Episode 28B Cinta yang terdampar (2)
POV Titien
“Brukkkk!” Pintu kamarku didobrak paksa… sebuah sosok besar yang aku harapkan kini membayang di sana!
“Brian!” Aku berteriak seakan tidak percaya… Tapi itu benar Romeo, yang segera meninju Boy sampai roboh. Ia marah sekali… kakinya menginjak-injak punggung cowok itu yang sudah minta-minta ampun di lantai!
“Brian…. Oh… tolong aku!” Cowok bule itu segera membuka ikatan ku dan memeluk erat. Dan diatas dadanya aku menangis kuat mencurahkan semua perasaan… Aku masih terus menangis sambil mendekap tubuh yang kucintai ini, tak mau melepaskannya lagi.
Tak lama kemudian Shaun dan Edo muncul mendengar ada ribut-ribut di kamar. Mereka membawa Boy keluar dari kamar dan mengunci pintu dari luar. Anak itu sempat melawan dan dipukul sehingga jatuh ke arah meja rias. Tidak kami sadari Boy sengaja jatuh disitu karena mengambil hapenya yang tadi diletakkan di atas meja. Cepat-cepat ia matikan mode rekaman dan menyimpan hape itu baik-baik.
Aku gak perduli lagi tubuhku yang telanjang bulat dilihat mereka semua, tetapi Brian cepat menutupiku dengan selimut.
Sementara itu aku masih tetap memeluk Brian sambil menangis tersedu-sedu, menumpahkan seluruh perasaanku yang selama ini masih tertahan-tahan.
Aku hanya melirik sekilas ketika Boy ditarik paksa. Cowok itu masih menatapku dengan ujung bibir tersenyum... ada apa ini? Apa maksudnya?
-----
POV Brian
“Astaga Titien!” Aku sangat marah melihat Boy mau memperkosa Titien. Untung aku datang tepat waktu, terlambat sedikit saja pasti sudah… eh? apa aku sudah terlambat? Apa Boy sudah tadi sudah sempat?
Aku melihat ada sejumput titik-titik merah di atas tempat tidur. Itu pasti percikan darah. Dan sebelum Titien ke kamar mandi untuk bersih-bersih, aku memperhatikan ada sedikit darah di memeknya. Itu artinya Titien sudah ... Astaga! Aku jadi marah sekali...
Aku mengingat kembali senyuman Boy waktu ia keluar! Apa artinya? Waktu aku masuk tadi posisi batang Boy sudah tepat menggesek memek Titien... jangan-jangan? Atau bisa saja Titien sudah dari tadi main dengan bangsat itu.
Ketika Titien keluar dari kamar mandi, ia sudah mengenakan CD tebal, dan sebuah kaos longgar dan panjang dipake kayak daster. Aku sendiri baru menyadari dari tadi aku cuma pake celana basketnya yang sempat ku kenakan ketika lari kemari. Titien baru cuci muka, dan kini tampak lebih segaran. Damn she is beautiful.
'Aku harus menghibur gadis ini, yang tadi itu bukan kesalahannya. Aku sendiri melihat bagaimana ia diikat dan meronta, malah sempat teriak memanggilku. Kalaupun sudah terlanjur, itu bukan salah Titien.' Aku terus menenangkan hati walau emosi sudah di ubun-ubun.
“Eh, Brian baju siapa itu di tanganmu?” Titien bertanya baru memperhatikan. Aku jadi bingung dengan baju perempuan yang dibawahnya, lengkap dengan bra dan CD… ‘Astaga itukan baju Devi yang dilemparkan padaku waktu cewek itu stripping! Wah, berarti cewek itu lagi telanjang bulat dong!’
Aku menjadi malu ketahuan mesum dengan cewek lain, palingan wajahku sudah merah padam… baru kali ini aku malu seperti ini. Sementara Titien tertawa-tawa dan dapat menduga apa yang terjadi.
“Astaga Brian, kamu buka bajunya Devi terus bawa ke sini? Kasian tuh, anak orang dibiarin kedinginan di luar!” Titien kelihatan kembali ceria setelah cukup lama menangis. Dan aku hanya bisa tertawa malu.
“Tadi Devi sempat stripping dan lempar baju kepadaku… eh, tiba-tiba aku dengar teriakan. Jadi langsung lupa semua…!” Kali ini aku berkata jujur.
“Aku udah gak apa-apa, Brian. Pergi sana… kasian tuh Devi sudah kedinginan di luar… hehehehe… pasti dia malu datang kemari telanjang bulat!” Titien menyuruhku pergi, sesuatu yang sukar kulakukan.
"Ogah ah... aku disini saja temani kamu!" Aku membujuknya.
"Eh, gak boleh. Ingat dong pacarmu... nanti karatan di sana!" Titien mendesakku halus. Mau gak mau aku segera beranjak...
“Nanti aku segera balik yah!” Aku berkata meyakinkannya…
“Hush, pacar lagi telanjang dinganggurin. Sana, jaga terus! Hati-hati, ada Boy di luar!” Aku baru ingat. Astaga…
Tetapi langkahku tertahan mendengar suara cewek mendesah kuat di serambi depan. Eh itukan suara Devi! Penasaran, aku dan Titien sedikit membuka jendela depan dan mengintip apa yang terjadi di luar.
Awalnya kami pikir ada dua orang gadis yang lagi telanjang bulat dan saling merangsang… eh ternyata ada cowoknya juga, tidak tampak jelas karena gelap. Cowoknya berbadan hitam sih! Eh, itukan agen J? Tampak Devi sementara menyempong kontol dari Agent J, sementara memeknya dijilat oleh Landa dengan ganasnya. Wah… lagi asik threesome ternyata.
Aku dan Titien saling berpandangan sejenak dan menahan tawa… kaget juga melihat dua cewek Manado sementara main melawan seorang yang jauh lebih tua, mariner berkulit hitam. Astaga orang negro kontolnya besar… eh menurut bokep sih...
Kali ini Agen J berbaring terlentang di lantai, dan Devi naik keatas kontolnya dengan posisi menghadap ke kaki. Wah, ini variasi lain lagi dari WOT… posisi ini mempermudah pinggulnya naik turun dan mengulek kontol J.
Sementara itu Landa duduk di dada prajurit itu dan menyodorkan memeknya untuk dijilat… tangan agen J masih asyik mengeranjangi Landa sementara Devi sudah mulai memasukkan dan menggoyang kontolnya dengan nafsu diubun-ubun.
Tidak seperti asumsi kebanyakan orang, ternyata tidak semua orang berkulit hitam memiliki kontol yang super besar, eh mungkin lebih besar sedikit dari Edo, tapi masih kalah sama Boy. Dan kontol yang berurat itu terlihat panjang seperti ular hitam yang asik keluar masuk ke organ intim Devi. Gadis itu kembali mendesah kuat… tubuhnya mulai bergetar nikmat… tapi agen J belum membiarkan ia sampai.
Agen J kemudian minta merubah posisi, ia ingin fokus ke Devi dulu. Gadis imut itu mulai nungging membiarkan memeknya digedor dari belakang… tubuh yang berotot dengan stamina yang kuat itu mulai bergerak cepat, sementara pinggul gadis itu semakin kuat begelinjang nikmat…
"Ahhhhhhh!"
Devi berteriak kuat sambil tubuhnya mengejang… ia orgasme! Tubuhnya sampai kejang-kejang saking nikmatnya.
Aku masih membiarkan Titien menonton dengan penuh nafsu… 'tenang sayang, jangan takut. Kalau kamu sudah sangat terangsang aku siap kok tanggung jawab memuaskanmu… hehehe…'
Sementara itu tanpa ia ketahui, aku sudah menyelip keluar dengan cepat membawa baju Devi ke kursi dekat di tempat ia ngentot. Dengan cepat aku kembali masuk kamar Titien dan mengunci pintu dari dalam… Aman!
“Eh sayang, kamu dari mana?” Titien bertanya… suaranya lirih seperti bisikan. Pasti gak mau mengganggu mereka yang lagi asik.
“Aku tadi menaruh baju Devi di kursi situ… takut jangan ia kedinginan…! Eh tampaknya sih lagi kepanasan, tuh …” Aku bercanda, Titien sempat tertawa tertahan. Aku datang mendekatinya dan membelai rambutnya… Titien menatapku… aku yakin ia sudah terpancing.
“Kok pergi gak bilang-bilang, cepat sekali nyelinapnya?”
“Aku tahu rencanamu sayang! kalau aku keluar, kamu pasti cepat-cepat kunci pintu, kan?”
“Hehehe…!” Titien hanya tertawa.
“Sekarang Titien gak bisa lolos lagi, malam ini kamu milikku seutuhnya…!” Titien langsung memelukku dan mencium pipiku sekilas.
“Ahh tunggu sayang, aku tutup dulu jendelanya, yah!” Aku segera menutup dan mengunci jendela dan memeluk tubuh gadis yang kucintai itu, dan mendorongnya ke tempat tidur. Ahhh… Titien mengeluh manja!
“Eh… sayang, kamu gak marah tuh cewekmu lagi dipake orang?” Titien kembali menganti topik, seakan belum rela ku gauli.
“Marah dong! Pasti aku marah sekali…” Aku menjawab. Aku tahu kemana arah pertanyaannya.
“Tuh sana Devi, kok kamu biarkan?”
“Kalau dia sih lain… biarin aja tuh… asal jangan yang ini!” Aku gombal dikit… ketika kalimat terakhir diucapkan, tanganku sukses meremas toket kirinya. Titien tersentak kaget membuatku tertawa…
“ih… nakal!” Titien hanya membiarkan tanganku sambil tersenyum. Titien terpana ketika aku menatapnya tajam, sambil mendekatkan bibirku.
“Boleh….!” Aku kembali bertanya ps dekat bibirnya, melihat keragu-raguanku Titien malah tertawa.
“Kenapa? Lucu yah?”
“Kamu tuh.. gak pernah berubah!” Titien masih senyum-senyum. “Masih ingat di Bukit Kasih kamu malu-malu minta cium?” Titien jadi merah… Astaga aku ingat. Titien sudah tutup mata sedangkan aku masih ragu-ragu, dan akhirnya justru ia yang duluan melumat bibirku.
“Itu hari yang terindah bagiku!” Kataku gombal dikit…
“Yakin?” Titien meledek manja.
“Iya dong, siangnya aku nyatakan cinta, malam kita bercumbu di depan kos!” Kataku…
“Tunggu sampai kita em el… baru bilang gitu!” Titien berbisik menggodaku.
“Sekarang yuk!” Aku berbisik balik menggodanya.
“Sayang… tapi malam ini aku masih belum siap. Kita mesra-mesraan aja yah!” Kata Titien. Aku hanya menganguk mengiyakan. Ia mungkin masih trauma. Gadis ini banyak maunya… dan sayang sekali aku sudah jatuh terpikat oleh cintanya.
“Aku mau tidak ada rahasia lagi malam ini… Brian harus jujur, bilang apa yang terjadi. Kalau tidak aku akan pulang sendiri di tempat kos besok pagi, aku tahu kok cara kesana sendiri!” Titien menuntut.
Astaga! Pinter sekali gadis itu memanfaatkanku. Walaupun ia sudah terangsang, ia tetap teguh dalam prinsip, gak akan kasih sebelum aku mengaku semuanya. Titien… Titien. Dan setelah kejadian tadi, aku gak bisa mengelak lagi. Aku akan mengatakan semuanya…
Aku mulai bercerita tentang statusku menjadi saksi pembunuhan dari salah satu pamanku yang dilakukan oleh Mr. Logan. Pamanku ini memiliki studi rekaman di Holywood, yang mau diserobot pengusaha yang dekat dengan mafia itu. Untung aku bisa lolos dari pembunuhan, tapi aku gak mau ikut program witness protection.
Seterusnya aku minta pertolongan dari Brenda, salah satu teman baikku yang kini menjadi agen rahasia. Aku ingin berlibur di Manado sebelum sidangku dimulai. Aku minta ditemani salah seorang kawan baikku, Shaun. Aku ingin sekali melihat daerah asal mantanku, yang selalu diceritakannya.
Karena ingin privasi dan menghindari tour terdaftar maka aku menemukan iklan singkat dari Naya, sebenarnya iklannya mengenai kos. Dan setelah dikontak oleh aku dan Brenda, kami putuskan untuk kos aja sekalian ikut tur privat di tempat ini… dan mujur aku bisa ketemu kamu.
“Kenapa kamu gak mau ikut witness protection?”
“Karena aku ... eh aku gak bisa hidup sendiri tanpa teman-temanku… Aku pikir juga Mr Logan tidak akan mendeteksiku di Indonesia. Jadi bisa isi dengan liburan. Tetapi kemudian aku mendapat beberapa email peringatan… mereka sudah tahu kedatanganku! Pasti mereka sudah menjaga tempat-tempat wisata unggulan, seperti Bunaken kemarin…!” Aku kembali jelaskan… kali ini Titien tampak mengerti kenapa begitu kembali dari Bunaken kita langsung datang ke tempat ini.
“Jadi kalian mau buat jebakan di kos?” Titien bertanya dan dibalas dengan anggukanku… otaknya encer sekali. Aku gak perlu jelaskan detailnya.
“Dan kami diungsikan ke sini yang jauh dari signal telpon?” Titien bertanya lagi seakan baru mengerti. Aku mengangguk mengiyakan.
“Kamu bawa orang terlalu banyak, Boy, Della, Landa dan Devi gak perlu ikut kemari! Itu hanya akan membuat susah nantinya…!” Titien kembali menganalisa, aku setuju.
“Masalahnya kita tidak bisa biarkan mereka di kos, jadi sama aja!” Aku kembali menjelaskan.
“Bahaya dong kalau terjadi baku tembak di kos, pianoku bisa rusak… eh ada juga keramik yang kau buat, masih ditinggal di kos!” Titien mulai kuatir.
“Astaga, benar juga… ada biolaku di sana!” Aku baru ingat.
“Jadi kamu mau kesana malam ini?” Titien memacingku.
“Gak, aku mau bersamamu… selamanya!”
“Bagaimana dengan Devi?” Titien kembali meminta kepastianku.
“Aku tetap siap bertanggung jawab, tapi tampaknya gadis itu mau lepas dari padaku… keinginan kami berbeda... rasanya ia semakin jauh. Ia tidak sungguh-sungguh mencintaiku, aku yakin gak lama ia sudah bosan denganku!” Aku menghiburnya.
Kali ini gadis itu yang mulai, ia mendekatkan bibirnya dan menempelkan ke bibirku. Kami saling melumat dengan mesra. Ahhhh … aku terpesona! I love you, Titien.
“Sayang! cerita dong tentang mantanmu itu?” Titien meminta aku jujur lagi.
Aku pun menceritakan tentang Deyana, pacarku yang meninggal karena kanker. Kami ketemu waktu kuliah di Perth, Australia. Kebetulan aku menyelamatkannya Deyana dari perkosaan, sampai berkelahi lawan 3 cowok di lorong gelap.
Akhirnya kita kenalan, dan agaknya tertarik. Sejak saat itu aku selalu bersamanya…ia cinta sejatiku, orang yang punya prinsip yang teguh. Sejak pacaran dengannya aku belajar banyak tentang kehormatan, dan cinta. Cewek itu membuat aku menikmati seks dengan cinta dan persembahkan perawan untukku. Menurutnya keperawanan seorang gadis itu hanya satu kali... dan menentukan kehormatan seorang gadis seumur hidup.
“Ahhh… ahhhh… ahhhh.. ahhhhh!” Kali ini terdengar desahan kuat berbalasan dari dua orang gadis. Kayaknya lagi pesta seks. Penasaran, kami ngintip lagindari jendela. Tampak Boy sementara membuat Devi puas… permainannya sangat ganas… Devi sampe lunglai keenakan.
Di sebelahnya Landa sementara dihajar dengan RPM tinggi oleh Agen J. Tubuh gadis bongsor itu sementara kelojotan menerima serangan, dan tidak sampai semenit kemudian ia sampai puncak. “Ahhhhhh!”
“Eh, Brian… tuh, pacarmu dipake lagi… Kali ini bahaya lho, Boy itu jago membuat gadis bertekuk lutut” Kata Titien meledek.
“Biar aja!”
“Eh… kenapa waktu Boy denganku kau cegah?”
“Karena kau sudah berteriak minta tolong… seandainya kamu bertekuk lutut yah ...”
“Apa? jadi kalau aku tidak minta tolong Brian akan biarkan aku dipake, gitu?” Titien menatapku dengan mata membesar!
“Eh, gak dong… hehehe! Oke deh, karena aku cemburu!” Aku ngaku aja supaya gak lama-lama.
“Benar cemburu?” Titien meledekku lagi…
“Siapa gak cemburu, kamu sih... mwaktu Boy emut memekmu kau menggelinjang keenakan!” Aku asal tebak.
“Eh? Apa? Ihhhh Brian ngaco… hehehe!” Titien tampak malu dan langsung menggelitik pinggangku.
Aku langsung kembali menutup jendela dan membawa gadis itu kembali ke ranjang, kali ini tanganku bergerak nakal mencubit dan meraba bagian-bagian tubuhnya yang sensitif.
"Astaga, jadi beneran yah, kamu keenakan dijilmek?" Aku mendesaknya.
“Ihhhh…!” Titien kembali bermanja-manjaan denganku.
“Sayang, ngaku aja… bener kan si Boy ngemut memek mu?” Aku jadi cemburu beneran.
“Ihhhhh… iya tapi aku gak mau..***k kok! Ih, jijik… najis. Sayang jangan buat aku ingat lagi dong?” Titien manja lagi. Pasti ia sempat trauma dengan percobaan pemerkosaan tadi.
“Oke, tapi dengan satu syarat!”
“Apa?” Secara tiba-tiba aku melucurkan celana basketku ke bawah dan menampilkan kontolku yang sudah sangat tegang. “Ehhhh…. Hahahaha….” Titien langsung tauh keinginanku.
Tak lama kemudian, aku sudah berbaring terlentang menikmati oral yang diberikan oleh kekasihku… mulutnya dengan telaten menelan kontolku dan memijitnya dengan lidah. Ih… gadis ini tambah pinter. Ia juga kembali menggunakan jurus deeptroath ampuhnya ciptaan suhu Naya. Dan dalam tempo kurang dari 5 menit, spermaku sudah meluber di mulutnya…
"Gimana?" Titien bertanya sambil tersenyum, padahal ia sudah tahu aku nyampe.
“Enak banget! Eh, sayang juga mau?” Aku menawarkan, tapi Titien menggelengkan kepala.
“Nanti aja kalau aku sudah siap… Brian tunggu yah?”
“I love you, Titien!” Aku berbisik di antara dengus nafasku yang masih memburu.
“Love you, too, Brian!” Gadis itu membersihkan mulutnya dan membaringkan tubuhnya disampingku. Titien masih menatapku seakan ada sesuatu yang disampaikan.
Tepat ketika kami sudah mau tidur, gadis itu memelukku dan bertanya.
“Sayang, aku boleh tanya… eh..kalau seandainya aku tidak lagi perawan, kamu masih mencintaiku?” Titien kayak terisak… astaga, apakah tadi Boy sempat merengutnya? Aku teringat sejumput darah di alas tempat tidur dan di memeknya…
Aku memeluk gadis itu dan memberikan kepastian kepadanya…. “Sayang, bagiku kamu tetap gadis yang paling berharga. Aku hanya mau denganmu, dan aku gak perduli soal kamu masih perawan atau tidak!”
Titien mencoba tersenyum, tapi wajahnya penuh rahasia. Awas kamu Boy kalau tadi sempat masuk....
-----
Masih jam 5 pagi aku dan Titien sudah terbangun dengan gedoran di pintu. ‘Astaga, apa ada bahaya? Jangan-jangan itu Agen J mengabarkan kabar yang penting?’
Aku terbangun membuka pintu membiarkan kekasihku tidur, eh sebelumnya kututup tubuh Titien dengan selimut. Tadi malam, pas lagi tidur aku berhasil membuka kaosnya sehingga ia tidur hanya pake CD aja. Dan Titien sudah terlalu cape untuk melawan, dan membiarkan tanganku menjelajah sepanjang malam. Ia juga tahu aku sudah nafsu ngintip permainan Landa dan Devi tadi.
“Della?” Eh ternyata gadis centil itu yang ngetuk pintu. Dan tanpa sempat aku bertanya, ia langsung menyelip masuk dan tidur bersama Titien. Della menyelipkan tangannya kedalam selimut…
“Astaga! Kak Titien masih telanjang. Pasti sudah ngentot semalam! Ih… bangun, malas amat sudah pagi!” Della mencoba membangunkan Titien, kali ini dia pergunakan cara lama, meremas-remas toket yang indah itu.
“Ih… nakal banget, masih pagi-pagi!” Titien membuka mata. Kayaknya ia sudah bangun sejak Della menggedor pintu.
“Lagi tiduran di bangunan, yah! Hehehe… sengaja. Kak Titien sih, ingat waktu di Tangkoko bangunin Naya pagi-pagi, langsung interogasi!” Della bicara dengan cepat… ih gadis imut ini sangat lucu.
“Iya… iya… jadi maksudnya ini mau balas dendam-nya Naya, yah?" Titien balas bertanya.
“Jadi… gini. Aku sengaja gedor pagi-pagi kirain kalian lagi ngentot dan langsung ketangkap basah… Eh, tadi malam sudah berhasil gak?” Della tanya lagi… ihhhh.
Karena dingin akupun berbaring disamping Della, yang akhirnya berada ditengah diantara kami berdua. Aku dan Titien langsung mengerjain gadis itu, menindih tubuhnya dengan pelukan dan menjadi sandaran kaki kami…
Diam sejenak…
“Eh… pagi-pagi gini aku rindu kos, loh! Rindu banget sama permainan musik Brian, kamu main dong!” Titien angkat cerita.
“Gimana mau main? Aku lupa biolanya!” Kata Brian.
“Aku suka sekali kamu main musiknya Ryno Marcello… aku ngefans banget sama musik-musiknya… rindu lagi sudah lama gak ada kabarnya!” Titien bicara penuh semangat.
“Wah, Ryno lagi... sainganku berat dong! Kalo Ryno minta cium? Apa Titien akan meninggalkanku?”
“Hehehe… gak kok! Tapi kalo cium sekali di pipi, boleh kan?” Titien balas ledek.
“Ah, kalo gitu ogah ah mau perkenalkan kamu sama Ryno!” Brian jual mahal.
“Astaga, Brian kenal orangnya?” Titien sangat bersemangat, sedangkan Della mulai dilupakan mereka.
“Aku dekat kok dengan Ryno… Eh.. Aku ada video musik barunya, Belum dipublish, masih di meja rekaman. Titien mau dengar? Kamu salah satu yang pertama dengar, lho?” Titien menyambut dengan gembira.
Ketika video diputar di ponsel Brian, Titien menjadi terharu dan nangis. Lagu tersebut benar-benar menggabarkan keadaannya, bingung soal pacarnya… belum selesai membenahi hati dengan cinta yang lama… hampir diperkosa lagi. Tangan Titien mulai gemetaran. Akhirnya Della yang bantu pegang hape dan diangkat tinggi-tinggi. Titien terus menghayati lagu itu sampai selesai.
“Eh, apa itu?” Kata Della terkejut dengan video berikutnya yang otomatis terputar. Titien dan Della kini memperhatikan baik-baik… itu video seorang cewek cantik dengan body yang menarik, sementara terlanjang bulat diatas tempat tidur, dan kini sedang menari sensual dengan gerakan-gerekan yang mengundang… awalnya wajahnya gak tampak. Della yang kaget langsung pause video dan tertawa…
“Hahahaha…. Brian ternyata suka simpan video porno… ih, malu-maluin!” Della meledek cowok itu. Titien hanya tertawa…
“Ihhhhh, jorok. Emang kurang yah cewek di dunia sampe demen gituan… ih, mesum!” Titien ikutan ledek.
“Eh, bukan gitu! Soalnya aku demen banget sama artis ini, dan ini satu-satunya video. Eh, wajahnya mirip artis Indo lho… mungkin kenal, lihat dulu baik-baik!” Aku mengelak tapi dapat ide baru. Kedua cewek itu jadi penasaran dan memutar kembali video sensual itu…
“Wow… tariannya mantap! Eh tunggu… astaga… Kak Titien?” Della sampai melongo kaget.
“Brian, astaga! Aku direkam? Itukan waktu kita taruhan... astaga! Ihhhh….. nakal banget!” Titien segera menyerangku dengan cubit-cubitannya, sehingga Della yang berada ditengah kami sampai tergencet. Della tertawa terus meledek tarian Titien… sementara gadis itu kini sudah berdiri dan menyerbuku dari sisi tempat tidur.
“Eh…Brian, aku pinjamnya hape nya, yah?” Della meledek…
“Untuk apa?”
“Mau kasih lihat Edo! Huhhhh… Aduhhhh… ampun!” Kali ini Titien balas menyerang gadis imut itu. Titien membuka baju Della dan meremas toket dengan gemes, sampai cewek itu teriak-teriak minta ampun. Aku yang melihatnya jadi terangsang memandang toket yang lumayan berbentuk dan lembut itu.
“Eh.. Del, kirain setelah dientot toketnya langsung kempes… ternyata gak yah!” Titien meledeknya lagi… sambil terus mengerjainya. Kali ini ia memegang tangan Della kuat-kuat!”
"Aduh... udah dong kak!" Della mengemis, tapi nafsunya sudah naik setelah digrepe habis-habisan tadi. Nafas Della sudah kembang kempis, dan pakaiannya sudah terbuka sana-sini.
Toket Della cenderung lembut dan berbentuk memanjang, tidak membulat kayak Titien. Tapi bukan berarti tidak menarik. Aku sempat mencomot dikit, dan ternyata enak dibelai... panjang dan sangat lembut. Titien hanya tertawa melihat kelakuanku.
“Eh, Brian ayo dong! Bantu aku, buat cewek nakal ini orgasme!”
“Serius?” Aku kaget tapi kesempatan gak datang dua kali lho. Della masih minta-minta ampun, tapi kelihatannya gak sungguh-sungguh. Pasti mau aja tuh... buktinya ia diam aja waktu aku menyentuh tubuhnya.
Tanganku langsung mendarat penuh di toket kecil itu, dan membelai mesra. Della menatapku dengan pandangan menanti... dan penantiannya usai ketika bibirku mulai mengemut dan mengisap pentilnya kuat-kuat.
Puas bermain dengan toketnya, mulutku langsung mengelosor turun. Aku menyapu kulit permukaan perutnya dan membuat gadis itu tertawa kegeliaan. Perut rata itu tambah seksi waktu menggelinjang menghindari bibirku.
Dengan segera aku membuka CD Della dan menjilatnya dalam, sementara tanganku masih bergerilya di toket empuk itu. Della mendesah ketika memeknya di basahi dengan lidahku dan diemut terus.
Setelah gadis itu terangsang dan memeknya basah, kini aku mengeluarkan kontolku dan mengesek langsung memek dengan jembut tipis itu sampai Della mendesah. Ia sudah pasrah menerima tusukan... memeknya sudah berdenyut membuka, sudah siap dikontoli.
“Eh kamu mau apa?” Titien kaget dengan tindakanku…
“Ngentot! Tadi kan kamu suruh buat dia orgasme?” Aku jadi bingung.
“Maksudku tadi hanya oral, jangan dimasukkan!” Ihhh Titien bikin kami kentang aja... "oke deh! oO
"Yah... sorry sayang, gak dikasih boss!" Aku meledek kedua gadis itu. Della tampaknya kecewa... tapi hanya nyengir.
Kali ini aku mempersiapkan serangan mulutku namun membiarkan kontolku terus bergantung. Della menatapku dengan nafas yang memburu.
Della refleks menutup kakinya tapi terlambat. Tubuhku sudah masuk diantara kaki dan kini kepalaku langsung menjilat memek yang tersaji ini dengan penuh keahlian. Perlahan-lahan lidahku bergerak menyusur lubang tersembunyi dibalik gundukan kecil itu dan mencari g-spotnya, ujung saraf pusat kenikmatan... Della langsung menggelinjang nikmat.
"Aduhhh ahhhh... sudah dong!"
Kembali lidahku bergerak cepat terus menyerang titik-titik rangsang... sementara itu dua buah jariku masuk sampai kedalaman mencari mulut rahim gadis ini dan membelainya dengan halus.
Efeknya luar biasa... Della langsung terbelalak! Tubuhnya melengkung dengan sekuat tenaga mencoba menjepit jariku dengan otot vaginanya...Serangan ku mendapat perlawanan... dan tak lama kemudian Della menjerit... hampir gak tahan.
"Maaf cantik, orgasmenya ditunda dulu yah?" Aku menarik kembali jari dan bibirku... Della terus menatapku penuh permohonan.
"Brian ... eh ayo dong!" Della protes.
"Ayo apa?"
"Ihhh nanggung banget!" Tiba-tina gadis itu bangun dan naik ke atas tubuhku dengan memek tepat disandarkan ke kontolku yang masih mengacung!
"Eh, Della mau apa?" Aku terkejut melihat kenekatan gadis itu... ia menurunkan pinggulnya dan memeknya tergencet ke kontolku...
"Ehhh awassss!" Untung aku sempat tahan? Sudah hampir masuk. Aku menatap Titien sambil bertanya.
"Kak Titien! Eh.,, boleh?" Della juga menatap pacarku dengan mata penuh permohonan. Dan Titien akhirnya mengangguk memberikan ijin.
"Ahhhhh!"
Episode 28c sebentar malam, sabar yah...