Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA Malaikat Paling Sempurna Diantara Lima Malaikat (by : meguriaufutari)

Bimabet
EPISODE 30 : Sudden Re-Date

“Ah, bosen banget dah rasanya. Serius ci lo betah di rumah? Kaga ada hiburan apa-apa gini.” Kataku.

“Silakan keluar aja, Jay. Tapi gua nggak jamin ya ama keselamatan lu.” Kata Ci Diana.

Kampret! Ya, aku sudah sembuh dari cedera organ dalamku dan sudah keluar dari rumah sakit. Akan tetapi, ternyata aku mendarat di salah satu tempat yang tidak kuinginkan, yaitu rumah Ci Diana. Disinilah aku disekap sekarang untuk mendapatkan perlindunganku akibat grup mafia tidak jelas itu. Ah! Kenapa harus disini sih? Coba misalkan di rumah Martha atau Villy. Kan lumayan, mungkin bisa dapat jatah tiap malam. Lah ini Ci Diana! Yaah, aku akui sih bahwa Ci Diana ini sangat cantik, langsing, dan lumayan seksi. Tapi mungkin karena hubungan kami sudah seperti kakak-adik saja, makanya nafsu pun tidak. Mungkin kalau aku tidak sengaja melihat Ci Diana telanjang pun, aku tidak akan mempunyai pikiran buruk apapun. Hueehh! Tidak ada hiburan sama sekali. Ruangannya ini penuh dengan buku fiksi dan strategi perang. Berhubung aku tidak terlalu suka membaca buku, jadinya malas juga deh.

“Ci, gua butuh hiburan nih. Asli bosen abis gua.” Kataku.

“Hmmm, kebetulan sih besok sabtu.” Kata Ci Diana sambil membaca buku.

“Keluar yuk besok.” Kataku.

“Gw nggak bisa, Jay. Ada janji.” Kata Ci Diana.

“Hooo. Sama siapa? Bukannya lesbian cici lagi ditugasin di client site?” Tanyaku.

“Haah? Lesbian gw?” Tanya Ci Diana sambil mengalihkan pandangannya dari buku yang dibacanya.

“Mbak Fera lah. Siapa lagi?” Kataku.

“Eh sialan! Lu pikir gw lesbi hah?” Kata Ci Diana sambil melempar bukunya kearahku, yang langsung telak mengenai kepalaku.

“Yaudah, Jay. Besok lu mao kemana?” Tanya Ci Diana.

“Kemana gitu yang enak.” Kataku.

“Hmmm. Dufan mao?” Tanya Ci Diana.

“Hah? Emangnya gpp ci?” Tanyaku.

“Justru lebih baik lu ke tempat rame, paling nggak grup mafia itu nggak akan berani frontal sama lu, Jay.” Kata Ci Diana.

“Ah, masa sih? Masa grup mafia sehebat mereka nggak punya cara untuk melakukan aksinya walaupun di tempat rame sekalipun.” Kataku.

“Haah, untunglah. Gw udah takut aja insting lu mulai menipis gara-gara saking bosennya. Well, kalo dufan ancol dan sekitarnya gpp sih. Karena itu bukan daerah kekuasaan Naga Hijau Emas. Itu daerah kekuasaan mafia rival mereka. Paling nggak, selama lu nggak buat masalah dengan mafia penguasa daerah Ancol, lu akan aman berada disana. Dan nggak usah khawatir, gw punya kenalan di jaringan mafia itu. Gw akan minta tolong mereka untuk ngawal lu dari lu masuk, sampe lu keluar balik ke rumah gw.” Kata Ci Diana.

“Serius, ci?” Tanyaku.

“Ya serius lah. Lu pikir gw becanda?” Tanya Ci Diana.

“Asli ci, lu emang the best. Kalo misalkan lu itu Martha ato Villy, mungkin gw udah nyipok lu dan nyayangin lu abis-abisan deh.” Kataku.

“Haah, untunglah gw bukan mereka. Ga sudi gw diapa-apain ama lu.” Kata Ci Diana.

“Iya, ci. Untunglah lu bukan mereka. Gw juga ga sudi ngapa-ngapain lu.” Kataku.

“Kampret lu, Jay!” Kata Ci Diana.

“Lu yang kampret duluan, ci.” Kataku.

“Yaudah, oke. Besok lu jalan deh ke Dufan. Tapi hari ini lu sabar dulu ya.” Kata Ci Diana.

“Siiipp! Lu emang the best sister in the world, ci!” Kataku.

“Gitu kek sekali-sekali muji gw.” Kata Ci Diana.

Kemudian, Ci Diana mengambil ponselnya, dan mengetik-ngetik sesuatu. Terkadang dia menunggu, kemudian dia mengetik-ngetik sesuatu lagi. Kemudian, dia melihatku sambil tersenyum dan memberikan tanda OK dengan tangannya. Huff, sip deh. Akhirnya besok aku bisa jalan-jalan. Aha, aku sepertinya ingin mengajak Villy besok ke Dufan. Yang dulu nonton bioskop kan sudah sama Martha. Aku pun juga langsung mengambil ponselku dan mengirim pesan whatsapp ke Villy.

“Vil, dufan yuk besok. Bosen nih aku.” Chat-ku.

Villy pun kulihat juga sedang online saat itu sehingga tidak lama kemudian ia langsung membalas chatku.

“Yuk kooo!!” Chat Villy.

“Sip.” Chat-ku.

“Ko, tapi kan koko lagi diincer tuh. Emang gpp keluar-keluar gitu?” Chat Villy.

“Gpp. Perasaan kangen ngalahin perasaan takut, Vil.” Chat-ku.

“Dasar koko tukang gombal hehehe.” Chat Villy.

“Yaudah, ko. Tapi besok aku berangkat sendiri aja ya, ko. Koko sebaiknya jangan muter-muter dulu lagi kondisi gini.” Chat Villy.

Wah, memang Villy ini sungguh sangat dewasa. Aku berkali-kali dibuat kagum oleh sifatnya yang begitu dewasa dan mengayomi.

“Gpp-lah, Vil. Kalo jemput kamu doang mah.” Chat-ku.

“Jangan dong, ko. Nanti aku kepikiran.”Chat Villy.

“Yaudah deh kalo gitu daripada kamunya kepikiran. Besok jam 10 sounds good?” Chat-ku.

“Oke. See you, kooo <3” Chat Villy.

Haah, paling tidak besok ada temennya deh. Eh sebentar, gimana kalo aku ngajak Martha juga? Harusnya sih tidak ada salahnya.

“Vil...” Chat-ku.

“Iya ko?” Chat Villy.

“Kalo ajak Martha juga besok gimana?” Chat-ku.

“Boleh. Ajak aja, ko. Bertiga kan lebih seru <3” Chat Villy.

“Oke deh. Aku coba ajak ya.” Chat-ku.

Aahh sip deh. Kalo begini kan lengkap bertiga jadinya. Aku segera membuka chatroom dengan Martha.

“Tha, besok dufan yuk.” Chat-ku.

“Boleh. Ayo ko.” Chat Martha.

Naaahh manttaaappp.

“Sama Villy juga. Gimana?” Chat-ku.

“Boleeh ko. Bertiga kan lebih mantep.” Chat Martha.

“Siipp. Besok jam 10 sounds good?” Chat-ku.

“Sounds really good.” Chat Martha.

Siip deh. Haah betapa beruntungnya aku, bisa pergi bersama dengan dua malaikat cantik besok. Ah, aku jadi tidak sabar menanti besok.

“Ngape lu senyum-senyum sendiri? Abis ngebegoin cewek mana?” Tanya Ci Diana tiba-tiba, yang membuatku kaget.

“Eh, ga kok. Parah amat ngebegoin, kaya gua apaan aja.” Kataku.

“Well, lemme guess. Villy?” Tanya Ci Diana.

“Errrr.... Yaa...” Kataku.

“Hmmm... Martha?” Tanya Ci Diana.

“Errr... Eeemmm...” Kataku.

“Aih, buset. Sekali dua juga lu embat. Gile juga lu.” Kata Ci Diana.

“Hmmm, ceritanya panjang abis, ci.” Kataku.

“Dasar lu emang. Tapi inget, Jay. Hati-hati kalo berurusan ama lebih dari satu cewek.” Kata Ci Diana.

“Kenapa, ci?” Tanyaku.

“Gimana nanti kalo dua-duanya suka sama lu, dan lu harus milih salah satu? Bukan pilihan yang gampang lho, apalagi kalo proporsi perasaan lu ama dua-duanya tuh seimbang.” Kata Ci Diana.

Deeg! Aku jadi teringat akan mimpiku saat bertemu Akung. Akung juga mengatakan hal yang sama, tentang memilih satu dari lima malaikat yang ada. Hmmm, betulkah suatu saat nanti aku harus memilih diantara orang-orang itu?

“Tapi, betulkah itu harus terjadi, ci?” Tanyaku.

“Wanita itu nggak ingin dimadu, Jay. Nggak ingin dimadu, kecuali jika pria yang mereka cintai itu adalah pria yang extraordinary. Nah sekarang Jay, apa lu merasa cukup extraordinary buat mereka?” Tanya Ci Diana.

“Heh. Apanya yang extraordinary. Gua bahkan ga mungkin bisa nolongin Martha tanpa pertolongan lu ama Mbak Fera. Sekarang nolongin Valensia pun belom bisa. Gua juga udah ngomong sesuatu yang jahat ama Senja. Jangankan extraordinary, ordinary aja juga belom tentu, ci.” Kataku.

“Yaah masalah itu, cuma mereka sih Jay yang bisa ngasih statement. Apapun yang lu pikirin tentang diri lu sendiri, lu tetep extraordinary misalkan mereka berpikir bahwa lu tuh extraordinary.” Kata Ci Diana.

“Yaah, waktu akan menjawabnya sih, ci.” Kataku.

“Waktu itu cuma penentu doang. Satu-satunya yang akan menjawabnya hanyalah diri lu dan siapa diri lu yang sesungguhnya.” Kata Ci Diana.

“Yap. Thanks for the advise. (Terima kasih atas sarannya.)” Kataku.

You’re welcome, Jay. (Sama-sama, Jay.)” Kata Ci Diana.

Malam itu, aku betul-betul sulit tidur. Pikiranku bercampur-campur, entah tidak sabar besok ingin ketemu Villy dan Martha. Akan tetapi di sisi lain, aku jadi teringat akan perkataan Akung dan Ci Diana. Bagaimana kalau nanti aku harus memilih diantara Villy dan Martha. Itu betul-betul pilihan yang sulit tentunya. Haah, aku terus kepikiran seperti itu.

Entah aku berhasil tidur atau tidak, yang jelas begitu aku membuka mata, langit sudah tidak hitam sepenuhnya. Aku melihat jam sudah menunjukkan pukul 5.50 pagi. Aku segera bangun dan menunaikan ibadah pagiku. Setelah itu, aku membeli sarapan sendiri dan bersiap-siap untuk berangkat ke Dufan. Aku tidak melihat Ci Diana hari ini. Mungkin ia sudah pergi untuk menjalankan urusannya.

Sekitar jam sepuluh kurang sepuluh menit, aku sudah sampai di pintu loket pembelian tiket Dufan. Aku menunggu Martha dan Villy disini. Tidak lama kemudian, aku melihat Martha dan Villy datang dari kejauhan. Eh, mereka tidak hanya berdua, tetapi bersama satu orang lagi. Lho? Itu kan... Senja. Yaah, tidak apa-apa juga sih.

“Ko, sorry banget nih. Aku baru inget kalo hari ini aku ada acara keluarga. Jadinya aku nggak bisa ikutan.” Kata Martha.

“Oh, gitu. Ya gpp sih. Keluarga kamu lebih penting, Tha.” Kataku.

“Aduuh, sorry banget nih, ko. Aku jadi nggak enak.” Kata Martha.

“Aahh santai aja, Tha. Kapan-kapan kan bisa. Yang penting, keluarga kamu tuh lebih penting. Kamu ikut aja urusan keluarga kamu itu. Aku gpp kok.” Kataku.

“Oke, thank you ya ko.” Kata Martha.

“Ko, misalkan sama Senja aja gpp kan, ko?” Tanya Villy.

“Hmmm, gpp sih. Kamu juga ga bisa, Vil?” Tanyaku.

“Iya, ko. Aku ada urusan mendadak nih, urgent banget.” Kata Villy.

“Tapi, semuanya baik-baik aja kan?” Tanyaku.

“Iya sih, masih terkendali.” Kata Villy.

“Oke gpp, Vil. Namanya juga mendadak, mao gimana lagi. Kita ngedate ke dufan mah kapan-kapan juga bisa kok.” Kataku.

“Aduuh, thank you banget yah ko. Sorry banget nih.” Kata Villy.

“Udaah gpp. Toh ada Senja gini. Paling ga aku ga kaya orang oon disini sendirian hehehe.” Kataku.

Villy tersenyum sambil menganggukkan kepalanya.

“Yaudah. Kalo mao cabut, cabut aja udah. Nanti pada telat lho.” Kataku.

“Oke. Cabut ya, ko.” Kata Martha.

“Iya, ko. Aku pergi dulu ya.” Kata Villy.

“Oke, hati-hati.” Kataku.

Martha dan Villy mengangguk. Kemudian, mereka berbalik dan pergi menjauh. Sekarang, tinggal aku dan Senja berdua. Hmmm, ga kaya orang oon sendirian disini? Aku meragukan pernyataanku itu sebetulnya. Dari kencan yang terakhir dengan Senja, hubunganku dan Senja sepertinya kurang baik. Yaah, tapi daripada suasananya kurang enak, lebih baik aku bawa asik saja deh.

“Sen, gimana? Mao masuk? Ato mao ke tempat laen?” Tanyaku dengan riang.

“Masuk yuk, ko.” Kata Senja sambil tersenyum.

Kemudian, aku dan Senja berjalan menuju loket tiket pembayaran dan membeli tiket masuk. Wah, ini sih seperti pengulangan kejadian waktu kencan bersama Senja kemarin. Ah ya sudahlah tidak apa-apa. Aku sendiri tidak mau ambil pusing. Sekarang, kami berdua sudah memasuki area Dufan. Dan jujur, inilah saatnya aku pusing sekarang karena aku bingung harus main apa. Terakhir aku kesini, jujur sih sempat terharu. Senja mengajakku main yang seram-seram demi aku, padahal sebetulnya dia sendiri sangat takut bermain yang seram-seram di Dufan.

“Sen, mao maen apa?” Tanyaku.

“Aku juga bingung nih, ko. Terserah koko deh.” Kata Senja.

“Kalo kaya kemaren gimana?” Tanyaku sambil tersenyum.

“Hmmm, semuanya ko?” Tanya Senja.

Mukanya kelihatannya cukup memucat. Aku hanya mengangguk.

“Ya... Yuk deh, ko...” Kata Senja.

“Yakin?” Tanyaku.

“Ya... yakin, ko...” Kata Senja.

“Udahlah. Aku kasian ama kamu, Sen. Kamu mao main apa, aku ikut deh. Kali ini gantian.” Kataku.

“Tapi kan koko lagi butuh hiburan. Gpp. Nanti next time baru koko ikutan aku main.” Kata Senja.

“Ga kok, Sen. Ayo, Sen. Aku pengen tau kamu suka maen apa.” Kataku.

“Beneran nih, ko?” Tanya Senja.

“Iya.” Kataku.

“Gini deh, ko. Kita ambil tengah-tengahnya aja ya. Yang nggak terlalu serem, tapi kebetulan aku juga lumayan suka. Gimana?” Tanya Senja.

“Oke. Apa tuh yang ga gitu serem tapi kamu lumayan suka?” Tanyaku.

“Tuh, carousel kuda.” Kataku.

What the? Carousel kuda... Ga gitu serem katanya? Itu mah kaga serem sama sekali!! Itu cuma mainan anak-anak naik kuda muter-muter gitu. Eh, tapi kan tadi aku sudah janji untuk ikut dia main. Ya sudah lah ga apa-apa.

“Yuk.” Kataku.

Senja hanya mengangguk sambil tersenyum. Waah, senyumnya Senja memang manis, lebih manis dari siapapun. Kurasa, ini memang senyumnya yang sesungguhnya. Aku yakin, sebetulnya Senja ini anak yang baik. Hanya, dia tidak mau kalah saja dari teman-temannya. Dia ingin kelihatan yang paling bersinar diantara yang lainnya. Kemudian, aku dan Senja naik carousel kuda yang berputar-putar di tengah Dufan itu. Astaga, yang naik itu anak-anak dan ibunya semua. Mungkin orang dewasa yang naik selain ibu-ibu yang menemani anaknya itu hanyalah aku dan Senja saja. Yah, meskipun begitu, aku tidak ambil pusing. Bodo amat ah, mao malu kek, mao gengsi kek. Terakhir Senja sudah ketakutan naik yang seram-seram disini demi aku. Kalau sekarang aku bisa membalas kebaikannya hanya dengan mendapat malu dan gengsi seperti ini, ini sih harga yang murah.

Setelah naik carousel kuda, sepertinya beberapa ibu-ibu melihat kearah kami berdua dengan tampang bingung. Kemudian, Senja berbisik kearahku.

“Ko, kayanya itu ibu-ibu pada ngeliatin kita.” Kata Senja.

“Ah, cuek aja. Yang penting kita happy, iya ga?” Tanyaku.

“Iya. Thank you, ko.” Kata Senja.

Kemudian, kami main yang ringan-ringan saja. Main piring putar, main kereta-keretaan, ontang-anting. Aduh, Senja ini benar-benar seperti anak-anak hahaha. Tapi entah kenapa, aku begitu menikmatinya.

Waktu sudah lumayan sore. Kami bermaksud untuk menyudahi kencan kami. Akan tetapi, tiba-tiba Senja mengajakku naik bianglala.

“Hah? Ga takut?” Tanyaku.

“Hmmm. Nggak sih, ko. Emang takut kenapa?” Tanya Senja.

“Oh, yaudah. Kirain takut gitu.” Kataku.

Jujur saja, aku sih lumayan takut naik bianglala karena aku punya sedikit phobia terhadap ketinggian. Ah, tapi ya sudah lah, hajar saja. Senja saja berani main yang seram-seram demi aku. Masa aku tidak berani sih naik bianglala saja. Ternyata, antriannya lumayan panjang. Karena itu, kami mengantri dengan sabarnya. Pada saat hendak naik, hari sudah lumayan gelap, beberapa lampu sepertinya sudah menyala. Kata orang sih, naik bianglala saat sudah gelap itu bagus, kelihatan banyak lampu-lampu dari ketinggian.

Saat bianglala itu mulai naik hingga kira-kira dua per lima putaran, aku merasa bahwa ternyata lumayan tinggi juga ya. Bagus sih karena banyak lampu, tapi tinggi sekali ya.

“Koko takut yah naik bianglala?” Tanya Senja tiba-tiba.

“Eh. Hmmm, sebetulnya sih aku lumayan takut ketinggian, Sen.” Kataku.

“Yaah koko kenapa nggak bilang? Tadinya mah kita nggak usah naik ini.” Kata Senja.

“Yaah, ga apa-apa lah, Sen. Kamu pas terakhir ke Dufan sama aku, juga naik yang serem-serem. Sekarang aku mah naik ini tuh nggak ada apa-apanya dibanding kamu main yang serem-serem sampe banyak gitu.” Kataku.

“Hehehehe.” Senja tertawa kecil.

“Kenapa, Sen?” Tanyaku.

“Jujur, aku baru kali ini liat koko takut begini. Aku bener-bener nggak kebayang.” Kata Senja.

“Oohh, gitu ya, Sen. Waduh hahaha.” Kataku.

Kemudian, Senja berpindah posisi tempat duduk. Kini, ia duduk disebelahku. Ia pun memegang tanganku dengan lembut.

“Nggak apa-apa kok, ko. Nggak apa-apa.” Kata Senja.

“Nggak apa-apa gimana, Sen? Misalkan tiba-tiba bianglala ini rusak dan jatuh gimana?” Tanyaku.

“Paling nggak aku nggak sendirian.” Kata Senja.

Eehh, santai sekali dia bicara seperti itu. Akan tetapi, masuk diakal juga sih apa yang dia bicarakan.

“Nggak usah khawatir, ko. Sekalipun bianglala ini kenapa-kenapa, aku nggak akan ngelepasin tanganku dari koko. Percaya sama aku deh, nggak bakal kenapa-kenapa kok.” Kata Senja.

Aku tidak percaya aku sedang ditenangkan oleh seorang wanita yang notabenenya masih kekanak-kanakan seperti Senja. Akan tetapi, jujur saja, perkataan Senja itu betul-betul membuat hatiku tenang. Seolah-olah, rasa takut akan ketinggian yang kumiliki itu sirna sepenuhnya. Inilah yang kurasakan ketika bermain halilintar. Mungkin awalnya agak deg-degan. Akan tetapi, setelah track halilintar itu selesai, aku merasakan kelegaan dan kesenangan yang luar biasa karena sudah menikmati permainan itu, rasa deg-degan itu sudah sepenuhnya tertimpa oleh rasa senangku selama halilintar itu berputar-putar. Haah, adrenalin itu memang sesuatu yang sulit dipahami.

“Sen.” Kataku.

“Heeh?” Tanya Senja.

“Sorry ya waktu itu. Kayanya aku ngomongnya terlalu kasar sama kamu.” Kataku.

“Yang waktu di rumahku malem-malem itu, ko?” Tanya Senja.

“Iya.” Kataku.

Senja kemudian menundukkan kepalanya dan berpikir sejenak.

“Waktu itu emang ko, rasanya aku tuh sebel banget sama koko. Tapi setelah aku pikir-pikir, apa yang koko omongin itu bener. Aku tuh udah berbuat bodoh terhadap diriku sendiri dan juga ke koko. Aku emang masih anak-anak sih, ko. Karena itulah, perkataan koko ke aku tuh manjur banget. Aku mungkin emang harus digituin biar sadar. Kalo ngomongnya pelan-pelan dan lembut-lembut mah, aku nggak sadar-sadar. Kalo koko tadi minta maaf, sekarang aku mao bilang thank you banget ke koko. Ini semua berkat koko, Martha, sama Villy.” Kata Senja.

“Hmmm, berarti bener ya si Martha sama Villy cuma pura-pura nggak bisa ikut sama aku. Tapi mereka sengaja bikin-bikin biar aku bisa berdua sama kamu.” Kataku.

“Iya ko... Eh!! Nggak kok, ko. Koko kata siapa begitu?” Tanya Senja dengan panik.

“Kata kamu barusan, Sen.” Kataku sambil tersenyum.

“Eh... nggak ko... itu tuh maksudnya...” Kata Senja dengan terbata-bata.

“Udahlah, Sen. Aku kira-kira udah dapet kok gambarannya dari awal. Aku ngerti kok. Ini pasti kerjaan Villy kan? Aku tau Villy itu orangnya kaya apa, Sen. Dan aku yakin, kamu pun juga pasti tau Villy itu orangnya kaya apa. Jadi, kamu nggak salah kok karena udah keceplosan.” Kataku.

“Oh, gitu. Oh iya, ko...” Kata Senja.

“Kenapa, Sen?” Tanyaku.

“Koko tuh suka ya sama Villy?” Tanya Senja.

“Well... I guess...” Kataku.

“Hmmm, berarti koko nggak suka sama Martha?” Tanya Senja.

“Well... I guess I love her too...” Kataku.

“Ooohh... Koko bingung ya?” Tanya Senja.

“Hmmmm... Aku juga bingung sih apakah aku tuh bahkan bingung ato ga. Aku kaya ga punya arah gitu mengenai masalah ini.” Kataku.

“Ah, dasar si koko mah.” Kata Senja.

Tidak terasa, ternyata satu putaran bianglala ini sudah selesai. Aku dan Senja pun turun dari bianglala. Hari pun sudah betul-betul gelap. Aku melihat jam, dan jam sudah menunjukkan pukul 18:45. Yaah, sudah saatnya pulang sih. Aku dan Senja sama-sama menuju pintu keluar.

“Ko, intinya, kalo dari antara Villy dan Martha, aku dukung koko sepenuhnya kok.” Kata Senja.

“Hmmm, kalo bukan keduanya?” Tanyaku.

“Asal Devina atau Valensia, it’s ok.” Kata Senja.

“Kenapa begitu, Sen?” Tanyaku.

“Mereka itu betul-betul temenku, temen yang kuanggap bener-bener temen. Mereka nggak pernah ninggalin aku saat aku betul-betul jatuh. Pokoknya, mereka tuh udah kuanggap kaya keluarga sendiri. Dan aku ngeliat koko, betul-betul orang yang nggak ada duanya. Aku nggak rela kalo koko jatuh ke pelukan orang lain selain mereka berempat.” Kata Senja.

“Hmmm, Sen...” Kataku.

“Iya ko?” Tanya Senja.

“Keberatan nggak kalo kamu nggak pulang hari ini?” Tanyaku.

“Oh, mao kemana, ko?” Tanya Senja.

“Nginep di Mercure yuk sama aku.” Kataku.

“Hmmm, boleh sih, ko.” Kata Senja.

“Lho? Segampang itukah kamu mengiyakan ajakan aku? Kalo aku mao berbuat jahat ama kamu gimana?” Tanyaku.

“Kalo emang koko mao jahat sama aku, udah koko lakuin waktu itu di rumah aku. Emangnya yang bisa menilai orang itu cuma koko doang?” Kata Senja.

“Ah, kamu ini, niruin kemampuan orang tanpa bilang-bilang.” Kataku.

“Hehehehe. Iya dong, ko. Tapi ko, emangnya kita mao ngapain di Mercure?” Tanya Senja.

“Aku pengen ngobrol banyak ama kamu. Dan kayanya nggak akan selesai dalam dua sampai tiga jam, mungkin bisa panjang. Makanya aku ngajak kamu ke hotel.” Kataku.

“Oh, yaudah ko. Yuk.” Kata Senja.

“Yuk, Sen.” Kataku.

Kemudian, kami berdua sama-sama pergi menuju Mercure.

BERSAMBUNG KE EPISODE-31
 
Terakhir diubah:
lha kalo gini kan dptnya lebih tulus
ngga cuma rasa"gak mao kalah ama yg laen"
:)
 
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
Masuk area musuh gak tuh ke mercure?


Nunggu lanjutan
 
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
Manta
eaa, ada yang panik wkwkwk



Mercure kan masih dalam area Ancol


Triple update minggu ini
update kedua, Rabu 1 Maret 2017
update ketiga, Jumat 3 Maret 2017

Mantap, akhirnya angel ke 3 nih? Senja.. can't wait for update 1+3 maret
 
hmmh perasaan yang aneh tiap bca crita ini sbnarnya jay to maunya ma siapa yha, mksh om megu atas updatenya
 
Jadi ngebayangin aya yg kangen...,itu stepen jadi ikutan kangen juga sih...kayanya kegelisahan dia karena seseorang....:mantap:
 
Kalo ajak Martha juga besok gimana?” Chat-ku.

“Boleh. Ajak aja, ko. Bertiga kan lebih seru <3” Chat-ku.

“Oke deh. Aku coba ajak ya.” Chat-ku.

Setelah sekian lama cman sekedar like.. Gw nongol lagi suhu megu :pandajahat:

Chatku chatku dan chatku hayo :pandaketawa:
 
Bimabet
Udh 1 maret.... Gelar tiker dulu... Sambil jagain senja biar si koko gk macem2... :D
Eh BTW itu si koko kok ibadah pagi jam 5.50 ya? Itu ibadahnya yg rutin harian apa yg minggu pagi? Bukan mau sara tapi kyk rancu aja itu si koko penganut apa, ibadahnya jam segitu dan settingnya kyk dikerjakan di rumah... CMIIW
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd