Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA Malaikat Paling Sempurna Diantara Lima Malaikat (by : meguriaufutari)

EPISODE 29 : Pada Hari itu...

Setelah aku dan Senja selesai makan, pintu kamar rawatku pun terbuka. Rupanya Villy dan Martha yang masuk.

“KO JAAYY!!!” Kata mereka berdua sambil mendatangiku.

“Kangen sama aku?” Tanyaku.

“Iyalaah!! Kita tuh khawatir banget kalii. Koko mah.” Kata Martha.

Hmmm? Napas Villy dan Martha sepertinya agak ngos-ngosan.

“Kalian abis ngapain? Kok napas ngos-ngosan gitu?” Tanyaku.

“Iya, ko. Abis Senja ngasihtau kita kalo koko udah sadar, kita berdua langsung lari-lari kesini.” Kata Villy.

“Lho? Ngapain pake lari-lari segala?” Tanyaku.

“Ya kita kan pengen ketemu koko secepatnya. Pengen liat kondisi koko.” Kata Martha.

Hmmm, tiba-tiba aku jadi teringat proposal threesome yang diajukan Martha dan Villy. Waduh, lagi kondisi begini, malah inget begituan. Dasar emang laki-laki bejat aku ini.

“Kenapa gitu? Oh, pengen yang waktu itu sempet kita bicarain sambil makan siang?” Tanyaku dengan senyum penuh maksud.

Villy tampaknya agak belum paham dengan maksudku. Akan tetapi, kemudian Martha mencubit tangannya, kemudian tersenyum-senyum sendiri kepadanya. Kemudian, Villy sepertinya langsung paham maksudnya.

“Aduh ko, baru juga sembuh. Nanti ya kalo udah sembuh bener.” Kata Villy.

“Bener nih?!” Kataku dengan penuh semangat.

“Buset, semangat amat yak si koko.” Kata Martha.

Aku dan Villy langsung tertawa terbahak-bahak. Martha pun juga tertawa.

“Susah sih. Inilah penderitaan cowok.” Kataku.

“Kalian ngomongin apaan sih?” Tanya Senja.

Mendengar hal itu, kami bertiga langsung panik.

“Nggaaakkk, bukan apa-apa kok.” Kataku.

Martha dan Villy hanya memasang wajah bodoh pura-pura tidak tahu apa-apa. Sial, aku malah membawa topik itu. Aku lupa kalau Senja ada disini. Villy dan Martha sepertinya juga lupa bahwa Senja ada disini. Aduh, Senja, betapa kasihan dirimu. Aku minta maaf ya karena sepertinya kamu tidak dianggap sekali. Tapi aku beneran kok cuma lupa saja.

“Oh iya.” Kataku.

Villy, Martha, dan Senja langsung menyimakku.

“Sebetulnya, apa yang terjadi pada hari itu. Kemana si Devina?” Tanyaku.

“Oh... itu...” Kata Villy.

Kemudian, pintu terbuka dan masuklah Bu Novi, Pak Jent, dan Ci Diana. Aissh, si ibu seksi itu ngapain datang kemari?

“Halo, Jay. Sepertinya kamu baik-baik aja.” Kata Bu Novi sambil tersenyum.

Aih, senyumnya itu, campuran dari mempesona, menggoda, dan elegan. Gila, kok wanita seperti dia bisa ada di dunia ini ya?

“Jay, ditanya tuh.” Kata Pak Jent.

Ah, lamunanku langsung buyar. Pak Jent melihatku dengan senyum penuh maksud. Ah gawat, sepertinya dia tahu apa yang aku pikirkan. Kemudian, Pak Jent memberi tanda OK dengan tangannya. Ah, untunglah, sepertinya aku tidak akan mendapat masalah.

“Iya, bu. Aku baru saja sadar.” Kataku.

“Iya, Diana cerita pada saya. Katanya kamu babak belur karena berkelahi dengan Valensia. Katanya, tulang rusuk kamu patah dan menusuk organ dalam ya.” Kata Bu Novi.

“Ngg... Betul bu...” Kataku singkat.

“Biasanya bisa infeksi parah itu. Ajaib juga kamu sudah sadar sekarang. Sepertinya keinginan kamu untuk bertahan hidup sangat tinggi.” Kata Bu Novi.

“Hahaha.” Jawabku.

“Kita datang kesini jenguk kamu. Sama sekalian kita pikir bahwa kamu ingin bertanya sesuatu. Tentang apa yang telah terjadi selama ini.” Kata Bu Novi.

“Iya, sebetulnya ada apa, bu? Saya kurang paham.” Kataku.

“Grup Mafia Naga Emas Hijau. Pernah dengar?” Tanya Bu Novi.

Hmmm? Kok aneh? Mbak Fera sudah pernah memberitahuku tentang hal ini. Akan tetapi, kenapa Bu Novi bertanya kembali mengenai hal ini? Apakah Mbak Fera dan Bu Novi tidak berkomunikasi masalah diriku?

“Hmmm, pernah dengar aja sih, bu.” Kataku.

“Kelompok mafia sadis, yang dikepalai oleh salah satu orang terkaya di Indonesia. Namanya Gandar Siantana.” Kata Bu Novi.

Aku hanya diam saja mendengarnya. Akan tetapi, Bu Novi pun juga terdiam. Tiba-tiba, ponsel Bu Novi berdering.

“Maaf, Jay. Aku angkat sebentar ya.” Kata Bu Novi.

“Hello.” Kata Bu Novi.

“Yes.” Kata Bu Novi.

I understand. Tell Padfoot to proceed carefully, eventhough maybe she doesn’t need my advise. (Aku mengerti. Beritahu Padfoot untuk berhati-hati, walaupun sepertinya dia tidak membutuhkan saranku.)” Kata Bu Novi.

“Bye.” Kata Bu Novi sambil menutup telponnya.

Kemudian, Bu Novi segera berdiri.

“Maaf, Jay. Aku ada urusan yang tidak bisa ditinggal. Aku pergi dulu, semoga cepat sembuh ya.” Kata Bu Novi.

“Iya, terima kasih, bu.” Kataku sambil menundukkan kepala.

Kemudian, Bu Novi segera keluar dari kamar ini.

“Ngomong-ngomong, kamu udah ketemu Fera, Jay?” Tanya Ci Diana.

Hmmm? Lah sekarang malah Ci Diana yang bertanya kepadaku. Kalau dengan Bu Novi, mungkin Mbak Fera tidak komunikasi. Tapi masa sih dengan Ci Diana juga tidak komunikasi?

“Hmmm, begitulah, ci.” Kataku.

“Terus?” Tanya Ci Diana.

“Yaah, kita terlibat pertarungan sengit. Aku hampir saja mati melawannya.” Kataku.

“Oh, jadi Fera memang mendatangi kamu ya. Untunglah kamu nggak apa-apa.” Kata Pak Jent.

“Sebetulnya, apa yang terjadi, pak?” Tanyaku.

“Sebetulnya aku menyadari ada yang aneh sejak kamu terlibat proyek EXPMAN dengan pihak Palembang.” Kata Pak Jent.

“Hooo, aneh dimananya, pak?” Tanyaku.

“Abby sih yang memberitahuku. Katanya, ada cukup banyak serangan cyber dari luar ke dalam sistem perusahaan kita. Tiga kata kunci yang paling banyak dijadikan kata kunci adalah : “EXPMAN”, “Jay Ganama Yaeslim”, dan “Villy Janes Priscilla”. Ada yang aneh dengan itu?” Tanya Pak Jent.

“Hmmm, semuanya berhubungan dengan waktu ke Palembang itu sih.” Kataku.

Pak Jent hanya tersenyum penuh maksud kepadaku. Lho? Kok reaksinya begitu?

“Dasar kamu ya. Ternyata waktu itu emang Villy ikut toh ke Palembang. Pantas saja gelagatmu aneh sekali dan nama Villy terbawa-bawa saat kamu melaporkan kunjungan kerja kamu ke Palembang.” Kata Pak Jent.

Ups! Aku baru ingat. Villy ikut ke Palembang kan diam-diam, dengan persetujuan Ci Diana, tanpa diketahui oleh Pak Jent. Haah, tertangkap basah deh aku.

“Ya sudah, nggak apa-apa. Toh Diana juga sudah cerita semuanya kepadaku. Maksudku disini adalah, kenapa nama Villy bisa terbawa dalam pencarian serangan cyber itu? Secara bahkan aku pun tidak tahu bahwa Villy menemanimu, otomatis perusahaan pun tentu tidak tahu.” Kata Pak Jent.

“Hmmm, mungkinkah pihak PT HEX INDONESIA dari Palembang?” Tanyaku.

“Jika memang demikian, kamu tidak akan pulang dari Palembang dengan selamat.” Kata Pak Jent.

Ah, betul juga.

“Walaupun tidak menyenangkan, tapi pencarianku mengerucut ke dalam internal perusahaan. Yang tahu bahwa kamu pergi dengan Villy adalah tentunya kamu dan lima anak buahmu, dan Diana. Berarti, tersangkanya adalah kalian bertujuh.” Kata Pak Jent.

“Mengingat bahwa kunci informasi disini adalah kamu dan Villy, maka tidak mungkin kalian berdua pelakunya. Maka, tinggal tersisa lima orang. Bertepatan dengan analisa itu, Abby berhasil mengetahui lokasi serangan cyber itu. Ternyata berasal dari markas pusat grup mafia Naga Emas Hijau. Saat aku dan Abby menyelidiki informasi mengenai grup itu, muncullah nama Gandar Siantana. Aku mau tanya pada kalian. Apakah Siantana itu terdengar asing bagi kalian?” Tanya Pak Jent.

“Hmmm, kok kayanya pernah denger yah.” Kata Martha.

“Kamu pasti pernah denger, Martha.” Kata Pak Jent.

“Siantana... Devina Rosalli Siantana... DEVINA ROSALLI SIANTANA!!!” Kata Senja.

Villy dan Martha tampak terkejut dan menyadari hal itu. Aku hanya pura-pura terkejut saja, padahal aku sebetulnya sudah tahu.

“Yap. Devina Rosalli Siantana. Putri sulung dari pemimpin grup mafia Gandar Siantana. Rekan kerja kalian berempat.” Kata Pak Jent.

“Hmmm, apa Devina dalang dibalik semua ini?” Tanya Ci Diana.

“Nggak. Aku yakin bukan dia.” Kata Martha.

Villy dan Senja pun sama-sama mengangguk.

“Hebat. Devina pasti bangga punya sahabat yang begitu mempercayai dirinya. Akan tetapi, maaf. Aku harus memberitahu satu fakta yang mungkin kelihatannya tidak menyenangkan. Saat itu, aku dan Abby berusaha mengobrak-abrik isi dari alamat email kantor yang biasa digunakan Devina. Memang, tidak banyak yang bisa kita temukan, karena memang alamat email kantornya digunakan untuk operasional kantor saja. Sampai akhirnya kita menemukan suatu pesan yang dikirim secara enkripsi hashing SHA.” Kata Pak Jent.

Sekedar pengetahuan, enkripsi hashing SHA adalah salah satu cara mengenkripsikan/mengubah pesan yang bertujuan untuk melindungi isi pesan tersebut dari pembaca yang tidak diinginkan dalam dunia cyber. Akan tetapi, enkripsi itu hanya satu arah saja, tidak mungkin bisa menerjemahkan pesan tersebut jika tidak memiliki informasi yang sama persis.

“Hashing SHA? Tidak salah tuh?” Tanyaku.

“Memang aneh. Tapi, aku tidak bisa bersikap cuek pada hal itu, karena menurutku hal itu sangat aneh. Maka, aku dan Abby berusaha keras untuk menerjemahkan pesan itu sekuat tenaga dan pikiran kami. Sampai akhirnya setelah berhari-hari, kami berhasil melakukannya.” Kata Pak Jent.

“Apa isinya, pak?” Tanyaku.

Pak Jent menghela napasnya.

“Ada dua gambar. Pertama, foto dirimu. Kedua, foto Valensia.” Kata Pak Jent.

“Hmmm. Dikirim kemana pak?” Tanyaku.

“Dikirim ke alamat email yang sudah dinonaktifkan.” Kata Pak Jent.

“Sialnya, pada saat kami berhasil mendapatkan informasi itu, kamu sedang pergi makan siang. Bersama Villy dan Martha pula. Aku hendak mendatangi Devina untuk menginterogasinya. Akan tetapi, dia ternyata makan siang bersama Valensia.” Kata Pak Jent.

Oh, begitu. Ya, aku mengerti. Mereka berdua tidak makan siang. Devina mungkin pergi ke tempat ayahnya. Adapun, Valensia... Aku tidak tahu apakah dia menjalankan rencana orang yang mempekerjakannya, ataukah dia betul-betul menolongku waktu di kantor polisi itu. Jadi itu yang terjadi ya pada waktu itu di hari itu.

“Saat hanya Villy dan Martha yang kembali, dan mereka mengatakan bahwa kamu ada urusan, seketika itu juga aku langsung paham bahwa ada sesuatu yang tidak baik yang akan terjadi pada dirimu. Karena itu, aku langsung menelpon keluargamu dengan dalih memberi mereka voucher keluar negeri secara gratis, bersama dengan VISA yang sudah diurus dan juga memberitahu mereka bahwa voucher itu hanya berlaku pada hari itu. Untungnya, keluargamu gampang diiming-imingi tawaran seperti itu. Mereka langsung pergi keluar negeri. Jadi, jangan khawatir, Jay. Keluargamu aman.” Kata Pak Jent.

“Terima kasih banyak, pak. Saya berhutang budi pada bapak.” Kataku.

“Tidak perlu berhutang budi padaku, Jay. Setelahnya, aku juga mengamankan Villy, Martha, dan Senja dengan bantuan Diana. Memang setelah itu ada polisi yang mendatangi kantor kami. Untungnya kami tidak tahu apa-apa, jadi polisi itu pun pulang tanpa membawa hasil apapun.” Kata Pak Jent.

“Lalu, bagaimana dengan Pak Abby?” Tanyaku.

“Tidak perlu mengkhawatirkan dirinya. Dia itu orang sibuk yang selalu di depan komputer dan tidak peduli pada orang lain. Bahkan polisi pun diabaikan olehnya.” Kata Pak Jent.

Hahaha. Ada ya orang seperti itu? Yah memang ada sih, Pak Abby sendiri buktinya.

“Lalu... Mbak Fera?” Tanyaku.

Pak Jent hanya terdiam mendengar perkataanku.

“Jay, Fera sedang ditugaskan di lapangan. Dan sial banget, lapangan itu adalah kediaman Naga Hijau Emas.” Kata Ci Diana.

“Dia belum sempat paham apapun yang terjadi. Kami belum sempat berkomunikasi dengannya. Tapi yang jelas, aku yakin dia paham bahwa kamu itu tidak bersalah.” Kata Pak Jent.

“Hmmm.” Kataku.

“Mungkin kalian memang sempat terlibat pertarungan. Hati-hati, Jay. Kita nggak tahu motif dia yang sebenarnya apa. Tapi, percaya satu hal sama gw, Jay. Sampe kapanpun, Fera dan Abby itu adalah orang yang gw dan Pak Jent percaya. Apapun yang terjadi, dia nggak akan pernah mengkhianati gw ataupun Pak Jent. Tapi, tetep lu hati-hati ya ama dia.” Kata Ci Diana.

Aku hanya mengacungkan jempol kearahnya. Ya, aku paham betul. Mbak Fera menyebutkan bahwa dia selalu berpihak pada Ci Diana, Pak Jent, dan Pak Abby. Betul-betul persahabatan luar biasa diantara empat orang itu.

“Oke, Jay. Kita harus kembali ke kantor. Untuk sementara, kamu aman disini. Nggak ada yang tahu kamu disini selain yang udah datang kesini. Rumah sakit ini pun juga bekerjasama denganku. Data-data kamu aman di rumah sakit ini, sekalipun ada yang mengancam akan merubuhkan rumah sakit ini. Pulihkan dirimu secepatnya, setelah itu bereskan masalah ini. Aku, Diana, dan Abby akan selalu siap membantumu kapanpun kamu butuh bantuan kami.” Kata Pak Jent sambil berdiri.

“Iya. Terima kasih, pak. Sepertinya aku akan berhutang budi lagi sama Pak Jent.” Kataku.

“Ah, lupain aja. Yaudah. See ya, Jay. Bye-bye, girls.” Kata Pak Jent.

“Iya, dadah Pak Jent.” Kata Martha.

Ci Diana tidak berkata apa-apa, hanya menunjuk ibu jarinya kepadaku, dan mengangkatnya, seperti posisi sedang menembak. Aku pun membalasnya dengan gestur yang sama. Yaah, untuk sekarang ini, memang sepertinya aku harus fokus memulihkan diriku sendiri.

BERSAMBUNG KE EPISODE-30
 
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
Cepet an sembuh jaay ... Martha sdh ngajak trisam tuh
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd