rendra yang sedang menutup hidung saat melewati kandang karena tak biasa dengan bau kotoran hewan.

"mandi dulu gih.. masa ada rendra kamu dekil gitu" ucap mama vivi sambil menyiapkan makan makan malam di meja tamu, karena meja makan hanya cukup mereka bertiga.

"pak agus kemana tante?" rendra mencari pak agus

"ouhh ada di belakang sama om lagi kasih makan ikan di empang" ucapnya sambil merapihkan meja.

Rendra melihat sekeliling rumah vivi, ada beberapa foto di bingkai, foto vivi yang dari bayi sampai lulus SMP di pajang di ruang tamu yang sederhana itu, rendra senyum sendiri melihat vivi masih kecil memakai pakian anak cowok.

"dah giliran sana mandi.. " ucap vivi sambil keluar dengan memakai handuk di lilitkan langsung ke kamarnya, rendra pun segera mengambil tas ranselnya dan beberapa setel baju dan menuju ke belakang rumah. Tetapi rendra tak menemukan kamar mandi.

"vii.. dimana kamar mandinya?" ucapnya sambil mencari vivi.

"ituu.." vivi tunjuk sebuah bangunan kecil tanpa atap dekat sumur.

"heeee? Itu kamar mandinya? Gak ada pintu?" ucap rendra kaget.

"iihh geser aja papan kayu di dalem gak ada yang masuk kok" gerutu vivi, rendra pun mau tak mau mandi beratapkan langit. Selesai rendra keluar dengan kolor sambil menyelendangi handuk, terlihat lilitan perban yang basah di bahunya.

"gak ganti dulu itunya?" ucap vivi sambil tunjuk perban di bahu rendra.

"ganti donk, bantuin ya lilitin" rendra pun ke kamar vivi, terkejut kamar vivi yang kecil menurutnya dan cukup 1 orang saja,

"aku tidur dimana nanti??" rendra kebingungan melihat tempat tidurnya gak bakalan cukup untuk berdua.

"ihh pengen banget tidur sini.. " vivi melepas balutan perban dari bahu rendra.

"yah kali aja gitu.. aku di bawah kamu di atas deh haha" rendra tertawa.

"hmm ren.. bahu kamu miring gini.. " ucap vivi saaat melihat bahu kanan rendra lebih rendra dari bahu kirinya.

"iahh belum sembuh, makanya harus di pakai perban terus. Ya udah kamu lilitin aku bantuin caranya" rendra pun memberi tahu caranya melilitnya yang benar, walaupun di sendiri hanya liat sekilas saat tante nia melilitkannya.


***

Selesai rendra memakai kaos kutang dengan alasan hawanya panas, mama vivi pun mengajak makan malam. makan malam hari ini tumis kangkung, tempe goreng, jengkol goreng, sama sambel terasi. Rendra hanya bengong melihat makan malam yang sangat sederhana, vivi pun menyendokan nasi ke piring rendra dan juga kangung di tambah tempe.

"vi.. mana bisa makan pake tangan kiri" bisiknya saat vivi mau sendok nasi ke piringnya.

"pelan-pelan aja" bisiknya,
"vii suapain rendra aja, tanganya masih sakit kan ya nak rendra?" ucap mamanya tertawa kecil.

"iah tuh vi, Suapain donk.. aaaaaa" ucap rendra sambil membuka mulutnya.

"iaahh.. sini.." vivi pun suapin rendra satu sendok penuh nasi dan kangkung ke mulut rendra...

"vivi.. dikit-dikit donk, kasian tuh nak rendra" ucap mama vivi melihat mulutnya penuh dengan satu sendok suap oleh vivi.

" biarin ma, rendra kan makannya gitu banyak,," ucap vivi sambil suapin rendra dengan porsi yang sama, tak ada protes dari rendra. Rendra pun dengan susah payah mengunyah abis dan mereka pun satu piring berdua.

"vii tempe sama sambelnya donk, manteb banget.." ucap renda yang ketagihan sambel terasi,

"iaahh nih.." di cocolnya sambel banyak di atas tempenya dan di suapin ke rendra..


"huuuu haaaa.." mulutnya menganga kepedesan, tawa kecil menghiasi makan malam hari ini,

Makan malam hari ini pun selesai, semua piring bersih tanpa sisa terutama sambal terasi juga, rendra banjir keringat duduk santai sambil berusahan menghilangkan pedas di mulutnya. Vivi dan mamanya membenahi piring-piring di meja untuk di cuci.

Pak agus, rendra dan papa vivi bersantai di bale depan rumah sambil minum teh hangat. Rendra pun becerita tentang vivi disana dan itu semua kejelekannya vivi, papa vivi hanya tertawa tanpa tersinggung karena tau rendra sedang bercanda, papa vivi pun pamit untuk mengecek kandag-kandang.

"pak agus... rendra gak pulang ya besok, nginap 3 hari disini, bilangin mama papa ya?" ucap rendra sambil menyeruput teh.

"iah den, tapi pasti ngomel mama aden karena gak pulang bareng", pag agus agak ragu.

"bilang aja pak agus, vivi belum mau di ajak pulang, pasti ngerti kok, sambil di keluarinya 100 ribu dari kantung celananya," pak agus pun dengan sigap mengambil duit itu dan menyetujui hal itu.


***

Waktu masih menujukan jam 8an, tetapi mama dan papa nya vivi duluan tidur karena besok pagi harus ke kampung sebelah ada urusan.

"tidur di kamar aku aja, aku tidur sofa" ucap vivi sambil mengambil boneka teddy bearnya.

"hmm kenapa gak dsini?" rendra agak sedikit kecewa.

"hehe ihh gak enak ah kamarnya kan sebelahan.hmm" ucap vivi menjelaskan karena tidak enak sama kedua orang tuanya, rendra pun langsung berbaring. Vivi pun menuju sofa depan, pak agus memilih tidur di mobil.

"huff panas banget" rendra mebolak balikan badannya untuk mendapat posisi enak.

"hmm apa nih" tanganya menyenyuk sesuatu di bawah bantal, dan out ternyata vibrator punya vivi, rendra pun kembali menaruhnya ke bawah bantal dan bangun menemui vivi.

"eh lom tidur?" ucap vivi melihat terndra keluar kamarnya.

"panas hawanya.. kamu gak kepanasan?" rendra duduk di ujung sofanya.

"hehe lagi rusak kipasnya, hmm ke belakang yuk cari angin, " ajak vivi.

"gelap gitu, mandi aja gak keliatan burungnya" ledek rendra.

"hahaha.. ih aku bawa petromak kok, mau ikut gak?, kalau gak sendri aj" ucap vivi sambil mencari lampu pteromak. Rendra pun pun ikut ke belakang rumah, dengan berbekal petromak vivi menelusuri belakang rumahnya menuju kebun singkong.

"vii mau kemana sih, masuk ke kebon gini" ucapnya protes.

"bentar lagi sampe,, tuh,," tunjuk vivi seperti saung di tengah kebuh singkong. Sampailah rendra dan vivi di kebun belakang rumahnya yang berbatasan langsung dengan sawah, di ujung terdapat cahaya lampur dari rumah penduduk walau tidak banyak, cahaya bulan kali ini sangat teranng. Mereka pun duduk sampingan.


***

"hmm vi, " di ajaknya rebahan vivi di samping kiri rendra.

"ihh kenapa?" vivi menarik nafas dalam-dalam.

"siniii..." di tariknya tubuh vivi ke atas tubuh rendra, vivi pun menuruti dan hati-hati tidak mengenai lengah kanannya.

"hmmm" suara vivi saaat tangan kiri rendra meremas buahdadanya, tak ada penolakan dari vivi, di remasnya perlahan dan secara bergantian oleh tangan rendra. Vivi pun mendekatkan wajahnya dan langsung melumat bibir rendra, rendra pun langsung membalas ciumanny sambil tangan kirinya meremas pantat vivi.

"uhmm..." pangutan bibir rendra vivi pun sangat agresif, melepas rindu yang ada. Tanganya rendra kini menelurusi ke dalam celananya vivi dan langsung mengelus memeknya yang masih rimbun, jari-jarinya dengan teliti mencari belahan serta klirotisnya.

"kangen yahh... " bisik rendra memainkan klitoris vivi..

"hu.uh,.." senyum nakal vivi sambil kembali cium bibir rendra lagi.

Rendra yang tak tahan pun berbalik posisi. Di copotnya langsung celana vivi beserta celana dalamnya. Di kangkanginnya paha vivi, rendra langsung melumat memek vivi.

"slrruupppss.. " lidahnya mencari-cari klitoris di kegelapan yang hanya di terangi cahaya lampu petromak dan cahaya bulan.

"aaahh..." vivi menggigit bibir bawahnya saat rendra sedot kuat klitorisnya, jari rendra pun di masukannya perlahan sambil keluar masukin. Rendra pun menurunkan celana kolornya dan celana dalamnya juga, di gesekannya perlahan ke bibir vagina vivi.

"uhh.. kangen ini gak vi?" di celup-celupkannya kepala kontol rendra.. sambil sesekali di gesekannya mengenai klitorisnya.

"iaahh.. hmm.." vivi meremas buah dadanya sendiri, perlahan rendra memasukannya dan hentakin semua. Walau terasa sakit di bahu tangan rendra masih bisa memegang kaki vivid an mengangkangin selebar-lebarnya. Di keluar secara perlahan.. dan di masukin dengan hentakan lembut. Erangan vivi tertahan semakin renda terus memainkan kontolnya tak beraturan.

"ehh ehh.." memek vivi terasa licin membuat rendra mulai menambah kecepatannya. Cukup lama dan belum tanda-tanda klimaks, rendra pun mengganti posisi, di ajaknya vivi berdiri dan tubuhnya di bungkukkan dengan perpegangan di bale bambu,

" angkat vii kakinya satu", di angkatnya kaki kanan vivi ke atas bale bambu dan agak di renggangkan dikit. Rendra pun mulai memasukannya kembali secara perlahan sambil ikut membungkuk.

"aaahhhhh" desahh vivi saat rendra mulai menghujamkan kontolnya cepat, bibir rendra mencium leher vivi. Hujaman rendra semakin cepat membuat buah dada vivi bergoyang cepat

"rendraa.. aahhh mau pipiss" ucap vivi mencengram tangan kiri rendra yang asik memainkan putingnya. Tak bisa menahan tubuhnya vivi pun menungging dengan lutut di ujung bale bambu, rendra pun semakin cepat menghujamkan kontolnya..

"aaahhh,,,,,,," desah vivi saat klimaks kepalanya mendongak ke atass, kontol rendra menekan terus ke dalam, menikmati jepitan memeknya yang sedang klimaks. Di cabut perlahan dan membaringkan vivi posisi miring, rendra pun membelakangi vivi dengan kontol yang masih tegang.

"uuhh...." Vivi pun berbalik dan menduduki perut rendra.

"hehee... " tawa kecil vivi sambil melepas ikatan rambutnya sampai rambutnya terurai,

"hmmmm" vivi menduduki kontol rendra, dan bertumpu di dadanya,

"aku yah coba manjain kamu ren" senyum vivi sambil membuka kaosnya dan bra nya di depan rendra. Vivi merasakan kontol rendra berada di tengah-tengah memeknya, di gerakannya maju mundur menggesek kontol rendra.

"uhh udah mulai bisa nakal nih.." di remasnya buah dada vivi dengan tangan kiri dan tangan kanan rendra hanya bisa memegang pantatnya karena begitu susah untuk di tekuk.

"huuu gak mau nih?" vivi memilin puting rendra.

"iahh.. yuk lagi.." vivi pun agak berdiri, di tempelkan kepala kontol rendra pas di memek vivi, vivi pun mulai turun menelan kontol rendra.

"uhhh.. iahh gitu.." rendra membantu memberitahu gerakannya, kini vivi mulai maju mundur dengan sedikit menghentakan pinggulnya, rendra yang terlentang menikmati vivi yang sedang bekerja keras di atasnya.

Rendra memainkan putting vivi yang menegang indah di tambah buah dadanya yang membuat sempurna, tubuh telanjang vivi di atas bale bambu sedang naik turun secara perlahan. Desah nafas vivi semakin mengebu di ikuti gerakannya naik turun dan sesekali memainkan pinggulnya.

"vii puter tubuh kamu" pinta rendra, vivi pun membelakangi rendra dan kembali naik turun.

"nggghh... renn.. aku mau pipis lagi.. ngghh" ucapnya semakkin cepat naik turunya.

"iahhh tanggung.." di tariknya tubuh vivi menjadi terlentang di atas rendra. Kaki rendra mengangkan di ikuti kaki vivi juga, rendra menggerakan pinggul memompa memek vivi dari bawah dengan gerakan cepat.

"uhh.. vii.." di peluknya erat tubuh vivi, tak lama desah vivi kembali keluar dan tubuhnya mengejang, rendra pun terus memompa memeknya vivi...

"aahh shiitt... vii.. aahh *sfx, crroottttt crrootttt crrooottttt" di tekannya dalam-dalam kontol rendra sambil tanganya meremass buah dada vivi. Terdengar hebusan nafas vivi di atas tubuh rendra. Rendra menikmati jepitan liang memeknya seperti memijit kontolnya.


***

Cukup lama vivi terbaring telentang di atas tubuh rendra, kontolnya rendra mulai mengecil dan keluar dari memeknya vivi di ikuti lelehan sperma mereka berdua, di peluknya mesra dan di ciumi leher vivi tanpa sadar berbekas merah di lehernya.

vivi pun bergeser di samping kiri rendra, di peluknya tubuh rendra . hanya terdengar suara nafas keluar masuk dari rendra yang ternyata ia tertidur, vivi pun bangun perlahan memakai pakaiannya yang berceceran, dan memaikannya celana kolor ke rendra yang tertidur, sekilas vivi tersenyum melihat kontol rendra yang mulai tidur. Vivi pun kembali ke dalam rumah mengambil sarung dan bantal kepala untuk rendra, vivi pun kembali rebahan di samping rendra dan mulai tertidur.

"kukuruyuukkk... petok petok.." suara ayam berkokok membuat vivi terbangun, di lihatnya masih agak gelap kebiruan. Vivi pun segera bangun kembali ke rumah dan meninggalkan rendra yang tertidur pulas.

"maa.. paa udah mau berangkat?" ucap vivi melihat mama papanya sudah rapih,

"iahh. Kamu darimana? Rendra juga gak ada di kamar" ucap mamanya.

"hmm... itu tidur di kebon belakang hehe.. temenin rendra, tuh masih molor " ucapnya sambil melihat jam dinding menunjukan jam 5 pagi.

"ouhh.. ya udah.. saraapan kamu buat sendiri ya, oh ia. Sama bilangin sama rendra pak agus udah pulang duluan, emang dia nginap berapa lama?" bisik mamanya pensaran.

"hee? Viivi aja ngak tau mah dia nginap berapa lama" vivi terkejut karena rendra saama sekali tak bilang.

"mama takut aja, rendra gak betah di rumah kita.." bisiknya pelan.

"iahh nanti vivi tanya deh..." ucap vivi, mama dan papanya pun segera berangkat dengan kuda besi tuanya. Vivi pun segera beres-beres rumah, rebus ubi dan langsung cuci baju.


***

"hooaaaaaammmm.... " rendra pun bangun sambil kucek-kucek matanya saat sinar matahari tepat mengarah ke wajahnya, dan melihat agak aneh ada sarung dan bantal di tempat mereka bertempur semalam. Rendra pun bergegas kembali masuk di dalam sambil mebawa sarung dan bantal.

"uhuuk... masih pagi udah cuci baju aja." ucap rendra yang ada di belakang vivi.

"ihh.. tuh matahari aja udah keliatan di bilang masih pagi, nih biar melek." vivi sambil mengkibas-kibaskan pakian basah ke arah rendra. Rendra pun langsung berlari ke dalam mengambil handuk dan masuk ke kamar mandi yang tak jauh dari vivi.

"vi,,, kesini deh bentar." Ucap agak kencang dari kamar mandi. Vivi pun segera menghampiri rendra.

"ada apaa?.. aahh...." Vivi kaget rendra telanjang bulat dan menghadapnya.

"ihh masa kaget liat si otong aku, padahal sering masuk juga" godanya sambil menggoyang-goyangkan kontolnya.

"uhhmm.. hehe kan gak pernah liat langsung tau,, hmm ada apa sih" vivi nunduk-nunduk malu liat kontolnya rendra.

" garukin donk punggung aku, gatel banget tau.." rendra langsung membelakangi vivi.

"hmmm.. yang mana?" vivi pun menggaruk yang di tunjuk rendra..

"vi.. udah lama kita main, aku lom pernah liat kamu mau mainin otong aku" ucapnya sambil agak menoleh ke bekalang.

"uhm. Itu.. aku merasa agak jijik tau ke inget dulu uhmm, kamu mau?" ucapnya ragu.

"aku gak maksa sih, hehe mau aja" vivi pun langsung memegang kontol rendra agak cangung, di gengamnya yang setengah tertidur.

"nah gitu kamu kocokin yaa" di pegangnya tangan vivi sambil membantu mengocok kontolnya.

"ihh hehhe" vivi terkejut kontol rendra semakin membesar di tangannya.

"kasar tanganmu vi hahaa" ledeknya sambil menikmati kocokan vivi, rendra pun berbalik dan suruh vivi agak berjongkok.

" Coba kamu jilat dehh" ucapnya pelan sambil elus rambutnya, vivi pun mencoba dengan mencium-ciumnya dulu. Di jilatnya pelan.

"ih aneh rasanya uhhmm.." vivi kembali menjilati kepala kontol rendra,

"uhh... sekarang kamu kulum terus kamu keluar masukin pakai mulut" rendra memegang kontolnya yang sudah menegang. Vivi pun mencoba mengulum kontol rendra.

"aawhh,, jangan kena gigi donk, naaahh gitu.." mulutnya mulai menelan kontol rendra dan melepaskannya lagi, di kulumnya perlahan dan sesekali sambil liat rendra memegang kepalanya.

"uhh yeahh.. hmm udah pinter aja" vivi mencoba mengingat kembali pemeran cewek melakukan hal yang sama di film jav, vivi memerang erat kontol rendra dan kembali kulum kontolnya.

"aahh vii..." desah rendra sambil memegang kepala vivi, render menggerakan pinggulnya memompa mulut vivi.

"sfx*croottttt....crroototttttttttt" rendra menekan kontolnya sampai dalam dan muncratnya sperma nya di mulut vivi, vivi pun memukul-mukul pinggang rendra yang sesak nafas.

"Glegggggg...aahh uhuk uhukk.." tak terasa vivi menelan sperma rendra saat ia mencabut kontolnya, nafasnya terputus-putus sambil terbatuk-batuk dengan mulut penuh sperma rendra.

" uhh enak banget sihh,, hehe.. gimana rasanya?" ucap rendra senyum puasss .

"hampir mati ih gak bisa nafas, hmm.. uhmm aneh rasanya uhm, asin gitu hmm" ucapnya malu –malu.

" aahaa, suka gak?" rendra mengelus pipi rendra sambil menatapnya.

"lumayan hmm hehe, udah ih mandi lagi, aku masih jemurin" ucapnya sambil membersihkan mulutnya dan langsung keluar kamar mandi. Pelajaran baru di pagi hari, vivi pun segera menyelesaikan menjemurnya. Rendra yang sudah selesai duduk santai menemani vivi yang tak jauh dari tempat vivi menjemur.


***

Selesai vivi pun segera mandi, dan masuk kekamar berganti pakian.

"kamu cantikan pakai tangtop sama hotpants vi, lebih sexy hehe" ucap rendra saat vivi keluar dengan celana pendek, kaos dan tambutnya terikat, memang bajunya tak sebagus di rumah rendra.

"huu.. biarin.. oh ia, kamu nginap dsini berapa lama?" vivi duduk di samping rendra.

"sampai kamu mau ikut pulang, " ucapnya sambil cubit pelan pipinya.

"ihh seriuss.. hmm. " vivi memasang wajah manyun.

"hehehe 2 hari lagi, gpp kan?" ucapnya.

"uhm mama aku takutnya kamu gak bisa tidur sini soalnya beda banget kan" ucap vivi agak canggung.

"hmm.. gpp tidur di sana lagi tapi bareng kamu" godanya sambil elus rambut vivi.

"huu maunya.. kamu mau sarapan gak? Ada ubi rebus." ucapnya mengalihkan obrolan.

"boleh, eh vi antar aku jalan-jalan sekitar sini ya,," pintanya sambil di suapin ubi rebus oleh vivi,

"uhm.. tapi disini gak ada apa-apa cuman ada sawah sama kebun aja, nanti kamu kecewa." Ucap vivi

"gk kok, asal ada kamu gak bakal kecewa." Vivi pun menyetujuinya jalan-jalan di sekitar sini, setelah mengecek rumahnya dan mengganti perban bahu rendra dan kepalanya.


***

( rumah )

"maa.. gimana ya vivi mau di ajak balik ke sini?" om hen sambil memasukan potongan roti ke mulutnya.

"mama kwahtir ih vivi gak mau balik kesini, tapi semoga aja rendra bias yakinin ya pa." ucap tante nia sambil menyeruput teh hangat.

"kringgg-kringg" suara handphone om hen bordering.

"iah pak agus kenapa, udah bawa rendra sama vivi?" ucap om hen langsung penasaran.

"anu paak maaf, saya sudah dalam jalan pulang tapi saya gak bawa non vivi sama den rendra pak" ucap pak agus.

"kok begitu kenapa?" om hen agak sedikit kecewa.

"aden rendra bilang 3 hari menginap disana buat yakinin vivi katanya pak, saya gak bisa nolak karena den rendra yang memaksa pak" jelasnya pak agus.
"ouh gitu.. ya udah.. gpp, terima kasih ya pak agus informasinya" om hen langsung tutup handphone nya.

"kenapa? Rendra udah pulang?" tante nia penasaran.

"ngk mah, rendra nginap 3 hari di rumah vivi buat yakinin vivi" jelasnya om hen.

"kenapa dia gak langsung kasih tau kita ya hmm.." ucap tante nia agak kecewa.

Om dan tante pun dengan tak sabar ingin tahu perkembangan rendra dan vivi sampai mana, tapi hasilnya butuh 3 hari lagi. Antara vivi mau pulang atau tidak.

To be continue
 
Bimabet
pertamax kah?
Masih ada beberapa typo suhu.
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd